LAPORAN KASUS Kolestasis
LAPORAN KASUS Kolestasis
KOLESTASIS
Fitria Hendrico
1610221036
Pembimbing :
dr. Endang Prasetyowati, Sp.A
PENGESAHAN
NRP
: 1610221036
: Kolestasis
Pembimbing
Ditetapkan di : Semarang
Tanggal :
BAB I
STATUS PEMERIKSAAN PASIEN
I Identitas Pasien
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Usia / Tanggal Lahir
Agama
Alamat
Tanggal Masuk Rumah Sakit
: RP
: Laki-Laki
: 43 hari / 1 Agustus 2016
: Islam
: Gumukan, Tegalwaton
: 10 September 2016
Ayah
Tn. S
37 tahun
1
Petani
Islam
Ibu
Ny. P
38 tahun
1
IRT
Islam
(Alloanamnesis dengan ibu pasien tanggal l3 September 2016 jam 16.00 diruang
seruni)
Keluhan utama
: Sesak Napas
Keluhan Tambahan
43 hari yang lalu pasien lahir, saat lahir pasien berwarna kuning diseluruh
tubuhnya
Usia 0-4 hari dirawat dan ditatalaksana fototerapi selama 4 hari, Setelah
difototerapi selama 4 hari kuning pada kulit pasien berkurang dan
diperbolehkan pulang dengan dianjurkan untuk dijemur dibawah matahari
setiap pagi dan kontrol lagi di usia 8 hari.
Selama dirumah ibu menjemur pasien namun kuning tidak berkurang dan
semakin hari semakin kuning
Di usia 8 hari pasien kontrol dan menurut dokter harus difototerapi lagi,
kemudian pasien difoto terapi selama 3 hari, Setelah difototerapi selama 3
hari kuning pada kulit pasien berkurang sedikit dan diperbolehkan pulang
dengan dianjurkan tetap menjemur pasien dan kontrol lagi di usia 15 hari
Ibu hanya menjemur pasien setiap pagi tanpa kontrol lagi, pasien semakin
lama semakin kuning dan lama-lama menjadi hijau kehitaman.
6 hari yang lalu pasien sesak, sesak terus menerus, semakin lama semakin
parah dan pasien juga demam, demam naik turun.
3 hari yang lalu pasien dibawa ke puskesmas dan didiagnosis
bronkopneumonia dan puskesmas merujuk ke IGD RSUD Ambarawa,
kemudian pasien dirawat di ruang perinatologi dan diberikan tatalaksana
untuk bronkopneumoni dan observasi ikterik dengan pemeriksaan lab dr,
bilirubin, faal hati, USG abdomen
setelah perawatan 3 hari di ruang perinatologi dengan pengobatan inj
cefotaxim 2x125mg, Amikasin 2x20mg, OGT 8x30mg, O2 NK pasien
sudah tidak demam, tidak dispneu namun masih terlihat retraksi
suprasternal saat napas, kurang aktif, menangis kurang kuat
Riwayat kehamilan
Riwayat kelahiran
Riwayat lahir spontan ditolong dokter spesialis anak dan 38 minggu. berat
badan lahir 3350 gram, panjang badan: 49 cm, Sewaktu lahir langsung
menangis dan ikterik seluruh tubuh
Riwayat perkembangan
Umur
0-1
bulan
Motorik Kasar
kaki bergerak aktif
Motorik Halus
Bicara
Sosial
kepala menoleh
bereaksi
menatap
mengangkat kepala
kesamping
terhadap bunyi
wajah ibu
Riwayat makanan
Umur
ASI/PASI/Takaran
Berat Badan
0-1 bulan
PASI 11x20cc
2550gr
Imunisasi
0 bulan
Hepatitis B
0 bulan
Polio
IV.
PEMERIKSAAN FISIK
: 2550 gr
Tinggi badan
: 50 cm
LILA
: 8,5 cm
Tanda vital
Nadi
:160 x/menit
RR
: 35 x/menit
Suhu
: 36,5 0C (axilla)
SpO2
: 97%
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Status mental
: Tenang
Posisi
: Berbaring
belum
menutup.
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thoraks
terdapat retraksi
suprasternal
Paru
Inspeksi
Palpasi
Palpasi
Perkusi
Cekung,
tidak
ada
benjolan/luka/sikatrik/venektasi/perdarahan
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi
Alat Kelamin
: Laki-laki, Normal
Anus
Ekstremitas
IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Laboratorium RSUD Ambarawa (10 September
2016)
Jenis Pemeriksaan
Hematologi
Hasil
Nilai Rujukan
Darah Rutin
Hb
11,5
Eritrosit
3,25 juta
10,3-17,9 g/dl
3.6 4,8 juta/L
Leukosit
26,5 H
Trombosit
57000 L
150,000 400.000 /L
MCV
112 H
82-96 fl
MCH
36,4 H
27-32 pg
MCHC
31,6 L
32-37 g/dL
2,2
(0-1%)
Basofil
0,5
(0-1%)
Eosinofil
0,4 L
(2-4%)
Batang
25,4 L
(50-70%)
Limfosit
68,4 H
(25-40%)
Monosit
4,3
(2-8%)
Rhesus
Golongan Darah
Bilirubin Total
19,87 H
0,3-1,2
Bilirubin Direk
13,21 H
0-0,2
6,66 H
0,0-0,8
Bilirubin Indirek
Hasil
Nilai Rujukan
Kimia Klinik
SGOT
SGPT
383 H
431 H
<77 U/L
<55 U/L
DIAGNOSIS KERJA
-kolestasis susp ec atresia biliaris
-bronkopneumoni
-gagal tumbuh
VI. PENATALAKSANAAN
-O2 NK
-D5% NS 280cc/24J
-Inj Ceftriakson 3x125mg
-Inj Amikasin 2x20mg
-Diit 8x60mg
VII. FOLLOW UP PASIEN
Tanggal
11-9-16
S
Ku
O
Lemah, KU/Kes:tsb/cm
kurang
aktif, S:37,6C
A
-kolestasis
P
-O2 NK
-D5% NS 280cc/24J
menangis
N : 163
bronkopneumon
kurang kuat
RR:32 x/menit
Usia : 41 hari
BB : 2800 kg
-gagal tumbuh
PO Urdafac 3x20mg
Perawatan
hari PB : 50 cm
ke 1
SpO2 :98%
Pulmo : Ronkhi
Fototerapi 2x24jam
ada,
Wheezing ada
Mata : konjungtiva dan
sklera ikterik
Abdomen : Cekung.
Kulit: hijau kehitaman
Tanggal
12/09/16
S
O
Ku :mulai aktif, KU/Kes:tsb/cm
A
- kolestasis
P
O2 NK
menangis
S:36,5C
-D5% NS 280cc/24J
kurang kuat
N : 160
bronkopneumon
Usia : 42 hari
RR:35 x/menit
-gagal tumbuh
PO Urdafac 3x20mg
Perawatan
ke 2
hari BB : 2700
PB : 50 cm
SpO2 :96%
Pulmo : Ronkhi
ada,
Wheezing ada
Mata : konjungtiva dan
sklera ikterik
Abdomen : Cekung.
S
Ku
O
Lemah, KU/Kes:tsb/cm
mulai
aktif, S:36,5C
A
kolestasis
P
O2 NK
-D5% NS 280cc/24J
menangis
N : 160
bronkopneumon
kurang kuat
RR:35 x/menit
Usia : 43 hari
BB : 2550
-gagal tumbuh
PO Urdafac 3x20mg
Perawatan
hari PB : 50 cm
ke 3
SpO2 :97%
Pulmo : Ronkhi
ada,
Wheezing berkurang
Mata : konjungtiva dan
sklera ikterik
Abdomen : Cekung.
Kulit: hijau kehitaman
Tanggal
14/9/16
S
O
Ku :mulai aktif, KU/Kes:tsb/cm
A
kolestasis
P
O2 NK
menangis
S:36,5C
-D5% NS 280cc/24J
kurang kuat
N : 115
bronkopneumon
Usia : 44 hari
RR:30 x/menit
-gagal tumbuh
PO Urdafac 3x20mg
Perawatan
ke 4
hari BB : 2500
PB : 50 cm
SpO2 :98%
Pulmo : Ronkhi
ada,
Wheezing berkurang
Mata : konjungtiva dan
sklera ikterik
Abdomen : Cekung.
Kulit: hijau kehitaman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Metabolisme Bilirubin
Metabolisme Bilirubin
ERITROSIT
Hemoglobin
Heme
Hemoksigenase
Biliverdin
Biliverdin - reductase
Bilirubin indirek (bebas)
HATI
Lipofilik
EMPEDU
Hidrofilik
USUS
Bilirubin :
Sterkobilin
Urobilinogen
SIKLUS
enterohepatik
B. Definisi
Kolestasis adalah bila didapatkan adanya hambatan sekresi berbagai
substansi yang seharusnya disekresikan ke dalam duodenum, sehingga
menyebabkan
C. Etiologi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi intrahepatik atau ekstra
hepatik. Kelainan intrahepatik dapat disebabkan karena idiopatik,
anatomik, kelainan metabolik, infeksi, genetik/ kromosomal.
masih
baik.
Kholangitis
supuratif
yang
biasanya
disertai
Cholangiocarsinoma
Sklerosing Cholangitis primer atau sekunder
Infiltrasi netrofil akan terjadi pada ikterus obstruksi dengan adanya reaksi
sitokin kompleks dan chemokine
2. Kolestasis intrahepatik
a. Saluran Empedu
Digolongkan dalam 2 bentuk, yaitu: (a) kecilnya saluran
empedu, dan (b) Disgenesis saluran empedu. Oleh karena secara
embriologis saluran empedu intrahepatik (hepatoblas) berbeda
asalnya dari saluran empedu ekstrahepatik (foregut) maka
kelainan saluran empedu dapat mengenai hanya saluran
intrahepatik atau hanya saluran ekstrahepatik saja. Dinamakan
paucity apabila didapatkan < 0,5 saluran empedu per portal
tract.
b. Kelainan hepatosit
Kelainan primer terjadi pada hepatosit menyebabkan gangguan
pembentukan
dan
aliran
empedu.
Hepatosit
neonatus
F. Manifestasi Klinik
Tanpa memandang etiologinya, gejala klinis utama pada kolestasis
bayi adalah ikterus, tinja akholis, dan urine yang berwarna gelap.
Selanjutnya akan muncul manifestasis klinis lainnya, sebagai akibat
terganggunya aliran empedu dan bilirubin. Dibawah ini bagan yang
menunjukkan konsekuensi akibat terjadinya kolestasis.
asam
empedu
primer
sehingga
menurunkan
rasio
Adanya
riwayat
keluarga
menderita
kolestasis,
maka
Pemeriksaan fisik
-Pada umumnya gejala ikterik pada neonatus baru akan terlihat bila
kadar bilirubin sekitar 7 mg/dl. Secara klinis mulai terlihat pada
Kolestasis ekstrahepatik
10,24,5
6,22,6
<5XN
<5XN
>5X N / >6000U/l
Kolestasis intrahepati
12,19,6
8,06,8
>10 X N />800U/l
>10 X N />800U/l
< 5 X N/N
2) Pemeriksaan Khusus
A. Pencitraan
1) Pemeriksaan ultrasonografi
Pemeriksaan USG sangat mudah melihat pelebaran duktus
biliaris intra/ekstra hepatal sehingga dengan mudah dapat
mendiagnosis apakah ada ikterus obstruksi atau ikterus non
obstruksi. Gambaran ini tidak spesifik, kandung empedu yang
normal mungkin dijumpai pada penderita obstruksi saluran empedu
ekstrahepatal sehingga tidak menyingkirkan kemungkinan adanya
atresi bilier.
Apabila terjadi sumbatan daerah duktus biliaris yang
paling sering adalah bagian distal maka akan terlihat duktus biliaris
komunis melebar dengan cepat yang kemudian diikuti pelebaran
bagian proximal. Untuk membedakan obstruksi letak tinggi atau
letak rendah dengan mudah dapat dibedakan karena pada obstruksi
letak tinggi atau intrahepatal tidak tampak pelebaran dari duktus
biliaris komunis. Apabila terlihat pelebaran duktus biliaris intra dan
pada
umur
10-12
minggu
angka
enzim glukoronil
mg/kgbb/hari
Kolestiramin 0,25 0,5 g/ kgBB/ hr
- Menyerap empedu toksik
- Menghilangkan gatal
Rifampisin 10 mg/ kgBB/ hr
- aktivitas mikrosom
- Menghambat ambilan empedu
B. Menjaga tumbuh kembang bayi seoptimal mungkin dengan :
Terapi nutrisi
Formula MCT ( medium chain trigyceride ),
menghindarkan makanan yang banyak mengandung
kuprum.
Vitamin yang larut lemADEK
- A 5.000 25.000 U/ hr
- D3 0,05 0,2 g/ kgBB/ hr
- E 25 50 IU/ kgBB/ hr
- K1 2,5 5 mg/ 2 7 x/ mig
Mineral dan trace element Ca, P, Mn, Zn, Se, Fe
BAB III
ANALISA KASUS
gallbladder yang
maupun post minum menunjukan adanya atresia biliaris sebagai kausa dari
kolestasis.
III. Penatalaksanaan
Prinsi pengobatan pada pasien ini adalah pertama-tama mengobati
pneumonia yang sedang dideritanya sehingga pasien kesulitan untuk bernapas
dengan pemberian antibiotik serta mencegah kurangnya kadar oksigen dibantu
dengan pemberian oksigen dengan kanul oksigen, kemudian program rujuk untuk
menatalaksana kolestasis
Medikamentosa
1. Cefotaxime 150 mg/12 jam
Cefotaxim memiliki dosis 50-100 mg/kgbb. Cefotaxime memiliki aktivitas
spectrum yang lebih luas terhadap organisme gram positif dan gram
negatif yang merupakan antibiotic golongan sefalosporin generasi ketiga
yang merupakan bakterisidal dan bekerja dengan menghambat sintesis
mukopeptida pada dinding sel bakteri.
2. IVFD D5 Saline 1500 cc/24 jam
Pada pasien ini pemberian infus dianjurkan untuk mencukupi
kebutuhan cairan.
3. Urdafac 3x20mg
Asam ursodeoksikolat : asam empedu tersier yang mempunyai sifat
hidrofilik serta tidak hepatotoksik bila dibandingkan dengan asam empedu
primer serta sekunder. Jadi asam ursodeoksikolat merupakan competitive
binding terhadap asam empedu toksik, sebagai suplemen empedu,
hepatoprotektor serta bile flow inducer. Dosis : 10-30 mg/kgbb/hari
DAFTAR PUSTAKA
1. Juffrie,M 2009.Buku ajar gastroenterology-hepatologi: 374-387. Jakarta,
Balai Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2010. Pedoman Pelayanan Medis Jilid I :
Kolestasis : 170-174. Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
3. Arief 2002, deteksi dini kolestasis neonatal : 3-7. Jakarta. Universitas
Trisakti
4. Balistreri, 2009. Manifestasi penyakit hati :32-37. Jakarta, EGC
5. Ringoringo P, 2004. Atresia bilier: 12-16. Jakarta. Universitas Indonesia
6. Setyoboedi , 2007. Kolestasis pada bayi : 7-10. Jakarta. Universitas Riau
7. Soetikno, 2007. Imaging pada ikterus obstruksi : 20-29. Bandung.
Universitas Padjadjaran
8. Sherly, 2006. Peran biopsi hepar dalam menegakkan diagnosis ikterus
obstruktif ekstra hepatik : 20-28. Bandung. Universitas Padjadjaran
9. Zuraida, 2008. kolestasis : 9-15. Jakarta Universitas Indonesia
10. Alagille D, 1992, Cholestasis in the newborn and infant: 426-438. In: