Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

METODE ILMIAH MENDAPATKAN ILMU

Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Etika Akademik

Oleh

Deki Zulkarnain

130910202062

Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis


Jurusan Ilmu Administrasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Jember
2013

METODE ILMIAH MENDAPATKAN ILMU


Diajukan untuk memenuhi tugas individu
matakuliah
Filsafat Filsafat ilmu pengetahuan dan etika akademik
Semester 1

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................


HALAMAN JUDUL.....................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................
2.1. Defenisi Metode Ilmiah
2.2. Manusia Mencari kebenaran
2.3. Pelaksanaan Metode Ilmiah
2.4. Penelitian Ilmiah
BAB III PENUTUP ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

Awal makalah ini, saya berangkat dari sabda rasulullah bahwasanyaMenuntut


ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan. Allah
memberikan keutamaan dan kemuliaan bagi orang-orang yang berilmu dalam
firman-Nya dalam Al-Qur`an surat Al-Mujaadilah ayat 11: Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Orang-orang yang berilmu akan pula
dimudahkan jalannya ke syurga oleh Allah dan senantiasa didoakan oleh para
malaikat.
Dari beberapa referensi bacaan, bahwa sebenarnya ilmu hanyalah merupakan
suatu alat untuk mendektkan diri kita kepada Allah. Jadi kesimpulannya adalah
bahwa semakin tinggi ilmu seseorang maka akan semakin dekat dia kepada Allah.
Karna pada dasarnya fungsi ilmu adalah petunjuk keimanan (QS. 22:54, 3:7,
35:28) dan petunjuk beramal.
Pada dasarnya maha sumber ilmu di dunia ini adalah Al quran dan As Sunnah,
kedua hal tersebut sebagai pedoman untuk hidup bahagia di dunia dan di akhirat.
Manusia secara alamiah selalu ingin tahu terhadap segala hal di luar dirinya
maupun di dalam dirinya. Bertolak dari hal ini, manusia berusaha mendapatkan
pengetahuan yang benar atas apa yang dipikirkannya. Pencaharian terus dilakukan
dengan berbagai metode (non ilmiah sampai dengan ilmiah).
Metode non ilmiah meliputi akal sehat, prasangka, intuisi, penemuan kebetulan ingat pil kina-, pendapat otoritas. Sedangkan melalui metode Ilmiah yakni
serangkaian langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan, hasilnya dapat
diuji kembali1.
Sebelum memasuki pembahasan detail metode ilmiah dalam mendapatkan ilmu,
saya akan mencoba merefleksi kisah nabi ibrahim dalam mencari Tuhan. Seperti
dijelaskan dalam surat Al Anbiyaa ayat 50-70. Dalam ayat itu dikisahkan proses
1

Kutipan bahan kuliah filsafat ilmu dan etika pengetahuan, Dr. Djoko poernomo, M.Si.- Fsip
UNEJ.

nabi Ibrahim membangun kesadaran masyarakatnya bahwa patung (berhala)


bukan Tuhan yang sesungguhnya, karena patung itu tidak bisa memberikan
pertolongan, bahkan Ibrahim menunjukkan eksperimennya, dia hancurkan patungpatung itu

untuk membuktikan bahwa patung itu memang bukan Tuhan.

Kemudian dalam surat Al Anam ayat 74-79. Di ayat itu diterangkan bagaimana
Ibrahim mencari Tuhan dengan pendekatan yang jujur dan rasional, sehingga
datang gelap malam tak ada satu pun manusia yang berkutik, tidak ada yang
memiliki kekuasaan lagi, semua kehidupan terhenti ketika datang gelap malam.
Kesimpulannya manusia dan alam semesta ini ditaklukkan oleh gelap malam dan
pada saat gelap itu nabi Ibrahim melihat sebuah bintang dan dia berkata inilah
Tuhanku, tetapi bintang yang dipertuhankan itu lama kelamaan sirna. Dan Ibrahim
melihat alternatif lain, ada bulan, inilah Tuhanku tapi bulan juga sirna. Apa yang
terjadi pada nabi Ibrahim? Ternyata dia gagal mencari Tuhannya. Dia gagal
mencapai Tuhannya, dia tidak bisa meraih Tuhannya dengan indranya dengan
matanya, telinganya, tangannya

bahkan dengan fikirannyapun dia mencoba

membayangkan macam apa wujud Tuhan, Ibrahim gagal. Rupanya memang Allah
itu Al Ghaib, suatu yang misterius dan Ibrahim memang gagal mencapai
Tuhannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Tetapi untuk mengatakan
bahwa Tuhan itu tak ada, justru pengalaman Ibrahim selama ini mengarahkan
pada kesimpulan, mesti ada sesuatu yang mengendalikan alam ini, Tuhan itu
mesti ada. Tapi yang mana? Akhirnya nabi Ibrahim bersikap sebagaimana
terungkap dalam Q S. 6 : 79.

Tapi dari situ Ibrahim hanya bisa mengetahui

bahwa Dia, Tuhan itu tetap Gaib. Oleh sebab itu siapa Dia, sebagai zat dalam al
quran juga tidak dikenal. Istilah istilah keTuhanan dalam alquran , hanya namanama yang menjelaskan sifatnya saja, zatnya tidak diperkenalkan (Asmaul Husna
99).
Kisah nabi Ibrahim di atas menginspirasi bagaimana ilmu itu didapatkan, menurut
saya pribadi pada dasarnya inilah awal metode pencarian ilmu pertama kalinya,
sebelum filosof-filosof yang memberikan warna baru terhadap perkembangan
Filsafat Ilmu sampai sekarang.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method)
merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis
berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk
hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang
dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen.
Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi
suatu teori ilmiah2. Selain itu, Metode ilmiah ialah cara untuk mendapatkan
atau menemukan pengetahuan yang benar dan bersifat ilmiah. Metode ilmiah
mensyaratkan asas dan prosedur tertentu yang disebut kegiatan ilmiah
misalnya penalaran, studi kasus dan penelitian3.
Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap
jenis

penalaran

mempunyai

kriteria

kebenarannya

masing-masing

(Suriasumantri, 1987). Penalaran adalah suatu proses berpikir dalam menarik


suatu kesimpulan yang benar dan bukan hasil perasaan.
Penalaran merupakan kegiatan yang mempunyai ciri tertentu dalam
penemuan kebenaran, diantaranya: (1) Logis dan (2) Analitis.
Berpikir logis adalah kegiatan berpikir menurut pola, alur dan kerangka
tertentu (frame of logic) yaitu, menurut logika: deduksi-induksi; rasionalismempirism; abstrak-kongkrit; apriori-aposteriori. Sedangkan berpikir analitis
adalah konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir analisis-sintesis
berdasarkan langkah-langkah tertentu (metode ilmiah/ penelitian).
Contoh dari yang sederhana misalnya, benda tersebut benar pensil, air laut itu
asin, buah yang diperam
2
3

akan

lebih

cepat

masak;

air

mendidih

http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah
Sugianto, ilmu pengetahuan. Bahan ajar presentase-Univ. Hasanuddin, Makassar

temperaturnya 100C; penyakit tuberkulosis

itu disebabkan oleh basil.

Contoh-contoh tersebut dapat dibuktikan kebenarannya mulai dari


pengalaman dan penalaran sampai dengan penelitian/pembuktian kebenaran
ilmiah.
2.2. Manusia Mencari kebenaran
Manusia mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat (Common
sense) dan dengan ilmu pengetahuan. Letak perbedaan yang mendasar antara
keduanya ialah berkisar pada kata sistematik dan terkendali. Ada lima hal
pokok yang membedakan antara ilmu dan akal sehat. Yang pertama, ilmu
pengetahuan

dikembangkanmelalui

struktur-stuktur

teori,

dan

diuji

konsistensi internalnya. Dalam mengembangkan strukturnya, hal itu


dilakukan dengan tes ataupun pengujian secara empiris/faktual. Sedang
penggunaan akal sehat biasanya tidak. Yang kedua, dalam ilmu pengetahuan,
teori dan hipotesis selalu diuji secaraempiris/faktual. Halnya dengan orang
yang bukan ilmuwan dengan cara selektif. Yang ketiga, adanya pengertian
kendali (kontrol) yang dalam penelitian ilmiah dapat mempunyai pengertian
yang bermacam-macam. Yang keempat, ilmu pengetahuan menekankan
adanya hubungan antara fenomenasecara sadar dan sistematis. Pola
penghubungnya tidak dilakukan secara asal-asalan. Yang kelima, perbedaan
terletak pada cara memberi penjelasan yangberlainan dalam mengamati suatu
fenomena. Dalam menerangkan hubungan antara fenomena, ilmuwan
melakukan dengan hati-hati dan menghindari penafsiran yang bersifat
metafisis. Proposisi yang dihasilkan selalu terbukauntuk pengamatan dan
pengujian secara ilmiah4.
Dapat disimpulkan bahwa, dalam buku tersebut, manusia dalam mencari
kebenaran itu memiliki dua metode, yang pertama adalah dengan akal sehat
(common sense) dan yang ke dua adalah dengan ilmu pengetahuan.

2.3. Pelaksanaan metode ilmiah


4

Rai Utama,Bagus I Gusti.2013. Filsafat Ilmu dan logika. Universitas Dhyana Pura Bandung.

Dalam pelaksanaan metode ilmiah, langkah-langkah yang biasa ditempuh


sebagai berikut5:
1. Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan.
2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan
dekat pada pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau
kajian pustaka.
3. Menyusun hipotesis.Hipotesis merupakan jawaban sementara yang
disusun berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi
atau telaah pustaka.
4. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
5. Mengolah

data

(hasil)

percobaan

dengan

menggunakan

metode

statistik untuk menghasilkan kesimpulan.Hasil penelitian dengan metode


ini adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan
peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan
memberikan hasil yang sama).
6. Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil
percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa
mendukung hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan
bahkan menjadi teori.
7. Menulis laporan Ilmiah.Untuk mengkomunikasikan hasil penelitian
kepada orang lain sehingga orang lain tahu bahwa kita telah melakukan
suatu penelitian ilmiah.
Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki
oleh setiap penelitian dan ilmuwan. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud
adalah :
1. Rasa ingin tahu
2. Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada)

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan,Cet.22.tahun 2010. H.55

3. Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan
pribadi)
4. Tekun (tidak putus asa)
5. Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)
6. Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain)
Salah satu hal yang penting dalam dunia ilmu adalah penelitian (research).
Research berasal dari kata re yang berarti kembali dan search yang berarti
mencari, sehingga research atau penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu
usaha untuk mengembangkan dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan.
Research, menurut The Advanced Learners Dictionary of Current English
(1961) ialah penyelidikan atau pencarian yang seksama untuk memperoleh
fakta baru dalam cabang ilmu pengetahuan.
Menurut Fellin, Tripodi dan Meyer (1969) riset adalah suatu cara
sistematik untuk maksud meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan
pengetahuan

yang

dapat

disampaikan

(dikomunikasikan)

dan

diuji

(diverifikasi) oleh peneliti lain.


Ciri-ciri riset adalah sebagai berikut, yaitu bahwa riset: (Abisujak, 1981)
1. Dilakukan dengan cara-cara yang sistematik dan seksama.
2. Bertujuan meningkatkan, memdofikasi dan mengembangkan pengetahuan
(menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan.
3. Dilakukan melalui pencarian fakta yang nyata
4. Dapat disampaikan (dikomunikasikan) oleh peneliti lain
5. Dapat diuji kebenarannya (diverifikasi) oleh peneliti lain6

2.4. Penelitian Ilmiah


Penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah disebut penelitian ilmiah.
Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan
sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada lima karakteristik penelitian ilmiah,
yaitu:
6

Jujun S. Suriasumantri, 2010. Ibid

a. Sistematik, Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara


berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan
sederhana sampai yang kompleks.
b. Logis, Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan
berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung
menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur
penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk
menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau
prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang
bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
c. Empirik, artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman
sehari-hari (fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan
atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil
penelitian.
d. Obyektif, artinya suatu penelitian menjahui aspek-aspek subyektif yaitu
tidak mencampurkannya dengan nilai-nilai etis.
e. Replikatif, artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji
kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila
dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat
replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah
penting bagi seorang peneliti.
2.4.1. Jenis-Jenis Penelitian Ilmiah
Ada tiga tingkatan penelitian ilmiah untuk sampai kepada perwujudan
ilmu/teori, yaitu :
a. Penelitian Eksploratif,Penelitian ekploratif adalah penelitian dalam
untuk upaya mencari masalah/menjajagi masalah
b. Penelitian Pengembangan
c. Penelitian Verifikasi

10

BAB III
PENUTUP
Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan
proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan
bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam
usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan
hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos
uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Manusia mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat (Common sense)
dan dengan ilmu pengetahuan. Letak perbedaan yang mendasar antara keduanya
ialah berkisar pada kata sistematik dan terkendali. Ada lima hal pokok yang
membedakan antara ilmu dan akal sehat. Yang pertama, ilmu pengetahuan
dikembangkanmelalui

struktur-stuktur

teori;

Yang

kedua,

dalam

ilmu

pengetahuan, teori dan hipotesis selalu diuji secaraempiris/faktual; Yang ketiga,


adanya pengertian kendali (kontrol) yang dalam penelitian ilmiah dapat
mempunyai pengertian yang bermacam-macam; Yang keempat, ilmu pengetahuan
menekankan adanya hubungan antara fenomenasecara sadar dan sistematis; Yang
kelima, perbedaan terletak pada cara memberi penjelasan yangberlainan dalam
mengamati suatu fenomena.
Dalam pelaksanaan metode ilmiah, langkah-langkah yang biasa ditempuh sebagai
berikut: Merumuskan masalah; Mengumpulkan keterangan; Menyusun hipotesis;
menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian; Mengolah data
(hasil) percobaan; Menguji kesimpulan dan Menulis laporan Ilmiah.

11

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan paper


Al-Qur`an surat Al-Mujaadilah ayat 11 serta QS. 22:54, 3:7, 35:28
Jujun S. Suriasumantri, 2010. Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer Cet.
22, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.
Kutipan bahan kuliah filsafat ilmu dan etika pengetahuan, Dr. Djoko poernomo,
M.Si.- Fsip UNEJ.
Rai Utama,Bagus I Gusti.2013. Filsafat Ilmu dan logika. Universitas Dhyana
Pura Bandung.
Sugianto, ilmu pengetahuan. Bahan ajar presentase-Univ. Hasanuddin, Makassar

Internet:
http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah
http://febry23.wordpress.com/2010/11/02/cara-memperoleh-ilmu-pengetahuandan-metodenya/
http://nabildaffa.blogspot.com/2012/01/metode-ilmiah-dan-kebenaranilmiah_10.html

12

Anda mungkin juga menyukai