Anda di halaman 1dari 21

TEORI KEPEMIMPINAN MUTAKHIR

(KEPEMIMPINAN KONTEMPORER)

DISUSUN OLEH :
NAMA

: FIDYAH NITA RAMADANI

NIM

: 1465142027

PRODI

: ILMU ADMINISTRASI NEGARA

ANGKATAN / KELAS

: 2014/B

MATA KULIAH

: KEPEMIMPINAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan

rahmat,

karunia,

serta taufik

dan hidayah-Nya

penulis

dapat

menyelesaikan makalah tentang teori kepemimpinan kontemporer, dengan baik


meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang teori kepemimpinan
kontemporer. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik
dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Makassar , April 2016

Penyusun

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................
1.1 Latar belakang........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3
2.1 Pengertian kepemimpinan kontemporer ..............................................

iii
1
1
2
2
3

2.1.1 Definisi Kepemimpinan ..............................................................

2.1.2 Definisi Kepemimpinan Kontemporer ........................................

2.2 Teori kepemimpinan Kontemporer ......................................................

2.2.1 Teori Atribusi Kepemimpinan......................................................

2.2.2 Kepemimpinan Kharismatik........................................................

2.2.3 Kepemimpinan Transformasional................................................

2.3 Peran kepemimpinan kontemporer .......................................................

11

2.4 Kepercayaan Kepemimpinan Kontemporer ..........................................

13

2.5 Pemimpin Yang Paling Tepat Untuk Memimpin Indonesia


Di Masa Mendatang ............................................................................

15

BAB 3 PENUTUP...................................................................................................
3.1 Kesimpulan............................................................................................
3.2 Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

17
17
17
18

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam

hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan.


Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah.untuk menciptakan kondisi
kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati dan
menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Dalam sejarah peradaban
manusia, dikonstatir gerak hidup dan dinamika organisasi sedikit banyak
tergantung pada sekelompok kecil manusia penyelenggara organisasi. Bahkan
dapat dikatakan kemajuan umat manusia datangnya dari sejumlah kecil orangorang istimewa yang tampil kedepan. Para pemimpin dalam menjalankan
tugasnya tidak hanya bertanggungjawab kepada atasannya, pemilik, dan
tercapainya tujuan organisasi, mereka juga bertanggungjawab terhadap masalahmasalah internal organisasi termasuk didalamnya tanggungjawab terhadap
pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia. Secara eksternal, para
pemimpin memiliki tanggungjawab sosial kemasyarakatan atau akuntabilitas
publik.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan
yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang
pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam
menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan
pimpinan itu sendiri. Demikian makalah ini akan membahas mengenai teori yang
dikembangkan baru-baru ini yaitu kepemimpinan kontemporer.

1.2

Rumusan Masalah
Dari latar belakang sebelumnya, adapun rumusan masalah dari makalah ini

sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari kepemimpinan kontemporer ?
2. Bagaimana teori kepemipinan kontemporer ?
3. Bagaimana peran dari kepemimpinan kontemporer ?
4. Bagaimana kepercayaan kepemimpinan kontemporer ?
5. Bagaimana pemimpin yang tepat untuk memimpin Indonesia masa
mendatang ?
1.3

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu, sebagai pemenuhan tugas mata

kuliah Kepemimpinan dan agar kita memahami lebih lanjut dan mengetahui
bagaimana Teori kepemimpinan kontemporer.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

PENGERTIAN KEPEMIMPINAN KONTEMPORER

2.1.1

Definisi Kepemimpinan
Pemimpin merupakan agen perubahan, orang yang perilakunya akan lebih

memengaruhi orang lain dari pada perilaku orang lain yang memengaruhi mereka.
Kepemimpinan timbul ketika satu anggota kelompok mengubah motivasi atau
kompetensi anggota lainnya di dalam kelompok.
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari
proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang.
Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari
proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan
visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan
membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya
mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya
mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir
menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang
diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam
diri seseorang.
Garry Yukl (1994:2) menyimpulkan definisi yang mewakili tentang
kepemimpinan antara lain sebagai berikut :
a. Kepemimpinan adalah prilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitasaktifitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (share
goal) (Hemhill& Coons, 1957:7)
b. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu
situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian
satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannenbaum, Weschler & Massarik,
1961:24)

c. kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam


harapan dan interaksi (Stogdill, 1974:411)
2.1.2

Definisi Kepemimpinan Kontemporer


Definisi kata Kontemporer menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

pada waktu yang sama; semasa; sewaktu; pada masa kini; dewasa ini.
Contoh: Di samping tarian klasik disuguhkan juga tarian Bulan
Dari pengertian awal atau dasar di atas maka definisi sederhana dari
kepemimpinan kontemporer dapat kita simpulkan kepemimpinan kontemporer
menekankan pemimpin sebagai pembentuk makna atau menggunakan kata-kata,
gagasan dan kehadiran fisik untuk mengendalikan bawahanya.
2.2

TEORI KEPEMIMPINAN KONTEMPORER


Teori kepemimpinan kontemporer merupakan teori yang dikembangkan

baru-baru ini, ada beberapa teori kontemporer dalam kepemimpinan yang dapat
disampaiakan, yaitu : Teori atribusi Kepemimpinan, Kepemimpinan Kharismatik,
dan kepemimpinan transformasional.
2.2.1

Teori Atribusi Kepemimpinan


Teori Atribusi Kepemimpinan mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah

kemampuan pemimpin mengelola sifat-sifat/ciri/latar belakang orang-orang yang


dipimpinnya sehingga dapat dipengaruhi untuk melakukan sesuatu demi
kepentingan organisasi. Untuk mencapai kepemimpinan yang efektif seorang
pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku para
bawahannya, ia mutlak perlu mengenali karakteristik, kepentingan, kebutuhan,
kecenderungan perilaku dan kemampuan mereka.
Melakukan hal tersebut jelas tidak mudah karena sesungguhnya manusia
adalah mahluk yang sangat kompleksitas. Kemampuan kepemimpinan yang
fenomenal dan cerdas merupakan dasar pemikiran dari teori atribusi
kepemimpinan. Pengertian Atribusi adalah :

a. Suatu sifat yang menjadi ciri khas suatu benda atau orang atau dapat pula
diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang atau seorang pemimpin
mencari kejelasan sebab-sebab dari perilaku orang lain atau bawahan.
b. Atribusi juga merupakan sebuah teori kognitif yang digunakan untuk
menjelaskan bagaimana seorang manajer atau pimpinan menginterpretasikan
informasi mengenai kinerja seorang bawahan dan memutuskan bagaimana
akan bereaksi terhadap bawahan tersebut.
c. Persepsi sosial yang menjelaskan apa yang ada dibalik gejala/sikap/perilaku
yang tampak secara inderawi pada individu. Sementara itu, atribusi disposesi
adalah kemampuan, keterampilan atau motivasi internal pada individu yang
secara umum diidentifikasikan dengan perilaku seseorang/individu.
Namun, seringkali terdapat kesalahan persepsi atau kesimpulan yang salah
dalam menilai perilaku orang lain. Hal ini dapat ditemui dalam kehidupan seharihari, kita sering mengamati perilaku orang lain dan segera mengambil kesimpulan
dengan tidak berusaha mencari kejelasan apa yang menyebabkan perilaku orang
tersebut menjadi seperti itu dan tidak jarang dalam mempersepsikan perilaku
orang lain tersebut sesuai gambaran yang hanya terlihat saja, misalnya apabila
melihat orang memakai baju merah, orang tersebut dipersepsikan sedang senang
hatinya atau sedang jatuh cinta dan apabila memakai baju hitam dipersepsikan
sedang berduka. Kenyataannya, apakah memang seperti itu?
Dalam pengertian atribusi, persepsi yang tidak didasarkan pada suatu
penyebab (alasan tertentu) tingkat subjektivitasnya tinggi, kecuali bilamana orang
yang memakai baju merah tersebut karena warna merah merupakan warna
favoritnya begitu pula dengan baju hitam. Ia memakainya karena ada keluarganya
meninggal, penyebab itulah yang mempunyai nilai atribusi. Di samping itu sering
pula terjadi distorsi persepsi antara orang yang satu dengan orang yang lain dalam
menilai perilaku orang lain. Hal ini dikarenakan penyebab kesalahan dicari dari
perilaku orangnya bukan dari penyebab lingkungannya.
Ada beberapa Teori Atribusi, di antaranya yang hingga kini masih diakui
oleh banyak orang, yaitu berikut ini.

1. Teori Penyimpulan Terkait (correspondence Inference), yakni perilaku orang


lain merupakan sumber informasi yang kaya. Perilaku yang diamati secara
khusus adalah :
a. Perilaku yang timbul karena kemampuan orang itu sendiri, contoh : kasir
yang cemberut, satpam yang tersenyum.
b. Perilaku yang membuahkan hasil yang tidak lazim, contoh : kebiasaan ibu
P selalu bekerja individual dan hanya dapat bekerja maksimal pada waktu
sore hari.
c. Perilaku yang tidak biasa, contoh: seorang pelayan toko menunjukkan toko
lain yang merupakan saingannya kepada pelanggannya.
2. Teori Sumber Perhatian dalam Kesadaran (conscious intentional resources)
bahwa proses persepsi terjadi dalam kognisi orang yang melakukan persepsi
(pengamatan). Menurut Gilbert dkk (1988), atribusi kesadaran ini harus
melewati tiga tahapan, yaitu: kategorisasi, karakterisasi, & koreksi.
3. Teori atribusi internal dan eksternal dikemukakan oleh Kelly & Micella, 1980,
yaitu teori yang berfokus pada akal sehat. Menurut teori ini ada tiga hal yang
perlu diperhatikan, apakah suatu perilaku beratribusi internal atau eksternal,
yaitu: konsensus;konsistensi;vdistingsi atau kekhususan.
2.2.2

Kepemimpinan Kharismatik
Max Weber, seorang sosiolog adalah ilmuwan pertama yang membahas

kepemimipinan karismatik. Lebih dari seabad yang lalu, ia mendefinisikan


karisma (yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti anugrah) sebagai suatu
sifat tertentu dari seseorang, yang membedakan mereka dari orang kebanyakan
dan biasanya dipandang sebagai kemampuan atau kualitas supernatural, manusia
super atau paling tidak daya-daya istimewa.
Peneliti pertama yang membahas kepemimipinan karismatik dalam
kaitannya dengan PO adalah Robert House. Teori kepemimpinan karismatik dari
House menekankan kepada identifikasi pribadi, pembangkitan motivasi oleh pemimpin
dan pengaruh pemimpin terhadap tujuan- tujuan dan rasa percaya diri para pengikut.
Teori atribusi tentang karisma lebih menekankan kepada identifikasi pribadi sebagai
proses utama mempengaruhi dan internalisasi sebagai proses sekunder. Teori konsep diri

sendiri menekankan internalisasi nilai, identifikasi sosial dan pengaruh pimpinan terhadap
kemampuan diri dengan hanya memberi peran yang sedikit terhadap identifikasi pribadi.
Sementara itu, teori penularan sosial menjelaskan bahwa perilaku para pengikut
dipengaruhi oleh pemimpin tersebut mungkin melalui identifikasi pribadi dan para
pengikut lainnya dipengaruhi melalui proses penularan sosial. Pada sisi lain, penjelasan
psikoanalitis tentang karisma memberikan kejelasan kepada kita bahwa pengaruh dari
pemimpin berasal dari identifikasi pribadi dengan pemimpin tersebut.

Pemimipin Karismatik : Dilahirkan atau Diciptakan ? Meskipun beberapa


orang beranggapan bahwa karisma merupakan anugerah dan oleh karenanya tidak
bisa dipelajari, sebagian besar ahli percaya seseorang juga bisa dilatih untuk
menampilkan perilaku yang karismatik dan mendapat manfaat dari menjadi
seorang pemimpin yang karismatik. Memang terdapat kecenderungan tertentu,
dan bisa jadi hal tersebut itu bermanfaat, tetapi tidak berarti orang tidak bisa
berubah.
Beberapa orang pengarang mengatakan bahwa seseorang bisa belajar
menjadi karismatik dengan mengikuti proses yang terdiri dari tiga tahap.
seseorang perlu mengembangkan aura karisma dengan cara mempertahankan cara
pandang

yang

optimis,

menggunakan

kesabaran

sebagai

katalis

untuk

menghasilkan antusiasme, dan berkomunikasi dengan keseluruhan tubuh, bukan


cuma dengan kata-kata. seseorang menarik orang lain dengan cara menciptakan
ikatan yang menginspirasi orang lain tersebut untuk mengikutinya. seseorang
menyebarkan potensi kepada para pengikutnya dengan cara menyentuh emosi
mereka.
Cara Pemimpin yang Karismatik Mempengaruhi Pengikutnya. Dimulai dari
pernyataan visi sang pemimpin. Visi (vision) adalah strategi jangka panjang untuk
mencapai tujuan atau serangkai tujuan. Visi ini memberikan nuansa kontinuitas
bagi para pengikut dengan cara menghubungkan dengan keadaan saat ini dengan
masa depan yang lebih baik bagi organisasi. Sebuah visi belumlah lengkap tanpa
adanya pernyataan visi (vision statement), yaitu pernyataan formal visi atau misi
organisasi. Pemimpin yang karismatik bisa menggunakan pernyataan visi untuk
menanamkan tujuan dan sasaran ke benak pengikutnya. Setelah visi dan misi

ditetapkan, sang pemimpin kemudian mengkomunikasikan ekspektasi kinerja


yang tinggi dan meyakini bahwa para bawahan bisa mencapainya.
Hal ini bisa meningkatkan rasa percaya diri bawahan. Selanjutnya, sang
pemimpin menyatakan, melalui kata-kata dan tindakan, seperangkat nilai yang
baru, dan melalui perilakunya, memberikan teladan untuk ditiru pengikutnya.
Bagian penting dari sebuah visi adalah kemampuan inspirasionalnya yang terpusat
pada nilai, dapat direalisasikan, dengan gambaran dan artikulasi yang kuat.
Sebuah visi cenderung gagal bila tidak menawarkan pandangan kedepan yang
jelas dan lebih baik bagi organisasi dan anggota-anggotanya. Kepemimpinan
karismatik bisa memengaruhi beberapa pengikutnya melebihi yang lain. Penelitian
menunjukan, misalnya, bahwa banyak orang lebih menerima kepemimpinan
karismatik saat mereka menghadapi krisis, berada dalam keadaan stres, atau bila
merasa hidupnya terancam. Secara lebih umum, beberapa orang memiliki
kepribadian yang sangat mudah menerima kepemimpinan karismatik.
Sisi Gelap Kepemimpinan Karismatik. Tidak semua pemimpin yang
karismatik selalu bekerja demi kepentingan organisasinya. Banyak dari pemimpin
ini menggunakan kekuasaan mereka untuk membangun perusahaan sesuai citra
mereka sendiri. Hal yang paling buruk, karisma yang egois ini membuat si
pemimpin menempatkan kepentingan dan tujuan-tujuan pribadi diatas tujuan
organisasi.
2.2.3

Kepemimpinan Transformasional
Tipe pemimpin seperti ini mengarahkan atau memotivasi para pengikutnya

pada tujuan yang telah ditetapkan dengan cara memperjelas peran dan tugas
mereka. Pemimpin transformasional (transformational leaders). Tipe pemimpin
seperti ini mengarahkan atau memotivasi para pengikutnya pada tujuan yang telah
ditetapkan dengan cara memperjelas peran dan tugas mereka. Pemimpin
trasnformasional (transformational leaders) menginspirasi para pengikutnya untuk
menyampingkan kepentingan pribadi mereka demi kebaikan organisasi dan
mereka mampu memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri para pengikutnya.

Seorang pemimpin dapat mentransformasikan bawahannya melalui empat


komponen (Bass, 1985) Alam Muchiri, 2000 : 123 124 dalam Anikmah (2008)
yang terdiri dari :
1. Pengaruh Idealisme.
Pemimpin yang memiliki karisma menunjukkan pendirian, menekankan
kepercayaan, menempatkan diri pada isu-isu yang sulit, menunjukkan nilai yang
paling penting, menekankan pentingnya tujuan, komitmen dan konsekuen etika
dari keputusan, serta memiliki visi dan sence of mission. Dengan demikian
pemimpin akan diteladani, membangkitkan kebanggaan, loyalitas, hormat,
antusiasme dan kepercayaan bawahan. Selain itu pemimpin akan membuat
bawahan mempunyai kepercayaan diri.
2. Motivasi Inspirasional.
Pemimpin mempunyai visi yang menarik untuk masa depan, menetapkan
standar yang tinggi bagi para bawahan, optimis dan antusiasme, memberikan
dorongan dan arti terhadap apa yang perlu dilakukan. Sehingga pemimpin
semacam ini akan memperbesar optimisme dan antusiasme bawahan serta
motivasi dan menginspirasi bawahannya untuk melebihi harapan motivasional
awal melalui dukungan emosional dan daya tarik emosional.
3. Stimulasi Intelektual.
Pemimpin yang mendorong bawahan untuk lebih kreatif, menghilangkan
keengganan bawahan untuk mengeluarkan ide-idenya dan dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada menggunakan pendekatan-pendekatan baru yang lebih
menggunakan intelegasi dan alasan-alasan yang rasional dari pada hanya
didasarkan pada opini-opini atau perkiraan-perkiraan semata.
4. Konsiderasi Individual.
Pemimpin

mampu

memperlakukan

orang

lain

sebagai

individu,

mempertimbangkan kebutuhan individual dan aspirasi-aspirasi, mendengarkan,


mendidik dan melatih bawahan. Sehingga pemimpin seperti ini memberikan
perhatian personal terhadap bawahannya yang melihat bawahan sebagai
individual dan menawarkan perhatian khusus untuk mengembangkan bawahan
demi kinerja yang bagus.

Cara

Kepemimpinan

Transformasional

Bekerja.

Para

pemimpin

transformasional mendorng bawahannya agar lebih inovatif dan kreatif. Para


pemimpin yang transformasional lebih efektif karena mereka sendiri lebih kreatif,
tetapi mereka juga lebih efektif karena mampu mendorong para pengikutnya
menjadi kreatif pula.
Adanya tujuan yang ditetapkan merupakan mekanisme penting lain yang
menjelaskan bagaimana kepemimpinan transformasional bekerja. Para pengikut
pemimipin transformasional cenderung mengejajar tujuan-tujuan ambisius,
memahami dan menyetujui tujuan-tujuan strategis organisasi, dan yakin bahwa
tujuan-tujuan yang mereka kejar itu memang penting. Hal yang lebih penting lagi
adalah memiliki orang-orang untuk diajak bekerja sama, yang memiliki
keinginan, komitmen, perhatian, dan keinginan bersaing yang sama untuk bersamsama menggapai tujuan yang sama.
Evaluasi

atas

Kepemimpinan

Transformasional.Keseluruhan

bukti

mengindikasikan bahwa kepemimipinan transformasional memiliki korelasi yang


lebih kuat dibandingkan kepemimipinan transaksional dengan tingkat perputaran
karyawan yang lebih rendah, produktivitas yang lebih tinggi, dan kepuasan
karyawan

yang

lebih

tinggi.

Seperti

halnya

karisma,

kepemimpinan

transformasional bisa dipelajari. Sebuah studi atas manajer bank Kanada


menemukan bahwa para manajer yang mengikuti pelatihan kepemimpinan
transformasional memiliki kinerja bank cabang yang jauh lebih baik daripada para
manajer yang tidak mengikuti pelatihan. Studi-studi lainnya menunjukan hasil
serupa.
Melalui uraian beberapa kajian teori diatas, di era modern ini banyak sekali
pemimpin menerapkan teori kepemimpinan transformasional. Maka perlu diteliti
pula tentang pengaruh positif gaya kepemimpinan ini akan terhadap kinerja
karyawan dibandingkan gaya kepemimpinan transaksional yang juga banyak
ditemui di era modern ini.
2.3
1.

PERAN EPEMIMPINAN KONTEMPORER


Menyediakan Kepemimpinan Tim

10

Pemimpin yang efektif dalam sebuah tim harus dapat menyeimbangkan saat
untuk meninggalkan tim dan saat untuk turun tangan ke dalam tim. Tugas
pemimpin tim diantaranya :
a. Penghubung dengan para konstituen eksternal, yakni mewakili tim ke para
konstituen lainnya (manajemen puncak, tim internal lain, pelanggan, dan
pemasok),

mengamankan

sumber-sumber

daya

yang

dibutuhkan,

memperjelas ekspektasi pihak lain terhadap tim, mengumpulkan informasi


dari luar, dan berbagi informasi dengan para anggota tim.
b. Menyelesaikan masalah. Terkait dengan masalah, pemimpin lebih
berkontribusi dengan mengajukan berbagai pertanyaan, membantu tim
membicarakan masalah tersebut, dan memperoleh sumber-sumber daya
yang dibutuhkan dari pihak-pihak luar.
c. Manajer konflik, yakni apabila timbul pertentangan pemimpin membantu
memproses konflik tersebut.
d. Pelatih, yakni menjelaskan ekspektasi dan peran, mendidik, menawarkan
dukungan, memberi semangat, dan melakukan apa saja yang diperlukan
untuk membantu anggota tim meningkatkan kinerjanya.
2.

Mentoring
Seorang mentor adalah karyawan senior yang membantu dan mendukung

karyawan yang masih kurang berpengalaman (sebagai seorang anak didik).


Hubungan mentoring dijelaskan dalam 2 kategori fungsi umum fungsi karier
dan fungsi psikososial.
Fungsi-fungsi karier
Fungsi-fungsi psikososial
a.

Melobi agar anak didik mendapatkan tugas yang menantang dan masuk
akal.

b. Memberi saran kepada anak didik untuk mengatasi kecemasan dan


ketidakpastian guna meningkatkan rasa percaya dirinya.
c. Melatih anak didik mengembangkan keahliannya dan mencapai tujuan
kerja
d. Berbagi pengalaman pribadi dengan anak didik.

11

e. Membantu anak didik bertemu orang-orang yang memiliki pengaruh


dalam organisasi.
f. Menjalin persahabatan dan penerimaan yang baik.
g. Melindungi anak didik dari risiko-risiko yang bisa merusak reputasinya.
3.

Kepemimpinan Mandiri
Asumsi yang mendasari kepemimpinan mandiri adalah bahwa orang

memiliki tanggung jawab, kemampuan, dan inisiatif tanpa hambatan eksternal


dari atasan, aturan atau regulasi. Dengan dukungan yang memadai, seseorang bisa
memonitor dan mengendalikan perilaku mereka sendiri. Cara para pemimpin
menyiapkan pemimpin mandiri :
a. Menjadi model pemimpin bagi diri sendiri, yang dilakukan : observasi diri,
tetapkan tujuan pribadi, arah pribadi, dan tujuan yang menantang,
kemudian tunjukkan perilaku-perilaku ini dan dorong orang lain untuk
berlatih dan mempraktikkan perilaku tersebut.
b. Dorong karyawan untuk menciptakan tujuan-tujuan yang mereka tetapkan
sendiri.
c. Beri penghargaan pada diri sendiri untuk memperkuat dan meningkatkan
perilaku yang diinginkan. Sebaliknya, berikan hukuman hanya apabila
karyawan terbukti tidak jujur atau melakukan sesuatu yang destruktif.
d. Ciptakan pola pikir yang positif, ciptakan iklim kepemimpinan mandiri,
dorong sikap kritis pada diri sendiri.
4.

Kepemimpinan Online
Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa manajer dan karyawannya semakin

terhubung dalam jaringan dibandingkan dengan kedekatan geografis. Dalam


komunikasi tatap muka, kata-kata yang kasar bisa diperhalus dengan tindakan
nonverbal. Komunikasi digital menuntut pemimpin untuk dapat menyampaikan
karismanya melalui kata-kata tertulis, dapat menentukan secara tepat pilihanpilihan kata, struktur, nada, dan gaya komunikasi digitalnya, mengembangkan
keahlian membaca yang tersirat dalam pesan-pesan yang diterima, dan
mengembangkan keahlian dalam mengartikan komponen emosional dari suatu
pesan. Tantangan yang dihadapi pemimpin online adalah mengembangkan dan

12

memelihara kepercayaan dikarenakan kedekatan dan interaksi tatap muka yang


sangat kurang.
5.

Kepemimpinan Moral
Topik kepemimpinan dan etika secara mengejutkan mendapatkan sedikti

perhatian. Baru akhir-akhir ini saja para ahli etika dan peneliti kepemimpina mulai
mempertimbangkan implikasi etis dari kepemimpinan. Kepemimpinan tidak bebas
dari nilai. Sebelum kita menilai pemimpin macam apa yang efektif, kita
hendaknya memperhatikan baik upaya yang dugunakan oleh pemimpin untuk
mencapai sasarannya mempunay muatan moral dari sasaran tersebut.
2.4

KEPERCAYAAN DAN ISSU KEPEMIMPINAN KONTEMPORER


Dalam isu kepemimpinan kontemporer, ada atau tidak adanya kepercayaan

menjadi isu kepemimpinan yang sangat penting. Hal ini lebih menyangkut
loyalitas dan integritas. Dalam hal ini, kepercayaan adalah pengharapan positif
bahwa orang lain tidak akan bertindak oportunistik. Jenis kepercayaan yang sering
menjadi dasar dalam kepemimpinan kontemporer adalah:
a. Kepercayaan berbasis ketakutan
Hubungan yang paling rapuh terhadap dalam kepercayaan berbasis
pencegahan (deference based trust). Satu saja, pelanggaran atau inkonsistensi
akan merusak hubungan. Bentuk kepercayaan seperti ini didasarkan pada
kekhawatiran akan terjadinya pembalasan dendam jika kepercayaan di khianati.
Kepercayaan berbasis pencegahan hanya bisa berhasil sampai pada tingkat
dimungkinkannya ada hukuman, konsekuensi yang jelas, dan hukuman tersebut
benar-benar diberlakukan bila kepercayaan dilanggar. Agar tetap bertahan, potensi
kerugian dari interaksi di masa datang dengan pihak lain harus melampui potensi
keuntungan akibat melanggar ekspektasi.

b. Kepercayaan berbasis pengetahuan

13

Kebanyakan hubungan organisasi berakar pada kepercayaan berbasis


pengetahuan (knowledge-based trust). Artinya, kepercayaan didasarkan pada
kemampuan memprediksi perilaku yang bersumber dan pengalaman berinteraksi.
Kepercayaaan berbasis pengetahuan mengendalkan informasi dan bukan
pencegahan. Pengethuan mengenai pihak lain dan kemampuan memprediksi
sikap-sikap mereka menggantikan kontrak, hukuman, dan perjanjian hukum yang
umum berlaku pada kepercayaan berbasis pencegahan. Pengetahuan ini terus
berkembang dari waktu ke waktu, bertambah seiring pengalaman sehingga
terbangun kepercayaan dan kemampuan untuk memprediksi.
Dalam konteks organisasional, sebagian besar hubungan manajer karyawan
adalah kepercayaan berbasis pengetahuan. Kedua pihak memiliki pengelaman
bekerja satu sama lain yang cukup sehingga mereka mengetahui apa yang di
harapkan. Pengalaman panjang dari interaksi yang terbuka dan jujur cenderung
tidak tergoyahkan hanya oleh satu pelanggaran
c.

Kepercayaan berbasis identifikasi


Tingkat kepercayaan yang tertinggi dicapai bila terjalin hubungan emosional

antarpihak yang ada. Hal ini memungkinkan satu pihak bertindak sebagai seorang
agen bagi yang lain dan menggantikan orang tersebut dalam transaksi
antarpersonal,

yang

disebut

sebagai

Kepercayaan

Berbasis

Identifikasi

(identification-based trust).Kepercayaan muncul karena pihak-pihak saling


memahami niat dan menghargai keinginan yang lain. Pemahaman mutual ini
dibangun sampai ke titik tertentu sehingga masing-masing bertindak secara efektif
demi pihak lain.
Adapun lima dimensi kunci kepercayaan:
Integritas : merujuk pada kejujuran dan kebenaran
Kompetensi: mencakup pengetahuan dan keterampilan tehnis dan
interpersonal
Konsistensi: terkait dengan kehandalan dalam menangani situasi.
Loyalitas: keinginan melindungi orang lain (biasanya atasan)
Keterbukaan: kejujuran terhadap orang lain
Isu terkait kepemimpinan kontemporer:

14

a. Kepemimpinan Kharismatis: pengikut terpicu kemampuan kepemimpinan


heroic/luar biasa ketika mereka mengamati perilaku pemimpin mereka.
b. Kepemimpinan transformasional: pemimpin yang menginpirasi pengikut
untuk melampaui kepentingan pribadi mereka dan mampu membawa
dampak mendalam dan luar biasa pada para pengikut.
c. Kepemimpinan Visioner: kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan
visi yang realistis, kredibel dan menarik mengenai masa depan organisasi.
2.5

PEMIMPIN

YANG

PALING

TEPAT

UNTUK

MEMIMPIN

INDONESIA DI MASA MENDATANG


Pemimpin yang paling tepat untuk memimpin Indonesia di masa mendatang
Banyak dari kita mengatakan bahwa pemimpin kita lemah, kurang tegas dalam
mengambil kebijakan. Tetapi disaat yang berbeda banyak pula dari kita yang
mengatakan bahwa pemimpin kita sangat otoriter bahkan mengarah ke diktator.
Bangsa kita seakan- akan sangat sulit dalam menemukan seorang pemimpin yang
mampu memimpin bangsa ini atau dengan kata lain terjadi krisis kepemimpinan.
Pada pemilihan umum yang berlangsung sebelumnya, tokoh-tokoh yang muncul
terkesan itu-itu saja.Sepertinya Sangat sulit bagi bangsa kita untuk menemukan
seorang pemimpin.
Dibalik kesulitan dalam menemukan pemimpin, tentunya kita akan
bertanya, pemimpin yang bagaimanakah yang diperlukan oleh bangsa kita dalam
memimpin Indonesia kedepan. Untuk menjawab pertanyaan itu, tentunya sangat
sulit menjawab karena bangsa kita adalah bangsa yang besar dengan luas dan
jumlah penduduk yang besar pula. Kita setidaknya dapat melihat sejarah bangsa
kita. Pada awal berdirinya bangsa ini, kita dipimpin oleh dua orang presiden yang
terkesan otoriter walau demokrasi sudah dilaksanakan. Apakah salah dalam
menerapkan kepemimpinan yang otoriter pada bangsa kita? Untuk menjawab ini
kita kembali ke pembahasan diatas, dimana kepemimpinan yang diterapkan
adalah yang sesuai dengan anggota organisasi. Pada awal berdirinya bangsa kita,
sangat sedikit dari masyarakat bangsa kita yang mengenyam pendidikan atau
memiliki intelektual, sehingga dirasakan lebih tepat untuk dilaksanakan. Seiring
dengan kemajuan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, maka masyarakat kita
15

memiliki semakin memiliki kecerdasan intelektual. Masyarakat sudah dapat


menimbang baik buruknya keputusan seorang pemimpin. Hal ini berakibat pada
lengsernya presiden kita oleh demonstrasi yang dilakukan masyrakat pada tahun
1999.
Dengan demikian kepemimpinan yang bersifat otoriter telah beralih ke
kepemimpinan yang bersifat demokratis, dimana anggota masyarakat dapat
dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Pemimpin yang ideal untuk bangsa kita
kedepan adalah pemimpin yang demokratis, yang memperhatikan nilai-nilai
dalam keputusannya. Anggota masyarakat harus dilibatkan dalam pengambilan
keputusan. Anggota masyarakat disini dapat wakil rakyat (DPR), akademisi, kaum
independent, LSM, organisasi profesi dan sebagainya dapat mengeluarkan
pendapat dalam pengambilan keputusan.
Dari pendapat-pendapat yang ada maka akan dilakukan kajian secara
keilmuan mengenai nilai rasional dan nilai moral didalamnya, sehingga
menemukan pendapat terbaik yang dapat dijadikan sebuah keputusan. Tetapi
apakah kepemimpinan yang bersifat otoriter ditinggalkan sepenuhnya? Tentu
tidak. Karena pada saat-saat tertentu kepemimpinan otoriter dapat digunakkan,
terutama dalam pengambilan keputusan yang harus segera diambil. Dengan begitu
istilah yang mengatakan pemimpin tertalu lemah atau terlalu otoriter akan bisa
dihilangkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemimpin bangsa kita
yang ideal adalah pemimpin yang dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Perlu digarisbawahi bahwa sebaik apapun teori kepemimpinan, tetapi tanpa
dilandasi dengan kejujuran, moral dan ahlak yang mulia, maka mimpi untuk
menjadi bangsa yang maju akan tetap menjadi sebuah impian.

BAB III

16

PENUTUP

1.1

KESIMPULAN
Sekarang ini sangatlah banyak teori kepemimpinan yang dikembangkan.

Salah

satunya

adalah

teori

kepemimpinan

Kontemporer.

Tujuan

dari

pengembangan teori ini adalah untuk menemukan model yang terbaik dalam
memimpin sebuah organisasi. Teori-teori yang dibuat berdasarkan hasil penelitian
berasal dari populasi dan waktu yang berbeda sehingga terdapat sangat banyak
teori kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dalam kontemporer yaitu, teori atribusi
kepemimpinan, kepemimpinan kharismatik, dan kepemimpinan tramsformasional.
Dalam era modern ini gaya kepemimpinan transformasional lebih banyak
dijumpai.

Sebagai seorang pemimpin kita harus mengenali terlebih dahulu

anggota yang akan kita pimpin. Dengan mengenali anggota yang kita pimpin
maka kita akan dapat menerapkan kepemimpinan yang efektif dalam organisasi
tersebut.

1.2

SARAN
Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karenaketerbatasan

sumber yang kami peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih bersifat umum,
oleh karena itu kami harapkan agar pembaca bisa mencari sumber yang lain guna
membandingkan dengan pembahasan yang kami buat, guna mengoreksi bila
terjadi kesalahan dalam pembuatan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
17

Stephen P. Robins, Timothy A. Judge. 2007 . Perilaku Organisasi . Jakarta :


Salemba Empat
Rivai, Veithzal & Mulyadi, Deddy.

2012 . Kepemimpinan dan Perilaku

Organisasi . Jakarta : Rajawali


Sofa . 2008. Teori Kepemimpinan . Edisi Februari 2008 diakses 16 April 2016
11:15 (https://massofa.wordpress.com/2008/02/05/teori-kepemimpinan/)
Tuti Sri Indrawati. 2015. Kepemimpinan Kontemporer . Edisi Juni 2015 diakses
16 April 2016 13:15
(http://tutisriendrawati.blogspot.co.id/2015/06/tugas-perilaku-organisasi-isuisu.html?m=1)
Agus. 2011. Kepemimpinan. Edisi 2011 diakses pada tanggal 16 April 2016 pukul
13:25
https://abangagus75.wordpress.com/kepemimpinan/
Erik Lewokeda. 2012. Teori Kepemimpinan Kontemporer . Edisi Oktober 2012
diakses 16 April 2016 14:00
http://lewokedaerik.blogspot.co.id/2012/10/kepemimpinan-kontemporer.html

18

Anda mungkin juga menyukai