Anda di halaman 1dari 47

1

MPL = METODA PEMISAHAN LANJUT


1. Pendahuluan
1. Langkah-langkah Kimia Analisis
2. Berbagai Metoda Pemisahan
3. Pemisahan secara Konvensional
4. Pemisahan secara Modern
2. Distilasi
1. Pengertian
2. Distilasi uap
3. Distilasi vakum (Rotary Evaporator)
4. Contoh pemisahan dengan distilasi
3. Ekstraksi
1. Pengertian
2. Ekstraksi pelarut
3. Penukaran ion
4. Kromatgrafi
1. Kromatografi umum
2. Kromatografi absorpsi
3. Kromatografi pantisi
4. Kromatografi gas - padat (GSC)
5. Kromatografi gas - cair (GLC)
6. Kromatografi cair - cair (LLC)

METODE PEMISAHAN LANJUT

LITERATUR UTAMA

1. Karger BL., Snyder, LR and Horvath, C., An Introduction to Seperation


Science, John Willey and Sons.
2. Deam, John A., Chemical Seperation Methods, D. Van Nostran Reinhold,
Co.
3. Miller, J.M., Seperation Methods in Chemical Analysis, Willey Interscience.
4. Walf, F.J., Seperation Methods in Organic Chemistry, Academic Press.
5. Khopkar, S.M., Basic Concepts of Analytical Chemistry, Willey Eastern Ltd.
6. Veronika, R.M., Practical High-Performance Liquid Chromatography, John
Willey & Sons.

1. Pendahuluan
METODE PEMISAHAN LANJUT

Klasik

Penentuan komposisi kimia

Modern

Disamping hal diatas,


Identifikasi suatu zat
Elusidasi struktur
Analisis kuantitatif

Kimia Analitik

Pemisahan

Metode Pemisahan

Distilasi
Ekstraksi
Kromatografi
Eletrometri

1.1 Langkah-langkah Kimia Analisis


Sampling

Instrumen

Pretritmen

Pengukuran

Tritmen

Pemisahan
Metoda
Pemisahan

1.2 Berbagai Metoda Pemisahan


METODE PEMISAHAN LANJUT

Sebagaimana telah ditunjukkan pada skema di halaman 1, metoda


pemisahan yang umum antara lain :
1) Pemisahan dengan cara distilasi
2) Pemisahan dengan cara ekstraksi
3) Pemisahan dengan cara kromatografi
4) Pemisahan dengan cara elektrometri.
Adapun dalam perkuliahan MPL ini, pemisahan secara elektrometri tidak
dibicarakan karena tidak termaktub dalam silabus MPL.
1.3 Pemisahan secara Konvensional
Didasarkan kepada sifat kimia zat.
1.4 Pemisahan secara Mocleren
Didasarkan kepada sifat fisika-kimia zat.
2. Distilasi
2.1 Pengertian
Distilasi adalah proses pendidikan suatu cairan menjadi uap dan kemudian
pendinginan uap untuk mendapatkan cairan.
Zat cair

uap (gas)

zat cair

Pendinginan

penguapan

pengembunan

2.2 Distilasi uap


METODE PEMISAHAN LANJUT

Uap (air)

Ketel uap

Bahan

Seny. org. yang


mudah menguap

Cengkeh
Kayu manis
Sereh

Minyak atsiri

Tempat bahan

Minyak atsiri

2.3 Distilasi vakum (Rotary Evaporator)


= distilasi biasa, tetapi penguapan cairan dilakukan pada tekanan >>> rendah
(vakum)
Di laboratorium : rotaryevaporator
Biasanya digunakan untuk me-regenerasi pelarut organik.
2.4 Contoh Pemisahan dengan Distilasi
1. Pemurnian air tercemar
Air sungai atau air kran, dimurnikan dengan alat distilasi yang gambarnya
(Gambar 1) berikut :

METODE PEMISAHAN LANJUT

Gambar 1. Distilasi air dengan peralatan laboratorium

Gambar 2. Distilasi air dengan peralatan yang dirakit sendiri

METODE PEMISAHAN LANJUT

Gambar 5. Peralatan distilasi uap di laboratorium

METODE PEMISAHAN LANJUT

Gambar 6. Distilasi uap minyak atseri daun tumbuh-tumbuhan menggunakan


perangkat distilasi mandiri

METODE PEMISAHAN LANJUT

Gambar 7. Distilasi uap minyak atseri dengan ketel uap dari dandang penanak nasi
Tutup penanak nasi dilubangi untuk tempat pipa uap, lubang dirapatkan dengan
disolder/dikeling

METODE PEMISAHAN LANJUT

10

METODE PEMISAHAN LANJUT

10

11

4.1 Terminologi Kromatografi


Kromatografi : suatu proses pemisahan campuran beberapa senyawa yang
bergerak secara diferensial (kecepatan berbeda) pada suatu fasa diam, bila
senyawa-senyawa tersebut di elusi dengan zat lain yang dl kromatografi disebut
eluen (fasa gerak).
Beberapa istilah dalam kromatografi :
a. Rf

= faktor retensi (retention vactor), faktor retardasi

b. VR = volume retensi
c. tR

= waktu retensi

d. Cs

= konsentrasi zat terlarut (terikat) dl basa diam

e. CM = konsentrasi zat terlarut dl basa diam


f. Kd = koefisien distribusi (partisi) antara zat terlarut dl fasa diam dan fasa
gerak.
Kd = Cs/CM (1)

tm
.. (2) dimana,
R =

ts
m

tm = waktu tinggal molekul dalam fasa gerak


ts = waktu tinggal molekul dalam fasa diam

VM
Jarak yang ditempuh zat terlarut
Rf = Jarak yang ditempuh fasa gerak (3) =
VM K D VS
g. VM = volum fasa gerak
CM = konsentrasi molekul dl fasa gerak
VS = volum fasa diam
CS

= konsentrasi molekul dl fasa diam

4.2 Prosedur
Untuk melaksanakan pemisahan secara kromatografi (kolom) ada tiga cara
yang dapat dilakukan, yaitu :

METODE PEMISAHAN LANJUT

11

12

a. Analisis frontal
b. Analisis elusi
c. Pergeseran
a. Analisis Frontal
Larutan contoh dilewatkan secara kontinu melalui absorban. Pusat-pusat
aktif mengabsropasi akan diduduki oleh komponen-komponen yang lebih kuat
terabsorpsi, sedang yang lebih lemah terabsorpsi terakumulasi pada fasa gerak.
Kemudian komponen yang paling lemah terabsorpsi, akan keluar kolom lebih
dulu, lalu diikuti oleh komponen-komponen lain dengan daya terabsorpsinya lebih
kuat. Bila % E terhadap volum efluen (eluen) diflotkan (dialurkan) akan diperoleh
kurva berbentuk tangga.

Gambar 4.1 Analisis frontal


b. Analisis Elusi
Analisis elusi adalah teknik yang paling populer. Eluen (bisa pelarut
murni) dilewatkan melalui kolom yang dapat menyebabkan differential migration
zat-zat terlarut di dalam fasa gerak. Jika laju alirannya tertentu, maka
pemisahannya tergantung pda KD. Makin besar perbedaan KD, makin baik
pemisahan komponen-komponen.

METODE PEMISAHAN LANJUT

12

13

Perhatikan gambar 4.2 berikut ini :

Gambar 4.2 Analisis elusi


c. Teknik Pergeseran
Pada teknik ini, pemisahan tercapai karena pengaliran suatu reagen yang
terabsorpsi lebih dalam kolom. Reagen penggeser ini terabsorpsi dan
terkonsentrasi pada suatu wilayah puncak kolom. Semua komponen terdorong
keluar, oleh pergerakan meja reagen penggeser sepanjang kolom. Komponen
terlemah terikat pada kolom, akan keluar pertama, diikuti oleh komponen lain,
dan reagen penggeser akan keluar terakhir. Perhatikan gambar 4.3 berikut :

Gambar 4.3 Teknik pergeseran


METODE PEMISAHAN LANJUT

13

14

4.3 Dinamika Kromatografi


3. Ekstraksi
3.1 Pengertian
Ekstraksi secara bahasa : proses penarikan
Secara kimia : proses penarikan suatu senyawa dari suatu medium (misal
larutan, cairan) dengan menggunakan suatu senyawa penarik (ekstraktor)
Ekstraktor : senyawa penarik
Ekstrak

: hasil penarikan

Ekstraksi : proses penarikan


3.2 Ekstraksi pelarut
1. Ekstraksi pelarut (solvent extraction)
Proses pengerjaan, dimana zat terlarut satu atau lebih terdistribusi
(terpartisi) antara dua cairan yang saling tak campur (immisible). Misalnya
H2O CHCl3 ; H2O CCL4, dsb
Pengerjaan EP ini biasanya dalam corong pisah (seperatory funnel), suatu
alat sangat sederhana.
Disamping itu ada pula alat ekstraksi lain :
(1) Alat soklet : ekstraksi kontinu
(2) Alat counter current craig
2. EP, cara pemisahan penting dalam analisis kimia
(1) Bisa digunakan untuk pemisahan logam
(2) Bisa pupa untuk tujuan preparatif dalam laboratorium kimia organik,
biokimia atau kimia anorganik

METODE PEMISAHAN LANJUT

14

15

HUKUM DISTRIBUSI NERNST


1. Bila zat X dl pelarut-1 dikocok dengan pelarut-2 yang saling tak larut
(immicible) di dalam suatu corong pemisah, maka X akan terdistribusi antara
pelarut-1 dan pelarut-2, dengan sarat X juga bisa terlarut dalam pelarut-2.
X itu sebagian terekstraksi dari pelarut-1 ke pelarut-2 dalam proses bolakbalik atau proses reversibel.
(X)1

(X)2 dimana

(X)1 = Zat X yang tertinggal dl pelarut-1


(X)2 = Zat X yang terekstraksi ke dl pelarut-2
Proses ini akan mencapai

asal pengocokannya cukup lama, artinya pada

suhu tertentu X yang terlarut (terekstraksi) dl pelarut-2, telah sesuai dengan


nilai kelarutan X dl pelarut-2 tersebut. Pada

distribusi, berlaku :

[X2] / [X1] = tetapan = KD (t oC) ......... (1)


dimana :
KD = tetapan yang tidak tergantung pada konsentrasi total X (disebut juga
tetapan koefisien distribusi)
Persamaan (1) diatas disebut HK. Distribusi Nernst (1891) yang menyatakan :
Suatu zat terlarut X mendistribusikan dirinya antara pelarut-1 dan pelarut-2
yang immicible sedemikian rupa sehingga setelah

distribusi tercapai,

[X2] / [X1] = tetapan


Perlu diingat bahwa :

Pers. (1) : [X2] / [X1] = tetapan = KD (t oC) hanya berlaku :


bila X mempunyai MR (berat molekul) yang sama di dalam tiap fasa ( =
tiap pelarut itu)

Pers. (1) yang menyatakan HK. Nernst, kurang eksak karena secara
termodimika yang konstan adalah :
(aX)2 / (aX)1 = KDA ........ (2)
dimana : (aX)2 = aktivitas X dl pel. 2
(aX)1 = aktivitas X dl pel. 2

METODE PEMISAHAN LANJUT

15

16

KDA

= koefisien

distribusi

aktivitas,

suatu

tetapan

termodinamis (True constant)


Dari kimia fsica diketahui : a = j c dimana:
j = koefisien aktivitas
c = konsentrasi, C J
untuk e <<< j = 1 a = c
2. Perhatikan sekarang : asam benzoat, HBz (= C6H5COOH), di dalam fasa
benzen dan air.
Di dalam fasa air, HBz terionisasi sebagai berikut :
HBz + H2O H3O+ + Bz- ........... (3)
Di dalam fasa benzen (fasa organik) : terjadi dimerisasi :
2HBz

(HBz)2 atau ................ (4)

Perhatikan kembali reaksi (3) dan (4)


HBz , Bz-, (HBz) masing-masing mempunyai nilai KD sendiri-sendiri,
seperti di abwah ini
KD (HBz) = a (HBz) org / a (HBz) air
KD (Bz-) = a (Bz-) org / a (Bz-) air
KD (HBz)2 = a (HBz)2 org / a (HBz)2 air
KD (HBz), KD (Bz-), dan KD (HBz)2 merupakan besaran-besaran teoritis,
sedangkan dalam suatu percobaan kimia (praktis) yang ingin diketahui adalah
konsentrasi total asam benzoat (HBz) di dalam tiap fasa tersebut.
Untuk keperluan analisa kimia >> penting perbandingan konsentrasi total HB 2
dibanding perbandingan aktivitas (a) nya. Besaran dimaksud adalah :
D = [ total X ]o / [ total X ]a . (5)
Dengan demikian :
METODE PEMISAHAN LANJUT

16

17

D(HBz) = [ total HBz dlm benzen ] / [ total HBz dlm air ]


D(HBz) = { [ HBz]o + [ (HBz)2]o} / [HBz]a + [Bz- ]a
D = angka banding distribusi
a = air, o = organic
Pertanyaan : apakah harga D tetap bila pH berubah?

HUBUNGAN D DAN HAL YANG MEMPENGARUHINYA


Ekstraksi Asam lemah
1. Asam lemah HA yang hanya berupa monomer (HA) dalam kedua fasa pelarut
dan A- dari HA tidak larut dalam fasa organik.
2. Ketika

distribusi tercapai diantara kedua fasa, maka

yang berlaku dl

sistem ekstraksi HA adalah :


D; KD, HA dan Ka (tetapan ioniasi HA) :
Fasa air :

HA

ka

H+ + A-

Ka = [H+] [A-] / [HA] (6)

_________________KD _________________ batas antara 2 fasa


Fasa organik :

HA (tidak terioniasi dl fasa organik)


KD, HA =

HA o
HA a (7)

Dari persamaan (6) : (A-)air = Ka

HA air

H air

......... (8)

Bila (8) disubstitusikan kepada (5), diperoleh :

HA o
HAo

HAa A )a HAa Ka HAa/ H a


HAo
=
HAa1 Ka/ H a/ ............. (9)

D=
D

atau

Bila (7) digabung dengan (9), maka :


D=

K D , HA
........................ (10)
1 Ka/CH Ja

METODE PEMISAHAN LANJUT

17

18

3. Disebabkan asam-asam lemah lainnya (HA, HB, HC ....) akan mempunyai


nilai Ka dan KD yang berbeda, maka persamaan (10) di atas bisa digunakan
sebagai dasar untuk melakkan pemisahan campuran asam-asam tersebut
secara ekstraksi pelarut dengan mengatur pH fasa air.

EKSTRAKSI LOGAM
1. Ion logam Mn+ dalam fasa air, dapat diekstraksi ke dalam fasa organik yang
tak polar, dengan cara menjadikan ion Mn+ menjadi molekul tak bermuatan.
Biasanya ion logam itu dikompleksikan dengan suatu ligand sehingga
terbentuk molekul netral (ingat azas like disolves like).
2. Ada 2 jenis kompleks logam tak bermuatan, yaitu :
a. Kompleks asosiasi ion
b. Kompleks sepit (chelating complex)
3. a. Komplek asosiasi ion
Mn+ + bB

ligan

MB nb

ion kompleks positif

MB nb + nX-

( MB b + nX- )

anion

kompleks asosiasi ion (pasangan ion) yang tak


bermuatan dimana muatan + dinetralkan oleh ndari nXContoh : Cu (2,9 dimetil fenantrolin)2+, C104MB nb
nXCara lain untuk terbentuk kompleks asosiasi ion :
Mn+ + (n + a) x-

MX an a anion kompleks

MX an a + ay+

(ay+, MX an a )

kation pembentuk
pasangan ion
METODE PEMISAHAN LANJUT

pasangan ion atau


kompleks asosiasi ion
18

19

Contoh :
(1) { H+, Fe Cl4- }
(2) { (C6H5)4 As+, RoO4-}tetrafenil arsonium peronat
{ H+, Fe Cl4- } >>> penting pada ekstraksi besi dalam cuplikan yang
mengandung besi.
Komplek asosiasi ion bisa pula terbentuk langsung dengan pelarut,
misalnya eter, keton, senyawa-senywa alcohol, yakni senyawa
mengandung O yang bisa membentuk kompleks koordinasi dengan in
logam.

3.b. Kompleks Sepit (Kompleks khelat)


Mn+ +nR-

MRn (kompleks sepit) (11)

Dimana : Mn+ = ion logam bervalensi n dan R- = anion suatu zat, atau ligan
pembentuk kompleks tersebut.
Senyawa kompleks sepit tak bermuatan itu sering disebut senyawa
kompleks dalam atau inner complex.
Beberapa contoh kompleks sepit :
a. 8-hidroksi kuinolin, oxine
Dengan ion logam (seperti Cu2+) membentuk kompleks sepit netral, yang :

tak larut dl air

larut baik dl pelarut organik non polar seperti CHCl3 dan CCl4.

Dalam praktek (eksperimen) :

Oksin dilarutkan dalam CHCl3 atau CCl4

METODE PEMISAHAN LANJUT

19

20

Ion logam (Cu2+, Al+3, dll) dalam fasa air dimasukkan ke dalam corong
pemisah

Larutan oxin dl CHCl3 atau CCl4, masukkan ke dalam corong pemisah


yang berisi ion logam dl fasa air.

Kocok selama 2-3 menit, biarkan setimbang fasa organik oxin yang sudah
mengikat ion logam akan berada pada bagian bawah.

Keluarkan fasa organik ke dalam wadah yang sudah disiapkan.

Kadar ion logam biasanya ditentukan secara spektrofotometri.

b. Kompleks sepit dengan kupferon (cupferron)

c. Kompleks sepit dengan ditizon atau difeniltiokarbazon

d. Bisa juga digunakan ligam monodentat, seperti Cl- dengan logam :


Ge 4+ + 4Cl-

Ge Cl4 ; Fe3+ + 3Cl-

FeCl3

atau CN- dengan Fe3+ :


Fe3+ + 3 CN-

Fe (CN)3

4. Hubungan D dengan pH pada ekstraksi logam :


Mn+ + nHR

MRn +nH+ .. (12)

METODE PEMISAHAN LANJUT

20

21

Ion/logam

asam
Org lemah

kompleks

Dari persamaan (12) ini terlihat bahwa [H+] atau pH akan mempengaruhi
pembentukan MRn.
MRn akan terekstraksi ke dalam fasa organik, dari (12) pH akan pengaruhi
% terekstraksinya MRn.
Akana dibuktikan :

[ J total M dl fasa organik KD x K 5 Ki x [HR]on

D=
[ J total M dalam fasa air
K DR [H ]an
Dimana :
KDx

= tetapan

distribus kompleks MRn

Ki

= tetapan ionisasi senyawa sepit HR

KDR

= tetapan kesetimbangan distribusi HR

[HR]o = [HR] dalam fasa organik


[H+]a

= [H+] dalam fasa air

Untuk itu tuliskan berbagai


setelah dicapai ke

yang bersangkutan dengan sistem ekstraksi ini

distribusi. Sistem ekstraksi secara keseluruhan adalah :

Reaksi keseluruhan : Mn+ + nHR

MRn + nH+ ............... (13)

Ki
H+ + R-

Dalam fasa air

(HR)a
Kf

Mn+ + nRDl fasa organik

(MRn)a
KDx

KDR

(MRn)o + (HR)o
Setelah tercapai

dl fasa organik terdapat :

MRn (kompleks sepit) dan


HR (senyawa pembentuk kompleks)
Dianggap MRn dan HR tidak mengalami reaksi di dalam fasa organik.
Berbagai

di atas dapat dituliskan :

METODE PEMISAHAN LANJUT

21

22

(a) H+ + R-

HR; Ki (Kionisasi) =

(b) Mn+ + nR(c) (HR)a

MRn ; Kf =

[MR n ]a
............................. (14)
[M n ]a [R ] an

(HR)o ; KDR =

[HR]o
....................................... (15)
[HR]a

(d) (MRn)a = (MRn)o ; KDx


Adapun : D =

[H ]a [R ]a
......................... (13)
[HR]a

CM o
CM a

[MR n ]o
...................................... (16)
[MR n ]a

[] total M dl fasa org


................................. (17)
[] total M dl fasa air

Dari persamaan (12) dan sistem ektraksi (sepit) diatas,


[M]o = [MRn]o ..... (MRn = satu-satunya bentuk M dalam fasa organik). .. (18)
[M]a = [Mn+]a +[MRn]a ..................................................................... (19)
Bila persamaan (18) dan (19) disubstitusikan ke dalam persamaan (17), akan
didapat persamaan :

D=

[MR n ]o
[M ]a [MR n ]a
n

............................................... (20)

Harus diingat bahwa dalam persamaan (19) adanya kompleks yang lebih
rendah dari MRn seperti MRn-1, HRn-2, dsb di dalam fasa air, diabaikan.
Pengabaian ini akan berlaku semakin baik, bila [HR] yang ditambahkan dl
keadaan berlebihan sebagian besar kompleks yang terbentuk adalah MRn.
Ingatlah bahwa : [MRn]o >>> [MRn]a [MRn]a <<<<
Oleh karena [MRn]a <<<< [Mn+]a persamaan (20) dapat diulis sebagai
berikut :
D=

[MR n ]o
............................................................... (21)
[M n ]a

Dari persamaan (16) (MRn)o = KDx [MRn]a dan bila harga ini disubstitusi ke
persamaan (21), diperoleh :

METODE PEMISAHAN LANJUT

22

23

D=

K Dx [MR n ]a
............................................ (22)
[M n ]a

Dari persaaan (14) : [Mn+]a =

[MR n ]a
............................ (23)
K f [R ] an

n
Dari persaaan (13) : [R ]a

K i [HR n ]a
.......................... (24)
[H ]an

Bila persamaan (24) disubstitusi ke persamaan (23)


[MR n ]a [H ]an
[M ]a =
.................................. (25)
K f K i [HR n ]a
n+

bila (25) disubstitusi ke persamaan (22), maka :

K [MR ]
K Dx [MR n ]a
K Dx K f K f [HR]an

D = Dx n n a
[M ]a
[MR n ]a[H ]an
[H ]an

dari (15) : [HR]a =

...... (26)

[ HR] n
....................................................... (27)
K DR

bila (27) disubstitusi ke (26), diperoleh :


n

K Dx K f K f [HR]on

....................................................... (28)

K D R [H ]an
Persamaan (28) ini memberikan hubungan antara :
Angka banding distribusi D untuk ekstrasi ion Mn+ dengan :
(a) KDx, Kf, Ki dan KDR
(b) [H+]a dan [HR]o
5. Kekst atau Kkeset untuk reaksi : Mn+ + nHR
Bila persamaan (28) :

K Dx .K f .K i
n

KDR

MRn + nH+

disebut Kekst, maka

Persamaan (28) menjadi :


METODE PEMISAHAN LANJUT

23

24

K ekst .[HR]on
D=
[H ]an
[HR]on
D = Kekst.
[H ]an

......................................... (29)

6. Bila persamaan (29) dilogaritmakan :


log D = log Kekst. + n log [HR]o n log [H+]a
atau

Log D = log Kekst. + n log [HR]o + n pH

............. (30)

Berdasarkan persamaan (30) ini, bila log D dialurkan (diplot) terhadap pH,
akan diperoleh kurva lurus (linier) dengan slope = n dan akan memotong log
D pada titik (log Kekst. + n log [HR]o)
7. Perhatikan sekarang persamaan (30)
(a) Pada persamaan untuk D tidak lagi ada [Mn+]
Ini berarti bahwa persamaan (30) berlaku untuk penentuan (ekstraksi) ion
logam M dl jumlah renik atau mikro.
(b) Untuk 2 logam yang berbeda (M dan N), nilai :
Kf dan KDx nya juga akan berbeda
D untuk M D untuk N.
(c) D kedua logam (M, N) dapat diubah dengan mengubah pH inilah dasar
pemisahan 2 logam.
(d) Kurva yang menyatakan hubungan antara :
% E dengan pH fasa air sangat penting untuk pemisahan logam-logam
dengan menggunakan rumus : sistem ekstraksi sepit.
D=

E
Va
.
K ekst .[HR]on .[H ]a n K * .[H ]a n jadi
MO E Vo


konst konst

D=

konstant

E
Va
.
K * .[H ]a n
100 E Vo

METODE PEMISAHAN LANJUT

24

25

E = prosen fraksi terekstraksi = % zat terlarut ke dalam fasa organik


(ekstraktor)
Va = volum fasa air ; Vo = volum fasa organik
8. Hubungan % E dengan D
Secara matematik hubungan % E dengan D, adalah :
%E=

D.100
(D Va/Vo

..................................................... (32)

Persamaan (32) ini diturunkan dari persamaan-persamaan berikut ini :


%E=

mol zat A yang terekstraksi ke basa org


x100
mol total A dl fasa air fasa org

%E=

[A]o.Vo
x100 ................................................ (33)
[A]oVo [A]a.Va

bagi pembilang & penyebut persamaan (3) dengan [A]a


[A]o/[A]a.Vo
x100
% E = [A]o Vo Va
........................................................ (34)
[A]a

Persamaan (34) bagi dengan Vo


[A]o/[A]a.Vo
x100
Va
%E=
........................................................ (35)
[A]o/[A]a
Vo

[A]o / [A]a = D
%E=

D
.100
D Va/Vo

............................................................ (36) (32)

Bila Va = Vo, maka persamaan (32) atau (36) menjadi :


%E=

D
x100
{D 1}

9. Tadi (36) : % E =
D=

........................................................ (37)

D
x100 maka:
D Va/Vo

Va
%E
.
Vo 100 %E

.................................................... (38)

Bila Va = Vo maka :
METODE PEMISAHAN LANJUT

25

26

D=

%E
100 %E

.................................................... (38)

Fraksi terekstraksi (E) adalah % E per 100


E = % E / 100 ............................................................................... (40)
10. Dari persamaan (36) dan (37) dapat dituliskan :

E=

D
{D Va/Vo)

E=

D
{D 1)

D=

Va
E
E
.
...................... (43), Va = Vo D =
......... (44)
Vo (1 E)
(1 E)

............................................... (41) untuk Va = Vo

............................................... (42) berdasar persamaan (38), (39)

11. % (presen) yang tidak terekstraksi


Berdasarkan (32) dan (33), dapat dituliskan :
(a) Kalau Va Vo, maka
% tak terekstraksi = 100

D
.100 ................... (45)
D (Va/Vo)

(b) Kalau Va = Vo, maka :


% tak terekstraksi = 100

D
.100 ................................ (46)
D 1

12. Fraksi tak terekstraksi


Menurut (41), (42), maka :
(a) Bila Va Vo, maka fraksi tak terekstraksi (i)

METODE PEMISAHAN LANJUT

26

27

i = 100

D
......................................... (47)
D (Va/Vo)

(b) Bila Va = Vo, maka :


i = 100

D
...................................................... (48)
D 1

13. Efisiensi Ekstraksi


Zat X yang terdapat dl fasa air, akan diekstraksi dengan Vo mL fasa organik.
Misalkan sesudah 1x dengan Vo mL fasa organik, yang tinggal dalam fasa air
adalah X gram zat X (dalam Va mL fasa air).
Maka :
D=

[X]o
(Xo X 1 )/Vo /(X1 /Va )
[X]a

D.X1.Vo = (Xo-X1) Va ; Xo = zat X mula-mula dl fasa air


(D Vo + Va) X1 = Xo Va Jadi: Xi =
Xi = X o .

X o Va
(DVo Va )

Va
(DVo Va

Sesudah dua kali ekstraksi, dengan Vo mL fasa organik maka dl fasa air Va
mL, akan atinggal X2 g zat X
[X]a =

X2
dan [X]o = (X1-X2)/Va
Va

D = {(X1-X2)/Vo}/(X2/Va) =

Va
X2 = X1
DVo Va

X1 X 2 Va
X 2 Vo

Tadi X1 = Xo

Va
DVo Va

Va
Va
Va

X2 = X1

Xo

DVo

Va
Dvo

Va
DVo

Va

Analog dengan ini untuk n.x ekstraksi :

Va

DVo

Va

Xn = Xo

Xn = g X yang tinggal dalam fasa air sesudah n ekstraksi.


METODE PEMISAHAN LANJUT

27

28

Contoh :
40 mg I2 dilarutkan dl 100 mL air, kemudian diekstraksi dengan pelarut CS 2
pada suhu dimana
DI2 antara CS2 dan air = 400
Ditanyakan : berapa g I2 tinggal dl air estela
(a) diekstraksi 1x dengan 50 mL CS2
(b) diekstraksi 2x dengan masing-masing 25 mL CS2
Jawab :
Va
Xn = Xo
DVo Va

(a) n = 1 Va = 100 dan Vo = 50

100

100


0,20 mg
X1= 40
20x100
(400x50) 100

(b) n = 2 Va = 100 dan Vo = 25

100

(400x250)

100

X2= 40

X1 = 0,20 mg

100

40.

100
x100

0,004 mg

X yang masih tinggal dalam fasa air dengan 1x ekstraksi


50 mL CS2

X2 = 0,004 mg

X yang masih tinggal dalam fasa air dengan 2x ekstraksi


25 mL CS2

Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa ekstraksi akan lebih kuantitatif
(sempurna) bila ekstraksi dilakukan berkali-kali dibandingkan ekstraksi
dilakukan hanya 1x, meskipun volum pengekstraksi (V o) yang digunakan
sama mL nya.
Va
Xn = X o
DVo Va

METODE PEMISAHAN LANJUT

................................. (50)

28

29

SISTEM EKSTRAKSI KHELAT


1. Telah diketahui bahwa untuk ekstraksi ion logam dari fasa air ke fasa organik
dengan bantuan pengompleks khelat, berlaku :
log

V
E
. a logK * npH , bila Va = Vo
100 E Vo

V
E
. a logK * npH , K* =
log
100 E Vo

Bila persamaan : log

K Dx K f K i
KDR

.[HR ]on

E
= log K* + n pH
100 E

Dibuat kurva antara : pH Vs % E, akan diperoleh kurva berbentuk S atau


kurva sigmoida (sigmoid curve)

Gambar 1. Kurva ekstraksi teoritis untuk berbagai logam M1, M2, M3, ... yang
bervalensi sama (misal: n = 2)

METODE PEMISAHAN LANJUT

29

30

Gambar 2

Kurva ekstraksi untuk berbagai logam yang valensinya berbeda


(n = 1, n = 2, n = 3)

Dengan memperhatikan gambar 1, 2 diatas, dapat dikatakan :


(1) Kedudukan kurva pada sumbu pH tergantung dari jenis ion logam yang
diekstraksi dan oleh karena setiap jenis ion logam itu dl sistem eksraksi
khelat tertentu (= HR tertentu) mempunyai nilai K* yang khas. Dengan
demikian kedudukan kurva pada sumbu pH tergantung dari nilai K*.
(2) Lereng kurva atau slope kurva (= koefisien arah, tangen arah) bergantung
secara khas kepada n (= valensi logam). Semakin kecil n, semakin miring
kurva dan >> n >> tegak kurva.
2. pH atau pH pada separoh ekstraksi
Irving & William mendefisinikan pH sebagai pH dimana ekstraksi
mencapai 50 % (= % E = 50 %)
Telah diketahui : D =

%E
K * [H ] n
100 %E

Pada % E = 50, maka


pH = - log K*

...................... (51)

Buktikan persaaan (51) ini


3. Faktor pemisahan
Didefinisikan = D1/D2 dimana :
D1 = D (angka banding distribusi) logam 1
D2 = D logam 2
Di dalam sistem ekstraksi yang sama dapat dituliskan
D1/D2 = Kf1 KDx1 / Kf2 KDx2

.............................. (52)

Terangkan penurunan persamaan (52) ini

METODE PEMISAHAN LANJUT

30

31

Berdasarkan persamaan (52) ini dapat diperkirakan 2 logam yang berbeda


bisa/tidak diekstraksi.
Misalnya supaya minimal 99% logam 1 terekstraksi dengan disertai maksimal
1 % logam 2 ikut terekstraksi.
Maka : D1/D2 = (E1)/(100-E1)/(E2)/(100-E2) =(99/1)(1/99)
D1/D2 = 99 x 99 104
Artinya : D1 104 x D2 atau Kf1 KDx1 10.000 x Kf1 KDx1
Untuk satu kali ekstraksi
Bila D1/D2 < 104 untuk pemisahan yang baik harus dilakukan beberapa kali
ekstraksi
Contoh :
Unsur Zr dan Hf akan dipisahkan dengan ekstraksi pelarut dengan kompleks
(ligan) TTA (Thenoy Trifluoro acetone). D dar Zr = 20 x D Hf. Ekstraksi
dilakukan dua kali dengan 0,025 M TTA
Zr : Hf = 1 : 1,7 setelah ekstraksi dl fasa air.
Zr : Hf = 1 : 83
4. Bila suatu unsur harus dipisahkan dari suatu campuran yang rumit, dapat
dilakukan cara-cara berikut :
(a) Mengatur pH larutan (dan konsentrasi pengompleks khelat HR) sehingga
mencapai nilai dimana unsur yang dikehendaki dapat terekstraksi
sempurna ke dalam fasa organik.
(b) Sesudah itu lakukan ekstraksi balik (back extraction atau stripping) dari
fasa organik ke fasa air yang pH nya diturunkan sedemikan rupa hingga
yang diinginkan terekstraksi kembali ke fasa air, sedang unsur lainnya
dengan pH < pH unsur yang dikehendaki tetap tinggal di dalam fasa
organik.
5. Syarat-syarat pelarut organik
(a) Pelarut itu harus mempunyai D yang tinggi dengan zat yang akan dicari,s
edang zat pengotor mempunyai D yang rendah.
(b) Tidak bercampur dengan fasa air

METODE PEMISAHAN LANJUT

31

32

Sesudah dikocok dengan fasa air, tetesan-tetesan pelarut organik itu harus
menggumpal dengan cepat dan berkumpul merupakan lapisan tersendiri
dari fasa air. Untuk itu pelarut organik tersebut harus punya spesific
gravity (density pelarut/air) harus > 1 atau < 1. Harus dihindarkan
terjadinya emulsi. Kadang-kadang diperlukan pelarut campuran (mixed
soluents).
6. Pelarut organik yang sering dipakai
(1) Kloroforom, CHCl3 (sp. grav. 1,49)
(2) Benzen, C6H6 (sp. grav. 0,88) dan etileter (C2H5)2O (sp. grav. 0,71)
(3) Metil Iso Butil Keton (MIBK), CH3CO. CH2CH (CH3)2 (sp. grav. 0,80)
(4) Tributil fosfat (sp. grav. 0,98), (C4H9)3 PO4
Walaupun sp. grav. 0,98 mendekati air, tapi banyak juga dipakai, terutama
ekstraksi ion-ion logam berupa kompleks asosiation. Kadang-kadang
dicampur dengan benzen atau kerosen.

SISTEM EKSTRAKSI BERDASARKAN KOMPLEKS ASOSIASI ION


Kompleks asosiasi ion pada pokoknya terdiri atas ion positif dan ion
negatif yang berpasangan. Ion logam (M) yang akan diekstraksi dapat terikat
secara ikatan kordinasi didalam kationnya atau anionnya dari kompleks asosiasi
ion itu.
Ekstraksi Pasangan Ion (H+, FeCl4-) ke dalam Eter
1. Ion besi dapat diesktraksi ke dalam fasa eter dari larutan HCl yang pekat.
Proses ini beguna untuk memisahkan besi yang besar bila hendak melakukan
analisa unsur-unsur lain dalam bahan aliasi besi.
2. Dalam air, bentuk utama Fe (III) adalah Fe (H 2O)63+ ion bsi yang terhindari
atau tersolvasi oleh air. Tapi bila dl air itu ada HCl, akan terjadi
Fe (H2O)63+ + Cl-

Fe (H2O)53+ + Cl + H2O

Fe (H2O)53+ + Cl-

Fe (H2O)4+ + Cl2 + H2O

Fe Cl2 (H2O)4+ + Cl-

Fe Cl3 (H2O)3 + H2O

METODE PEMISAHAN LANJUT

32

33

Fe Cl3 (H2O)3 + Cl-

Fe Cl4 (H2O)2- + H2O

Kalau [HCl] >>> mis. 4 M atau > 4 M, maka

akan bergeser ke arah

pembentukan Fe Cl4 (H2O)2- yang disingkat penulisannya sebagai Fe Cl 4-, yang


akan membentuk pasangan ion dengan H+ : {Fe Cl4 (H2O)2-, H+}.
Hal ini disebabkan tetapan dielektrik air tinggi pemisahan muatan yang
berlawanan adalah mudah. Jadi dl air pasangan ion itu praktis terurai dengan
semua dielektrik rendah, pasangan ion {Fe Cl4 (H2O)2-H+) dimana R =
gugusan etil, adalah stabil dan dapat larut.
Dalam eter, H2O diganti oleh R2O dl anion pasangan ion itu.
3. Perlu dicatat bahwa HCl turut terekstraksi ke dalam fasa eter dan besar
kemungkinan HCl itu ikut terlibat dl mekanisme proses ekstraksi.
4. Fe (III_ dapat diekstraksi hampir kuantitatif (99%) ke dalam fasa dietileter
dengan satu kali ekstraksi dari HCl 6 M.
5. Bila [HCl] > 6 M kelarutan dietileter dalam air >> akhirnya akan
mengubah kepolaan dietileter, sehingga D berkurang. Karena itu sering
digunakan diisopropileter yang kelarutannya dl air < dietileter penurunan D
berukuran terjadi bila [HCl] > 6 M.
-1- diklorotileter tahan terhadap HCl 12 M tanpa penurunan D.
6. Unsur-unsur lain yang dapat dipisahkan dengan dietileter adalah :
Sb (V) : 81% dari HCl 6 M; As (III) : 68% dari HCl 6 M
Ga (III) : 97% dari HCl 6 M; Gel (IV) : 40-60% dari HCl 6 M
Au (III) : 95% dari HCl 6 M; Mo (VI) : 80-90% dari HCl 6 M
Pt (II) : 95% dari HCl 3 M

METODA EKSTRAKSI PELARUT


1. Batch Estraction

METODE PEMISAHAN LANJUT

33

34

Cara paling sederhana biasa dilakukan sehari-hari di laboratorium dengan alat


corong pemisah (seperatory funnel). Cara ini dilakukan bila D1/D2 cukup
besar, sehingga dl satu/beberapa kali ekstraksi pemisahan tercapai.
2. Maserasi
Cara ini biasanya digunakan dalam lab kimia organik bahan alam (hayati).
Proses ekstraksi berlangsung denganc ara perendaman sample dengan pelarut
organik seperti metanol, etanol, dsb.
3. Ekstraksi kontinu
Ada bermacam-macam alat untuk ekstraksi kontinu, seperti alat soxlet.
Disamping itu ada lagi alat ekstraksi kontinu kutseher-steudel untuk pelarut
organik yang lebih ringan dari air dan alat wehrli untuk pelarut organik yang
lebih berat daripada air, seperti gambar di bawah ini :

Gambar II.3. Dua jenis alat pengekstraksi secara kontinu


METODE PEMISAHAN LANJUT

34

35

4. Ekstraksi Countercurrent Craig (Ektraksi kontinu)


Untuk system ekstraksi dengan D (angka banding distribusi) kecil sekali
perbedaannya. Ekstraksi dilakukan secara fraksionasi (proses distribusi
berulang kali).
(1) Prinsip cara countercurrent
Bagan atau skema yang menggambarkan 5 tahap I dari suatu proses craig
dapat dilihat pada gambar 4.
Nomor
pemindah
an (n)

Gambar II.4. PRoses Countercurrent Craig (D = 1,00)

METODE PEMISAHAN LANJUT

35

36

Alat untuk ekstraksi countercurrent craig ini biasanya dalam jumlah besar
(kadang-kadang 100 buah atau lebih) tabung-tabung pengekstraksi yang
identik. Tiap tabung befungsi sebagai corong pemisah.
Seperti terlihat pada gambar diatas, tabung ekstraksi itu diberi nomor dari 0
(nol) dan seterusnya dan nomor tabung itu secara umum dinyatakan dengan
huruf r.
Setelah dicapai

distribusi, fasa atas yang ringan dari fasa bawh dipindahkan

(tranfered) ke tabung nomor berikutnya yang sudah mengandung fasa bawah


yang masih murni. Pengocokan dan pemindahan ini dilakukan berulang kali.
Di bawah ini diberikan penjelasan tentang apa yang terjadi pada lima tahap
pertama.
(1) Dimulai dengan mengekstraksi cuplikan zat-zat yang terlarut dalam Va mL
fasa bawah (misalnya fasa air) dengan Vo atau r = 0; Va = Vo; berat X
mula-mula = 1000 mg; Dx = 1. Setelah tercapai

distribusi dl tiap fasa

selalu tabung r = 0 itu, terdapat 500 mg x. karena belum dilakukan


pemindahan fasa atas ke tabung r =1, maka keadaan setelah pengocokan
pertama kali itu, disebut pemindahan nol (n = 0). Sementara itu, tabungtabung berikutnya (r = 1, 2, 3 ) telah diisi dengan Va mL fasa bawah
(mis. air)
(2) Tahap berikutnya, n = 1
Pada tahap ini, fasa atas (fasa organik) yang mengandung 500 mg x
dipindahkan dari tabung 0 ke tabung 1. Setelah itu ke dalam tabung 0
ditambahkan pula Vo mL fasa organik yang baru. Sesudah itu kedua
tabung itu dikocok hingga tercapai

distribusi yang baru, dimana zat x

iu lalu terdistribusi dl fasa atas dan fasa bawah dari tabung 0 dan tabung 1,
menurut baris n = 1 pada gambar 4 diatas.
(3) Tahap berikutnya, n = 2 s/d 4
Proses pemindahan dan penyetimbangan (pengocokan) ini diulangi pada
tahap berikutnya, dengan tiap kali menambahkan juga pelarut organik baru
ke dalam tabung 0 sesudah tiap pemindahan.

METODE PEMISAHAN LANJUT

36

37

Baris terakhir pada gambar 4 menyatakan distribusi zat x sesudah 4 kali


pemindahan (n = 4), kelihatan bahwa zat x sekarang telah terdistribusi di
semua tabung. Pada baris terakhir dl gambar dicantumkan juga fraksi total
(= jumlah fraksi di dalam fasa bawah + di dalam fasa atas) dalam tiap-tiap
tabung, sesudah empat kali pemindahan (n = 4). Dalam pembicaraan
selanjutnya yang akan ditinjau adalah fraksi total dalam tiap tabung dan
bukan fraksi dalam fasa atas dan dalam fasa bawah sendiri-sendiri.
(4) Bila diperhatikan tiap baris dari gambar 4, terlihat bahwa dl tabung
tertentu, banyaknya zat x, atau fraksi zat x adalah maksimum. Hal ini
terjadi misalnya pada tabung no.1 (n = 2), pada tabung no.1 dan no.2
(n = 3) dan pada tabung no.2 (n = 4). Nampak pula bahwa tabung yang
mengandung fraksi maksimum itu ada di tengah-tengah diantara tabungtabung lain di sebelah kiri dan kanannya. Perlu diperhatikan bahwa
semakin banyak kali dilakukan pemindahan (n = >>), maka fraksi
maksimum itu akan semakin bergerak ke kanan.
(5) Bila dibuat grafik dari fraksi total dalam tiap tabung terhadap no. tabung
(r) untuk jumlah pemindahan (n) yang besar (mis. berpuluh kali), maka
untuk keadaan yang ideal akan diperoleh kurva yang berbentuk kurva
gauss (yang ada di puncak atau maksimumnya). Lihat gambar 5 berikut
ini. Kurva ini disebut kurva distribus. Perhatikan dalam gambar 5,
bahwa kurva distribusinya >> lama menjadi >> lebar dan >> pendek n
puncak kurva >> menjauhi titik permulaan (tabung 0).

METODE PEMISAHAN LANJUT

37

38

Gambar 5. Pengaruh jumlah pemindahan (n) V3 distribusi zat x (D = 1)

Gambar 6. Pengaruh D terhadap distribusi zat x,


sesudah n = 50- (50 kali pemindahan)
(6) Gambar 6 diatas menyatakan keadaannya pada n = 50 bila yang
diekstraksi secara counter current (CC) ini campuran dari 3 zat yang D-nya
berlainan, yaitu x (D = 1,00) + Y (D = 0,2) + 2 (D = 5,00), jadi D y < Dx<
D2.
Nampak pada gambar 6, dengan jumlah tabung 60 buah dan n = 50telah
bisa diperoleh pemisahan cukup baik untuk ketiga zat (X, Y, Z) dengan D
masing-masing 1,00, 0,2 dan 5,00.

METODE PEMISAHAN LANJUT

38

39

Demikianlah prinsip pemisahan componen zat dengan ekstraksi counter


current craig. Dan cara ini merupakan prinsip pemisahan secara
kromatografi.
2. Jumlah farksi total di dalam tiap tabung sesudah nx, pemindahan dapat
dinyatakan dengan suku-suku dari humus binomial ( X + Y)n, dimana X =
fraksi yang tinggal dalam fasa bawah, jadi sama dengan {1/(D + 1)}dan Y =
fraksi yang terekstraksi ke fasa atas = D/(D + 1). Bila fraksi-fraksi total dalam
semua tabung dijumlahkan, sesudah nx pemisahan akan = 1 (satu).
(X + Y)n = {{1/(D + 1) + D/(D + 1)}n = 1 .. (53)
Bila Va Vo, D dl humus (53) harus dikalikan dengan Vo/Va.
Sesudah 2 kali pemisahan (n = 2) fraksi zat terlarut dl tiap tabung (= f n,r) dapat
dihitung dari suku-suku
(X + Y)2 = X2 + 2XY + Y2
jadi fraksi total dalam tabung 0 (nol) = f2,0 = X2; f2,1 = 2XY; f2,2 = Y2
1
D
dan Y =
dengan Va = Vo
(D 1)
(D 1)

dimana : (1). X =

(2). f2,0 = fraksi zat terlarut dalam 2x pemindahan pada tabung


no. 0 (nol)
f2,1 = fraksi zat terlarut dalam 2x pemindahan pada tabung
no. 1 (satu)
f2,2 = fraksi zat terlarut dalam 2x pemindahan pada tabung
no. 2 (dua)
untuk n = 3 (X + Y)3 = X3 + 2X2Y + 3XY2 + Y3
n = 4 (X + Y)4 = X4 + 4X3Y + 6X2Y2 + 4XY3 + Y4
(koefisien tiap suku bisa dicari dengan pascal).
3. Untuk (n) besar tapi < 50 , rumus binomial :
n!
fn,r = !
r (n r)!

D
1

, D r ............................................... (54)

4. Bila n > 50, maka berlaku rumus kurva normal (Gauss)

METODE PEMISAHAN LANJUT

39

40

fn,r =

2
r

max r
exp
D
1 D

2n
2rn

D 1 2

D 1 D 1

Bila n cukup besar, bisa dibuktikan : rmax n

..................... (55)

D
.................. (55a)
D 1

Jumlah total fraksi zat terlarut di dalam tabung rmax adalah :


1

fn,rmax =

D
2
(D 1)

2rn

............................................................. (56)

Contoh :
Berapa rmax pada ekstraksi cc zat terlarut X yang mempunyai D = 5,00?
Va = Vo; n = 50
Hitung juga frnmax dan fn,(rmax-2)
Jawab :
Berdasarkan persamaan (55a) = rmax = 41,7 42
Berdasarkan persamaan (56) = fn,rmax = f50,42 = 0,153
Berdasarkan persamaan (56) = fn,(rmax-2) = f50,40 = 0,115
5. Alat untuk ekstraksi kontinu
(1) Counter-Current Craig
(2) Sokslet

METODE PEMISAHAN LANJUT

40

41

Keterangan :
(a), (b) dan (c) : gambar alat Counter-Current Craig
(d) : alat sokslet
6. Penggunaan ekstraksi Counter current
Banyak digunakan di bidang biokimia, untuk memisahkan senyawa yang
sifatnya hampir besamaan. Misalnya untuk memisahkan campuran : 10 asamasam amino meskipun dengan selisih KD kurang dari 0,1.
Craig telah membuktikan secara eksperimental bahwa kurva distribusi untuk
komponen campuran ini sangat mendekati kurva teoritid.
Campuran rumit asam lemak, polipeptida, nukleotida, aminaromatik,
antibiotik dan banyak senyawa organik lainnya telah dapat dipisahkan dengan
cara ini.
7. Contoh-contoh soal
(1) Diketahui: Larutan FeCl3 dalam air yang mengandung HCl dikocok
dengan eter yang mengandung HCl. Jika Vo = 2Va, maka 99 %
Fe akan terekstraksi.
Ditanya : Berapa harga D?
Jawab :
%E=

D.100
D (Va/Vo)

METODE PEMISAHAN LANJUT

(sesuai dengan persamaan (32))

41

42

99 =

D.100
1
D( )
2

99D + 49,5 = 100 D


D = 49,5

(2) Diketahui : Pada ekstraksi Counter current Craig K D= 1, senyawa atidak


mengalami perubahan apapun
Buktikan : Fraksi total P dalam tabung untuk n = 4 bila menggunakan
rumus binomial (X + Y)n = persamaan (54)
Bukti : Menurut rumus binomial
(X + Y)4 = X4 + 4X3Y + 6X2Y3 + 4XY3 + Y4

(a).

X=

1
(D 1)

X = 1/2

D
(D 1)

Y=

D=1

Y = 1/2

(X + Y)4 = (1/2)4 + 4(1/2)3(1/2) + 6(1/2)2(1/2)3 + 4(1/2)(1/2)3 + (1/2)4


(X + Y)n = 1/16 + 4/16 + 6/16 + 4/16 + 1/16
Fraksi total P dalam tabung dengan persamaan binomial =1/4
(b). Menurut persamaan (54)
fn,r =

n!
1

!
!
r (n r) D 1

fn,r =

4!
1

!
!
3 (4 r) 2

, Dr

,13 = 4/16 =

Terbukti !
8. Senyawa X terlarutdalam 200 mL air. Diekstraksi 3 x berturut-turut tiap kali
dengan 50 mL kloroform. Ternyata 97% terekstraksi ke fasa kloroform.
Ditanya :
a. Nilai koefisien distribusi
b. Berapa % senyawa X terekstraksi ke dalam kloroform bila ekstraksi 1 kali
dengan 150 mL.
c. Yang mana lebih efisien antara ekstraksi 150 mL sekaligus atau 3 kali
berturut-turut dengan tiap kali 50 mL.
METODE PEMISAHAN LANJUT

42

43

Jawab

a). Xn = Xo

Va

DVo Va

Xo Xn
Xn
1
Xo
Xo

%E=

97 % = 100%-Xn/Xo 0,97 = 1-Xn/Xo

Va

Xn/Xo =

DVo

Va

D 4

0,97 = 1

200

50D

200

D 4

D
4

0,03

4
3 0,03 =0,3107 4 = 0,3107 D + 1,2429
D4

D = 8,8732
b). Va = 200 mL Vo = 150 mL
8,8732 x 100

D.100

% E = D Va/Vo 8,8732 200/150 86,9368

200

(8,8732 x 150) x 200

c). Xn = Xo

200
13,06
153098

Xn = 100

3. Formaldehid KD = 0,111. Berapa L air diperlukan untuk mengekstraksi 95%


formaldehid itu dari 1 L pelarut organik eter yang mengandung 0,5 mol
Jawab :
%E=

0,111 x 100
D.100
95 = 0,111 Va/1
D Va/Vo

(0,111 x 95) + 95 Va = 11,1

95 Va = 0,555 L
Va = 5,84 x 10-3 L

Berapa mg formaldehid yang tertinggal dalam 50 mL eter yang pada


permulaan mengandung 5 g formaldehid setelah 5 kali ekstraksi, tiap kali 25
mL air.
Jawab :
Vo

Xn = Xo

DVo Va

METODE PEMISAHAN LANJUT

Xn =

50

5
0,111
x
25

50

43

44

50

52,775

Xn =

5(0,9474) 5 5(0,774)

Xn = 3,869 g
Jadi setelah 5 kali ekstraksi berturut-turut dengan 25 mL air, formaldehid yang
tertinggal dalam 50 mL eter = 3,869 g
4. Lima kali ekstraksi berturut-turut, tiap kali dengan 100 mL eter, akan
mengekstraksi 90% zat terlarut dari larutannya dalam air. Berapa % E zat
tersebut, bila dilakukan 10 kali ekstraksi berturut-turut tiap kali dengan 100
mL eter?
Catatan : karena volum fasa air tidak diketahui dianggap sama dengan volum
fasa organik.
Jawab :
n

Xn = Xo

Vo

DVo

Va

100

D100 100

10 = 100

1011
5
(100 D 100)

1 =

;
5

Xn = 10 % ; n =5 ; Xo = 100 %

10 2

100D 100

1 = 10

(100 D + 100)5= 1011

5 log (100 D + 100) = 11 log 10 = 11 log (100 D + 100) = 2,2


100 D + 100 = 158,49 100 D = 58,49 D = 0,5849
bila n = 10 kali;

Vo = 100 mL;

100

0,5849 x 100 100

10

Xn = 100
Xn =

10 21
158,49 10

D = 0,5849

10 21

58,49 100 10

logaritmakan!

Log Xn = log 1021 log (158,49)10 = 21-10 log 158,49


Log Xn = 21-(10 x 2,2) = -1
Xn = 0,1
Dengan 10 kali ekstraksi berturut-turut 100 mL eter, zat terlarut yang masih
tertinggal dalam fasa air hanya 0,1 %.
METODE PEMISAHAN LANJUT

44

45

Soal Latihan
1. Berapa nilai minimum KD yang akan memungkinkan 99,9 % dari zat X dari 50
mL, sesudah 5 kali ekstraksi berturut-turut tiap kali 50 mL eter?
2. 100 mL larutan mengandung 0,100 F (0,100 M) dari asam lemah HA
diekstraksi dengan 25 mL eter. Sesudah dilakukan ekstraksi 25,0 mL fasa air
dititrasi dengan NaOH 0,050 M sebanyak 20,0 mL.
Hitung angka banding D dari HA!
3. Dua asam lemah HA KD = 5 dan HB, KD = 50
HA

H+ + A- Ka = 1 x 10-4

HB

H+ + B- Ka = 1 x 10-8

Hitung angka banding distribusi kedua asam tersebut pada pH 4, 5, 6, 7, 8, 9,


10 dan 11 dengan Rr =1.
Contoh :
Reaksi : M2+ (aq) + 2 HA org)

MA2 (org) + 2H+ (aq)

(1) Buktikan Kkes = Keks untuk reaksi


(2) 10 mL M2+ dl air dikocok dengan 10 mL HA dalam pelarut organik.
Hitung nilai pH untuk 1,25, 50,75 dan 99,9 % ion logam terekstraksi ke
fasa organik. Konsentrasi HA dl air diabaikan.
(3) Buatlah grafik antara nilai-nilai pH perhitungan tersebut dengan % E.
Jawab :
(1) Dari reaksi diatas :
Ki
+

Fasa air H + A

(HA)a

M2+ + 2AFasa organik

(MA2)a
(HA)o (MA2)o

Dalam fasa organik yang ada MA2 dan HA


METODE PEMISAHAN LANJUT

45

46

Setelah tercapai

dan untuk berbagai

(a) H+ + A-

(HA)a

Ki =

[H ][A ]
............. (a)
[HA]a

(MA2)a

Kf =

[MA 2 ]a
.......... (b)
[M 2 ][A - ] 2

(b) M2+ + 2A(c) (HA)a


(d) (MA2)a

(HA)o
(MA2)o

dapat dituliskan sbb:

KDR =

[HA]o
........... (c)
[HA]a

KDx =

[MA 2 ]o
........ (d)
[MA 2 ]a

(1) Kkes berdasarkan reaksi yang diketahui adalah :


Kkes =

[H ] 2 .[MA 2 ]o
[M 2 ]a[HA]o 2

Reaksi : H+ + A-

dengan ketentuan bahwa ............... (57)

(HA)a harus diubah

2H+ + 2A-

(2HA)a

agar stoikiometris

dengan : M2+ + 2A-

(MA2-)a

Dari (a) diperoleh [H+] =

K i [HA]a
................. (e)
[A ]

Dari (b) diperoleh [M2+] =

[MA 2 ]o
................ (f)
K f [A ] 2

Dari (c) diperoleh [HA]o = KDR [HA]a ...............(g)


Dari (d) diperoleh [MA2]o = KDx [MA2]a ............(h)
Bila harga (e), (f), (g) dan (h) disubstitusikan kepada (57)

Kkes =

Kkes =

(2) % E =

K i [ HA]a

[ A ]

.K Dx .[ MA2 ]a

[ MA2 ]o
2
. K DR .[ HA]a

2
K f [ A ]

K i 2 .K Dx .K f
K DR 2

K kes

terbukti ......................... (58)

D.100
D Va/Vo

METODE PEMISAHAN LANJUT

46

47

log D = log Keks + n log [HA]o + n pH


(a) untuk % E = 1
1=

D.100
D 10 /10

D + 1 = 100 D D = 1/99

log 1/99 = log 0,01 + 2 log 0,01 + 2 p


pH = 2,0022 2
(b) untuk % E = 25, analog dengan (a) akan didapat : D = 1/3
pH = 2,7614 2,8
(c) untuk % E = 50, didapat
D = 2 ; pH = 3,0
(d) untuk % E = 75,
D = 3 ; pH = 3,2385 3,2
(e) untuk % E = 99,9
D = 999 ; pH = 4,4998 4,5

METODE PEMISAHAN LANJUT

47

Anda mungkin juga menyukai