Surveilans Epidemiologi Bencana PDF
Surveilans Epidemiologi Bencana PDF
Surveilans
Epidemiologi
Jakarta, 2003
Kata Pengantar
Penulis :
Sholah Imari, dr, MSc
Anggota Tim Teknis Penanggulangan Bencana, Direktorat Jenderal PPM & PL,
Departemen Kesehatan;
Staf Subdirektorat Surveilans Epidemiologi, Direktorat Epim-Kesma,
Direktorat Jenderal PPM & PL, Departemen Kesehatan
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................2
Daftar Isi..................................................................................................................5
1. Pendahuluan.......................................................................................................7
1.1. Tujuan Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Pengungsi...................7
1.2. Gambaran Umum Pengungsian...................................................................7
1.3. Sepuluh Tugas Utama Penanggulangan Pengungsi...................................8
2. Aspek Epidemiologi Pengungsi........................................................................10
2.1. Strategi Dasar Pemberantasan Penyakit Menular.....................................10
2.2. Hubungan Sakit-Sakit-Status Gizi..............................................................12
2.3. Ukuran Epidemiologi Pada Pengungsi......................................................13
2.3.1. Surveilans Berbasis Pada Angka Absolut...........................................13
2.3.2. Surveilans Berbasis Angka Kesakitan Insidens dan Angka Kesakitan
Prevalens.......................................................................................................13
2.3.3. Pengungsi Rentan Perorangan dan Populasi ....................................15
2.3.4. Strategi Analisis Data Surveilans Epidemiologi Pengungsi................15
2.3.4.1. Analisis Sederhana.......................................................................16
2.3.4.2. Analisis Lanjut...............................................................................16
3. Membangun Surveilans Epidemiologi .............................................................18
3.1. Program Penanggulangan KLB Penyakit Pada pengungsi.......................18
3.2. Strategi Pengembangan Surveilans Epidemiologi Pengungsi..................19
3.3. Langkah-langkah Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Pengungsi
...........................................................................................................................22
3.3.1. Tim Teknis Surveilans Epidemiologi Pengungsi (Tim SEP)...............22
3.3.2. Kajian Awal (Initial Assessment )........................................................23
3.3.3. Menyusun Rancangan Surveilans Epidemiologi Pengungsi...............26
3.3.3.1. Surveilans Jumlah Pengungsi......................................................27
3.3.3.2. Surveilans Epidemiologi Kematian Pengungsi.............................31
Disampaikan Kepada Unit SE .............................................................................33
Dinas Kesehatan Kab/Kota
: _______________________________.........33
DATA KEMATIAN.................................................................................................33
PENGUNGSI.........................................................................................................33
3.3.3.3. Surveilans Epidemiologi Penyakit.................................................35
3.3.3.4. Surveilans Epidemiologi Kebutuhan Dasar dan Program............38
3.3.3.5. Surveilans Epidemiologi Tempat Tinggal (Jumlah dan Kepadatan)
Pengungsi..................................................................................................39
3.3.3.6. Surveilans Epidemiologi Air dan Sanitasi.....................................39
3.3.3.7. Surveilans Epidemiologi Gizi dan Pangan....................................44
3.3.3.8. Surveilans Berbasis Kajian Lapangan..........................................46
3.3.3.9. Studi Epidemiologi dan Penyelidikan Kejadian Luar Biasa..........46
3.3.4. Advokasi dan Sosialisasi Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi 47
3.3.5. Sumber Daya Manusia, Sarana dan Anggaran .................................48
3.3.6. Persiapan Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis ..........................49
.....................................................................................................................50
1. Pendahuluan
Sebagai negara yang besar dan terletak pada geografi berisiko, maka
Indonesia sering mengalami kejadian alam gempa bumi, gunung meletus, banjir
dan bencana lain yang dapat menimbulkan gelombang pengungsi. Beberapa
tahun terakhir ini, Indonesia juga didera dengan berbagai konflik soial
berkepanjangan dengan menimbulkan gelombang pengungsi yang besar dan
dalam periode waktu pengungsian yang lama.
Pengungsian adalah peristiwa berpindahnya penduduk dari suatu tempat
ketempat lainnya untuk mengamankan dan menyelamatkan diri akibat terjadinya
suatu peristiwa mendadak seperti bencana dan konflik sosial maupun sebab lain
yang terjadi di suatu tempat. Terjadinya pengungsian memerlukan upaya
penanggulangan sehingga tidak berdampak timbulnya kondisi emergensi dengan
kematian yang besar.
Berdasarkan pengalaman selama ini, kejadian pengungsian sekelompok
orang dalam jumlah yang cukup besar akan terjadi risiko terhadap status
kesehatan masyarakat pengungsi, baik pada saat melakukan pengungsian,
maupun pada saat berada di tempat penampungan pengungsi. Risiko perubahan
status kesehatan akan terjadi sangat cepat, tidak terduga dan lebih dari itu,
adanya penyakit sekunder, terutama penyakit menular potensi KLB, dapat
berisiko jatuhnya kurban yang besar.
Untuk mempersiapkan kondisi rawan dengan sikap antisipatif terhadap
program pencegahan penyakit, maka peran surveilans epidemiologi sebagai
evidance base untuk menetapkan priotitas program perlu dibangun.
1.1.
Tujuan
Penyelenggaraan
Pengungsi
Surveilans
Epidemiologi
Penyebab Pengungsian
Penyebab pengungsian secara umum dibagi dalam dua penyebab,
pengungsian karena bencana dan pengungsian karena konflik sosial atau
perang. Pengungsian karena bencana, biasanya akan memiliki lama waktu
pengungsian yang pendek, tidak lebih dari 3 bulan. Sementara pengungsian
karena konflik sosial, biasanya akan mempunyai waktu mengungsi yang lama,
bahkan bisa bertahun-tahun. Kedua kejadian ini terjadi pada hampir seluruh
kejadian pengungsian di Indonesia. Kejadian pengungsian karena meletusnya
gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, dan gunung Merapi, Jawa TengahYogya, berulangkali tejadi, sehingga pengungsian dan pola pengungsian sudah
mempunyai pola. Demikian juga pengungsian karena banjir tahunan, masyarakat
dan pemerintah setempat sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk
menghadapi banjir, termasuk pola pengungsiannya, bahkan termasuk anggaran
biaya yang disediakan.
Walaupun tidak seluruhnya benar, tetapi penyebab terjadinya pengungsian,
berpengaruh terhadap lamanya waktu mengungsi. Lamanya waktu mengungsi
akan berpengaruh pada pola kesiapsiagaan yang harus diterapkan untuk
menghadapi perbedaan jenis serangan penyakit dan masalah kesehatan yang
akan terjadi pada para pengungsi
Langsung
Lingkungan
Vektor
Imunitas
Daya tahan
10
11
sanitasi
imunitas
12
13
x 10.000
10.000
1.5
1.5
rate kasus
rate m eninngal
1
0.5
0
1
0.5
0
'03 '04 '05 '06 '07 '08 '09 '12 '13 '14 '15 '16
'03 '04 '04 '05 '06 '07 '08 '09 '10 '11 '12 '13
m inggu
M ING G U
14
16
Tabel Analisis
Surveilans Epidemiologi Pengungsi
Lokasi
Kepadatan
A
B
C
Total
padat
sedang
sedang
sedang
Kematia
n
normal
tinggi
normal
normal
Penyakit
normal
normal
normal
normal
Gizi
Buruk
rendah
buruk
sedang
sedang
Air
Jamban
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
Strategi Analisis
17
Tidak Menjadi
Masaslah KesMas
Kajian Awal
18
2.2.2. Karena
kondisi
pengungsian yang cepat sekali mengalami perubahan, dan seringkali
perubahannya sangat berat dan menimbulkan ancaman kematian, maka
surveilans epidemiologi yang dibangun harus mampu mendukung upaya
penanggulangan yang cepat, tepat dan terutama berorientasi pada upaya
pencegahan, termasuk promosi dan manajemen faktor risiko. Surveilans
epidemiologi yang dibangun merupakan sistem kewaspadaan dini
menghadapi kondisi rawan atau KLB, dan memberi peluang yang cukup
untuk membangun kesiapsiagaan dini terhadap kemungkinan munculnya
19
21
anggota tim yang khusus menangani kajian epidemiologi, kajian lapangan dan
pertemuan berkala untuk desiminasi informasi. Kemampuan dan pengalaman
surveilans epidemiologi dan penyelidikan penanggulangan KLB menjadi
persyaratan penting bagi anggota tim SEP ini, sementara koordinator Tim SEP
diharapkan mempunyai pengetahuan yang memadai tentang konsep dan
aplikasi program-program intervensi pengungsi prioritas. Tim SEP ini merupakan
tim inti, yang pada aplikasinya akan memiliki beberapa anggota tambahan atau
bekerjasama dengan pihak-pihak lain terkait.
Tim SEP akan bekerjasama dengan semua tim teknis yang terlibat dalam
penanggulangan pengungsi di Kabupaten/Kota dan di lapangan, kegiatan
pengumpulan data akan bekerjasama dengan semua unit pelayanan
pengobatan, unit kesehatan lingkungan - perumahan, unit pangan dan gizi dan
pemerintah daerah setempat, terutama untuk mendapatkan data perkembangan
jumlah dan sebaran pengungsi, data kematian dan sebagainya. Koordinator tim
SEP menjaga tetap berfungsinya kegiatan-kegiatan surveilans epidemiologi
pengungsi, menjaga tetap dimanfaatkannya informasi epidemiologi dalam
penetapan langkah-langkah penanggulangan pengungsi serta menjaga tetap
berjalannya distribusi dokumen surveilans epidemiologi untuk Dinas Kesehatan
Kab/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Pusat serta Pusat-Pusat
Penanggulangan Bencana yang diharapkan dapat memberikan batuan
peningkatan kinerja surveilans epidemiologi dan upaya program intervensi.
Tim SEP di Propinsi dan Pusat harus ada dan selalu siaga menghadapi
kemungkinan adanya bencana dan konflik sosial yang berdamapak pada
timbulnya gelombang pengungsi.
3.3.2. Kajian Awal (Initial Assessment )
Prioritas upaya kesehatan yang akan dilakukan terhadap pengungsi perlu
dilakukan kajian awal kondisi pengungsi dan ancaman terhadap status
kesehatan pada periode yang akan datang, terutama kondisi dan ancaman 1-3
bulan kedepan. Kajian awal dapat dilakukan dengan metode pengumpulan data
dan analisis data dengan cepat (rapid health assessment), yang harus dilakukan
pada hari-hari pertama pengungsian. Informasi yang diperlukan adalah : latar
belakang terjadinya pengungsian, status pengungsi, faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap penyakit-penyakit prioritas, dan kemungkinan bantuan
sumber daya manusia dan bantuan lain yang dapat dikerahkan. Perolehan data
dapat dilakukan dengan berbagai cara : dokumen data sekunder yang ada di
Kabupaten/Kota, Propinsi atau Pusat, wawancara dan pengamatan langsung ke
lapangan, baik kuantitatif maupun kualitatif. Sementara penelitian atau
penyelidikan lebih luas dapat dilakukan pada tahap berikutnya, berdasarkan
identifikasi pada penyelidikan awal ini.
23
24
o Kajian literatur terhadap keadaan status kesehatan dan pola penyakit yang
diperkirakan dapat memberikan pengaruh terhadap kematian dan KLB
penyakit menular di pengungsian. Misalnya, pengungsian TKI di Malaysia
yang mengungsi ke Nunukan berasal dari daerah industri dan perkotaan yang
relatif bebas dari penyakit malaria menuju daerah dengan endemisitas
malaria yang sangat tinggi, memberikan risiko KLB dan kematian karena
malaria sangat tinggi. Kajian literatur dapat diperoleh dari dokumen
epidemiologi yang ada di Kepustakaan Departemen Kesehatan, terbitan dan
laporan surveilans epidemiologi, serta wawancara dengan berbagai unit
kesehatan yang ada di Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi
maupun Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
o Kajian
laporan
pengungsi
yang
didokumentasikan
oleh
Pusat
Penanggulangan Masalah Kesehatan, Pokja Penanggulangan Bencana
Ditjen PPM&PL atau Unit Teknis Lainnya di Departemen Kesehatan dan
Badan Penanggulangan Bencana Nasional, serta di Propinsi atau
Kabupaten/Kota.
o Membentuk tim lintas fungsi Kajian Awal, terutama dari surveilans
epidemiologi, imunisasi, diare, malaria, air dan perumahan yang
berpengalaman melakukan kajian awal atau berpengalaman dalam
menangani kondisi darurat (KLB dan bencana)
o Identifikasi dan komunikasi telepon dengan petugas lokal tempat terjadinya
pengungsian dan orang-orang yang menguasai kondisi epidemiologi
pengungsi dan penduduk sekitar tempat pengungsian.
o Merumuskan hasil kajian literatur yang akan dibahas lebih lanjut pada saat
kajian lapangan.
o Merumuskan langkah-langkah yang akan dilakukan pada kajian awal
lapangan, termasuk lokasi yang akan dikunjungi, orang-orang yang akan
dikunjungi untuk wawancara, pengungsi yang akan dikunjungi.
o Menetapkan kontak ahli (rujukan dan konsultasi), baik di Departemen
Kesehatan, maupun diluar Departemen Kesehatan, di Pusat, Propinsi
maupun Internasional. Mencatat nomor telepon semua orang yang
berhubungan dengan penanganan pengungsi. Kontak Surveilans
Epidemiologi Subdit. SE, Ditjen PPM&PL, telp. 021-4265974, faks. 0214266919,
email
:
skdklb@ppmplp.depkes.go.id
atau
nest@ppmplp.depkes.go.id
Kontak Sanitasi Darurat, Subdit. Sanitasi
Darurat, telp. 021- faks 021- dan email :
o Kesepakatan kontak di lapangan dan rencana pertemuan awal dengan pihakpihak terkait yang diidentifikasi berdasarkan kajian persiapan. Kontak juga
diminta bekerjasama dengan berbagai pihak untuk persiapan pertemuan
awal, termasuk dokumen pengungsi, dokumen penyakit dan lingkungan yang
berhubungan dengan penyakit atau ancaman penyakit yang telah
diidentifikasi pada kajian persiapan.
2.3.2.2. Kajian awal di lapangan
o Menghubungi kontak yang telah disepakati sebelumnya
25
26
27
Jumlah
Pengungsi
Gambar 1
Pengungsi, Kabupaten X, 2002
500
400
300
200
100
0
'06 '07 '08 '09 '10 '11 '12 '13 '14 '15 '16 '17
(M09+M10)/2
data asli
data sisipan
Minggu
(2*M16 - M15)
17
90
0
320
0
0
0
410
28
17
2,5
0
2.2
0
0
0
410
Peta
dapat
digambarkan da-lam
jumlah
dan
kepadatan per lokasi
pengungsian,
dan sebaiknya ditampilkan
perkembangannya
dalam 4 minggu
terakhir.
29
biaya besar dan waktu yang terlalu lama, oleh karena itu diperlukan teknik yang
lebih sederhana.
Cara mengitung jumlah tenda atau barak dapat dihitung dengan
melihatnya dari tempat ketinggian. Jika tenda hanya sedikit dihitung seluruhnya,
tetapi jika jumlah tenda sampai ratusan atau ribuan mungkin hanya dihitung
secara sampel, misalnya seperempatnya saja, lihat pada gambar. Kemudian
hasilnya adalah jumlah tenda dikalikan proporsi sampel, misalnya dalam contoh
dikalikan dengan 4 kali.
Jumlah penghuni, total, menurut jenis kelamin dan umur dilakukan penghitungan
kedalam tenda dengan pilihan tenda secara proporsif. Misalnya dihitung
penghuni kedalam Blok A sebanyak 4 rumah dengan penghuni total 30, laki-laki
20 perempuan 10, umur balita 3, orang tua (>50 tahun) 10 dan orang muda 17
orang. Blok B dihitung 3 rumah dan dihitung jumlah penghuninya dengan hasil
seperti pada tabel. Masing-masing perhitungan dibagi dengan jumlah tenda,
sehingga akan diperoleh rata-rata jumlah penghuni pertenda. Jumlah rata-rata,
baik total, jenis kelamin maupun umur, dikalikan dengan jumlah tenda yang telah
dihitung sebelumnya, maka akan diperoleh jumlah pengungsi untuk masingmasing total, jenis kelamin dan golongan umur. Dalam perhitungan ini, semakin
besar sampel akan semakin mendekati jumlah pengungsi sebenarnya, tetapi
waktu dan biaya akan menjadi lebih besar.
Apabila waktu sangat singkat, peta lokasi tenda dan keadaan pada
masing-masing dapat direkam dengan kamera, kemudian setelah kembali ke
kantor, jumlah tenda dan jumlah penghuni pertenda dapat dihitung pada gambar.
30
Jenis
Gol. Umur
Kelamin
Jumlah
Blok
Total
Pere
Tenda
Laki mpua
<5
5-50
>50
n
Blok A
4
30
17
13
3
22
5
Blok B
3
30
16
14
5
19
6
Blok C
2
18
9
9
0
16
2
Blok D
5
50
20
30
8
32
10
Total
14
128
63
56
16
93
23
Rata-rata
9.14
4.5
4
1.14
6.64
1.64
Jika jumlah tenda seluruhnya 514
326
Jumlah Pengungsi
4698
2313 2385
586
843
9
31
dapat dibuat periode harian, mingguan atau bulanan, sesuai kebutuhan, tetapi
sebaiknya kurva mingguan selalu dibuat.
Disamping dengan teknik kurva, analisis kematian dilakukan berdasarkan
angka kematian per 10.000 pengungsi perhari. Hitungan perhari menjadi sangat
penting karena perubahan jumlah kematian dan risiko kematian pada pengungsi
mengalami perubahan cepat, sehingga surveilans ketat diperlukan. Perhitungan
angka kematian tersebut dapat dibuat berkala harian, mingguan atau bulanan,
sesuai dengan kebutuhan, tetapi sebaiknya angka kematian per 10.000
pengungsi perhari dibuat berkala mingguan.
x 10.000
32
: ____________________
: ____________________
: ____________________
: ____________________
: ____________________
: ____________________
Nama Pelapor
Tempat Tugas
: ____________________
: ____________________
Barak
Umur
Sex
Tanggal
Meningga
l
Blok A,
Desa
Bakung
Blok B,
Desa
Bakung
Desa
Sudan
5 th
05/04/02
pnemonia
2 th
08/04/02
diare
50 th
10/04/02
mendadak
Diagnosi
s
Gejala
Pelapor
Panas,
sesak
nafas
Diare,
muntah,
dehidrasi
-
Dr. Gani
06/04/02
Dr. Gani
09/04/02
Ketua
RT,
15/04/02
33
jumlah
kematian
angka kematian
Jumlah
Pengungsi
Pada gambar kurva Jumlah Pengungsi dan Kematian Pengungsi, terlihat bahwa
jumlah kematian meningkat karena jumlah pengungsi meningkat. Oleh karena
itu, pengingkatan jumlah kematian pada model grafik seperti ini harus dianalisis
dengan cermat dan hatihati. Untuk mengurangi
Gambar 1 Jumlah Pengungsi dan Kematian per
kesulitan dalam analisis,
Minggu Pada Pengungsi, Kabupaten X, 2002
sebaiknya grafik angka
3500
35
kematian
per
10.000
3000
30
2500
25
pengungsi perhari juga
2000
20
dibuat,
sebagaimana
1500
15
terlihat pada gambar ..... .
1000
10
500
5
Pada gambar ini, terlihat
0
0
pada minggu awal (minggu
'06 '08 '10 '12 '14 '16
8 dan 9) terjadi sejumlah
Minggu
kematian dengan angka
meninggal
pengungsi
kematian yang sangat
tinggi,
demikian
juga
terjadi
pada
minggu
terakhir (minggu 13 dan
Gambar 2. Angka Kematian per 10.000 per hari
14).
Angka
kematian
Pengungsi, Kabupaten X, 2002
dalam populasi normal di
16
Indonesia berkisar antara
14
angka kematian =
0.19-0.25 kematian per
12
1 per 10.000 per hari
10
10.000 penduduk perhari,
8
oleh karena itu angka
6
kematian 0.5 kematian per
4
2
10.000 pengungsi perhari
0
sudah
merupakan
'06 '07 '08 '09 '10 '11 '12 '13 '14 '15 '16 '17
keadaan
luar
biasa
Minggu
kematian, dan peningkatan
berbagai
upaya
penanggulangan pengungsi harus dilakukan dengan serius dan secepat
mungkin. Berbagai referensi mengemukakan angka kematian satu per 10.000
pengungsi perhari atau lebih merupakan keadaan kedaruratan dalam
penanganan pengungsi.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail dan praktis, sebaiknya
data perkembangan kematian pada pengungsi disajikan dalam bentuk peta spot
map dan angka kematian per 10.000 per hari berkala mingguan atau berkala
bulanan. Cara ini akan mempermudah bagi program intervensi melihat populasi
pengungsi yang rawan dan mendesak untuk dilakukan berbagai upaya
intervensi.
Pada Gambar ..... berdasarkan spot map dapat terlihat perkembangan
dan penyebaran pengungsi yang meninggal menurut wilayah Kecamatan atau
Puskesmas (1 titik adalah gambaran satu pengungsi meninggal). Bagaimanapun
34
hanya sebagian kecil merupakan kasus berulang. Data penderita yang direkam
adalah diagnosis, umur (kurang atau lebih 5 tahun), tanggal berobat dan tempat
berobat, seperti yang direkam oleh buku register harian klinik pengungsi. Data
kunjungan klinik perlu didokumentasikan, karena jumlah pengungsi akan selalu
berubah-ubah dari waktu ke waktu, sehingga kunjungan klinik akan menjadi
kontrol kecenderungan penyakit. Pada Gambar ____ ditampilkan formulir
pelaporan klinik yang memberikan pelayanan pengobatan pada pengungsi.
Gambar __
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Data Kesakitan Mingguan Pada Pengungsi
Nama Klinik
Lokasi Klinik
Nama Puskesmas Wilayah Klinik
Nama Kabupaten/Kota
: ________________________________
: ________________________________
: ________________________________
: ________________________________
Penyakit
Umur
< 5 tahun
5 tahun/lebih
Diare
Campak
Malaria
Pnemonia
............
............
Kunjungan Klinik
Meninggal * )
Nama Pelapor : _______________________
36
kasus diare
Pengungsi
insidens (%)
15
350
300
250
200
150
100
50
0
-50
10
5
0
'06
'08
'10
'12
'14
'16
Minggu
insidens
kasus diare
diare
37
38
hasil kajian awal pengungsian. Ukuran baku kebutuhan dasar tersebut dapat
dilihat pada tabel __.
Kebutuhan Dasar Pengungsi
Kebutuhan Dasar
Air
Sanitasi
Makanan
Tempat Tinggal
Lain-lain
Sumber Data
Satuan
Ukuran Baku
15-20
20
2100 kkal
3.5 m2
39
Air. Pada tahap awal pengungsian dan tahap emergensi, ketersediaan air
terjangkau harus dimonitor dengan ketat. Keterjangkauan diukur dari keberadaan
air untuk pengungsi setiap hari tidak lebih dari 100 300 meter dari tempat
tinggal pengungsi. Setiap lokasi pengungsian memiliki peta lokasi pengungsian
dengan gambaran tempat-tempat persediaan air dalam bak penampungan air,
tempat distribusi air harian, atau sumber air alam (sumur gali, sumur pompa,
mata air dsb).
Grafik ketersediaan air di setiap lokasi pengungsian dibuat oleh unit
surveilans epidemiologi atau unit sanitasi secara teratur dan dengan data
mutakhir, serta didistribusikan secara berkala kepada tim penanggulangan
bencana dan pihak-pihak terkait lainnya. Sumber data utama berasal dari
laporan unit sanitasi, penyediaan air oleh PDAM atau unit pekerjaan umum
sesuai dengan pembagian tugas penanggulangan pengungsi. Unit sanitasi,
secara berkala mingguan atau bulanan sesuai dengan kebutuhan, melakukan
pemeriksaan lapangan ketersediaan air dengan melakukan wawancara dan
pengamatan langsung adanya persediaan air didapur atau kamar tempat tinggal
pengungsi, terutama air untuk minum dan masak. Pemeriksaan lapangan
dilakukan dengan cepat dengan memilih beberapa tempat tinggal pengungsi,
sekaligus melakukan pemeriksaan kecukupan jamban, kecukupan pangan dan
sanitasi tempat tinggal.
Jumlah air pengungsi dihitung dalam satu sumber air untuk satu lokasi
terjangkau, baik air PDAM, air sumur gali dan mata air lain.
Blok
Jumlah
Pengungs
i
Someyi
2000
Bajila
1700
Soreang
400
Total
4100
Sumber
Air
Perkiraan
Jumlah
Air
Tersedia
Kecukupa
n per
Orang per
Hari
PDAM
Mata Air
PDAM
5000 l/hari
2000 l/hari
5000 l/hari
3.5 l/hari
Sumur
pompa
1600 l/hari
4.0 l/hari
13600 l/hari
3.3 l/hari
2.9 l/hari
Keterangan
Tambahan
Teratur,
terjangkau
Teratur, 80 %
orang terjangkau, 20 % sisa
berpencar
20 % orang
terjangkau, 80
% pengungsi
berpencar
40
41
Jumlah
Pengungs
i
Perkiraan
Jumlah
Jamban
Tersedia
Kecukupa
n per
Orang per
Jamban
Keterangan
Tambahan
Ketrangan
Someyi
2000
10 buah
200 /jamban
Bajila
1700
15 buah
113 /jamban
Soreang
400
20 buah
20 /jamban
Total
4100
45 buah
91 /jamban
42
120
120
60
60
liter/OH
orang/jamban
standar
0
'06 '08 '10 '12 '14 '16
Minggu
jamban
air
keamanan pangan yang tersedia. Kekurangan pangan berisiko pada status gizi
seseorang, sehingga dapat menderita kurang gizi, marasmus dan kuasiorkor.
Kekurangan gizi akan berisiko rentan terhadap serangan penyakit, terutama
diare, campak dan pnemonia, sementara diare, campak dan pnemonia itu sendiri
dapat menurunkan status gizi seseorang, terutama pada anak-anak dan orang
tua. Kelompok pengungsi yang menderita kekurangan pangan adalah sangat
rentan kematian pada saat terjadinya KLB diare dan campak.
44
kkal/anak/hari
46
47
48
49
pengungsi terbawah. Alur pengiriman data digambarkan dalam skema alur data
surveilans epidemiologi pengungsi :
Alur Surveilans Epidemiologi Pengungsi (SEP)
Program Dinkes
Kabupaten/Kota
(air, sanitasi,
pangan dsb)
Puskesmas
(data kesakitan,
kematian, air,
sanitasi, pangan)
Tim SEP
Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
Labora
torium
Rumah Sakit
(data
kesakitan,
kematian)
Pemda
Kabupaten/Kota
(Data pengungsi,
perumahan)
Tim Studi
Epidemiologi
dan penyelidikan
KLB
Pos Kesehatan
(data kesakitan,
kematian, air,
sanitasi, pangan)
surveilans di propinsi, pusat atau puskesmas dan rumah sakit, kedua, kelompok
program intervensi, misalnya program imunisasi, program gizi, program sanitasi
dan sebagainya.
Cara distribusi informasi dapat
dilakukan
dengan membuat laporan,
Distribusi Informasi
presentasi pada seminar atau terlibat
& Komunikasi
secara langsung dalam perencanaan,
pengendalian dan evaluasi program.
Unit
Surveilans
Kepala Unit
Laporan dapat dibuat dalam bentuk
Tabel
Program
sajian tabel, grafik dan peta,
sehingga
program
akan
memanfaatkan
tampilan
tersebut
Analisis
sebagai
bahan
analisis
lanjut
Lanjut
Unit
(gambar
1),
cara
lain
dalam
bentuk
Program
analisis lanjut atau secara teliti dan
menghubungkan dengan berbagai
faktor yang berpengaruh, dan
kemudian hasilnya disampaikan
Distribusi Informasi
kepada program terkait (gambar 2).
& Komunikasi
Sebelum kegiatan surveilans
epidemiologi
pengungsi
Unit
Surveilans
dilaksanakan, semua sasaran, jenis
Kepala Unit
Tabel
informasi
dan
cara-cara
Program
penyampaian informasi sudah dapat
dirumuskan dengan jelas dan
digambarkan dalam bagan alur
Analisis
Unit
distribusi informasi.
Lanjut
6000
4000
0
2000
KASUS
8000
1000 0
K a s u s P n e m o n i a B a l i ta , J a w a B a r a t, 1 9 9 7- 20 0 0
'9 7
'98
'99
'0 0
T A HU N
< 1 T H 1-4 T H
6000
4000
2000
0
K ASUS
8000
10000
K a s u s P n e m o n ia B a l i ta , J a w a B a r a t, 1 9 9 7 -2 0 0 0
'9 7
'98
'99
'0 0
TAH U N
< 1 T H 1 -4 T H
Program
51
52
L
--L
T
L
--L
T
T
--L
T
T
L
L
T
T
T
L
L
T
T
60
20
60
20
60
40
100
60
100
60
T
7(78)
2(22)
2(22)
3(33)
9(100)
T
L
L
T
T
T
T
L
-T
T
T
T
-T
T
-T
-T
9(100)
5(48)
6(68)
6(68)
9(100)
100
60
80
60
80
80
60
60
35(77)
24(53)
53
54
55
56
Unit Surveilans
Pengungsi
Kabupaten/Kota
Tim Teknis
Surveilans Unit
Pelayanan di
Puskesmas dan
Pos Kesehatan
Pengungsian
Tim Teknis
Surveilans
Pengungsi Sanitasi
dan P2M
Puskesmas dan
Lokasi Pengungsian
Tim Teknis
Surveilans
Pengungsi Gizi
Puskesmas dan
Lokasi
Pengungsian
57
Pertemua
n Review
Advokasi
Buku
Pedoman
Kelompo
k Kerja
Tenaga
Profesiona
l
Umpan
balik
Supervisi
dan
Monev
Peraturan
Rencan
a Kerja
Anggaran
Respon KLB
Program
Kegiatan Teknis
Surveilans
Pengungsi :
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis dan Interpretasi
Distribusi infomasi
Intervensi
Program
58
Penelitian
Jaringan SE
Analisis
Lanjut
59
60
61
secara aktif mendorong perlunya aktifitas Propinsi dan Pusat sesuai dengan
perannya masing-masing. Lemahnya aktifitas jejaring surveilans pengungsi ini
akan berdampak pada melemahnya kemampuan menetapkan prioritas masalah
setiap program yang terkait dengan penanggulangan pengungsi.
62
Dengan dukungan sumber daya yang lebih baik dan pengalaman yang
lebih banyak maka propinsi dan pusat dapat memberikan asistensi teknis
manjemen pengungsi, termasuk dalam melakukan analisis situasi pengungsian
dan pemecahannya.
63
6. Lampiran
Lampiran :
Perencanaan
Tujuan dan Konsep - Mekanisme Surveilans, tabel, grafik dan peta untuk analisis
dan atau distribusi informasi
Tim Teknis
Rencana Anggaran
Rencana Kerja Operasional
Monitoring dan Evaluasi
Formulir Rapid Assessment
Formulir Surveilans Penyakit dan Kematian Berbasis Lingkungan
Formulir Surveilans Kesehatan Lingkungan
Laporan pertemuan berkala
Laporan monev
64
1. __________________
2. __________________
(sebaiknya terdapat unsur dari tim surveilans kesehatan lingkungan daerah dimana pengungsian berada
yang profesional dan dapat berperan secara aktif, bukan pengantar)
Lokasi Pengungsi :
Data kuantitatif
1. Jumlah pengungsi pada saat sekarang
2. Perkembangan jumlah pengungsi sejak pengungsian pertama sampai
sekarang
3. Jumlah pengungsi berdasarkan pembagian lokasi pengungsi
4. Jenis tempat tinggal perlokasi pengungsi
5. Ketersediaan air minum perlokasi pengungsi dan perorang perlokasi
pengungsi
6. Ketersediaan tempat buang hajat saniter perlokasi pengungsi dan
perorang perlokasi pengungsi
7. Keberadaan vektor nyamuk dan tempat perindukannya, baik malaria
maupun demam berdarah
8. Data penyakit berbasis lingkungan, terutama diare, tifus perut, hepatitis,
pnemonia, malaria dan campak (bersumber dari data kesehatan setempat
atau daerah sekitar lokasi pengungsi) dan data kematian per lokasi
pengungsi perperiode waktu tertentu
9. peta lokasi pengungsi pada Kabupaten/Kota atau Kecamatan
berdasarkan jumlah pengungsi dan kepadatannya (area map)
10. peta lokasi pengungsi, kondisi geografi, sumber air, sungai dan sarana
kesehatan lingkungan yang sudah ada
Data kualitatif
1. Kepadatan lokasi pengungsi
2. Ketersediaan air minum dan memasak secara merata diantara pengungsi
(secara acak terhadap beberapa kelompok rentan : keluarga dengan
ketua RT wanita, orang tua hidup sendiri, tempat tinggal dengan penghuni
padat, banyak anak-anak, keluarga yang jauh dari sumber air setempat
atau distribusi air)
3. Ketersediaan fasilitas tempat tinggal yang memadai : kepadatan, dan
ventilasi
4. Sarana Sanitasi lainnya
5. Keberadaan vektor (melihat dan menanyakan pada penduduk setempat)
serta adanya tempat-tempat perindukan
65
Analisis di Lapangan
Setelah atau selama pengumpulan data tersebut diatas, bersama dengan
penduduk pengungsi, penduduk sekitar lokasi pengungsi dan petugas kesehatan
setempat (unit pelayanan) membahas berbagai temuan, masalah kesehatan
dan ketersediaan sarana kesehatan lingkungan, serta tindak lanjut yang dapat
dilakukan, baik ancaman terhadap pengungsi maupun terhadap penduduk
sekitar lokasi pengungsi. Seringkali berbagai persoalan justru diketahui oleh
orang-orang yang bekerja di lapangan.
Merumuskan tindakan lebih lanjut
Menetapkan strategi surveilans kesehatan lingkungan, prioritas penyakit,
prioritas kesehatan lingkungan
Menetapkan strategi kesehatan lingkungan, prioritas dan langkah-langkah
secara umum
Menetapkan mekanisme kerjasama antara fungsi surveilans kesehatan
lingkungan dan perencanaan, pengendalian dan evaluasi program serta respon
cepat KLB (fast track)
Membuat laporan
Setelah kembali ditempat penginapan segera membuat laporan dan menetapkan
beberapa rekomendasi, dan kemudian membahasnya bersama dengan tim
surveilans kesehatan lingkungan setempat. Laporan ini selesai sebelum keluar
dari Kabupaten/Kota tempat pengungsian.
Sebaiknya laporan ini dipresentasikan oleh tim surveilans kesehatan lingkungan
pada Dinas Kesehatan, agar mendapatkan dukungan politis dan pendanaan,
peran serta dari berbagai pihak, dan terutama mendapat masukan perbaikan
strategi surveilans dan program kesehatan lingkungan yang ditawarkan.
66
DATA KEMATIAN
PENGUNGSI
Nama
Umur (tahun, bulan)
Jenis Kelamin
Nama Penyakit Penyebab Kematian
(penyakit yang ada hubungannya dengan kematian)
Riwayat dan Gejala Ditemukan Sebelum Meninggal
:
:
:
:
Tanggal Meninggal
Alamat
Nama Propinsi
Nama Kab/Kota
Nama Puskesmas/Kecamatan
Nama Lokasi Pengungsi
:
:
:
:
:
:
Nama Pelapor
Tempat Tugas
:
:
catatan :
Data surveilans ini diproses oleh unit suveilans khusus pengungsi dan digunakan untuk data epidemiologi
dalam penetapan prioritas kelompok rawan. Analisis data surveilans ini akan menghasilkan rate kematian
perlokasi per periode waktu tertentu, rate kasar, rate berdasarkan golongan umur dan jenis penyakit. Rate
kematian kasar normal Indonesia adalah 0.21-0.25 per 10.000 penduduk perhari. Rate kasar lebih dari 0.501 per 10.000 penduduk perhari (tanpa korban pembunuhan) ditetapkan sebagai peringatan adanya
kegagalan penanganan pengungsi
67
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Data Harian/Mingguan Penyakit Potensial Wabah
Pada Pengungsi
Nama Kabupaten/Kota
Nama Puskesmas
Nama Lokasi (kode dan nama)
Jumlah Lokasi Pengungsian
Jumlah Yang Melapor
:
:
:
:
:
UMUR (tahun)
<1
1-4
5-9
10-14
15+
Diare
Diare Berdarah
Diare Dehidrasi
Diare Biasa
ISPA
Pnemonia
Bukan Pnemonia
Malaria Klinis
Campak
Tifus Perut
Hepatitis
Lain
Jumlah Berobat
Jumlah Meninggal
*)
*) berdasarkan adanya kematian semua usia di lokasi pengungsian yang dilaporkan, bukan hanya yang
datang berobat dan meninggal di pelayanan kesehatan
catatan :
data ini diproses oleh unit suveilans khusus pengungsi dan digunakan untuk data epidemiologi dalam
penetapan prioritas kelompok rawan, baik berdasarkan perkembangan jumlah pengungsi dan kepadatannya,
perkembangan penyakit dan kematian. Sistem ini dikembangkan menjadi harian apabila adanya ancaman
serius KLB atau selama KLB berlangsung. Keadaan normal, sebaiknya menggunakan sistem mingguan,
agar tidak melelahkan dan frustasi. Data surveilans ini harus selalu dihubungkan dengan kajian lapangan
(rapid assessment) sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas kondisi yang sebenarnya.
68
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Data Mingguan/Bulanan Kondisi Kesehatan Lingkungan
Pada Lokasi Pengungsi
Nama Kabupaten/Kota
Nama Puskesmas
Nama Lokasi (kode dan nama)
Jumlah Lokasi Pengungsian
Jumlah Yang Melapor
:
:
:
:
:
69