Anda di halaman 1dari 84

MODUL PEMBELAJARAN

SMA NEGERI 2 MATARAM


MATA PELAJARAN
FISIKA SMA KELAS X
MATERI POKOK
Pembiasan Cahaya

DISUSUN OLEH
GUSTI AFIFAH, S.Pd
NIP. 19700815 199503 2 006

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

Pembiasan Cahaya
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas:X
Nomor Modul : Fis.X.10
PENDAHULUAN

Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda dapat menjelaskan apa yang dimaksud
pembiasan, hukum-hukum yang mengatur pembiasan, medium apa saja yang
memungkinkan terjadinya pembiasan, kaitan antara pembiasan dengan penglihatan
kita dan sebagainya.
Secara khusus modul ini bertujuan agar Anda dapat mendefinisikan pengertian
pembiasan cahaya dengan benar, menentukan indeks bias relatif antara dua medium
atau besaran lainnya, dan menjelaskan pembiasan yang terjadi pada berbagai medium
atau bahan seperti balok kaca, prisma dan lensa. Modul ini juga akan membimbing
Anda untuk mampu menghitung nilai berbagai besaran yang terkait dengan peristiwa
pembiasan pada bahan-bahan yang disebutkan tadi.
Tahukah Anda mengapa kaki orang yang terendam di dalam air tampak lebih pendek
dari keadaan sebenarnya atau dasar kolam yang tampak lebih dangkal dari keadaan
sesungguhnya atau mengapa intan tampak berkilauan? Nah, hal-hal tersebut akan
dijelaskan dalam modul ini secara gamblang dengan rumusan matematika yang
sederhana dan tidak menyulitkan. Anda hanya perlu mengingat kembali apa yang
dalam pelajaran matematika disebut geometri dan trigonometri terutama berkaitan
dengan sudut-sudut yang berseberangan dan bertolak-belakang, juga tentang
pengertian sinus, kosinus dan tangen sudut-sudut segi tiga.
Sebagaimana disampaikan pada modul sebelumnya bahwa teori tentang pembiasan
dan pemantulan cahaya mendasari pembuatan alat-alat optik seperti kacamata, lup,
mikroskop dan teropong. Oleh karenanya menjadi sangat penting untuk memahaminya
agar saat mempelajari alat-alat optik yang disebutkan tadi Anda tidak mengalami
kesulitan.
Modul ini terdiri dari tiga kegiatan. Kegiatan pertama membicarakan tentang gejala
pembiasan cahaya, pengertian indeks bias dan pemantulan total. Kegiatan kedua

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

membicarakan pembiasan pada dua bidang batas. Pada kegiatan ini akan Anda pelajari
pembiasan cahaya pada balok kaca dan prisma. Pada kegiatan ketiga atau terakhir
dibicarakan pembiasan yang terjadi pada bidang lengkung dan lensa.
Pelajari modul ini dengan sebaik-baiknya. Pada sekolah reguler bahan yang ada pada
modul ini biasanya dipelajari dalam waktu 18 jam pelajaran. Anda boleh berpatokan
dari sini. Sediakanlah kalkulator untuk memeriksa kebenaran hitungan pada contohcontoh soal yang disajikan. Lebih penting lagi sediakan diri Anda untuk bersungguhsungguh dalam membaca uraian materi dan melaksanakan semua arahan, dan latihan
yang ada pada modul ini.
Kerjakan tugas pada setiap akhir kegiatan, usahakan dengan tidak melihat uraian
modul atau buku fisika lainnya. Anda boleh menggunakan kalkulator untuk membantu
Anda berhitung. Cocokkan jawaban Anda dengan kunci tugas. Anda dianggap berhasil
bila berhasil mengerjakan minimal 75% tugas itu dengan baik. Jangan kecewa bila
hasilnya mengecewakan, Anda harus mengulang mempelajari uraian kegiatan sampai
Anda mampu meraih angka minimal yang Anda butuhkan untuk maju mempelajari
uraian materi kegiatan selanjutnya. Ingatlah, ujung keberhasilan Anda mempelajari
modul ini adalah bila Anda dapat menempuh Tes Akhir Modul dengan baik.

KEGIATAN BELAJAR 1
Pembiasan Cahaya
>>Pada akhir kegiatan, diharapkan Anda dapat :
1 mendefinisikan pengertian pembiasan cahaya dengan benar;
2. membedakan pengertian indeks bias mutlak dan indeks bias relatif;
3. menentukan cepat rambat cahaya dalam suatu medium yang indeks bias
mutlaknya diketahui;
4. menentukan indeks bias relatif antara dua medium atau besaran lainnya ketika
cahaya memasuki bidang batas dua medium tersebut bila disajikan data yang
dibutuhkan;
5. menentukan kedalaman semu atau besaran lainnya pada peristiwa pembiasan
cahaya yang datang dari dalam air ke udara bila disajikan data secukupnya; dan
menentukan sudut batas (sudut kritis) suatu bahan bila disediakan data yang
6. dibutuhkan.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

A. Apakah Pembiasan Cahaya Itu?


Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya saat melewati bidang batas
dua medium bening yang berbeda indeks biasnya.
Hal ini sudah Anda pelajari saat di SMP dulu, namun pada modul ini pembiasan cahaya
akan dibahas lebih mendalam. Pembiasan cahaya mempengaruhi penglihatan kita.
Sebatang tongkat yang sebagiannya tercelup di dalam kolam berisi air dan bening akan
terlihat patah.
B. Hukum Snellius Pada Pembiasan
Seperti pada peristiwa pemantulan cahaya, pada pembiasan cahaya juga dijumpai
hukum Snellius. Misalkan cahaya merambat dari medium 1 dengan kecepatan v 1 dan
sudut datang i menuju ke medium 2. Saat di medium 2 kecepatan cahaya berubah
menjadi v2 dan cahaya dibiaskan dengan sudut bias r seperti diperlihatkan pada
Gambar 1 di bawah.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

Berdasarkan teori muka gelombang, rambatan cahaya dapat digambarkan sebagai


muka gelombang yang tegak lurus arah rambatan dan muka gelombang itu membelok
saat menembus bidang batas medium 1 dan medium 2 seperti dipelihatkan Gambar 2
berikut:

Gambar 2. Muka gelombang pada peristiwa pembiasan.


Cahaya datang dengan sudut i dan dibiaskan dengan sudut r. Cepat rambat cahaya di
medium 1 adalah v1 dan di medium 2 adalah v2. Waktu yang diperlukan cahaya untuk

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

merambat dari B ke D sama dengan waktu yang dibutuhkan dari A ke E sehingga DE


menjadi muka gelombang pada medium 2. Oleh karenanya
BD = v1 t
AE = v2 t
Dari gambar 2 juga kita dapatkan bahwa = i dan = r sehingga

Bila kita bagi sin i dengan sin r kita akan peroleh

Persamaan pembiasan cahaya

dengan
i = sudut datang
r = sudut bias
v1 = kecepatan cahaya sebelum dibiaskan
v2 = kecepatan cahaya setelah dibiaskan

Pada tahun 1621 Snellius, seorang fisikawan berkebangsaan Belanda melakukan


serangkaian percobaan untuk menyelidiki hubungan antara sudut datang (i) dan sudut
bias (r) di atas. Hasil eksperimennya dibuat dalam tabel di bawah.
Tabel 1: Hasil percobaan tentang pembiasan pada balok kaca.
i

i/r

sin i

sin r

18
26
36
43
47
50
60

12
17
23
27
29
33
35

1,50
1,53
1,57
1,59
1,62
1,67
1,71

0.309
0.438
0.588
0.682
0.731
0.819
0.866

0.208
0.292
0.391
0.454
0.485
0.545
0.574

Dari tabel di atas tampak bahwa harga


yakni 1,50 dengan kata lain bahwa harga
indeks bias.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

1,49
1,50
1,50
1,50
1,51
1,50
1,51

pada tiap percobaan cenderung sama,


bernilai tetap. Tetapan itu disebut

Persamaan Hukum Pembiasan

dengan
i = sudut datang
r = sudut bias
n = indeks bias bahan
Persamaan di atas merupakan salah satu dari dua hukum pembiasan
cahaya yang selengkapnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
Hukum Pembiasan Cahaya
1.
2.

Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang.
Perbandingan sinus sudut datang dan sinus sudut bias cahaya yang
memasuki bidang batas dua medium yang berbeda selalu bernilai tetap
(konstan).

Anda telah mempelajari bahwa indeks bias dibedakan atas indeks bias mutlak dan
indeks bias relatif. Sekedar mengingatkan, di bawah ini dijelaskan kembali pengertian
kedua indeks bias ini.
Indeks bias mutlak medium yaitu indeks bias medium saat berkas cahaya dari ruang
hampa melewati medium tersebut. Indek bias mutlak suatu medium dituliskan n medium.
Indeks bias mutlak kaca dituliskan nkaca, indeks bias mutlak air dituliskan nair dan
seterusnya. Tabel 2 di bawah memperlihatkan indeks bias mutlak beberapa zat.
Tabel 2. Indeks bias mutlak beberapa zat.
Medium

Indeks bias mutlak

Udara (1 atm, 0 C)
1,00029
Udara (1 atm, 0 C)
1,00028
Udara (1 atm, 0 C)
1,00026
Air
1,33
Alkohol
1,36
Gliserin
1,47
Kaca kuarsa
1,46
Kaca kerona
1,52
Kaca flinta
1,65
Intan
2,42
Pada tabel terlihat bahwa tekanan dan suhu mempengaruhi indeks bias zat
khususnya udara. Perbedaan itu tampak kecil saja. Dalam modul ini, bias udara
sama dengan satu.

Indeks bias relatif adalah perbandingan indeks bias dua medium yang berbeda.
Indeks bias relatif medium kedua terhadap medium pertama didefinisikan sebagai
perbandingan indeks bias medium kedua terhadap medium pertama.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

Persamaan indek bias relatif dua medium


dengan
n21 = indeks bias relatif medium kedua terhadap medium pertama
n1 = indeks bias mutlak medium pertama
n2 = indeks bias mutlak medium kedua
Pada uraian sebelumnya telah kita dapatkan bahwa

Persamaan pembiasan cahaya dari medium 1 medium 2

n21

Jadi, nilai tetap (konstan) pada penyataan kedua hukum pembiasan cahaya
di atas adalah indeks bias relatif antara dua medium seperti diuraikan sebelumnya.
Sedangkan yang dimaksud satu bidang pada pernyataan pertama dapat dijelaskan
dengan melihat kembali gambar 2 di atas. Pada gambar tersebut tampak sinar
datang, sinar bias dan garis normal berada pada satu bidang, yakni bidang batas.
Cukup jelas, bukan?
Contoh:
Cepat rambat cahaya di medium A besarnya 2 x 108 m/s. Bila cepat

1
.

rambat cahaya di ruang hampa 3 x 10 8 m/s, berapakah indeks bias mutlak


medium itu?
Penyelesaian:

Cahaya datang dari ruang hampa menuju medium A dan indeks bias ruang hampa
(n1) kita anggap sama dengan indeks bias udara.
Diketahui :

n1 = 1
v1 = 3 x 108 m/s
v2 = 2 x 108 m/s

Ditanya : n2 = ?
Jawab :
=

n2 = 1,5

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

Jadi, indeks bias medium tersebut adalah n2 = 1,5.


Contoh:
2. Berapakah kecepatan cahaya di suatu medium yang indek biasnya 1,6?
Penyelesaian:
Tanpa disebut atau dinyatakan dalam soal, kita harus sudah maklum bahwa cepat
rambat cahaya di ruang hampa adalah 3 x 108 m/s sehingga dari,
n=
kita dapatkan cepat rambat cahaya pada medium tersebut yakni,

=
= 1,88 x 108 m/s

Contoh:
3.
Seberkas cahaya datang dari udara (nu = 1) ke dalam air (na = 1,33) dengan
sudut datang 30. Tentukan besar sudut bias!
Penyelesaian
Diketahui :
nu = 1
na = 1,33
i = 30
Ditanya : r = ?
Jawab :

Berkas sinar berasal dari udara menuju air jadi n1=nu=1 dan n2=na=1,33.
Berdasarkan hukum Snellius,

sin r =

r = 22,1
Besar sudut bias r = 22,1 di atas tentunya didapat dengan bantuan kalkulator atau
tabel trigonometri pada matematika. Anda tentu dapat melakukannya.
Contoh:
4. Seberkas sinar datang dari udara ke lapisan minyak yang terapung di air dengan
sudut datang 30. Bila indeks bias minyak 1,45 dan indeks bias air 1,33, berapakah

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

besar sudut sinar tersebut di dalam air?


Penyelesaian:
Pada kasus ini mula-mula berkas sinar merambat di udara lalu masuk ke lapisan
minyak yang terapung di permukaan air, baru kemudian sinar masuk ke dalam air.
Jadi, sebelum sampai ke dalam air sinar mengalami dua kali pembiasan seperti
diperlihatkan gambar di bawah.

Gambar 3.
Berkas sinar memasuki air dari udara melalui
lapisan minyak mengalami dua kali
pembiasan.

Pembiasan pertama, berkas sinar datang dari udara ke minyak dengan n 1 = 1 dan n2 =
1,45 serta i1 = 30, kita hitung besar sin r1,

sin r1 =
=

0,345.

Dalam hal ini kita tidak membutuhkan besar sudut r1, sebab untuk langkah pengerjaan
berikutnya justru nilai sin r, yang dibutuhkan.
Pembiasan kedua, berkas sinar datang dari minyak ke air dengan n1 = 1,45 dan n2 =
1,33, dan dari gambar di atas tampak besar i2 = r1 atau sin i2 = sin r1, kita hitung besar
r2

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

10

sin r2 =
r2

0,375

22

Contoh:
5. Cepat rambat cahaya di dalam kaca 2,00 x 108 m/s dan cepat rambat cahaya di
dalam air 2,25 x 108 m/s.
Tentukan:
a) indeks bias relatif air terhadap kaca
b) indeks bias relatif kaca terhadap air
Penyelesaian:
Diketahui
:

vkaca = 2,00 x 108 m/s


vair = 2,25 x 108 m/s

Ditanya :
a) nair-kaca
b) nkaca-air
Jawab :
a) nair-kaca

=
=

b) nkaca-air

0,89

=
=

1,13

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

11

1. Berdasarkan tabel 1, tentukanlah cepat rambat cahaya pada medium alkohol, kaca
flinta dan intan!
2. Berdasarkan tabel 1, tentukanlah indeks bias relatif air terhadap alkohol dan indeks
bias relatif kaca korona terhadap air!
Bila Anda kerjakan dengan baik latihan di atas, akan Anda dapatkan jawaban latihan
nomor 1 berturut-turut 2,21x108m/s, 1,82x108m/s dan 1,24x108 m/s, serta jawaban
untuk latihan nomor 2 berturut-turut 0,98 dan 1,14.
C. Medium Optik Kurang Rapat dan Medium Optik Lebih Rapat
Di samping menunjukkan perbandingan cepat rambat cahaya di dalam suatu medium,
indeks bias juga menunjukkan kerapatan optik suatu medium. Semakin besar indeks
bias suatu medium berarti semakin besar kerapatan optik medium tersebut.
Di samping itu, diketahui pula bahwa cahaya merambat lebih cepat pada medium yang
kerapatan optiknya kecil. Jadi, dengan melihat data pada tabel 2 di atas, kaca
merupakan medium optik lebih rapat bila dibandingkan air, sedangkan udara
merupakan medium kurang rapat bila dibandingkan kaca dan air. Cobalah Anda
bandingkan kerapatan optik antara medium yang satu terhadap medium yang lain yang
ada pada tabel 2.
Bila cahaya merambat dari medium kurang rapat ke medium yang lebih rapat, cahaya
akan dibiaskan mendekati garis normal, sebaliknya bila cahaya merambat dari medium
lebih rapat ke medium kurang rapat akan dibiaskan menjauhi garis normal seperti
diperlihatkan gambar 4.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

12

Gambar 4.
(a) Cahaya dibiaskan mendekati garis normal.
(b) Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal.
D. Pembiasan dan Warna Cahaya
Mari kita lanjutkan pelajaran dengan melihat kemungkinan adanya hubungan antara
pembiasan dan warna cahaya. Anda telah pahami bahwa besar cepat rambat cahaya
sama dengan frekuensi dikalikan dengan panjang gelombangnya atau v = f. sehingga
dari persamaan,

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

13

n21 =
kita dapatkan

Pada kenyataannya frekuensi cahaya tidak mengalami perubahan saat


cahaya melewati bidang batas dua medium. Artinya perubahan kecepatan
cahaya berhubungan dengan perubahan panjang gelombangnya saja. Jadi,
Persamaan indeks bias relatif sebagai
perbandingan panjang gelombang cahaya
1= panjang gelombang cahaya pada medium 1
2= panjang gelombang cahaya pada medium 2
Panjang gelombang cahaya menentukan kesan warna tertentu pada mata kita.
Ada banyak sekali warna cahaya yang merentang dari warna merah, jingga,
kuning, hijau, biru sampai ungu. Setiap warna memiliki panjang gelombang
sendiri-sendiri yang besarnya berbeda satu terhadap lainnya. Merah memiliki
panjang gelombang terbesar, sedangkan ungu paling kecil. Tabel 3
memperlihatkan warna benda dan panjang gelombang yang dimilikinya. Anda
harus berhati-hati dalam membaca tabel ini. Bila Anda sebut warna merah
misalnya, merah yang mana? Sebab ada merah darah, ada juga merah jambu. Itu
sebabnya data pada kolom 2 tabel 3 menggunakan rentang panjang gelombang.
Satu hal yang harus Anda catat adalah satu warna tertentu hanya memiliki satu
panjang gelombang tertentu saja.
Tabel 3. Panjang gelombang warna cahaya.
Merah
Jingga
Kuning
Hijau
Biru
Ungu

630
590
570
500
450
400

700
630
590
570
500
450

nm
nm
nm
nm
nm
nm

Masih ingat apa yang dimaksud nm? Ya, nanometer atau sepuluh pangkat minus
sembilan meter (10-9 m)!

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

14

Contoh:
1. Berkas sinar merambat di udara dengan kecepatan 3 x 108 m/s dan frekuensi 4,62
x 1014 Hz menuju permukaan air yang indeks biasnya
gelombang cahaya:
a) saat berada di udara
b) saat berada di air!

. Tentukan panjang

Penyelesaian:
Diketahui : c = 3 x 108 m/s
f = 6 x 1014 Hz
n u = n1 = 1
n a = n2 =
Ditanya :

Jawab :

a) u = ?
b) a = ?

a) c = .f
u = 6,5 x10-7 m
Jadi, panjang gelombang cahaya di udara adalah
1 = 6,5 x 10-7 m.
b) Panjang gelombang cahaya di dalam air (2) bila panjang gelombang
cahaya di udara1 = 6,5 x 10-7 m

Jadi, panjang gelombang cahaya di dalam air adalah 4,86 x 10-7 m. Mudah
saja, bukan?

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

15

Latihan
Seberkas cahaya merah ( = 633 nm) yang berasal dari laser helium-neon memasuki
lempeng kaca dengan sudut datang 30. Jika indeks bias kaca = 1,56, tentukanlah:
a) panjang gelombang cahaya di dalam kaca;
b) sudut bias;
c) kelajuan cahaya di dalam kaca!
Untuk menjawab soal latihan di atas Anda anggap laser merah merambat dari udara ke
kaca, indeks bias udara = 1 dan cepat rambat cahaya di udara =
3x108 m/s. Gunakan persamaan-persamaan yang ada pada contoh-contoh yang telah
diberikan, maka akan Anda dapatkan jawaban untuk:
a) 406 nm (pembulatan);
b) 18,7 dan
c) 1,92 x 108 m/s.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

16

E. Pemendekan Semu Akibat Pembiasan


Bila Anda perhatikan kaki teman Anda yang terendam di dalam air, akan tampak lebih
pendek dari keadaan sesungguhnya. Saat Anda melihat koin atau sesuatu yang berada
di dasar bak mandi, tampak mereka lebih dangkal. Gejala yang disebut pemendekan
semu ini terjadi karena pembiasan di mana cahaya merambat dari medium optik yang
lebih rapat ke medium optik yang kurang rapat, misalnya dari air ke udara. Gambar 5
memperlihatkan rambatan cahaya pada peristiwa pemendekan semu ini.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

17

F. Pemanjangan semu akibat pembiasan


Bila pengamat berada di medium optik lebih rapat mengamati benda yang berada pada
medium optik kurang rapat, misalnya pengamat di dalam air mengamati benda di
udara, maka benda akan terlihat lebih panjang dari keadaan sesungguhnya (gambar
6). Peristiwa ini disebut pemanjangan semu.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

18

Sama seperti pemendekan semu, persamaan untuk pemanjangan semu dapat


diturunkan berdasarkan hukum-hukum pembiasan dan hasilnya adalah kebalikan dari
persamaan pemendekan semu, seperti pada contoh berikut ini.
Contoh:
1.Dona sedang menyelam di kolam
renang pada kedalaman 0,5 m dari
permukaan air (na=

), sementara

Tuti yang berbaring di atas papan


loncat kolam renang itu tegak lurus
dengan Dona pada ketinggian 3 m
dari permukaan air. Berapakah
jarak antara Dona dan Tuti
menurut Dona?

Penyelesaian:
Dono melihat dirinya berada 0,5 m dari permukaan air kolam, tetapi melihat Toto tidak
berada pada posisi 3,5 m di atas permukaan air sebab berkas cahaya yang datang dari
Toto mengalami pembiasan sebelum sampai ke mata Dono. Akibatnya ketinggian Toto
yang sesungguhnya 3,5 m dari permukaan air akan dilihat oleh Dono lebih tinggi lagi.
Diketahui :

n u = n1 = 1
n a = n2 =
h=2m

Ditanya : h' = ?
Jawab :

atau h'

h.

5,33 m

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

19

Jarak antara Dono dan Toto sama dengan 5,33 m ditambah 0,5 m yaitu 5,83 m. Jarak
ini lebih besar dibanding jarak sebenarnya yang hanya 4,50 m.
Latihan
Pada contoh di atas, tentukanlah jarak antara Toto dan Dono menurut Toto!
Cobalah kerjakan latihan di atas dengan mengingat bahwa pembiasan bagi Toto hanya
mempengaruhi ketinggian Dono dari permukaan air saja. Anda dapatkan jawabannya,
yakni 4,375 m.
G. Pemantulan Total
Sebelumnya sudah diuraikan bahwa saat cahaya merambat dari medium optik lebih
rapat ke medium optik kurang rapat dengan sudut datang tertentu, cahaya akan
dibiaskan menjauhi

garis normal. Artinya sudut bias akan selalu lebih besar

dibandingkan sudut datang. Bila sudut datang cukup besar, maka sudut bias akan lebih
besar lagi, Apa yang terjadi, bila sudut datang terus diperbesar?

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

20

Sebelumnya Anda harus catat bahwa pada umumnya saat cahaya


merambat dari medium 1 ke medium 2, tidak semua berkas cahaya dibiaskan
sebagian ada yang dipantulkan. Artinya di samping terjadi pembiasan terjadi juga
pemantulan dengan besar sudut pantul yang selalu sama dengan sudut datang
sesuai dengan hukum pemantulan. Hal ini sudah Anda pelajari di modul
sebelumnya. Kali ini fokus perhatian kita pada peristiwa pembiasannya. Nah, bila
sudut datang terus diperbesar, maka suatu saat sinar bias akan sejajar dengan
bidang yang berarti besar sudut biasnya 90. Sekali lagi apabila sudut datang
diperbesar, maka tidak ada lagi cahaya yang dibiaskan, sebab seluruhnya akan
dipantulkan. Sudut datang pada saat sudut biasnya mencapai 90 ini disebut
sudut kritis atau sudut batas dan pemantulan yang terjadi disebut pemantulan
total atau pemantulan sempurna. Pada gambar 7 di atas sudut i 3 adalah sudut
kritis (ik) sebab besar sudut r3 = 90. Besar sudut kritis untuk setiap bahan akan
berbeda-beda karena indeks bias mereka yang berbeda-beda. Besar sudut itu
dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut.
Bila kita terapkan hukum Snellius pada gambar 5 kita dapatkan:
n1 sin ik = n2 sin r3
n1 sin ik = n2 sin 90

Persamaan sudut kritis


dengan
ik = sudut kritis medium lebih rapat (asal sinar datang)
n1 = indeks bias medium kurang rapat (tempat sinar bias)
n2 = indeks bias bahan lebih rapat (asal sinar datang)
n1> n2

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

21

Contoh:
1. Berkas sinar datang dari intan ke udara. Bila indeks bias intan = 2,4 dan indeks bias
udara = 1 tentukan sudut kritis pada intan!
Penyelesaian:
Diketahui :

n1 = 2,4
n2 = 1

Ditanya : ik = ?
Jawab :
sin ik =

sin ik =

= 0,417

ik = 24,6
Jadi, sudut kritis untuk intan adalah 24,6. Artinya bila sinar datang dari
intan menuju udara dengan sudut datang lebih besar dari 24,6, maka sinar-sinar
tersebut akan dipantulkan kembali ke intan. Oleh karenanya, intan dibentuk
sedemikian sehingga hampir semua sinar datang ke permukaannya membentuk
sudut yang lebih besar dari 24,6 sehingga sinar yang datang ke intan setelah
masuk ke permukaan dalamnya akan dipantulkan sempurna. Akibatnya intan
tampak berkilauan.

Gambar 8. Intan berkilauan akibat pemantulan sempurna.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

22

Pemantulan total diterapkan pada banyak alat optik antara lain periskop,
teleskop, mikroskop, dan teropong binokuler. Dewasa ini dikembangkan pemakaian
serat optik. Serat optik adalah pipa kecil dan panjang terbuat dari plastik atau kaca
yang digunakan untuk penyalur cahaya. Serat optik terdiri dari inti serat yang
terbuat dari kaca berkualitas dan berindeks bias tinggi yang dibungkus oleh lapisan
tipis kaca yang indeks biasnya lebih rendah serta bagian luar serat yang terbuat dari
plastik atau bahan lain untuk melindungi inti serat. Cahaya dapat melewati serat
optik dari ujung yang satu ke ujung yang lain meskipun serat optik itu dibengkokkan
(Gambar 9.a). Endoskop (Gambar 9.b) dibuat dengan memanfaatkan serat optik.
Dengan bantuan endoskop para dokter dapat melihat bagian dalam tubuh manusia
(misalnya lambung) dan bahkan memotretnya. Dalam teknologi komunikasi serat
optik digunakan untuk mengirim sinyal-sinyal komunikasi.

(a)

(b)

Gambar 9.
(a) Serat optik; (b) Endoskop: alat untuk melihat bagian dalam tubuh manusia.
Demikianlah telah diuraikan kepada Anda apa yang dimaksud dengan
pembiasan, indeks bias mutlak dan indeks bias relatif, medium optik lebih rapat dan
medium optik kurang rapat, hukum-hukum pembiasan dan pemantulan total atau
pemantulan sempurna. Bacalah kembali uraian di atas bila masih ada yang belum Anda
pahami. Bila seluruh uraian di atas telah Anda pahami kerjakanlah tugas di bawah ini
dengan sebaik-baiknya.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

23

TUGAS 1
Kerjakan tugas ini dengan benar. Anda boleh menggunakan kalkulator.
Mulailah dari nomor satu, dua dan seterusnya. Setelah selesai cocokkanlah jawaban
Anda dengan kunci tugas modul ini.
1. Apakah yang disebut pembiasan cahaya itu?
2. Apakah perbedaan antara indeks bias mutlak dan indeks bias relatif?
3. Hitung kecepatan cahaya di dalam kaca yang indeks biasnya 1,5!
4. Suatu berkas cahaya datang ke permukaan air dengan sudut 45 dengan kecepatan
2,3 x 108 m/s. Tentukanlah:
a) indeks bias air
b) sudut bias
5. Seberkas cahaya merah ( = 666 m) dari laser helium-neon memasuki lempeng
kaca (nk = 1,54) dengan sudut datang 45. Tentukanlah:
a) kelajuan cahaya di dalam kaca
b) panjang gelombangnya
c) sudut biasnya
6. Sebutir kelereng diletakkan di dasar sebuah kolam yang penuh berisi air
(na =

) yang jernih dengan kedalaman 1,5 m. Pada kedalaman berapa letak batu

itu dari permukaan air dilihat oleh pengamat bila


a) kelereng tersebut dilihat hampir tegak lurus permukaaan air
b) sudut antara mata dan garis normal 45.
7. Pada gambar di bawah seberkas sinar masuk ke dalam kaca (nkaca = 1,36).

Berapakah sudut sinar datang i agar sinar yang keluar dari B mengalami
pemantulan sempurna?

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

24

KEGIATAN BELAJAR 2
Pembiasan Pada Dua Bidang
>>Pada akhir kegiatan, diharapkan Anda dapat :
1 menentukan indeks bias balok kaca atau besaran lain bila disediakan data yang
dibutuhkan;
2. menyatakan hubungan antara sudut pembias prisma dengan sudut datang
pertama dan sudut bias sinar yang keluar dari prisma;
3. menentukan sudut deviasi atau besaran lain pada prisma dengan sudut pembias
lebih besar dari 15 bila disajikan data yang dibutuhkan;
4. menentukan sudut deviasi minimum atau besaran lain pada prisma dengan sudut
pembias lebih besar dari 15 bila disajikan data yang dibutuhkan; dan
menentukan sudut deviasi minimum atau besaran lain pada prisma dengan sudut
5. pembias kurang dari 15 bila tersedia data yang dibutuhkan.

Pada Kegiatan 1 telah diuraikan bahwa pembiasan terjadi saat berkas cahaya melewati
bidang batas dua medium bening yang berbeda indeks biasnya, misalnya bidang batas
antara udara dan air. Setelah di dalam air, cahaya akan merambat lurus membentuk
sudut yang besarnya tertentu terhadap garis normal bidang batas dua medium
tersebut. Jadi, pembiasan berlangsung sekali saja. Saat Anda melihat ikan dalam
akuarium cahaya mengalami dua kali pembiasan. Pertama saat cahaya melewati bidang
batas antara air dan kaca akuarium, kedua saat cahaya melewati bidang batas antara
kaca akuarium dan udara. Seperti telah Anda ketahui kita melihat ikan berarti cahaya
merambat (tepatnya memantul) dari badan ikan ke mata kita. Marilah kita pelajari
pembiasan pada dua bidang batas ini dengan meninjau pembiasan pada kaca plan
paralel (balok kaca) dan prisma.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

25

A. Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel


Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya
dibuat sejajar (Gambar 10.a). Untuk memudahkan pembahasan, berkas sinar yang
masuk dan keluar dari kaca ini dilukiskan pada Gambar 10.b yang merupakan gambar
dua dimensi.

(a)

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

26

Gambar 10.b balok kaca berada di meja. Berkas sinar masuk dari salah
satu sisi balok kaca dengan sudut datang i dan lalu mengalami pembiasan dua kali.
Pertama saat melewati bidang batas antara udara dan balok kaca, berkas sinar
dibiaskan dengan sudut bias r. Kedua, saat melewati bidang batas antara balok kaca
dan udara, berkas sinar datang ke bidang batas dengan sudut datang i' dan sudut bias
r'. Tampak pada Gambar 10.b, besar sudut bias pertama sama dengan sudut datang
kedua atau r = i'. Tampak pula berkas sinar yang masuk ke balok bergeser ke arah kiri
bawah saat keluar dari balok kaca, namun keduanya tampak sejajar. Bila d = PQ
menyatakan ketebalan balok kaca dan t = RS menyatakan besar pergeseran berkas
sinar, maka
Dari segi tiga RPS kita dapatkan:
sin (i r)

atau

Dari segi tiga QPS kita dapatkan:

Cos r

atau

PS =
Kita gabungkan persamaan yang baru kita dapatkan di atas dengan persamaan
sebelumnya,

Akhirnya kita dapatkan persamaan untuk pergeseran berkas sinar yang melewati balok
kaca,

Persamaan pergeseran sinar pada balok kaca.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

27

dengan
d = tebal balok kaca, (cm)
i = sudut datang, ()
r = sudut bias, ()
t = pergeseran cahaya, (cm)
Dengan menggunakan persamaan di atas kita dapat menentukan jarak pergeseran
sinar yang masuk lalu keluar dari balok kaca seperti pada contoh soal di bawah ini.
Contoh:
1. Seberkas sinar memasuki balok kaca dari udara (nu = 1) dengan sudut datang i =
30. Bila indeks bias balok kaca 1,52 dan ketebalannya 4 cm tentukan jarak
pergeseran sinar setelah sinar yang masuk itu keluar dari balok kaca!
Penyelesaian:
Diketahui : i
n1
n2
d

=
=
=
=

30
nu = 1
nk = 1,52
4 cm

Ditanya : t = ?
Jawab:
Data pada soal belum lengkap sebab sudut bias r belum diketahui. Oleh karenanya
terlebih dahulu kita cari sudut bias r dengan menggunakan hukum Snellius.

n1 sin i = n2 sin r atau sin r =

sin i

=
sin 30 =
= 0,33
didapat r= 19,2

x 0,5

Pergeseran sinar yang ditanyakan kini dapat kita hitung,

0,79

Jadi, besar pergeseran sinar adalah 0,79 cm.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

28

Latihan
Berapa besar pergeseran sinar yang terjadi bila seberkas sinar mendatangi balok kaca
yang tebalnya 8 cm (nk = 1,5) dengan sudut datang 40?
Dengan cara yang sama seperti pada contoh 1 akan Anda dapatkan besar pegeseran
sinar t = 2,24 cm. Ayo, Anda coba sendiri!
Kegiatan Laboratorium
Lakukanlah kegiatan berikut ini untuk menentukan indeks bias balok kaca. Letakkan
sebuah papan lunak di atas meja, letakkan di atas papan itu kertas putih berukuran
foluio dan di atas kertas itu letakkan balok kaca melintang terhadap kertas seperti pada
gambar.

Keterangan:
Balok kaca di lihat dari atas (PQRS)
A dan B = Jarum pentul di belakang balok kaca.
C dan D = Jarum pentul di depan balok kaca.

Gambar 11. Susunan alat-alat untuk menentukan indeks bias balok kaca.
Buatlah garis PQ dan RS pada kertas. Tancapkan jarum pentul di titik A dan B. Aturlah
jarak A dan B agar tidak terlalu dekat (5 cm).
Amati balok kaca dari arah E sehingga bayangan jarum A tampak berhimpit dengan
bayangan jarum B. Kemudian tancapkan jarum pentul C dan D sehingga jarum pentul
A, B, C, dan D terlihat pada satu garis lurus.
Langkah selanjutnya, singkirkan balok kaca itu dan tarik garis A B F dan C D.
Buatlah garis tegak lurus RS melalui F dan garis tegak lurus PQ melalui C, masingmasing merupakan normal dari sinar datang AF dan sinar bias CD. Dapatkah Anda
tentukan sudut datang (i) dan sudut bias (r) pada percobaan ini? Ya, benar sudut
datang adalah sudut yang dibentuk oleh sinar datang AF dan garis normal, sedangkan
sudut bias yang kita ambil adalah sudut yang dibentuk oleh CF dan garis normal
(Gambar 12).

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

29

Gambar 12. Menentukan sudut datang i dan sudut pantul r balok kaca.
Gunakanlah busur derajat untuk mengukur sudut datang (i) dan sudut bias (r)
tersebut.
Lakukan percobaan di atas berulang-ulang untuk sudut datang yang berbeda-beda, lalu
masukkan data yang Anda dapat ke dalam tabel di bawah.
Tabel 3. Data Percobaan balok kaca.
No.

Sudut datang
(i)

Sudut bias
(r)

Sin i

Sin r

1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

2
-

3
-

4
-

5
-

Rata-rata

6
-

Gunakan kalkulator untuk menghitung data pada kolom 4, 5 dan 6 tabel di atas. Indeks
bias balok kaca yang akan Anda tentukan sama dengan harga rata-rata kolom 6.
Dapatkah Anda memperkirakan bagaimana bentuk grafik sin r terhadap sin i? Cobalah
Anda buat pada sehelai kertas grafik menggunakan data di atas.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

30

B. Pembiasan Pada Prisma


Seperti balok kaca, prisma juga merupakan benda bening yang terbuat dari kaca.
Bentuknya bermacam-macam, diantaranya seperti terlihat pada Gambar 13 di bawah.
Kegunaannya antara lain untuk mengarahkan berkas sinar, mengubah dan membalik
letak bayangan serta menguraikan cahaya putih menjadi warna spektrum (warna
pelangi).

Gambar 13. Beberapa bentuk prisma.


Pada Gambar 13, prisma digambar dalam bentuk dua dimensi. Anggaplah medium
sekeliling prisma adalah udara. Berkas cahaya yang memasuki prisma dengan sudut
datang tertentu akan dibiaskan dua kali. Pertama saat memasuki prisma dari udara,
kedua saat keluar dari dalam prisma.
Pada pembiasan pertama berkas sinar datang dibiaskan mendekati normal, sedangkan
pada pembiasan kedua berkas sinar dibiaskan menjauhi normal. Seperti telah Anda
ketahui ini terjadi karena indeks bias prisma lebih besar dari indeks bias udara atau n 2>
n1.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

31

Selanjutnya bila Anda perhatikan segi tiga ABC pada gambar 14 tampak bahwa:
ABC = 90 r1
ACB = 90 i2
dan sudut puncak atau sudut pembias prisma
BAC= 180

ABC

ACB

= 180 (90 r1) (90 i2)


Kita dapatkan persamaan sudut puncak prisma,
Pesamaan sudut pembias prisma

dengan
= sudut puncak atau sudut pembias prisma
r1 = sudut bias saat berkas sinar memasuki bidang batas pertama
i2 = sudut datang saat berkas sinar memasuki bidang batas kedua (berkas sinar di dalam
prisma)
Perhatikan segi tiga EBC pada gambar 14 di atas!
EBC = i1 r1
ECB = r2 i2
BEC = 180 EBC ECB
= 180 (i1 r1) (r2 i2)
C. Sudut Deviasi
Sudut deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan berkas sinar datang dan
berkas sinar yang keluar dari prisma seperti tampak pada gambar 14 di atas.
Besar sudut deviasi D sesuai gambar 14 adalah
D = 180 BEC
= 180 {180 (i1 r1) (r2 i2)}
= (i1 + r2) (r1 + i2)
Di atas telah didapatkan bahwa = r1 + i2, sehingga

Persamaan sudut deviasi prisma


dengan
D = sudut deviasi
i1 = sudut datang pada bidang batas pertama
r2 = sudut bias pada bidang batas kedua berkas sinar keluar dari prisma
= sudut puncak atau sudut pembias prisma

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

32

Bagaimana, mudah saja, bukan? Coba Anda baca kembali penurunan dua persamaan
prisma di atas sampai Anda yakin, Anda telah memahaminya.
Contoh:
Sebuah prisma mempunyai sudut pembias 60 terbuat dari kaca yang indeks biasnya
1,50. Seberkas sinar datang pada salah satu bidang sisi prisma dengan sudut datang
30. Berapakah besar sudut deviasinya?
Penyelesaian:
Diketahui :

i1 = 30
= 60
np = n2 = 1,50

Ditanya : D = ?
Jawab:
Tentukan terlebih dahulu sudut bias pada bidang batas pertama r1 menggunakan
hukum Snellius,
n1 sin i1 = n2 sin r1 atau sin r1 = sin i1

= sin 30
= 0,5 x

x
= 0,33

dengan kalkulator kita dapat besar r1 = inv sin 0,33 = 19,2. Langkah berikutnya kita
cari besar i2 dengan menggunakan persamaan sudut pembias prisma,
= r1 + i2
60 = 19,2 + i2
i2 = 40.8
Selanjutnya kita cari besar r2. Kembali kita gunakan hukum Snellius,
n2 sin i2 = n1 sin r2

sin r1 = sin i2

= sin 40,8 x
= 0,65 x 1,5
= 0,975

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

33

didapat besar r2 = 77,16. Sekarang baru dapat ditentukan besar sudut deviasi, yakni
D = (i1 + r2)
= (30 + 77,16) 60
= 47,16
Jadi sudut deviasi sinar adalah 47,16.
D. Sudut Deviasi Minimum Sebuah Prisma
Bila Anda perhatikan persamaan deviasi di atas, tampak bahwa besar sudut deviasi
sebuah prisma dapat berubah besarnya bila sudut datang i 1 berubah (sudut r2 juga
akan berubah bila sudut i1 berubah). Serangkaian percobaan dilakukan untuk
membuktikan hal ini. Hasilnya disajikan dalam bentuk grafik hubungan antara sudut
deviasi (D) dan sudut datang pertama i1 (Gambar 15).

Gambar 15. Sudut deviasi prisma merupakan fungsi sudut datang i1.
Dari grafik di atas tampak deviasi bertambah kecil seiring dengan bertambah besarnya
i1 yang menarik adalah bila i1 terus diperbesar, deviasi tidak lagi ikut mengecil justru
kembali membesar. Jadi, ada suatu keadaan di mana deviasi mencapai nilai terkecil
yakni pada saat i1 = r2. Deviasi dengan nilai paling kecil disebut deviasi minimum (Dm).
Pada saat deviasi minimum besar i1 = r2 dan karenanya besar i2 = r1 sehingga
persamaan sudut pembias berubah dari,
= r1 + i2
menjadi

Persamaan sudut pembias pada saat deviasi minimum.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

34

atau
r1 =

Persamaan deviasi juga berubah menjadi persamaan deviasi minimum (). Dari
persamaan,
D = (i1 + r2)
i1 = r2
kita dapatkan,

Persamaan deviasi minimum.


atau

Bila kita terapkan persamaan-persamaan yang baru saja kita dapatkan pada deviasi
minimum ini ke dalam hukum Snellius, maka akan kita dapatkan persamaan baru,
yakni:
n1 sin i1 = n2 sin r1
atau
Hukum Snellius pada prisma saat deviasi minimum
untuk b >150
dengan
n1 = indeks bias medium
n2 = indeks bias prisma
Dm = deviasi minimum
b = sudut pembias prisma
Bila sudut pembias relatif kecil, yakni di bawah 15, maka sudut deviasi menjadi sangat
kecil () sehingga nilai sin = . Akibatnya persamaan Hukum Snellius di atas berubah
dari,

menjadi:

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

35

atau

() =

sehingga

Persamaan deviasi minimum prisma untuk b 15.


dengan
= deviasi minimum untuk = 15.
n2-1 = indeks bias relatif prisma terhadap medium
= sudut pembias prisma
Contoh:
1. Dari suatu percobaan tentang hubungan antara sudut deviasi (D) dengan sudut
datang i dinyatakan dalam bentuk grafik di bawah. Tentukan besar sudut pembias
prisma!

Penyelesaian:
Dari grafik di atas tampak bahwa Dm = 14 dan i1 = r2 = 37 sementara untuk
menentukan besar sudut pembias kita gunakan persamaan Dm = 2 i1
Dm = 2 i1
14= (2 x 37)

= 74 14
= 60
Jadi, besar sudut pembias prisma adalah = 60.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

36

Contoh:
2. Sebuah prisma dengan penampang berupa segi tiga sama sisi. Bila sinar
monokromatik dijatuhkan dengan sudut datang 45 pada salah satu sisi prisma,
maka sinar tersebut dibiaskan sedemikian sehingga mengalami deviasi minimum.
Tentukanlah sudut deviasi minimum dan indeks bias prisma!
Penyelesaian:
Ada yang perlu Anda catat dari soal di atas yaitu bahwa sinar yang masuk pada prisma
adalah sinar monokromatik. Maksudnya sinar yang hanya terdiri dari satu warna.
Misalnya merah, kuning atau hijau. Sebenarnya, berkas sinar yang dibicarakan pada
soal-soal terdahulu pun merupakan sinar-sinar monokromatik.
Diketahui :

i1

= 45

nudara

= n1 = 1,0

= 60 (sebab prisma sama sisi)

Ditanya :
a. Dm = ?
b. nprisma = n1 ?
Jawab :
Karena sudut pembias prisma > 15, maka kita gunakan persamaan
Dm = 2i1
= 2 x 45 60
= 30
Untuk menentukan indeks bias prisma kita gunakan Hukum Snellius pada prisma saat
deviasi minimum

sin 45 = n2 sin 30

n2 =

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

37

Jadi, deviasi minimum prisma = 30, sedangkan indeks biasnya n2 =

atau 1,41.

Bagaimana, terlalu banyak persamaan yang harus dikuasai? Ya, perlahan saja. Pelajari
kembali contoh-contoh soal di atas. Bila sudah Anda pahami, baru Anda pelajari variasi
soal tentang prisma yang lain melalui contoh soal di bawah ini.
Contoh:
3. Sebuah prisma (np = 1,50) mempunyai sudut pembias

= 10. Tentukan deviasi

minimum pada prisma tersebut!


Penyelesaian:
Karena sudut pembiasnya

< 15 gunakan persamaan deviasi minimum

= (n21 1).
Diketahui :

n 1 = nu = 1
n2 = np = 1,50

= 10
Ditanya :

=?

Jawab :

= (n21 1)
=(

1)

= (1,5 1) 10
= 5.
Jadi, berkas sinar yang masuk ke prisma akan mengalami deviasi minimum sebesar 5.
Demikianlah, uraian materi Kegiatan 2. Jangan bosan untuk mengulang kembali uraian
materi ini, Anda pasti dapat memahaminya dengan baik bila sering mengulang-ulang
dalam mempelajarinya.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

38

TUGAS 2
Kerjakan tugas di bawah ini dengan benar. Anda boleh menggunakan kalkulator.
Setelah selesai cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Tugas Kegiatan 2 modul ini.
1. Seberkas sinar datang dari udara (nudara = 1) menuju balok kaca yang indeks
biasnya 1,41 dengan sudut datang 45. Jika tebal balok kaca 1,41 cm, tentukan
besar pergeseran sinar yang datang ke balok kaca dan sinar yang keluar dari balok
kaca!
2. Seberkas cahaya datang dengan sudut 40 dari udara (nudara = 1) ke balok kaca
(nkaca = 1,5) yang tebalnya 8 cm. Berapakah pergeseran berkas sinar tersebut
setelah keluar dari balok kaca?
3. Tulislah persamaan yang menyatakan hubungan antara sudut deviasi dengan sudut
pembias prisma, sudut datang pertama dan sudut bias sinar yang keluar dari
prisma!
4. Sudut pembias sebuah prisma yang indeks biasnya 1,56 adalah 30. Jika sinar
datang ke salah satu bidang batas antara udara dan prisma dengan sudut 30,
tentukanlah:
a) sudut deviasi prisma; dan
b) sudut deviasi minimum prisma!
5. Hitung sudut datang yang menghasilkan deviasi minimum pada sebuah prisma yang
sudut pembiasnya adalah 45 bila indeks biasnya = 1,5 dan indeks bias
udara = 1!
Berapakah besar sudut deviasi minimum sebuah prisma (n prisma = 1,5) di udara jika
6. sudut pembiasnya 12?
Gambar di bawah adalah grafik hubungan antara sudut deviasi (D) dan sudut
7. datang (i1) dari suatu percobaan tentang prisma. Dari grafik tersebut tentukanlah
besar sudut pembias prisma?

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

39

KEGIATAN BELAJAR 3
Lensa Tipis
>>Pada akhir kegiatan, diharapkan Anda dapat :
1 menentukan salah satu besaran pada kasus pembiasan pada permukaan
lengkung bila disajikan data secukupnya;
2. mendefinisikan pengertian lensa dengan benar;
3. membedakan sifat lensa positif dan lensa negatif dengan benar;
4. melukis bayangan benda yang diletakkan pada jarak tertentu di depan lensa
positif;
5. melukis bayangan benda yang diletakkan pada jarak tertentu di depan lensa
negatif;
6. menentukan sifat bayangan suatu benda yang diletakkan pada jarak tertentu di
depan lensa positif dengan metode penomoran ruang; dan
7. menghitung salah satu besaran bekaitan dengan pembiasan pada lensa tipis bila
disajikan data seperlunya.
Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan dan minimal salah satu
permukaannya itu merupakan bidang lengkung. Lensa tidak harus terbuat dari kaca
yang penting ia merupakan benda bening (tembus cahaya) sehingga memungkinkan
terjadinya pembiasan cahaya. Oleh karena lensa tipis merupakan bidang lengkung, ada
baiknya sebelum kita membahas lensa tipis, kita bahas terlebih dahulu pembiasan pada
bidang lengkung secara umum.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

40

KEGIATAN BELAJAR 3
Lensa Tipis
>>Pada akhir kegiatan, diharapkan Anda dapat :
1

menentukan salah satu besaran pada kasus pembiasan pada permukaan lengkung
bila disajikan data secukupnya;

2. mendefinisikan pengertian lensa dengan benar;


3. membedakan sifat lensa positif dan lensa negatif dengan benar;
4. melukis bayangan benda yang diletakkan pada jarak tertentu di depan lensa
positif;
5. melukis bayangan benda yang diletakkan pada jarak tertentu di depan lensa
negatif;
6. menentukan sifat bayangan suatu benda yang diletakkan pada jarak tertentu di
depan lensa positif dengan metode penomoran ruang; dan
7. menghitung salah satu besaran bekaitan dengan pembiasan pada lensa tipis bila
disajikan data seperlunya.
Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan dan minimal salah satu
permukaannya itu merupakan bidang lengkung. Lensa tidak harus terbuat dari kaca
yang penting ia merupakan benda bening (tembus cahaya) sehingga memungkinkan
terjadinya pembiasan cahaya. Oleh karena lensa tipis merupakan bidang lengkung, ada
baiknya sebelum kita membahas lensa tipis, kita bahas terlebih dahulu pembiasan pada
bidang lengkung secara umum.
A. Pembiasan Pada Bidang Lengkung/Sferis
Perlu Anda pahami bahwa hukum Snellius tentang pembiasan, tidak hanya berlaku
untuk bidang datar yang bening, namun hukum ini berlaku juga untuk bidang lengkung
seperti pada gambar 16 di bawah in

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

41

Pada gambar 16 di atas benda A berada pada medium 1 dengan indeks bias mutlak n1
di depan sebuah permukaan cembung bening yang indeks bias mutlaknya n 2. Sinarsinar yang dekat sumbu utama datang melalui benda A menuju permukaan lengkung
itu dan tiba di titik P lalu dibiaskan sehingga terbentuk bayangan benda A yakni di titik
Bayangan ini bersifat nyata sebab dapat ditangkap oleh layar yang ditempatkan di titik
tersebut.
Sekarang, Anda perhatikan segi tiga APP', segi tiga CPP' dan segi tiga A'PP'.

tan =

tan =

tan =
untuk sinar-sinar paraksial (sudut kecil) harga tan = , tan = dan tan = serta
jarak t = 0 sehingga tiga persamaan di atas berubah menjadi

tan =

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

42

tan =
tan =
Selanjutnya, bila Anda perhatikan sudut i, nampak sudut datang ini bertolak belakang
dengan sudut ( + ) sehingga kita dapatkan
i=+
atau

i=
dan sudut bias r yang besarnya r = sama dengan

r=
Hukum Snellius untuk permukaan lengkung ini adalah
n1 sin i = n2 sin r
namun karena i dan r merupakan sudut-sudut kecil, maka besar sin i = i dan
sin r = r, sehingga persamaan di atas dapat diubah menjadi

Pada persamaan ini d ada di ruas kiri dan kanan persamaan sehingga dapat dihilangkan
dari persamaan, kita dapatkan

dan bila kita tata ulang persamaan di atas akan kita peroleh

Persamaan permukaan lengkung


dengan
n1 = indeks bias medium di sekitar permukaan lengkung
n2 = indeks bias permukaan lengkung

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

43

s = jarak benda
s' = jarak bayangan
R = jari-jari kelengkungan permukaan lengkung

Seperti pada pemantulan cahaya, pada pembiasan cahaya juga ada perjanjian tanda
berkaitan dengan persamaan-persamaan pada permukaan lengkung seperti dijelaskan
dalam tabel berikut ini.
s+

Benda sejati (di depan permukaan lengkung)

s-

Benda maya (di belakang permukaan lengkung)

s'+

Jika benda nyata (di belakang permukaan lengkung)

s'-

Jika bayangan maya (di depan permukaan lengkung)

R+

Jika permukaan cembung dilihat dari letak benda

R-

Jika permukaan cekung dilihat dari letak benda

Pembiasan pada permukaan lengkung tidak harus menghasilkan bayangan yang


ukurannya sama dengan ukuran bendanya. Jadi istilah perbesaran (M) yang Anda
temukan sewaktu mempelajari modul pemantulan cahaya, Anda jumpai kembali di sini
dan persamaannya dapat ditentukan dengan bantuan gambar 17 di bawah ini.

Gambar 17. Pembentukan bayangan benda di depan permukaan cembung.


Pada gambar 17, tampak 3 sinar yang melalui benda AB dan menuju permukaan
lengkung dibiaskan sedemikian oleh permukaan tersebut sehingga terbentuk bayangan
A'B'. Bila tinggi benda AB = h dan tinggi bayangan A'B' = h', kita dapatkan

tan i =

atau h = s tan i

tan r =

atau h = - s tan r (tanda s negatif karena bayangan terbalik)

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

44

Perbesaran yang terjadi adalah

Bila i dan r merupakan sudut-sudut kecil, maka harga tan i = sin i dan tan r = sin r
sehingga

dengan memasukkan harga-harga sin r dan sin i pada persamaan sebelumnya, maka
didapat

Persamaan perbesaran pada permukaan lengkung


Contoh:
1. Jari-jari salah satu ujung permukaan sebuah silinder kaca (nkaca = 1,5) setengah
bola adalah 2 cm. Sebuah benda setinggi 2 mm ditempatkan pada sumbu silinder
tersebut pada jarak 8 cm dari permukaan itu. Tentukan jarak dan tinggi bayangan
bila silinder berada:
a) di udara (nudara = 1)
b) di air (nair =

Penyelesaian:
a. Diketahui : n1 = nu = 1
n2 = nkaca = 1,5
s = 8 cm
h = 2 mm = 0,2 cm
R = +2 cm (R bertanda positif karena permukaan cembung)
Ditanya : s' dan h'
Jawab :

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

45

s' = 1,5 x 8 = 12 cm
Jadi jarak bayangan bernilai positif, yakni 12 cm di sebelah kanan permukaan
lengkung, berlawanan pihak dengan sinar datang.
Sementara itu perbesaran bayangan dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan perbesaran pada permukaan lengkung,

= -1
Perbesaran -1 berarti bayangan terbalik dan tingginya sama dengan tinggi
bendanya, yakni 2 mm.

b. Diketahui :

n1 = nair =
n2 = nkaca = 1,5
s = 8 cm
h = 2 mm = 0,2 cm
R = + 2 cm (R bertanda positif karena permukaan cembung)

Ditanya : s' dan h'


Jawab :

s' = -1,5 x 12 = -18 cm


Jadi jarak bayangan bernilai negatif, yakni 18 cm di sebelah kiri permukaan
lengkung, sepihak dengan sinar datang.
Sementara itu sama dengan jawaban a, perbesaran bayangan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan perbesaran pada permukaan lengkung,

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

46

= +2
Perbesaran +2 berarti bayangan tegak dan tingginya 2 kali tinggi bendanya, yakni 4
mm.

Contoh:
2. Sebuah balok gelas (n = 1,5) salah satu ujungnya cekung dengan jari-jari 18 cm.
Sebuah benda tegak berada 24 cm dari permukaan lengkung itu pada sumbu balok
kaca itu. Tentukan letak dan perbesaran bayangan!

Penyelesaian:
Diketahui : n1 = nkaca = 1,5 (benda ada di dalam permukaan lengkung)
n 2 = nu = 1
s = 24 cm
R = +18 cm (R bertanda positif karena permukaan cembung)
Ditanya : s dan h

Jawab :

Jadi jarak bayangan bernilai negatif, yakni 11,08 cm di sebelah kiri permukaan
lengkung, sepihak dengan sinar datang.
Sementara itu perbesaran bayangan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
perbesaran pada permukaan lengkung,

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

47

= +0,69
Perbesaran +0,69 berarti bayangan tegak dan besar atau tingginya 0,69 kali besar atau
tinggi bendanya.

Contoh:
3. Seekor ikan berada di dalam akuarium berbentuk bola dengan jari-jari 30 cm. Posisi
ikan itu 20 cm dari dinding akuarium dan diamati oleh seseorang dari luar akuarium
pada jarak 45 cm dari dinding akuarium. Bila indeks bias air akuarium
jarak orang terhadap ikan menurut

tentukanlah

a) orang itu
b) menurut ikan.
Penyelesaian:
Data soal akan berbeda menurut orang dan ikan. Menurut orang berkas sinar
datang dari ikan ke orang. Menurut ikan, berkas sinar datang dari orang ke ikan.
Karenanya data soal ditulis untuk setiap pertanyaan.

a. Menurut orang (Orang melihat ikan. Sinar datang dari ikan ke mata orang)
Diketahui :

n1 = nair =
n 2 = nu = 1
s = 20 cm
R = -30
(R bertanda negatif karena sinar datang dari ikan menembus
permukaan cekung akuarium ke mata orang)

Ditanya : s
Jawab :

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

48

= -18 cm
Jadi, jarak bayangan ikan atau jarak ikan ke dinding akuarium menurut orang
hanya 18 cm (bukan 20 cm!). Tanda negatif pada jarak s menyatakan bahwa
bayangan ikan yang dilihat orang bersifat maya. Sedangkan jarak orang ke ikan
menurut orang adalah 45 cm ditambah 18 cm, yaitu 63 cm (bukan 65 cm!).
b. Menurut orang (Ikan melihat orang. Sinar datang dari orang ke mata ikan)
Diketahui : n1 = nu = 1
n2 = nair =
s = 45 cm
R = +30
(R bertanda positif karena sinar datang dari orang menembus
permukaan cekung akuarium ke mata ikan)
Ditanya : s
Jawab :

= -120 cm
Jadi, jarak bayangan orang atau jarak orang ke dinding akuarium menurut ikan
bukan 45 cm melainkan 120 cm. Tanda minus pada jarak bayangan menyatakan
bahwa bayangan bersifat maya. Jarak orang ke ikan menurut ikan sama dengan 20
cm ditambah 120 cm, yakni 140 cm.
Ikan pada soal di atas hanya contoh saja sebab kita tidak tahu apakah ikan benarbenar melihat kita seperti halnya kita melihatnya.
Latihan
Sebuah akuarium berbentuk bola dengan jari-jari 60 cm berisi air yang indeks biasnya

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

49

. Seekor ikan di dalam akuarium itu berada pada jarak 40 cm dari dinding akuarium
dan diamati oleh orang di luar akuarium 90 cm dari dinding akuarium tersebut.
Tentukanlah jarak orang ke ikan:
a) menurut orang
b) menurut ikan
Selamat mencoba!
Fokus Permukaan Lengkung

Gambar 18. (a) Fokus pertama permukaan lengkung;


(b) Fokus kedua permukaan lengkung.
Permukaan lengkung mempunyai dua titik api atau fokus. Fokus pertama (F 1) adalah
suatu titik asal sinar yang mengakibatkan sinar-sinar dibiaskan sejajar. Artinya
bayangan akan terbentuk di jauh tak terhingga (s = ~) dan jarak benda s sama
dengan jarak fokus pertama F1 (Gambar 18.a) sehingga dari persamaan permukaan
lengkung

kita dapatkan

berapapun besar indeks bias bila dibagi tak terhingga hasilnya akan nol, sehingga

atau
Sehingga kita dapatkan,

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

50

Persamaan fokus pertama permukaan lengkung/sferis


Fokus kedua (F2) permukaan lengkung adalah titik pertemuan sinar-sinar bias apa bila
sinar-sinar yang datang pada bidang lengkung adalah sinar-sinar sejajar (Gambar
18.b). Artinya benda berada jauh di tak terhingga (s = ) sehingga dengan cara yang
sama seperti pada penurunan fokus pertama di atas, kita dapatkan fokus kedua
permukaan lengkung.

Persamaan fokus kedua permukaan lengkung


Contoh:
4. Tentukan jarak fokus suatu permukaan lengkung dari kaca (nkaca = 1,5) yang
berjari-jari 15 cm di udara.
Penyelesaian:
Jari-jari permukaan bertanda positif berarti permukaan cembung. Anggaplah sinar
datang seperti pada gambar 18.a sehingga jarak fokus yang dimaksud sama dengan
jarak benda dan bayangan di titik tak terhingga,

Jadi, jarak fokus pertama permukaan lengkung positif 30 cm.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

51

KEGIATAN BELAJAR 3
Lensa Tipis
>>Pada akhir kegiatan, diharapkan Anda dapat :
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.

menentukan salah satu besaran pada kasus pembiasan pada permukaan


lengkung bila disajikan data secukupnya;
mendefinisikan pengertian lensa dengan benar;
membedakan sifat lensa positif dan lensa negatif dengan benar;
melukis bayangan benda yang diletakkan pada jarak tertentu di depan lensa
positif;
melukis bayangan benda yang diletakkan pada jarak tertentu di depan lensa
negatif;
menentukan sifat bayangan suatu benda yang diletakkan pada jarak tertentu di
depan lensa positif dengan metode penomoran ruang; dan
menghitung salah satu besaran bekaitan dengan pembiasan pada lensa tipis bila
disajikan data seperlunya.

B. Lensa Tipis
Permukaan sebuah lensa dapat berupa bola, parabola atau silinder. Namun uraian
materi modul ini hanya membicarakan lensa tipis dengan permukaan-permukaannya
merupakan permukaan bola. Lensa dibedakan atas lensa positif atau lensa cembung
(gambar 19.a) dan lensa negatif atau lensa cekung (gambar 19.b).

Gambar 19.
(a) Lensa positif terdiri dari: 1) lensa bikonveks (cembung ganda); 2) plankonfeks (cembung-datar);
dan 3) cembung-cekung (konfeks-konkaf).
(b) Lensa negatif terdiri dari: 4) bikonkaf (cekung ganda); 5) plan-konkaf (cembung-datar); dan 6)
cekung-cembung (konkaf-konveks).
Lensa positif disebut juga lensa konvergen karena lensa positif mengumpulkan berkas
sinar (gambar 19.a), sedangkan lensa negatif disebut lensa divergen karena
menyebarkan berkas sinar (gambar 19.b).

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

52

Untuk penyederhanaan, lensa cembung di tulis (+) dan lensa cekung ().

Gambar 21. Gambar sederhana lensa (a) lensa positif (b) lensa negatif.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

53

Perhatikan perbedaan letak titik F1 dan F2 pada kedua jenis lensa pada Gambar 21 di
atas. Hal ini disebabkan karena berdasarkan perjanjian berkas sinar datang dari
sebelah kiri lensa dan permukaan lensa yang pertama kali ditembus oleh berkas sinar
tersebut, titik fokusnya dilambangkan dengan F1.
C. Beberapa Istilah Pada Lensa
Sebelum diuraikan bagaimana pembiasan cahaya pada lensa, terlebih dahulu
diperkenalkan beberapa istilah berkaitan dengan lensa. Perhatikan gambar 22 di
bawah.

Gambar 22. Istilah-istilah pada lensa.


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Aperture: diameter lensa


Pusat optik: Titik pada lensa di mana berkas sinar yang melalu titik ini akan
diteruskan tanpa dibiaskan.
Sumbu lensa: sumbu yang melalui pusat optik dan membelah lensa menjadi dua
bagian
Sumbu utama: garis lurus yang melalui pusat optik dan tegak lurus dengan sumbu
lensa
Fokus utama (F): Titik di mana berkas sinar sejajar akan dikumpulkan (lihat
kembali Gambar 20.a) atau titik di mana seolah-olah berkas sinar mulai disebarkan
(lihat kembali Gambar 20.b).
Jarak fokus: jarak antara pusat optik dan fokus utama lensa.

Gambar 23. Bidang fokus utama (a) pada lensa positif (b) pada lensa negatif.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

54

7.

Bidang fokus utama: bidang yang melewati fokus utama. Pada lensa positif berkas
sinar sejajar yang menuju pusat lensa akan berkumpul di satu titik pada bidang
fokus utama (gambar 23.a), sedangkan pada lensa negatif, berkas sinar sejajar
akan dibiaskan seolah-olah mereka berasal dari satu titik pada bidang fokus utama
(gambar 23.b).

D. Berkas Sinar Istimewa


Seperti pada cermin lengkung, pada lensa dikenal pula tiga berkas sinar istimewa. Pada
lensa positif tiga sinar istimewa tersebut adalah:

Gambar 24. Tiga berkas sinar istimewa pada lensa positif.


1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan melalui fokus utama.
2. Sinar datang melalui fokus utama dibiaskan sejajar sumbu utama.
3. Sinar datang melalui pusat optik akan diteruskan tanpa dibiaskan.

Pada lensa negatif tiga sinar istimewa itu adalah:

Gambar 25. Tiga berkas sinar istimewa pada lensa negatif.


1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan seolah-olah sinar bias itu berasal
dari fokus utama F1.
2. Sinar datang menuju fokus utama F2 akan dibiaskan sejajar sumbu utama.
3. Sinar datang melalui pusat optik akan diteruskan tanpa dibiaskan .
Berkas sinar-sinar istimewa di atas dibutuhkan saat kita hendak menentukan bayangan
suatu benda yang dibentuk oleh lensa dengan cara melukis seperti dijelaskan berikut
ini.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

55

Melukis pembentukan bayangan pada lensa

Gambar 26. Pembentukan bayangan pada lensa positif untuk benda yang
diletakkan antara F2 dan 2 F2.
Benda AB pada gambar 26 di atas diletakkan di depan lensa positif pada jarak s dari
pusat optik O. Untuk melukis bayangan benda AB sebenarnya cukup digunakan 2 dari 3
sinar istimewa saja. Namun pada gambar 26 di atas, tampak ketiga sinar istimewa itu
ditampilkan. Bayangan benda AB, yakni A'B' terbentuk pada jarak s' dari pusat optik.
Tampak bahwa titik B yang merupakan bayangan dari titik B terbentuk dari
perpotongan tiga sinar istemewa. Cobalah Anda telusuri perjalanan tiga sinar istimewa
tersebut pada gambar 26 agar Anda lebih memahaminya.
Kita tak perlu melukis tiga sinar istimewa untuk menentukan bayangan titik A, sebab
benda AB merupakan garis lurus yang tegak lurus pada sumbu utama. Jadi titik A'
langsung kita tentukan begitu kita temukan titik B'. Caranya dengan menarik garis
tegak lurus melalui sumbu utama dari titik B' itu. Nah, titik perpotongan dua garis inilah
yang merupakan titik A sebagaimana tampak pada gambar 26 di atas.
Bagaimana, mau mencoba melukis bayangan untuk benda AB dengan posisi yang
berbeda dari gambar 26? Cobalah Anda perhatikan gambar 27 di bawah! Apa
persamaan dan perbedaan antara gambar 27 ini dengan gambar 26?

Gambar 27. Pembentukan bayangan oleh lensa positif untuk benda yang diletakkan pada jarak lebih
besar dari jarak antara pusat optik ke titik 2F2.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

56

Bila Anda perhatikan dua gambar itu akan tampak persamaan dan perbedaan kedua
gambar tersebut. Kesamaannya adalah bahwa bayangan kedua benda terbentuk
sebagai hasil pembiasan pada lensa yang dilukis menggunakan tiga sinar istimewa.
Kesamaan yang lain adalah bahwa bayangan yang terbentuk posisinya terbalik dari
posisi bendanya. Selanjutnya pada kedua gambar tampak benda di sebelah kiri atau di
depan lensa, sedangkan bayangannya ada di sebelah kanan atau di belakang lensa.
Sementara perbedaan antara kedua gambar dijelaskan sebagai berikut.
Pada gambar 26 benda diletakkan pada jarak antara titik F2 dan 2F2, sedangkan pada
gambar 27 benda diletakkan pada jarak yang lebih besar dari jarak antara pusat optik
ke titik 2F2. Bayangan yang terbentuk pada gambar 26 berukuran lebih besar dari
bendanya, sedangkan bayangan yang terbentuk pada gambar 27 ukurannya lebih kecil
bila dibandingkan ukuran bendanya.
Bagaimana kalau posisi benda AB berada antara pusat optik dan titik F 2?

Gambar 28. Pembentukan bayangan pada lensa positif bila benda diletakkan
antara pusat optik O dan fokus utama F2.
Pada gambar 28 tampak bayangan A'B' yang terbentuk ada di depan lensa, tidak di
belakang lensa seperti gambar terdahulu dan bayangan tampak tegak (tidak terbalik)
serta lebih besar dari ukuran bendanya. Cara melukis bayangannya secara prinsip
sebenarnya sama, yakni menggunakan tiga sinar istimewa. Hanya saja untuk
mendapatkan bayangan benda A'B' garis-garis yang merupakan sinar-sinar bias dari
tiga sinar istimewa tersebut harus diperpanjang ke belakang (garis putus-putus). Nah,
perpotongan tiga garis putus-putus itulah yang merupakan titik bayangan B'.
selanjutnya sama seperti gambar-gambar terdahulu bayangan A'B' dilukis dengan
menarik garis A'B'.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

57

Latihan
Cobalah Anda lukis bayangan benda AB bila posisinya:
a. tepat di fokus utama F2 dan
b. tepat di titik 2F2 lensa positif.
Saat benda di fokus utama, Anda tidak dapat melukis bayangan. Anda hanya
mendapatkan berkas sinar istimewa setelah dibiaskan oleh lensa positif yang
merupakan dua sinar yang sejajar. Dikatakan bahwa bayangan berada di jauh tak
terhingga. Pada saat posisi benda tepat di titik 2F2 bayangan ada di belakang lensa
tepat di titik 2F1 dan ukurannya akan sama dengan ukuran bendanya.
Untuk lensa negatif, sifat-sifat bayangan dari suatu benda sejati di depan lensa selalu
tegak, diperkecil dan maya seperti diperlihatkan gambar 29. Menggeser posisi benda
AB digeser mendekati atau menjauhi pusat optik hanya merubah ukuran bayangan,
namun tidak akan merubah sifat-sifat bayangan (silakan Anda mencobanya).

Gambar 29. Sifat bayangan dari suatu benda sejati di depan lensa negatif selalu maya,
tegak diperkecil.
Berkaitan dengan pembentukan bayangan pada lensa, tabel 1 di bawah memuat
berbagai kemungkinan posisi benda dan posisi bayangan serta sifat bayangan tersebut.
Anda dapat memeriksa kebenaran tabel tersebut dengan mencoba melukis sendiri
bayangan benda pada posisi-posisi benda sesuai dengan data pada tabel tersebut.
Tabel 1. Jarak benda jarak bayangan dan sifat bayangan pada lensa.
Jenis
lensa
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Negatif

Jarak benda (s)


Antara pusat optik dan fokus utama (F)
Tepat di fokus utama
Antara F dan 2F
Tepat di 2F
Antara 2F dan jauh tak terhingga
Di jauh tak terhingga
Antara pusat optik dan jauh tak terhingga

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

Sifat bayangan
Maya, tegak, diperbesar
Bayangan di jauh tak terhingga
Nyata, terbalik, diperbesar
Nyata, terbalik, sama besar
Nyata, terbalik, diperkecil
Nyata, terbalik, diperkecil
Maya, tegak, diperkecil

58

E. Dalil Esbach
Seperti pada pemantulan cahaya, pada pembiasan cahaya juga digunakan dalil Esbach
untuk membantu Anda menentukan posisi dan sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh
lensa positif. Untuk lensa nomor ruang untuk benda dan nomor ruang untuk bayangan
dibedakan. Nomor ruang untuk benda menggunakan angka Romawi (I, II, III, dan IV),
sedangkan untuk ruang bayangan menggunakan angka Arab (1, 2, 3 dan 4) seperti
pada gambar berikut ini:

Gambar 30. Penomoran ruang menurut Dalil Esbach.


Seperti tampak pada gambar 30 untuk ruang benda, ruang I antara pusat optik dan F2,
ruang II antara F2 dan 2F2 serta ruang III di sebelah kiri 2F2, sedangkan ruang IV
benda (untuk benda maya) ada di belakang lensa. Untuk ruang bayangan, ruang 1
antara pusat optik dan F1, ruang 2 antara F1 dan 2F1 serta ruang 3 di sebelah kanan
2F1, sedangkan ruang 4 (untuk bayangan maya) ada di depan lensa.
Sama seperti pada pemantulan cahaya pada cermin lengkung, posisi bayangan
ditentukan dengan menjumlahkan nomor ruang benda dan nomor ruang bayangan,
yakni harus sama dengan lima. Misalnya benda berada di ruang II, maka bayangan ada
di ruang 3. Lengkapnya dalil Esbach untuk lensa dapat disimpulkan sebagai berikut.
Dalil Esbach
1. Jumlah nomor ruang benda dan nomor ruang bayangan sama dengan lima.
2. Untuk setiap benda nyata dan tegak:
a. Semua bayangan yang terletak di belakang lensa bersifat nyata dan terbalik.
Semua bayangan yang terletak di depan lensa bersifat maya dan tegak.
b.
3. Bila nomor ruang bayangan lebih besar dari nomor ruang benda, maka ukuran
bayangan lebih besar dari bendanya dan sebaliknya.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

59

Contoh:
Sebuah benda diletakkan pada jarak 25 cm di depan sebuah lensa positif yang fokus
utamanya 10 cm. Tentukan sifat-sifat bayangan yang terbentuk!
Penyelesaian:
Dari data soal dapat disimpulkan bahwa benda diletakkan di ruang III, yakni di suatu
titik antara 2F dan dan tak terhingga (lihat gambar 30 di atas). Oleh karena jumlah
nomor ruang benda dan nomor ruang bayangan harus lima, berarti bayangan ada di
ruang 2 (di belakang lensa). Jadi, sesuai dengan dalil Esbach sifat bayangan adalah
nyata dan terbalik (karena di belakang lensa) serta diperkecil (nomor ruang bayangan
lebih kecil dibandingkan nomor ruang benda).
F. Persamaan Lensa Tipis
Untuk lensa tipis yang permukaannya merupakan permukaan bola persamaanpersamaan yang berkaitan dengan hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan
(s') dan jarak fokus (f) serta perbesaran bayangan benda (M) diturunkan dengan
bantuan geometri dapat dijelaskan berikut ini.

Gambar 31. Pembiasan pada lensa tipis yang permukaannya


merupakan permukaan bola.
Pada gambar 31 di atas lensa tipis mempunyai dua permukaan lengkung yakni
permukaan ABC dan permukaan ADC, sementara ketebalan lensa yakni BD dapat
diabaikan. Titik C1 dan C2 berutur-turut merupakan titik pusat kelengkungan lensa ABC
dan ADC, sedangkan R1 dan R2 adalah jari-jari kelengkungan permukaan-permukaan
tersebut. Bayangan suatu benda yang diletakkan di titik O di depan lensa tersebut
terbentuk setelah berkas sinar dari O yang menuju lensa dibiaskan dua kali oleh lensa
tersebut.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

60

Berkas sinar yang berasal dari O ketika melewati permukaan ABC dibiaskan sedemikian
sehingga terbentuk bayangan di titik I1. Oleh permukaan ADC bayangan I1 itu di
anggap benda dan dibiaskan oleh permukaan ADC sedemikian sehingga terbentuk
bayangan akhir di titik I2. Berdasarkan persamaan permukaan lengkung kita dapatkan
persamaan untuk permukaan ABC,

Untuk permukaan ADC

Ingat, n1 adalah indeks bias medium di mana lensa berada dan n2 adalah indeks bias
lensa (tepatnya indeks bias bahan lensa)! Seperti telah dikatakan sebelumnya, karena
yang sedang dibicarakan adalah lensa tipis, maka ketebalan lensa (BD) diabaikan.
Akibatnya jarak BI1 = DI1 sehingga ketika dua persamaan untuk dua permukaan lensa
tipis di atas dijumlahkan, suku-suku yang mengandung BI1 atau DI1 pada kedua
persamaan itu dapat dihilangkan (karena berlawanan tanda) lalu akan diperoleh,

Pada gambar 31 di atas OB adalah jarak benda (s) dan DI2 adalah jarak bayangan (s'),
maka

atau

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

61

Bila ruas kiri dan ruas kanan sama-sama kita bagi dengan n1 akan kita peroleh,

Persamaan lensa tipis


dengan
s = jarak benda
s' = jarak bayangan
n1 = indeks bias medium sekeliling lensa
n2 = indeks bias lensa
R1 = jari-jari kelengkungan permukaan pertama lensa
R2 = jari-jari kelengkungan permukaan kedua lensa
Persamaan lensa tipis di atas berlaku hanya untuk sinar-sinar datang yang dekat
dengan sumbu utama lensa (sinar-sinar paraksial) dengan ketebalan lensa jauh lebih
kecil dibandingkan dengan jari-jari kelengkungannya.
G. Jarak Fokus Lensa-lensa
Fokus lensa (F) didefinisikan sebagai letak bayangan jika bendanya berada di titik tak
hingga. Jarak fokus lensa (f) adalah jarak dari pusat optik ke titik fokus (F). Jadi bila s
= ~, maka f = s. Bila kita masukkan data ini pada persamaan lensa tipis di atas, maka
kita peroleh,

karena

= 0, maka

Persamaan fokus lensa tipis


dengan

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

62

f = jarak fokus lensa


n1 = indeks bias medium sekeliling lensa
n2 = indeks bias lensa
R1 = jari-jari kelengkungan permukaan pertama lensa
R2 = jari-jari kelengkungan permukaan kedua lensa
Dalam menggunakan dua persamaan lensa tipis di atas, gunakan perjanjian tanda
berikut ini.
s=
Benda bertanda positif (+) jika benda terletak di depan lensa (benda nyata).
s = Benda bertanda negatif () jika benda terletak di belakang lensa (benda maya).
Bayangan bertanda positif (+) jika bayangan terletak di belakang lensa (bayangan
s' = nyata).
Bayangan bertanda negatif () jika benda terletak di depan lensa (bayangan
s' = maya).
Jarak fokus bertanda positif (+) untuk lensa positif (lensa cembung).
f = Jarak fokus bertanda negatif () untuk lensa negatif (lensa cekung).
f = Jari-jari bertanda positif (+) untuk permukaan lensa yang cembung.
R = Jari-jari bertanda negatif () untuk permukaan lensa yang cekung.
R = Jari-jari tak terhingga untuk permukaan lensa yang datar.
R=
Bila kedua persamaan fokus lensa tipis di atas kita gabungkan, maka akan didapat
persamaan baru yang dikenal sebagai persamaan pembuat lensa, yaitu

Persamaan perbesaran lensa tipis

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

63

H. Perbesaran Bayangan

Persamaan untuk menentukan perbesaran bayangan untuk lensa sama dengan persamaan
untuk cermin lengkung, yakni:

Persamaan perbesaran lensa tipis


dengan
s = jarak benda
s' = jarak bayangan
h = tinggi benda
h' = tinggi bayangan
Contoh 1:
Sebuah lensa tipis bikonveks mempunyai jarak fokus 8 cm. Sebuah benda yang
tingginya 2 cm diletakkan di depan lensa itu. Tentukan posisi dan tinggi bayangan yang
terbentuk jika benda diletakkan pada jarak a. 12 cm dan dan b. 20 cm!
Penyelesaian:
Diketahui :

f = 8 cm
h = 2 cm

Ditanyakan :

a. h' = ?
b. s' = ?

Jawab:
a.

s' = 24

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

64

Tinggi bayangan dapat ditentukan dari persamaan perbesaran ,

h'

-4 (Tanda minus berarti bayangan terbalik)

Jadi, tinggi bayangan 4 cm atau dua kali tinggi bendanya. Artinya terjadi
perbesaran sebesar 2 kali. Bila Anda perhatikan, tanda pada s' dan h' negatif
sehingga dari keseluruhan data yang didapatkan ini dapat disimpulkan bahwa
bayangan bersifat nyata, diperbesar, terbalik dan berada di belakang lensa. Coba
bandingkan kesimpulan ini dengan kesimpulan yang akan Anda peroleh bila
menggunakan Dalil Esbach!
b. Posisi dan tinggi bayangan untuk s = 20 cm
Bila kita gunakan Dalil Esbach dapat kita simpulkan bahwa sifat bayangan yang
terbentuk adalah nyata, terbalik dan diperkecil di ruang 2. Mengapa? Sebab jarak
fokus lensa f = 8 cm, jarak titik 2F dari pusat optik yang merupakan batas ruang II
hanya 16 cm, sedangkan jarak benda = 20 cm yang berarti ada di ruang III. Mari
kita buktikan dengan menggunakan persamaan pembuat lensa!

s'

13,33 cm

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

65

Tinggi bayangan dapat ditentukan dari persamaan perbesaran,

Jadi posisi bayangan 13,33 cm dengan tinggi hanya 1,33 cm yang berarti bersifat
nyata, diperkecil dan terbalik di belakang lensa. Sifat-sifat ini sama seperti sifatsifat bayangan yang kita peroleh dari Dalil Esbach di atas.
Latihan
Untuk soal Contoh 2 di atas, cobalah Anda buktikan bahwa bila benda diletakkan 4 cm
dari pusat optik, maka posisi dan tinggi bayangan yang terbentuk adalah 8 cm dan 4
cm!
Contoh 2:
Sebuah lensa bikonveks (cembung-cembung) mempunyai jari-jari kelengkungan R1 =
20 cm dan R2 = 30 cm terbuat dari kaca dengan indeks bias = 1,5. Tentukan jarak
fokus lensa tersebut!
Penyelesaian:
Gunakan perjanjian tanda untuk jari-jari kelengkungan R1 dan R2 sebagaimana
dijelaskan di atas. Karena jenis lensa cembung-cembung, maka kedua jari-jari
kelengkungan tersebut bernilai positif.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

66

Diketahui :

R1 = +20 cm
R2 = +30 cm
n1 = 1
n2 = 1,5

Ditanyakan :

f =?

Jawab :

0,5 x

24 cm

Jadi, fokus lensa positif sebesar 24 cm.


Contoh 3:
Sama dengan soal contoh 2, namun untuk lensa bikonkaf (cekung-cekung).
Penyelesaian:
Untuk lensa cekung-cekung berarti R1 dan R2 bernilai negatif,

Diketahui :

R1 = -30 cm
R2 = -20 cm
n1 = 1
n2 = 1,5

Ditanyakan :

f =?

Jawab :

0,5 x -

-24 cm

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

67

Jadi, fokus lensa negatif sebesar -24 cm.


Contoh 4:
Sama dengan soal contoh 2, namun untuk lensa konveks-konkaf (cekung-cembung)
Penyelesaian:
Untuk lensa cekung-cembung berarti R1 bernilai positif (permukaan lensa cembung)
dan R2 bernilai negatif (permukaan lensa cekung),

Diketahui :

R1 = +30 cm
R2 = -20 cm
n1 = 1
n2 = 1,5

Ditanyakan :

f =?

Jawab :

0,5 x
-120 cm

Jadi, fokus lensa negatif sebesar -120 cm.


Latihan
Untuk soal Contoh 2 di atas coba Anda buktikan bahwa jika jenis lensanya cembungcekung jarak fokusnya positif sebesar 120 cm!
Bagaimana, dapat? Ya, jangan berhenti mencoba dan berusaha agarAnda dapat
mengerjakan soal latihan di atas. Baru setelah itu Anda istirahat sebentar atau
langsung mempelajari soal contoh berikut ini.
Contoh 5:
Bayangan nyata yang dibentuk oleh lensa cembung-datar mempunyai ukuran 2 kali
bendanya. Jika salah satu jari-jari kelengkungan lensa yang indeks biasnya 1,52 itu
adalah 52 cm, tentukan jarak benda di depan lensa!

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

68

Penyelesaian:
Perbesaran benda M = 2, maka dari persamaan besaran kita dapatkan s' = 2s.
Kemudian bersama data soal yang lain data ini kita masukan ke persamaan fokus lensa
tipis.

Diketahui :

M=2
R1 = ~
R2 = -52 cm
n1 = 1
n2 = 1,52
s' = 2s

Ditanyakan :

s =?

Jawab :

150 cm

Jadi, jarak benda 150 cm di depan lensa (sebab jarak s bertanda positif).
Contoh 6:
Sebuah lensa dengan indeks bias 1,5 mempunyai jarak fokus 20 cm di udara. Hitung
jarak fokusnya jika lensa tersebut dicelupkan dalam air n =

Penyelesaian:
Sekilas soal ini tampak sulit karena data soalnya sangat sedikit (tidak ada jari-jari
kelengkungan dan jenis lensanya), namun justru karena itu soal ini sangat mudah.
Anda hanya perlu menggunakan cara perbandingan, yakni perbandingan persamaan
fokus lensa untuk medium udara dan medium air.
Diketahui :

n1 = nudara = 1
n1' = nair =

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

69

n2 = 1,52
f = 20 cm.
Ditanyakan :

f' =?

Jawab :

Jari-jari kelengkungan lensa tidak mengalami perubahan saat lensa di udara atau di
saat di air sehingga dapat dihilangkan dari persamaan, kita peroleh

f'

4 x 20

80 cm

Jadi, fokus lensa lensa di dalam air adalah 80 cm. Ini lebih besar dibandingkan saat
lensa berada di udara.
Nah, demikianlah beberapa contoh penerapan persamaan lensa, mudah-mudahan Anda
dapat memahaminya dengan baik.
I. Kuat Lensa
Kuat lensa berkaitan dengan sifat konvergen (mengumpulkan berkas sinar) dan
divergen (menyebarkan sinar) suatu lensa. Untuk Lensa positif, semakin kecil jarak
fokus, semakin kuat kemampuan lensa itu untuk mengumpulkan berkas sinar. Untuk
Lensa negatif, semakin kecil jarak fokus semakin kuat kemampuan lensa itu untuk
menyebarkan berkas sinar. Oleh karenanya kuat lensa didefinisikan sebagai kebalikan
dari jarak fokus,

Persamaan kuat lensa


dengan
P = kuat lensa dalam satuan dioptri
f = jarak fokus lensa dalam satuan meter
Contoh 1:
Sebuah lensa bikonveks (cembung-cembung) mempunyai jari-jari kelengkungan 9 cm
dan 18 cm. Sebuah benda diletakkan pada jarak 24 cm di depan lensa dan bayangan

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

70

yang terbentuk merupakan bayangan nyata 24 cm di belakang lensa itu. Tentukan


fokus, kuat lensa dan indeks bias lensa itu!
Penyelesaian:
Diketahui :

R1 = +9 cm
R2 = 18 cm
s = 24 cm
s' = 24 cm
n1 = 1

Ditanya :

a. f = ?
b. P = ?
c. n2 = ?

Jawab:
a. jarak fokus lensa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan pembuat lensa
=

f = 12 cm.
Jadi jarak fokus lensa adalah 12 cm.
b. Kuat lensa
f = 12 cm = 0,12 m

=
= 8,33 dioptri
Jadi kuat lensa sama dengan 8,33 dioptri.
c. Indeks bias lensa ditentukan dengan menggunakan persamaan fokus lensa

x 6 = (n2 - 1)
n2 = 0,5 + 1 = 1,5
Jadi indeks bias lensa di udara sama dengan 1,5.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

71

J. Lensa Gabungan
Suatu lensa gabungan merupakan gabungan dari dua atau lebih lensa dengan sumbu
utamanya berhimpit dan disusun berdekatan satu sama lain sehingga tidak jarak antara
lensa yang satu dengan lensa yang lain (d = 0). Untuk mendapatkan persamaan
gabungan perhatikan gambar 32 berikut ini.

Gambar 32. Pembentukan bayangan pada dua lensa yang disusun


sangat berdekatan d = 0.
Lensa (1) dan lensa (2) pada gambar 32 digabung dengan sumbu utama berhimpit
tanpa ada jarak antara keduanya (d = 0). Sebuah benda AB diletakkan pada jarak s1
dari kedua lensa itu. Pembiasan pada lensa (1) membentuk bayangan A'B' pada jarak
s1. Bagi lensa (2) bayangan A'B' merupakan benda yang jaraknya -s2 dari lensa (Tanda
minus karena benda di belakang lensa). Benda ini lalu dibiaskan oleh lensa (2)
sehingga terbentuk bayangan A''B'' pada jarak s2 dari lensa itu. Dengan menggunakan
persamaan pembuat lensa kita dapatkan,

karena

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

72

maka,

atau
Dua buah lensa di atas dapat dianggap sebagai sebuah lensa yang merupakan
gabungan kedua lensa itu dengan s1 = s merupakan jarak benda lensa gabungan dan
s'2 = s' merupakan jarak bayangan pada lensa tersebut seperti tampak pada gambar
33.

Gambar 33. Lensa gabungan.


Karenanya persamaan lensa gabungan berdasarkan gambar 33 ini adalah:

dikaitkan dengan persamaan sebelumnya kita peroleh,

Akhirnya kita dapatkan persamaan lensa gabungan dengan sumbu utama berhimpit,

Untuk lensa gabungan dari 3 lensa atau lebih persamaan terakhir di atas dapat diubah
menjadi,

Persamaan fokus lensa gabungan

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

73

Harus diingat bahwa dalam menggunakan persamaan ini jenis lensa perlu diperhatikan.
Untuk lensa positif (lensa cembung), jarak fokus (f) bertanda plus, sedangkan untuk
lensa negatif (lensa cekung), jarak fokus bertanda minus. Perhatikan contoh soal
berikut ini!
Contoh 1:
Antara dua lensa positif yang jarak fokusnya 6 cm dan 10 cm disisipkan sebuah lensa
negatif dengan fokus 8 cm. Tentukan jarak fokus lensa gabungan dan kuat lensa
gabungan tersebut!
Penyelesaian:
Diketahui :

f1 = +6 cm
f2 = -8 cm
f3 = +10 cm

Ditanya :

fgab dan Pgab = ?

Jawab:

fgab =

= 7,06 cm

Jadi, fokus lensa gabungan sama dengan 7,06 cm atau 7,06 x 102 m.
Kuat lensa gabungan adalah,
P=
=

=
= 14,17 dioptri.

Bagaimana, mudah saja bukan?

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

74

K. Aberasi Sferis
Apa yang sudah kita bicarakan tentang pembentukan bayangan pada lensa tipis sejauh
ini adalah pembentukan bayangan oleh sinar-sinar paraksial atau sinar-sinar yang
dekat dengan sumbu utama lensa sehingga bayangan yang terbentuk terkesan sangat
jelas dan tajam. Pada kenyataannya, bayangan yang dibentuk oleh lensa tidak selalu
tajam, bahkan bisa saja terlihat kabur (buram). Cacat bayangan seperti ini disebabkan
oleh berkas sinar yang jauh dari sumbu utama tidak dibiaskan sebagaimana yang
diharapkan. Berkas sinar sejajar yang jauh dari sumbu utama dibiaskan lensa tidak
tepat di fokus utama, tetapi cenderung untuk mendekati pusat optik (Gambar).
Semakin jauh dari sumbu utama, berkas sinar sejajar ini akan semakin mendekati
pusat optik lensa. Cacat inilah yang disebut aberasi sferis.

Selain aberasi sferis, dikenal juga beberapa cacat lensa yang lain seperti astigmatisme,
distorsi dan aberasi kromatis. Astigmatisme adalah kelainan pembentukan bayangan
dari suatu benda titik yang jauh dari sumbu utama. Bayangan dari benda titik tidak
berupa titik, tetapi dapat berupa ellips, lingkaran atau garis. Distorsi atau
kelengkungan medan terjadi bila bayangan dari suatu benda yang datar (pipih) yang
jauh dan tidak terletak pada sumbu utama lensa tampak melengkung sedangkan
aberasi kromatis terjadi bila berkas sinar polikromatik yang melewati lensa tidak hanya
dibiaskan, tapi juga diuraikan warna-warni seperti warna pelangi. Setiap warna akan
mempunyai titik fokus yang berbeda-beda dimana warna merah mempunyai fokus
paling jauh dan warna ungu mempunyai fokus paling dekat ke pusat optik.
Sampai di sini selesai sudah uraian materi Kegiatan 3 yang juga merupakan kegiatan
terakhir modul ini. Selanjutnya, silakan kerjakan tugas di bawah ini.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

75

Kegiatan Laboratorium
Untuk menyelidiki jarak fokus dan sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa
cembung lakukanlah eksperimen berikut ini.

Keterangan:
1 = Bangku optik
2 = Lilin sebagai benda
3 = Lensa cembung
4 = Kertas putih sebagai layar
Aturlah posisi lensa dan lilin pada jarak tertentu (s). Pastikan bayangan lilin terbentuk
di layar. Carilah bayangan api lilin yang tampak paling terang di layar lalu ukurlah jarak
dari lilin ke layar yang merupakan jarak bayangan (s). Amati pula bayangan api kecil
pada layar, apakah tampak terbalik atau tegak, diperbesar atau diperkecil.
Lakukanlah langkah-langkah di atas berulang-ulang untuk jarak benda (s) yang
berbeda-beda. Masukkan data yang Anda peroleh ke dalam tabel-tabel di bawah.

Tabel 2: Data Percobaan Lensa Cembung


No

s(cm)

s'(cm)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

76

9.

10.

Rata-rata
Tentukanlah jarak fokus lensa dengan cara memasukkan harga rata-rata
kolom 6 tabel di atas ke dalam persamaan lensa tipis:

pada

Dari data tabel yang Anda dapatkan, selidiki pula kebenaran dalil Esbach tentang sifatsifat bayangan pada lensa cembung.
Selanjutnya, buatlah grafik hubungan antara

dan

, menggunakan data pada tabel

tersebut. Bila Anda benar, maka grafik yang akan Anda peroleh adalah seperti tampak
pada gambar 35.

Gambar 35. Grafik hubungan antara

dan

, pada lensa cembung.

TUGAS 3
Kerjakan tugas di bawah ini dengan benar. Anda boleh menggunakan kalkulator.
Setelah selesai cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Tugas Kegiatan 3 modul ini.
1. Seekor ikan terletak di dalam akuarium berbentuk bola dengan jari-jari 50 cm.
Seorang pengamat melihat ikan yang berada 20 cm dari permukaan dinding
akuarium di luar akuarium itu. Jika indeks bias air akuarium 4/3, tentukan
bayangan ikan dilihat oleh:
a. pengamat yang berdiri pada jarak 1 m dari dinding akuarium itu!
b. oleh ikan!
2. Sebutkan definisi lensa dengan benar!

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

77

3. Jelaskan secara singkat perbedaan sifat lensa positif dan lensa negatif!
4. Sebuah lensa positif mempunyai fokus 8 cm. Lukis bayangan benda yang
diletakkan:
a. 4 cm;
b. 12 cm di depan lensa itu
Fokus lensa negatif 5 cm. Lukislah bayangan sebuah benda yang diletakkan 10 cm
5. di depan lensa itu!
Gunakanlah metode penomoran ruang (Dalil Esbach) untuk menentukan sifat-sifat
bayangan dari sebuah benda yang diletakkan 20 cm di depan sebuah lensa positif
6. yang jarak fokusnya 12 cm!
Lengkapilah tabel di bawah ini dengan menggunakan persamaan pembuat lensa
(Ingat, perhatikan tanda plus dan tanda minus untuk f, s, dan s!)
7.

+10

+8

+100

-20

+27

+2

+80

+15

+16

-50

+50

...

...

...

s'

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

nyata/maya

...

...

maya

...

...

maya

...

tegak/terbalik

...

...

tegak

...

tegak

...

tegak

8. Sebuah lensa bikonveks (cembung-cembung) mempunyai jari-jari kelengkungan 80


cm dan 40 cm terbuat dari kaca (n = 1,56). Hitunglah jarak fokus dan kuat lensa!
Sebuah benda diletakkan 15 cm di depan sebuah lensa bikonveks (cembungcembung) yang jari-jari kelengkungannya 12 cm dan 36 cm. Bayangan benda
9. tersebut berada pada jarak 75 cm dari lensa, tentukan indeks bias lensa!

10. Jarak fokus lensa di dalam larutan etil alkohol 45 cm. Hitung jarak fokus dan kuat
lensa tersebut di udara bila indeks bias lensa di udara 1,5 dan indeks bias larutan
1,35!
11. Sebuah lensa bikonkaf (cekung-cekung) mempunyai jari-jari kelengkungan 10 cm
dan 12 cm terbuat dari kaca dengan indeks bias 1,6. Tentukan jarak fokus lensa
tersebut di udara!
12. Salah satu jari-jari kelengkungan lensa plankonkaf besarnya 12 cm. Bila jarak

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

78

fokus lensa itu -22,2 cm, tentukanlah indeks bias lensa tersebut!
PENUTUP
Anda telah pelajari Pembiasan Cahaya yang terbagi atas tiga kegiatan. Mudahmudahan Anda dapat memahami keseluruhan uraian yang ada pada setiap kegiatan
tersebut. Sebab memahami pembiasan cahaya, merupakan syarat untuk mempelajari
modul selanjutnya, yakni tentang Alat-alat Optik. Lagi pula pembiasan cahaya
merupakan peristiwa yang sering kita jumpai di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Memahaminya berarti kita dapat menjelaskan peristiwa yang sering kita jumpai dalam
kehidupan kita sehari-hari itu. Sekarang, marilah kita ulangi secara ringkas, apa
sebenarnya yang telah Anda pelajari!
Pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang
batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias mutlak suatu bahan
adalah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di
bahan tersebut. Indeks bias relatif merupakan perbandingan indeks bias dua medium
berbeda. Indeks bias relatif medium kedua terhadap medium pertama adalah
perbandingan indeks bias antara medium kedua dengan indeks bias medium pertama.
Pembiasan cahaya menyebabkan kedalaman semu dan pemantulan sempurna.
Pada balok kaca, prisma dan lensa, berkas cahaya mengalami dua kali pembiasan.
Pembiasan menyebabkan berkas sinar yang masuk pada balok kaca mengalami
pergeseran saat keluar dari balok kaca tersebut. Pada prisma berkas cahaya mengalami
deviasi atau penyimpangan dengan besar sudut deviasi yang bergantung pada sudut
datang berkas cahaya dan sudut bias saat berkas cahaya itu keluar dari prisma
tersebut. Pembiasan pada permukaan lengkung menyebabkan bayangan tampak lebih
besar atau lebih kecil dari yang sesungguhnya. Lensa tipis merupakan salah satu
bentuk permukaan lengkung yang memiliki dua bidang batas dengan ketebalan yang
diabaikan.
Lensa tipis dibedakan berdasarkan kemampuannya mengumpulkan atau menyebarkan
berkas sinar yang melewatinya. Dikenal adanya lensa positif (lensa cembung atau lensa
konvergen) dan lensa negatif (lensa cekung atau lensa divergen). Bayangan sebuah
benda di depan lensa dapat bersifat nyata atau maya, tegak atau terbalik, diperbesar
atau diperkecil bergantung posisi benda dan jenis lensanya. Dalil Esbach membantu
kita untuk menentukan posisi bayangan yang dibentuk oleh lensa tipis dengan cara
menjumlahkan nomor ruang benda dan nomor ruang bayangan.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

79

Bayangan yang dibentuk oleh lensa kadang tidak tajam atau buram karena adanya
cacat lensa. Beberapa cacat lensa antara lain aberasi sferis, distorsi dan aberasi
kromatis.

Persamaan-persamaan yang ada pada modul ini:


1. Persamaan indeks bias mutlak
n=
2. Persamaan indeks bias relatif
n21 =

= n21

3. Persamaan pemendekan semu

4. Persamaan sudut batas (sudut kritik)


sin ik =
5. Persamaan pergeseran sinar pada balok kaca
t
6. Persamaan sudut pembias prisma
= r1 + i2
7. Persamaan sudut deviasi prisma
D = (i1 + r2)
Dm = 2 i1

= (n2-1 1)
8. Persamaan permukaan lengkung

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

80

9. Persamaan lensa tipis

10. Persamaan fokus lensa gabungan

Bila Anda sudah merasa memahami keseluruhan isi modul ini, Anda dipersilahkan
mengerjakan Tes Akhir Modul. Mintalah naskah tes tersebut di sekolah penyelenggara.
Perhatikan langkah-langkah mengerjakannya. Anda dinyatakan berhasil dan boleh
melanjutkan pelajaran ke modul berikutnya jika Tingkat Penguasaan Materi (TPM) Anda
70 % ke atas. Jika TPM Anda kurang 70% Anda harus mempelajari kembali isi modul
ini sampai Anda dapatkan angka 70%.
KUNCI TUGAS
Tugas 1
1. Pembelokan berkas cahaya saat melewati bidang batas dua medium yang berbeda
indeks biasnya.
2. Indeks bias mutlak merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di ruang
hampa dengan perbandingan kecepatan cahaya di dalam medium, sedangkan
indeks bias relatif merupakan perbandingan kecepatan cahaya di dua medium yang
berbeda.
3. 2,0 x 108 m/s
4. a. 1,3
b. 32,83
5. a. 1,95 x 108 m/s
b. 432,5 nm
c. 27,33
6. a. 1,125 m

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

81

b. 0,94 m
7. 47,33
Tugas 2
1.
0,42 cm
2.

2,24 cm

3.

D = (i1 + r2)

4.

17,8 dan 17,63

5.

35,03

6.

7.

60
-16,67 cm dan -400 cm
Tugas
3 1. Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan dan minimal salah
satu permukaannya itu merupakan bidang lengkung.
2.
Lensa positif mengumpulkan berkas sinar sejajar di fokus utama, sedangkan
lensa negatif menyebarkan sinar sejajar seolah datang dari titik yang sama,
3.
yakni fokus utama
Lukisan bayangan dari benda di depan lensa positif.
4.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

82

5.

Lukisan bayangan benda di depan lensa negatif.

6.

Nyata, terbalik, diperbesar.

7.

Melengkapi tabel
1

f
+10
+8
s
+15
+16
s'
+30
+16
M
2
1
nyata/maya
nyata nyata
tegak/terbalik terbalik terbalik
8.

47,62 cm dan 2,1 D

9.

1,72

10.

10 cm dan 10 D

11.

-9,09 cm

12.

1,54

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

+100
-20
+27
-50
+50
13,5
33,33 -100/7
-27
0,67
2/7
2
maya maya maya
tegak tegak tegak

+2
-2
1
1/2
maya
tegak

+80
40
-80
2
maya
tegak

83

DAFTAR ISTILAH
Aberasi sferis:

cacat lensa yang disebabkan oleh berkas sinar sejajar yang jauh dari
sumbu utama lensa tidak dibiaskan tepat di fokus utama sehingga
menghasilkan bayangan yang buram.
Dalil Esbach: metode penentuan letak dan sifat bayangan benda yang dibentuk oleh
lensa menggunakan penomoran ruangan benda dan ruang bayangan.
Indeks bias mutlak:
perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dan di suatu
medium.
Indeks bias relatif: perbandingan indeks bias medium yang satu terhadap medium
yang lain.
Kedalaman semu:
ketinggian semu, yakni kedalaman benda sebagaimana dilihat
oleh pengamat yang ukurannya berbeda dari ukuran yang
sebenarnya. Terjadi karena akibat peristiwa pembiasan cahaya.
Kuat lensa: kemampuan lensa untuk mengumpulkan atau menyebarkan berkas
sinar.
Lensa bikonkaf: lensa yang kedua permukaannya merupakan lensa cekung.
Lensa bikonveks: lensa yang kedua permukaannya merupakan lensa cembung.
Lensa divergen: lensa yang dapat menguraikan berkas sinar.
Lensa gabungan: gabungan dua atau lebih lensa dengan sumbu utama berhimpit.
Lensa konvergen: lensa yang dapat mengumpulkan berkas sinar.
Lensa negatif: lensa divergen.
Lensa positif: lensa konvergen.
Lensa sferis: lensa yang permukaannya lengkung seperti bola.
Lensa tipis: lensa yang ketebalannya diabaikan.
Pembiasan cahaya:
pembelokan berkas cahaya saat melewati bidang batas dua
medium yang berbeda indeks biasnya.
Sudut deviasi: sudut yang dibentuk oleh berkas sinar masuk dan berkas sinar yang
keluar dari prisma.
DAFTAR PUSTAKA
Budikase, E dan Kertiasa, I Nyoman; Fisika SMU Jilid 1, Dept. P & K RI, 1994.
Dolan, Graham et.all; Heinemannn Coordinated Science Higher Physics,
Oxford: Heinemann Educational Publishers, 1996.
Duncan,Tom; Physics For Today and Tomorrow, London:John Murray,1977.
Foster, Bob; Fisika SMU Kelas 2A Tengah Tahun Pertama, Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2000.
Kane dan Sternheim; Physics Second Edition, Singapore: John Wiley & Sons
Inc., 2000.
Millar, Robin; Understanding Physics, Singapore: Heinemann Asia. 1989.
Pople, Stephen; Explaining Physics; Oxford: Oxford University Press, 1984.
Pople, Stephen; Advanced Physics Revision Handbook; Oxford Great
Britain: Oxford University Press, 1996.
Schaim, Haber et all; PSSC Physics Six Edition Jilid 1, Alih Bahasa oleh The
How Liong; Jakarta: Erlangga, 1986.
Surya, Yohannes, M.Sc.,PhD.; Olimpiade Fisika Jilid 2A, Jakarta: Primatika
Cipta Ilmu, 1997.

MODUL FISIKA SMAN 2 MATARAM

84

Anda mungkin juga menyukai