Percobaan 3 (Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine)
Percobaan 3 (Urine-Identifikasi Senyawa Dalam Urine)
PERCOBAAN 9
URINE : IDENTIFIKASI SENYAWA DALAM URINE
I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam urine
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Urine
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekulmolekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di
dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang
keluar tubuh melalui uretra.
Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau
obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urine sebagai zat
yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urine tersebut berasal
dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urine pun akan
mengandung bakteri. Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing
yang sehat, secara medis urine sebenarnya cukup steril dan hampir tidak
berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah
meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urine dan mengubah zatzat di dalam urine dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia
yang dihasilkan dari urea. Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang
yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urine yang bening seperti
air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urine berwarna kuning pekat atau
cokelat.
(Anonim, 2008)
(-)
(+)
(+ +)
(+ + +)
(+ + + +)
urine
sebagai
bahan
pemeriksaan
untuk
Pengujian pemekatan
Glukosa
< 0,05
urine
< 0,05
Asam amino
0,80
1,0
Amoniak
0,80
100
Urine
25
70
Kreatinin
1,5
70
Asam urat
0,7
20
H+
pH 5-8
Sampai 300
Na+
3,0
1,0
K+
1,7
15
Ca2+
0,2
Mg2+
0,15
Cl-
6,3
1,5
HPO42-
1,2 g P
25
SO42-
1,4 g S
50
HCO3-
0,3
0,2
b. Glukosa
Normal, tidak lebih dari satu gram diekstraksi setiap hari. Glukosaria
terjadi bila melebihi jumlah tersebut. Glukosaria dapat disebabkan adanya
stres dan emosi. Glukosaria tidak disebabkan oleh diabetes tetapi dapat
menunjukkan adanya diabetes.
c. Benda-benda keton
Pada keadaan normal, umumnya hanya diekskresi keton sebanyak
3-15 mg setiap hari, jumlahnya meningkat pada kelaparan, gangguan
metabolisme karbohidrat, kehamilan, dan beberapa jenis alkoholis.
(Harper, 1961)
2.7 Unsur-unsur Normal dalam Urine
a.Urea
Merupakan hasil akhir utama metabolisme protein pada mamalia.
Biasanya merupakan 80-90% dan nitrogen urine total tetap pada diet rendah,
protein urea jumlahnya rendah karena unsur nitrogen lain secara relatif tidak
dipengaruhi oleh diet. Sekresi urea meningkat seperti demam, diabetes atau
aktivitas korteks berlebih.
(Harper, 1961)
b. Amonia
Secara normal, jumlah amonia dalam urine sedikit. Namun jika
terdapat diabetes melitus maka jumlah amonia yang terkandung sangat
tinggi.
(Harper, 1961)
c. Kreatin dan kreatinin
Kreatin adalah produk pemecahan kreatin. Koefisien kreatin ini dapat
digunakan sebagai metode (indeks) mengenai jumlah urine yang
dikumpulkan dalam 24 jam. Kreatinin diukur secara kolorimeter dengan
menambahkan alkali pikrat dalam urine.
(Harper, 1961)
d. Asam urat
Asam urat adalah hasil akhir yang penting dalam oksidasi urine yang
sukar larut dalam air, tetapi membentuk garam yang larut dalam alkali. Oleh
karena itu asam urat mudah mengendap dalam urine bila dibiarkan, warna
biru diberikan asam urat bila terdapat seanofosfongisfat.
(Harper, 1961)
e. Asam amino
Asam amino yang keluar dari urine sangat sedikit karena ambang batas
urine untuk zat ini sangat tinggi.
(Harper, 1961)
2.8 Pengujian pada Urine
2.8.1 Uji gula pereduksi dengan metode benedict
Reagen benedict terdiri dari kupri sulfat, sodium karbonat, dan
sodium sitrat. Reaksinya sama dengan fehling yaitu gula pereduksinya
akan dioksidasi menjadi asam aldonat, sedangkan pereaksi benedict akan
tereduksi menjadi Cu2O dengan adanya endapan merah bata, maka
menunjukkan adanya gula pereduksi.
(Harper , 1961)
2.8.2 Penentuan kadar kreatinin urine
Kreatinin diukur secara stoikiometri dengan menggunakan asam
pikrat yang ditambahkan dalam urine. Dengan adanya kreatin, campuran
memberi warna ambar (Reaksi Jaffe) warnanya dicocokkan dengan
standar kreatinin yang juga telah diberi alkali pikrat.
(Harper , 1961)
2.8.3 Uji adanya protein
Protein dapat ditemukan dengan memanaskan urine lebih baik,
setelah
disentrifus
untuk
menghilangkan
sedimen,
kemudian
ditambahkan asan asetat encer. Suatu awan putih atau endapan yang
menetap setelah penambahan asam menunjukkan bahwa dalam urine
terdapat protein. Pada pengukuran kuantitatif protein diendapkan dengan
asam siklo asetat dan kemudian dipisahkan untuk analisis baik secara
kolorimetri maupun analisis.
(Harper , 1961)
Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
(seperti urea), garam terlarut, damn materi organik. Cairan dan materi
pembentuk urine berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine
berubah sepanjang proses reabsorbsi ketika molekul yang penting bagi tubuh
misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.
Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
Materi yang terkandung di dalam urine dapat diketahui melalui urinalisis. Urea
yang dikandung oleh urine dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk
tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.
Urine seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan
ditemukan dalam urine orang yang sehat.
(Anonim, 2008)
2.10 Penyakit pada urine
Penyakit batu ginjal merupakan suatu penyakit yang banyak diderita
oleh rakyat Indonesia yaitu suatu penyakit yang disebabkan terdapatnya
endapan yang mengeras (membatu) di dalam ginjal. Disebut juga penyakit
kencing batu dan dalam istilah asing disebut renal stone, urolithiasis atau
calculus urinaria.
Batu-batu ini tidak saja terdapat di dalam ginjal tetapi batu yang ada di
ginjal dapat turun ke saluran yang berada di bawahnya yaitu ureter, kandung
kemih (buli-buli) dan saluran kencing terluar (uretra) dan dapat juga terjadi
langsung di kandung kemih.
Gejala-gejala yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini adalah rasa
nyeri di daerah pinggang ataupun di daerah saluran kencing lainnya. Rasa
nyeri ini mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat tergantung dari
besar kecilnya batu yang terbentuk. Gejala-gejala lain diantaranya adalah
pengeluaran urine tidak lancar, urine kadang-kadang disertai dengan keluarnya
darah karena luka-luka yang ditimbulkan oleh gesekan antara batu dengan
dinding saluran kencing.
(Anonim, 2008)
2.11 Ginjal
ginjal
adalah mengekskresikan
zat-zat
sisa
cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir
menuju ginjal. Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
a. korteks (bagian luar)
b. medulla (sumsum ginjal)
c. pelvis renalis (rongga ginjal)
Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron 100 juta
sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan
zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi
dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapat kapsul
Bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa
selaput sel pipih. Kapsul Bowman membungkus glomerulus. Glomerulus
berbentuk jalinan kapiler arterial. Tubulus pada badan Malphigi adalah
tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul Bowman yang pada
dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua
adalah tubulus distal.
yang
komposisinya
membutuhkan
mettalocenter.
(Soriano & Harosinger, 1999)
2.15 Pengaruh
Padatan
Pada
Aktivitas
Enzim
Urease,
Penilaian
enzim urease menurun secara signifikan (P < 0.05) pada semua sampel tapi
telah diamati bahwa ada pengaruh negatif pada padatan aktivitas enzim
urease dan penilaian CO2 pada tanah yang diberi urea.
Tergantung pada waktu inkubasi, tanah yang diberi urea mempunyai
waktu 5 lebih dari NH4+ dan 4 waktu lebih dari NO 3- daripada tanah yang
tidak diberi urea. Selanjutnya padatan disebabkan nitrifikasi pada kedua
kelompok tersebut (P < 0.05).
Tanah yang padat mungkin menyebabkan masalah dengan perubahan
poros tanah. Sejak hal ini mempunyai pengaruh pada aktivitas biologi yang
sama baiknya pada bentuk fisik tanah, pertumbuhan tanaman dan akar
mungkin berpengaruh negatif. Aktivitas enzim urease pada sampel kontrol
34,33 pada hari pertama menurun menjadi 28,73 mg N/kg tanah selama 28
hari. Bagaimanapun, ketika 2 kg/cm2 tekanan diterapkan, tidak ada aktivitas
urease yang terlihat pada 14 dan 28 hari masa inkubasi. Perubahan aktivitas
urease pada sampel tanah dengan dan tanpa penambahan urease tergantung
pada 49 mg N tiap 100 gram tingkat tanah pada 28 hari inkubasi. Aktivias
enzim urease pertama kali, kedua dan ketiga masa inkubasi berubah secara
signifikan ketika tekanan 2 kg/cm2 diterapkan pada tanah.
(Karaca dkk, 1997)
2.16 Preparasi
dan
Karakterisasi
dari
Amobilisasi
Urease
pada
enzim
ini
seringkali
terbatas
karena
berlangsung.
Parameter
kinetik,
sifat,
dan
protein yang diumumkan oleh Sumner dan rekanannya dan oleh kami.
perbedaan yang radikal ini dalam hasil yang sangat sederhana suatu
eksperimen yang dituntut suatu penjelasan. Pertama kami mengulangi
eksperimen sama dengan cara yang diuraikan oleh Waldschmidt-Leitz dan
Steigerwaldt. Kita dapat mengkonfirmasikan hasil mereka adalah
hasil
sebenarnya. Hal tersebut adalah urease, apakah kemurnian atau kasar, tidak
ada pengaktifan oleh tripsin dalam suatu penyangga fosfat pH 7 ( 0.5~).
Bagaimanapun, pada pekerjaan yang yang lebih awal dilakukan
dilakukan oleh Waldschmidt-Leitz dan Steigerwaldt telah gagal mengamati
sesuatu yang tidak penting yang nampak. Karena mengandung air larutan
urease dari kristal yang tidak stabil, Sumner dan Hand
pada 1928
higroskopis, korosif
mudah menyerap CO2 membentuk Na2CO3
(Mulyono, 2001)
dengan
melarutkan
BaCO3
dalam
asam
K2C2O4
Sifat fisik : berbentuk kristal
tidak berwarna
Sifat kimia : beracun, dapat menyebabkan iritasi
larut dalam air
senyawa ini dapat digunakan sebagai sumber utama
asam oksalat, larutan pereaksi dalam kimia analisis dan
bahan pembersih.
(Basri, 1996)
III.
METODE PENELITIAN
-kaki tiga
-gelas ukur
-pipet tetes
-drop plate
-spatula
-kertas saring
-pengaduk
-corong
-pemanas listrik
-erlenmeyer
-penangas air
-cawan porselin
3.1.2 Bahan
-sampel urine
-akuades
-amonium molibdat
-phenolftalein
-NaOH 2 M
-fenol merah
-HNO3 pekat
-reagen benedict
-NaCO3
-CH3COOH 0.1 M
-NH4OH
-tepung kedelai
-BaCl2
-K2C2O3
-HCl pekat
3 mL akuades
Tabung reaksi I
Tabung reaksi II
hasil
5 mL urine
Tabung reaksi
Tabung reaksi
hasil
b. Percobaan WEYL
5 mL urine
Tabung reaksi
penambahan 5 tetes sodium nitroprusid
penambahan NaOH hingga larutan bersifat alkalis
penambahan tetes demi tetes CH3COOH
pengamatan perubahan warna
hasil
Kertas saring
Pembasahan dengan
AgNO3
Hasil
Penambahan dengan
campuran dalam
drop plate
Pengamatan
perubahan warna
Hasil
residu
Filtrat urine
pengambilan 5 ml filtrat
5 ml filtrat urine
Tabung reaksi
pemanasan diatas penangas air
penambahan 3-5 tetes
CH3COOH 2M
pengamatan perubahan
hasil
3.2.2
filtrat
tabung I
tabung II
tabung II
pengamatan perubahan
pemanasan
pengamatan perubahan
hasil
hasil
Perlakuan
Hasil
Ket
memudar
-pengocokan, pendiaman
-penambahan CH3COOH
-pemanasan hingga 60oC
-penambahan tepung kedelai
-pengocokan, pendiaman
2
- pemanasan
+++
++++
CH3COOH
Tes Adanya Asam Urat dan
kuningkecoklatan
-Urine wanita berwarna kuning
kecoklatan
Garamnya
a. Percobaan Muroksid
-0.5 mL urine + 3 tetes HNO3
pekat
-pemanasan sampai kering
b. Percobaan Reduksi Perak
AgNO3
tetap putih)
-pengocokan
5% + 2 mL NH4OH jenuh
-pengamatan
pudar jernih
-Urine wanita tetap berwarna kuning
pudar jernih
7
-Urine pria
kertas saring
-Urine wanita
-pengamatan
berlebih
-penyaringan
akuades
-pelarutan endapan dalam 1 mL
CH3COOH 2%
-pembagian ke dalam 2 tabung
10
-pemanasan
-pengamatan
Tes Adanya Sulfat
V. HIPOTESA
Pada percobaan ini senyawa-senyawa dan unsur-unsur sekarang yang
terkandung dalam protein. Identifikasi meliputi senyawa organik serta senyawa
anorganik dalam urine. Identifikasi senyawa organik dalam urine yang akan
dilakukan adalah pemecahan ureum oleh urease, tes adanya gula pereduksi, tes
kreatinin yaitu percobaan JAFFE dan WEYL, tes asam urat dan garamnya, yaitu
percobaan muroksid dan reduksi perak (SCHIFF), tes senyawa keton, tes protein.
Sedangkan identifikasi senyawa anorganik dalam urine meliputi tes adanya
ammonia, adanya klorida, tes adanya fosfat dan kalsium, dan tes adanya sulfat.
Dari beberapa identifikasi yaitu tes gula pereduksi akan menunjukkan kekeruhan
atau endapan merah bata jika terdapat gula pereduksi. Uji positif untuk senyawa
keton yaitu adanya warna jingga, uji positif adanya protein jika timbul endapan,
tes pemecahan ureum oleh urease dengan adanya warna merah muda, pada
percobaan WEYL adanya cincin merah dan endapan yang banyak, tes muroksid
dengan uji positif adanya warna kecoklatan, uji positif SCHIFF terbentuk cincin
perak. Sedangkan untuk tes adanya amonia uji positifnya adalah warna merah
muda pada kertas saring, uji positif adanya klorida yaitu adanya endapan keruh
dan akan larut jika penambahan NH4OH berlebih, uji positif untuk tes fosfat yaitu
adanya endapan kuning, uji positif tes kalsium yaitu timbul endapan atau
kekeruhan yang tidak larut, uji positif adanya sulfat adalah dengan adanya
endapan keruh
VI PEMBAHASAN
Percobaan identifikasi senyawa dalam urine ini bertujuan untuk mengetahui
unsur-unsur yang terkandung dalam urine.Urine atau air seni atau air kencing
adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di dalam
ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar
tubuh melalui uretra.
Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau
obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat
yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urine tersebut berasal dari
ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinenya pun akan
mengandung bakteri. Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing
yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau
ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh,
bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah zat-zat di dalam urin dan
menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari
urea.Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita
dehidrasi akan mengeluarkan urine yang bening seperti air. Penderita dehidrasi
akan mengeluarkan urine berwarna kuning pekat atau cokelat.
Identifikasi senyawa dalam urine sangat penting karena dengan adanya
identifikasi senyawa dalam urine bisa mengetahui ada dan tidaknya suatu penyakit
dalam tubuh. Identifikasi urine bisa dilakukan dengan beberapa metode berikut.
6.1 Senyawa Organik Dalam Urine
6.1.1 Pemecahan Ureum Oleh Urease
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya
ureum dalam urine yang dapat dipecah oleh enzim urease. Prinsip
percoban ini adalah pemecahan ureum oleh enzim urease. Pada
percobaan ini yang berperan sebagai sumber enzim urease adalah
tepung
kedelai.
Prosedur
pertama
yang
dilakukan
adalah
menambahkan indikator fenol merah pada urine pria dan wanita serta
pada akuades sebagai pembanding. Penambahan indikator fenol merah
ini bertujuan untuk menandai perubahan pH yang terjadi pada larutan.
Reaksi fenol merah:
Insuasana basa
(merah)
HIn
Suasana asam
(kuning)
(Anonim, 2008)
Perubahan pH ini untuk menandai pH optimum enzim urease bekerja
optimal. Fenol merah merupakan indikator dengan range pH 6,0-8,4
dan pada suasana asam membentuk warna kuning.
(Underwood, 1986)
Penambahan natrium karbonat berfungsi untuk mencapai pH yang
diinginkan yaitu pH enzim urease bekerja optimum pada suasana basa.
Pencapaian
pH
tersebut
ditandai
dengan
perubahan
warna.
urease
H 2N
NH 3
H2O
CO2
2NH3
(Kusnawidjaya, 1987)
6.1.2
C
H
OH
HO
OH
HO
OH
OH
OH
OH
Cu2+
H2O
CH2OH
H+
Cu2O
CH 2OH
(Martoharsono, 1993)
Penambahan reagen benedict tersebut membuat larutan menjadi
berwarna biru kemudian larutan tersebut dipanaskan. Pemanasan yang
dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi. Setelah dipanaskan,
dalam larutan yang berwarna biru, pada bagian dasar tabung reaksi
terbentuk endapan merah bata yang menunjukkan uji positif.
Tidak digunakan fehling pada percobaan ini karena benedict lebih peka
daripada fehling untuk mengidentifikasi adanya asam urat atau
kreatinin sedangkan jika digunakan fehling maka asam urat atau
kreatinin akan mereduksi fehling sehingga gula pereduksi tidak bisa
teridentifikasi.
Dari
hasil
menunjukkan
percobaan
uji
positif
didapatkan
mengandung
kedua
gula
sampel
urine
pereduksi
yang
6.1.3
OH
HN
O2N
H
N
NO 2
NH2+
C
CH 2
CH3
NO 2
NH2
CH 2
CH 3
OH
NH
CH3
CH2COOH
H2N
NO 2
NO 2
(Martoharsono, 1993)
6.1.3.2 Percobaan WEYL
H
N
HN
CH 3
HN
C
H+
HN
N
CH2
CH 3
Fe(CN)5NO.2H2O
NH
2Na+
NH
CH2COOH
(Martoharsono, 1993)
6.1.4
N
C
H
N
HNO3
C
HO
OH
N
H
NO2
C
OH
(Martoharsono, 1993)
Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi yang
terjadi. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapat hasil
terbentuknya endapan kuning kecoklatan pada kedua sampel urine.
Hal ini berarti bahwa dalam kedua sampel urine tersebut mengandung
asam urat.
6.1.4.2 Percobaan Reduksi Perak (SCHIFF)
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya asam urat
dan garamnya dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reduksi ion
Ag+ menjadi Ag. Uji positif pada percobaan ini adalah adanya lapisan
seperti cermin perak yang menempel pada kertas saring. Penambahan
larutan Na2CO3 bertujuan untuk membentuk garam dari asan urat
6.1.5
CH3
C
4OH
Fe(CN)5NO2-
OH-
NH4OH
(NC) 5Fe
C
H
CH 3
N2O
CH3
(Kusnawidjaya,1987)
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada kedua sampel urine tidak
terjadi perubahan warna. Kedua sampel urine tersebut tetap berwarna
kuning jernih. Hal ini menandakan bahwa dalam kedua sampel urine
tersebut negatif tidak mengandung gugus keton.
6.1.6
C
NH 2
H 2O,H+
COOH
CHCHO2NH 2
R
NH 2CHCOOH
R
(Kusnawidjaya,1987)
OH
OH
H2O
OH
OH
H3O+
Fenolftalein
O-
C
C
H3O+
In2-, merah
(Underwood, 1986)
Na2CHO3
NH4HCO3
2NH4 + CO32-
(NH4)CO3
(Martoharsono, 1993)
6.2.2
terbentuk endapan dan warna merah muda yang kemudian larut dengan
adanya penambahan NH4OH berlebih. Hal ini menandakan bahwa
dalam kedua sampel urine tersebut positif mengandung klorida.
Reaksi yang terjadi:
NaCl + HNO3
NaNO3 + HCl
HCl + AgNO3
AgCl + HNO3
AgCl + NH4OH
6.2.3
6.2.4
dan
BaCl2.
Penambahan
HCl
pekat
bertujuan
untuk
BaSO4 + 2HCl
(Kusnawidjaya,1987)
Dari hasil percobaan didapat hasil bahwa pada kedua sampel urine baik
urine pria dan wanita mengandung sulfat yang ditandai dengan
terbentuknya endapan.
VII. KESIMPULAN
7.1 Unsur-unsur yang terkandung dalam urine antara lain:
7.1.1 Senyawa Organik:
Ureum, gula pereduksi, kreatinin, asam urat dan garamnya,
keton dan protein.
7.1.2 Senyawa Anorganik
Amonia, klorida, fosfat dan kalsium serta sulfat
7.2 Identifikasi senyawa dalam urine bisa dilakukan dengan uji pemecahan
ureum oleh urease, uji gula pereduksi, uji adanya kreatinin dengan
percobaan JAFFE dan WEYL, tes adanya asam urat dan garamnya
yang
menggunakan
percobaan
(SCHIFF), tes adanya senyawa keton, dan tes adanya protein untuk
uji senyawa Organik.
7.3 Identifikasi senyawa Anorganik dilakukan dengan Tes adanya amonia,
klorida, sulfat, fosfat dan kalsium
7.4 Dari hasil percobaan didapatkan bahwa:
7.4.1 Pemecahan ureum oleh urease pada kedua sampel urine didapat
uji positif.
7.4.2 Tes adanya gula pereduksi juga memberi uji positif pada kedua
sampel urine.
7.4.3 Tes adanya kreatinin pada percobaan JAFFE kedua sampel urine
menunjukkan uji positif mengandung kreatinin sedangkan pada
percobaan WEYL kedua sampel memberi uji negatif tidak
mengandung kreatinin.
7.4.4 Tes adanya asam urat dan garamnya pada percobaan Muroksid
dan reduksi perak (SCHIFF) kedua sampel urine memberi uji
negatif.
7.4.5 Tes adanya senyawa keton dan tes adanya protein kedua sampel
urine memberi uji negatif.
7.4.6 Tes adanya amonia kedua sampel urine memberi uji negatif.
7.4.7 Tes adanya klorida dan tes adanya sulfat kedua sampel urine
memberi uji positif.
7.4.8 Tes adanya fosfat dan kalsium kedua sampel urine memberi uji
negatif.
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA IV
PERCOBAAN 9
URINE : IDENTIFIKASI SENYAWA DALAM URINE
Disusun Oleh:
SINGGIH HERTATO
SRI HARTATI
J2C006050
J2C006051
TEDY HENDARWAN
J2C006052
WEMPIE GRESSANGGA
J2C006053
WIRNIA SINAR S
J2C006054
YENI SETYANINGSIH
J2C006055
J2C006056
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2008
Daftar Pustaka
Alqasaimeh, Heng & Ahmad, A Urea from Stacked Sol-Gel Films with Immobilized
Nile Blue Chromoionophore and Urease Enzim, University Kebangsaan
Malaysia, Malaysia.
Anonim, 2008, Sistem Ekskresi pada Hewan Vertebrata, www.ilmupedia.com.
, 2008, Ginjal, www.wikipedia.com.
Arora, H., 2004, Dictionary of Chemistry, A.I.T.B.S Publisher and Distributors
(Regd.), Delhi.
Basri, S., 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta.
Bettelhem, 1995, Urinary Tract Infections, Definitions and Classification. Mosby
Year Book Inc, Missouri.
Daintith, J., 1990, Kamus Kimia Lengkap, Erlangga, Jakarta.
Harper, 1961, Review of Physiological Chemistry, Medical Publication, Canada.
Karaca,A., Baran,A., & Kaktanir, K., 1997, The Effect of Compaction on Urease
Enzyme Activity, Carbon Dioxide Evaluation and Nitrogen Mineralisation,
Ankara University, Faculty of Agriculture, Soil Science Department,
Ankara-TURKEY.
Kusnawidjaya, 1987, Biokimia, Alumni, Bandung.
Lee & Calhoun, 2003, Urease From Potentially Pathogenic Cocoid Isolate:
Purification, Characterization and Comparison to Other Microbial Urease,
Departement of Chemistry, City College of New York, New York.
Martoharsono, 1993, Biokimia Jilid 3, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Mulyono, 2001, Kamus Kimia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Bandung.
Pringgodigdo, A. G. 1973, Ensiklopedia Umum, Yayasan Para Buku Franklin, Jakarta.
LAMPIRAN
1.Senyawa organik dalam urine
urease
H 2N
NH 3
H2O
2NH3
CO2
(Kusnawidjaja, 1987)
1.2 Tes adanya gula pereduksi
1. Tes gula pereduksi yang positif dalam urine menunjukkan adanya
kelainan/penyakit apa? Jelaskan!
Jika tes adanya gula pereduksi ini memberikan uji positif maka orang tersebut
menderita penyakit diabetes melitus (DM) karena kadar gula pada penderita
diabetes melitus dalam darah tinggi sehingga ikut tersekresi bersama urine.
2. Tuliskan reaksi antar gula pereduksi dengan reagen Benedict!
O
C
H
OH
HO
H
H
OH
HO
OH
OH
OH
OH
Cu2+
H 2O
CH2 OH
Cu2O
H+
CH 2OH
(Martoharsono, 1993)
1.3 Tes adanya Kreatin
1. Apa yang dimaksud dengan keratin?
Kreatin adalah anhidrida dari keratin (asammetil guadmin asetat) yang banyak
dibentuk dalam obat dengan dehidrasi keratin fosfat yang non enzimatik dan
tidak reversible. Kreatinin merupakan konstituen dalam urine.
2.
OH
HN
O2 N
H
N
NO 2
NH2 +
CH 2
CH3
NO 2
NH2
CH 2
CH 3
OH
NH
CH3
H2 N
NO 2
NO 2
CH2COOH
(Martoharsono, 1993)
Reaksi pada Percobaan WEYL
H
N
C
H
N
HN
CH 3
HN
C
H+
HN
N
CH2
CH 3
Fe(CN)5 NO.2H2 O
NH
2Na+
NH
CH2 COOH
(Martoharsono, 1993)
HN
H
N
C
HN
N
H
(Martoharsono, 1993)
2. Buatkan skema jalur metabolisme terbentuknya asam urat dalam tubuh manusia!
Skema jalur metabolisme terbentuknya asam urat dalam tubuh manusia;
HN
H
N
OH
C
HN
(laktan)
N
H
OH
CH
O
C
HN
CH
OH
N
H
HN
(urat)
(laktin)
N
H
HN
H
N
C
HN
N
H
(asam urat)
(Martoharsono, 1993)
3. Apa pengaruh asam urat berlebih dalam tubuh manusia?
Adanya asam urat berlebih akan menyebabkan siklus urea terhambat
sehingga pembentukan urea dalam amoniak menjadi terhambat dan tubuh tidak
dapat menerima diet berprotein tinggi. Asam amino yang melebihi batas dalam
jumlah tinggi akan menyebabkan koma sehingga bisa mematikan.
OH
(Martoharsono, 1993)
4. Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan di atas!
Percobaan Muroksid
H
N
HNO3
C
HO
OH
N
H
NO2
C
OH
N
(Martoharsono, 1993)
R'
O
CH3 C
CH3
S
H2O
Ko A OH- + H+
Ko A
CH2 CHOS Ko A
hidroksim etil sintase
CH2 OO H2 C
OH
CH 3
CH2
C
Ko A
O
hidrasi glutamat Ko A liase
CH 3
H2
C COO - H +
H3C C CH 2 CO2
O
Aseton
(Kusnawidjaya, 1987)
4. Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan di atas!
CH3
C
4OH
Fe(CN)5NO2-
OH-
NH4OH
(NC)5Fe
C
H
CH 3
N 2O
CH3
(Kusnawidjaya, 1987)
1.6 Tes adanya Protein
1. Sebutkan jenis protein yang ada di dalam urine!
Jenis protein dalam urine adalah kreatinin, albumin dan globulin.
(Harper, 1961)
2. Jelaskan reaksi yang terjadi pada percobaan di atas!
R
H
H 2O,H+
COOH
CHCHO2NH 2
NH 2
NH 2CHCOOH
(Kusnawidjaya, 1987)
Na2CHO 3
NH 4HCO3
2NH4 + CO32-
(NH 4)CO3
(Martoharsono, 1993)
2. Berapa jumlah kadar amoniak pada urine normal?
Jumlah amonia dalam urine normal adalah 0,7 gram perhari dalam bentuk
garam amonium yang terbentuk dalam ginjal
(Harper, 1961)
2.2 Tes adanya klorida
1. Apa fungsi penambahan HNO3 pekat pada percobaan di atas!
Fungsi penambahan HNO3 pekat adalah untuk menguraikan ikatan ionik
antara Cl- yang pada umumnya berikatan dengan Na+.
Asal ion Cl- dalam tubuh manusia adalah dari makanan yang mengandung
mineral.
2.3 Tes Adanya Fosfat dan Kalsium
1. Tulis reaksi yang terjadi pada percobaan diatas!
HPO42- + 12MoO42- + 3NH4+ + 23H+ (NH3)[P(Mo3O4)4] + 12H2O
Ca2+ + K2C2O4 CaC2O4 + 2K+
(Kusnawidjaya,1987)
2. Apa yang mempengaruhi kadar PO4 3- dalam urine?
Yang mempengaruhi kadar PO4
3-
BaSO4 + 2HCl
(Kusnawidjaya,1987)