Anda di halaman 1dari 37

Lomba Penulisan dan Presentasi Karya Ilmiah Pertanian

(LPPKIP)
Peningkatan Daya Saing Bangsa Berbasis Keunggulan Lokal

POTENSI KULIT NANAS SEBAGAI SUMBER


ENERGI ALTERNATIF BIOETANOL YANG
RAMAH LINGKUNGAN

Disusun oleh tim dari Kelompok 7 :


Saraswati R Pandini

150310080117

Astri Ridha Y

150310080126

Marlon Sipahutar

150310080134

Wendi Irawan

150310080137

Fakultas Pertanian
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2008

LEMBAR PENGESAHAN
Tema

: Peningkatan Daya Saing Bangsa Berbasis Keunggulan Lokal

Judul

: Potensi Kulit Nanas sebagai Alternatif Bioetanol yang Ramah


Lingkungan

Tim Penulis

: Saraswati R Pandini

150310080117

Astri Ridha Y

150310080126

Marlon Sipahutar

150310080134

Wendi Irawan

150310080137

Jatinangor, 24 Oktober 2008


Menyetujui:
Dosen Pembimbing

Siska Rasiska,SP
NIP. ED.031

Mengetahui:
Pembantu Dekan III Faperta,
Universitas Padjadjaran

M.Gunardi Judawinata,Ir.,DEA
NIP.131.653.094

KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
penulisan karya ilmiah dengan topik Pengembangan Hasil-hasil Lokal yang
merupakan salah satu tugas Masa Bimbingan 2008 ini. Karya ilmiah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang potensi kulit nanas sebagai alternatif
bioetanol yang ramah lingkungan yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Walaupun karya ilmuah ini mungkin kurang sempurna, tetapi
memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, dengan penuh rasa hormat dan segala
kerendahan hati, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1.

Tuhan Yang Maha Esa,

2.

Seluruh anggota tim yang sudah dengan rela menyumbangkan waktu, tenaga,
dan pikiran dalam pembuatan karya ilmiah ini,

3.

Kang Mamet, Kang Wali, dan Kang Azis yang telah banyak membantu,
membimbing, memberi petunjuk, dan pengarahan pada kami sehingga karya
ilmiah ini dapat terselesaikan,

4.

Orang tua kami tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada
kami,

5.

Teman-teman semua yang telah memberikan banyak inspirasi dan bantuan


kepada kami,

6.

Serta seluruh rekan dan pihak yang telah memberikan dukungan baik berupa
moril maupun materil kepada, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, demikian juga dengan karya ilmiah

ini. Kami mengakui bahwa tidak semua hal dapat kami jelaskan dengan sempurna

dalam karya ilmiah ini. Untuk itu dengan senang hati kami menerima saran dan kritik
yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan karya ilmiah ini dan menambah
kemampuan kami di masa yang akan datang. Semoga karya ilmiah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada masyarakat pada umumnya dan
menambah pengetahuan bagi para mahasiswa serta kelak sedikit banyak akan
membantu kami semua dalam proses studi di Fakultas Pertanian Universitas
Padjadjaran maupun setelah kami terjun dan mengabdi kepada masyarakat pada
khususnya.

Jatinangor, Oktober 2008

Tim Penulis

DAFTAR ISI

1.

Bagian Awal
a. Halaman Judul i
b. Lembar Pengesahan................................................................................. ii
c. Kata Pengantar iii
d. Daftar Isi

e. Daftar Gambar dan Tabel ........................................................................ vii


f. Ringkasan

2.

viii

Bagian Inti
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang............................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
1.4 Kegunaan Penulisan..................................................................... 2
BAB II

Telaah Pustaka

2.1 Nanas .......................................................................................... 3


2.1.1

Sejarah Singkat

2.1.2

Jenis Tanaman

2.1.3

Manfaat

2.1.4

Sentra Penanaman 6

2.1.5

Syarat Tumbuh

2.1.6

Panen

2.1.7

Pascapanen

2.1.8

Efek Samping Nanas.............................................................. 10

2.2 Kulit Nanas.................................................................................. 11


2.3 Etanol .......................................................................................... 12
BAB III

Metode Penulisan

3.1 Metode Pengumpulan Bahan Kajian............................................ 17


3.2 Prosedur Penulisan........................................................................ 17
3.3 Sistematika Penulisan................................................................... 18
BAB IV

Hasil dan Pembahasan

4.1

Bioetanol...................................................................................... 21

4.2

Proses Pembuatan Etanol ............................................................ 22

4.2.1

Persiapan Bahan Baku Pembuatan Etanol............................. 23

4.2.2

Pembuatan Starter.................................................................. 24

4.2.3

Fermentasi Kulit Nanas Menjadi Etanol................................ 24

4.2.4

Distilasi (Penyulingan)........................................................... 26

BAB V

Simpulan dan Saran

5.1 Simpulan...................................................................................... 27
5.2 Saran............................................................................................ 27

3. Bagian Akhir
a. Daftar Pustaka....................................................................................... ix

b. Daftar Riwayat Hidup........................................................................... x

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1. Buah Nanas.................................................................................... 4


Tabel 1. Komposisi Limbah Kulit Nanas......................................................... 12
Tabel 2. Sifat Fisik Etanol................................................................................ 13

RINGKASAN
Perkiraan tentang penurunan produk minyak bumi pada masa yang akan datang dan
ketergantungan yang besar terhadap sumber energi minyak bumi, mendorong
penelitian dan pengembanagan sumber energi alternatif dari sumber yang
diperbaharui. Etanol merupakan sumber energi alternatif yang mempunyai prospek
yang baik sebagai penganti bahan bakar cair dan gasohol dengan bahan baku yang
dapat diperbaharui, ramah lingkungan serta sangat menguntungkan secara ekonomi

makro terhadap komunitas pedesaan terutama petani.


Buah nanas (Ananas comosus L. Merr) merupakan salah satu jenis buah yang
terdapat di Indonesia, mempunyai penyebaran yang merata. Selain dikonsumsi
sebagai buah segar, nanas juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri
pertanian. Dari berbagai macam pengolahan nanas seperti selai, manisan, sirup, dan
lain-lain maka akan didapatkan kulit yang cukup banyak sebagai hasil sampingan.
Berdasarkan kandungan nutriennya, ternyata kulit buah nanas mengandung
karbohidrat dan gula yang cukup tinggi. Menurut Wijana, dkk (1991) kulit nanas
mengandung 81,72 % air; 20,87 % serat kasar; 17,53 % karbohidrat; 4,41 % protein
dan 13,65 % gula reduksi. Mengingat kandungan karbohidrat dan gula yang cukup
tinggi tersebut maka kulit nanas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan bahan kimia, salah satunya etanol melalui proses fermentasi.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buah nanas (Ananas Comosus L. Merr) merupakan salah satu jenis buah yang
terdapat di Indonesia, mempunyai penyebaran yang merata. Selain dikonsumsi

sebagai buah segar, nanas juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri
pertanian. Dari berbagai macam pengolahan nanas seperti selai, manisan, sirup,
dan lain-lain maka akan didapatkan kulit yang cukup banyak sebagai hasil
sampingan.
Berdasarkan kandungan nutriennya, ternyata kulit buah nanas mengandung
karbohidrat dan gula yang cukup tinggi. Menurut Wijana, dkk (1991) kulit
nanas mengandung 81,72 % air; 20,87 % serat kasar; 17,53 % karbohidrat; 4,41
% protein; dan 13,65 % gula reduksi. Mengingat kandungan karbohidrat dan
gula yang cukup tinggitersebut, maka kulit nanas memungkinkan untuk
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bahan kimia, salah satunya etanol
melalui proses fermentasi.

1.2 Rumusan Masalah


Adanya perkiraan tentang penurunan produksi minyak bumi pada masa yang
akan datang dan ketergantungan yang besar terhadap sumber energi minyak
bumi, mendorong penelitian dan pengembangan sumber energi alternatif dari
sumber yang dapat diperbaharui. Etanol merupakan sumber energi alternatif
yang mempunyai prospek yang baik sebagai pengganti bahan bakar cair dan
gasohol dengan bahan baku yang dapat diperbaharui, ramah lingkungan, serta
sangat menguntungkan secara ekonomi makro terhadap komunitas pedesaan
terutama petani.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini yaitu:

1.

memperoleh solusi alternatif pengganti bahan bakar cair dan gasohol

2.

memberi informasi kepada masyarakat mengenai pembuatan etanol


dari sari kulit nanas

1.4 Kegunaan Penulisan


Dari pembuatan karya tulis ini diharapkan dapat diperoleh solusi alternatif
pengganti bahan bakar cair dan gasohol serta dapat menjadi bahan informasi
bagi masyarakat mengenai pembuatan etanol dari sari kulit nanas.

BAB II
TELAAH PUSTAKA
Nanas
2.1.1 Sejarah Singkat
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah
Ananas comosus. Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera).

Dalam bahasa Inggris disebut pineapple (karena bentuknya seperti pohon pinus)
dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina. Nama 'nanas' berasal dari sebutan
orang Tupi, yang bermakna "buah yang sangat baik". Burung penghisap madu
(hummingbird) merupakan penyerbuk alamiah dari buah ini, meskipun berbagai
serangga juga memiliki peran yang sama.
Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah didomestikasi disana
sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini
ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, lalu masuk ke Indonesia pada abad ke15, tepatnya pada tahun 1599. Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai
tanaman pekarangan, lalu meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di
seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub
tropik.
2.1.2 Jenis Tanaman
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup)
Ordo : Farinosae
Famili : Bromiliaceae (nanas-nanasan)
Genus : Ananas
Species : Ananas comosus (L) Merr

Gambar 1
Buah Nanas

Kerabat dekat spesies nanas cukup banyak, terutama nanas liar yang biasa
dijadikan tanaman hias, misalnya A. braceteatus (Lindl) Schultes, A.
Fritzmuelleri, A. erectifolius L.B. Smith, dan A. ananassoides (Bak) L.B. Smith.
Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis
golongan nanas, yaitu:
1.

Cayene (daun halus, tidak berduri, buah besar)

2.

Queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut)

3.

Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar,


buah bulat dengan mata datar)

4.

Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti


piramida).
Varietas/cultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan
Cayene dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat,
Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di
Brazilia.

Buah nanas sebagaimana yang dijual orang bukanlah buah sejati, melainkan
gabungan buah-buah sejati (bekasnya terlihat dari setiap 'sisik' pada kulit
buahnya) yang dalam perkembangannya tergabung -- bersama-sama dengan
tongkol (spadix) bunga majemuk -- menjadi satu 'buah' besar. Nanas yang
dibudidayakan orang sudah kehilangan kemampuan memperbanyak secara
seksual, namun ia mengembangkan tanaman muda (bagian 'mahkota' buah)
yang merupakan sarana perbanyakan secara vegetatif.
Dewasa ini ragam varietas/cultivar nanas yang dikategorikan unggul adalah
nanas bogor, subang, dan palembang.
2.1.3 Manfaat
Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah
buahnya. Buah nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai
macam makanan dan minuman, seperti selai, buah dalam sirup, dan lain-lain.
Rasa buah nanas manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat
luas.
Disamping itu, buah nanas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah
nanas mengandung enzim bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa
protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan
daging. Enzim ini sering pula dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi Keluarga
Berencana.
Buah nanas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat penyembuh penyakit
sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir dan kurang darah.
Penyakit kulit (gatal-gatal, eksim dan kudis) dapat diobati dengan diolesi sari
buah nanas. Kulit buah nanas dapat diolah menjadi sirop atau diekstrasi
cairannya untuk pakan ternak.

2.1.4 Sentra Penanaman


Penanaman nanas di dunia berpusat di negara-negara Brazil, Hawaii, Afrika
Selatan, Kenya, Pantai Gading, Mexico dan Puerte Rico. Di Asia tanaman nanas
ditanam di negara-negara Thailand, Filipina, Malaysia dan Indonesia terdapat di
daerah Sumatera Utara, Jawa Timur, Riau, Sumatera Selatan dan Jawa Barat.
Pada masa mendatang amat memungkinkan propinsi lain memprioritaskan
pengembangan nanas dalam skala yang lebih luas dari tahun-tahun sebelumnya.
Luas panen nanas di Indonesia sekitar 165.690 hektar atau 25,24% dari sasaran
panen buah-buahan nasional (657.000 hektar). Beberapa tahun terakhir luas
areal tanaman nanas menempati urutan pertama dari 13 jenis buah-buahan
komersial yang dibudidayakan di Indonesia.
2.1.5 Syarat Tumbuh
2.1.5.1. Iklim
1)

Tanaman nanas dapat tumbuh pada keadaan iklim basah maupun kering,
baik tipe iklim A, B, C maupun D, E, F. Tipe iklim A terdapat di daerah
yang amat basah, B (daerah basah), C (daerah agak basah), D (daerah
sedang), E (daerah agak kering) dan F (daerah kering).

2)

Pada umumnya tanaman nanas ini toleran terhadap kekeringan serta


memiliki kisaran curah hujan yang luas sekitar 1000-1500 mm/tahun. Akan
tetapi tanaman nanas tidak toleran terhadap hujan salju karena rendahnya
suhu.

3)

Tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari ratarata 33-71% dari kelangsungan maksimumnya, dengan angka tahunan ratarata 2000 jam.

4)

Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nanas adalah 23-32 0C, tetapi

juga dapat hidup di lahan bersuhu rendah sampai 10 derajat C.


2.1.5.2 Media Tanam
1)

Pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk


pertanian cocok untuk tanaman nanas. Meskipun demikian, lebih cocok
pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah.

2)

Derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4,5-6,5. Tanah yang


banyak mengandung kapur (pH lebih dari 6,5) menyebabkan tanaman
menjadi kerdil dan klorosis. Sedangkan tanah yang asam (pH 4,5 atau lebih
rendah) mengakibatkan penurunan unsur Fosfor, Kalium, Belerang,
Kalsium, Magnesium, dan Molibdinum dengan cepat.

3)

Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nanas untuk


penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Akan tetapi
kandungan air dalam tanah jangan terlalu

banyak,

tidak becek

(menggenang). Hal yang harus diperhatian adalah aerasi dan drainasenya


harus baik, sebab tanaman yang terendam akan sangat mudah terserang
busuk akat.
4)

Kelerengan tanah tidak banyak berpengaruh dalam penanaman nanas,


namun nanas sangat suka jika ditanam di tempat yang agak miring, sehingga
begitu ada air yang melimpah, begitu cepat pula tanah tersebut menjadi
kering.

2.1.5.3 Ketinggian Tempat


Nanas cocok ditanam di ketinggian 800-1200 m dpl. Pertumbuhan optimum
tanaman nanas antara 100-700 m dpl.
2.1.6 Panen

2.1.6.1 Ciri dan Umur Panen


Panen buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12-24 bulan, tergantung dari
jenis bibit yang digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga berbuah pada
umur 24 bulan, hingga panen buah setelah berumur 24 bulan. Tanaman yang
berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar
setelah berumur 12 bulan.
Ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen adalah:
a) Mahkota buah terbuka
b) Tangkai ubah mengkerut
c) Mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat
d) Warna bagian dasar buah kuning
e) Timbul aroma nanas yang harum dan khas

2.1.6.2 Cara Panen


Tata cara panen buah nanas yaitu:
a)

memilih buah nanas yang menunjukkan tanda-tanda siap panen

b)

pangkal tangkai buah dipotong secara mendatar/miring dengan


pisau tajam dan steril

c)

pemanenan dilakukan secara hati-hati agar tidak rusak dan memar

2.1.6.3 Periode Panen

Tanaman nanas dipanen setelah berumur 12-24 bulan. Pemanenan buah nanas
dilakukan bertahap sampai tiga kali. Panen pertama sekitar 25%, kedua 50%,
dan ketiga 25% dari jumlah yang ada. Tanaman yang sudah berumur 4-5 tahun
perlu diremajakan karena pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil.
Cara peremajaan adalah membongkar seluruh tanaman nanas untuk diganti
dengan bibit yang baru. Penyiapan lahan sampai penanaman dilakukan seperti
cara bercocok tanam pada lahan yang baru.
2.1.6.4 Prakiraan Produksi
Potensi produksi per hektar pada tanaman nanas yang dibudidayakan intensif
dapat mencapai 38-75 ton/hektar. Pada umumnya rata-rata 20 ton/hektar,
tergantung jenis nanas dan sistem tanam.
2.1.7 Pascapanen
Buah nanas termasuk komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat busuk.
Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen yang
memadai, yaitu:
1)

Pengumpulan
Setelah panen dilakukan pengumpulan buah ditempat penampungan hasil atau
gudang sortasi.

2)

Penyortiran dan Penggolongan


Kegiatan sortasi dimulai dengan memisahkan buah yang rusak, memar, busuk,
atau mentah secara tersendiri dari buah yang bagus dan normal. Klasifikasi
buah berdasarkan bentuk dan ukuran yang seragam, jenis maupun tingkat
kematangannya.

3)

Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan jika harga turun, sehingga untuk menunggu harga
naik maka dilakukan penyimpanan. Buah nanas biasanya disimpan dalam peti
kemas dalam ruangan dingin yang suhunya sekitar 5 derajat C.

4)

Pengemasan dan Pengangkutan


Kegiatan pengemasan dimulai dengan mengeluarkan buah nanas dari lemari
pemeraman, lalu dipilih (sortasi) berdasarkan tingkat kerusakannya agar
seragam. Kemudian buah nanas dibungkus dengan kertas pembungkus lalu
dikemas dalam keranjang bambu atau peti kayu atau dos karton
bergelombang. Ukuran wadah pengemasan 60 x 30 x 30 cm yang diberi
lubang ventilasi. Proses pengangkutan dimulai dengan memasukkan peti
kemas secara teratur pada alat pengangkutan, buah nanas diangkut dan
dipasarkan ke tempat pemasaran.

2.1.8 Efek Samping Nanas


Tidak semua orang bebas mengonsumsi nanas. Buah yang satu ini mempunyai
efek samping, diantaranya sebagai berikut:

Menggugurkan Kandungan
Nanas muda berpotensi sebagai abortivum atau sejenis obat yang dapat
menggugurkan kandungan. Makanya, nanas sering digunakan untuk
mengatasi haid yang terlambat. Wanita hamil disarankan untuk tidak
mengonsumsi nanas muda.

Memicu Rematik
Di dalam saluran cerna, buah nanas terfermentasi menjadi alkohol. Ini bisa

memicu kekambuhan rematik gout. Penderita rematik dan radang sendi


dianjurkan untuk membatasi konsumsi nanas.

Meningkatkan Gula Darah


Buah nanas masak mengandung kadar gula yang cukup tinggi. Penderita
diabetes sebaiknya tidak mengonsumsi nanas secara berlebihan.

Menimbulkan Rasa Gatal


Terkadang sehabis makan nanas segar, mulut dan lidah terasa gatal. Untuk
menghindarinya sebelum dimakan, rendamlah potongan buah nanas dengan
air garam.

Kulit Nanas
Nanas merupakan salah satu jenis buah-buahan yang banyak dihasilkan di
Indonesia. Dari data statistik, produksi nanas di Indonesia untuk tahun 1997 adalah
sebesar 542.856 ton dengan nilai konsumsi 16,31 kg/kapita/tahun (Anonymous,
2001). Dengan semakin meningkatnya produksi nanas, maka limbah yang
dihasilkan akan semakin meningkat pula.
Menurut Suprapti (2001), limbah nanas berupa kulit, hati/bonggol buah atau cairan
buah/gula dapat diolah menjadi produk lain seperti sari buah atau sirup. Menurut
Kumalamingsih (1993), secara ekonomi kulit nanas masih bermanfaat untuk diolah
menjadi pupuk dan pakan ternak. Komposisi limbah kulit nanas dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 1
Komposisi Limbah Kulit Nanas
Komposisi
Rata-rata Berat Basah

Air
Protein
Lemak
Abu
Serat Basah
Karbohidrat

(%)
86,70
0,69
0,02
0,48
1,66
10,54

Etanol
Etanol atau etil alkohol, yang di pasaran lebih dikenal sebagai alkohol, merupakan
senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Dalam kondisi kamar, etanol
berwujud cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, mudah
larut dalam air, dan tembus cahaya. Etanol adalah senyawa organik golongan
alkohol primer. Sifat fisik dan kimia etanol bergantung pada gugus hidroksil.
Reaksi yang dapat terjadi pada etanol antara lain dehidrasi, dehidrogenasi, oksidasi,
dan esterifikasi. Sifat fisik etanol yaitu:

Tabel 2
Sifat Fisik Etanol
Massa Molekul Relatif
46,07 g/mol
Titik Beku
-114,1C
Titik Didih Normal
78,32C
Dentitas pada 20C
0,7893 g/ml
Kelarutan dalam Air 20C
sangat larut
Viskositas pada 20C
1,17 cP
Kalor Spesifik, 20C
0,579 kal/gC
Kalor Pembakaran, 25C
7092,1 kal/g
Kalor Penguapan 78,32C
200,6 kal/g

Sumber:A Guide to Commercial-Scale Ethanol Production and Financing, Solar


Energy Research Institute (SERI)

Etanol atau alkohol dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain:


1.

Bahan baku industri atau senyawa kimia, contohnya industri


minuman beralkohol, industri asam asetat, dan asetaldehid

2.

Pelarut dalam industri, contohnya industri farmasi, kosmetika dan


plastic

3.

Bahan desinfektan, contohnya peralatan kedokteran, rumah tangga


dan peralatan di rumah sakit

4.

Bahan baku motor

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan dari


fermentasi adalah mikroorganisme dan media yang digunakan, adanya komponen
media yang dapat menghambat pertumbuhan serta kemampuan fermentasi
mikroorganisme dan kondisi selama fermentasi. Selain itu hal-hal yang perlu
diperhatikan selama fermentasi adalah pemilihan khamir, konsentrasi gula,
keasaman, ada tidaknya oksigen dan suhu dari perasan buah.
Pemilihan sel khamir didasarkan pada jenis karbohidrat yang digunakan sebagai
medium untuk memproduksi alkohol dari pati dan gula digunakan Saccharomyces
cerevisiae. Suhu yang baik untuk proses fermentasi berkisar antara 25-30C.
Derajat keasaman (pH) optimum untuk proses fermentasi sama dengan pH optimum
untuk proses pertumbuhan khamir yaitu pH 4,0-4,5.
Etanol pada proses fermentasi alkoholik terbentuk melalui beberapa jalur
metabolisme bergantung jenis mikroorganisme yang terlibat. Untuk Saccharomyces
serta sejumlah khamir lainnya, etanol terbentuk melalui jalur Embden Meyernof
Parnas (EMP), reaksinya sebagai berikut:

1.

Glukosa difosforilasi oleh ATP mula-mula menjadi D-glukosa-6 fosfat,


kemudian mengalami isomerasi berubah menjadi D-frukstoda-6 fosfat dan
difosforilasi lagi oleh ATP menjadi D-fruktosa-1, 6 difosfat

2.

D-fruktosa-1, 6 difosfat dipecah menjadi satu molekul D-gliseraldehid-3


fosfat dan satu molekul aseton fosfat

3.

Dihidroksi aseton fosfat disederhanakan menjadi L-gliserol-3 fosfat oleh


NADH2

4.

ATP melepaskan satu molekul fosfat yang diterima oleh gliseraldehid-3


fosfat yang kemudian menjadi D-1, 3 difosfogliserat dan ADP

5.

D-1, 3 difosfogliserat melepaskan energi fosfat yang tinggi ke ADP untuk


membentuk D-3 fosfogliserat dan ATP

6.

D-3 fosfogliserat berada dalam keseimbangan dengan D-2 fosfogliserat

7.

D-2 fosfogliserat membebaskam air untuk menghasilkan fosfoenol piruvat

8.

ATP menggeser rantai fosfat yang kaya energi dari fosfoenolpiruvat untuk
menghasilkan piruvat dan ATP

9.

Piruvat didekarboksilasi menghasilkan asetaldehid dan CO2

10.

Akhirnya asetaldehid menerima hidrohen dari NADH2 menghasilkan


etanol.

Etanol dihasilkan dari gula yang merupakan hasil aktivitas fermentasi sel khamir.
Khamir yang baik digunakan untuk menghasilkan etanol adalah dari genus
Saccharomyces. Kriteria pemilihan khamir untuk produksi etanol adalah
mempunyai laju fermentasi dan laju pertumbuhan cepat, perolehan etanol banyak,
tahan terhadap konsentrasi etanol dan glukosa tinggi, tahan terhadap konsentrasi
garam tinggi, pH optimum fermentasi rendah, temperatur optimum fermentasi
sekitar 25-30C serta tahan terhadap stress fisika dan kimia.
Fermentasi etanol meliputi dua tahap, yaitu:

1.

Pemecahan rantai karbon dari glukosa dan pelepasan paling sedikit


dua pasang atom hidrogen melalui jalur EMP (Embden-Meyerhoff-Parnas),
menghasilkan senyawa karbon lainnya yang lebih teroksidasi daripada glukosa.

2.

Senyawa yang teroksidasi tersebut direduksi kembali oleh atom


hidrogen yang dilepaskan dalam tahap pertama, membntuk senyawa-senyawa
hasil fermentasi yaitu etanol.

Hasil optimal yang diharapkan bila dinyatakan dengan persentase berat yang
difermentasi adalah:

Etil alkohol

48,4%

Karbondioksida

46,6%

Gliserol

3,3%

Asam suksinat

0,6%

Selulosa dan lainnya

1,2%

Etil alkohol

48,4%

Karbondioksida

46,6%

Gliserol

3,3%

Asam suksinat

0,6%

Selulosa dan lainnya

1,2%

BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Metode Pengumpulan Bahan Kajian
Metode penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode penelitian
deskriptif yang dilakukan melalui penelusuran, pengumpulan data telaah
pustaka yang relevan dengan masalah yang dikaji. Bahan kajian tersebut adalah
data-data sekunder berupa hasil-hasil penelitian dan informasi yang diperoleh

dari berbagai media cetak (laporan jurnal, skripsi, dan buku-buku) dan media
elektronik (internet).

3.2 Prosedur Penulisan


Prosedur penelitian yang dilakukan dalam pembuatan karya tulis ini adalah
sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah
2. Kerangka penulisan untuk mengetahui data-data dan informasi yang
dibutuhkan sebagai bahan analisa kajian
3. Penelusuran pustaka dan pengumpulan bahan kajian
4. Analisa deskriptif terhadap bahan-bahan yang terkumpul
5. Diskusi dengan narasumber terhadap hasil kajian
6. Penulisan karya tulis

3.3 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan karya tulis ini mengikuti sistematika yang benar dengan
menguraikan secara cermat cara dan prosedur pengumpulan data dan/atau
informasi, pengolahan data dan/atau informasi, serta analisis-sintesis, yaitu
sebagai berikut:
4.

Bagian Awal
a.

Halaman Judul

b.

Lembar Pengesahan

c.

Kata Pengantar

d.

Daftar Isi

e.

Daftar Gambar dan Tabel

f.

Ringkasan

5.

Bagian Inti
BAB I

Pendahuluan

1.5 Latar Belakang


1.6 Rumusan Masalah
1.7 Tujuan Penulisan
1.8 Kegunaan Penulisan
BAB II

Telaah Pustaka

2.4 Nanas
2.4.1

Sejarah Singkat

2.4.2

Jenis Tanaman

2.4.3

Manfaat

2.4.4

Sentra Penanaman

2.4.5

Syarat Tumbuh
2.4.5.1

Iklim

2.4.5.2

Media Tanam

2.4.5.3

Ketinggian Tempat

2.4.6

Panen
2.4.6.1

Ciri dan Umur Panen

2.4.6.2

Cara Panen

2.4.6.3

Periode Panen

2.4.6.4

Prakiraan Produksi

2.4.7

Pascapanen

2.4.8

Efek Samping Nanas

2.5 Kulit Nanas

Pembuatan Starter
Proses Fermentasi
2.6 Etanol
BAB III

Metode Penulisan

3.1 Metode Pengumpulan Bahan Kajian


3.2 Prosedur Penelitian
3.3 Sistematika Penulisan
BAB IV

Hasil dan Pembahasan

4.3

Bioetanol

4.4

Proses Pembuatan Etanol

BAB V

4.4.1

Persiapan Bahan Baku Pembuatan Etanol

4.4.2

Fermentasi Kulit Nanas Menjadi Etanol

4.2.3

Distilasi (Penyulingan)

Simpulan dan Saran

5.3 Simpulan
5.4 Saran
6.

Bagian Akhir
c.

Daftar Pustaka

d.

Daftar Riwayat Hidup

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Bioetanol
Harga minyak dunia yang melambung, sudah lama diprediksi. Logikanya,
minyak bumi (fossil fuel) adalah bahan bakar yang tak dapat diperbaharui.
Cepat atau lambat, minyak dunia akan habis. Saat ini, harga minyak memang
sedang booming karena kebutuhan negara-negara industri baru seperti India dan
Cina sangat tinggi. Ke depan, jika negara-negara di dunia tak segera
mengantisipasi kelangkaan minyak bumi, harga minyak akan naik tinggi sekali.
Tapi sebaliknya, jika negara-negara di dunia menyiapkan antisipasinya sejak

sekarang, niscaya harga minyak tak akan naik lagi, bahkan bisa turun.
Mengapa? Karena dunia nantinya bisa mencari pengganti minyak bumi yang
aman, murah, dan mudah diproduksi oleh siapa pun. Saat ini, industri minyak
hanya dipegang oleh para pemodal besar.
Saat ini banyak bahan alternatif pengganti minyak bumi, salah satunya adalah
etanol. Industri Etanol/Bioetanol mempunyai prospek yang sangat bagus di
Indonesia, karena kebutuhan etanol di Indonesia terus mengalami peningkatan.
Hal ini tidak diimbangi dengan kapasitas produksi industri etanol di Indonesia,
yang hanya berjumlah sekitar 14 industri.
Bioetanol bersifat multiguna karena dicampur dengan bensin pada komposisi
berapapun memberikan dampak yang positif. Pencampuran bioetanol absolut
sebanyak 10 % dengan bensin (90%), sering disebut Gasohol E-10. Gasohol
singkatan dari gasoline (bensin) plus alkohol (bioetanol). Etanol absolut
memiliki angka oktan (ON) 117, sedangkan Premium hanya 87-88. Gasohol E10 secara proporsional memiliki ON 92 atau setara Pertamax. Pada komposisi
ini bioetanol dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang paling ramah
lingkungan dan di negara- negara maju telah menggeser penggunaan Tetra Ethyl
Lead (TEL) maupun Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE).
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol dibuat
dengan bahan baku bahan bergula seperti tebu, nira aren, bahan berpati seperti
jagung, dan ubi-ubian, bahan berserat yang berupa limbah pertanian masih
dalam taraf pengembangan di negara maju.
Gasohol adalah campuran antara bioetanol dan bensin dengan porsi bioetanol
sampai dengan 25% yang dapat langsung digunakan pada mesin mobil, bensin
tanpa perlu memodifikasi mesin. Hasil pengujian kinerja mesin mobil bensin

menggunakan gasohol menunjukkan gasohol E-10 (10% bioetanol ) dan


gasohol E-20 (20% bioetanol) menunjukkan kinerja mesin yang lebih baik dari
premium dan setara dengan pertamax. Bahan campuran ini juga menghasilkan
emisi karbon monoksida dan total hidrokarbon yang lebih rendah dengan yang
lainnya.
4.2

Proses Pembuatan Etanol


Etanol untuk konsumsi umumnya dihasilkan dengan proses fermentasi atau
peragian bahan makanan yang mengandung pati atau karbohidrat, seperti beras,
dan umbi. Alkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi biasanya berkadar
rendah. Untuk mendapatkan alkohol dengan kadar yang lebih tinggi diperlukan
proses pemurnian melalui penyulingan atau distilasi. Etanol untuk keperluan
industri dalam skala lebih besar dihasilkan dari fermentasi tetes, yaitu hasil
samping dalam industri gula tebu atau gula bit.
Melalui sintesis kimia melalui antara reaksi gas etilen dan uap air dengan asam
sebagai katalis. Katalis yang dipakai misalnya asam fosfat. Asam sulfat dapat
juga dipakai sebagai katalis, namun dewasa ini sudah jarang dipakai.

4.2.1 Persiapan Bahan Baku Pembuatan Etanol


Bahan baku untuk produksi etanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik
yang secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal nanas (ananas),
tebu (sugarcane), gandum manis (sweet sorghum) atau yang menghasilkan
tepung seperti jagung (corn), singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum)
disamping bahan lainnya.
Persiapan bahan baku beragam bergantung pada bahan bakunya, tetapi secara
umum terbagi menjadi beberapa proses, yaitu:

tebu dan gandum manis harus digiling untuk mengekstrak gula

tepung dan material selulosa harus dihancurkan untuk memecahkan susunan


tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik

pemasakan, tepung dikonversi menjadi gula melalui proses pemecahan


menjadi gula kompleks (liquefaction) dan sakarifikasi (Saccharification)
dengan penambahan air, enzim serta panas (enzim hidrolisis). Pemilihan jenis
enzim sangat bergantung terhadap supplier untuk menentukan pengontrolan
proses pemasakan. Tahap Liquefaction memerlukan penanganan sebagai
berikut:
Pencampuran dengan air secara merata hingga menjadi bubur
Pengaturan pH agar sesuai dengan kondisi kerja enzim
Penambahan enzim (alpha-amilase) dengan perbandingan yang tepat
Pemanasan bubur hingga kisaran 80 sd 90 C, dimana tepung-tepung yang
bebas akan mengalami gelatinasi (mengental seperti Jelly) seiring dengan
kenaikan suhu, sampai suhu optimum enzim bekerja memecahkan struktur
tepung secara kimiawi menjadi gula komplek (dextrin)
Proses Liquefaction selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang
diproses menjadi lebih cair seperti sup
Tahap sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana)
melibatkan proses sebagai berikut:

Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi bekerja

Pengaturan pH optimum enzim


Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat
Mempertahankan pH dan temperatur pada rentang 50 s/d 60 derajat C sampai
proses sakarifikasi selesai (dilakukan dengan pengetesan gula sederhana yang
dihasilkan)
4.2.2 Pembuatan starter
Proses pembuatan starter yaitu medium fermentasi sebanyak 100 ml diinokulasi
dengan 3 ose Saccharomyces cerevisiae. Media untuk starter dikocok dalam
waterbath shakeer dengan kecepatan 15 rpm dan diinkubasi pada suhu kamar
sampai pertumbuhan selnya mencapai fase logaritmik.
4.2.3 Fermentasi Kulit Nanas Menjadi Etanol
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik
(tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi
anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor
elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi
adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat
juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton.
Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk
menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Respirasi
anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak memiliki
akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi.

Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan
dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan
gula paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH).
Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Persamaan Reaksi Kimia:
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol)
Media fermentasi yang telah disiapkan dimasukkan fermentor sebanyak 300 ml.
Pada masing-masing media fermentasi yang berbeda ini diinokulasikan inokulum
Saccharomyces cerevisiae yang pertumbuhannya telah mencapai fase log di media
starter sebanyak 6-10% dari volume media. Masa inkubasi pada suhu kamar selama
4 hari.
Pada tahap ini, tepung telah sampai pada titik telah berubah menjadi gula sederhana
(glukosa dan sebagian fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan penambahan
enzim yang diletakkan pada ragi (yeast) agar dapat bekerja pada suhu optimum.
Proses fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan CO 2. Bubur kemudian dialirkan
ke dalam tangki fermentasi dan didinginkan pada suhu optimum kisaran 27 sampai
dengan 32 derajat C, dan membutuhkan ketelitian agar tidak terkontaminasi oleh
mikroba lainnya. Karena itu keseluruhan rangkaian proses dari liquefaction,
sakarifikasi dan fermentasi haruslah dilakukan pada kondisi bebas kontaminan.
Selanjutnya ragi akan menghasilkan etanol sampai kandungan etanol dalam tangki
mencapai 8 sampai dengan 12 % (biasa disebut dengan cairan beer), dan
selanjutnya ragi tersebut akan menjadi tidak aktif, karena kelebihan etanol akan
berakibat racun bagi ragi.
Dan tahap selanjutnya yang dilakukan adalah destilasi, namun sebelum destilasi

perlu dilakukan pemisahan padatan-cairan, untuk menghindari terjadinya clogging


selama proses distilasi.
4.2.4 Distilasi (Penyulingan)
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan
kimia

berdasarkan

perbedaan

kecepatan

atau

kemudahan

menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat


dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan
kembali ke dalam bentuk cairan.
Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih
dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis
perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori
bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan
menguap pada titik didihnya.
Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air
dan etanol). Titik didih etanol murni adalah 78 derajat C, sedangkan air adalah 100
C (Kondisi standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 100 C
akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi
akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 % volume.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Etanol merupakan sumber energi alternatif yang mempunyai prospek yang


baik sebagai pengganti bahan bakar cair dan gasohol.

Kulit nanas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku


pembuatan bahan kimia, salah satunya etanol melalui proses fermentasi.

5.2 Saran
Meningkatkan pengolahan kulit nanas menjadi etanol sebagai sumber energi
alternatif yang mempunyai prospek yang baik sebagai pengganti bahan bakar cair
dan gasohol dengan bahan baku yang dapat diperbaharui, ramah lingkungan, serta
sangat menguntungkan secara ekonomi makro terhadap komunitas pedesaan
terutama petani. Sebagai mahasiswa kita juga harus menumbuhkan rasa peduli pada
lingkungan dan bekerja sama dalam upaya peningkatan daya saing komoditas lokal
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Astuty, E. D. 1991. Fermentasi Etanol Kulit Buah Pisang. UGM:Yogyakarta.
Fardiaz. 1992. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Lidya, B dan Djenar, N. S. 2000. Dasar Bioproses. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta

Maryani, A. 1996. Aktivitas Fermentasi Alkohol dengan Ragi Roti Terimobil. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor: Bogor
Pretis, Steve. 1990. Bioteknologi (Diterjemahkan oleh Mogy Thenawidjaya).
Erlangga: Jakarta
Rizani, K. Z. 2000. Pengaruh Konsentrasi Gula Reduksi dan Inokulum
(Saccharomyces cerevisiae) pada Proses Fermentasi Sari Kulit Nanas
(Ananas comosus L. Merr) untuk Produksi Etanol. Skripsi. Jurusan Biologi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universtas Brawijaya:
Malang.
Said, E. G. 1990. Teknologi Fermentasi. CV. Rajawali: Jakarta
Tambunan, U. S. F. 1995. Peranan Bioteknologi pada Pengembangan Proses
Biotransformasi. Laporan Penelitian BPPT: Jakarta
Wijana, S., Kumalaningsih, A. Setyowati, U. Efendi dan N. Hidayat. 1991.
Optimalisasi Penambahan Tepung Kulit Nanas dan Proses Fermentasi pada
Pakan Ternak terhadap Peningkatan Kualitas Nutrisi. ARMP (Deptan).
Universitas Brawijaya: Malang.

Anda mungkin juga menyukai