Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR

PROGRAM BELAJAR BEKERJA TERPADU

ANEKA PRODUK OLAHAN LELE DI UMKM AL-FADH DESA TANJUNGSARI,


KECAMATAN BANYUDONO, KABUPATEN BOYOLALI

Oleh:
Cahyo Katon Nugroho
H0712047

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2016

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PROGRAM BELAJAR BEKERJA TERPADU DI UMKM ALFADH DESA TANJUNGSARI, KECAMATAN BANYUDONO, KABUPATEN
BOYOLALI 29 MEI 29 JULI 2016

Mengetahui,

Ketua UMKM Al-Fadh

Mahasiswa

Eka Supriyatin

Cahyo Katon Nugroho

A. LATAR BELAKANG
1. Program Co-op
Wirausaha merupakan suatu usaha yang mampu mendorong peningkatan ekonomi
suatu negara melalui perkembangan industri kreatif dalam negeri. Perkembangan
wirausaha di Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara lain.
Potensi SDM Indonesia yang berlimpah belum mampu mendorong pertumbuhan dunia
wirausaha dimana hanya sekitar 1,65% dari jumlah penduduk Indonesia, masih kalah
dibanding Malaysia, Singapura dan Thailand yang mencapai lebih dari 4%.
Rendahnya pertumbuhan wirausaha di Indonesia ini salah satunya dipengaruhi
oleh rendahnya pengakuan dan penghargaan masyarakat Indonesia terhadap dunia
wirausaha. Akibatnya, para generasi muda tidak dididik dan dilatih sejak dini untuk
berwirausaha. Salah satu harapan untuk memajukan wirausaha di Indonesia adalah
pada kalangan mahasiswa. Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang
dididik di bangku perkuliahan yang memiliki kemampuan berpikir logis dan sistematis
namun kurang memiliki kemampuan secara teknis.
Menumbuhkan jiwa wirausaha di kalangan mahasiswa dapat dilakukan melalui
pendidikan dan pelatihan. Jiwa wirausaha bagi mahasiswa sangat diperlukan agar
nanti setelah lulus dari perguruan tinggi memiliki bekal kemampuan untuk melihat
peluang bisnis sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru. Untuk itu
pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan telah merintis
program Co-operative Academic Education (Co-op) atau Program Belajar Bekerja
Terpadu (PBBT) untuk meningkatkan minat mahasiswa ke dalam dunia wirausaha.
2

Co-operative Academic Education (Co-op) merupakan program belajar bekerja


terpadu bagi mahasiswa dalam suatu periode tertentu untuk memberi pengalaman
bekerja serta dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan sehingga
diharapkan dapat membantu pelaku usaha seperti UMKM dalam mengatasi berbagai
persoalan usahanya. Harapan ke depan mahasiswa akan memperoleh ilmu,
pengalaman dan kemampuan untuk menciptakan usaha yang kreatif dan inovatif
sehingga mampu membantu pemerintah dalam upaya pengentasan pengangguran dan
kemiskinan. Dengan meningkatnya usaha dalam negeri diharapkan akan mampu
mendorong peningkatan perekonomian Indonesia serta mampu bersaing dengan
negara lainnya.
2. Tujuan Program
a. Menghasilkan calon wirausahawan muda yang memiliki gagasan baru dalam
menciptakan lapangan kerja.
b. Meningkatkan mutu dan relevansi lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan
dunia usaha.
c. Meningkatkan kualitas usaha, kecil dan menengah dalam pengelolaan maupun
pengembangan usaha.
d. Meningkatkan jaringan kerjasama antara perguruan tinggi dengan dunia
usaha/industri.
e. Meningkatkan kepercayaan dunia usaha/industri terhadap perguruan tinggi.

B. PROFIL UMKM
3

Al-Fadh merupakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) makanan


olahan ikan lele yang didirikan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Ngudi Mulyo
Desa Tanjungsari, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Al-Fadh dipimpin
oleh seorang ketua bernama Eka Supriyatin dibantu oleh 6 orang tenaga kerja dari
anggota KWT Ngudi Mulyo Desa Tanjungsari. Al-Fadh memproduksi berbagai
makanan hasil olahan ikan lele seperti abon lele, pastel lele, keripik lele, stick lele,
bakso lele, nugget lele, otak-otak lele, dendeng lele bahkan nastar lele.
Industri pengolahan lele ini didirikan atas dasar Kabupaten Boyolali merupakan
salah satu produsen ikan lele di wilayah di Jawa Tengah. Hasil panen lele yang
berlimpah di Kabupaten Boyolali seringkali menyisakan lele berukuran besar yang
tidak laku di pasaran. Hal tersebut mendorong kreatifitas dari KWT Ngudi Mulyo
Desa Tanjungsari untuk mengolah ikan lele berukuran jumbo tersebut menjadi
makanan olahan yang dapat dikemas, dapat disimpan, tahan lama dan ekonomis.
Selain itu, hasil olahan ikan lele tersebut juga bertujuan untuk dapat memberi pilihan
kepada konsumen yang ingin mengonsumsi lele dalam bentuk olahannya.
Al-Fadh mulai berproduksi sejak tahun 2011 dengan modal awal sekitar 5 juta
rupiah. Produksi berbagai olahan ikan lele pada awalnya masih menggunakan
teknologi sederhana dengan dibantu tenaga kerja. Keadaan tersebut membuat hasil
produksi tidak maksimal baik secara kualitas maupun kuantitas. Kemudian Al-Fadh
memperoleh bantuan dari Kementerian Perikanan dan Kelautan Republik Indonesia
berupa berbagai peralatan modern demi menunjang hasil produksi.
Pemasaran produk olahan lele Al-Fadh sebagian besar dilakukan berdasarkan
pesanan dan sebagian dititipkan di toko oleh-oleh makanan di Boyolali dan sekitarnya.
4

Hal tersebut dilakukan mengingat UMKM Al-Fadh belum mempunyai toko sendiri.
Selain dengan cara-cara tersebut, untuk mengenalkan produk olahan lele kepada
konsumen, Al-Fadh sering mengikuti pameran-pameran produk UMKM yang sering
diadakan oleh pemerintah maupun instansi non pemerintah baik kabupaten, provinsi
maupun skala nasional. Ajang pameran tersebut sangat berguna dalam memperluas
jaringan pemasaran produk olahan lele Al-Fadh melalui kerja sama dengan toko oleholeh, agen maupun reseller.
Berbagai penghargaan telah diterima oleh Al-Fadh baik di tingkat regional,
nasional bahkan pernah mengikuti pameran produk UMKM ke luar negeri. Produkproduk olahan lele Al-Fadh juga telah mendapat legalitas dari pemerintah yang
dibuktikan dengan sertifikat Halal dari MUI dan logo SNI yang tercantum dalam
kemasan produk. Hal tersebut membuktikan bahwa Al-Fadh merupakan UMKM
inovatif yang mampu menghasilkan produk-produk yang yang berkualitas.

C. TUGAS DAN TARGET

Perkembangan usaha UMKM Al-Fadh tidak terlepas dari beberapa kendala antara
lain kurangnya tenaga kerja dan jangkauan pemasaran yang kurang luas. Kekurangan
tenaga kerja ini berpengaruh terhadap jumlah produksi dimana pada saat pesanan
tinggi seringkali perlu menambah tenaga kerja dari ibu-ibu di sekitar desa untuk ikut
membantu produksi. Selain tenaga kerja pada bidang produksi, di UMKM Al-Fadh
juga tidak memiliki seorang staf yang khusus mengurusi bidang administrasi dan
pembukuan sehingga seringkali catatan penting seperti jumlah penjualan, pendapatan
dan keuntungan tidak tercatat dengan baik.
Permasalahan lain di UMKM Al-Fadh adalah jangkauan pemasaran yang kurang
luas yaitu masih di sekitar Kabupaten Boyolali. Pemasaran produk-produk olahan lele
Al-Fadh dilakukan dengan menitipkan produk tersebut pada toko oleh-oleh makanan
di Kabupaten Boyolali dan melalui pameran UMKM. Hal tersebut mengakibatkan
produk olahan lele Al-Fadh kurang dikenal oleh masyarakat di luar Boyolali. Untuk
membantu mengatasi permasalahan tersebut, mahasiswa mencoba untuk membantu
memasarkan produk olahan lele Al-Fadh ke luar Boyolali. Sasaran produk olahan lele
Al-Fadh adalah toko oleh-oleh makanan di wilayah Solo dan Magelang. Beberapa
produk yang dicoba untuk ditawarkan ke toko oleh-oleh makanan di wilayah Solo dan
Magelang antara lain abon lele, dendeng lele, pastel lele dan kripik kulit lele. Produkproduk tersebut merupakan produk unggulan UMKM Al-Fadh yang paling laris terjual
di wilayah Boyolali.

D. PENCAPAIAN
6

Pemasaran produk olahan lele Al-Fadh di wilayah Solo dan Magelang dilakukan
dengan sistem titip barang pada beberapa toko oleh-oleh makanan wilayah Solo dan
Magelang. Untuk itu, hal pertama yang dilakukan adalah mencari informasi mengenai
toko oleh-oleh makanan wilayah Solo dan Magelang yang memiliki prospek penjualan
paling baik dan ramai dikunjungi pembeli. Beberapa toko oleh-oleh makanan yang
dipilih antara lain Toko Lezat di Magelang serta Toko Era Jaya dan Mesran yang
beralamat di Jalan Gatot Subroto, Jayengan, Solo.
Hasil dari usaha penawaran beberapa produk olahan lele Al-Fadh ke Toko Lezat
Magelang belum ada satu pun produk yang diterima, sedangkan di Solo hanya produk
dendeng sapi yang berhasil masuk ke Toko Era Jaya. Alasan dari tidak masuknya
produk tersebut dikarenakan sudah ada produk sejenis yang dijual di toko seperti abon
lele yang sudah banyak beredar yang merupakan produk dari UMKM lain, produk
olahan lele pada umumnya sulit terjual sehingga perputaran barang relatif lebih lambat
dari produk lain seperti produk olahan daging sapi, serta harga produk olahan lele AlFadh yang relatif lebih mahal dibandingkan produk sejenis dari produsen lain.
Produk dendeng lele dari Al-Fadh dapat diterima oleh Toko Era Jaya dikarenakan
di toko tersebut belum menjual produk sejenis sehingga toko berani untuk mencoba
menjualnya. Pencapaian tersebut dapat dijadikan langkah awal untuk memperkenalkan
dan memperluas jangkauan pemasaran produk olahan ikan lele sekaligus evaluasi bagi
UMKM Al-Fadh agar dapat bersaing dengan produk lain baik sejenis maupun non
sejenis dari produsen lainnya.
E. KENDALA
7

Kendala yang dihadapi pada saat usaha memperluas jangkauan pemasaran produk
olahan lele Al-Fadh di wilayah Solo dan Magelang adalah sulitnya meyakinkan toko
oleh-oleh makanan untuk dapat menerima barang yang ditawarkan. Hal tersebut
dikarenakan produk olahan lele relatif lama penjualannya serta masih kurang dikenal
oleh konsumen yang umumnya lebih mengenal aneka produk olahan sapi. Selain itu,
kesulitan lainnya adalah mementukan toko oleh-oleh makanan di wilayah Solo dan
Magelang yang memiliki prospek penjualan yang bagus mengingat jumlah toko oleholeh makanan yang banyak, namun hanya sedikit yang ramai oleh pembeli.
F. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Memperkenalkan dan memberi pengalaman dunia usaha kepada para mahasiswa
mulai dari awal merintis usaha, perkembangan usaha, permasalahan maupun solusi
dalam usaha sehingga dapat menjadi bekal keterampilan bagi mahasiswa yang
ingin berwirausaha.
2. Bagi UMKM
Menjadi sarana untuk menjalin kerja sama antara perguruan tinggi dengan
UMKM,

menjadi

media

promosi

bagi

UMKM,

membantu

mengatasi

permasalahan UMKM, serta memiliki bahan evaluasi bagi UMKM yang dapat
digunakan untuk mengembangkan usahanya.

G. SARAN

1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa diharapkan dapat mengkritisi segala permasalahan yang ada pada
UMKM mulai dari proses produksi sampai dengan pemasaran
b. Mahasiswa sebaiknya menawarkan ide-ide yang segar dan inovatif terkait
dengan permasalahan yang dihadapi oleh UMKM
2. Bagi UMKM
a. Perlunya penambahan tenaga kerja khusus yang mengurusi pembukuan dan
administrasi
b. Mencoba metode pemasaran produk dengan cara yang lebih modern, dengan
memanfaatkan internet baik melalui website, blog ataupun online market
seperti Bukalapak, Olx, Tokopedia dan lain-lain karena selain praktis juga
efektif untuk memperluas jangkauan pasar
3. Bagi Perguruan Tinggi
a. Perlu pendampingan yang lebih intensif kepada mahasiswa agar dapat
menjalankan perannya dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi UMKM
b. Perlunya meninjau langsung ke UMKM untuk melihat kegiatan yang
dilakukan serta sebagai bahan evaluasi untuk periode selanjutnya.

DOKUMENTASI
9

Dendeng, Kripik Kulit dan Abon Lele yang ditawarkan ke toko oleh-oleh di Solo
dan Magelang

Produk Olahan Lele UMKM Al-Fadh

Kunjungan dari Dinas Papua ke Al-Fadh

10

Anda mungkin juga menyukai