Anda di halaman 1dari 3

PEMBUATAN BIODIESEL (METIL ESTER)

DARI MINYAK JELANTAH DAN METANOL


DENGAN PROSES ESTERIFIKASI DAN
TRANSESTERIFIKASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari
minyak nabati, baik minyak yang belum digunakan maupun minyak bekas dari
penggorengan dan melalui proses transesterifikasi.Biodiesel digunakan sebagai
bahan bakar alternatif pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk motor diesel,
dan apat diaplikasikan baik dalam bentuk 100% (B100) atau campuran dengan
minyak solar pada tingkat konsentrasi tertentu (BBX), seperti 10% biodiesel
dicampur dengan 90% solar yang dikenal dengan nama B10, (Erliza, dkk,
2007:8).
Pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel memiliki
beberapa kelebihan, diantaranya sumber minyak nabati mudah diperoleh, proses
pembuatan biodiesel dari minyak nabati mudah dan cepat, serta tingkat konversi
minyak nabati menjadi biodiesel yang tinggi (95%). Minyak nabati memiliki
komposisi asam lemak berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya. Zat-zat
penyusun utama minyak-lemak (nabati maupun hewani) adalah trigliserida, yaitu
triester gliserol dengan asam-asam lemak (C8 C24). Komposisi asam lemak
dalam minyak nabati menentukan sifat fisik kimia minyak, (Erliza, dkk, 2007:
11).
Minyak jelantah adalah minyak goreng yang telah digunakan untuk
menggoreng. Dengan meningkatkan produksi dan konsumsi minyak goreng,
ketersediaan minyak jelantah kian hari kian melimpah, (Erliza, dkk, 2007: 25).
Penggunaan minyak goreng secara berulang akan mengakibatkan terjadinya reaksi
oksidasi pada minyak karena adanya kontak antara sejumlah oksigen dengan
minyak. Akibat pemanasan yang berulang-ulang serta reaksi oksidasi yang terjadi
di dalam minyak, minyak jelantah dapat mengandung senyawa-senyawa radikal
seperti hidroperoksida dan peroksida. Senyawa-senyawa radikal tersebut bersifat
karsinogenik, oleh karena itu pemakaian minyak goreng yang berkelanjutan dapat
mengganggu kesehatan manusia.
Bila tak digunakan kembali, minyak jelantah biasanya dibuang begitu saja
ke saluran pembuangan. Limbah yang terbuang ke pipa pembuangan dapat
menyumbat pipa pembuangan karena pada suhu rendah minyak maupun lemak
akan membeku dan mengganggu jalannya air pada saluran pembuangan. Minyak
ataupun lemak yang mencemari perairan juga dapat mengganggu ekosistem
perairan karena dapat menghalangi masuknya sinar matahari yang sangat

dibutuhkan oleh biota perairan. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk
memanfaatkan limbah minyak goreng bekas, salah satunya dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
Biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat
menyerupai minyak diesel/solar. Biodiesel dapat digunakan baik secara murni
maupun dicampur dengan petrodiesel tanpa terjadi perubahan pada mesin diesel.
Bila dibandingkan dengan bahan bakar diesel tradisional (berasal dari fosil),
biodiesel lebih ramah lingkungan karena emisi gas buang yang jauh lebih baik
dibandingkan petrodiesel, bebas sulfur, bilangan asap (smoke number) rendah,
angka setana (cetane number) berkisar antara 57-62, sehingga efisiensi
pembakaran lebih baik. Selain itu, sifat biodiesel yang dapat terurai
(biodegradable), memiliki sifat pelumasan yang baik pada piston, serta
merupakan sumber energi yang terbaharui (renewable energy) memberikan
keuntungan yang lebih dari penggunaan biodiesel (Oberlin Sidjabat 2003: 2).
Beberapa peneliti menyatakan bahwa viskositas minyak nabati lebih tinggi
dibandingkan minyak solar, hal tersebut menyebabkan minyak nabati tidak cocok
bila digunakan langsung pada mesin diesel. Untuk itu agar viskositas minyak
nabati sama dengan viskositas minyak solar, maka harus dilakukan pengubahan
minyak nabati menjadi senyawa monoalkil ester melalui proses transesterifikasi.
Transesterifikasi merupakan reaksi organik dimana suatu senyawa ester
diubah menjadi senyawa ester lain melalui pertukaran gugus alcohol dari ester
dengan gugus alkil dari senyawa alkohol lain. Sedikit berbeda dengan reaksi
hidrolisis, pada reaksi transesterifikasi pereaksi yang digunakan bukan air
melainkan alkohol. Metanol lebih umum digunakan untuk proses transesterifikasi
karena harganya yang lebih murah dibandingkan alkohol lain. Namun penggunaan
alkohol lain seperti etanol dapat menghasilkan hasil yang serupa (Fitria Yulistika
2006: 20).
Pembuatan biodiesel dari minyak tanaman memiliki kasus yang
berbedabeda sesuai dengan kandungan FFA. Pada kasus minyak tanaman dengan
kandungan asam lemak bebas tinggi dilakukan dua jenis proses, yaitu esterifikasi
dan transesterifikasi, sedangkan untuk minyak tanaman yang kandungan asam
lemak rendah dilakukan proses transesterifikasi. Proses esterifikasi dan
transesterifikasi bertujuan untuk mengubah asam lemak bebas dan trigliserida
dalam minyak menjadi metil ester (biodiesel) dan gliserol.
DAFTAR PUSTAKA
Bradshaw, George B., Meuly, Wlater C., 1944, Preparation of Detergent, US Patent
Office 2,360,844.
Erliza Hambali, Siti Mujdalipah, Armansyah Haloman, Abdul Waries, Roy
Hendroko .(2007). Teknologi Bioenergi. Jakarta : PT Agromedia Pustaka.
Freedman, B., Pryde.E.H., Mounts. T.L., 1984, Variables Affecting the Yields ofFatty
Esters from Transesterfied Vegetable Oils.
Kac, Aleksander. 2001. The Foolproff way to Make Biodiesel, (online).
(www.Journeytoforever.org, diakses 16 Oktober 2012).
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta.

Ketta, Mc.,J.J., 1978, Encyclopedia of Chemical Processing and Design, Vol.1,Marcel


Dekker, New York.
Maharani Nurul, Zuliyana. 2010. Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) dari Minyak Dedak
dan Metanol Dengan Proses Esterifikasi dan Transesterifikasi. Skripsi Jurusan
Teknik Kimia-Universitas Diponegoro.
Mittlebach, M., Remschmidt, Claudia., 2004, Biodiesel The Comprehensive Handbook.
Vienna: Boersedruck Ges.m.bH.
Perry, R.H. and Green, D.W., 1984, Perrys Chemical Engineering Handbook, 6th ed, Mc
Graw Hill Book Company, Inc, New York.
Sidjabat, O. 2003. Minyak Jelantah Sebagai Bahan Bakar Setara Solar dengan Proses
Transesterifikasi. Prosiding Seminar Nasional Daur Bahan Bakar. Jakarta, 27
Agustus 2003.
Soerawidjaja, Tatang H., 2005, Minyak-lemak dan produk-produk kimia lain dari kelapa,
Handout kuliah Proses Industri Kimia, Program Studi Teknik Kimia, Institut
Teknologi Bandung.
Yulistika, F. 2006. Efektivitas Katalis Tunggal Fe2(SO4)3.xH2O, Katalis Tunggal
H2SO4 pekat serta Katalis Campuran Fe2(SO4)3.xH2O/H2SO4 pekat pada
Sintesis Etil Ester Sebagai Bahan Bakar Biodiesel. Skripsi. Jurusan Kimia
FMIPA-Universitas Negeri Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai