dibutuhkan oleh biota perairan. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk
memanfaatkan limbah minyak goreng bekas, salah satunya dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
Biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat
menyerupai minyak diesel/solar. Biodiesel dapat digunakan baik secara murni
maupun dicampur dengan petrodiesel tanpa terjadi perubahan pada mesin diesel.
Bila dibandingkan dengan bahan bakar diesel tradisional (berasal dari fosil),
biodiesel lebih ramah lingkungan karena emisi gas buang yang jauh lebih baik
dibandingkan petrodiesel, bebas sulfur, bilangan asap (smoke number) rendah,
angka setana (cetane number) berkisar antara 57-62, sehingga efisiensi
pembakaran lebih baik. Selain itu, sifat biodiesel yang dapat terurai
(biodegradable), memiliki sifat pelumasan yang baik pada piston, serta
merupakan sumber energi yang terbaharui (renewable energy) memberikan
keuntungan yang lebih dari penggunaan biodiesel (Oberlin Sidjabat 2003: 2).
Beberapa peneliti menyatakan bahwa viskositas minyak nabati lebih tinggi
dibandingkan minyak solar, hal tersebut menyebabkan minyak nabati tidak cocok
bila digunakan langsung pada mesin diesel. Untuk itu agar viskositas minyak
nabati sama dengan viskositas minyak solar, maka harus dilakukan pengubahan
minyak nabati menjadi senyawa monoalkil ester melalui proses transesterifikasi.
Transesterifikasi merupakan reaksi organik dimana suatu senyawa ester
diubah menjadi senyawa ester lain melalui pertukaran gugus alcohol dari ester
dengan gugus alkil dari senyawa alkohol lain. Sedikit berbeda dengan reaksi
hidrolisis, pada reaksi transesterifikasi pereaksi yang digunakan bukan air
melainkan alkohol. Metanol lebih umum digunakan untuk proses transesterifikasi
karena harganya yang lebih murah dibandingkan alkohol lain. Namun penggunaan
alkohol lain seperti etanol dapat menghasilkan hasil yang serupa (Fitria Yulistika
2006: 20).
Pembuatan biodiesel dari minyak tanaman memiliki kasus yang
berbedabeda sesuai dengan kandungan FFA. Pada kasus minyak tanaman dengan
kandungan asam lemak bebas tinggi dilakukan dua jenis proses, yaitu esterifikasi
dan transesterifikasi, sedangkan untuk minyak tanaman yang kandungan asam
lemak rendah dilakukan proses transesterifikasi. Proses esterifikasi dan
transesterifikasi bertujuan untuk mengubah asam lemak bebas dan trigliserida
dalam minyak menjadi metil ester (biodiesel) dan gliserol.
DAFTAR PUSTAKA
Bradshaw, George B., Meuly, Wlater C., 1944, Preparation of Detergent, US Patent
Office 2,360,844.
Erliza Hambali, Siti Mujdalipah, Armansyah Haloman, Abdul Waries, Roy
Hendroko .(2007). Teknologi Bioenergi. Jakarta : PT Agromedia Pustaka.
Freedman, B., Pryde.E.H., Mounts. T.L., 1984, Variables Affecting the Yields ofFatty
Esters from Transesterfied Vegetable Oils.
Kac, Aleksander. 2001. The Foolproff way to Make Biodiesel, (online).
(www.Journeytoforever.org, diakses 16 Oktober 2012).
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta.