Sedatif-Hipnotik
Sedatif-hipnotik merupakan golongan obat yang bekerja menekan
sistem saraf pusat pada dosis tertentu sehingga menyebabkan
timbulnya rasa tenang, kantuk, menidurkan hingga hilangnya
kesadaran/ keadaan anestesi
Indikasi : ansietas (kecemasan), epilepsi, medikasi pra-anestetik
Sedatif-hipnotik kadang disebut juga ansiolitik
Penggunaan sedative-hipnotik khususnya benzodiazepin perlu
diperhatikan karena adanya efek samping gangguan kognitif,
toleransi dan ketergantungan pada pemakaian kronis
BARBITURAT
GOLONGAN LAIN
Fenobarbital
Buspiron
Tiopental
Metoheksital
Induktor
sitokrom
P450
Kloralhidrat
Meprobamat
MEKANISME KERJA
Farmakokinetik :
Absorpsi sempurna, BDZ bentuk nonionic koefisien partisi
lemak:air tinggi lipofilik variatif. Metabolisme di hati oleh
sitokrom P450.
Farmakodinamik :
Pada SSP : sedasi, hypnosis,
pengurangan rangsangan emosi,
relaksasi otot.
Pada saraf tepi : vasodilatasi
Pernapasan : tidak mengganggu
pernapasan normal, namun berbahaya
pada penggunaan dengan obat lain
seperti alcohol
KV : pada dosis praanestesi,
menurunkan tekanan darah
Obat-obat lainnya
Buspiron : efek ansiolitik diduga disebabkan kerjanya pada
reseptor 5HT-1, obat ini juga memiliki efek terhadap dopamine.
Alkohol : memiliki efek depresi/ penekanan system saraf pusat
sehingga timbul efek sedasi. Alkohol mengganggu keseimbangan
eksitasi dan inhibisi rangsangan di otak
ANTIDEPRESAN
Antidepresan
Desipramin
Imipramin
Amitriptilin
Doksepin
Fluoksetin
Sitalopram
Fluvoksamin
Paroksetin
Isokarboksazid
Fenelzin
Tranilsipromin
Antidepresan
Trisiklik
Serotonine
Selective Reuptake
Inhibitor (SSRI)
Monoamine
Oxidase Inhibitor
(MAO-I)
Antidepresan trisiklik
MK : golongan TCA
(Tricyclic
Antidepressant) bekerja
dengan menghambat
ambilan kembali
neurotransmitter di otak
Farmakodinamik
Antidepressan trisiklik :
Selain efek hambatan reuptake
neurotransmitter juga berefek sebagai :
- Antagonis kolinergik muskarinik
- Antagonis -adrenergik lemah
- Antagonis H1 lemah
MK : Golongan SSRI
menghambat ambilan
kembali serotonin tanpa
mempengaruhi ambilan
kembali norepinefrin dan
dopamin
Farmakodinamik
SSRI bekerja memblok ambilan kembali serotonin di otak sehingga dapat
meningkatkan kadar serotonin. SSRI tidak berpengaruh pada reseptor
neurotransmitter lainnya baik sebagai agonis maupun antagonis
Interaksi farmakodinamik yang berbahaya terjadi pada pemberian SSRI
bersama MAO inhibitor peningkatan efek serotonin secara berlebihan
hipertermia, kekakuan otot, kolaps pd KV dan gangguan perilaku
MK : penghambatan (inhibisi)
aktivitas enzim monoamine
oksidase sehingga menghambat
degradasi berbagai transmitter
monoamine peningkatan
kadar norepinefrin, serotonin
dan dopamin
Antidepresan Lain
Litium
Mood stabilizer
Indikasi : gangguan bipolar (maniac-depressive)
MK : belum jelas, diduga melibatkan interaksi dengan second
messanger
Farmakokinetik :
obat diabsorpsi secara cepat dari usus
Dosis terapi = dosis toksik pemantauan konsentrasi litium dalam darah
Parkinsons Disease
Terapi Pengganti
Dopamin
Penghambat
enzim pemecah
Dopamin
Penghambat
katekol-ometiltransferase
Terapi Agonis
Dopamin
Terapi
antikolinergik
Penghambat katekol-o-metiltransferase
Entakapon dan tolkapon inhibitor COMT yang reversible
Dapat memperpanjang masa kerja Dopamin
Pemberian kombinasi dengan Levodopa-karbidopa dosis
karbidopa dapat diturunkan
Terapi Antikolinergik
Bukan pilihan utama untuk terapi Parkinson
MK : mengurangi efektivitas neuron-neuron kolinergik
Merupakan antagonis muskarinik
Contoh obat : triheksifenidil, benztropin, biperidin
AMANTADIN suatu antivirus yang diketahui memiliki efek pada
penderita Parkinson memiliki efek dopaminergik dan
antikolinergik
Pemberian pada pasien yang tidak memperlihatkan efek pada
pemberian L-dopa
ANTIPSIKOSIS
PSIKOSIS
Istilah psikosis menunjukkan berbagai gangguan mental meliputi
delusi, berbagai jenis halusinasi, biasanya pendengaran dan
penglihatan, kadang-kadang juga perabaan maupun penciuman,
dan pikiran yang sangat tidak teratur
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan mental yang paling
kompleks dan menantang. Skizofrenia merupakan suatu sindroma
heterogen dari cara berpikir yang aneh dan tidak teratur, delusi,
halusinasi serta gangguan psikososial
Obat-obat untuk mengatasi kondisi psikosis antipsikotik
PENYEBAB SKIZOFRENIA
1.
2.
Faktor Genetika:
termasuk kondisi pra kelahiran
Faktor Psikologis
3.
SKIZOFRENIA
Gejala skizofrenia terbagi menjadi 3 kategori :
Positive Symptomps
Negative Symptomps
Cognitive Symptomps
Hallucinations
Delusions
Though disorders
Movement
disorders
Flat affect
Reduce feelings of
pleasure in
everyday life
Difficulty beginning
and sustaining
activities
Reduced speaking
Poor ability to
understand
information and
use it to make
decisions
Trouble focusing or
paying attention
Trouble with
working memory
Dopamin
Jalur Dopamin di otak:
1.Jalur Dopamin Mesokortikal : proses stimulus
dan perilaku motivasional.
Hiperaktivitas menyebabkan simptom positif
2.Jalur Dopamin Mesolimbik : mengontrol
emosional. Hipoaktivitas menyebabkan
simptom negatif
3.Jalur Dopamin Nigrostriatal : mengontrol
gerakan motorik
4.Jalur Dopamin Tuberoinfundibular :
mengontrol sekresi prolaktin
Dopamin
ANTIPSIKOTIK
Antipsikotik tipikal
(generasi pertama)
Antipsikotik atipikal
(generasi kedua)
Klorpromazin
Klozapin
Haloperidol
Risperidon
Flufenazin
Olanzapin
http://www.uic.edu/classes/pcol/pcol331/dentalpharmhandouts2006/l
ecture49.pdf
Antipsikotik
Dua golongan utama : antipsikotik tipikal dan atipikal
Semua golongan antipsikotik merupakan antagonis reseptor
dopamin, muskarinik, alfa-adrenergik dan histamin. Khusus
antipsikotik atipikal memiliki afinitas terhadap reseptor serotonin
sehingga dapat mengurangi efek samping ekstrapiramidal
Afinitas terhadap berbagai reseptor mempengaruhi efek samping
yang ditimbulkan
ANTIEPILEPSI
EPILEPSI
Epilepsi merupakan gangguan kronis yang ditandai dengan adanya
episode kambuhan di mana otak mengalami pelepasan muatan
listrik yang berlebihan (muatan abnormal) seizure, yang
kemudian dapat disinkronisasi di seluruh populasi neuron.
Penyebab epilepsi belum diketahui secara pasti namun diketahui
bahwa faktor keturunan memiliki peran penting. Pada epilepsi
terjadi kerusakan otak tumor, infeksi, trauma otak, asfiksia
(gagal napas)
TIPE-TIPE SEIZURE
Parsial seizure (fokal maupun lokal)
Parsial sederhana : motorik fokal, sensorik atau gangguan bicara, tanpa
gangguan kesadaran
Parsial kompleks
Seizure parsial yang kemudian berkembang menjadi menyeluruh (sekunder)
Seizure menyeluruh
Berkembang dari kedua bagian otak
Gejala yang timbul meliputi serangan tonik-klonik/ grand mal/ konvulsif
menyeluruh (rigiditas tonik diikuti hentakan tubuh secara massif) dan petit
mal /absence/ nonkonvulsif menyeluruh (gangguan kesadaran, mata
berkedip-kedip)
Obat Antiepilepsi
Prinsip MK : menghambat proses inisiasi dan penyebaran kejang,
namun obat-obat ini cenderung bersifat membatasi proses
penyebaran kejang daripada mencegah inisiasi.
Obat-obat pilihan :
Karbamazepin
Fenitoin
Fenobarbital
Valproat
Etosuksimid
Obat Antiepilepsi
Obat untuk terapi bangkitan parsial dan grand mal
Dipilih monoterapi : karbamazepin dan valproate
Karbamazepin dimetabolisme di hati menghasilkan suatu metabolit aktif
yang juga berperan pada efek antikonvulsan dan efek neurotoksisitas.
Karbamazepin dapat menyebabkan autoinduksi metabolism. Efek
neurotoksik yang ringan seperti mual, pusing, pandangan kabur, ataksi
Fenitoin Kecepatan metabolism sangat bervariasi tergantung setiap
pasien. Dimetabolisme oleh enzim hati. Efek samping yang umum gambaran
wajah yang kasar, jerawat, kulit berminyak
Fenobarbital diduga punya efektivitas yang sama namun memiliki efek
sedatif. Dapat terjadi toleransi pada penggunaan jangka panjang.
Penghentian tiba-tiba dapat mencetuskan status epiliptikus.
Obat Antiepilepsi
Obat untuk terapi petit mal
Etosuksimid : hanya efektif untuk petit mal/bangkitan. Efek
samping ringan.
Obat lainnya :
Felbamat
Gabapentin
Topiramat
Lamotrigin
Tiagabin
ANALGESIK
Definisi
Analgesik/ analgetik obat yang digunakan untuk
menghilangkan/ mengurangi nyeri
Nyeri ??
Adanya trauma pada jaringan berbagai penyebab luka,
pukulan dsb
Luka kerusakan jaringan fosfolipid diubah oleh enzim
fosfolipase menjadi asam arakidonat COX1 dan COX 2
prostaglandin (mediator nyeri)
Opioid
Opioid senyawa-senyawa yang bekerja pada reseptor opioid,
mencakup agonis, parsial agonis dan antagonis
Reseptor opioid reseptor mu (), delta () dan kappa () banyak
ditemukan di otak, spinal cord (saraf tulang belakang) dan saluran cerna
Peptida Opioid Endogen enkefalin, endorphin, dan dinorfin
dilepaskan oleh adanya rangsangan nyeri/sakit, pada keadaan stress,
atau sebagai antisipasi nyeri
Opiat senyawa yang memiliki sifat seperti opium morfin, kodein,
tebain, papaverin
Analgesik opioid sekelompok senyawa yang bersifat analgesik/
menghilangkan nyeri dengan cara bekerja pada reseptor opioid
http://psychotropicon.info/papaver-somniferum-opium-poppy/
Analgesik Opioid
Toleransi dan ketergantungan
Penggunaan berulang dari morfin dan senyawa lain yang sejenis dapat
menimbulkan penurunan efektivitas senyawa tersebut secara bertahap
sehingga untuk mencapai respon yang sama dibutuhkan dosis yang lebih
besar toleransi
Pada kedaan toleransi, ketergantungan secara fisik dan mental pun muncul
jika obat dihentikan tiba-tiba dapat muncul gejala putus obat / gejala
abstinensi ketergantungan
Hiperalgesia
Penggunaan morfin dapat menginduksi kondisi hiperalgesia dikarenakan
peningkatan sensasi nyeri penggunaan opioid untuk nyeri kronik perlu
dipertimbangkan
Morfin
Prototype dari senyawa-senyawa opioid
Efek utama pada pengikatan dengan reseptor mu () di sistem saraf pusat
menghasilkan efek analgesia, euphoria, sedasi dan depresi pernapasan
Analgesia : meliputi nyeri sensorik maupun afektif
Euforia : pasien maupun pengguna opioid iv merasakan senang karena hilangan
kecemasan dan stress
Sedasi : tidak selalu muncul, penggunaan bersama dengan penekan CNS lainnya dapat
menghasilkan sensasi tidur yang dalam
Depresi pernapasan, penekanan pusat batuk, miosis, mual muntah
Efek di perifer
CV : kebanyakan opiod tidak memperlihatkan efek tehadap jantung, pengecualian pada
meperidin yang memiliki aktivitas pada muskarinik takikardi
Saluran cerna : efek samping konstipasi
Morfin
Farmakokinetik
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh tetapi dapat diabsorpsi melalui
kulit luka, dan dapat pula menembus mukosa.
Absorpsi melalui pemberian oral jauh lebih rendah dibandingkan pemberian
secara intravena. Mula kerja semua alkaloid opiod setelah suntikan iv sama
cepat sedangkan setelah suntikan subkutan absorpsi bervariasi.
Morfin mengalami reaksi konjugasi di hati dan sebagian lain dalam bentuk
bebas, dan 10% lainnya tidak diketahui
Morfin dapat melintasi sawar uri dan mempengaruhi janin
Ekskresi utama melalui ginjal, sebagian kecil ditemukan dalam tinja dan
keringat
Heroin
Bersifat lebih larut lipid dibandingkan morfin sehingga dapat menembus sawar
darah otak. Heroin di dalam otak dihidrolis menjadi morfin
Meperidin/ Petidin
Fentanil
Delapan puluh kali lebih poten dibandingkan morfin namun memiliki durasi
kerja singkat. Indikasi : operasi
Metadon
Analgetik yang sangat efektif pada pemberian oral dan mempunyai durasi kerja
lebih lama dibanding morfin
Pentazosin
Merupakan antagonis lemah pada reseptor mu tetapi agonis kuat
pada reseptor kappa.
Efek terhadap SSP sama dengan agonis opioid yaitu menimbulkan
analgesia, sedasi dan depresi napas
Farmakokinetik : obat ini diserap baik melalui berbagai cara
pemberian. Bioavaibilitas per oral nya bervariasi. Dimetabolisme
di hati dan diekresikan melalui urine
Indikasi : nyeri sedang, medikasi praanestetik
Antagonis Opioid
Obat-obat antagonis opioid umumnya dapat menimbulkan efek bila sebelumnya
telah ada efek agonis opioid atau apabila opioid endogen sedang aktif misalnya
pada keadaan stress atau syok.
Nalokson prototype antagonis opioid, obat lainnya naltrekson
Merupakan antagonis kompetitif pada semua reseptor opioid, pengikatan paling
tinggi pada reseptor mu.
Farmakokinetik : pemberian nalokson secara oral tidak efektif karena hampir
seluruhnya mengalami metabolisme lintas pertama. Pemberian umumnya
melalui suntikan iv
Farmakodinamik
Antagonisme nalokson dapat menimbulkan peningkatan frekuensi napas melebihi
frekuensi sebelum pemberian opioid. Pada pasien ketergantungan pemberian nalokson
dosis kecil menimbulkan gejala putus obat
Indikasi : depresi napas akibat pemberian opioid, pada bayi baru lahir yang ibu
menda[at opioid, tentamen suicide dengan suatu opioid
Analgesik non-opioid
Analgesik non-opioid
Obat-obat ini termasuk
dalam kelompok obat-obat
analgesik-antipiretik dan
analgesik antiinflamasi
nonsteroid (AINS)
http://www.gpatcrackers.com/2014/12/pharmacology-chemistry-of-non-steroidal.html
Analgesik non-opioid
http://www.gpatcrackers.com/2014/12/pharmacology-chemistry-of-non-steroidal.html
Parasetamol/ asetaminofen
Parasetamol merupakan analgesik-antipiretik turunan para amino fenol.
Tidak memiliki efek antiinflamasi
inhibitor COX non selektif
Farmakokinetik : diabsorpsi cepat dan sempurna di saluran cerna.
Konsentrasi tertinggi dicapat dalam waktu jam, waktu paruh plasma
antara 1-3 jam. Metabolisme di hati melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukuronat dan asam sulfat. Ekskresi melalui ginjal.
Farmakodinamik : efek analgesik serupa dengan salilisat. Pengaruh
terhadap penghambatan prostaglandin tidak terlalu besar sehingga efek
perdarahan lambung tidak terlihat
Efek samping adanya kerusakan hati pada pemakaian parasetamol jangka
panjang
Celecoxib
Celecoxib merupakan inhibitor COX-2 selektif, 10-20 kali lebih
selektif terhadap COX-2
Efek samping pada saluran cerna serta perdarahan dapat dikurangi
Tidak memiliki efek kardioproteksi, sehingga dikhawatirkan
muncul gangguan pada jantung
TERIMA KASIH