RUBELLA KONGENITAL
Destia Windi D
G99121013/ K-05-12
Mulki Rakhmawati
G99121030/ K-06-12
Amelia Kartika
G0004039/ K-21-12
Zulaika Binti Ar
G0006512/ K-22-12
Erpryta Nurdia
G9911112604/ L-11-12
Pembimbing :
Ketika rubella terjadi pada wanita hamil, dapat terjadi sindrom rubella bawaan, yang potensial
menimbulkan kerusakan pada janin yang sedang tumbuh. Anak yang terkena rubella sebelum dilahirkan
beresiko tinggi mengalami keterlambatan pertumbuhan, keterlambatan mental, kesalahan bentuk jantung
dan mata, tuli, dan problematika hati, limpa dan sumsum tulang. Penularan Virus rubella menular dari
satu orang ke orang lain melalui sejumlah kecil cairan hidung dan tenggorokan. Pada janin, infeksi rubella
dapat menyebabkan abortus bila terjadi pada trisemester I. mula-mula replikasi virus terjadi dalam
jaringan janin, dan menetap dalam kehidupan janin, dan mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga
menimbulkan kecacatan atau kelainan yang lain. Infeksi ibu pada trisemester kedua juga dapat
menyebabkan kelainan yang luas pada organ. Menetapnya virus dan interaksi antara virus dan sel di
dalam uterus dapat menyebabkan kelainan yang luas pada periode neonatal, seperti anemia hemolitika
dengan hematopoiesis ekstrameduler, hepatitis, nefritis interstitial, ensefalitis, pankreatitis interstitial dan
osteomielitis.Masa inkubasi berlangsung sekitar 10 hari, tapi bisa berkisar antara 7-18 hari dari saat
terpajan sampai timbul gejala demam, biasanya 14 hari sampai timbul ruam. Jarang sekali lebih lama dari
19-21 hari. IG untuk perlindungan pasif yang diberikan setelahhari ketiga masa inkubasi dapat
memperpanjang masa inkubasi (Lorraine Dontigny, Montral (Qubec) Marc-Yvon Arsenault, Montral
(Qubec) Marie-Jocelyne Martel Journal Rubella in Pregnancy, 2008)
Gejala rubella kongenital dapat dibagi dalam 3 kategori :
1. Sindroma rubella kongenital yang meliputi 4 defek utama yaitu :
a. Gangguan pendengaran tipe neurosensorik. Timbul bila infeksiterjadi sebelum umur
kehamilan 8 minggu. Gejala ini dapat merupakan satu-satunya gejala yang timbul.
b. Gangguan jantung meliputi PDA, VSD dan stenosis katup pulmonal.
c. Gangguan mata : katarak dan glaukoma. Kelainan ini jarang berdiri sendiri.
d. Retardasi mentaldan beberapa kelainan lain antara lain:
e. Purpura trombositopeni ( Blueberry muffin rash )
f. Hepatosplenomegali, meningoensefalitis, pneumonitis, danlain-lain
2. Extended sindroma rubella kongenital.. Meliputi cerebral palsy,retardasi mental, keterlambatan
pertumbuhan dan berbicara, kejang,ikterus dan gangguan imunologi ( hipogamaglobulin ).
3. Delayed - sindroma rubella kongenital. Meliputi panensefalitis, danDiabetes Mellitus tipe-1,
gangguan pada mata dan pendengaran yang barumuncul bertahun-tahun kemudian.
Pemeriksaan Fisik:
Untuk rubella congenital dapat diidentifikasikan dari pemeriksaan fisik, yaitu dari kepala dapat
kita temukan adanya microcephali, pada mata biasanya ditemukan tanda kelainan di bola mota berupa
adanya katarak dan peningkatan tekanan intra okuler atau biasa disebut glaucoma. Pada telinga terdapat
kelainan pendengaran yaitu ketulian yang dapat dideteksi setelah usia masa pertumbuhan. Kemudian
pada pemeriksaan jantung dapat ditemukan adanya kelainan berupa patent duktus arteriosus ditandai
dengan adanya murmur derajat I-IV. Namun tanda-tanda diatas tidak patoknomonik untuk diagnosis klinis
sering kali sukar dibuat untuk seorang penderita oleh karena tidak ada tanda atau gejala yang patognomik
untuk rubela.
(Cuixia Tian, Syed Asad Ali and Jrn-Hendrik Weitkamp, Journal Congenital
Infections, 2010)
Pemeriksaan penunjang:
Pada wanita yang terkena rubella congenital selama kehamilan maka diagnosis prenatal sangat
dibutuhkan. Terdapat dua macam pemeriksaan untuk mengetahui adanya rubella congenital pada janin,
yaitu dengan amniosintesis dan fetal blood testing. Kedua pemeriksaan tersebut harus dilakukan pada
minggu keenam sampai minggu kedelapan setelah infeksi dan harus dilakukan pada umur kehamilan
22minggu. Metode pertama yaitu amniosintesis menggunakan teknik PCR yang memberikan tingkat
sensitifitas dan spesifisitas 100%, ini menunjukkan bahwa cairan amnion merupakan specimen yang
paling tepat untuk mendiagnosis adanya infeksi rubella congenital pada janin. Namun pendapat lain
mengemukakan bahwa fetal blood test juga perlu dilakukan untuk menentukan adanya immunoglobulin
Myang spesifik untuk rubella. Sangat penting untuk diketahui oleh keluarga bahwa pemeriksaan ini hanya
untuk adanya infeksi pada ibu dan janin dan tidak dapat menentukan tingkat kematian dari janin akibat
dari infeksi tersebut. Berdasarkan gejala klinik dan temuan serologi, sindroma rubella kongenital(CRS,
Congenital Rubella Syndrome) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. CRS confirmed. Defek dan satu atau lebih tanda/ gejala berikut :
Virus rubella yang dapat diisolasi.
Adanya IgM spesifik rubella
Menetapnya IgG spesifik rubella.2.
2. CRS compatible. Terdapat defek tetapi konfirmasi laboratorium tidak lengkap. Didapatkan 2
defek dari item a , atau masing-masing satu dariitem a dan b.
(Cuixia Tian, Syed Asad Ali and Jrn-Hendrik Weitkamp, Journal Congenital Infections,
2010)
2. Jika hasil keduanya negatif, sebaiknya Anda ke dokter untuk melakukan vaksinasi, namun Anda baru
3.
4.
4. Jika anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM negatif berarti anda tidak mempunyai kekebalan
terhadap Rubella. Bila anda belum hamil, dokter akan memberikan vaksin Rubella dan menunda
kehamilan selama 3-6 bulan. Bila anda tidak bisa mendapat vaksin, tidak mau menunda kehamilan
atau sudah hamil, yang dapat dikerjakan adalah mencegah anda terkena Rubella
5. Bila sudah hamil padahal belum kebal, terpaksa anda berusaha menghindari tertular Rubella dengan
cara berikut:
6. Jangan mendekati orang sakit demam Jangan pergi ke tempat banyak anak berkumpul, misalnya
Playgroup, sekolah TK dan SD Jangan pergi ke tempat penitipan anak Sayangnya, hal ini tidak
dapat 100% dilaksanakan karena situasi atau karena orang lain yang terjangkit Rubella belum tentu
menunjukkan gejala demam. Kekebalan terhadap Rubella diperiksa ulang lagi umur 17-20 minggu.
7. Bila ibu hamil mengalami Rubella, periksalah darah apa benar terkena Rubella.
8. Bila ibu sedang hamil mengalami demam disertai bintik-bintik merah, pastikan apakah benar
Rubella dengan memeriksa IgG danIgM Rubella setelah 1 minggu. Bila IgM positif, berarti benar
infeksi Rubella baru.
9. Bila ibu hamil mengalami Rubella, pastikan apakah janin tertular atau tidak
10. Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus Rubella
dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban
(cairan amnion). Pengambilan sampel air ketuban harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan &
kebidanan, dan baru dapat dilakukan setelah usia kehamilan lebih dari 22 minggu.
11. Bagi wanita usia subur bisa menjalani pemeriksaan serologi untuk Rubella. Vaksinasi sebaiknya
tidak diberikan ketika si ibu sedang hamil atau kepada orang yang mengalami gangguan sistem
kekebalan akibat kanker, terapi kortikosteroid maupun penyinaran. Jika tidak memiliki antibodi,
diberikan imunisasi dan baru boleh hamil 3 bulan setelah penyuntikan.
Prognosis
Komplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang kadang terjadi. Resistensi
terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah. Ensefalitis serupa dengan ensefalitis yang ditemukan pada
rubeola yang terjadi pada sekitar 1/6.000 kasus. Prognosis rubella anak adalah baik; sedang prognosis rubella
kongenital bervariasi menurut keparahan infeksi. Hanya sekitar 30% bayi dengan ensefalitis tampak terbebas
dari defisit neuromotor, termasuk sindrom autistik. Kebanyakan penderitanya akan sembuh sama sekali dan
mempunyai kekebalan seumur hidup terhadap penyakit ini.
Namun, dikhawatirkan adanya efek teratogenik penyakit ini, yaitu kemampuannya menimbulkan cacat
pada janin yang dikandung ibu yang menderita rubella. Cacat bawaan yang dibawa anak misalnya penyakit
jantung, kekeruhan lensa mata, gangguan pigmentasi retina, tuli, dan cacat mental. Penyakit ini kerap pula
membuat terjadinya keguguran.