Anda di halaman 1dari 20

FARMAKOEKONOMI

LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN KAJIAN


FARMAKOEKONOMI

a. Cost Minimization Analysis (CMA)


Kelebihan : analisis yang
sederhana karena outcome
diasumsikan ekuivalen,
sehingga hanya biaya dari
intervensi yang dibandingkan.

Kekurangan : tidak bisa


digunakan jika outcome
dari intervensi tidak sama.

Contoh : membandingkan dua obat generik


yang dinyatakan equivalen oleh FDA

Jika obat yang dibandingkan ekuivalen (tetapi


diproduksi dan dijual oleh perusahaan yang
berbeda)---hanya perbedaan biaya obat yang
digunakan untuk memilih salah satu yang
nilainya paling baik.

Intervensi yang bisa dianalisis dengan CMA


terbatas.

Tidak bisa digunakan untuk membandingkan obat


yang berbeda kelas terapi dengan outcome yang
berbeda

Contoh : suatu antibiotik baru diketahui mempunyai


angka kesembuhan tinggi (tetapi harganya lebih
mahal) untuk mengatasi infeksi telinga dibandingkan
antibiotik yang selama ini dipasaran.

Tidak tepat jika dipilih AB yang ada, hanya


berdasarkan harga. Nilai tambah dari produk AB
yang baru harus dibandingkan dengan harganya
yang tinggi.

Jika outcome tidak diukur, hanya diasumsikan sama--maka metode cost analysis.

COST MINIMISAZION ANALYSIS (CMA)


Contoh : dibandingkan 2 jenis intervensi di sebuah RS
Intervensi (efek sama):
pemberian onkoplatin inj. Iv dengan dosis terbagi
Onkoplatin inj iv dosis lengkap + antimual

Efektivitas kedua cara pemberian adalah sama.


CMA untuk mengetahui biaya yang paling minimal diantara
kedua cara.
Dari analisis struktur biaya didapatkan hasil berikut :

Onkoplatin adalah agen kemoterapi yang relatif baru, diberikan

secara i.v di suatu RS. Karena efek mual yang timbul pada
kemoterapi ini, onkoplatin kerap diberikan menurut 2 pilihan
cara :
Pemberian dosis yang mestinya setiap bulan, dapat dibagi menjadi 15

hari (2x sebulan)


Pemberian dosis setiap bulan, tetapi dengan penambahan obat
antimual.

Komponen Biaya

Onkoplatin dosis terbagi

Onkoplatin dosis lengkap


+ antimual

Onkoplatin (rerata)

29.640.000

29.600.000

Antimual (rerata)

400.000

Jasa pemberian onkoplatin i.v

1.600.000

800.000

Jasa klinik & kunjungan dokter

1.280.000

640.000

Biaya total per pasien

32.520.000

31.640.000

Kesimpulan
Biaya rerata onkoplatin relatif sama untuk kedua cara
Tetapi, kelompok onkoplatin dosis terbagi, tidak ada biaya

antimual
Sebaliknya, pada pemberian dosis terbagi, biaya untuk jasa
pemberian onkoplatin iv menjadi 2x lipat dari pemberian dosis
lengkap
Biaya untuk jasa klinik dan kunjungan dokter, menjadi 2x lipat
= biaya total pemberian dosis lengkap dengan tambahan antimual
lebih murah Rp. 880.000, atau 2,71% dibandingkan pemberian
onkoplatin dosis terbagi.

COST EFFECTIVENESS ANALYSIS

b. Cost Effectiveness Analysis (CEA)


CEA mengukur outcome dalam unit natural (misal :
mmHg, kadar kolesterol, hari bebas gejala, years of
life saved)
Kelebihan : outcome lebih mudah diukur jika
dibandingkan dengan cost-utility analysis (CUA) atau
cost-benefit analysis (CBA), dan klinisi lebih familiar
dengan mengukur outcome kesehatan tipe ini, karena
outcome tsb selalu dicatat/dievlauasi dalam praktek
klinik.
Kekurangan : tidak bisa membandingkan program
dengan tipe outcome yang berbeda.

Cotoh : membandingkan implementasi klinik

dari antikoagulan dan diabetes, karena


outcome klinik yang diukur dinilai dalam unit
yang berbeda (prothrombin time dengan
kadar glukosa darah)

CEA dapat memperkirakan biaya tambahan

yang disebabkan oleh setiap unit tambahan


outcome (sembuh, tahun kehidupan, hari
bebas gejala)

Karena tidak ada ukuran sejumlah uang

untuk outcome klinik yang menggambarkan


nilai dari outcome tersebut, maka keputusan
yang diambil tergantung pada pasien, klinisi
atau pembuat keputusan apakah alternatif
tersebut cost-effective pada sudut
pandangnya.

COST EFFECTIVENESS ANALYSIS (CEA)


Contoh : kasus rawat jalan yang diadaptasi dari Rascati et al.
Intervensi :
1.
2.
3.

Terapi asma, dengan pemberian inhalasi kortikosteroid


tunggal
Pemberian kombinasi inhalasi kortikosteroid dengan obat A
Pemberian kombinasi inhalasi kortikosteroid dan obat B

Asma merupakan penyakit kronis yang ditandai oleh

bronkokontriksi.
Inhalasi kortikosteroid telah menjadi cara pengobatan rutin
Tetapi, pengobatan inhalasi kortokosteroid tunggal kadang tidak
cukup efektif untuk mengontrol gejala asma
Dua pengobatan baru, digunakan sebagai terapi penunjang, yaitu
:
A = BreatheAgain
B = AsthmaBeGone

1. Terapi asma, dengan pemberian inhalasi kortikosteroid tunggal


2. Pemberian kombinasi inhalasi kortikosteroid + BreatheAgain
3. Pemberian kombinasi inhalasi kortikosteroid + AsthmaBeGone

LANGKAH PERHITUNGAN ANALISIS


EFEKTIVITAS BIAYA
No.

Langkah

1.

TentukanTujuan

2.

Buat daftar cara


untuk mencapai
tujuan tersebut

Contoh
Membandingkan biaya dan efektivitas dua terapi penunjang baru
bagi pasien asma yang mendapatkan pengobatan inhalasi
kortikosteroid, yaitu terapi penunjang BreatheAgain dan
AsthmaBeGone
Membandingkan :
Inhaler kortikosteroid + plasebo (A)
Inhaler kortikosteroid + BreatheAgain (B)
Inhaler kortikosteroid + AsthmaBeGone (C)
Membandingkan jumla pasien dari masing-masing terapi yang
meningkatkan FEV (Forced-exipiration volume)-nya 12%

No Langkah

Contoh

3.

Identifikasi tingkat
efektivitas

Hasil studi literatur menunjukkan :


Efektivitas Pengobatan A = 35%
Efektivitas Pengobatan B = 60%
Efektivitas Pengobatan C = 61%

4.

Identifikasi dan
hitung biaya
pengobatan

5.

Hitung dan lakukan a. Hitung rasio efektivitas-biaya (REB) setiap pengobatan


intepretasi efektivitas
biaya dari pilihan
Rumus = Biaya / efektivitas
pengobatan
* REB pengobatan A = Rp. 320.000/0,35 = Rp. 914.286
* REB pengobatan B = Rp. 537.000/0,60 = Rp. 890.000
REB pengobatan C = Rp. 381.000/0,61 = Rp. 624.590

Biaya yang teridentifikasi dan diukur adalah biaya medikasi, biaya


kunjungan tak terjadwal, biaya kunjungan ke unit gawat darurat, biaya
rawat inap :
Biaya rerata pengobatan A = Rp. 320.000/pasien
Biaya rerata pengobatan B = Rp. 537.000/pasien
Biaya rerata pengobatan C = Rp. 381.000/pasien

b. Tentukan posisi alternatif pengobatan dalam tabel/diagram efektivitas


biaya
Biaya yang dilihat adalah biaya pengobatan, bukan rerata efektivitas-biaya

Efektivitas biaya

Biaya lebih rendah

Efektivitas lebih
rendah

A terhadap B
B terhadap C
(lakukan RIEB)

Efektivitas sama

C terhadap B

Efektivitas lebih tinggi

Biaya sama

Biaya lebih tinggi

B terhadap C

B terhadap A
C terhadap A
(lakukan RIEB)

c. Hitung rasio inkremental efektivitas-biata (RIEB) setiap


pengobatan :
Untuk pengobatan C terhadap B, atau sebaliknya, tidak dilakukan
perhitungan RIEB
RIEB pengobatan B terhadap A
= (Rp. 537.000 Rp. 320.000) / (0,60 0, 35) = Rp. 868.000
RIEB pengobatan C terhadap A

= (rp. 381.000 Rp. 320.000) / (0,61 0,35) = Rp. 234.615

6. Intepretasi
a. Antara Pengobatan B dan C harus dipilih pengobatan C, karena
dengan efektivitas yangs ama pengobatan C lebih murah
b. Antara pengobatan A dan B, bila dipilih pengobatan B harus
dikeluarkan biaya lebih sebesar Rp. 868.000 untuk peningkatan
1 unit efektivitas
c. Antara pengobatan A dan C, bila dipilih pengobatan C harus
dikeluarkan biaya lebih sebesar Rp. 234.615 untuk [eningkatan
1 unit efektivitas
d. Bila pengobatan B atau C akan dipilih, pengambil kebijakan di
fasilitas pelayanan kesehatan harus mempertimbangkan apakah
biaya lebih yang harus dikeluarkan sebanding dengan
peningkatan efektivitas yang diperoleh.

7. Lakukan Analisis sensitivitas dan ambil kesimpulan


Analisis dilakukan dengan melihat standar deviasi dari efektivitas
setiap pengobatan, limit atas, dan limit bawah. Setelah itu, hitung
biaya satuan dengan mempertimbangkan variasi volume obat yang
digunakan.

Anda mungkin juga menyukai