Sterilisasi
Sterilisasi
Disusun Oleh :
Meri Rosmalita
Lia Nurlaila
Nurlita Husnaini
Serli Marsela
Muhammad Taufiq Hidayat
Kelas/Kelompok : VI.K/II
Dosen Mata Kuliah : Fahjar Prisiska
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Prof. DR. HAMKA
JAKARTA 2015
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
berkah, rahmat, dan nikmatnya karena hanya dengan karunia-Nya sajalah penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa selesainya laporan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada
dosen akademik, orang tua, teman-teman dan pihak-pihak yang telah membantu penyusun
dalam menyelesaikan laporan ini.
Tiada gading yang tak retak , itulah pepatah yang tepat untuk laporan ini karena
penyusun menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam tulisan ini. Oleh karena
itu saran dan kritik yang bersifat membangun akan penyusun terima dengan tangan terbuka
agar dalam penulisan laporan selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyusunan laporan ini serta mohon maaf yang sedalam-dalamnya
jika ada kesalahan. Semoga laporan ini dapat berguna bagi seluruh pembaca.
Jakarta,
April 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sediaan steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan
steril. Secara tradisional keaadan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan
bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan
kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dapat proyeksi kinetis
angka kematian mikroba.
Salah satu sediaan yang termasuk sediaan steril adalah sediaan infus. Infus adalah larutan
dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan melalui intravena tetes demi
tetes dengan bantuan peralatan yang cocok.
Syarat-syarat sediaan steril antara lain :
1. steril
2. isotonis
3. Isohidris
4. bebas pirogen
5. bebas partikel asing
6. kejernihan
7. Stabil baik secara fisika, kimia, maupun mikrobiologi
8. aman (tidak toksik)
9. Tidak terjadi reaksi antar bahan dalam formula
10. Penggunaan wadah yang sesuai, sehingga mencegah terjadinya interaksi dengan
bahan obat Sesuai antara bahan obat yang ada dalam wadah dengan etiket, dan tidak
terjadi pengurangan kualitas selama penyimpanan
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFENISI
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan
melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan
elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah yang
relatif sama. Rasionya dalam tubuh adalah air 57%; lemak 20,8%; protein 17,0%; serta
mineral dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan hemeostatis (keseimbangan cairan tubuh),
maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan
elektrolit.
INFUS MENURUT FI
FI edisi III : Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas
pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke
dalam vena dalam volume relatif banyak. Emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar.
Diameter fase dalam tidak lebih dari 5 m. kecuali dinyatakan lain, infus intravenous
tidak diperbolehkan mengandung bakterisida dan zat dapar. Larutan untuk infus
intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel. Emulsi untuk infus intravenous
ml
0,1
ml
0,12
ml
ml
0,1
ml
0,15
ml
ml
0,15
ml
0,25
ml
ml
0,3
ml
0,5
ml
10
ml
0,5
ml
0,7
ml
20
ml
0,6
ml
0,9
ml
30
ml
0,8
ml
1,2
ml
50 ml atau lebih 2% 3%
c) Pirogenitas
Untuk sediaan lebih dari 10 ml, memenuhi syarat Uji Pirogenitas
yang tertera pada Uji Keamanan Hayati.
d) Sterilitas
Injeksi harus memenuhi syarat Uji Sterilitas yang tertera pada Uji
Keamanan Hayati.
e) Penandaan : Pada etiket harus juga tertera, untuk:
a. injeksi berupa suspensi: kocok dahulu
b. injeksi yang mengandung antibiotik: kesetaraan bobot
terhadap UI dan daluwarsa.
c. serbuk untuk injeksi: 1. volume pelarut atau zat pembawa
yg diperlukan, dan 2. jika akan digunakan dilarutkan
jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma darah yang
menyimpang, yaitu:
o Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah
berlebih.
o Alkalosis
Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion natrium, kalium, dan
kalsium dalam jumlah berlebih
Sistem dapar darah adalah keseimbangan asam basa darah mengikuti sistem dapar, yaitu :
Hidrogen karbonat karbonat
Hidrogen fosfat dihidrogen fosfat
Serum protein
Penyebab berkurangnya elektrolit plasma adalah kecelakaan, kebakaran, operasi atau
perubahan patologis organ, gastroenteritis, demam tinggi, atau penyakit lain yang
menyebabkan output dan input tidak seimbang.
Kehilangan natrium disebut hipovolemia, sedangkan kekurangan H2O disebut
dehidrasi. Kemudian, kekurangan HCO3 disebut asidosis metabolic dan kekurangan K+
disebut
hipokalemia.Dehidrasi
adalah
hilangnya
elektrolit
lebih
rendah
secara
Pada pasien yang tidak sadar atau mengalami gangguan keseimbangan elektrolit akut,
sehingga harus segera diberikan ion-ion Ca2+, Na+, K+, Ce- dan HCO3-, dan sebagai
sumber kalori dimana pengganti cairan dan kalori dibutuhkan, karena ion-ion tersebut
dibutuhkan oleh tubuh untuk memnuhi kebutuhan elektrolit tubuh pada ekstrasel dan
intrasel. Cairan ekstrasel baik plasma darah maupun cairan intrsel mengandung ion
natrium dan klorida dalam jumlah yang besar, ion bilarbonat dalam jumlah yang agak
besar, tetapi hanya sejumlah kecil ion kalium, magnesium phospat, sulfat, dan asam
organic.disamping itu plasma mengandung protein dalam jumlah yang besar, sedangkan
cairan intrasel hanya mengandung protein dalm jumlah protein yang leih kecil.
Cairan intasel hanya mengandung sejumlah kecil ion natrium dan klorida serta hampir
tidak mengandung ion kalsium, tetapi ia mengandung ion kalium dan phospat dalam
jumlah besar serta ion magnesium dan sulfat dalam jumlah cukup besar, semuanya hanya
ada dalam konsentrasi yang kecil dalam cairan ekstrasel.
Bahan-bahan yang digunakan (NaCl, KCl, NaHCO3, CaCl2) mudah larut dalam air,
sehingga dapat digunakan air sebagai pembawanya. Air yang digunakan harus bebas
pirogen. Pirogen merupakan produk metabolisme m.o (umumnya bakteri, kapang dan
virus). Secara kimiawi, pirogen adalah zat lemak yang berhubungan dengan suatu molekul
pembawa yang biasanya merupakan polisakarida, tapi bisa juga peptide.
Pirogen menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang nyata, demam, sakit badan, kenaikan
tekanan darah arteri, kira-kira 1 jam setelah injeksi. Pirogen dapat dihilangkan dari larutan
dengan absorbsi menggunakan absorban pilihan. (Lachman, hal. 1295-1296). Ion-ion ini
diberikan dalam bentuk injeksi iv karena diharapkan dapat segera memberikan efek.
Asidosis berbeda dengan asidemia. Asidosis berkaitan dengan proses fisiologis yang
menyebabkan penurunan pH darah, sedangkan asidemia adalah keadaan pH arteri <
7,35.Contoh:
Infus Asering (Otsuka)
Formulanya sebagai berikut :
Resep larutan dasar elektrolit
Na+
130 mEq
K+
4 mEq
Cl109 mEq
++
Ca
3 mEq
Asetat
28 mEq
Aqua p.i.
1000 ml
Isotonic
Steril
Tidak absorpsi
Bukan larutan elektrolit
Tidak mengalami metabolism
Cepat diekskresi
Mempunyai tekanan osmotic diuretik
dalam ruangan peritoneal dan umumnya menggunakan tutup plastik yang dipatahkan,
sehingga memungkinkan larutan dengan cepat turun ke bawah. Penggunaan cairan
demikian bertujuan menghilangkan menghilangkan senyawa-senyawa toksik yang secara
normal dikeluarkan atau diekskresikan ginjal. Pada kasus keracunan atau kegagalan ginjal,
penggunaaan larutan dialisis peritoneal merupakan pilihan lain yang dapat dilakukan.
Larutan diabsorbsi dalam membran peritoneal mengikuti peredaran darah. Kemudian, di
dalam ujung sel peritoneal terjadi penarikan zat toksin dari darah ke dalam cairan dialisis,
yang bekerja sebagai membran semipermeabel.
Persyaratan larutan dialisis peritoneal adalah
a. Hipertonis
b. Steril
c. Dapat menarik toksin dalam ruang peritoneal
Contohnya :
Larutan Dianeal 1,5% dan 2,5%, 2 liter
Formulanya sebagai berikut :
NaCl
538 mg
538 mg
Na laktat
448 mg
448 mg
CaCl2
25,7 mg
25,7 mg
MgCl2
5,08 mg
5,08 mg
Dektrose
1,5 g
2,5 g
Aqua p.i.
100 ml
100 ml
Osmolarity
346
396
pH
5,2
5,2
Whole Blood
Whole blood atau darah lengkap manusia adalah darah yang telah diambil dari donor
manusia, yang di pilih dengan pencegahan pendahuluan aseptic yang ketat. Darah di
tambahkan ion sitrat atau heparin sebagai antikoagulasi. Kita menyimpan darah yang di
kumpulkan pada temperature 1C-10C dan mempertahankannya tetap konstan dengan
kisaran 2C. Tanggal kadaluarsanya tidak lebih dari 21 hari sesudah tanggal pengambilan
bila sitrat yang di gunakan sebagai antikoagulasi dan tidak lebih dari 48 jam bila heparin
yang di gunakan. Kita umumnya mengemas darah dalam 1 unit (500 ml) volume dan
memberikan atau memasukannya kedalam pembuluh darah. Namun, terlebih dulu pastikan
ketercampuran darah donor dengan darah penerima.
Sebaliknya, sel-sel darah merah adalah darah lengkap manusia dengan plasma telah di
buang. Plasma dapat di pisahkan dari dengan disentrifuse (diputar). Kita menyimpan sel
darah pada temperature yang sama dengan darah lengkap manusia atau dapat
membekukannya pada temperatur -65C.
2.
Human Albumin
Human albumin adalah sediaan steril albumin serum yang di dapat dengan
melakukan fraksinasi darah dari donor manusia sehat. Tidak kurang dari 96% protein
harus albumin. Setiap 100 ml mengandung 25 g albumin serum sebanding atau ekuivalen
keosmotikannya dengan 500 ml plasma manusia normal atau 5 g sebanding dengan 100 ml
plasma manusia normal. Kita memberikan albumin serum sebagai penyokong volume
darah dengan infuse melalui pembuluh darah dan umumnya dengan volume yang
ekuivalen dengan 25-75 g albumin setiap harinya. Tanggal kadaluarsanya berkisar antara
3-10 tahun, tergantung pada keadaan penyimpanan.
Contoh :
Infuse Human Albumin 20%
Formulanya sebagai berikut :
resep Human Albumin 20% (mengandung 20% protein dari minimum 96% Human
Albumin
Human Albumin
192 g
Ion Natrium
125 mmol/L
2,88 g/L
Ion Kalsium
max 2 mmol/L
0,08 g/L
Ion Kalsium
max 2 mmol/L
max 0,08 g/L
Ion Klorida
max 100 mmol/L
max 3,55 g/L
Aqua untuk injeksi
1000 ml
3.
Plasma Protein
Plasma protein adalah larutan steril protein yang terpilih dari plasma darah
donor manusia dewasa. Plasma mengandung 5 g protein per 100 ml, 83-90% adalah
albumin, lalu sisanya alfa dan beta globulin. Umumnya, kita memberikan plasma
protein dalam volume 250-500 ml. tetapi kadang-kadang sampai 1500 ml sebagai
penyokong volume darah. Tanggal kadaluarsanya antara 3-5 tahun, tergantung pada
kondisi penyimpanan. Plasma yang digunakan sebagai penambah darah dinamakan
darah lengkap manusia, sel darah merah manusia, albumin serum manusia normal,
dan fraksi protein plasma manusia. Pada pengumpulan darah manusia dari donordonor darah untuk digunakan pada tranfusi, kita harus hati-hati memperlakukan
seluruh darah atau sel darah agar sel darah atau darah tidak menggumpal. Berikut
adalah larutan resmi yang digunakan untuk tujuan tersebut.
Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% belum berakibat besar karena masih
mampu dinormalisasikan oleh peredaran darah sendiri. Namun, bila cairan tubuh atau
jumlah plasma yang hilang lebih dari itu, maka tubuh memerlukan pengganti untuk
mencegah penggumpalan sel-sel darah serta menormalkan viskositas darah yang
membesar.Larutan yang dibutuhkan adalah senyawa koloid dengan BM>30.000, inert,
cairan tidak mudah dieliminasi, dan dapat digunakan dengan atau tanpa elektrolit.
Contoh:
Infus Plasmanate
Formulanya sebagai berikut:
Plasma Protein Fraction (Human) 5%, 100 ml USP
Plasma Protein
5g
Sodium carbonat
0,004 M
(setara dengan sodium caprylate dan acetyl tryptophan)
Sodium ion
145 mEq/L
Potasium
0,24 mEq/L
Chloride
100 mEq/L
4.
Larutan Gelatin
Larutan gelatin merupakan hasil hidrolisis kolagen, yakni suatu senyawa
polipeptida. Larutan sangat cocok untuk plasma ekspander karena strukturnya terdiri
atas protein, sehingga dengan protein plasma dapat memberikan efek osmotik yang
sama. Pada suhu kamar, gelatin dapat mengental, sehingga kita perlu menghangatkan
larutan dan pada pemanasan gelatin dapat terurai. Untuk memperbaiki kelarutan, kita
perlu menambahkan glioksal atau isosianat agar bentuk molekulnya bertambah
panjang dan bercabang. Setelah 24 jam dieliminasi atau diurai secara enzimatik,
gelatin hilang dari peredaran darah.Sebagai cairan pengganti darah, kita menggunakan
larutan gelatin 5% yang diisotonikkan dengan natrium klorida dan dapat disterilkan
pada suhu 121-124C dalam autoklaf.
Contoh:
Infus Haemacel, Infus Haemaccel.
Formulanya sebagai berikut:
Resep: 3,5% Colloidal Infusion Solution
Gelatin dari polypeptides (bovine bone)
35 g
Chlorida ion
5,14 g
145 mmol
Potasium ion
0,20 g
5,1 mmol
Calcium ion
0,25 g
6,25 mmol
Sodium ion
3,33 g
145 mmol
Aqua untuk injeksi
1000 ml
5.
Larutan Dekstran
protein. Umumnya, larutan terdiri atas 8 asam amino penting, yaitu: L-Isoleusin, LLeusin, L-Lisine, L-Metionin, L-Fenilalanin, L-Trionin, L-Triptopan, dan L-Valin.
Kedelapan asam amino ini penting dan harus selalu ada dalam jumlah dan
perbandingan yang tertentu di dalam infus. Hilangnya satu komponen menyebabkan
efek yang diharapkan tidak tercapai, malah akan terjadi gangguan dalam pertukaran
protein tubuh. Kemudian, jumlah yang berlebih pun tidak ada gunanya.
Komponen lainnya adalah sorbitol sebagai penyangga energy, demikian pula
vitamin dan tambahan elektrolit. Larutan diatur pada pH sekitar 6. Harga pH yang
lebih tinggi akan mengurangi stabilitas larutan.
Untuk mengurangi penguraian asam amino pada sterilisasi panas, kita
umumnya melakukannya pada suhu 120C dengan tekanan uap disertai penjenuhan
gas netral. Natrium pirosulfit dalam jumlah sangat kecil mampu mengusir oksigen
pada kondisi tertentu.
Contohnya:
Infus Aminofusin L (Primer).
Formulanya sebagai berikut :
Resep amino acid
L isoleucine
L leucine
L lysine monohidrochloride
1,55 g
2,20 g
2.50 g
L methionone
L phenilalanin
L threonine
L tryptophan
L valine
L Alanine
L Arginine
L Glutamic acid
Glicyne
L histidine
L proline
Sorbitol
Xylitol
Potasium hydrochloride
Magnesium acetate
Sodium hydroxide
L malic acid
Vitamin
Aqua untuk infus
2.10 g
2.20 g
1.00 g
0.45 g
1.50 g
6.00 g
4.00 g
9.00 g
10.00 g
1.00 g
7.00 g
50.00 g
50.00 g
1.68 g
1,07 g
1.60 g
2.01 g
1000 ml
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml yang
diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok.
Penggolongan sediaan infus berdasarkan komposisi dan kegunaannya yaitu larutan
elektrolit, infus karbohidrat, larutan kombinasi elektrolit dan karbohidrat, larutan
irigasi, larutan dialisis peritoneal, dan larutan plasma expander atau penambah
darah.
DAFTAR PUSTAKA