Anda di halaman 1dari 25

GEOPOLITIK INDONESIA

AMBALAT, DIPLOMASI VS KONTFRONTASI

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan

Oleh :
Chit Jna Amary Kumang

1100841

Gida Dwi Herlian

1101927

Gina Sonia

1103085

Hani Handiani

1106185

Ibang Gumilang

1102760

Reni Risnawati

1104537

Two Whenty Mei P.Y.S.

1103204

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIDKAN INDONESIA
BANDUNG
2012

KATA PENGANTAR

Dengan memenjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunia yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini mensajikan tentang analisis studi kasus Geopolitik Indonesia yaitu
Ambalat, Diplomasi Vs Konfrontasi. Dalam makalah ini penulis memeparkan tentang uraian
kajian teori beserta kasusnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam
menyusun makalah ini.
Isi makalah ini memeng masih jauh dari sempurna, karena itu penulis terbuka dengan
kritik dan saran pembaca, sehingga pada tahap selanjutnya penulis berusaha untuk melakukan
perbaikan atas kekurangan dan kelemahan tersebut.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca yang berkepentingan
untuk memahami berbagai fenomena kehidupan kebangsaan yang terangkum dalam makalah
ini.

Bandung, April 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A.

Latar Belakang Masalah..........................................................................................1

B.

Rumusan Masalah....................................................................................................2

C.

Tujuan Penulisan......................................................................................................2

D.

Manfaat Penulisan....................................................................................................2

E.

Metode dan Teknik Penulisan..................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................................................3


A.

Geopolitik sebagai Suatu Ilmu.................................................................................3

B.

Perkembangan Teori Geopolitik..............................................................................5

C.

Konsepsi Wawasan Nusantara.................................................................................6

D.

Geopolitik dan Otonomi Daerah..............................................................................9

BAB III ANALISIS STUDI KASUS..............................................................................14


A.

Ambalat, Diplomasi Vs Kontfrontasi....................................................................14

B.

Analisis Masalah Indonesia-Malaysia ; Hanya konfrontasi wilayah saja?............19

C.

Aksi dan Reaksi yang ditimbulkan........................................................................18

D.

Tanggapan dan Beberapa Solusi Mengenai Kasus Ambalat..................................15

BAB IV PENUTUP..........................................................................................................21
A.

Kesimpulan............................................................................................................21

B.

Saran......................................................................................................................21

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam hubungan dengan kehidupan manusia dalam suatu Negara dalam hubungannya
dengan lingkungan alam, kehidupan manusia di dunia mempunyai kedudukan sebagai
hamba Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai wakil Tuhan (khlifatullah) di bumi yang
menerima amanatnya untuk mengelola kekayaan alam. Sebagai hamba-Nya, manusia
diwajibkan untuk beribadah dan taat kepada_Nya. Adapun sebagai wakil Tuhan di bumi,
manusia dalam hidupnya berkewajiban memelihara dan dan memanfaatkan segenap
karunia kekayaan alam dengan sebaik-baiknya untuk kebutuhan hidupnya. Kedudukan
manusia tersebut mencakup tiga segi hubungan, yaitu: Hubungan antara manusia dengan
Tuhan, hubungan antar manusia, dan hubungan antara manusia dengan makhluk lainnya.
Bangsa Indonesia sebagai umat manusia religious dengan sendirinya harus dapat berperan
sesuai dengan kedudukan tersebut.
Sebagai Negara kepulauan dengan masyarakatnya yang beraneka ragam, negara
Indonesia memiliki unsur-unsur kekuatan dan sekaligus kelemahan. Kekuatannya terletak
pada posisi dan keadaan geografi yang strategis dan kaya akan sumber daya alam.
Sementara kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan keanekaragaman
masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah air, sebagaimana telah
diperjuangkan oleh para pendiri Negara.
Dalam pelaksanannya bangsa Indonesia tidak bebas dari pengaruh interaksi dan
interelasi dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan regional maupun internasional.
Dalam hal ini bangsa Indonesia perlu memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai pedoman
agar tidak terombang-ambing dalam memperjuangkan kepentingan nasional untuk
mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. Salah satu pedoman bangsa Indonesia adalah
wawasan nasional yang berpijak pada wujud wilayah nusantara. Sehingga kelompok kami
menjadikan kasus Ambalat yang menjadi Studi kasus dalam tugas kelompok ini.

B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Bagaimana cara menyikapi Kasus Ambalat dengan benar?


Apa yang menjadi sengketa/diperebutkan dalam Kasus Ambalat?
Apa reaksi yang ditimbulkan dari bergulirnya Kasus Ambalat?
Apa yang menjadi solusi untuk menyelesaikan Kasus Ambalat?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami kasus dan menyikapi dengan benar tentang apa yang terjadi dengan
Kasus Ambalat
2. Mengetahui tentang faktor apa yang sedang disengketakan dalam Kasus Ambalat
3. Menilai reaksi yang ditimbulkan dari Kasus Ambalat
4. Menanggapi dan memberi solusi mengenai Kasus Ambalat
D. Manfaat Penulisan
1. Menambah pengetahuan tentang materi geopolitik Indonesia
2. Mengasah rasa kritis terhadap kasus geopolitik Indonesia
E. Metode dan Teknik Penulisan
Metode dan teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah
metode studi pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi
yang bersifat teoritis yang kemudian data tersebut akan dijadikan dasar atau pedoman
untuk melihat adanya ketidaksesuaian antara teori dengan kenyataan sebagai penyebab
dari permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini. Sumber sumber yang dijadikan
sebagai rujukan untuk studi pustaka diperoleh dari berbagai sumber bacaan. Baik itu buku
maupun situs situs yang ada di internet.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Geopolitik sebagai Suatu Ilmu


Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan kehidupan dan eksistensinya serta
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya perlu memiliki pemahaman ilmu geopolitik
yang dalam implementasinya diperlukan suatu strategi yang bersifat nasional. Mapping
global strategy kedepan sangat diperlukan bagi setiap bangsa, termasuk bangsa Indonesia.
Ilmu geopolitik adalah suatu pengetahuan yang mempelajari tentang potensi kehidupan,
politik, strategi, dan geografi yang dimiliki oleh suatu bangsa atas dasar jati dirinya
(lemhanas, 2006). Geopolitik adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan filisofi dasar yang
berhubungan antara manusia dangeografi. Ilmu geopolitik berkembang sesuai dengan
peradaban manusia yang dipicu oleh kemanjuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dari proses pengalaman (experience), pengetahuan (knowledge), dan ilmu (science) telah
muncul berbagai ilmu/ teori, termasuk ilmu yang berkaitan dengan penguasaan ruang hidup,
baik ilmu geografi politik, geopolitik, maupun Postmo-Geopolitik. Ilmu geopolitik adalah
studi mengenai kebedaan dan kesamaan areal watak politik sebagai bagian yang paling
berhubungan dari kompleks total perbedaan dan kesamaan areal.
Dalam memfokuskan perhatian kepada efektivitas politik, geografi memakai wahanailmuilmu social, seperti sejarah, sosiologi, ekonomi, ilmupolitik, dan hubungan internasional.
Geopolitik merupakan cabang ilmu pengetahuan yang melandasi lahirnya ilmu geopolitik.
Suatu ilmu yang menempatkan geografi identic dengan suatu negara yang bisa bertahan,
menyusut, atau hilang (mati). Walau demikian geopolitik, ruang dilihat dari sudut pandang
Negara yang diperoleh atau dikuasai dengan mengedepankan kekuasaan.
Bila dipelajari kaitan-kaitan dan perbedaan antara geografi politik dan geopolitik dengan
menghadapkan ke arah proses perjalanan sejarah pada tahun sekitar perang dunia II serta
ideology yang menjadi dasar perdaulatan kekuasaan pada saat ini, tamak jelasakan tampak
sisi temporer dari sisi kontroversi yang dibesar-besarkan.
Atas dasar itulah, akan lebih mudah dimengerti mengapa banyak ahli kembali keajaran
GeografiPolitik (Political Geography) yang memang kurang mentereng kedengarannya,
tetapi yang jelas terpijak di atas landasan yang lebih mantap. Meskipun demikian di Jerman
pada zaman Hitler, geopolitik berkembang tetapi akar utama suatu filsafah yang hampir saja
berhasil menjadi kenyataan politik yang kuat di dunia. Sejarawan inggris H. Trevos Roper
menggambarkan bahwa geopolitik yang dianut Hitler sebagai berikut : Hitler, seperti
Spengler, melihat sejarah mirip dengan suatu rangkaian lapisan zaman-zaman Geopolitik.

Tiap zaman bercirikan suatu budaya khusus dan terpisahkan dari zaman-zaman sebelumnya
oleh periode-periode malapetaka, yaitu suatu tradisi yang menggambarkan zaman lampau dan
budaya lama akan digantikan oleh zaman yang baru, misalnya zaman kebudayaan
Mediteraniokuno, zaman kebudayaan German, abad pertengahan, sudah renaissance, yakni
zaman kapitalis yang didominasi oleh kekutan maritime.
Geopolitik Jerman dan Manivest Destiny Amerika Serikat(MDAS)-ekspansi melalui proses
damai dengan merebut / menguasai seluruh ontinen Amerika serikat berdasarkan asas
pemerintah Republik-pada dasarnya keduanya sama memasalahkan ruanghidup: dan memlih
jalan ekspansi onisme sebagai kebutuhan bilogi kehidupan Negara, mencari pembenanran
nya atas dasar konsepsi Negara sebagai organisme. Keduanya disarkan pada teori
Economically Integrated Large Space Areas sebagai mana halnya gagasan ekonomi
terintegrasi Mettil-Europa Geopolitik Jerman. Demikian juga, ekspasi AS kebarat, keselatan,
keutara yang akhirnya menjadi slogan perang.
Dalam alasan-alasan yang dipakai oleh para penganut MDAS dan terdapat determinas
megeografis dankonsep-konsep geopolitics yang belum jelas dan konsep-konsep perbatasan
alamiah(natural boundaries). Pernyataan paling keras dikeluarkan oleh W. H Seward,
meyatakan paham geopolitiknya; ia membayangkan espansi Amerika Serikat meliputi
seluruh kontinen Amerika itu dilandaskan kepada dalih kodratilahi. Sesudah perang
saudara, gagasan geopolitik seward makin meluas hingga meliputi Empire Amerika yang
lebih besar lagi, meliputi pula ikaribia, Cuba, dan Puerto Rico. Dalam cita-citanya untuk
memiliki jajahan wilayah di Atlantik dan Pasifik., Seward membayangkan rencana untuk
Rute kapal lewat Nicaragua dengan menjamin hak transit dalam perjanjian tahun 1867.
Seward mengharapkan As mencaplok Hawai dan menganjurkan eksasi Kanada. Realisasi
satu-satunya yang dapat diwujudkan adalah pembelian Alaska dari Rusia.
Sehubungan itu Manifest Destiny AS geopolitik jelas merupakan suatu pengetahuan yang
didasarkan atas landasan pokok-pokok pemikiran (basic ideas) sebagai berikut :
a. Mendasarkan pada konsep dasar ruanghidup dan arena itu mengarah ke ekspansi
onisme sebagai biological necessity in the lives of state
b. Mendasarkan teori adu kekuatan, kekuasaan, perebutan kekuasaan atau penguasaan
posisi, dandominasi dunia
c. Mendasarkan teoriras, yaitu bahwa berdasarkan bakat, sifat-sifat potensi suatu bangsa
atau ras tertentu, bangsa itu dianggap berhak, bahkan berkewajiban memimpin bangsa
lain
d. Mendasarkan hukum-hukum yang menentukan takdir suatu bangsa atau Negara
(deterministic) dan kadang-kadang berdasarkan the fulfillment of the will of
providence (memnuhi suruhanTuhan)
e. Mendasarkan teori Economically integrated large space areas
f. Mendapatkan pembenaran dalamthe Principle of Geographical Unity.
Jika teori geografi itu memiliki karakteristik seperti di atas, teori di itu dinamakan Geopolitik
Jika tidak demikian, sudah tentu harus dipakai nama lain untuk membedakannya. Misalnya,
4

kalau ilmu itu didasarkan pada teori yang lebih nyata landasannya dan memusatkan
perhatian kepada unsur-unsur geografi yang lebih nyata dan penerapannya lebih berguna
untuk keperluan perumusan haluan Negara, politik, dan strategi nasional, seyogyanya lebih
tepat disebut implementasi wawasan nasional atau geografi politik sebagai ilmunya dan
politik geografi sebagai politik yang didasarkan pada pertimbangan geografi.
Geopolitik mengajarkan bahwa wilayah bagi suatu bangsa adalah ruang hidup dan kehidupan,
sedangkan nenek moyang bangsa Indonesia mengajarkan bahwa wilayah ialah tanah air dan
sumber hidup dan kehidupan. Menurut Geopolitik, ruang hidup, batas-batasnya tidak tetap
mengikuti kebutuhan bangsa yang memilki ruang hidup itu. Adapun dari ajaran tanah air
yang diserapnya ialah konsep kesatuan tanah dan air, karena hal itu sesuai dengan kehidupan
sehari-hari sebagai masyarakat agraris di daerah tropis yang hidup dan dari tanah dan air.
Geopolitik menurut Bung Karno adalah ilmu yang berkaitan dengan lahirnya suatu Negara
(sejarah), bangsa dan tanah air sendiri (budaya), cita-cita dan ideology (filsafat) yang
disepakati bersama oleh suatu bangsa yang bernegara. Bangsa Indonesia tidak menganut
terimanapun, tetapi memilih menentukan ruang hidup bangsa Indonesia yaitu pulau-pulau
diantara duasamudera dan duabenua yang disebut tanah air Indonesia dari Sabang sampai
Merauke, dari miangas sampai kepulau rote.
B. Perkembangan Teori Geopolitik
Pemetaan dunia secara geopolitik sangat ditentukan di Eropa. Geopolitik pertama kali
berkembang di Eropa sejak era merkantilisme. Aspek utama signifkasi geopolitiks saat itu
ialah ekspansi ekonomi dan penguasaan militer di tempat-tempat strategis tertentu di Eurasia.
Transformasi pemikiran geopolitik klasik sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi Eropa
saat itu yang mana identik dengan kompetisi, kebijakan luar negeri yang spekulatif,
perkembangan teknologi darat, laut, dan udara, dan perspektif kewilayahan yang cenderung
digunakan oleh elit politik seperti Hitler, Henry Truman, Stalin, sebagai justifikasi kebijakan
luar negeri negara masing-masing yang cenderung ekspansif. Oleh karena itu, untuk
memahami pemikiran teoritisi geopolitik dan geostrategi masing-masing pemikirannya
diperlukan pemahaman terkait dengan aspek lokasi, keruangan, dan historis masing-masing
negara supaya diperoleh pemahaman karakteristik utama dan fitur-fitur yang mempengaruhi
transformasi geopolitik saat itu dan proyeksi pemikiran geopolitik masa mendatang.
Kemudian, teori geopolitik berkembang menjadi konsepsi wawasan nasional bangsa.
Oleh karena itu, wawasan nasional bangsa selalu mengacu pada politik. Dengan wawaan
nasional suatu negara, dapat dipelajari kemana arah perkembangan suatu bangsa. Istilah
Geopolitik pada mulanya merupakan ilmu bumi politik yang membahas masalah politik
dalam suatu negara kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang sesuatu yang
berhubungan dengan konstelasi cirri khas negara yang berupa: bentuk, luas, letak, dan
sumberdaya alam suatu negara untuk membangun dan membina negara (poernomo, 1972).
Pada umumnya suatu negara dapat mengambil beberapa segi dari dari teori-teori Geopolitik
yang berguna untuk tujuan politiknya, yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan
konstelasi geopolitik. Geopolitik mengajarkan bahwa wilayah bagi suatu bangsa merupakan
5

ruang hidup dan kehidupan yang harus dimiliki dan dipertahankan. Beberapa pandangan
pemikir geopolitik diantaranya:
1. Nicholas J. Spykman ( 1893- 1943) menyatakan bahwa geopolitik memberikan suatu
gambaran yang berkembang dengan suatu kerangka petunjuk tertentu. Suatu wilayah
dipandang dari sudut Geopolitik ditentukan oleh faktor- faktor geografisnya dan oleh
perubahan- perubahan dinamis dari pusat- pusat kekuasaan dunia. Spykman
berpendapat bahwa siapapun yang ingin menguasai dunia harus menguasai daerah
jantung dunia.
2. Kenichi Ohmae dalam dua bukunya yang terkenal Bordelles Word (1991) dan The
End of Nation State (1995) mengatakan bahwa dalam perkembangan masyarakat
global, batas- batas wilayah negara dalam geografi dan politik relative masih tetap,
tetapi kehidupan suatu negara tidak mungkin dapat membatasi kekuatan global yang
berupa informasi. Ohmae juga memberikan pesan bahwa untuk menghadapi kekuatan
global, suatu negara harus mengurangi peranan pemerintah pusat dan lebih
menekankan peranan kepada pemerintah daerah dan masyarakat. Dari nilai- nilai
global seperti di jelskan di atas, dapat dikenali hakikat teori geopolitik, yaitu negara
sebagai organisme dapat memperluas diri.

C. Konsepsi Wawasan Nusantara


1. Landasan Konsepsi Wawasan Nusantara
Konsepsi Wawasan Nusantara (Wasantara) menganut filosofi dasar Geopolitik Indonesia
dan wawasan kebangsaan yang mengandung tiga unsur kebangsaan, yaitu rasa
kebangsaan, paham kebangsaan, dan semangat kebangsaan. Ketiga unsur ini menyatu
secara utuh dan mengkristal dalam Pancasila sebagai pendorong tercapainya cita-cita
proklamasi,sebagaimana yang diamanatkan oleh Pembukaan UUD1945.
UUD 1945 merupakan landasan Wasantara, terutama bagian pembukaannya, karena
mengandung nilai-nilai dasar Pancasila yang bersifat universal dan lestari, diantaranya
yaitu :
1. Penghayatan dan hakikat harkat martabat bangsa, yang harus dipertahankan dan
ditingkatkan
2. Kesepakatan akan cita-cita nasional, yaitu Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur serta berkehidupan kebangsaan yang bebas
3. Kebulatan tekad untuk mencapai tujuan nasional, yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia, seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketrtiban dunia yang


berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, serta keadilan sosial
4. Mempertahankan dan memperjuangkan kepentingan nasional, yaitu kepentingan
keamanan dan kepentingan kesejahteraan; serta
5. Kesepakatan tentang pencapaian tujuan nasional
2. Pengertian dan Hakekat Wawasan Nusantara
Wawasan berasal dari kata wawas yang berarti meninjau, memandang, mengamati.
Pengertian Wawasan Nusantara yaitu wawasan nasional bangsa Indonesia yang dijiwai
Pancasila dan UUD 1945 yang menghendaki adanya persatuan dan kesatuan wilayah,
rakyat, dan pemerintah dalam mencapai tujuan nasioanl serta ikut melaksanakan ketrtiban
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial (Kamus Besar
bahasa Indonesia, 1995)
Wawasan Nusantara hakikatnya merupakan cara pandang bangsa Indonesia tentang diri
dan lingkungan keberadaannya dalam memanfaatkan kondisi dan konstelasi geografi
dengan menciptakan tanggung jawab dan motivasi bagi seluruh bangsa Indonesia untuk
mencapai tujuan nasional
WawasanNasional bangsa terbentuk karena bangsa tinggal dalam suatu wilayah yang
diakui sebagai miliknya untuk kehidupannya. Oleh karena itu apabila kitamembahas
bangsa akan terkait pula masalah sejarah diri dan budaya, falsafah hidup, serta tempat
tinggal dan lingkungannya. Dari ketiga aspek tercetus aspirasi bangsa yang kemudian
dituangkan dalam perjanjian tertulis berupa konstitus maupun tidak tertulis namun tetap
menjadi catatan hidup, motivasi yang semuanya dituangkan menjadi ajaran, doktrin,
sebagai dasar untuk membangun negara berupa wawasan nasional.
3. Tujuan dan Asas Wawasan Nusantara
Tujuan Wawasan Nusantara adalah untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan yang
dijiwai kekeluargaan dan rasa kebersamaan bangsa Indonesia dalam segenap aspek
kehidupan nasional dan turut serta menciptakan dalam ketertiban dan perdamaian
dunia.Untuk mencapai tujuan tersebut, dirumuskan fungsi-fungsi Wawasan Nusantara
sebagai berikut:
1. Menumbuhkan dan mengembangkan keasadaran, paham, dan semangat kebangsaan
Indonesia
2. Menanamkan dan memupukkan kecintaan pada tanah air Indonesia sehingga rela
berkorban untuk membelanya.
3. Menumbuhkan kesadaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung
jawab warga negara yang bangga pada negara Indonesia
4. Mengembangkan kehidupan bersama yang multicultural dan plural berdasakan nilainilai persatuan dan kesatuan
7

5. Mengembangkan

keberadaan

masyarakat

madani

(civil

society)

sebagai

pengembangan kekuasaan pemerintahan.


Asas Wawasan Nusantara adalah ketentuan atau kaidah-kaidah dasar yang harus dipatuhi,
ditaati, dipelihara, dan diciptakan agar terwujud dan dihayatinya cara pandang yang utuh
menyeluruh dengan mengutamakan persatuan bangsa dan kesatuan wilayah Indonesia,
dengan tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan
nasional.Asas Wawasan Nusantara terdiri dari :
a. Kepentingan bersama
b. Keadilan
c. Kesetiaan terhadap kesepakatan/ikrar bersama
4. Kedudukan dan Peranan Wawasan Nusantara
Kedudukan Wawasan Nusantara ialah sebagai ajaran dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk menyikapi realita kehidupan bangsa Indonesia. Dengan
memahami dan menghayati ajaran tersebut, diharapkan akan tumbuh sikap integrative,
inklusif, dan akomodatif dalam diri bangsa Indonesia
Dalam kehidupan nasional, wawasan Nusantara dikembangkan peranannya untuk :
1. Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan yang serasi dan selaras
2.
3.
4.
5.

segenap aspek kehidupan nasional.


Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pemanfaatan lingkungannya.
Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional.
Merentang hubungan internasional dalam upaya ikut menegakkan perdamaian.
Wajah Wawasan Nusantara yang meliputi :
Wajah Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional yang melandasi konsepsi
ketahanan nasional
Wajah Wawasan Nusantara sebagai wawasan pembangunan nasional
Wajah Wawasan Nusantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan
Wajah Wawasan Nusantara sebagai wawasan kewilayahan

D. Geopolitik dan Otonomi Daerah


Geopolitika dan Otonomi Daerah
1. Hakekat Otonomi Daerah
Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Otonomi Daerah
merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
8

dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan pemerintah daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk mengelola daerah tersebut diperlukan asas-asas,
yaitu :
Desentralisasi pelayanan public/rakyat.
Dekonsentralisasi,
Tugas pembantuan.
Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah
diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang
menjadi urusan Pemerintah. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk
menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasakan tugas, wewenang, dan kewajiban
yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai
dengan potensi dan kekhasan daerah. Sedangkan otonomi yang bertanggung jawab adalah
otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan
maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memperdayakan daerah termasuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.

2. Pembagian Daerah
Wilayah Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi, dan daerah provinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah ( pasal 2 UU
No. 32/2004 ). Pemerintah provinsi yang berbatasan dengan laut memiliki kewenangan
wilayah laut sejauh 12 mil diukur dari garis pantai ke arah laut lepas atau ke arah perairan
kepulauan ( pasal 18 ayat (4) UU No. 32/2004 ). Asas ini bertentangan dengan Deklarasi
Pemerintah RI dan telah dikukuhkan melalui UNCLOS serta telah diratifikasi dengan UU
No. 6/1996 tentang Perairan Indonesia.
3. Pembagian Kewenangan
Menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah mengatur tentang
kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah, yaitu :
Kewenangan pemerintah ( berdasarkan pasal 10 ayat (3), yaitu politik luar
negeri dalam arti mengangkat pejabat diplomatic dan menunjuk warga negara
untuk duduk dalam jabatan lembaga internasional, menetapkan kebijakan
perdagangan luar negeri, lalu pertahanan, keamanan, moneter dan fiscal
nasional, yustisi, agama.).
Kewenangan wajib pemerintahan daerah provinsi (berdasarkan pasal 13) yaitu
perencanaaan dan pengendalian pembangunan, perencanaan, pemanfaatan,
9

dan pengawasan tata ruang, penyelenggaraan ketertiban umum dan


ketentraman masyarakat, penyedia sarana dan prasarana umum, penanganan
bidang kesehatan, penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya
manusia potensial, penanggulangan masalah social dan sebagainya.
Kewenangan pemerintah daerah kabupaten dan kota (pasal 14) meliputi
perencanaan dan pengendalian pembangunan, perencanaaan, pemanfaatan,
dan pengawasan tata ruang, dan sebagainya.
Kewenangan pemerintah daerah untuk mengelola sumber daya alam dan
sumber daya lainya di wilayah laut (pasal 18) meliputi eksplorasi, konservasi,
dan pengelolaan laut dan sebgainya.
4. Sumber Penerimaan Pelaksanaan Desentralisasi
Sumber dana penerimaan pelaksanaan itu berasal dari :
Pendapatan daerah, meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Dana perimbangan daerah terdiri dari dana bagi hasil dari pajak dan sumber
daya alam, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, pinjaman daerah, daerah
dapat meminjam dari dalam negeri dan luar negeri melalui pemerintah pusat
dengan persetujuan DPRD, dan lain-lain penerimaan yang sah termasuk dana
darurat, berasal dari pinjaman APBN.
5. Daerah frontier
Daerah frontier terbentuk karena sifat manusia yang saling tergantung baik dengan
manusia maupun alam sehingga terjadi simbiosis. Kehidupan masyarakat Indonesia
dengan masyarakat Negara jiran menjadi saling mempengaruhi, sebagai akibatnya
terjadi pergeseran batas Negara secara imajiner. Daerah frontier ()Sunardi, 2004 ; 151)
terjadi dikarenakan:
Dorongan ekonomi, berupa kemudahan masyarakat untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup.
Dorongan social budaya, berupa kesamaan sub kultur (suku) dan kemudahan
mendapatkan fasilitas perlindungan masa depan ( sekolah, kesehatan/sisial
security).
Dorongan politik, antara lain adanya kepastian hukum dan tidak menutup
kemungkinan menuntut adanya referendum.
Pembinaan wilayah frontier laut hendaknya mendapat prioritas mengingat banyak
sekali pulau yang ada di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan berdirinya jawatan
pencatatan pulau/pantai yang dikenal dengan Marine cadastre. Dengan adanya marine
cadastre yang pro aktif, diharapkan mampu menginvestarisasi jumlah pulau lengkap
10

dengan tata letak (koordinat pada laut), konfigurasi-luas, letak, cirri flora, dan faunasehingga mempermudah pendaftaran ke PBB. Selain itu ada berbagai keuntungan
lain diantaranya :
Dapat menuntu hak (claim) atas pulau tersebut di wilayah indonesia apabila
diduduki secara diam-diam oleh Negara lain.
Jangan sampai kita kehilangan pulsu tetapi tidak tahu apa/ pulau mana yang
hilang.
Memberikan batas wewenang kepada daerah otonom batas laut berdasarkan
koordinat tidak berdasarkan perkiraan seperti sekarang yang berakibat konflik
di kalangan rakyat.
6. Rencana Tata Ruang Wilayah
Dengan diundangkannya UU No. 32 Tahun 2004, tentang pemerintahan
daerah, ternyata perlu mengubah RT RW (Rukun Tetangga, Rukun Warga).
Pengubahan RT RW hendaknya mengacu pada kepentingan nasional, tidak hanya
mengacu pada kepentingan daerah semata (seperti tertera dalam UU No. 24 Tahun
1992). Padahal kita hendaknya mengacu pada filosofi yang mendasarinya yaitu
pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil
guna, serasi, selaras dan berkelanjutan, serta keterbukaan, persamaan, keadilan, dan
perlindungan hukum. Dengan menyadari filosofi tersebut maka akan terwujud :
Kelestarian, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan alam.
Manusia indonesia sebagai insane lingkungan hidup yang memiliki sikap

untuk melindungi dan membina lingkungan hidup.


Generasi masa kini dan generasi masa depan.
Kelestarian lingkungan hidup.
Terkendali pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
Terlindung NKRI dari dampak kegiatan di luar wilayah NKRI yang
menyebabkan

pencemaran/

perusakan

lingkungan

hidup,

karena

itu

penyusunan RT RW perlu benar-benar terpadu.


7. Geopolitik Indonesia dalam kerangka Otonomi Daerah
Geopolitik Indonesia dinamakan wawasan nusantara. Prinsip-prinsip wawasan
nusantara yang harus dipertahankan dan ditegakkan guna keberhasilan memantapkan
wawasan nusantara di era otonomiu daerah dalam rangka mendukung ketahanan
nasional adalah :
Pancasila sebagai falsafah Negara dan merupakan konsep untuk menjadikan
Negara sebagai sarana perjuangan mewujudkan cita-cita bangsa.

11

Persatuan dan kesatuan, sebagai prinsip untuk mengakumulasikan kekuatan


nasional dalam mencapai tujuan bersama seperti terungkap dalam semboyan
bersama kita teguh, bercerai kita runtuh.
Bhineka tunggal ika sebagai prinsip untuk mengintegrasikan keankeragaman
komponen bangsa.
Kebangsaan sebagai prinsip untuk mewujudkan kainginan untuk hidup
bersama dalam mencapai tujuan bersama.
Kesadaran akan pentingnya bersatu, dengan menghimpun dan memadukan
segenap sumber daya yang dimiliki bangsa indonesia untuk mencapai tujuan
bersama.
Persatuan dan kesatuan bangsa, agar dapat mempertahankan jati diri dan
ikatan bathin bangsa indonesia sebagai bangsa besar dan disegani.
Kesatuan wilayah nasional, yang dapat menjamin keutuhan ruang hidup dan
sumber kehidupan bagi bangsa indonesia.
Kesatuan bangsa indonesia, dengan tanah airnya yang dapat menjamin
kelangsungan hidup dan pertumbuhan bangsa indonesia.
Kesatuan dalam kemajemukan bangsa indonesia agar dapat tetap bersatu
walaupun berbeda-beda untuk menjamin harkat dan martabat kemanusiaan.
Satu kesatuan kekuasaan berdasarkan kedaulatan rakyat yang dapat menjamin
kesejahteraan, kedaulatan dan kemerdekaannya (lihat lemhannas RI, wawasan
nusantara, 2006: 15-16).
Prinsip-prinsip dasar wawasan nusantara sebagai geopolitik bagi bangsa indonesia
memiliki keterkaitan dengan kemampuan mempertahankan keberadaan dan keutuhan
bangsa dan Negara indonesia.
Konsep konsep dasar dalam wawasan nusantara adalah sebagai berikut :
Tanah air (geopolitik) adalah konsep untuk mewujudkan kedaulatan bangsa
atas tanah airnya dengan memanfaatkan konstelasi geografi indonesia, yang
memerlukan keserasian antara wawasan bahari, wawasan dirgantara., dan
wawasan benua dalam usaha mencapai tujuan Negara indonesia.
Negara kepulauan adalah konsep untuk mempertahankan keutuhan wilayah
nasional yang merupakan keutuhan wilayah daratan, perairam kepulauan,
perairan territorial, dan ruang udara di atasnya (Lemhannas RI, 2006).
Kondisi pelaksanaan otonomi daerah hingga tahun 2007 dapat dilihat dari konsepsi
Astagrata sebagai berikut :
Gatra geografi,
12

Gatra demografi,
Gatra sumber kekayaan alam,
Gatra ideology,
Gatra politik,
Gatra ekonomi,
Gatra social budaya,
Gatra hanjam.

13

BAB III
ANALISIS STUDI KASUS

A. Ambalat, Diplomasi Vs Kontfrontasi


Ambalat ialah sebuah perairan dasar laut yang terletak di sebelah timur
Kalimantan Timur yang diklaim oleh Malaysia. Sengketa Ambalat Indonesia-Malaysia
muncul karena klaim kepemilikan. Pada tahun 2005 krisis Ambalat di tandai dengan show
of force dari kedua angkatan bersenjata, penembakan kapal nelayan Indonesia oleh
Malaysia.
Ambalat disebut sebagai wilayah Republik Indonesia sesuai UU No.4 tahun 1960
tentang perairan RI yang telah sesuai dengan konsep hukum Negara Kepulauan. Undangundang ini telah diakui dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) yang
ditetapkan pada Konferensi III PBB di Montenegro Boy, Jamaika, 10 desember 1982.
Konvensi inikemudian diratifikasi Indonesia dengan UU No. 17 Tahun 1985 tentang
Pengesahan UNCLOS. Malaysia mengklaim Ambalat karena sesuai dengan peta wilayah
Malaysia yang dibuat tahun 1979. Peta tersebut didasarkan pada The Convention on The
Territorial Sea and The Contiguous Zone 1958 dan The Continental Self Conventoin
1958. Pada peta tersebut telah dimasukan pulau Sipadan dan Ligitan kedalam wilayah
Malaysia.
Masalah Ambalat menjadi penting karena mencakup tiga variable kepentingan
nasional. Pertama dari sisi keamanan nasional. Pengamat militer Andi Wijayanto dalam
wawancara TV One (27/5/09) menyatakan,langkah Malaysia sejatinya bisa dimaknai
sebagai upaya ingin menguji kedaulatanefektif kita atas Ambalat. Kedua persoalan citra
dan harga diri bangsa, setelah upaya Malaysia mengklaim banyak harta Indonesia seperti
lagu Rasa Sayange, reog, bahkan batik. Ketiga mengancam kesejahteraan ekonomi
karena potensi minyak Ambalat. Pakar ekonomi Dr Kurtubi menyatakan, Ambalat
memiliki cadangan migas seharga 40 miliar dolar AS.
Dengan ketiga kepentingan nasional tersebut, maka maka pilihan untuk instrument
politik luar negeri adalah diplomatik atau konfrontasi. Penyelesaian diplomatik telah
diupayakan diawali pada tahun 2005. Namun hingga tahun 2006 kasus Bmbalat masih
belum terselesaikan. Secara moral jalur diplomasi merupakan instrument politik luar
negeri yang lebih beradab, murah, dan terukur. Sedangkan konfrontasi dan perang
semakin banyak dicibir karena selain mahal juga menimbulkan efek rusaknya yang sering
terkontrol. Yang paling memprihatinkan adalah analisis bahwa dari sisi Alutsista
Indonesia akan kalah.
Alur penyelesaian diplomasi yang disepakati mencakup dua fase. Fase pertama
ialah pembicaraan untuk mengetahui posisi masing-masing negara atas klaimny di Blok
14

Ambalat. Fase kedua ialah bagaiman kedua Negara bisa menyepakati jalan keluarnya.
Jalur keluar ini ada tiga alternatif, yaitu:
1. Negara yang bersengketa tidak menyepakati dan membiarkan masalah ini
mengambang.
2. Negara yang bersengketa tidak menyepakati batas tetapi bersepakat untuk mengelola
bersama.
3. Negara yang bersengketa sepakat membawa ke forum penyelesaian sengketa
Diplomasi adalah jalan terbaik dalam menyelesaikan konflik antara negara.
Dengan tanpa provokasi yang dapat memperburuk keadaaan. Namun bagi Indonesia,
diplomasi pun harus di kawal dengan menunjukan kewibaan, kekuatan dan ketegasan.
B. Analisis masalah Indonesia-Malaysia ; Hanya konfrontasi wilayah saja?
Dalam sebuah wawancara yang diadakan media cetak Gatra, Menlu Malaysia
memberikan keterangan bahwa masyarakatnya tenang-tenang saja dan menyerahkan
sepenuhnya kepada pemerintah. Ya, ini masalah tentang berseterunya Indonesia dan
Malaysia yang lagi-lagi mempersoalkan tentang batas wilayah, ini kasus Ambalat yang
berlarut-larut.
Memori kita kembali tertuju pada situasi kalah sebelum perang yang dialami
Indonesia yang harus menghadapi kenyataan bahwa ada jutaan orang Indonesia yang
mengadu nasib disana sebagai pekerja kelas rendah (rata-rata). Situasi ini memberi efek
psikologis dalam diri sehingga ketika ada gejolak sedikit saja, rasa yang dirasakan begitu
besar, harga dirinya dijatuhkan, serasa diinjak-injak. Hal ini hanya satu dari beberapa
memori yang tertanam dibenak Indonesia, selain konfrontasi di zaman Soekarno lalu
peristiwa kalah telak di pertandingan dalam kasus Sipadan-Ligitan di Mahkamah
Internasional.
Melihat dari pernyataan PM Malaysia, Abdullah Ahmad Badawi, terlihat terlalu
mengentengkan masalah ini dengan pernyataan sebagai berikut, Dua perusahaan
minyak, Shell dan Petronas, sudah pasti memiliki alasan mengapa mereka mendiami
tempat tersebut untuk mencari minyak, karena itu ada di wilayah Malaysia, untuk apa
Petronas melakukan hal itu di wilayah orang lain? Ya, Malaysia menganggap hal ini
sebagai sebuah permasalahan sumber daya, disisi lain Indonesia jelas menyatakan ini
sebagai kasus teritori.
Sulit dipungkiri, hal ini semakin lama hanya semakin membuat jurang
perselisihan kedua negara kian lebar. Masing-masing pihak mengklaim pihak lawan
melakukan tindak provokasi terlebih dahulu. Tidak ada kejelasan untuk setidaknya
menaati perjanjian dengan sepenuhnya, dan akhirnya hanya membuang-buang waktu.
Bahkan, beberapa kelompok masyarakat Indonesia mulai kembali menggaungkan konsep
Ganyang Malaysia yang dahulu di teriakkan keras-keras oleh Soekarno yang merasa
dikhianati Malaysia.
15

Pertanyaan mendasarnya adalah : Apakah kedua negara tidak memiliki sumber


yang sama tentang pengakuan kedaulatan wilayah perairannya masing-masing?
Jawabannya adalah tidak.Ternyata ada ketidaksamaan cara berpatokan yang dilakukan
kedua negara ini. Malaysia berpatokan pada peta yang mereka akui kebenarannya yang
mereka buat pada tahun 1979, sedangkan Indonesia berpatokan pada ketetapan yang
dikeluarkan UNCLOS (The United Nations Convention on the Law of the Sea), lembaga
milik PBB yang mengurusi tentang perbatasan wilayah laut internasional.Hal pertama
yang harus diketahui adalah bahwa dalam kasus ini, bukan sebuah pulau yang sedang
diperebutkan. Mungkin orang-orang awam menganggap hal ini adalah perebutan sebuah
pulau dengan SDA yang besar, tapi ketahuilah bahwa Blok Ambalat adalah sebuah
daerah perairan, blok dasar laut yang terletak di sebelah timur pulau Kalimantan.
Malaysia, didalam peta buatannya yang dibuat tahun 1979, memasukkan dasar
laut, yang kemudian diberi nama Ambalat, kedalam peta wilayah teritorinya. Peta ini
jelas-jelas membuat Indonesia merasa dirugikan, namun ternyata ada pengakuan dari
negara-negara tetangga lainnya bahwa mereka juga sama-sama dirugikan dengan peta
Malaysia tersebut. Mereka adalah Cina dan Fillipina dengan Spratly Island nya,
Singapura tentang Pulau batu puteh, dan beberapa negara lainnya.
Indonesia mengacu pada ketetapan yang dibuat UNCLOS, yang menyatakan
bahwa hak negara pantai atas landas kontinen berlaku hingga kedalaman 200 meter di
bawah permukaan laut atau hingga jarak yang masih bisa dieksploitasi. Sejatinya
UNCLOS baru berdiri pada 16 November 1994, namun hak kontinen diatur oleh
Konvensi Jenewa 1958, yang mendasari terbentuknya UNCLOS. Hak konvensi Jenewa
ini faktanya jauh lebih tua dari peta Malaysia 1979.
Perlu diketahui bahwa sebenarnya Indonesia dan Malaysia telah menjadi anggota
UNCLOS. Indonesia bahkan sudah menandatangani UNCLOS pada tahun 1985,
sedangkan Malaysia melakukan ratifikasi pada tanggal 14 Oktober 1996. Ini berarti
bahwa Indonesia dan Malaysia harus mengikuti ketentuan UNCLOS dalam melakukan
klaim atas kawasan laut seperti laut teritorial, ZEE dan landas kontinen. Artinya, dalam
menyatakan hak atas Ambalat pun kedua negara harus mengacu pada UNCLOS.
Namun disini titik buntunya. Malaysia yang dengan sukarela menandatangani
UNCLOS, berusaha untuk tetap memakai peta 1979 miliknya, bahkan menjadi peta
resmi negara. Hal inilah yang mendasari Malaysia memberi konsesi (suatu izin
sehubungan dengan pekerjaan besar yang melibatkan kepentingan umum yang mana
pekerjaan tersebut merupakan tugas pemerintah tetapi oleh pemerintah di berikan hak
penyelenggaraan kepada pemegang izin yang bukan pejabat pemerintah) atas blok
Ambalat justru setelah meratifikasi UNCLOS. Padahal sejak tahun 1967 Indonesia telah
membuka peluang bisnis kepada beberapa perusahaan minyak seperti Total Indonesie,
British Petroleum, Hadson Bunyu BV, ENI Bukat Ltd., dan Unocal. Berdasarkan fakta
tersebut, tindakan Indonesia terkait klaim kawasan maritim setelah meratifikasi
UNCLOS harus sesuai dengan aturan UNCLOS. Pertimbangan inilah yang membuat
Indonesia mengklaim Ambalat.
16

Lalu apa solusi dari masalah ini? Glenn Stassen memberi sebuah teori perdamaian
dunia dengan membuat 7 langkah bertahap, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menetapkan keamanan bersama (Affirm Common Security)


Inisiatif perdamaian lebih dulu (Take Independent Initiatives)
Bernegosiasi dengan musuh (Talk to Your enemy)
Mengutamakan hak asasi manusia (Human Right)
Turut serta dalam perdamaian
Mengakhiri propaganda, memberi kompensasi bagi yang dirugikan
Bekerja sama menyelesaikan konflik dengan terbuka

Baik, jika membaca teori Tujuh Langkah Penciptaan Perdamaian milik Glenn
Stassen, ada beberapa langkah yang menurut pendapat kelompok kami memberi solusi
yang lumayan membantu. Langkah yang kami rasa penting adalah langkah nomor 3 dan
7.
Talk to Your Enemy, Bernegosiasi dengan musuh. Ya, Indonesia dan Malaysia
pernah melakukannya. Namun tetap terjadi penyalahaturan kesepakatan wilayah yang
dilakukan oleh Malaysia. Tapi sekali lagi, bahasa diplomasi lebih baik dari bahasa fisik.
Terus upayakan negosiasi perundingan antar negara, berikan fakta-fakta yang akurat
dengan nilai-nilai kebenaran yang sesuai kenyataan. Lagi pula, kita punya banyak
negosiator-negosiator handal yang bekerja di Kementrian Luar Negeri, maksimalkan hal
tersebut.
Bekerja sama menyelesaikan konflik dengan terbuka. Hal ini mampu dijalankan
apabila langkah nomor tiga tadi dapat diupayakan terlebih dahulu. Memperjelas batasbatas wilayah dengan kerjasama untuk saling menjaga kesepakatan perbatasan adalah hal
yang penting di langkah ini. Selain itu dengan kondusif saling memberi suasana aman di
perbatasan dengan saling berprilaku baik adalah sifat yang mulia dalam upaya
menyelesaikan konflik dengan damai.
Namun yang lebih penting adalah, harus adanya kejujuran serta mengakui
kesepakatan yang ada di UNCLOS sebagai media penyelesaian masalah. Jangan selalu
berpedoman kepada peta 1979 yang dengan jelas tidak ada dasar hukumnya, bukan peta
yang diakui internasional, bahkan hanya menambah-nambah perselisihan dengan negara
tetangga lainnya. Kunci penyelesaian kasus Ambalat pada dasarnya adalah penetapan
batas maritim antara kedua negara di Laut Sulawesi. Hal ini sedang dilakukan oleh
Indonesia dan Malaysia melalui jalur negosiasi. Penentuan garis batas antara kedua
negara idealnya mengacu pada UNCLOS dengan memperhatikan keberadaan konsesi
sumberdaya alam (minyak, gas) yang sudah ada di kawasan tersebut sejak tahun 1960an.
Selain itu, peran Pulau Sipadan dan Ligitan yang kini menjadi milik Malaysia juga
mungkin berpengaruh terhadap posisi final garis batas maritim.

17

C. Aksi dan Reaksi yang ditimbulkan


Walaupun pemerintah Indonesia dan Malaysia berulang kali menegaskan bahwa
penyelesaian dengan cara kekerasan bukanlah pilihan yang mau diambil, dan kedua pihak
akan mengedepankan dialog melalui jalur-jalur diplomasi, masalah ini berkembang
menjadi perdebatan seru karena kedua pihak sama-sama kukuh pada pendiriannya.
Malaysia melalui Perdana Menteri Abdullah Badawi dan Menlu Syeh Hamid Albar
menegaskan bahwa pihaknya tidak salah dalam melakukan uniteralisasi peta 1979, dan
bahwa konsesi yang diberikan Petronas kepada Shell di perairan Laut Sulawesi berada di
wilayah teritorial Malaysia. Sementara pemerintah Indonesia melalui pernyataanpernyataan yang dikeluarkan Deplu, TNI, maupun presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
menegaskan bahwa Indonesia tidak akan melepaskan wilayah itu karena wilayah itu
merupakan kedaulatan penuh Indonesia. Tentang hal itu jurubicara TNI AL, Laksamana
Pertama Abdul Malik Yusuf mengatakan kepada Asia Times, We will not let an inch of
our land or a drop of our ocean fall into the hands of foreigners.
Di Indonesia masalah ini kemudian menjadi santapan media massa dan
memancing reaksi keras dari berbagai kalangan masyarakat. Sentimen anti-Malaysia
dengan slogan Ganyang Malaysia pun lalu berkumandang. Kedutaan Besar dan
Konsulat-konsulat Malaysia tiba-tiba disibukkan dengan aksi unjuk rasa berbagai elemen
masyarakat yang mengecam sikap Malaysia itu. Di beberapa daerah aksi tersebut
diwarnai dengan pembakaran bendera Malaysia dan penggalangan sukarelawan Front
Ganyang Malaysia. Pihak DPR-RI pun bersuara keras meminta pemerintah bertindak
tegas atas pelanggaran terhadap wilayah kedaulatan RI di Laut Sulawesi. Di wilayah yang
dipersengketakan pun ketegangan-ketegangan terjadi antara tentara Malaysia dengan TNI.
TNI menggelar pasukan dan kapal-kapal perangnya di wilayah tersebut, yang dikatakan
untuk mengimbangi kapal-kapal perang Malaysia yang sudah lebih dulu ada di sana.
Bahkan di Pulau Sebatik, yang berbatasan darat dengan Malaysia, TNI dan Tentara Diraja
Malaysia saling mengarahkan moncong senjatanya, dan konon saling ejek pun kerap
terjadi. Kapal-kapal perang Malaysia diberitakan mengganggu pembangunan mercusuar
di atol Karang Unarang, bahkan sempat menangkap dan menyiksa seorang pekerjanya.
Saling intimidasi antara kapal-kapal perang Malaysia dan kapal-kapal TNI AL terjadi tiap
hari. Yang paling parah terjadi pada tanggal 8 April 2005 dahulu, ketika KRI Tedong
Naga saling serempet dengan KD Rencong di dekat Karang Unarang.
Insiden serempetan dua kapal perang itu kembali menghangatkan suasana,
padahal sebelumnya pada tanggal 22-23 Maret 2005 dahulu, telah diadakan pertemuan
teknis antara perwakilan kedua negara untuk mencari solusi yang damai. Menlu Malaysia
pun telah diterima presiden, dan beberapa anggota DPR RI pun telah menemui PM
Malaysia, untuk membicarakan langkah-langkah diplomasi. Kedua pemerintahan juga
sudah sepakat melanjutkan dialog berkala setiap dua bulan.

18

D. Tanggapan dan Beberapa Solusi Mengenai Kasus Ambalat


Ambalat adalah sebuah gugus pulau di sekitar 118.2558 Bujur Timur (BT)118.254167 BT dan 2.56861 Lintang Utara (LU)- 3.79722 LU yang terletak di perairan
Laut Sulawesi, sebelah timur Pulau Kalimantan Timur. Ambalat disebut sebagai wilayah
Republik Indonesia (RI) sesuai Undang-undang No 4 Tahun 1960 tentang Perairan RI
yang telah sesuai dengan konsep hukum Negara Kepulauan (Archipelagic State).
Undang-undang ini telah diakui dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut (United
Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS).
Malaysia mengklaim Ambalat sebagai wilayah kedaulatannya sesuai dengan peta
wilayah yang dibuat Malaysia pada 1979. Peta itu didasarkan pada The Convention on
The Territorial Sea and the Contiguous zone 1958 dan The Continental Self Convention
1958. Dalam kasus Ambalat ini, mencakup ke dalam 3 dari 4 variabel kepentingan
nasional, pertama dari segi keamanan nasional, kedua dari segi citra dan harga diri
bangsa, dan terakhir dari segi kesejahteraan ekonomi.
Masalah atas kepemilikan Ambalat ini mulai mencuat ketika pihak Petronas
Malaysia melakukan konsesi minyak ( production sharing contract ) dengan pihak Shell
atas cadangan minyak di daerah Ambalat tersebut. Pihak Indonesia pun melakukan protes
akan hal ini dikarenakan Ambalat masih berada dalam daerah kedaulatan Indonesia.
Kedua negara tetap bersikukuh untuk mempertahankan Ambalat ini, walaupun
kedua negara lebih memilih jalan diplomasi, namun pada nyatanya di daerah Pulau
Sebatik TNI dan Tentara Diraja Malaysia saling mengejek dan saling mengintimidasi 1
sama lain. Insiden paling heboh mengenai hal ini ialah insiden ketika KRI Tedong Naga
saling serempet dengan KD Rencong di dekat Karang Unarang pada 8 April 2005.
Solusi untuk kasus ini diantaranya yaitu membangun tatanan yang damai dan adil
bagi semua pihak seperti penetapan batas wilayah yang disetujui bersama dan memiliki
acuan hukum. Bila hal ini dapat dilaksanakan niscaya masalah ini tidak akan terjadi,
namun pada kenyataannya tidak demikian, sehingga negosiasi pun menjadi semakin alot.
Solusi selanjutnya yaitu melakukan inisiatif untuk berdamai, namun hal ini pun pada
kenyataannya tidak terjadi, dikarenakan kedua negara saling menyalahkan satu sama lain.
Solusi berikutnya yaitu melakukan negosiasi, hal ini telah diambil dan masih belum
mendapatkan titik temunya antara kedua negara tersebut. Solusi berikutnya
mengutamakan HAM dan keadilan seperti semngat berperang masyarakat Indonesia
harus segera di hilangkan, karena perang hanyalah akan membuat hal semakin
memburuk. Lalu Indonesia pun harus terus memerhatikan wilayah kedaulatannya sendiri
apalagi di wilayah wilayah terluar Indonesia, seperti yang kita tahu Sipadan dan Ligitan
dapat menjadi milik Malaysia dikarenakan Malaysia membangun daerah tersebut
sedangkan Indonesia hanya mengakuinya saja ke dalam daerah kedaulatan Indonesia,
namun daerah tersebut tidak terjamah oleh pembangunan fasilitas sosisal dan fasilitas
umum. Solusi lainnya yaitu dengan menghilangkan rasa curiga dari kedua negara ini,
sampai kapanpun masalah tidak akan selesai selesai, bahkan masalah pun akan menjadi
semakin memburuk jika kedua negara masih saling curiga satu sama lainnya. Solusi
19

terakhir yaitu harus adanya transparansi dan keterbukaan atas kemajuan kemajuan atas
masalah ini agar masyarakat mengerti dan paham serta dapat memberikan opini atas
masalah ini.

20

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud
kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik
(kepentingan yang titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau
teritorial dalam arti luas) suatu Negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan
berdampak langsung kepada system politik suatu Negara. Sebaliknya, politik Negara itu
secara langsung akan berdampak pada geografi Negara yang bersangkutan. Geopolitik
bertumpu pada geografi sosial (hukum geografis), mengenai situasi, kondisi, atau
konstelasi geografi dan segala sesuatu yang dianggap relevan dengan karakteristik
geografi suatu Negara
Indonesia dan Malaysia adalah dua negara yang saling berdekatan dan menjalin
hubungan bilateral yang sudah berlangsung sejak lama. Meski demikian, antara kedua
negara ini sering terjadi perselisihan, khususnya mengenai permasalah batas wilayah.
Fakta memperlihatkan beberapa pulau yang telah diambil oleh pihak Malaysia dari
Indonesia, contohnya seperti Pulau Sipadan dan Ligitan. Dan hingga kini yang menjadi
permasalahan terbaru, kedua pihak tersebut sedang memperebutkan satu wilayah yang
kaya akan sumber daya minyak. Malaysia mengklaim daerah Ambalat, yang terletak di
sebelah timur Pulau Kalimantan Timur tersebut termasuk kedalam kepemilikan
wilayahnya. Indonesia yang memiliki bukti kuat atas kepemilikannya, tidak begitu saja
menerima pernyataan mentah tersebut. Sehingga hal ini membuat suatu hubungan yang
kurang baik di antara dua pihak melalui konflik yang ditimbulkan. Dan parahnya, sampai
sekarang belum didapatkan jalan keluar yang dapat menguntungkan kedua belah pihak.

B. Saran
Dari kesimpulan yang dapat kami kemukakan di atas. Kami mengaharapkan agar
pemerintah Indonesia dapat lebih tegas dalam menyegerakan permasalahan Ambalat
tersebut. Karena hal ini dapat menunjukkan Sistem Geopolitik Indonesia yang kuat
kepada seluruh dunia. Supaya mereka tidak dengan mudah meremehkan martabat bangsa
Indonesia. Indonesia telah merdeka, maka sepatutnya kita menghapuskan segala praktek
yang bertautan dengan asas kemerdekaan yang telah direnggut bangsa Indonesia.

21

Daftar Pustaka

Ganeswara, G.M. dkk. (2011). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.


Bandung : CV. Maulana Media Grafika.
Anonim. (2009).Geopolitik Indonesia.[Online].
Tersedia:http/ /www.geopolitik_indonesia.wordpress.com.[20 Maret 2012]
Anonim. (2012).Teori-teori geopolitik.[Online].
Tersedia:http://jurnalphobia.blogspot.com/2012/04/teori-teori-geopolitik.html[19
April 2012]
Ahmad.(2012).Teori Geopolitik.[Online].
Tersedia:http://ahmad_abubakar.blogspot.com/2012/04/teori-geopolitik.html[19 April
2012]
Anonim.(2009).Geopolitik Indonesia.[Online].
Tersedia:www.scribd.com/doc/79536345/geopolitik-indonesia.[26 April 2012]

Anda mungkin juga menyukai