Search
BroWnieS....
pahit dan manisnya hidup selalu beriringan....
home
jenis nyamuk Anopheles. Nyamuk Culex juga biasanya ditemukan di daerah-daerah urban,
sedangkan Nyamuk Aedes dan Anopheles dapat ditemukan di daerah-daerah rural.
(riyanto,harun.2010)
Filariasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh cacing filaria
yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.penyakit ini bersifat menahun, Dan bila tidak dapat
pengobatan daapt menimbulakan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat
kelamin, baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara
optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehinggamenjadi beban keluarga.
Berdasarkan laporan dari hasil survey pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di
647 puskesmas tersebar di 231 kabupaten sebagai lokasi endemis, dengan jumlah kasus kronis
6233 orang. Hasil survay laboratorium, melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata mikrofilaria rate
(Mf Rate) 3,1%berarti sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar 100 juta
orang memepunyai resiko tinggi untuk ketularan karena nyamuk penularannya tersebar luas.
Untuk memberantas penyakit ini sampai tuntas. (chairufatah,alex.2009)
WHO sudah menetapkan kesepakatan global (The Global Goal of Elimination of lympatic
filariasis as a public Health Problem by the year 2020). Program eliminasi dilaksanakan melalui
pengobatan misal dengan DEC dan albendazol setahun sekali selama 5 tahun di lokasi yang
endemis dan perawatan kasus klinis baik yang akut maupun kronis untuk mencegah kecacatan
dan mengurangi penderitanya. Indonesia akan melaksanakan eliminasi penyakit gajah secara
berthap dimulai pada tahun 2002 di 5 kabupaten percontohan. Perluasan wilayah akan
dilaksanakan 5 tahun.
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan penyakit filariasis adalah penyakit endemis yang apa
tidak ditangani secara cepat akan memperluas penyebaran dan penularannya kepada manusia.
Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa itu filariasis, serta hal-hal yang terkait dengannya.
Berdasarkan paparan dari fakta inilah maka kami selaku penulis tertarik untuk membahas kasus
mengenai penyakit filariasis ini dan sebagai pemenuhan tugas pada blok sistem imun dan
hematologi. (riyanto, harun.2005)
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah bagaimana pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien dengan filariasis.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dan melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Penyakit Filariasis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit filariasis.
b. Mahasiswa mampu menganalisa data sesuai dengan pengkajian pada pasien dengan penyakit
filariasis.
c. Mahasiswa mampu membuat diagnosa keperawatan pada pasien dengan penyakit filariasis.
d. Mahasiswa mampu membuat rencana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit
filariasis.
e. Mahasiswa mampu melakukan Implementasi Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
penyakit filariasis.
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi intervensi keperawatan yang telah dilakukan pada pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mengemukakan teori yang sangat berlawanan mengenai organ yang sama. Mereka mengklaim
bahwa timus tidak eksis sebelumnya, dan berasal dari evolusi yang bertahap. Mereka masih tetap
mengatakan bahwa timus terbentuk melalui periode evolusi yang lebih panjang dibanding
banyak organ lainnya. Akan tetapi, tanpa timus, atau tanpa timus yang telah tumbuh dan
berkembang sempurna, sel-sel T tidak akan pernah belajar mengenali musuh, dan sistem
pertahanan tidak akan berfungsi. Seseorang tanpa sistem pertahanan tidak akan hidup.
(yahya,harun.2011)
b. Sumsum tulang
Didalam sumsum tulang semua sel darah berasal dari satu jenis sel yang disebut sel induk. Jika
sel induk membelah yang pertama kali dibentuk adalah sel darah merah yang belun matang dan
sel darah putih atau sel yang membentuk trombosit.. kemudian jika sel imatur membelah akan
menjadi matang dan pada akhirnya menjadi sel darh merah, sel darah putih atau trombosit.
(radji,maksum.2010)
Kecepatan pembentukan sel darah dikendalikan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jjika kandungan
oksigen dalam jaringan tubuh atau jumlah sel darah merah berkurang ginjal akan menghasilkan
dan melepaskan eritropoetin. Sumsum tulang memebentuk dan melepaskan lebih banyak sel
darah putih sebagai respon terhadap infeksi dan lebih banyak sel darah merah, secara normal
sumsum tulang akan memberikan respon dengan membentuk lebih banyak retikulosit.
(radji,maksum.2010)
c. Limpa
Unsur menakjubkan lainnya dari sistem pertahanan kita adalah limpa. Limpa terdiri dari dua
bagian: pulp merah dan pulp putih. Limfosit yang baru dibuat di pulp putih mula-mula
dipindahkan ke pulp merah, lalu mengikuti aliran darah. Kajian saksama mengenai tugas yang
dilaksanakan organ berwarna merah tua di bagian atas abdomen ini menying-kapkan gambaran
luar biasa. Fungsinya yang sangat sulit dan rumitlah yang membuatnya sangat menakjubkan.
Limpa mengandung sejumlah besar makrofag (sel pembersih). Makrofag menelan dan
mencernakan sel darah merah dan sel darah lainnya yang rusak dan tua, serta bahan-bahan lain
yang dibawa darah ke limpa. Ada satu sistem daur ulang kimiawi yang sangat penting di sini. Sel
makrofag di dalam limpa mengubah protein hemoglobin, yang ditemu-kan dalam komposisi sel
darah merah yang ditelannya, menjadi bilirubin, yaitu pigmen empedu. Kemudian bilirubin ini
dikeluarkan ke sirkulasi vena dan dikirim ke hati. Dalam bentuk ini ia dapat saja dikeluarkan dari
tubuh bersama-sama empedu. Akan tetapi, molekul besi dalam bilirubin yang akan dibuang ini
merupakan bahan langka yang sangat berharga untuk tubuh. Oleh karena itu zat besi ini diserap
kembali di bagian tertentu usus halus. Dari sana, zat besi ini mula-mula menuju ke hati lalu ke
sumsum tulang. Di sini, tujuannya adalah untuk membuang bilirubin yang merupakan bahan
berbahaya, sekaligus untuk memperoleh kembali zat besi.(yahya,harun.2011)
Keterampilan limpa tidak hanya itu. Limpa menyimpan sejumlah tertentu sel darah (sel darah
merah dan trombosit). Kata "menyimpan" mungkin menimbulkan kesan seakan ada ruang
terpisah dalam limpa yang dapat dijadikan tempat penyimpanan. Padahal limpa adalah organ
kecil yang tak memiliki tempat untuk sebuah gudang. Dalam kasus ini limpa mengembang
supaya ada tempat tersedia untuk sel darah merah dan trombosit. Limpa yang mengembang
disebabkan oleh suatu penyakit juga memungkinkan memiliki ruang penyimpanan yang lebih
besar.
Saat terjadi infeksi yang disebabkan oleh mikroba atau ada penyakit lainnya, maka tubuh
menyiapkan serangan bela diri dari musuh, men-dorong sel-sel prajurit untuk menggandakan
diri. Pada saat-saat seperti ini limpa menambah produksi limfosit dan makrofag. Jadi, limpa juga
berpartisipasi dalam "operasi darurat" yang dilancarkan saat penyakit akan membahayakan
tubuh. (yahya,harun.2011)
d. Nodus getah bening : limfa
Dalam tubuh manusia ada semacam angkatan kepolisian dan organisasi intel kepolisian yang
tersebar di seluruh tubuh. Pada sistem ini terdapat juga kantor-kantor polisi dengan polisi
penjaga, yang juga dapat menyiapkan polisi baru jika diperlukan. Sistem ini adalah sistem
limfatik dan kantor-kantor polisi adalah nodus limfa. Polisi dalam sistem ini adalah limfosit.
Sistem limfatik ini merupakan suatu keajaiban yang bekerja untuk kemanfaatan bagi umat
manusia. Sistem ini terdiri atas pembuluh limfa-tik yang terdifusi di seluruh tubuh, nodus limfa
yang terdapat di beberapa tempat tertentu pada pembuluh limfatik, limfosit yang diproduksi oleh
nodus limfa dan berpatroli di sepanjang pembuluh limfatik, serta cairan getah bening tempat
limfosit berenang di dalamnya, yang bersirkulasi dalam pembuluh limfatik.(yahya,harun.2011)
Cara kerja sistem ini adalah sebagai berikut: Cairan getah bening dalam pembuluh limfatik
menyebar di seluruh tubuh dan berkontak dengan jaringan yang berada di sekitar pembuluh
limfatik kapiler. Cairan getah bening yang kembali ke pembuluh limfatik sesaat setelah melakukan kontak ini membawa serta informasi mengenai jaringan tadi. Infor-masi ini diteruskan ke
nodus limfatik terdekat pada pembuluh limfatik. Jika pada jaringan mulai merebak permusuhan,
pengetahuan ini akan diteruskan ke nodus limfa melalui cairan getah bening. (yahya,harun.2011)
Sistem limfatik tersusun atas serangkaian pembuluh yang menyebar keseluruh tubuh. Pembuluh
tersebut bermula dari kapiler limfa yang mengalirkan plasma tak terabsorbsi dari rongga jaringan
. kemudian bergabung menjadi pembuluh limfa, yang pada gilirannya melintasi nodus limfa dan
akhirnya mengosongkan diri ke duktus torasikus besar dan bergabung dengan vena jugularis
disisi kiri leher. Limf adalah cairan yang terdapat dalam pembuluh limfaaliran limfa tergantung
pada kontraksi intrinsik pembuluh limfa, kontraksi otot, gerakan respirasi dan gravitasi.
(smeltzer,bare,2000)
Kelenjar limfe berbentuk bulat lonjong dengan ukuran kira-kira 10-15 mm. Kelenjar limfe yang
disebut juga getah bening merupakan cairan dengan susunan lisis hampir sama dengan plasma
darah dan cairan jaringan. Perbedaannya adalah dalam cairan limfe banyak mengandung sel
limfosit, tidak mengandung CO2, mengandung sedikit O2. cairan limfe ini berasal dari cairan
jaringan yang masuk melalui proses filtrasi ke dalam saluran kapiler limfe dan seterusnya akan
masuk kedalam sistem peredaran darah melalui vena. Fungsi kelenjar limfe adalah menaring
cairan limfe dari bahan-bahan asing, pembentukan limfosit, membentuk antibodi dan
menghancurkan mikro-organisme. (radji,maksum.2010)
e. Pembuluh limfe
Darah yang meninggalkan jantung melalui arteri dan dikembalikan melalui vena dan sebagian
meninggalkan sirkulasi dikembalikan melalui saluran limfe ke dalam ruang-ruang jarinagn.
Susunan pembuluh limfe disebut juag susunan tengah karena merupakan saluran antara darah
dan jaringan dimana terdapat zat-zat koloid.
Garam elektrolit tidak dapat masuk kedalam kapiler darah akan tetapi masuk melalui kapilerkapiler saluran limfe. Struktur limfe serupa dengan vena kecil akan tetapi lebih banyak katup.
Pembuluh kapiler limfe yang terkecil,lebih besar daripada pembuluh kapiler darah dan terdiri
dari selapis endotelium. (radji,maksum.2010)
Pembuluh limfe mempunyai dua batang saluran yang sama yaitu :
1. Duktus torasikus atau duktus limfatikus sinistra. Duktus torasikus ini merupakan kumpulan
pembuluh limfe yang berasal dari kepala kiri, leher kiri, dada sebelah kiri, bagian perut anggota
gerak bagian bawah dan alat-alat dalam rongga perut.
2. Duktus limfatikus dekstra, menerima limfe dari pembuluh limfe yang berasal dari kepala
kanan, leher kanan, dada kanan dan lengan sebelah kanan yang bermuara pada vena kava
subklavia dektra.
Fungsi pembuluh limfe adalah mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam
sirkulasi darah. Menyaring dan menghancurkan mikroorganismedan menghasilkan antibodi.
( radji,maksum.2010)
2. Fisiologi Sistem Imun dan Hematologi
a. Gambaran Umum
Imunitas adalah kekebalan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi. Imun sistem adalah
semua hal yang berperan dalam proses imun seperti sel, protein, antibodi dan
sitokin/kemokin.Fungsi utama sistem imun adalah pertahanan terhadap infeksi mikroba,
walaupun substansi non infeksious juga dapat meningkatkan kerja sistem imun. Respon imun
adalah proses pertahanan tubuh terhadap semua bahan asing, yang terdiri dari sistem imun non
spesifik dan spesifik.
b. Imunitas Non Spesifik
Imunitas non spesifik merupakan respon awal terhadap mikroba untuk mencegah,mengontrol
dan mengeliminasi terjadinya infeksi pada host, merangsang terjadinya imunitas spesifik untuk
mengoptimalkan efektifitas kerja dan Hanya bereaksi terhadap mikroba ,bahan bahan akibat
kerusakan sel (heat shock protein) dan memberikan respon yang sama untuk infeksi yang
berulang.
c. Komponen-komponen yang Berperan dalam Sistem Imun
1) Komponen Sistem Imun Spesifik
Barier Sel Epitel
Sel epitel yang utuh merupakan barier fisik terhadap mikroba dari lingkungan dan menghasilkan
peptida yang berfungsi sebagai antibodi natural. Didalam sel epitel barier juga terdapat sel
limfosit T dan B, tetapi diversitasnya lebih rendah daripada limfosit T dan B pada sistem imun
spesifik. Sel T limfosit intraepitel akan menghasilkan sitokin, mengaktifkan fagositosis dan
selanjutnya melisiskan mikroorganisme. Sedangkan sel B limfosit intraepitel akan menghasilkan
IGM.(urrahman,zhiya.2010)
2) Neutrofil dan Makrofag
Ketika terdapat mikroba dalam tubuh, komponen pertama yang bekerja adalah neutrofil dan
makrofag dengan cara ingesti dan penghancuran terhadap mikroba tersebut. Hal ini di karenakan
makrofag dan neutrofil mempunyai reseptor di permukaannya yang bisa mengenali bahan
intraselular (DNA), endotoxin dan lipopolisakarida pada mikroba yang selanjutnya mengaktifkan
aktifitas antimikroba dan sekresi sitokin.
3) NK Sel
NK sel mampu mengenali virus dan komponel internal mikroba. NK sel di aktifasi oleh adanya
antibodi yang melingkupi sel yang terinfeksi virus, bahan intrasel mikroba dan segala jenis sel
yang tidak mempunyai MCH class I. Selanjutnya NK sel akan menghasilkan porifrin dan
granenzim untuk merangsang tterjadinya apoptosis. .(urrahman,zhiya.2010)
B. FILARIASIS
duktus thoracicus, mikrofilaremia ini terutama sering ditemukan pada malam hari antara tengah
malam sampai jam 6 pagi. Pada saat siang hari hanya sedikit atau bahkan tidak ditemukan
mikrofilaremia, pada saat tersebut mikrofilaria berada di jaringan pembuluh darah paru.
Penyebab periodisitas nokturnal ini belum diketahui, namun diduga sebagai bentuk adaptasi
ekologi lokal, saat timbul mikrofilaremia pada malam hari, pada saat itu pula kebanyakan vektor
menggigit manusia. Diduga pula pH darah yang lebih rendah saat malam hari berperan dalam
terjadinya periodisitas nokturnal. Darah yang mengandung mikrofilaria dihisap nyamuk, dan
dalam tubuh nyamuk larva mengalami pertumbuhan menjadi larva stadium 2 dan kemudian larva
stadium 3 dalam waktu 10 12 hari. Cacing dewasa dapat hidup sampai 20 tahun dalam tubuh
manusia, rata-rata sekitar 5 tahun.
Penyebab utama filariasis limfatik adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori
sedangkan filariasis subkutan disebabkan oleh Onchorcercia spp. Filariasis limfatik yang
disebabkan oleh W.bancrofti disebut juga sebagai Bancroftian filariasis dan yang disebabkan
oleh Brugia malayi disebut sebagai Malayan filariasis. Filariasis limfatik ditularkan melalui
gigitan nyamuk Anopheles spp., Culex spp., Aedes spp. dan Mansonia spp.
Filariasis limfatik merupakan penyebab utama dari kecacatan didaerah endemic sehingga
merupakan masalah kesehatan masyarakat utama
dengan penyebab utama W.bancrofti. Pada beberapa tahun belakangan terjadi peningkatan kasus
limfatik filariasis di daerah perkotaan ( urban lymphatic filariasis) yang disebabkan oleh
peningkatan populasi penderita di per-kotaan akibat urbanisasi dan tersedianya vektor di daerah
tersebut. (Witagama,dedi.2009)
Tabel 1 Berbagai karakteristik penyebab filariasis dan manifestasi klinis utama yang
ditimbulkannya.
Spesies Penyebaran Vektor Tempat hidup cacing dewasa Tempat hidup mikrofilaria Manifestasi
klinis utama
Wuchereria bancrofti Negara Tropis Nyamuk Saluran limfe Darah Limfangitis
Elefantiasis
Hidrokel
Brugia malayi AsiaSelatan,Timur, dan Tenggara Nyamuk Saluran limfe Darah Limfangitis
Elefantiasis
Brugia timori
Di beberapa pulau di Indonesia Nyamuk
Saluran limfe
Darah
Limfangitis
Elefantiasis
Loa-loa
Afrika Tengah dan Barat
Chrysops spp.
Jaringan ikat
Darah
Calabar Sweeling
Onchorcerca valvulus Afrika,Yaman, Amerika Tengah dan Selatan Simulium spp. Kulit Kulit
5. Pathway / WOC
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem limfatik dengan
konsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh reaksi hipersensitivitas dengan
gejala klinis yang disebut occult filariasis.
Dalam proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan limfangitis dan limfadenitis akut
berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari sistem limfatik. Perjalanan
penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya, tetapi bila diurutkan dari
masa inkubasi dapat dibagi menjadi:
1. Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya mikrofilaremia yang
memerlukan waktu kira-kira 37 bulan. Hanya sebagian tdari penduduk di daerah endemik yang
menjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian
menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang asimtomatik
baik mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
2. Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala klinis yang biasanya
berkisar antara 8-16 bulan.
3. Gejala klinik akut
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang disertai panas dan malaise.
Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala klinis akut dapat
mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
4. Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama. Mikrofilaria jarang
ditemukan pada stadium ini, sedangkan limfadenitis masih dapat terjadi. Gejala kronis ini
menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas penderita serta membebani
keluarganya. (Witagama,dedi.2009)
Filariasis bancrofti
Pada filariasis yang disebabkan Wuchereria bancrofti pembuluh limfe alat kelamin laki-laki
sering terkena disusul funikulitis, epididimitis dan orchitis. Limfadenitis inguinal atau aksila,
sering bersama dengan limfangitis retrograd yang umumnya sembuh sendiri dalam 3-15 hari.
9. Penatalaksanaan
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh, baik untuk filariasis
bancrofti maupun brugia, bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini ampuh, aman
dan murah, tidak ada resistensi obat, tetapi memberikan reaksi samping sistemik dan lokal yang
bersifat sementara. Reaksi sistemik dengan atau tanpa demam, berupa sakit kepala, sakit pada
berbagai bagian tubuh, persendian, pusing, anoreksia, kelemahan, hematuria transien, alergi,
muntah dan serangan asma. Reaksi lokal dengan atau tanpa demam, berupa limfadenitis, abses,
ulserasi, limfedema transien, hidrokel, funikulitis dan epididimitis. Reaksi samping sistemik
terjadi beberapa jam setelah dosis pertama, hilang spontan setelah 2-5 hari dan lebih sering
terjadi pada penderita mikrofilaremik. Reaksi samping lokal terjadi beberapa hari setelah
pemberian dosis pertama, hilang spontan setelah beberapa hari sampai beberapa minggu dan
sering ditemukan pada penderita dengan gejala klinis. Reaksi sampingan ini dapat diatasi dengan
obat simtomatik.(Harun,riyanto.2010)
Reaksi samping ditemukan lebih berat pada pengobatan filariasis brugia, sehingga dianjurkan
untuk menurunkan dosis harian sampai dicapai dosis total standar, atau diberikan tiap minggu
atau tiap bulan. Karena reaksi samping DEC sering menyebabkan penderita menghentikan
pengobatan, maka diharapkan dapat dikembangkan penggunaan obat lain (seperti Ivermectin)
yang tidak/kurang memberi efek samping sehingga lebih mudah diterima oleh penderita.
DEC tidak dapat dipakai untuk khemoprofilaksis. Pengobatan diberikan peroral sesudah makan
malam, diserap cepat, mencapai konsentrasi puncak dalam darah dalam 3 jam, dan diekskresi
melalui air kemih. DEC tidak diberikan pada anak berumur kurang dari 2 tahun, ibu
hamil/menyusui, dan penderita sakit berat atau dalam keadaan lemah.
Pada filariasis bancrofti, Dietilkarbamasin diberikan selama 12 hari sebanyak 6 mg/kg berat
badan, sedangkan untuk filariasis brugia diberikan 5 mg/kg berat badan selama 10 hari. Pada
occult filariasis dipakai dosis 5 mg/kg berat badan selama 23 minggu.
Pengobatan sangat baik hasilnya pada penderita dengan mikrofilaremia, gejala akut, limfedema,
chyluria dan elephantiasis dini. Sering diperlukan pengobatan lebih dari 1 kali untuk
mendapatkan penyembuhan sempurna. Elephantiasis dan hidrokel memerlukan penanganan ahli
bedah.(harun,riyanto.2010)
Pengobatan nonfarmako pada filariasis adalah istirahat di tempat tidur, pengikatan di daerah
pembendungan untuk mengurangi edema, peninggian tungkai, perawatan kaki, pencucian dengan
sabun dan air, ekstremitas digerakkan secara teratur untuk melancarkan aliran, menjaga
kebersihan kuku, memakai alas kaki, mengobati luka kecil dengan krim antiseptik atau
antibiotik, dekompresi bedah, dan terapi nutrisi rendah lemak, tinggi protein dan asupan cairan
tinggi
Dalam pelaksanaan pemberantasan dengan pengobatan menggunakan DEC ada beberapa cara
yaitu dosis standard, dosis bertahap dan dosis rendah. Dianjurkan Puskesmas menggunakan dosis
rendah yang mampu menurunkan mf rate sampai < 1%. Pelaksanaan melalui peran serta
masyarakat dengan prinsip dasa wisma. Penduduk dengan usia kurang dari 2 tahun, hamil,
menyusui dan sakit berat ditunda pengobatannya. DEC diberikan setelah makan dan dalam
keadaan istirahat. 1. Dosis standar Dosis tunggal 5 mg/kg berat badan; untuk filariasis bancrofti
selama 15 hari, dan untuk filariasis brugia selama 10 hari. 2. Dosis bertahap Dosis tunggal 1
tablet untuk usia lebih dari 10 tahun, dan 1/2 tablet untuk usia kurang dari 10 tahun; disusul 5
mg/kg berat badan pada hari 5-12 untuk filariasis bancrofti dan pada hari 5-17 untuk filariasis
brugia. 3. Dosis rendah Dosis tunggal 1 tablet untuk usia lebih dari 10 tahun, 1/2 tablet untuk
usia < 10 tahun, seminggu sekali selama 40 minggu. (Marty,Aileen,M.2009) 10. Pencegahan `
Pemberantasan filariasis ditujukan pada pemutusan rantai penularan, dengan cara pengobatan
untuk menurunkan morbiditas dan mengurangi transmisi oleh vektor. Pemberantasan filariasis di
Indonesia dilaksanakan oleh Puskesmas dengan tujuan: 1. Menurunkan Acute Disease Rate
(ADR) menjadi 0% 2. Menurunkan microfilarial (mf) rate menjadi < 5% 3. Mempertahankan
Chronic Disease Rate (CDR) Sasaran pemberantasan adalah daerah endemis lama yang potensial
masih ada penularan dan daerah endemis baru. Dengan prioritas sasaran ditujukan pada: 1.
Daerah endemis lama dengan mf rate > 5%
2. Daerah endemis lama dan baru yang merupakan daerah pembangunan, transmigrasi,
pariwisata dan perbatasan
Kegiatan pemberantasan meliputi pengobatan, pemberantasan nyamuk dan penyuluhan.
Pengobatan merupakan kegiatan utama dalam pemberantasan filariasis, yang akan menurunkan
ADR dan mf rate.
Di suatu daerah yang diperkirakan endemik filariasis, perlu diselenggarakan suatu surveilans
epidemiologis. Pada daerah tersebut 10% dari penduduknya perlu diperiksa untuk menentukan
Acute Disease Rate dan mf rate. Pengobatan massal dilakukan bila ADR > 0%, dan mf rate >
5%; sedangkan pengobatan selektif dilakukan bila ADR = 0%, dan mf rate < 5%.
(Marty,Aileen,M.2009)
Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas:
1. Pemberantasan nyamuk dewasa
a. Anopheles : residual indoor spraying
b. Aedes : aerial spraying
2. Pemberantasan jentik nyamuk
a. Anopheles : Abate 1%
b. Culex : minyak tanah
c. Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan, mengeringkan rawa dan saluran air
3. Mencegah gigitan nyamuk
a. Menggunakan kawat nyamuk/kelambu
b. Menggunakan repellent
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (obat anelgetik). 1.
Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dapat meningkatkan koping.
2. Menentukan intervensi selanjutnya dalam mengatasi nyeri
3. Nyeri berat dapat menyebabkan syok dengan merangsang sistem syaraf simpatis,
mengakibatkan kerusakan lanjutan
4. Diberikan untuk menghilangkan nyeri.
3. Harga Diri Rendah berhubungan dengan perubahan fisik - Menyatakan gambaran diri lebih
nyata
- Menunjukan beberapa penerimaan diri daripada pandangan idealisme
- Mengakui diri sebagai individu yang mempunyai tanggung jawab sendiri
1. Akui kenormalan perasaan
2. Dengarkan keluhan pasien dan tanggapan tanggapannya mengenai keadaan yang dialami
3. Perhatikan perilaku menarik diri, menganggap diri negatif, penggunaan penolakan atau tudak
terlalu menpermasalahkan perubahan actual
4. Anjurkan kepada orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara normal (bercerita tentang
keluarga)
5. Terima keadaan pasien, perlihatkan perhatian kepada pasien sebagai individu
6. Berikan informasi yang akurat. Diskusikan pengobatan dan prognosa dengan jujur jika pasien
sudah berada pada fase menerima
7. Kolaborasi :
Rujuk untuk berkonsultasi atau psikoterapi sesuai dengan indikasi Pengenalan perasaan tersebut
diharapkan membantu pasien untuk menerima dan mengatasinya secara efektif.
1. Memberi petunjuk bagi pasien dalam memandang dirinya, adanya perubahan peran dan
kebutuhan, dan berguna untuk memberikan informasi pada saat tahap penerimaan
2. Mengidentifikasi tahap kehilangan / kebutuhan intervensi.
3. Melihat pasien dalam kluarga, mengurangi perasaan tidak berguna, tidak berdaya, dan persaan
terisolasi dari lingkungan dan dapat pula memberikan kesempatan pada orang terdekat untuk
meningkatkan kesejahteraan.
4. Membina suasana teraupetik pada pasien untuk memulai penerimaan diri
5. Fokus informasi harus diberikan pada kebutuhan kebutuhan sekarang dan segera lebih dulu,
dan dimasukkan dalam tujuan rehabilitasi jangka panjang
6. Mungkin diperlukan sebagai tambahan untuk menyesuaikan pada perubahan gambaran diri.
4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh
Menunjukkan perilaku yang mampu kembali melakukan aktivita
1. Lakukan Retang Pergerakan Sendi (RPS)
hasil pemeriksaan darah diperoleh data Hb 10,8 gr/dl, Leukosit 9500/mm3; Ht 36,80%;
trombosit 423.000/mm3. Hitung jenis: eosinofil 20%, basofil 4%, netrofil batang 40%, netrofil
segmen 20%, limfosit 15%, monosit 1%. kesadaran komposmentis dengan GCS 15 (E 4, V 5, M
6). Dari pemeriksaan darah jari ditemukan parasit mikrofilaria inti tubuh teratur, ujung ekor
runcing dan tidak berinti dan selubung tubuh transparan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Unit : perawatan penyakit dalam Tanggal masuk : 13 maret 2011
Ruang /kamar : III / A Tanggal pengkajian : 14 maret 2011
1. Identitas
klien
a. Nama : Ibu S
b. Umur : 39 tahun
c. Jenis kelamin : perempuan
d. Agama : islam
e. Suku/bangsa : indonesia
f. Alamat : Lrg. mawar
Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. A
b. Alamat rumah : Lrg. mawar
c. Hubungan dengan klien : suami
2. Data medik
Diagnosa Medik
Saat masuk : Filariasis
Saat pengkajian : Filariasis
3. Alasan masuk rumah sakit
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan demam berulang-ulang selama 4 hari, demam hilang
bila istirahat dan demam akan muncul lagi ketika bekerja berat.
4. Riwayat kesehatan saat ini : (PQRST)
Klien merasakan nyeri, panas, dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki kearah ujung kaki
dengan skala nyeri 7. Nyeri terasa berulang-ulang
5. Riwayat kesehatan masa lalu :
1. penyakit yang pernah diderita : tidak ada
2. pernah dirawat : tidak
3. pernah dioperasi : tidak
4. alergi terhadaap obat : tidak ada
6. Riwayat kesehatan keluarga
1. Genogram
2. Penyakit yang pernah diderita : tidak ada
3. Kesehatan orang tua : baik
4. Saudara kandung : baik
5. Hubungan keluarga dengan klien : baik
6. faktor resiko penyakit tertentu dalam keluarga : tidak ada
Respon motorik ( M ) : 4
Respon verbal ( V ) : 5
Respon eyes ( E ) : 4
Jumlah : 13
Kesimpulan : Composmentis
b. Nadi
Frekuensi : 110 x/menit,
Irama : Teratur
c. Suhu :38,5 oC
daerah : Axila
e. Pernapasan : Sesak sedang
irama : teratur tidak teratur
kusmaul cheyness stokes jenis
jenis dada perut
3. Kepala
a. Bentuk kepala : simetris asimetris
Cephalon hematome : tidak ada
ukuran : sedang
b. Warna rambut hitam coklat
pirang perak
c. Keadaan rambut : baik
d. Kulit kepala : kotor dan bau lesi
bersih ketombe
e. Bengkak/benjolan : tidak ada
f. Nyeri/pusing : tidak ada
g. Keluhan lain : tidak ada
4. Mata/Penglihatan
a. Ketajaman penglihatan : baik
b. Alis : tebal dan lebat
c. Bulu mata
1) Warna : hitam
2) Kondisi : baik
3) Posisi : simetris
4) Peradangan : tidak ada
d. Simetris : ya
e. Sclera
putih dan jernih kebiruan
kuning/ikterik
f. Pupil
1) Bentuk : bulat
d. Pucat : tidak
e. Bau kulit : khas
f. Pigmentasi :
Hipo pigmentasi normal
hiper pigmentasi
j. keadaan kuku : panjang
kebersihan kuku : baik
L. hasil laboratorium
1. pemeriksaan darah : Hb 10,8 gr/dl, , Leukosit
12.000/mm3; Ht 36,80%; trombosit 423.000/mm3. Hitung jenis: eosinofil 20%,
basofil 4%, netrofil batang 40%, netrofil segmen 20%, limfosit 15%, monosit 1%.
Tabel 4. Interpretasi laboratorium
Nilai Normal Kasus ket
Hb 12-16 g/dl 10,8 g/dl
Ht 37-47 % 36,80 %
Leukosit 5.000-10.000/mm3 9.500/ mm3 normal
Trombosit 150-450 x 103/ mm3 423.000/ mm3 normal
Nama : Ny. S
Umur : 39 tahun
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Ds :
- Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung kaki.
- Klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu nya
- Klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak.
Do :
- Klien tampak meringis ketika berjalan.
- Skala nyeri 7
- nyeri tekan (+)
- non pitting oedema (+)
- N: 110 x/i, RR 24x/i, TD 130/60 mmHg
- Suhu 38,5c Obstruksi kelenjar getah bening pada daerah tungkai Nyeri
2 Ds:
- Klien mengatakan demam berulang selama 4 hari
- Demam hilang bila beristirahat dan muncul ketika kembali bekerja berat.
- Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung kaki.
Do :
- Suhu 38,5c
- RR 24x/i
- N 110x/i
- TD 130/60 mmHg
- Wajah klien tampak memerah
- Kulit klien teraba hangat Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening Hipertermi
3
Ds :
- Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke ujung kaki
- Klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak.
Do :
- Kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya.
- Klien tampak susah berjalan.
- Klien tampak meringis saat berjalan.
- N 110x/i
- RR 24x/i Adanya pembengkakan pada kelenjar limfe di daerah tungkai (inguinal) Kerusakan
mobilitas fisik
4 Ds :
- klien mengatakan kakinya yang sakit tampak besar sebelah
Do :
- Hb 10,8 gr/dl, Leukosit 9.500/ Hitung jenis: eosinofil 20%, basofil 4%, netrofil batang 40%,
D. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan Obstruksi kelenjar getah bening pada daerah tungkai, yang di
tandai dengan,
Ds :
- Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung kaki.
- Klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu nya
- Klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak.
Do :
- Klien tampak meringis ketika berjalan.
- Skala nyeri 7
- nyeri tekan (+)
- non pitting oedema (+)
- N: 110 x/i, RR 24x/i, TD 130/60 mmHg
- Suhu 38,5c
- Leukosit 9500/mm
2. Hipertermi berhubungan dengan Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening di tandai
dengan :
Ds:
- Klien mengatakan demam berulang selama 4 hari
- Demam hilang bila beristirahat dan muncul ketika kembali bekerja berat.
- Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung kaki.
Do :
- Suhu 38,5c
- RR 24x/i
- N 110x/i
- TD 130/60 mmHg
- Wajah klien tampak memerah
- Kulit klien teraba hangat
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan Adanya pembengkakan pada kelenjar limfe di
daerah tungkai yang ditandai dengan:
Ds :
- Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke ujung kaki
- Klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak.
Do :
- Kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya.
- Klien tampak susah berjalan.
1. Di gunakn untuk memgurangi demam dengan aksi sentral nya kepada hipotalamus.
3
kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan obtruksi kalenjer getah bening pada daerah
tungkai, yang itandai dengan :
Ds:
Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke ujung kaki
Do:
kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya.
klien tampak susah berjalan.
klien tampak meringis saat berjalan.
N 110x/i.
RR 24x/i
4. Tingkat kan aktivitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan klien .
Kolaborasi:
1. Memberikan obat sesuai dangan indikasi misalnya aspirin.
1. Mengidentifikasi kerusakan kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempegaruhi
pilihan intervensi yang akan dilakukan.
2. Perubahan posisi yang teratur menyebakan penyamaran terhadap berat badan dan
meningkatakan
irkulasi pada bagian tubuh.
3. Memperhatikanmobilisasi dan fungsi sendi /posisi normal ekstermitas dan menurunkan ter
jadinya vena yang statis.
4. Keterlibatan pasien dalam perencanaan dalam kegiatan adalah sangat penting dalam
meningkatkan kerjasama pasien untukkeberhasilan dari suatu program tersebut.
1. Dapat menghilangkan rasa nyeri sehingga mempermudah klien untuk melakukan aktivitas
secara mandiri
4. Resti penularan penyakit berhubungan dengan pemajanan penularan melalui vector, yang
ditandai dengan :
Ds :
7. Adanya anoreksia dapat menurunkan tahanan tubuh terhadap prosese infeksi dan menganggu
proses penyembuhan.
1. Pemberian obat dietilkarbamazine (dec) dapat membunuh parasit yang terdapat pada kalenjar
limpe dan menurunkan resiko terjadinya penularan.
A:
Dari intervensi yang telah dilakukan,masalah nyeri belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
1,2,3,4,5
II 14/03/11
(09.00 11.00) 1. Memantau suhu tubuh pasien perhatikan adanya mengiggil/diafores.
Hasil : Suhu 38.3c
2. Memantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi,yaitu klien
diberikan selimut tipis selembar.
Hasil : Lingkungan terasa lembab, klien tampak mulai berkeringat
3. Memberikan kompres mandi hangat hindari penggunaan alkohol.
Hasil :
Suhu : 37
4. Menganjurkan klien untuk banyak minum air putih hangat
Hasil : klien minum air putih sebanyak 2 gelas.
Kolaborasi:
5. Memberikan antipiretik misalnya aspirin asetaminofen
Hasil : suhu : 38c 14/03/11
(16.10) S :
Klien mengatakan tidak merasa demam lagi
O:
Suhu 37.80C
RR 21 x/i
N 100x/i
Wajah klien tidak tampak memerah lagi
Leukosit 9500 / mm3
A:
Masalah hipertermi teratasi sebagian
P:
Intervensi 1,2,3,4,5 tetap dilanjutkan.
III 1. Memeriksa kembali kemampuan dan keadaan secara kondisional pada kerusakan yang ter
jadi.
Hasil :
Klien dapat melakukan aktivitas ringan secara mandiri, namun aktivitas seperti berjalan dan
berpindah tempat, klien membutuhkan bantuan orang lain atau alat.
2. Mengatur posisi ter tentu untuk menghindari kerusakan karna tekanan,ubah posisi pasien
secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi antara waktu perubahan posisi tersebut.
Hasil :
Klien merasa lebih nyaman
3. Memberikan atau bantu klien untuk melakukan latihan rentang gerak.
Hasil :
Pergerakan pada kaki klien yang sakit masih terbatas.
4. Meningkatkan aktivitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan klien .
Hasil :
Pada aktivitas kecil klien dapat melakukan secara mandiri
Kolaborasi:
5. Memberikan obat sesuai dangan indikasi.
Hasil : pemberian obat analgetik S :
Klien mengatakan dapat melakukan aktifitas ringan dengan mandiri,dan nyeri pada daerah kaki
sedikit berkurang
O:
Kaki klien masih tampak besar sebelah
Klien sudah mulai bisa berjalan walau terkadang masih tampak meringis
N 100x / i
A:
Dari intervensi yang telah di lakukan pada klien,masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan semua intervnsi
IV 1. Mengidentifikasi orang lain yang berisiko penularan contoh anggota keluarga /teman..
Hasil :
Yang beresiko yaitu, para petugas medis, pasien lainnya, pengunjung dan keluarga.
2. Mengawasi suhu lingkungan kelembapan dan lakukan /berikan racun serangga di sekitar
lingkungan tempat tinggal dan ruang perawatan
Hasil : pemberian semprot anti nyamuk ke sekitar ruangan klien.
3. Menekan kan penting melakukan terapi obat.
Hasil :
Klien mengatakan mengerti dan patuh terhadap terapi pengobatan yang diberikan padanya.
4. Memberikan makanan yang seimbang dalam porsi kecil pada jumlah makanan yang besar dan
tepat.
Hasil :
Klien tampak makan dengan lahap.
Kolaborasi:
5. Memberikan pengobatan seperti dietilkarbamazine(dec)pengobatan di lakukan secara berulang
1 hingga 6 bulan ( 6 sampai 8 kg/BB)
Hasil : klien patuh menjalani terapi. S:
Kliem mengatakan yang selalu ada disekitarnya adalah keluarganya.
O:
Hb 10,8 gr/dl, leukosit 9500 / mm3 , eosinofil 20% .
A:
Resiko untuk pemajanan infeksi masih ada. Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan semua intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Filariasis adalah kelompok penyakit yang mengenai manusia dan binatang yang disebabkan oleh
parasit kelompok nematode yang disebut filaridae., dimana cacing dewasanya hidup dalam
cairan san saluran limfe, jaringan ikat di bawah kulit dan dalam rongga badan. Cacing dewasa
betina mengeluarkan mikrofilaria yang dapat ditemukan dalam darah, hidrokel, kulit sesuai
dengan sefat masing-masing spesiesnya.
Penyakit filariasis banayak ditemukan di berbagai negara tropik dan subtropik, termasuk
Indonesia. Prevalensi tidak banyak berbeda menurut jenis kelamin, usia maupun ras.
Penyakit filariasis dapat disebabkan oleh berbagai macam spesies, sehingga gambaran klinisnya
spesifik untuk masing-masing spesies, misalnya bentuk limfatik biasnya digunakan sebagai tanda
bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia
timori, dimana parasit dapat menyumbat saluran limfe dengan manifestasi terbentuknya
elefantiasis, sedangkan Loa loa ditandai dengan calabar swelling. Onchocerca volvulus
menyebabkan kebutaan dan pruritus pada kulit.
Diagnosis penyakit ini dengan ditemukannya mikrofilaria dalam darah, sedangkan bila tidak
ditemukan mikrofilaria maka diagnosis dapat berdasarkan riwayat asal penderita, biopsi kelenjar
limfe, dan pemeriksaan serologis.
Prinsip terapi ialah dengan menggunakan kemoterapi untuk membunuh filaria dewasa dan
mikrofilarianya serta mengobati secara simpotomatik terhadap reaksi tubuh yang timbul akibat
cacing yang mati. Dapat juga dilakukan pembedahan.
Pencegahan penularan penyakit ini dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan seperti
DEC ataupun dengan mengontrol vektor.
Penyakit ini sangat berbahaya dan hampir diseluruh dunia dapatditemukan penyakit ini karena
mudahnya dalam penyebaran penyakit ini. Beberapa asuhan keperawatan secara teoritis yang
mungkin yang mungkin muncul pada penderita penyakit ini yaitu :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan oembengkakan pada anggota tubuh.
5. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit.
Namun pada kasus Ny. S yang dibahs kelompok, diagnosa yang dapat diangkat berupa :
1. Nyeri berhubungan dengan obstruksi kelenjar getah bening pada daerah tungkai
2. Hipertermi berhubungan dengan adanya inflamasi pada kelenjar getah bening
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya pembengkakan pada kelenjar limfe
didaerah tungkai
4. Resiko tinggi penularan penyakit berhubungan dengan pemajanan penularan melalui vektor
Dari kasus yang kita dapatkan diatas dapat dipastikan bahwa Ny. S mengalami fialriasis tingkat 3
dengan diagnosa yang dapat diangkat berdasrkan kasus yang diatas adalah nyeri yang
berhubungan dengan adanya obstruksi pada saluran limfe, hipertermi yang berhubungan dengan
adanya inflamasi pada saluran pembuluh limfe. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan
adanya pembengkakan pada saluran getah bening pada daerah tungkai kaki. Dan setelah
dilakukan intervensi didapati keadaan klien tampak membaik, masalah teratasi sebagian dan
beberapa intervensi masih harus dilanjutkan.
B. SARAN
Demikianlah makalah pleno ini kami susun dengan penuh kerjasama. Diharapkan dengan adanya
makalah pleno ini mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai penyakit Filariasis. Selain itu
mahasiswa juga mampu memahami secara teoritis mengenai penyakit ini serta mampu mebuat
asuhan keperawtan tentang kasus Filariasis
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah referensi akademik untuk melengkapi
bahan pembelajaran dan motivasi mahasiswa untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang
penyakit Filariasis.
Kelompok menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan untuk dapat memperbaiki penulisan makalah ini
selanjutnya.