TUJUAN
BUKU ini menyajikan kerangka kerja, proses, dan aneka pendekatan komposisional dalam
merancang sebuah penelitian kualitatif, kuan-titatif, dan metode campuran untuk bidang-bidang sosialhumaniora. Adanya minat yang tinggi pada penelitian kualitatif, munculnya beragam pendekatan
metode campuran, dan terus diterapkannya bentuk-bentuk tradisional kuantitatif, membuat saya
merasa pe"rlu melakukan perbandingan terhadap tiga rancangan penelitian ini. Saya
membandingkan ketiganya berdasarkan asumsi-asumsi filosofis, tinjauan pustaka, penggunaan
teori, struktur penyajian, dan pertimbangan-pertirnbangan etis atas ketiga rancangan tersebut.
Selanjutnya, saya menjelaskan unsur-unsur kunci dalam proses penelitian pada umumnya: menulis
pendahuluan, menegaskan tujuan penelitian, mengidentifikasi rumusan masalah dan hipotesis penelitian, serta menerapkan metode-metode dan prosedur-prosedur di dalam pengumpulan dan
analisis data. Semua elemen ini saya jelaskan berdasarkan penerapannya dalam rancangan
kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran.
Cover buku ini buku aslinya, bukan buku terjemahan bahasa Indonesia ini menggambarkan
sebuah mandala: suatu simbol orang Hindu dan Buddha tentang dunia. Merancang mandala, sepertihalnya merancang penelitian, membutuhkan usaha pengamatan yang tepat terhadap kerangka kerja,
desain keseluruhan, dan detail-detail sebuah mandala yang dibuat dari pasir akan membutuhkan
waktu berhari-hari karena sang arsitek harus menyusun dengan tepat bagian-bagian di dalamnya
yang terdiri dari butiran-butiran pasir. Mandala juga menunjukkan keterkaitan bagian-bagian ini
secara keseluruhan, yang juga merefleksikan rancangan penelitian, di mana setiap bagian di dalamnya
saling berpengaruh terhadap konstruksi akhir penelitian.
SASARAN PEMBACA
Buku ini ditujukan untuk para mahasiswa sarjana dan pasca-sarjana yang ingin menyiapkan
rencana atau proposal untuk artikel jurnal akademis, disertasi, ataupun tesisnya. Pada level yang
lebih luas, buku ini bisa digunakan sebagai buku referensi sekaligus pegangan untuk mata kuliah
metode-metode penelitian. Agar mem-peroleh manfaat terbaik dari buku ini, pembaca perlu
memiliki pengetahuan dasar tentang penelitian kualitatif dan kuantitatif. Sebab, bagaimanapun
juga, istilah-istilah kunci yang akan dijelaskan dan dijabarkan serta strategi-strategi yang
direkomendasikan dalam buku ini, mengharuskan pembaca memiliki kesiapan dasar "teknis" dalam
merancangpenelitian. Istilah-istilah yang dicetak tebal dalam. tulisan ini ataupun dalam giosarium pada
akhir buku ini merupakan istilah-istilah yang diharapkan dapat membantu proses pernbacaan yang
lebih cepat, Buku ini juga dirancang untuk pembaca umum dalam bidang-bidang sosial-humaniora.
Sejak diterbitkan pertama kali, saya melihat bahwa pembaca buku ini adalah mereka yang berasal
dari berbagai disiplin dan bidang ilmu pengetahuan. Tentu saja, dari respons yang begitu positif ini,
saya sangat berharap para mahasiswa, pembaca, dan peneliti di bidang-bidang seperti marketing,
manajemen, hukum pidana, komunikasi, psikologi, sosiologi, pendidikan dasar, pendidikan
menengah atau perguruan tinggi, ke-perawatan, kesehatan, studi perkotaan, keluarga, dan bidangbidang lain, juga dapat memanfaatkan edisi ketiga buku ini.
FORMAT
Pada masing-masing bab, saya menyajikan contoh-contoh penelitian yang berasal dari
berbagai disiplin yang berbeda. Contoh-contoh ini saya ambil dari buku, artikel ilmiah, proposal
disertasi dan disertasi itu sendiri. Meskipun spesialisasi saya adalah pendidik-an, namun contoh-contoh
ini sudah saya rancang seinklusif mungkin agar dapat diterapkan dalam ilmu-ilmu sosial-humaniora.
Contoh-contoh ini pada umumnya merefleksikan isu-isu seputar keadilan sosial, individu-individu
marginal, serta sampel dan populasi yang pernah dikaji oleh para peneliti sosial. Sifat inklusivitas
(keterbukaan) ini diharapkan dapat memperluas pluralisme metodologis dalam . penelitian dewasa
ini. Apalagi, saya juga sudah memperluas konten dalam buku dengan menjelaskan gagasan-gagasan
filosofis penelitian, gaya-gaya penelitian, dan prosedur-prosedur penelitian yang beraneka ragam.
Buku ini bukanlah buku metodologi yang rinci karena saya hanya menyoroti poin-poin
penting dalam rancangan/rencana penelitian. Meski demikian, saya berkeyakinan bahwa saya telah
menge-mas buku ini sebaik mungkin dengan menyajikan gagasan-gagasan inti yang kira-kira
dibutuhkan oleh peneliti untuk merencanakan suatu penelitian. Strategi-strategi penelitian dalam
buku ini dibatasi berdasarkan frekuensi penggunaan penelitian tersebut. Misalnya, untuk penelitian
kuantitatif, saya hanya membahas rancangan survei dan eksperimen. Sedangkan untuk penelitian
kuantitatif, disertakan pembahasan tentang fenomenologi, etnografi, grounded theory, studi kasus, dan
penelitian. Adapun strategi-strategi konkuren, sekuensial, dan transformatif menjadi tiga topik utama
yang saya bahas terkait dengan penelitian metode campuran. Para mahasiswa bisa memanf
aatkan buku ini untuk membantu mempersiapkan proposal disertasi. Akan tetapi, saya tidak
membahas topik-topik seputar "politik penyajian dan negoisasi" dengan pihak perguruan tinggi
karena topik-topik seperti ini sudah dijelaskan di buku-buku lain.
Dengan tetap konsisten pada konvensi-konvensi tulisan akade-mis, saya sudah berusaha
menghilangkan kata-kata dan contoh-contoh yang cenderung diskriminatif (seperti, seksis atau
etnis). Contoh-contoh yang dipilih pada umumnya berhubungan dengan gender dan kebudayaan.
Saya juga sudah berusaha membagi contoh-contoh secara merata untuk penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Tldak ada favoritisme di sini. Selain itu, perlu diketahui pula bahwa meskipun
contoh-contoh yang disajikan dalam buku ini dikutip dari berbagai buku dan referensi, masih ada
banyak contoh yang bisa Anda peroleh dari referensi-referensi lain. Saya hanya mengutip satu
referensi yang benar-benar sesuai dengan contoh yang ingin saya sajikan. Seperti halnya dengan dua
edisi sebelum buku ini, saya tetap mempertahankan beberapa hal yang dapat meningkatkan keterbacaan dan pemahaman atas materi di dalamnya, misainya bullet-bullet untuk menekankan poin-poin inti,
angka-angka untuk menekankan langkah-langkah pelaksanaan, contoh-contoh kutipan dengan catatan
tambahan untuk menyoroti poin-poin kunci penelitian yang di-tunjukkan oleh para
pengarangnya.
Meski demikian, pada edisi ketiga kali ini, ada banyak hal baru yang ditambah untuk merespons
keinginan pembaca dan perkem-bangan-perkembangan penelitian masa kini:
Asumsi-asumsi filosofis diperkenalkan di awal buku ini sebagai langkah dasar yang perlu
jurnal Sage, yakni Journal of Mixed Methods Research, juga disajikan dan dikutip.
Bab tentang Definisi Istilah, Batasan Penelitian, dan Perluasan Pe nelitian yang sebelumnya
muncul pada edisi kedua kini telah dihapus, dan informasi tersebut dimasukkan ke dalam bab
yang membahas tentang pendahuluan dan tinjauan pustaka.
Edisi ketiga ini juga berisi glosarium yang memuat sejumlah istilah penting yang bisa digunakan oleh
para peneliti pemula ataupun yang sudah berpengalaman untuk memahami bahasa penelitian.
Hal ini sangat penting, utamanya menyangkut soal istilah-istilah yang berkembang tentang
penelitian kualitatif dan metode campuran. tidak hanya disertakan, istilah-istilah tersebut
juga didefinisikan secara detail.
Pada hampir semua bab, saya juga menyertakan tips-tips peneliti an yang hingga saat ini telah
membantu saya dalam memberikan arahan pada mahasiswa dan fakultas saya tentang metodemetode peneiitian selama hampir 35 tahun.
Saya juga telah menyertakan referensi-referensi terbaru yang terkait dengan setiap topik yang
dibahas dalam buku ini.
Keunggulan-keunggulan pada edisi sebelumnya, dalam beberapa hal, juga saya sertakan, seperti:
1. Struktur keseluruhan buku ini yang terdiri dari pembahasan mengenai rancangan kualitatif,
rancangan kuantitatif, dan rancangan metode campuran, utamanya yang terkait dengan
proses-proses dan langkah-langkah penelitian di dalamnya.
2. Strategi-strategi kunci dalam memahami asumsi-asumsi filo- sofis, tips-tips dalam
menulis penelitian akademis, melakukan tinjauan pustaka, script-script dalam menulis
tujuan penelitian dan pertanyaan-pertanyaannya, serta daftar-daftar rinci mengenai
bagaimana cara menulis prosedur-prosedur penelitian kualitatif, kuantitatif, dan
metode campuran.
3. Masing-masing bab diakhiri dengan pertanyaan-pertanyaan diskusi dan referensi-referensi
kunci.
RINGKASANBAB
Buku ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian I berisi langkah-langkah yang perlu
dipertimbangkan oleh para peneliti sebelum mereka mengembangkan proposal atau
rencana penelitiannya. Bagian II membahas bagian-bagian dalam proposal.
kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran. Anda juga akan saya beri contoh-contoh yang sangat
membantu Anda dalam merancang dan menulis tujuan penelitian tersebut.
Bab 7. Rumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian
Rumusan masalah dan hipotesis penelitian dibuat untuk mem-persempit dan memfokuskan tujuan
penelitian. Karena berperan sebagai "rambu-rambu" utama dalam sebuah peneiitian, rumusan
masalah dan hipotesis ini haruslah ditulis dengan hati-hati. Pada bab ini, Anda akan belajar
bagaimana menulis rumusan masalah dan hipotesis penelitian kualitatif dan kuantitatif, serta
bagaimanamenerapkan dua bentuk tersebut untuk menulis rumusan masalah dan hipotesis pada
metode campuran. Saya sudah menyajikan banyak contoh untuk mengilustrasikan rumusan
masalah dan hipotesis untuk ketiga rancangan penelitian ini.
Bab 8. Metode-Metode Kuantitatif
Metode-metode dalam penelitian kuantitatif pada umumnya melibatkan proses pengumpulan,
analisis, dan interpretasi data, serta penulisanhasil-hasil penelitian. Akan tetapi, dalam penelitian survei
atau eksperimen kuantitatif, misalnya, metode-metode ini muncul lebih spesifik, yang biasanya
berhubungan dengan identifikasi sampel dan populasi, penentuan strategi penelitian,
pengumpulan dan analisis data, penyajian hasil penelitian, penafsiran, dan penulis-an hasil penelitian.
Pada bab ini, Anda akan belajar tentang prosedur^ prosedur spesifik dalam merancang penelitian
survei atau eksperimen, yang juga bisa Anda sajikan dalam proposal penelitian. Ada beberapa
checklist yang disajikan dalam bab ini untuk membantu Anda memastikan terlaksananya semua
prosedur tersebut.
Bab 9. Prosedur-Prosedur Kualitatif
Prosedur-prosedur kualitatif dalam pengumpulan, analisis, dan interpretasi data, serta penulisan hasil
penelitian memang berbeda dengan prosedur-prosedur kuantitatif tradisional. Pengambilan
sampel secara sengaja, pengumpulan data terbuka, analisis teks atau gambar, penyajian informasi dalam
bentuk gambar dan tabel, serta interpretasi pribadi atas temuan-temuan, semuanya mencerminkan
prosedur-prosedur kualitatif. Bab ini menyajikan prosedur-prosedur kualitatif yang bisa Anda tulis
dalam proposal penelitian Anda. Selain itu, bab ini menyertakan checklist untuk memastikan
terlaksananya semua prosedur kualitatif. Bab ini juga menampilkan sejumlah contoh prosedur
kualitatif yang berasal dari penelitian-penelitian fenomenologi, grounded theory, etnografi, studi kasus,
dan studi naratif.
Bab 10. Prosedur-Prosedur Metode Campuran
Prosedur-prosedur metode campuran menerapkan aspek-aspek dari metode kuantitatif dan
prosedvir kualitatif. Penelitian metode campuran sudah banyak dilakukan dalam beberapa tahun
bela-kangan, dan bab ini akan menyoroti perkejnbangan-perkembangan penting dalam penelitian
metode campuran. Ada enam jenis strategi metode campuran yang dibahas dalam bab ini, lengkap
dengan penjelasan mengenai kriteria-kriteria dalam mcmilih salah satu dari enam jenis strategi
tersebut berdasarkan pada timing, bobot, pen-campuf an, dan teori. Beberapa gambar disajikan untuk
memudah-kan Anda merancang dan menyertakannya dalam proposal penelitian. Anda juga akan
memperoleh pengetahuan dasar tentang bagaimana mempraktikkan penelitian metode campuran
dan juga tentang jenis-jenis strategi metode campuran yang bisa Anda terap-kan dalam proposal
penelitian Anda.
Merancang suatu penelitian merupakan proses yang amat sulit dan menyita waktu. Buku ini tidak
ditujukan untuk mempermudah atau mempercepat proses tersebut, tetapi lebih dimaksudkan untuk
menyediakan keterampilan-keterampilan khusus yang bisa diterap-kan dalam proses itu, sekaligus
petunjuk-petunjuk praktis dalam menyusun dan menulis sebuah penelitian akademis. Sebelum langkahlangkah dalam proses ini dijelaskan, saya merekomen-dasikan agar para pembuat proposal terlebih
dahulu memikirkan pendekatan apa yang akan mereka terapkan dalam penelitiannya, melakukan
tinjauan pustaka atas masalah penelitian, mengembang-kan outline topik untuk disertakan dalam
rancangan proposalnya, dan mulai mengantisipasi masalah-masalah etis yang mungkin muncul selama
penelitian. Mengenai hal ini, Bagian I akan menjelas-kannya secara detail kepada Anda
Penghargaan
Buku ini tidak akan bisa terbit tanpa gagasan dan dorongan dari ratusan mahasiswa doktoral
pada mata kuliah Pengembangan Proposal yang saya ampu di University of Nebraska-Lincoln selama
beberapa tahun ini. Sejumlah mahasiswa sebelumnya dan para editor yang menjadi partner dalam proses
penulisan buku ini: Dr. Sharon Hudson, Dr. Leon Cantrell, Nette Nelson (aim.), Dr. De Tonack, Dr. Ray
Ostrander, dan Diane Greenlee. Sejak edisi pertama, saya juga banyak berutang budi kepada para
mahasiswa di kelas Metode Penelitian Dasar dan orang-orang yang telah berpartisipasi dalam
seminar metode campuran yang pernah saya pimpin. Kuliah-kuliah ini, semuanya, menjadi
laboratorium pribadi saya dalam menyam-paikan gagasan, memperoleh ide-ide segar, dan membagibagikan pengalaman saya sebagai penulis dan peneliti. Kepada para staf dan rekan-rekan di Kantor
Penelitian Kualitatif dan Metode Campuran di University of Nebraska-Lincoln yang sudah banyak
membantu penulisan buku ini, saya ucapkan terima kasih. Saya juga mendapat-kan banyak kontribusi
dari kajian-kajian akademis Dr. Vicki Piano Clark, Dr. Ron Shope, Dr. Kim Gait, Dr. Yun Lu, Sherry
Wang, Amanda Garrett, dan Alex Morales.
Saya juga mengucapkan terima kasih atas saran-saran yang men-cerahkan dari para pereview buku
ini. Saya tidak bisa menghasilkan buku ini tanpa dukungan dan dorongan dari rekan-rekan saya di
Penerbit Sage. Sage merupakan dan masih menjadi salah satu publishing-house dengan rating yang
cukup tinggi. Secara khusus, saya juga berutang banyak kepada pembimbing sekaligus editor saya
sebelumnya, C. Deborah Laughton (sekarang di Guilford Press), dan lisa Cuevas-Shaw, Vicki Knight,
dan Stephanie Adams. Selama hampir 20 tahvin bekerja sama'dengan Sage, kami telah berusaha
mengembangkan metode-metode penelitian.
Dalam kesempatan ini, saya ingin memberikan penghargaan sebesar-besarnya atas
kontribusi para pereview berikut ini: Mahasweta M. Banerjee, University of Kansas; Miriam W.
Boeri, Kennesaw State University; Sharon Anderson Dannels, The George S. Georgakopoulos, Nova
Southeastern University; Mary Enzman Hagedorn, University of Colorado di Colorado Springs;
Richard D. Howard, Montana State University; Drew Ishii, Whittier College; Marilyn Lockhart,
Montana State University; Carmen McCrink, Barry University; Barbara Safford, University of Northern
Iowa; Stephen A. Sivo, University of Central Florida; Gayle Sulik, Vassar College; dan Elizabeth
Thrower, University of Montevallo
Tentang Penulis
John W. Creswell adalah Profesor Psikologi Pendidikan sekaligus penulis dan
pengajar mata kuliah metodologi kualitatif dan penelitian metode campuran. Dia mengajar
di University of Nebraska-Lincoln selama 30 tahun dan telah menulis setidak-tidak-nya 11
buku, sebagian besar tentang rancangan penelitian, penelitian kualitatif, dan penelitian metode
campuran. Buku-bukunya telah diterjemahkan ke dalamberbagai bahasa dan digunakan di
seluruh dunia. Dia juga menjabat sebagai co-director di Kantor Penelitian Kualitatif dan
Metode Campuran di Nebraska yang bertugas me-nyediakan dukungan bagi para sarjana
yang ingin mengajukan penelitian kualitatif dan metode campuran pada lembaga-lembaga
pendanaan. Dia juga tercatat sebagai co-editor utama untuk jurnal Sage, Journal of Mixed
Methods Research, dan sebagai Asisten Profesor untuk bidang Kedokteran di University of
Michigan. Cresswell juga sering diminta menjadi asisten peneliti bidang-bidang kesehatan.
Baru-baru ini, dia terpilih menjadi Senior Fulbright Scholar dan bertugas di Afrika Selatan sejak
Oktober 2008 untuk berbagi ilmu tentang penelitian metode campuran denganpara ilmuwan
sosial dan doku-mentator isu-isu AIDS. Dia hobi bermain piano, menulis sajak, dan
berolahraga. Kunjungi websitenya di www.johnwcreswell.com.
Pendahuluan vii
Daftar Isi
Penghargaan xvii
Tentang Penulis xix
Daftar Isi xx
BAGIAN SATU: PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN AWAL I
Bab Satu: Memilih Rancangan Penelitian 3
Tlga Jenis Rancangan 3
liga Komponen Penting dalam Rancangan Penelitian 6
Beberapa Pandangan-Dunia Filosofis 6
Pandangan-Dunia Post-positivisme 8
Pandangan-Dunia Konstruktivisme Sosial 11
Pandangan-Dunia Advokasi dan Partisipatoris 13
Pandangan-Dunia Pragmatik 15
Strategi-Strategi Penelitian 17
Strategi-Strategi Kuantitatif 18
Strategi-Strategi Kualitatif 19
Strategi-Strategi Metode Campuran 21
Metode-Metode Penelitian 23
Rancangan Penelitian Sebagai Pandangan-dunia, Strategi,
dan Metode 25
Kriteria dalam Memilih Rancangan Penelitian 29
Masalah Penelitian 29
Pengalaman-Pengalaman Pribadi 30
Pembaca 31
Ringkasan 32
Latihan Menulis 32
Bacaan Tambahan 32
Bab Dua: Tinjauan Pustaka 36
Topik Penelitian 36 Tinjauan Pustaka 40
Pemanfaatan Pustaka/Iiteratur 40
Teknik-Teknik Tinjauan Pustaka 46
Langkah-Langkah Melakukan Tinjauan Pustaka 46
Database Terkomputerisasi 48
Prioritas dalam Memilih Literatur 52
Peta Literatur Penelitian 54
Mengabstraksikan Literatur 57
PetunjukGaya 61
Definisi Istilah 63
Tinjauan Pustaka Kuantitatif atau Metode Campuran 69
Kesimpulan 71
Latihan Menulis 72
Bacaan Tambahan 73
Bab Tiga: Penerapan Teori 75
Teori dalam Penelitian Kuantitatif 76
Variabel-Variabel dalam Penelitian Kuantitatif 76
Definisi Teori 78
Bentuk-Bentuk Teori 81
Penempatan Teori dalam Penelitian Kuantitatif 84
Menulis Perspektif Teoretis Kuantitatif 86
Teori dalam Penelitian Kualitatif 93
Variasi Penggunaan Teori dalam Penelitian Kualitatif 93
Menempatkan Teori dalam Penelitian Kualitatif 98
Teori dalam Penelitian Metode Campuran 99
Ringkasan 104
Latihan Menulis 106
Bacaan Tambahan 107
Instrumentasi 221
Variabel-Variabel dalam Penelitian 224
Analisis Data dan Interpretasi 225
Komponen-komponendalam Metode Penelitian Eksperimen 229
Partisipan 229
Variabel-Variabel 236
Instrumentasi dan Materi 237
Prosedur-ProsedurEksperimentasi 237
Ancaman-Ancaman terhadap Validitas 240
Prosedur 247
AnalisisData 249
Interpretasi Hasil '-=- 250
Ringkasan 251
Latihan Menulis 254 Bacaan Tambahan 255
Bab Sembilan: Prosedur-prosedur Kualitatif 258
Karakteristik-karakteristik Penelitian Kualitatif 259
Strategi-strategi Penelitian 263
Peran Peneliti 264
Prosedur-prosedur Pengumpulan Data 266
Prosedur-Prosedur Perekaman Data 271
Analisis dan Interpretasi Data 274
Reliabilitas, Validitas, dan Generalisabilitas 284
Menulis Kualitatif 290
Ringkasan 291
Latihan Menulis 302
Bacaan Tambahan 302
Bagian Satu
Pertimbangan-Pertimbangan Awal
B ab l
Bab Satu
landasan untuk mencari definisi "rigid" atas tiga istilah kunci tersebut, yang untuk selanjutnya
akan digunakan dalam buku ini:
Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengekplorasi dan memahami
makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari
masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-uPaya
penting, sepei'ti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur,
mengumPulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif
mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data.
Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel. Siapa
pun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus menerapkan cara pandang penelitian
yang bergaya induktif, berfokus terhadap makna individual, dan menerjemahkan
kompleksitas suatu persoalan (diadaptasi dari Creswell,2007).
Penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji teori-teori tertentu
dengan cara meneliti hubungan antarvariabel. Variabel-variabel ini diukur -biasanya
dmgan instrumen-instrumen penelitian- sehingga data yang terdiri dari angka-angka
dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik. Laporan akhir untuk penelitian
ini pada umumnya memiliki struktur yang ketat dan konsisten mulai dari pendahuluan,
tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.
(Creswell,2008). Seperti halnya para peneliti kualitatif, siapa pun yang terlibat di dalam
penelitian kuantitatif juga perlu rnemiliki asumsi-asumsi untuk menguji teori secara
deduktif, mencegah munculnya bias-bias, mengontrol penjelasan-penjelasan alternatif,
dan mampu menggeneralisasi dan menerapkan kembali penemuan-penemuannya.
Penelitian metode campuran merupakan pendekatan penelitian yang mengombinasikan
atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan bentuk kuantitatif. Pendekatan ini melibatkan
asumsi-asumsi filosofis., aplikasi pendekatan-pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan
pencampuran (mixing) kedua pendekatan tersebut dalam satu penelitian. Pendekatan ini
lebih kompleks dari sekadar mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data; ia juga
melibatkan fungsi dari dua pendekatan penelitian tersebut secara kolektif sehingga
kekuatan penelitian ini secara keseluruhan lebih besar ketimbang penelitian kualitatif dan
kuantiiatif (Creswell & Plano Clark, 2007).
Seperti yang kita lihat, masing-masing definisi di atas memiliki titik tekannya tersendiri.
Untuk itulah, dalam buku ini, saya akan menjelaskan tiga definisi tersebut secara detail agar
Anda bisa mengetahui masing-masing maknanya dengan jelas.
TIGA KOMPONEN PENTING DALAM RANCANGAN PENELITIAN
Ada dua titik tekan dalam setiap definisi tadi yaitu: bahwa suatu pendekatan penelitian
selalu melibatkan asumsi-asumsi filosofis dan metode-metode atau prosedur-prosedur yang
berbeda-beda. Rancangan penelitian, yang saya sebut sebagai rencana atau propasal untuk
melaksanakan penetitian, melibatkan relasi antara asumsi-asumsi filosofis, strategi-strategi
penelitian dan metode-metode tertentu. Kerangka kerja yang saya gunakan untuk menjelaskan
pertemuan antara tiga komponen ini dapat dilihat pada Gambar 1.1. Secara detail, dalam
merencanakan penelitian, para peneliti perlu memPertimbangkan tiga komponen penting, yaitu:
(1) asumsi-asumsi pandangan-dunia (worldview) filosofis yang mereka bawa ke dalam
penelitiannya, (2) strategi penelitian yang berhubungan dengan asumsi-asumsi tersebut, dan (3)
metode-metode atau prosedur-prosedur spesifik yang dapat menerjemahkan strategi tersebut ke
dalam Praktik nyata.
Beberapa Pandangan-Dunia Filosofis
Meskipun sebagian besar gagasan filosofis tersembunyi dalam sebuah penelitian (Slife &
William, 1995), gagasan-gagasan tersebut tetap mempengaruhi praktik penelitian dan perlu
diidentifikasi. Saya merekomendasikan agar siapa pun yang tengah mempersiapkan proposal
atau rencana penelitian seyogianya memperjelas gagasan-gagasan filosofis yang mereka ekspos.
Penjelasan ini tentu akan mencerminkan alasan mengaPa mereka perlu memilih- pendekatan
kuaiitatif, kuantitatif, atau metode camPuran untuk penelitian mereka.
Dalam menjelaskan pandangan-dunia filosofis, peneliti setidak-tidaknya perlu
menyertakan dalam proposalnya satu bagian khusus yang membahas sejumlah hal berikut:
Beberapa Pandangan-Dunia FilosofisStrategi-Strategi Penelitian
Strategi-Strategi Kualitatif (seperti, ethnografi)
Post-Positivis
Strategi-Strategi Kuantitatif (seperti, eksperimen)
Konstruksi Sosial
Strategi-Strategi Metode Campuran (seperti, sekuensial)
Advokasi/partisipatoris
Pragmatis
Rancangan-Rancangan Penelitian
Kualitatif
Kuantitatif
Metode Campuran
Metode-metode Campuran
Pertanyaan-pertanyaan
Pengumpulan data
Analisis data
Interpretasi
Laporan tertulis
Gambar 1.1 Kerangka Kerja Validasi
Rancangan Penelitian Relasi antara Pandangan Dunia, StartegiStrategi Penelitian, dan Metode-Metode Penelitian
Post-positivisme
Determinasi
Reduksionisme
Observasi dan Pengujian empiris
Verifikasi teori
Konstruktivisme
Pemahaman
Makna yang beragarn dari partisipan
Konstruksisosiai dan historis
Penciptaan teori
Advokasi/Partisipatoris
Bersifat politis
Berorientasi pada isu pemberdayaan
Kolaboratif
Berorientasi pada perubahan
Pragmatisme
Efek-efek tindakan
Berpusat Pada masalah
Bersifat Pluralistik
Berorientasi pada praktik dunia-nyata
Pandangan-Dunia Post-positivisme
Asumsi-asumsi post-positivis merepresentasikan bentuk tradisional penelitian, yang
kebenarannya lebih sering disematkan untuk penelitian kuantitatif ketimbang penelitian
kualitatif. Pandangan-dunia ini terkadang disebut sebagai metode saintifik atau penelitian sains.
Ada pula yang menyebutnya sebagai penelitian positivis/post-positivis, sains empiris, dan postpositivisme. Istilah terakhir disebut post-positivisme karena ia merepresentasikan pemikiran
post-positivisme, yang menentang gagasan tradisional tentang kebenaran absolut ilmu
pengetahuan (Phillips & Burbules, 2000), dan mengakui bahwa kita tidak bisa terus menjadi
"orang yang yakin/positif" pada klaim-klaim kita tentang pengetahuan ketika kita mengkaji
perilaku dan tindakan manusia. Dalam perkembangan historisnya, tradisi post-positivis ini lahir
dari penulis-penulis abad XIX, seperti Comte, Mill, Dukheim, Newton, dan Locke (Smith,
1983), dan belakangan dikembangkan lebih lanjut oleh penulis-penulis seperti Phillips dan
Burbules (2000).
Kaum Post-positivis mempertahankan filsafat deterministik bahwa sebab-sebab (faktorfakior kausatif) sangat mungkin menentukan akibat atau hasil akhir. Untuk itulah, problemproblem yang dikaji oleh kaum post-positivis mencerminkan adanya kebutuhan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab y ang memengaruhi hasil akhir, sebagaimana yang
banyak kita jumpai dalam penelitian eksperimen kuantitatif. Filsafat kaum post-positivis juga
cenderung reduksionistis yang orientasinya adalah mereduksi gagasan-gagasan besar menjadi
gagasan-gagasan terpisah yang lebih kecil untuk diuji lebih lanjut, seperti halnya variabelvariabel yang umumnya terdiri dari sejumlah rumusan masalah dan hipotesis penelitian.
Pengetahuan yang berkembang melalui kacamata kaum post-positivis selalu didasarkan
pada observasi dan pengujian yang sangat cermat terhadap realitas objektif yang muncul di dunia
"luar sana." Untuk itulah, melakukan observasi dan meneliti perilaku individu-individu dengan
berlandaskan pada ukuran angka-angka dianggap sebagai aktivitas yang amat penting bagi kaum
post-positivis. Akibatnya, muncul hukum-hukum atau teori-teori yang mengatur dunia, yang
menuntut adanya pengujian dan verifikasi atas kebenaran teori-teori tersebut. agar dunia ini
dapat dipahami oleh manusia. Untuk itulah, dalam metode saintifik,salah satu pendekatan
penelitian "yang telah disepakati" oleh kaum post-positivis, seorang peneliti harus mengawali
penelitiannya dengan menguji teori tertentu, lalu mengumpulkan data baik yang mendukung
maupun yang membantah teori tersebut, baru kemudian membuat perbaikan-perbaikan lanjutan
sebelum dilakukan pengujian ulang.
Membaca buku Phillips dan Burbules (2000), kita akan menemukan sejumlah asumsi
dasar yang menjadi inti dalam paradigma penelitian post-positivis, antara lain:
1. Pengetahuan bersifat konjektural/terkaan (dan antifondasional/ddak berlandasan apa pun)
-bahwa kita tidak akan pernah mendapatkan kebenaran absolut. untuk itulah, bukti yang
dibangun dalam penelitian sering kali lemah dan tidak sempurna. Karena alasan ini pula,
banyak peneliti yang berujar bahwa mereka tidak dapat membuktikan hipotesisnya; bahkan,
tak jarang rnereka juga gagal untuk menyangkal hipotesisnya.
2. Penelitian merupakan proses membuat klaim-klaim, kemudian menyaring sebagian klaim
tersebut meniadi "klaim-klaim lain" yang kebenarannya jauh lebih kuat. sebagian besar
penelitian kuantitatif, rnisalnya, selalu diawali dengan pengujian atas suatu teori.
3. Pengetahuan dibentuk oleh data, bukti, dan Pertimbang-pertimbangan logis. Dalam
praktiknya, peneliti mengumpulkan informasi dengan menggunakan instrumen-instrumen
Pengukuran tertentu yang diisi oleh para partisipan atau dengan melakukan observasi
mendalam di lokasi penelitian.
4. Penelitian harus mampu mengembangkan statemen-statemen yang relevan dan benar,
statemen-statemen yang dapat menjelaskan situasi yang sebenarnya atau dapat
mendeskripsikan relasi kausalitas dari suatu persoalan. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti
membuat relasi antarvariabel dan mengemukakannya dalam bentuk pertanyaan dan hipotesis'
5. Aspek terpenting dalam penelitian adalah sikap objektif; para peneliti harus menguji kembali
metode-metode dan kesimpulan-kesimpulan yang sekiranya mengandung bias. untuk ituiah,
dalam penelitian kuantitatif, standar validitas dan reliabilitas. menjadi dua ispek penting yang
wajib dipertimbangkan oleh peneliti.
Pandangan-Dunia Konstruktivisme Sosial
Kelompok lain memiliki pandangan dunia yang berbeda. Salah satunya adalah
pandangan-dunia konstruktivisme sosial (yang sering kali dikombinasikan dengan
interpretivisme) (lihat Merters, 1998). Pandangan-dunia ini biasanya dipandang sebagai suatu
pendekatan dalam penelitian kualitatif. Gagasan konstruktivisme sosial berasal dari Mannheim
dan buku-buku seperti The Social Construction of Reality-nya Berger dan Luekmann (1967) dan
Naturalistic Inquiry-nya Lincoln dan Guba (1985). Dewasa ini, penulis-penulis yang getol
mengkaji paradigma konstruktivisme sosial antara lain Lincoln dan Guba (2000), Schwandt
(2007, Neuman (2000), dannCrotty (1998).
Konstruktivisme sosial meneguhkan asumsi bahwa individu-individu selalu berusaha
memahami dunia di mana mereka hidup dan bekerja. Mereka mengembangkan makna-makna
subjektif atas pengalaman-pengalaman mereka -makna-makna yang diarahkan pada objek-objek
atau benda-benda tertentu. Makna-makna ini pun cukup banyak dan beragam sehingga peneliti
dituntut untuk lebih mencari kompleksitas pandangan-pandangan ketimbang mempersempit
makna-makna meniadi sejumlah kategori dan gagasan. Peneliti berusaha mengandalkan
sebanyak mungkin pandangan partisipan tentang situasi yang tengah diteliti. Untuk
mengeksplorasi pandangan-pandangan ini, pertanyaan-pertanyaan pun perlu diajukan. Pertayaanpertanyaan ini bisa jadi sangat luas dan umum sehingga partisipan dapat mengkonstruksi makna
atas situasi tersebut, yang biasanya tidak asli atau tidak dipakai dalam interaksi dengan orang
lain. Semakin terbuka pertanyaan tersebut tentu akan sernakin baik, agar peneliti bisa
mendengarkan dengan cermat apa yang dibicarakan dan dilakukan partisipan dalam kehidupan
mereka.
Makna-makna subjektif ini sering kali dinegosiasi secara sosial dan historis. Maknamakna ini tidak sekadar dicetak untuk kemudian dibagikan kepada indiviciu-individu, tetapi
harus dibuat melalui interaksi dengan mereka (karena itulah dinamakan konstruktivisme sosial)
dan melalui norma-norma historis dan sosial yang berlaku dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Makna-makna itu juga harus ditekankan pada kontekster tentu dimana individu-individu ini
tinggal dan kerjia agar peneliti dapat memahami latar belakang historis dan kultural mereka.
Para peneliti iuga perlu menyadari bahwa latar belakang dapat mempengaruhi, penafsiran
mereka terhadap hasil penelitian. Untuk itulah ketika melakukan penelitian,mereka harus
memosisikan diri mereka sedemikian rupa seraya mengakui dengan rendah hati bahwa
interpretasi mereka tidak pernah lepas dari pengalaman pribadi, kultural, dan historis mereka
sendiri. Dalam konteks konnstruktivisme, peneliti memiliki tujuan utama, yakni berusaha
memaknai (atau menafsirkan) makna-makna yang dimiliki orang lain tentang dunia ini.
Ketimbang mengawali penelitiannya dengan suatu teori (seperti dalam post-positivisme), peneliti
sebaiknya membuat atau mengembangkan suatu teori atau pola makna tertentu secara induktif.
konsekuensi-konsekuensi yang sudah ada, dan bukan dari kondisi-kondisi sebelumnya (seperti
dalam post-positivisme). Pandangan-dunia ini berpijak pada aplikasi-aplikasi dan solusi-solusi
atas problem-problem yang ada (Patton, 1990). Ketimbang berfokus pada metode-metode, para
peneliti pragmatik lebih menekankan pada pemecahan masalah dan menggunakan semua
pendekatan yang ada untuk memahami rnasalah tersebut (lihat Rossman & Wilson, 1985).
Sebagai salah satu paradigma filosofis untuk penelitian metode campuran, Tashakkori
dan Teddlie (1998), Morgan (2007), dan Patton (1990) menekankan pentingnya paradigma
pragmatik ini bagi para peneliti metode campuran, yang pada umumnya harus berfokus pada
masalah-masalah penelitian dalam ilmu sosial humaniora, kemudian menggunakan pendekatan
yang beragam untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang problem-problem
tersebut. Berdasarkan kajian Cherryholmes (1992), Morgan (2007), dan pandangan saya pribadi,
pragmatisme pada hakikatnya merupakan dasar filosofis untuk setiap bentuk penelitian,
khususnya penelitian metode campuran:
1. Pragmatisme tidak hanya diterapkan untuk satu sistem filsafat atau realitas saja. Pragmatisme
dapat digunakan untuk penelitian metode campuran yang di dalamnya para peneliti bisa
dengan bebas melibatkan asumsi-asumsi kuantitatif dan kualitatif ketika mereka terlibat
dalam sebuah penelitian.
2. Setiap peneliti memiliki kebebasan memilih. Dalam hal ini, mereka bebas untuk memilih
metode-metode, teknik-teknik, dan prosedur-prosedur peneIitian yang dianggap terbaik untuk
memenuhi kebutuhan dan tujuan mereka.
3. Kaum pragmatis tidak melihat dunia sebagai kesatuan yang mutlak. Artinya, para peneliti
metode campuran dapat menerapkan berbagai pendekatan dalam mengumpulkan dan
menganaIisis data ketimbang hanya menggunakan satu pendekatan saja (jika tidak
kuantitatif, selalu kualitatif).
4. Kebenaran adalah apa yang teriadi pada saat itu. Kebenaran tidak didasarkan pada dualitas
antara kenyataan yang berada di luar pikiran dan kenyataan yang ada dalam pikiran. Untuk
itulah, dalam peneiitian metode campuran, para peneliti menggunakan data kuantatif dan
kualitatif karena mereka meneliti untuk memiliki pemahaman yang baik terhadap masalah
penelitian.
5. Para peneliti pragmatis selalu melihat apa dan bagaimana meneliti, seraya mengetahui apa
saja akibat-akibat yang akan mereka terima kapan dan dimana mereka harus menjalankan
penelitian tersebut. Untuk itulah, para peneliti metode campuran pada umumnya selalu
memiliki tujuan atas pencampuran (mixing) ini, sejenis alasan mengapa data kuantitatif dan
kualitatif harus dicampur menjadi satu.
6. Kaum pragmatis setuju bahwa penelitian selalu muncul dalam konteks sosial, historis, politis,
dan lain sebagainya. Dalam hal ini, penelitian metode campuran bisa saja beralih pada
paradigma post-modern, suatu pandangan teoretis yang reflektif terhadap keadilan sosial dan
tujuan-tujuan politis.
7. Kaum pragmatis percaya akan dunia eksternal yang berada di luar pikiran sebagaimana yang
berada di dalam pikiran manusia. Mereka juga percaya bahwa kita harus berhenti bertanya
tentang realitas dan hukum-hukum alam (Cherryholmes, 1992). Bahkan, "mereka sepertinya
ingin mengubah subjek" (Rorty, 1983: xiv).
8. Untuk itulah, bagi para peneliti metode campuran, pragmatisme dapat membuka pintu untuk
menerapkan metode-metode yang beragam, pandangan-dunia yang berbeda-beda, dan
asumsi-asumsi yang bervariasi, serta bentuk-bentuk yang berbeda dalam pengumpulan dan
analisis data.
Strategi-Strategi Penelitian
Para peneliti hendaknya jangan hanya memilih penelitian kualitatif, kuantitatif, atau
metode campuran untuk diterapkan; mereka juga harus menentukan jenis penelitian dalam tiga
pilihan tersebut. Strategi-strategi penelitian merupakan jenis-jenis rancangan peneIitian
kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran yang menetapkan prosedur-prosedur khusus dalam
penelitian. Beberapa orang menyebut strategi penelitian dengan istilah pendekatan peneiitian
(Creswell, 2007) atau metodologi penelitian (Mertens, 1998).
Strategi-strategi yang tersedia bagi peneliti sebenamya sudah muncul bertahun-tahun lalu
saat teknologi komputer telah mempercepat aktivitas kita dalam menganalisis data-data yang
rurnit. Strategi-strategi tersebut hadir ketika manusia sudah mampu mengartikulasikan prosedurprosedur baru dalam melakukan penelitian ilmu sosial. Pilihlah salah satu dari strategi-strategi
penelitian yang sering kali digunakan dalam ilmu sosial, seperti yang akan saya jelaskan dalam
Bab 8, 9, dan10.
Di sini, saya hanya akan memperkenalkan strategi-strategi ini yang nantinya akan
dijelaskan lebih rinci lengkap dengan contoh-contohnya di sepanjang buku ini. Ringkasan
strategi-strategi tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Strategl-Strategi Penetitian Alternatif
Kuantitatif
Kualitatif
Rancangan-rancangan
Penelitian naratif
Fenomenologi
eksperimen
Etnografi
Rancangan-racangan
Grounded theory
non-eksperimen, seperti
Studi kasus
metode survei
Metode Campuran
Sekuensial
Konkuren
Transformatif
Strategi-strategi Kuantitatif
Selama akhir abad XIX dan awal abad XX, strategi-strategi penelitian yang berkaitan
dengan rancangan kuantitatif selalu meIibatkan pandangan-dunia post-positivis. Strategi-strategi
ini meliputi eksperimeh-eksperimen nyata, eksperimen-eksperimen yang kurang rigid yang
sering disebut dengan kuasi-eksperimen dan penelitian korelasional (Campbell & Stanley, 1963),
dan eksperimen-eksperimen single-subject (Cooper, Heron, & Heward, 1987; Neuman &
McCormick,1995).
Namun, dewasa ini, strategi-strategi kuantitatif sudah melibatkan eksperimen-eksperimen
yang lebih kompleks dengan semua variabei dan treatment-nya (seperti rancangan faktorial dan
rancangan repeated measure). Strategi-strategi kuantitatif juga meliputi model-model persamaan
struktural yang sedikit rumit, yang biasanya menyertakan metode-metode kausalitas dan
identifikasi kekuatan variabel-variabel ganda. Dalam buku ini, saya hanya fokus pada dua
strategi penelitian kuantitatif, yakni survei dan eksperimen.
Penelitian survei berusaha memaparkan secara kuantitatif kecenderungan, sikap, atau opini
dari suatu populasi tertentu dengan meneliti satu sampel dari populasi tersebut. Penelitian ini
meliputi studi-studi cross-sectional dan longitudinal yang menggunakan kuesioner atau
wawancara terencana dalam pengumpulan data, dengan tujuan untuk menggeneralisasi
populasi berdasarkan sampel yang sudah ditentukan (Babbie, 1990).
Penelitian eksperimen berusaha menentukan apakah suatu treatment memengaruhi hasil
sebuah penelitian. Pengaruh ini dinilai dengan cara menerapkan treatment tertentu pada satu
kelompok (sering disebut kelompok treatment, penj.) dan tidak menerapkannya pada
kelompok yang lain (sering disebut kelompok kontrol, Penj.), Ialu menentukan bagaimana
dua kelompok tersebut menentukan hasil akhir. Penelitian ini mencakup eksperimen-aktual
dengan penugasan acak (random assignmenf) atas subjek-subjek yang di-treatment dalam
kondisi-kondisi tertentu, dan kuasi-eksperimen dengan prosedur-prosedur non-acak (Keepel
1991). Termasuk dalam kuasi-eksperimen adalah rancangan single-subiect.
Strategi-Strategi Kualitatif
Untuk penelitian kualitatif, strategi-strateginya sudah mulai bermunculan sepanjang
tahun 1990-an dan memasuki abad XX. Tidak sedikit buku yang telah membahas strategi
kualitatif ini (seperti 19 strategi yang diperkenalkan oleh Wolcott, 2001). Bahkan, pendekatanpendekatan di dalam penelitian kualitatif tertentu sudah memiliki prosedur-prosedur yang
lengkap dan jelas. Misalnya, Clandinin dan Connelly (2000) telah membuat deskripsi
komprehensif tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang peneliti naratif. Moustakas (1994)
juga telah membahas doktrin-doktrin filosofis dan prosedur-prosedur dalam metode
fenomenologi, sedangkan Strauss dan Corbin (1990,1998) memperkenalkan prosedur-prosedur
untuk peneliti grounded theory. Wolcott (1999) menjabarkan prosedur-prosedur etnografis, dan
Stake (1995) merekomendasikan sejumlah proses yang harus dilakukan dalam penelitian studi
kasus.
Dalam buku ini, saya sudah menyajikan ilustrasi-ilustrasi berdasarkan strategi-strategi di
atas, sekaligus memperkenalkan bahwa pendekatan-pendekatan seperti penelitian partisipatoris
(Kemmis & Wilkinson, 1998), analisis wacana (Cheek,2004), dan pendekatan-pendekatan lain
yang tidak disebutkan (lihat Creswell, 2007b) juga dapat menjadi cara-cara yang memadai di
dalam melakukan penelitian kualitatif:
Etnografi merupakan salah satu strategi penelitian kualitatif yang di dalamnya peneliti
menyelidiki suatu kelompok kebudayaan di lingkungan yang alamiah dalam periode waktu
yang cukup lama dalam dalam pengumpulan data utama, data observasi, dan data wawancara
(creswell, 2007b). Proses penelitiannya fleksibel dan biasanya berkembang sesuai kondisi
dalam merespons kenyataan-kenyataan hidup yang dijumpai di lapangan (LeCompte &
Schensul, 1999).
Grounded theory nterupakan strategi penelitian yang di dalamnya peneliti "memproduksi"
teori umum dan abstrak dari suatu proses, aksi, atau interaksi tertentu yang berasal dari
pandangan-pandangan partisipan. Rancangan ini mengharuskan peneliti untuk menjalani
sejumlah tahap pengumpulan data dan penyaringan kategori-kategori atas informasi yang
diperoleh (Charmaz, 2006; Strauss dan Corbin, 1990, 1998). Rancangan ini memiliki dua
karakteristik utama, yaitu: (1) perbandingan yang konstan antara data dan kategori-kategori
yang muncul dan (2) pengambilan contoh secara teoretis (teoretical sampling) atas
kelompok-kelompok yang berbeda untuk memaksimalkan kesamaan dan perbedaan
informasi.
Studi kasus merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyeliki secara
cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus
dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap
dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah
ditentukan (Stake, 1995).
Fenomenologi merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti mengidentifikasi
hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu. Memahami pengalamanpengalaman hidup manusia menjadikan filsafat fenomenologi sebagai suatu metode
penelitian yang prosedur-prosedurnya mengharuskan peneliti untuk mengkaji sejumlah
subjek dengan terlibat secara langsung dan relatif lama di dalamnya untuk mengembangkan
pola-pola dan relasi-relasi makna (Moustakas, 1994). Dalam Proses ini, peneliti
mengesampingkan terlebih dahulu pengalaman-pengalaman pribadinya agar ia dapat
memahami pengalaman-pengalaman partisipan yang ia teiiti (Nieswiadomy,1993).
Naratif merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki kehidupan
individu-individu dan meminta seorang atau sekolompok individu untuk menceritakan
kehidupan mereka. Informasi ini kemudian diceritakan kembali oleh peneliti dalam kronologi
naratif. Di akhir tahap penelitian, peneliti harus menggabungkan dengan gaya naratif
pandangan-pandangannya tentang kehidupan partisipan dengan pandangan-pandangannya
tentang kehidupan peneliti sendiri (Clandinin & Connelly,2000).
kemudian mendorong orang lain menggunakan matriks metode-jamak mereka untuk menguji
kemungkinan digunakannya pendekatan-jamak (muttiple approaches) dalam pengumpulan data
penelitian. Berawal dari inilah, banyak orang yang kemudian mencampur metode-metode
sekaligus pendekatan-pendekatan yang berhubungan dengan metode-metode tersebut, misalnya,
mereka menggabungkan metode observasi dan wawancara (data kualitatif) dengan metode survei
tradisional (data kuantitatif) (Sieber, 1973).
Dengan menyadari bahwa setiap metode pasti memiliki kekurangan dan keterbatasan,
para peneliti metode campuran pun akhirnya meyakini bahwa bias-bias yang muncul dalam satu
metode dapat menetralisasi atau menghilangkan bias-bias dalam metode metode yang lain.
Triangulasi sumber-sumber data (triangulasi of data resourcers) suatu metode dalam mencari
konvergensi antara metode kualitatif dan metode kuantitatifpun muncul (Jick, 1979). Pada
awal 1990-an, gagasan "pencampuran" (mixing) ini mulai beralih dari yang awalnya hanya
berusaha mencari-cari konvergensi menuju usaha penggabungan yang sebenarnya antara data
kuantitatif dan data kualitatif. Misalnya, hasil-hasil dari satu metode dapat membantu metode
yang lain, utamanya dalam mengidentifikasi para partisipan yang diteliti atau pertanyaanpertanyaan yang diajukan (Thashakkori & Teddlie, 1998). Selain itu, data kualitatif dan
kuantitatif dapat disatukan menjadi satu database besar yang bisa digunakan secara
berdampingan untuk memperkuat satu sama lain (misalnya, kuota kualitatif dapat mendukung
hasi-hasil statistik)(Creswell & Plano Clark, 2007). Jika tidak, kombinasi dua metode tersebut
dapat diterapkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang luas dan transformatif, misalnya, dalam
mengadvokasi kelompok-kelompok marginal, seperti perempuan, minoritas etnik/ras, komunitas
gay dan lesbian, orang-orang difabel, dan mereka yang miskin/lemah (Mertens' 2003).
Dimungkinkannya sejumlah metode dicampur "jadi satu" telah rnenuntun para pakar
untuk mengembangkan prosedur-prosedur penelitian berdasarkan metode campuran. Hingga saat
ini, istilah-istilah untuk menyebut rancangan metode campuran pun sangat beragam, seperti
multi-metode, metode konvergensi, metode terintegrasi, dan metode kombinasi (Creswell &
Plano Clark, 2007), yang memiliki prosedur-prosedurnya masing-masing (Tashakkori & Teddlie,
2003) .
Secara khusus, ada tiga strategi metode campuran dan sejumlah variasinya yang akan
diilustrasikan dalam buku ini:
Strategi metode campuran sekuensial/bertahap (sequential mixed methods) merupakan
prosedur-prosedur di mana di dalamnya peneliti berusaha menggabungkan atau memperluas
penemuan-penernuannya yang diperoleh dari satu metode dengan penemuan-penemuannya
dari metode yang lain. Strategi ini dapat dilakukan dengan melakukan interview kualitatif
terlebih dahulu untuk mendapatkan penjelasan-penjelasan yang memadai, lalu diikuti
denganmetode survei kuantitatif dengan sejumlah sampel untuk memperoleh hasil umum dari
suatu populasi. Jika tidak, penelitian ini dapat dimulai dari metode kuantitatif terlebih dahulu
dengan menguji suatu teori atau konsep tertentu, kemudian diikuti dengan metode kualitatif
dengan mengeksplorasi sejumlah kasus dan individu.
Metode-Metode Penelitian
Komponen ketiga dalam kerangka kerja penelitian adalah metode-metode penelitian spesifik
yang berkaitan dengan strategi pengumpulan, analisis, dan interpretasi data. Seperti yang
ditunjukkan dalam Tabel 1.3, peneliti perlu mempertimbangkan sejumlah metode pengumpulan
data dan mengatumya secara sisternatis, misalnya berdasarkan level metode tersebut atas sifat
objek penelitian, fungsi metode tersebut saat peneliti menggunakan pertanyaan tertutup dan
terbuka, dan fokus metode tersebut pada analisis data yang numerik atau non-numerik. Metodemetode ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam Bab 8 hingga 10.
Tabel 1.3 Metode Kuantitafif, Metode Campuran, dan Metode Kualitatif
Metode Kuantitatif Metode Campuran Metode Kualitatif
Bersifat Pre-determined
(sudah ditentukan
sebelumnya)
Perianyaan-Pertanyaan
Yang didasarkan Pada
instrumen penelitian
Data Performa, data
sikap, data observasi, dan
data sensus
Analisis statistik
Lnterpretasi statistik
Bersifat Pre-determined
dan berkembang dinamis
Pertanyaan-pertanyaan
Terbuka dan pertanyaanpertanyaan tertutup
Bentuk-bentuk data berganda Yang tebuka Pada
Kemungkinankemungkinan lain
Analisis statistik dan
analisis tekstual
Lintas-interpretasi
Berkembang dinamis
Pertanyaan-pertanyaan
terbuka
Data wawancara, data
observasi, data
dokumentasi, dan data
audio-visual
Analisis tekstual dan
gambar
Lnterpretasi tema-tema,
pola-pola
database
Peneliti mengumpulkan data dengan bantuan instrumen atau tes (seperti, pertanyaanpertanyaan tentang harga diri) atau mengumpulan informasi dengan bantuan checklist perilaku
(seperti, observasi atas seorang pekerja yang terlibat dalam keterampilan yang kompleks). Di sisi
lain, pengumpulan data juga bisa melibatkan peneliti untuk mengunjungi secara langsung tempat
penelitian dan mengobservasi perilaku individu-individu di dalamnya tanpa ada pertanyaan yang
disediakan sebelumnya atau melakukan wawan cara secara aktif atas individu-individu tersebut
agar dapat mengungkapkan gagasannya tentang topik penelitian, tanpa harus menyediakan
pertanyaan-pertariyaan yang spesifik.
Pemilihan metode ini pada akhirnya haruslah disesuaikan dengan maksud peneliti;
apakah peneliti bermaksud untuk menggali informasi yang diinginkan atau membiarkannya
muncul begitu saja dari para partisipan. Atau, apakah peneliti ingin menganalisis jenis data
berupa informasi numerik yang dikumpulkan dari instrumen penelitian atau informasi teks yang
dikumpulkan dari rekaman hasil pembicaraan dengan partisipan. Atau, apakah peneliti ingin
menafsirkan, hasil-hasil statistik atau mereka ingin menafsirkan kecenderungan-kecenderungan
atau pola-pola umum yang muncul dari data penelitian.
Dalam sejumlah penelitian, data kuantitaiif dan kualitatif bisa saja dikumpulkan,
dianalisis, dan ditafsirkan secara bersama-sama. Data instrumen dapat dilengkapi dengan
observasi-terbuka, atau data sensus dapat diikuti dengan wawancara mendalam. Akan tetapi,
dalam kasus metode campuran, peneliti membuat inferensi/kesimpulan antara data kuantitatif
dan data kualitatif.
RANCANGAN PENELITIAN SEBAGAI PANDANGAN-DUNIA, STRATEGI, DAN
METODE
Pandangan-dunia, strategi, dan metode, semuanya turut menentukan apakah suatu rancangan
penelitian akan cenderung kuantitatif, kualitatif, atau campuran. Tabel 1.4 menyajikan perbedaanperbedaan yang mungkin berguna bagi para peneliti dalam memilih suatu pendekatan penelitian. Tabel
ini juga menyertakan praktik-praktik dari tiga pendekatan yang akan dijelaskan secara lebih rinci
dalambab-bab selanjutnya di buku ini.
Berikut ini, akan digambarkan bagaimana ketiga elemen ini (pandangan-dunia, strategi, dan
metode) berkombinasi dalam satu skenario penelitian:
Tabel 1.4 Pendekatan-Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Metode Campuran
Pendekatan
Pendekatan
Pendekatan Metode
Kecenderungan
Kualitatif
Kuantitatif
Campuran
Menggunakan
Klaim-klaim
Klaim-klaim
Klaim-klaim
asumsi-asumsi
filosofis ini
Pengetahuan
konstruktivis/advok
asi/ Partisipatoris
Fenomenologi,
grounded theory,
etnografi, studi
kasus, dan naratif
Pertanyaan
Pertanyaan lerbuka,
pendekatanPendekatan yang
berkembang
dinamis
(fleksibel/emerging
), data tekstual dan
gambar
Menerapkan
strategi-strategi
penelitian ini
Menerapkan
metode-metode
ini
Menerapkan
praktik-praktik
penelitian ini
Posisi-posisi dia
Mengumpulkan
makna dari para
partisipan
Fokus pada satu
konsep atau
fenomenon
Membawa nilainilai pribadi ke
dalam penelitian
Meneliti konteks
atau setting
partisipan
Menvalidasi
akurasi penemuanpenemuan
Menginterpretasi
pengetahuan Postpositivis
Survei dan
eksprimen
pengetahuan
pragmatis
PertanyaanPertanyaan
terbuka,
pendekatanpendekatan yang
predetermined
(sudah ditentukan
sebelumnya), data
berupa angkaangka
Menguji atau
memverifikasi
teori atau
Penjelasan
Mengidentifikasi
variabel-variabel
yang akan diteliti
Menghubungkan
variabel-variabel
dalam rumusan
masalah dan
hipotesis
penelitian
Menggunakan
standar-standar
validitas dan
reliabilitas
Mengobservasi
Sekuensial,
konkuren, dan
transformatif
Pertanyaanpertanyaa
yang terbuka dan
tertutup,
pendekatanpendekatan yang
berkembang
dinamis
(emerging) dan
sudah ditentukan
sebelumnya
(predetermined),
analisis data
kuantitatif
dandata kualitatif
Mengumpulkan
data kuantitatif
dan data kualitatif
Membuat
rasinalisasi atas
dicampurnya dua
data
Menggabungkan
data pada tahaptahap penelitian
yang berbeda
Menyajikan
gambaran visual
tentang prosedurprosedur
Menerapkan
praktik-praktik
kuantitatif dan
data
Membuat agenda
perubahan atau
reformasi
Berkolaborasi
dengan partisipan
dan mengukur
informasi secara
numerik (angkaangka)
Menerapkan
pendekatanpendekatan yang
bebas-bias
Menerapkan
prosedur-prosedur
statistik
kualitatif
Peneliti dengan metode campuran ini melakukan suatu penelitian dengan asumsi bahwa
mengumpulkan berbagai jenis data yang dianggap terbaik dapat memberikan pemahaman yang
menyeluruh tentang masalah yang diteliti. Penelitian ini dapat dimulai dengan survei secara luas
agar dapat dilakukan generalisasi terhadap hasil penelitian dari populasi yang telah ditentukan.
Kemudian, pada tahap selanjutnya, dilakukan wawancara kualitatif secara terbuka agar dapat
mengumpulkan pandangan-pandangan dari partisipan.
KRITERIA DALAM MEMILIH RANCANGAN PENELITIAN
Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran memiliki kemungkinan yang
sama untuk diterapkan. Lalu, faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi seseorang untuk
lebih memilih satu pendekatan tertentu ketimbang pendekaian lain untuk proposal penelitiannya?
Selain ketiga komponen di atas (pandangan-dunia, strategi, dan metode), masalah penelitian,
pengalaman-pengalaman pribadi, dan target pembaca juga perlu dipertimbangkan oleh peneliti
dalam memilih rancangan penelitian yang tepat.
Masalah Penelitian
Masalah penelitian, yang akan dijelaskan lebih rinci pada Bab 5, haruslah masalah yang
benar-benar perlu dibahas (seperti, masalah diskriminasi ras). Masalah-masalah sosial tertentu
terkadang turut menentukan pendekatan penelitian yang digunakan. Misalnya, jika masalah ini
mengharuskan (a) identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi hasil, (b) fungsi keterlibatan, atau
(c) pemahaman prediksi hasil, pendekatan kuantitatif menjadi pilihan terbaik. Pendekatan ini
juga layak diterapkan untuk menguji suatu teori atau pernyataan.
Di sisi lain, jika ada suatu konsep atau fenomena yang perlu dipahami misalnya, karena
sedikitnya penelitian yang membahas fenomena/konsep tersebutberarti pendekatan kualitatif
dapat dipilih sebagai jalan terbaik. Pendekatan kualitatif bersifat eksploratif, dan berguna bagi
peneliti-peneliti yang tidak mengetahui bagaimana menguji variabel-variabel. Jenis pendekatan
ini juga bisa berguna, misalnya, karena ada topik yang baru, dan topik baru ini tidak pernah
dibahas dengan sampel atau sekelompok individu tertentu; atau karena teori-teori yang ada
selama ini belum diterapkan sebagai landasan untuk meneliti sampel atau sekelompok individu
yang diteliti (Morse, 1991).
Pendekatan metode campuran sangatlah berguna, utamanya ketika pendekatan kuantitatif
atau pendekatan kualitatif dirasa tidak memadai untuk memahami masalah yang diteliti. Alhasil,
keduanya pun harus digabung agar mampu memahami masalah yang tengah diteliti. Misalnya,
seorang peneliti mungkin sjia ingin melakukan generalisasi terhadap penemuan-penemuannya
atas populasi yang ada; atau ingin mengembangkan pandangan yang detail mengenai makna
suatu fenomena atau konsep tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti tersebut terlebih dahulu harus
mempelaiari variabel-variabel apa yang akan diteliti, kemudian menguji variabel-variabel ini
berdasarkan sampel individu yang luas. Jika tidak, peneliti bisa melakukan survei terlebih dahulu
pada sejumlah besar individu, kemudian menindaklanjuti dengan sejumlah partisipan saja untuk
memperoleh pandangan mereka tentang topik penelitian. Dalam kondisi seperti inilah,
pengumpulan data kuantitatif yang tertutup dan data kualitatif yang terbuka, benar-benar
diperlukan.
Pengalaman-Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi juga turut memengaruhi para peneliti dalam memilih pendekatan
yang akan mereka terapkan. Seseorang yang terbiasa dilatih dalam program-program teknik,
penulisan saintifik, statistik, dan komputer, serta terbiasa membaca jumal-jurnal kuantitatif di
perpustakaan, ia cenderung akan memilih rancangan kuantitatif. Di sisi lain, seseorang yang
sudah nyaman menulis buku atau melakukan wawancara pribadi dan observasi, mungkin akan
lebih tergerak untuk menggunakan pendekatan kualitatif. Namun, seseorang yang terbiasa
dengan penelitian kuantitatif dan kualitatif sangat mungkin akan memilih metode campuran.
Biasanya, dia memiliki waktu dan sumber yang memadai untuk mengumpulkan data-clata
kuantitatif dan kualitatif, serta memiliki outlet untuk menerapkan metode campuran yang
jangkauannya cenderung luas.
Sejak penelitian kuantitatif menjadi gaya penelitian tradisional, banyak prosedur, dan
aturan yang dibuat untuk penelitian tersebut. Sebagian orang mungkin saja lebih nyaman dengan
prosedur-prosedur penelitian kuantitatif yang sangat sistematis ini. Namun, bagi sebagian yang
lain, hal ini justru kurang comfortable karena tidak dapat beradaptasi dengan keinginan sejumlah
fakultas yang memang memiliki basis pendekatan kualitatif dan advokasi/partisipatoris dalam
penelitian-penelitiannya. Apalagi, pendekatan-pendekatan kualitatif diyakini menyediakan ruang
inovasi yang lebih besar bagi kerangka kerja penelitian. Penelitian semacam ini juga
memungkinkan munculnya tulisan-tulisan yang lebih kreatif dan bergaya sastrawi: suatu gaya
yang sebagian orang lebih menyukainya. Untuk para penulis advokasi/partisipatoris, tak dapat
disangkal ada dorongan yang kuat untuk mengejar topik yang memang sesuai dengan minat
pribadi isu-isu yang berhubungan dengan orang-orang marginal, misalnya, atau keinginan untuk
menciptakan kelompok masyarakat yang lebih baik bagi mereka dan yang lainnya.
Bagi para peneliti dengan metode campuran, proyek ini bisa saja menyita banyak waktu
karena mereka dituntut untuk mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif dan kualitatif
sekaligus. Artinya, penelitian dengan metode campuran ini hanya sesuai bagi seorang peneliti
yang merasa nyaman dengan struktur penelitian kualitatif yang cenderung rigid dan fleksibilitas
penelitian kualitatif yang cenderung adaptif.
Pembaca
Pada akhirnya, peneliti menulis laporan penelitian yang benar-benar bisa diterima oleh
para pembaca. Pembaca-pernbaca ini bisa jadi editor jurnal, pembaca jumal, dewan perguruan
tinggi, peserta seminar, atau rekan-rekan satu bidang ilmu pengetahuan. Mahasiswa seharusnya
mempertimbangkan pendekatan-pendekatan yang sudah biasa direstui dan digunakan oleh para
pembimbing mereka. Pembaca yang telah berpengalaman dengan penelitian kuantitatif,
kualitatif, atau metode campuran ini dapat membantu mahasiswa untuk menentukan pilihan
mereka.
RINGKASAN
Dalam merencanakan suatu proyek penelitian, peneliti perlu menentukan apakah mereka
akan menggunakan rancangan kualitatif, kuantitatif, atau metode campuran. Rancangan ini
dipilih berdasarkan pandangan-dniia atau asumsi-asumsi filosofis tentang suatu
penelitian,strategi-strategi penelitian, dan metode-metode penelitian. Pilihan atas suatu
rancangan penelitian biasanya dipengaruhi oleh masalah penelitian yang akan diteliti,
pengalaman-pengalaman pribadi dari si peneliti, dan target pembaca yang diharapkan akan
membaca hasil penelitian tersebut.
LATIHAN MENULIS
Latihan Menulis
1. Cariiah rumusan masalah penelitian dalam sebuah artikel jurnal dan jelaskan
rancangan apa yang terbaik untuk meneliti pertanyaan tersebut, berikut alasanalasannya.
2. Pikirkanlah satu topik yang ingin Anda teliti; dan dengan menggunakan
pandangan-dunia, strategi penelitian, dan metode penelitian seperti yang tertera
pada, Gambar 1.1, buatlah satu proyek penelitian yang berbasis pada satu
pandangan-dunia, strategi, dan metode yang telah Anda pilih. Lalu, tentukanlah
apakah proyek tersebut akan didesain menjadi penelitian kuantitatif, kualitatif,
atau metode campuran.
3. Apa yang membedakan penelitian kuantitatif dari pnelitian kualitatif? Jelaskan
(minimal) tiga karakteristik pembedanya!
BACAAN TAMBAHAN
Crotty, M. (1998). The Foundations of Social Research: Meaning and Perspective in the
Research Process. Thousand Oaks, CA: Sage.
Michael Crotty menawarkan kerangka penting unttrk mengikat secara bersama isu-isu
epistemologis, perspektif-perspektif teoretis, metodologi, dan metode-metode penelitian sosial.
Crotty ,menghubungkan empat komponen ini dalam suatu proses penelitian, lalu ia menampilkan
sebuah tabel berisi metode representatif pengambilan sampel (sampling) atas topik-topik yang
ada dalam setiap komponen tersebut. Crotty lalu beralih menjelaskan enam perbedaan orientasi
teoretis dalam penelitian-penelitian sosial, seperti post-modernisme, feminisme, penelitian kritis,
interpretativisme, konstruktivisme, dan positivisme.
Kemmis, S., & Wilkinson, M. (1998). "Participatory Action Research and The Study of
Practice." dalam B. Atweh, S. Kemmis, & P. Weeks (ed.). Action Research in Practice:
Partnerships for social Justice in Education. New York: Routledge. (hlm. 21-36).
Stephen Kemmis dan Mervyn Wilkinson menyajikan satu ringkasan apik tentang
penelitian partisipatoris. Singkatnya, mereka menjelaskan enam keunggulan utama penelitian
aksi partisipatoris (participatory action research), lalu menjabarkan bagaimana penelitian ini
dipraktikkan dalam ranah individu, sosial, dan kedua-duanya.
Guba, E.G., & Lincoln, Y.S. (2005). "Paradigmatic Controversies, Contradictions, and Emerging
Confluences." dalam N.K. Denzin & Y.S. Lincoln, The Sage Handbooko f Qualitative
Research. Thousand Oaks, CA: Sage. (hlm. 191-215).
Yvonna Lincoln and Egon Guba menjelaskan prinsip-prinsip dasar dari lima paradigma
penelitian ilmu sosial: positivisme/Post-positivisme, teori kritis, konstruktivisme, dan
partisipatoris. Penielasan ini memperluas kembali analisis yang sudah disajikan dalam edisi
pertama dan kedua Handbook tersebut. Masing-masing paradigma disajikan secara ontologis
(seperti, substansi realitas), epistemologis (seperti, bagaimana kita mengenali pengetahuan kita),
dan metodologis (seperti, proses penelitian). Paradigma partisipatoris menjadi paradigma
alternatif tambahan yang kehadirannya baru muncul pada edisi kedua buku ini. Setelah
menjelaskan lima pendekatan ini, mereka kemudian membedakannya berdasarkan tujuh isu
utama, seperti sifat pengetahuan bagaimana pengetahuan bertambah, dan kelayakan atau kriteria
mutu.
Neuman, W.L. (2000). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches.
Boston: Allyn & Bacon.
Lawrence Neuman menulis buku pengantar komprehensif tentang metode penelitian untuk
ilmu-ilmu sosial. Yang secara khusus berguna bagi pemahaman kita tentang makna-makna metodologi
terdapat pada Bab 4, berjudul "The Meanings of Methodology." Dalam bab ini, Nueman membedakan
tiga metodologi ilmu sosial positivis, ilmu ilmu sosial interpretif, dan ilmu sosial kritisberdasarkan
delapan pertanyaan (misalnya, apa saja yang turut membentuk penjelasan atau teori realitas sosial? epa
kira-kira manfaat dari bukti atau informasi faktual?).
Phillips, D.C., & Burbules, N.C. (2000). Post positivism and Educational Research. Lanham,
MD: Rowrnan & Littlefield.
D.C. Phillips dan Nicholas Burbules merangkum gagasan-gagasan penting pemikiran postpositivisme. Melalui dua bab sekaligus, "What is Postpositivism?" dan "Philosophical
Commitments of Postpositivist Researchers," mereka menjelaskan ide-ide utama dalam postpositivisme, khususnya ide-ide yang membuat aliran ini berbeda dengan aliran positivisme. Postpositivisme menegaskan bahwa pengetahuan manusia pada hakikatnya lebih bersifat spekulatif
ketimbang normatif, dan bahwa kepastian kita sebelumnya akan suatu pengetahuan dapat
terbantahkan dalam proses penelitian selanjutnya.
Bab Dua
Tinjauan Pustaka
Selain memilih rancangan kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran, seorang peneliti juga perlu
melakukan tinjauan pustaka terkait dengan topik penelitiannya. Tinjauan pustaka ini membantu peneliti
untuk menentukan apakah topik tersebut layak diteliti ataukah tidak. Tinjauan pustaka juga akan
memberikan pengetahuan luas bagi peneliti dalam membatasi ruang lingkup penelitiannya.
Bab ini masih tetap membahas hal-hal yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu oleh peneliti
sebelum meluncurkan (proposal) penelitian. Pertama-tama, saya akan membahas bagaimana memilih
dan menulis suatu topik yang menjadi fokus penelitian. Dalam hal ini, penting juga dipertimbangkan
apakah topik tersebut dapat dan perlu diteliti. Selanjutnya, saya akan menjabarkan langkah-langkah
dalam melakukan tinjauan pustaka, tujuan-tujuan utama dilakukannya tinjauan pustaka dalam
penelltian, dan prinsip-prinsip penting dalam merancang tinjauan pustaka untuk penelitian kualitatif,
kuantitatif, dan metode campuran.
TOPIK PENELITIAN
Sebelum mempertirnbangkan pustaka/literatur apa yang akan ditinjau dalam proyek penelitian,
pertama-tama identifikasilah dahulu satu topik yang akan diteliti, lalu pertimbangkan apakah topik
tersebut bermanfaat secara praktis atau tidak. Topik adalah subjek atau materi subjek penelitian, seperti
"pengajaran sekolah," "kreativitas organisasi," atau "tekanan psikologis." Buatlah abstraksi tentang topik
tersebut dalam beberapa paragraf. Topik inilah yang nantinya akan menjadi gagasan utama yang harus
dipelajari dan dieksplorasi oleh peneliti.
Dalam hal ini, ada beberapa cara untuk memperoleh pemahaman mengenai topik
penelitian (dengan asumsi bahwa topik ini harus dipilih sendiri oleh si peneliti dan bukan oleh
pembimbing). Salah satunya adalah dengan menulis judul yang jelas dalam proposal penelitian.
Saya terkejut ketika menjumpai banyak peneliti yang sering kali gagal merancang judul awal
untuk proyek penelitian mereka. Menurut saya, judul yang baik dan terencana akan menjadi jalan
utama untuk masuk ke dalam penelitianinilah gagasan nyata yang harus dimiliki peneliti agar
tetap fokus pada proyek penelitiannya (lihat Glesne & Peshkin, 1992). Ketika saya melakukan
penelitian, topik akan menuntun dan memberikan saya petunjuk atas apa yang harus saya teliti,
serta petunjuk yang akan saya gunakan untuk menyampaikan gagasan penelitian saya kepada
orang lain. Saat para mahasiswa pertama kali memberikan prospektus penelitian mereka pada
saya, saya sering meminta mereka agar terlebih dahulu merancang judul yang baik sebelum
menulis penelitiannya.
Bagaimana menulis judulyang baik? Coba lengkapi kalimat ini, Penelitian saya akan
membahas.... Jawabannya bisa jadi Penelitian saya akan membahas siswa-siswa nakal di
SMA, atau Penelitian saya akan membahas bagaimana memfasilitasi mahasiswa menjadi
peneliti yang kompeten. Pada tahap in, buatlah kerangka jawaban atas pertanyaan tersebut
sehingga orang lain mudah menangkap maksud/tujuan proyek penelitian anda. Kesalahan umum
para peneliti pemula adalah bahwa mereka sering kali membuat kerangka penelitiannya dengan
bahasa yang rumit dan kompleks. Kesalahan ini mungkin saja disebabkan terlalu seringnya
mereka membaca artikel-artikel ilmiah yang telah mengalami revisi berkali-kali sebelum
diterbitkan. Akan tetapi terlepas dari itu, proyek penelitian yang baik biasanya dilandasi dengan
pemikiran-pemikiran yang jelas dan tidak rumit, mudah dibaca dan dipahami. Coba renungkan
artikel yang anda baca baru-baru ini. Jika artikel tersebut mudah dibaca dan dipahami, dipastikan
artikel ini ditulis dalam bahasa vang sederhana sehingga anda (pembaca) dapat dengan mudah
memahaminya, selain konseptualisasi dan rancangan keseluruhan artikel yang memang ditulis
dalam bentuk yang lugas dan sederhana.
Wilkinson (1991) pernah memberikan saran yang bagus dalam membuat judul: Buatlah
sejelas mungkin dan hindari pernyataan-pernyataan yang berlebihan. Hilangkan kata-kata yang
tidak penting, seperti Suatu Pendekatan..., Sebuah Studi..., dan seterusnya. Gunakan judul
tunggal atau ganda. Contoh judul ganda bisa seperti "Etnografi: Memahami Persepsi Anak-anak
tentang Perang." Selain saran-saran Wilkinson di atas, cobalah membuat judul yang tidak lebih
dari 12 kata, hilangkan kata sandang dan preposisi yang berlebihan, dan pastikan bahwa judul
tersebut sudah mencakup topik utama penelitian.
Strategi lain untuk mengembangkan topik adalah menuliskannya dalam bentuk
pertanyaan. Pertanyaan seperti apa yang harus dijawab dalam penelitian? Buatah pertanyaan,
seperti Ancaman apa yang paling membahayakan bagi penderita depresi? Apa makna
menjadi orang Arab dalam masyarakat Amerika saat ini? Faktor-faktor apa saja yang membuat
orang ingin berkunjung ke Midwest? Ketika merancang pertanyaan-pertanyaan seperti di atas,
fokuslah anda pada topik inti dalam penelitian. Pikirkan apakah pertanyaan tersebut akan
terjawab dalam penelitian Anda ataukah tidak (lihat Bab 6 dan 7 tentang tujuan, rumusan
masalah, dan hipotesis penelitian).
Pertimbangkan alasan-alasan utama mengapa topik penelitian tersebut benar-benar dapat
dan perlu diteliti. Suatu topik dapat diteliti jika peneliti memiliki target partisipan yang bersedia
membantunya dalam melakukan penelitian dan memiliki perangkat-perangkat yang memadai
dalam mengumpulkan dan menganalisis data dalam jangka waktu yang ditentukan, seperti
program komputer atau perangkat-perangkat lain.
Selain
kemungkinan
suatu
topik
yang
dapat
diteliti,
peneliti
juga
perlu
mempertimbangkan apakah topik tersebut memang perlu diteliti. Masalahnya, untuk menentukan
topik yang layak diteliti bukanlah pekerjaan yang mudah. Ada banyak faktor yang
melatarbelakangi kemungkinan ini. Setidak-tidaknya, hal terpenting yang harus dipertimbangkan
adalah apakah topik tersebut hanya sekadar menambah pengetahuan yang sudah ada, atau
sekadar menduplikasi penelitian-penelitian sebelumnya, atau justru berusaha menyuarakan
kembali hak-hak kelompok atau individu yang terpinggirkan, atau membantu keadilan sosial,
atau justru berusaha mentransformasi gagasan-gagasan para peneliti sebelumnya.
Untuk mengatasi masalah itu, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
memanfaatkan sebanyak mungkin waktu di perpustakaan untuk membaca berbagai literatur
tentang topik yang akan diteliti (tentang strategi-strategi efektif memanfaatkan perpustakaan dan
sumber-sumber pustaka dapat dibaca pada subbab selanjutnya). Langkah ini harus menjadi
pertimbangan utama. Para peneliti pemula mungkin saja sudah melangkah jauh dalam penelitian,
seperti merancang rumusan masalah, melengkapi data penelitian, dan melakukan analisis
statistik. Akan tetapi bukan tidak mungkin mereka kurang didukung oleh pihak fakultas atau
perencana seminar karena penelitian mereka tidak memberikan sesuatu yang baru. Tanyakan
pada diri Anda, Bagaimana proyek saya ini memiliki kontribusi pada literatur? Pertimbangkan
pula apakah proyek penelitian anda akan membahas suatu topik yang belum diteliti, ataukah
akan memperluas pembahasan literatur/penelitian sebelumnya dengan menyertakan elemen
elemen baru, ataukan akan menduplikasi penelitian-penelitian sebelumnya, namun dengan
partisipan-partisipan baru dan dalam situasi-situasi yang berbeda pula.
Mengenai apakah topik itu memang perlu diteliti atau tidak, pada hakikatnya juga
berhubungan dengan apakah ada orang lain di luar lembaga peneliti yang akan tertarik pada topik
tersebut. Jika ada pilihan antara topik yang berkaitan dengan kepentingan daerah dan topik yang
berkaitan dengan kepentingan nasional, saya akan memilih opsi yang terakhir karena topik
tersebut memiliki daya tarik yang lebih besar bagi pembaca umum. Editor jurnal, pihak
universitas, panitia serninar, dan agen pendanaan, semuanya akan mengapresiasi penelitianpenelitian yang dapat menjangkau pembaca umum. Akhirnya, isu kelayakan iniapakah suatu
topik layak diteliti atau tidakjuga berhubungan dengan cita-cita peneliti itu sendiri.
Pertimbangkanlah waktu yang harus dihabiskan untuk merampungkan proyek anda, merevisinya,
dan menyebarkan hasil-hasil penelitian anda. Para peneliti seharusnya merenungkan betapa
penelitian dan komitmen besarnya suatu saat akan mendukung cita-cita karier mereka, baik citacita ini berhubungan dengan dedikasi mereka untuk melakukan banyak penelitian, memperoleh
kedudukan di masa depan, atau menaikkan pangkat/jabatan.
Sebelum membuat proposal atau melakukan penelitian, para peneliti sebaiknya
mempertimbangkan faktor-faktor di atas dan meminta orang lain memberikan respons kritis pada
topik penelitiannya. Mintalah respons-respons dari teman-teman, orang-orang yang kompeten
dalam bidang tersebut, para pembimbing akadernik, dan para pengurus fakultas.
TINJAUAN PUSTAKA
Setelah mengidentifikasi satu topik yang dapat dan perlu diteliti barulah peneliti bisa
melakukan tinjauan pustaka atas topik tersebut.Tinjauan pustaka memiliki beberapa tujuan
utama: menginformasikan kepada pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan
penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada,
dan mengisi celah-celah dalam penelitian-penelitian sebelumnya (Cooper, 1984; Marshall &
Rossman, 2006). Tinjauan ini juga dapat menyediakan kerangka kerja dan tolok ukur untuk
mempertegas pentingnya penelitian tersebut, seraya membandingkan hasil-hasilnya dengan
penemuan-penemuan lain. Semua atau beberapa alasan ini bisa menjadi dasar bagi peneliti untuk
menuliskan literatur-literatur yang relevan ke dalam penelitianya (lihat Miller, 1991 untuk
pembahasan lebih jelas mengenai tujuan-tujuan menggunakan literatur dalam penelitian).
Pemanfaatan Pustaka/Literatur
Persoalan lain yang juga penting dipertimbangkan dalam menulis tinjauan pustaka adalah
bagaimana menggunakan pustaka/ literatur tersebut dalam proposal penelitian. Terkait hal ini,
ada banyak cara yang bisa diterapkan. Saya menyarankan anda agar meminta pendapat dari
pembimbing atau pihak fakultas tentang keinginan mereka terkait dengan penyajian tinjauan
pustaka ini. Menurut saya, tinjauan pustaka sebaiknya disajikan secara jelas dan dapat meringkas
berbagai literatur yang relevan dengan masalah penelitian; namun, tinjauan pustaka ini jangan
sampai terlalu rumit dan komprehensif karena pihak fakultas sangat mungkin akan meminta
perubahan-perubahan besar ketika proposal penelitian diajukan. Selain itu, tinjauan pustaka juga
jangan terlalu panjangkatakanlah maksimal 20 halamannamun mampu menunjukkan kepada
pembaca bahwa anda benarbenar memahami literatur-literatur yang berkaitan dengan topik
penelitian. Pendekatan lain dalam menulis tinjauan pustaka adalah dengan membuat ringkasan
detail tentang topik penelitian dan referensi-referensi yang terkait dengan topik ini untuk
nantinya dikembangkan kembali dalam bab khusus biasanya dalam bab dua, Tinjauan Pustaka,
yang mungkin saja membutuhkan 20 hingga 60 halaman lebih.
Tidak seperti dalam disertasi dan tesis, tinjauan pustaka dalam artikel jurnal pada
umumnya ditulis secara rngkas. Tinjauan itu biasanya disajikan dalam bagian khusus bertajuk
"Bacaan Terkait" setelah Pendahuluan. Ini sudah menjadi pola umum untuk artikel-artikel
penelitian kuantitatif dalam jurnal-jurnal ilmiah. Akan tetapi untuk artikel penelitian kualitatif,
tinjauan pustaka bisa jadi ditulis secara terpisah, namun tetap berada dalam bagian pendahuluan,
atau justru disajikan secara intrinsik di sepanjang penelitian. Singkatnya, bagaimanapun tinjauan
pustaka ini ditulis, yang jelas hal ini akan sangat bergantung pada jenis penelitian yang hendak
dilakukan, apakah kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti menggunakan literatur secara konsisten berdasarkan
asumsi-asumsi yang berasal dari para partisipan, tidak memberi ruang bagi pandangan pribadi
peneliti. Penelitian kualitatif pada umumnya dilakukan dengan pertimbangkan bahwa penelitian
tersebut haruslah eksploratif. Hal ini berarti bahwa peneliti tidak boleh terlalu banyak menulis
tentang topik atau populasi yang tengah diteliti. Sebaliknya, peneliti harus berusaha
mendengarkan opini partisipan dan membangun pemahaman berdasarkan pada apa yang ia
dengar.
Namun demikian, penggunaan literatur dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan
dengan beragam cara. Untuk penelitian yang berorientasi teoretis, seperti etnografi atau etnografi
kritis, literatur-literatur tentang konsep kebudayaan atau teori kritis diperkenalkan terlebih dahulu
dalam laporan atau proposal sebagai kerangka kerja orientasi. Namun, untuk penelitian grounded
theory, studi kasus, dan fenomenologi, literatur-literatur jarang sekali digunakan untuk
membangun tahap-tahap penelitian secara keseluruhan.
Untuk pendekatan kualitatif yang didasarkan pada opini partisipan, ada beberapa model
tinjauan pustaka yang bisa anda pertimbangkan. Saya menawarkan tiga model penempatan, yang
berarti tinjauan pustaka bisa anda letakkan dalam ketiga lokasi ini. Model pertama, seperti yang
tampak pada Tabel 2.1, peneliti bisa saja memasukkan tinjauan pustaka dalam pendahuluan.
Artinya, dengan posisi ini, pustaka/literatur berfungsi untuk menjelaskan latar belakang
"teoretis" atas masalah penelitian, seperti siapa saja yang telah menulis mengenai masalah ini,
siapa saja yang telah menelitinya, dan siapa saja yang telah menunjukkan upaya-upaya penelitian
ke arah itu. Penyajian latar belakang teoretis ini, tentu saja, sangat bergantung pada literaturliteratur atau penelitian-penelitian yang tersedia. Peneliti dapat mencari model seperti ini di
berbagai penelitian kualitatif yang menerapkan jenis strategi penelitian yang berbeda-beda.
Model kedua adalah dengan menempatkan tinjauan pustaka di bagian terpisah. Model ini
biasanya diterapkan dalam penelitian kuantitatif atau dalam jurnal-jurnal yang berorientasi
kuantitatif. Meski demikian, dalam penelitian kualitatif yang berorientasi pada teori seperti
etnografi, teori kritis, dan advokasi atau emansipatoris, peneliti juga dapat menempatkan tinjauan
pustaka di bagian terpisah.
Model ketiga, peneliti menyertakan bagian khusus, seperti Bacaan/Literatur Terkait, di
akhir penelitian. Penempatan ini dimaksudkan untuk membandingkan dan membedakan hasilhasil atau kategori-kategori yang muncul dalam penelitian dengan hasil-hasil atau kategorikategori yang terdapat dalam literatur. Model ini banyak dijumpai dalam penelitian grounded
theory, dan saya merekomendasikan model ketiga ini karena penelitian grounded theory pada
umumnya mengguakan literatur secara induktif.
Penelitian kuantitatif, di sisi lain, menyertakan sejumlah besar literatur utama di awal
penelitian untuk memberikan arahan/petunjuk atas pertanyaan-pertanyaan dan hipotesis-hipotesis
penelitian. Penelitian kuantitatif juga menggunakan literatur untuk mennperkenalkan masalah
atau menggambarkan secara detail literatur-literatur sebelumnya dalam bagian khusus berjudul
Literatur Terkait atau "Tinjauan Pustaka, atau judul-judul yang sejenis. Selain itu, tinjauan
pustaka dalam penelitian kuantitatif dapat ditulis untuk memperkenalkan suatu teori suatu
penjelasan atas hubungan-hubungan yang diinginkan (lihat Bab 3), menggambarkan teori yang
akan digunakan, dan menjelaskan mengapa teori tersebut penting untuk dikaji. Pada akhir
penelitian, peneliti meninjau kembali literatur yang ada dan membuat perbandingan antara hasil
penelitian dengan penemuan-penemuan yang terdapat dalam literatur. Dalam hal ini, peneliti
kuantitatif menggunakan literatur secara deduktif sebagai kerangka kerja untuk merancang
rumusan masalah dan hipotesis-hipotesis penelitian.
Cooper (1984) menyarankan tinjauan pustaka yang bersifat integratif: peneliti
menyimpulkan tema-tema umum yang terdapat dalam literatur. Model ini sering digunakan
dalam proposal disertasi dan dalam disertasi itu sendiri. Model kedua yang direkomendasikan
Cooper adalah tinjauan pustaka yang bersifat teoretis: peneliti fokus pada teori-teori dalam
berbagai literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Model ini biasanya banyak
muncul dalam artikel-artikel jurnal, yang di dalamnya penulis sering kali menjelaskan teori di
bagian pendahuluan. Model terakhir yang disarankan Cooper adalah tinjuan pustaka yang
bersifat metodologis: peneliti fokus pada metode-metode dan definisi-definisi. Tmjauan
semacam ini biasanya menyajikan ringkasan atas penelitian-penelitian sebelumnya, dan kritik
atas kekuatan dan kelemahan metodologis dalam penelitian-penelitian tersebut. Model yang
terakhir ini kini sudah jarang ditemukan dalarn tesis dan disertasi.
Dalam penelitian metode campuran, peneliti menerapkan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif sebelumnya dalam menulis tinjauan pustaka, bergantung pada jenis strategi yang
digunakan. Untuk strategi sekuensial, literatur disajikan pada setiap tahapan penelitian dengan
tetap konsisten pada metode yang digunakan. Misalnya, jika penelitian dimulai dengan tahap
kuantitatif, peneliti boleh jadi memasukkan tinjauan pustaka di awal penelitian yang dapat
membantunya membangun logika atas rumusan masalah dan hipotesis penelitian. Jika penelitian
dimulai dengan tahap kualitatif, tinjauan pustaka tidak terlalu ditekankan, yang berarti si peneliti
bisa menyajikannya secara detail di akhir penelitian jika pendekatannya berslfat induktif. Jika
peneliti menerapkan penelitian konkuren dengan bobot dan prioritas yang seimbang antara data
kualitatif dan kuantitatif, peneliti bisa menyajikan literatur secara detail di setiap tahap kualitatif
dan kuantitatif. Singkatnya, penggunaan literatur dalam proyek metode campuran sangat
bergantung pada strategi dan bobot yang diberikan antara penelitian kualitatif atau kuantitatif.
Saya merekomendasikan beberapa langkah dalam menulis atau menggunakan pustaka
untuk penelitian kualitatif, kuantitatif dan metode campuran.
Dalam penelitian kualitatif, gunakanlah literatur secara hemat di awal penelitian agar nantinya
bisa terbentuk rancangan yang induktif, kecuali jika jenis rancangan yang diinginkan benarbenar membutuhkan orientasi atau petunjuk literatur yang detail di awal penelitian.
Masih dalam penelitian kualitatif, pertimbangkan pula segmen tempat yang benar-benar
sesuai untuk tinjauan pustaka, dan jadikan pembaca sebagai dasar keputusan untuk
pertimbangan ini. Ingatlah opsi-opsi berikut: meletakkan tinjauan pustaka diawal tulisan
untuk membantu membangun kerangka masalah penelitian; meletakkan tinjauan pustaka di
bagian terpisah atau meletakkan tinjauan pustaka di akhir penelitian untuk membandingkan
diterapkan dalam penulisan disertasi pada umumnya adalah tinjauan pustaka secara integratif.
Dalam penelitian metode campuran, gunakanlah literatur dalam satu pola yang konsisten
dengan jenis strategi yang dipilih dan sesuai dengan bobot yang diberikan pada pendekatan
kualitatif atau kuantitatif.
1. Mulailah dengan mengidentifikasi beberapa kata kunci (keywords) penelitian. Langkah ini
utamanya pent.ng ketika Anda ingin mencari materi-materi, referensi-referensi, dan
bahanbahan pustaka di perpustakaan universitas. Kata kunci ini bisa saja Anda peroleh ketika
Anda tengah mengidentifikasi topik penelitian atau bisa jadi berasal dari hasil pembacaan
beberapa buku.
2. Setelah kata kunci diperoleh, selanjutnya kunjungi perpustakaan dan mulailah-mencari
katalog untuk materi-materi referensi (seperti, jurnal-jurnal dan buku-buku). Namun,
kebanyakan perpustakaan saat ini sudah memiliki database terkomputerisasi, dan saya
menyarankan Anda fokus terlebih dahulu pada jurnal-jurnal dan buku-buku yang relevan
dengan topik penelitian anda. Selain itu, cobalah untuk mencari database-database
terkomputerisasi yang telah direview dan direkomendasikan oleh para peneliti ilmu sosial,
seperti ERIC, PsycINFO, Sociofile, Social Science Citation Index, Google Schoolar,
ProQuest, dan sebagainya. Database-database ini sudah bisa diakses secara online, bahkan
beberapa di antaranya sudah tersedia dalam bentuk CD-ROM.
3. Pertama-tama, cobalah menemukan sedikitnya 50 laporan penelitian, seperti artikel-artikel
atau buku~uku, yang berhubungan dengan topik penelitian anda. Prioritaskan pencarian pada
artikel-artikel jurnal dan buku-buku karena sumber-sumber seperti ini sangat mudah
diperoieh. Pastikan apakah artikel-artikel danbuku-buku tersebut tersedia diperpustakaan
akademik anda, atau apakah anda perlu meminta bantuan dari pustakawan untuk
mengirimkannya, atau apakah Anda harus membelinya di toko buku.
4. Bacalah sepintas sekumpulan artikel atau bab-bab dalam buku, lalu salinlah/gandakanlah babbab atau artikel-artikel yang memang relevan dengan topik anda. Dalam proses ini, pastikan
apakah artikel ataubab tersebut akan cukup memberi kontribu.si yang memadai untuk tinjauan
pustaka Anda
5. Ketika Anda mengidentifikasi beberapa literatur, mulaiIah merancang peta literatur (yang
akan dibahas lebih detail pada subbab khusus). Peta literatur (literature map) merupakan
sejenis gambar visual yang menampilkan pengelompokan literatur berdasarkan topik
penelitian. Peta inilah yang nantinya akan menggambarkan bagaimana penelitian Anda
memberikan kontribusi pada literatur-literatur yang ada.
6. Setelah mernbuat peta literatur, buatlah ringkasan dari beberapa artikel yang paling relevan.
Ringkasan-ringkasan inilah yang nantinya akan dimasukkan ke dalam tinjauan pustaka anda.
Masukkanlah referensi-referensi relevan dalam tinjauan pustaka dengan menggunakan
petunjuk penulisan yang sesuai, seperti petunjuk American Psychological Association (APA)
(APA, 2001) agar anda memiliki referensi yang lengkap untuk digunakan di akhir proposal
penelitian.
7. Setelah rnembuat ringkasan dari beberapa literatur yang anda peroleh, kini saatnya membuat
tinjauan pustaka, dengan menyusunnya secara tematis atau berdasarkan konsep-konsep
penting. Di akhir tinjauan pustaka, utarakan pandangan umum anda tentang tema keseluruhan
yang anda peroleh dari literatur-literatur yang ada, lalu jelaskan mengapa penelitian anda
benar-benar memiliki kebaruan tersendiri dibandingkan literatur-literatur yang sudah ada.
Database Terkomputerisasi
Dalam proses pengumpulan bahan/materi yang relevan, database terkomputerisasi
memberikan akses yang cepat dan mudah. Saat ini, database terkomputerisasi sudah banyak
tersedia di berbagai perpustakaan dan menyediakan akses pada ribuan jurnal, makalah seminar,
dan materi-materi lain tentang berbagai topik yang berbeda-beda. Perpustakaan akademik di
sebagian besar Universitas pada urnumnya juga sudah memiliki database komersial ataupun
database-database domain publik. Beberapa database yang akan saya sajikan dalam buku ini
memang sedikit, namun database-database ini sudah populer dan menjadi sumber utama yang
seriing kali digunakan oleh para peneliti profesional untuk mencari artikel-artikel jurnal dan
dokurnen-dokumen lain yang diar.ggap penting.
ERIC (Educational Resources Information center) merupakan perpustakaan digital
Qnline gratis yang berisi berbagai penelitian dan informasi yang berhubungan dengan
pendidikan. Database yang disponsori oleh Institute of Educational Sciences (IES) Departemen
Pendidikan AS ini dapat Anda kunjungi di http://www.erx.ed.gov. ERIC memungkinkan user
mengakses sekitar 1,2 juta item yang telah terindeks sejak 1966. Koleksinya meliputi artikel
ilmiah, buku, sintesis penelitian, makalah seminar, laporan teknis, undang-undang, dan materimateri lain yang berhubungan dengan pendidikan. ERIC mengindeks lebih dari 600 jurnal, dan
link-link untuk berbagai materi yang full-text. Jika Anda berminat menggunakan ERIC,
idenditikasilah deskriptor-deskriptor yang berhubungan dengan topik anda. Deskriptor
merupakan istilah yang digunakan oleh indexer dalam mengategorisasi artikel atau dokumendokumen lain. Anda bisa mencari deskriptor ini melalui Thesaurus of ERIC Descriptors
(Educational Resources Information, Center, 1975) atau melalui thesaurus online lain. Untuk
memperoleh hasil maksimal dari program ERIC, saya merekomendaskan agar anda mencari
artikel-artikel ilmiah dan dokumen-dokumen terkini yang berhubungan dengan topik ~^r^lda.
Kemudian, lihatlah dengan cermat deskriptor-deskriptor yang digunakan dalam artkel dan
dokumen tersebut, lalu lakukan pencarian lain dengan menggunakan islah-istilah yang baru anda
temukan ini. Tips ini akan memaksimalkan kemungkinan diperolehnya beberapa artikel yang
layak untuk tinjauan pustaka.
Database gratis lain adalah Google Scholar. Database ini memungkinkan anda mencari
materi-materi dari berbagai sumber dan disiplin pengetahuan, seperti makalah peer-reviewed,
tesis, buku, abstraksi, dan artikel-artikel dari penerbit akademik, kelompok profesional,
universitas, dan organisasi-organisasi intelektual yang lain. Artikel-artikel yang terdaftar dalam
Google Schoolar pada umumnya dilengkapi dengan link-link yang terhubung dengan abstraksi,
artikel-artikel relevan, versi artikel elektronik yang berafiliasi dengan perpustakaan tertentu,
website-website relevan, dan sumber-sumber untuk membeli full-fext artikel tersebut.
Selain Google Schoolar, Anda juga bisa memperoleh abstraksi materi ilmu-ilmu
kesehatan mealui database PubMed gratis. Database ini merupakan layanan Perpustakaan
Nasional Kesehatan AS, yang memiliki lebih dari 17 juta kutipan dari MEDLINE; dan jurnaljurnal
life
science
yang
menerbitkan
artikel-artikel
biomedis
sejak
1950-an
Perpustakaan
Nasional
Kesehatan
AS,
untuk
mengindeks
artikel-artikel
di
Black Periodicals), hanya dengan mengakses situs ini. Karena memasukkan berbagai database
yang berbeda-beda, tentu saja situs ini bisa menjadi salah satu perangkat pencarian yang dapat
anda gunakan sebelum memanfaatkan database-database yang lain.
Database komersial lain yang berlisensi yang sudah banyak dimiliki oleh berbagai
perpustakaan akademik adalah Sociological Abstracts (Cambridge Scientific Abstracts,
http://www.csa.com). Database ini mengindeks lebih dari 2000 jurnal, makalah seminar, disertasi
resensi buku, dan buku-buku terpilih dalam sosiologi, kajian sosial, dan disiplin-disiplin lain
yang relevan. Untuk literatur dalam bidang psikologi dan bidang-bidang yang terkait, anda bisa
mengakses database komersial psikologi, PsyclNFO (http:// www.apa.org). Database ini
mengindeks 2.150 judul jurnal, buku, disertasi dari berbagai negara. Database ini mencakup
bidang psikologi serta aspek-aspek psikologis dari disiplin-disiplin yang relevan, seperti
kedokteran, psikiater, keperawatan, sosiologi, pendidikan, farmasologi, fisiologi, linguistik,
antropologi, bisnis, dan hukum. Database ini memilild Thesaurus of Psychological Index Terms
yang dapat dirnanfaatkan untuk mencari istiaah-istiaah penting dalam literatur psikologi.
Database komersial terakhir yang banyak tersedia di perpustakaan adalah Social Sciences
Citation Index (SSCI, Web of Knowledge, Thomson Scientific [http://isiwebofknowledge.com]).
Database ini mengindeks sekitar 1.700 jurnal yang meliputi 50 disiplin dan juga mengindeks
item-item relevan dari lebih 3300 jurnal sains dan teknik. Database ini dapat digunakan untuk
mencari artikel-artikel dan pengarang-pengarang yang telah melakukan penelitian mengenai
topik tertentu. Database ini terutama berguna ketika anda ingin mencari satu penelitian kunci
yang dijadikan awal mula rujukan oleh penelitian-penelitian lain. Dengan demikian, anda bisa
membuat daftar referensi secara kronologis yang mendokumentasikan evolusi historis dari suatu
gagasan atau penelitian tertentu. Daftar kronologis tersebut bisa jadi sangat membantu dalam
melacak perkembangan gagasan-gagasan tentang topik tinjauan pustaka Anda.
Ringkasnya, ada beberapa tips yang saya rekomendasikan jika Anda ingin memanfaatkan
database terkomputerisasi ini:
Gunakanlah database literatur online gratis serta database-database gratis lain yang tersedia di
perpustakaan akadernik anda.
Carilah beberapa database yang berbeda, misalnya Anda harus tetap menggunakan database
ERIC meskipun topik penelitian anda tidak terlalu berhubungan dengan pendidikan, atau anda
menggunakan PsycINFO meskipun anda merasa topik anda tidak terlalu berkaitan dengan
psikologi. Baik ERIC maupun PsycINFO sama-sama memandang pendidikan dan psikologi
sebagai istilah umum yang bisa diteliti dengan berbagai topik yang berbeda
Gunakanlah panduan istilah-istilah untuk mencari artikel yang anda inginkan, seperti
biasanya jurnal-jurnal tersebut diterbitkan oleh dewan editorial dan para penulis profesional
dari belahan Amerika Serikat dan dunia. Di halaman-halaman pertama jurnal ini, Anda bisa
melihat apakah ada dewan editorialnya dan apakah artikel-artikel di dalamnya ditulis oleh
individu-individu dari berbagai belahan dunia. Mulailah dengan isu-isu terkini dalam jurnaljurnal tersebut dan carilah artikel-artikel penelitian yang terkait dengan topik Anda, begitu
seterusnya. Tindaklanjuti referensi referensi di akhir artikel untuk memperoleh sumbersumber lain yang mendukung.
3. Setelah artikel, Anda bisa mencari buku-buku yang berkaitan dengan topik Anda. Mulailah
dengan naskah-naskah penelitian yang merujuk pada berbagai literatur penting. Kemudian,
pertimbangkan beberapa buku yang berhubungan dengan satu topik yang ditulis oleh seorang
pengarang atau sekelompok pengarang, atau buku-buku yang berisi bab-bab yang ditulis oleh
pengarang yang berbeda-beda.
4. Lanjutkan usaha Anda di atas dengan melacak makalah-makalah seminar terkini. Hadirilah
seminar-seminar nasional, lalu dapatkan makalah-makalah yang disampaikan oleh penyaji.
Jika tidak, Anda bisa mencarinya melalui database. Sebagian besar seminar, ada yang
membutuhkan. dan ada pula yang meminta para penyaji untuk mencantumkan makalahnya
dalam database-database terkomputensasi. Dari database inilah Anda bisa menghubungi para
penyaji yang telah menulis makalah yang relevan dengan topik Anda. Kirimlah email atau
teleponlah mereka, lalu tanyakan apakah mereka mengetahui penelitian-penelitian yang
berhubungan dengan topik Anda. Tanyakan juga apakah mereka memiliki sebuah instrumen
yang mungkinbisa digunakan atau dimodifikasi untuk penelitian anda.
5. Jika memungkinkan, periksalah entri-entri dalam Dissertation Abstracts (University
Microfilms, l938). Akan tetapi Anda perlu berhati-hati karena setiap disertasi memiliki
kualitas yang berbeda-beda, dan Anda perlu selektif dalam memilih disertasi-disertasi tersebut
untuk disertakan dalam tinjauan pustaka. Mencari dalam Dissertation Abstracts mungkin saja
menghasilkan satu atau dua disertasi yang relevan, dan Anda bisa meminta gandaan disertasi
ini melalui pustakawan atau University of Michigar. Microfilm Library.
6. Website juga menyediakan bahan-bahan yang berguna untuk tinjauan pustaka. Kemudahan
mengakses dan kemampuannya untuk memposting beragam artikel membuatnya lebih
atraktif. Namun, pelajarilah terlebih dahulu artikel-artikel ini dengan hati-hati agar Anda
memperoleh artikel yang benar-benar berkualitas. Perhatikan, apakah artikel-artikel ini
memang mencerminkan sejenis penelitian yang rigid, berkualitas, dan sistematis, yang layak
dimasukkan ke dalam tinjauan pustaka Anda, atau hanya menampilkan gagasan-gagasan yang
kurang bermutu. Jurnal-jurnal online, di sisi lain, sering kali juga menyertakan artikel-artikel
yang telah diperiksa secara cermat oleh dewan editor. Meski demikian, Anda terlebih dahulu
harus mencari tahu apakah jurnal-jurnal tersebut benar-benar memiliki dewan editor
profesional dan menetapkan standar-standar untuk menerima naskah-naskah yang masuk,
ataukah tidak.
Saya meletakkan artikel-artikel jurnal di urutan teratas karena artikel-artikel semacam ini
sangat mudah dicari dan digandakan. Artikel tersebut juga tak jarang merepresentasikan suatu
penelitian tentang topik tertentu. Disertasi diletakkan dalam daftar prioritas yang lebih rendah
karena disertasi pada umumnya memiliki kualitas yang berbeda-beda dan karenanya sangat sulit
dicari, apalagi pada umumnya disertasi merupakan materi yang sangat sulit dipahami. Selain itu,
berhati-hatilah dalam memilih artikel-artikel ilmiah di website kecuali jika artikel-artikel tersebut
berasal dari salah satu artikel ilmiah yang diterbitkan oleh jurnaljumal tertentu.
Peta Literatur Penelitian
Selain mencari literatur, peneliti juga perlu menyusun literatur tersebut sedemikian rupa
untuk disajikan dalam tinjauan pustaka. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, penyusunan
ini memungkinkan pembaca untuk memahami apakah penelitian yang diajukan hanya sekadar
menambah, menduplikasi, atau justru memperluas penelitian yang sudah ada sebelumnya.
Pendekatan penting dalam menyusun literatur ini adalah dengan membuat literature map (peta
literatur). Pendekatan ini merupakan gagasan yang saya peroleh beberapa tahun lalu, dan
ternyata sangat membantu para mahasiswa ketika mereka menyusun tinjauan pustaka untuk
dipresentasikan di hadapan dewan penguji, atau dalam makalah presentasi dan artikel ilmiah.
Peta literatur merupakan ringkasan visual dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan
orang lain. Peta ini biasanya disajikan dalam bentuk gambar dan bisa disusun dengan berbagai
cara. Salah satunya adalah disusun secara hierarkis, yakni menyajikan literatur dengan teknik
top-down, yang pada bagian paling bawah diisi oleh peneilitian yang diajukan. Struktur lain bisa
saja dibuat menyerupai flowchart, di mana pembaca melihat tinjauan pustaka disusun layaknya
suatu hamparan (unfolding) yang membentang dari kiri-kekanan, dengan sisi-kanan paling akhir
diisi oleh penelitian yang diajukan. Model ketiga bisa berbentuk lingkaran-lingkaran di mana
setiap lingkaran mencerminkan satu literatur dan titik potong lingkaran-lingkaran yang
mengindikasikan penelitian selanjutnya. Saya pernah melihat contoh-contoh dari ketiga struktur
ini, dan semuanya ternyata efektif.
Efek-efek Keadilan
Motif-motif
(Tyler, 1994)
Penjelasan-penjelasan
Outcome-outcome
(Masterson, Lewis,Kepercayaan
Goldman, dan
(Konovsky
Taylor, 2000)
dan Pugh, 1994)
Pengetahuan
(Schappe, 1996)
Pendapat/Suara
Treatment
Tidak 1990)
Adil (dailey dan Kirk, 1992; Kickul,
2011;
Tepper,
2000)
Kredit
Macet
(Shaubroeck,
May, dan Brown, 1994)
hapiro, 1998, Hunton, Hall, dan Price, 1998; Lind,
Kanfer, yang
dan Early,
Dalam setiap kotak, ada pula label-label yang menggambarkan sifat dari penelitian yang
terdapat di dalamnya.
Dalam setiap kotak itu pula disertakan referensi-referensi relevan lain yang terkait. Saya
merekomendasikan Anda untuk menggunakan referensi-referensi yang terbit baru-baru ini
dan secara tepat menuliskan referensi-referensi tersebut, dalam setiap kotak, berdasarkan
seterusnya.
Anda bisa saja membuat peta literatur yang jauh lebih luas ketimbang peta literatur di atas.
Namun, perluasan ini tentu saja bergantung pada jumlah literatur yang tersedia dan
tersebut.
Khusus untuk peta literatur Anda, cobalah memasukkan penelitian-penelitian kuantitatif,
kualitatif, dan metode campuran di dalarnnya
Mengabstraksikan Literatur
Ketika peneliti menulis tinjauan pustaka untuk penelitiannya, dia perlu mencari
literatur-literatur, lalu membuat abstraksi atas literatur-literatur tersebut. Abstraksi ini harus
mewakili isi dari setiap literatur, utamanya yang terkait dengan topik penelitian. Abstraksi
merupakan tinjauan singkat atas literatur (biasanya dalam bentuk paragraf pendek) yang
meringkas elemen-elemen utama agar pembaca dapat memahami keunggulan-keunggulan
dasar dari setiap literatur. Untuk membuat abstraksi, peneliti perlu mempertimbangkan materi
apa yang akan diringkas dari literatur yang ada. Abstraksi menjadi informasi penting
manakala peneliti ingin meninjau puluhan atau bahkan ratusan literatur. Dalam jurnal-jurnal
ilmiah, kita dapat melihat ada banyak contoh abstraksi ini. Biasanya, abstraksi yang baik
mencakup beberapa poin berikut:
dalam penelitian-penelitian akademik, seperti disertasi atau tesis, abstraksi tidak hanya ditulis
di bagian awal penelitian, tetapi juga bisa ditulis dalam bagian tinjauan pustaka, yang
biasanya ditujukan untuk mendeskripsikan materi literatur-literatur atau penelitian-penelitian
sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian yang diajukan (penj.).
Untuk mengabstraksikan penelitian-penelitian relevan lain yang sudah dilakukan
sebelumnya, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan. Jika penelitian tersebut berbentuk
karya tulis ilmiah, carilah masalah dan tujuan penelitiannya (biasanya terdapat dalam
pendahuluan). Informasi tentang sampel, populasi atau data penelitian, carilah di pertengahan
(biasanya dalam bagian metode/ prosedur penelitian), sedangkan hasil penelitian sering kali
disampaikan di akhir karya tulis (biasanya dalam penutup/kesimpulan). Khusus di bagian
akhir ini, carilah pernyataan-pernyataan si penulis yang menunjukkan jawaban singkat atas
rumusan masalah dan hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya. Hal yang sama juga
dilakukan jika penelitiannya berbentuk buku. Perhatikan contoh berikut :
Contoh 2.1
Tinjauan Pustaka dalam Penelitian Kuantitatif
Berikut ini, ringkasan satu paragraf atas komponen-komponen utama dalam peneitian
kuantitatif (Creswel, Seagren, & Henry, 1979), sangat mirip dengan paragraf yang
muncul dalam tinjauan pustaka yang biasanya terdapat dalam disertasi atau artikel
jurnal. Dalam kutipan ini, saya telah memiih komponen-komponen kunci untuk
diabstraksikan.
Creswell, Seagren, dan Henry (1979) menguji mode Biglan, model tiga-dimensi
yang mengelompokkan 36 bidang akademik ke dalam bidang0bidang yang
sulit atau mudah, murni atau aplikasi, dan kehidupan atau nonokehidupan, sebagai prediktor atas kebutuhn pengembangan profesional seorang
pemimpin. Delapan ketua jurusan yang bertugas di empat perguruan tinggi dan
satu universitas negeri Midwestern menjadi partisipan dalam penelitian ini.
Hasinya menunjukkan bahwa para ketua jurusan dalam bidang akademik yang
berbeda memiliki kebutuhan pengembangan profesional yang berbeda-beda pua.
Berdasarkan penemuan ini, Creswell dkk. Merekomendasikan agar para
ketua/pimpinan yang mengembangkan program-program inservice perlu
mempertimbangkan perbedaan-perbedaan antarbidang yang dipimpinnya.
Pada contoh di atas, kami menulis abstraksi penelitian berdasarkan referensi in-text
dengan format APA (2001). Dalam abstraksi ini, kami meringkas tujuan inti penelitian, yang
diikuti dengan informasi tentang pengumpulan data dan diakhiri dengan pernyataan tentang
hasil-hasil utama dan implikasi-implikasi praktis dari hasi-hasil tersebut.
Lalu, bagaimana mengabstraksilcan esai, opini, tipologi, dan sintesis dari penelitian
sebelumnya, padahal tulisan tulisan seperti ini tidak termasuk dalam studi penelitian? Untuk
tulisan-tulisan yang berbasis penelitian non-empiris seperti di atas, abstraksinya dapat dibuat
dengan cara berikut:
karakteristik di atas.
Contoh 2.2
Tinjauan Pustaka dalam Studi Tipologi
Sudduth (1992) menyelesaikan disertasi kuantitatifnya dalam bidang poitik tentang
adaptasi strategis di beberapa rumah sakit pedesaan. Dia melakukan tinjauan pustaka di awal
penelitian. Dalam hal ini. Sudduth meringkas tiga ha, yakni masalah, tema, dan tipologi
Ginter, Duncan, Richardson, dan Swayne (1991) mengangap bahwa lingkungan
eksternal berdampak pada mekampuan rumah sakit untuk beradaptasi dengan
perubahan. Meraka kemudian menyarankan suatu proses yang dikenal dengan analisis
lingkungan (environmental anaysis) yang memungkinkan suatu organisasi dapat
merespons secara strategis perubahan-perubahan muncu di lingkungan, ternyata tidak
ada satu pun skema konseptual atau model komputer yang komprehensif yang berhasil
dikembangkan untuk menganalisis isu-isu lingkungan (Ginter et al., 1991). Meraka lalu
menyimpulkan bahwa perubahan yang paling strategis adalah perubahan yang bertumpu
pada proses evaluasi yang non-quantifiable dan non-judgemental. Untuk membantu
pengelola rumah sakit mengevaluasi lingkungan ekternal, Ginter et al. (1991) lalu
mengembangkan suatu tipologi, seperti yang terdapat dalam Gambar 2.1
Petunjuk Gaya
Pada dua contoh sebelumnya, saya telah memperkenakan gagasan tentang bagaimana
menggunakan gaya APA untuk mereview artikel di bagian awal abstraksi. Petunjuk gaya
(style manual) menyediakan arahan-arahan bagi para peneliti untuk menulis penelitian
bergava akademis, seperti format yang konsisten dalam mengutip referensi membuat judul,
menyajikan tabel dan gambar, dan menggunakan bahasa yang tidak diskriminatif. Landasan
utama dalam melakukan tinjauan pustaka adalah menggunakan gaya referensi yang tepat dan
konsisten di sepanjang tulisan. Ketika mendapatkan dokumen yang sekiranya penting dan
relevan, jadikanlah dokumen tersebut sebagai referensi dengan menggunakan gaya yang
sesuai. Untuk proposal disertasi, mahasiswa pascasarjana seharusnya meminta arahan dari
pihak fakultas, dewan pertimbangan disertasi, staf jurusan atau universitas tentang gaya
seperti apa yang seharusnya digunakan dalam mengutip referensi.
variasi
gaya
mereka
sendiri.
Saya
merekomendasikan
Anda
mengidentifikasi satu gaya yang dapat diterima oleh para pembaca dan segera
mengadopsinya dalam proyek penelitian Anda.
Style manual pada umumnya mempertimbangkan beberapa format penting, seperti intext, end-of- text, judul, dan penggunaan gambar dan tabel. Berikut ini adalah beberapa
rekomendasi saya terkait dengan bagaimana menggunakan petunjuk gaya untuk keperluan
tulisan akademik:
Ketika menulis referensi in-text, perhatikan format yang tepat untuk jenis-jenis referensi
pastikan pula bahwa setiap referensi in-text sudah masuk dalam daftar end-text.
Dalarn makalah/karya tulis akademik, judul (heading) biasanya disusun dalam bentuk
tingkatan-tingkatan. Pertama-tama, perhatikan seberapa banyak tingkatan judul yang akan
Anda tulis dalam penelitian Anda. Kemudian, bukalah petunjuk gaya untuk mendapatkan
format yang sesuai untuk setiap tingkatan tersebut. Biasanya, laporan penelitian berisi
sepanjang tulisan.
Definisi Istilah
Topik lain yang berhubungan dengan tinjauan pustaka adalah identifikasi dan definisi
istilah-istilah yang dibutuhkan pembaca untuk memahami proyek penelitian yang diajukan.
Bagian defnisi istilah bisa saja ditulis secara terpisah dari tinjauan pustaka, bisa pula masuk
dalam tinjauan pustaka, atau justru diletakkan di bagian lain dalam proposal penelitian.
Saran saya, definisikan istilah-istilah vang kemungkinan tidak dimengerti oleh orangorang di luar bidang penelitian Anda, atau istilah-istilah yang terdengar asing (Locke,
Spirduso, & Silverman, 2007). Pentingnya sejumlah istilah untuk didefinisikan memang
hanya persoalan judgment saja, namun saya tetap merekomendasikan Anda untuk
mendefinisikan istilah-istilah tertentu y ang kemungkinan tidak dipahami oleh sebagian besar
pembaca. Selain itu, definisikan istilah-istilah ketika muncul pertama kali agar pembaca tidak
perlu kembali lagi membaca di bagian awal ketika mereka menemukan istilah-istilah tersebut
dibagian akhir atau pertengahan. Sebagai mana pendapat Wilkinson (1991), "para ilmuwan
harus mendefinisikan istilah-istilah yang dapat menjelaskan penelitian mereka secara tepat
dan dapat mengomunikasikan penemuan-penemuan dan gagasan-gagasan mereka secara
akurat" (hlm. 22). Mendefinisikan istilah juga dapat menambah keakuratan suatu penelitian,
seperti diungkapkan oleh Firestone (1987) berikut ini:
Bahasa sehari-hari memiliki makna yang sangat kaya dan beragam. Sepert halnya
simbol, kekuatan bahasa berasal dari kombinasi antara makna dengan konteks
tertentu.
Bahasa
ilmu
saat
ini
tampaknya
terlalu
sering
mengabaikan
keanekaragaman makna ini, utamanya dalam hal keakuratan. Inilah alasan mengapa
istilah-istilah umum atau bahasa-bahasa sehari-hari pun bisa saja memiliki "maknamakna teknis" jika digunakan untuk tujuan keilmuan (hlm. 17).
Demi keakuratan inilah, peneliti perlu mendefinisikan istilah-istilah penting di awal
penelitian. Dalam proposal disertasi dan tesis, definisi istilah biasanya ditulis di bagian
khusus. Alasannya adalah bahwa dalam penelitian-penelitian formal seperti ini, mahasiswa
harus tepat dalam menggunakan bahasa dan istilah. Hanya dengan menjelaskan pemikiranpemikiran dalam definisi-definisi yang otoritatiflah, keilmuan kita akan terbentuk dengan
baik. Karena itu, definisikan istilah-istilah yang muncul di semua bagian proposal penelitian
Anda:
Judul penelitian
Masalah penelitian
Tujuan penelitian
Pertanyaan atau hipotesis penelitiar
Tinjauan pustaka
Landasan teori
Metode penelitian.
Definisi istilah bisa saja ditulis untuk semua jerus penelitian, baik kualitatif, kuantitatif,
ataupun metode campuran.
Dalampenelitian
kualitatif,
karena
bersifat
induktif
dan
melibatkan
rancangan
tersebut secara tentatif di awal penelitian sebelum masuk ke dalam inti persoalan.
Di sisi lain, dalam penelitian kuantitatifyang sering ditulis secara deduktif dengan
sasaran penelitian yang sudah fixedpeneliti dapat menyertakan definisi-definisi ekstensif
dalam proposal penelitiannya. Peneliti meletakkan definisi ini pada bagian terpisah.
Peneliti juga mencoba mendefinisikan secara komprehensif istilah-istilah yang relevan di
awal penelitian dan menggunakan definisi-definisi lain yang diperoleh dari literatur.
Dalam penelitian metode campuran, definisi istilah bisa diletakan di bagian terpisah jika
penelitiannya dimulai dengan tahap awal pengumpulan data kuantitatif. Jika penelitiannya
diawali dengan pengumpulan data kualitatif, berarti istilah-istilah bisa didefinisikan
sepanjang penelitian, atau bahkan di bagian akhir penelitian. Jika pengumpulan data
kuantitatif dan kualitatif ditulis secara bersamaan, berarti penulisan definisi istilah
bergantung pada prioritas yang diberikan atas salah satu dari dua jenis penelitian tersebut.
Namun, dalam penelitian metode campuran, ada istilah-istilah yang mungkin terdengar
asing bagi pembacamisalnya definisi tentang penelitian metode campuran itu sendiri
sehingga peneliti perlu meletakkan definisi tersebut di bagian prosedur penelitian (lihat
Bab 10). Selain itu, jelaskan istilah-istilah yang berhubungan dengan strategi penelitian
yang digunakan seperti strategi konkuren atau sekuensial, dan istilah tertentu untuk
strategi tersebut (seperti rancangan triangulasi konkuren, seperti yang akan dibahas pada
Bab 10).
Tidak ada satu pun pendekatan yang dianggap paling baik untuk mendefinisikan
istilah-istilah dalam penelitian. Meski demikian, ada beberapa saran yang perlu
dipertimbangkan (lihat juga Locke et al., 2007):
Definisikan suatu istilah ketika ia muncul pertama kali dalam proposal Anda. Dalam
pendahuluan, misalnya, suatu istilah bisa saja menuntut adanya definisi untuk membantu
pembaca memahami masalah penelitian, rumusan masalah, atau hipotesis penelitian
tersebut.
Tulislah definisi dalam tingkatan operasional tertentu. Definisi operasional ditulis dalam
bahasa tertentu, tidak dalam bahasa konseptual yang abstrak. Karena peneliti memiliki
ruang untuk menspesifikasikan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitiannya maka
Meskipun tidak ada satu format yang dianggap paling tepat, sebagian besar definisi istilah
diletakkan di bagian khusus penelitian, yang sering kali bertajuk "Definisi Istilah," dan
memasangkan istilah-istilah dengan definisi-definisinya dengan cara meng-highlight
istilah tersebut, yang menunjukkan bahwa istilah itu memiliki makna tertentu (Locke et
al., 2007). Biasanya, bagian yang terpisah ini tidak lebih dari dua atau tiga paragraf saja.
Dua contoh berikut menggambarkan susunan definisi istilah yang berbeda-beda dalam
penelitian:
Contoh 2.3.
Staf Kemahasiswaan
Staf memiliki banyak definisi. Baskett dan Marsick mendeskripsikan staf sebagai
seorang individu yang memiliki pangkat tertentu dari kebebasan untuk memberikan
judgment dengan tetap didasarkan pada gagasan, perspektif, informasi, norma dan kebiasaan
kolektif (dan seorang individu yang terlibat dalam persoalan-persoalan professional)
(Baskett & Marsick, 1992:3). Staf kemahasiswaan setidak-tidaknya memiliki karakteristikkarakteristik di atas dalam melayani mahasiswa di lingkungan universitas yang salah satu
fungsinya adalah mendukung keberhasilan akademik dan kurikulum.
(VanHorn-Grassmeyer, 1998:11-12)
Contoh 2.4
untuk
menyajikan
hasil-hasil
dari
penelitian-penelitian
sebelumnya,
Pendekatan umurn yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah memasukkan
lebih banyak literatur di bagian akhir ketimbang di bagian awal. Dalam pen elTtian
kuantitatif,
literatur
tidak
hanya
membantu
memverifikasi
masalah,
tetapi
juga
Latihan Menulis
LATIHAN MENULIS
petunjuk-petunjuk
yang
sudah
dijelaskan
dalambab
ini
BACAAN TAMBAHAN
Locke, L.F., Spirduso, W.W, & Silverman, SJ. (2007). Proposals that Work A Guide for
Planning Dissertations and Grant Proposals (5'h Edition). Thousand Oaks. CA: Sage.
Lawrence Locke, Waneen Spirduso, dan Stephen Silverman mendeskripsikan tiga
tahapan dalam melakukan tiniauan pustaka, antara lain: mengembangkan konsep-konseP
yang menjelaskan alasan/logika penelitian, mengembangkan subtopik-subtopik untuk setiap
konsep utama, dan menambah referensi-referensi terpenting yang mendukung konsep-konsep
tersebut. Mereka juga menjelaskan enam aturan dalam mendefinisikan istilahistilah: jangan
membuat kata-kata sendiri, sajikan definisi-definisi di bagian utama proposal, jangan
BAB TIGA
PENERAPAN TEORI
Salah satu komponen penting dalam melakukan penelitian adalah menentukan teori
apakah yang akan digunakan untuk mengeksplorasi rumusan masalah. Dalam penelitian
kuantitatif,peneliti sering kali menguji berbagai teori untuk menjawab rumusan masalahnya.
Dalam proposal disertasi kuantitatif, semua bagian di dalamnya bisa saja dirancang untuk
rnenyaji kategori yang akan diteliti. Dalam penelitian kuatitatif, penggunaan teori lebih
bervaridsi lagi. Bahkan, peneliii kualitatif dapat mengembangkan suatu teori dari hasil
penelitiannya dan meletakkan teori tersebut di akhir proyek penelitian misalnya dalam
penelitian grounded theory. Dalam penelitian kualitatif, teori bisa juga muncul di awal
penelitian sebagai .perspektif yang nantinya dapat membentuk.apa yang dilihat Can rumusan
masalah apa yang diajukan, seperti dalam penelitian etnografi atau advokasi. Dalam
penelitian metode campuran' peneliti bisa saja menguji atau justru membuat suatu teori'
Bahkan, penelitian dengan metode carnpuran bisa didasarkan pada satu perspektif teoretis,
seperti fokus pada isu-isu feminis, ras, atau kelas, yang nantinya dapat menuntun keseluruhan
tahap penelitian.
Saya mengawali bab inidengan berfokus pada penggunaan teori dalam penelitian
kuantitatit. Saya juga akan menyajikan definisi dari teori itu sendiri, penggunaan variabelvariabel dalam penelitian kuantitatif, peletakan serta model penulisan teori dalam penelitian
kuantitatif. Selanjutnya, saya akan membahas prcsedur-prosedur dalam mengidentlfikasi
teori, lalu menjabarkan perspektif teoretis dalam proposal penelitian kuantitatif. Kemudian,
pembahasan akan beralih pada penggunaan teoridalam penelitian kualitatif. Para peneliti
kualitatif menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk menyebut teori, sepe rti pota-pola,
kacamata teoretis' atau generalisasi naturalistik, untuk mendeskripsikan sudut pandang
mereka dalam penelitian. Dalam bab ini juga disediakan contoh-contoh penulisan teori
kualitatif. Di bagian arnir,uau ini akan berarih pada penggunaan teori dalam penelitian
metode campuran, dan penerapan perspektif transformatif yang populer dalam pendekatan
ini.
74
predictor.
Variabel-aariabel.terikat (dependent variables merupakan variabel-variabel yang
bergantung pada variabel-variabel bebas. Variabel-variabel terikat ini merupakan
75
outcome atau hasil dari pengaruh variabel-variabel bebas. Istilah lain untuk variabel
positif,negatif,atau tidak diketahui) dan magnitudenya (apakah kuat atau lemah). Dengan
memasukkan informasi ini ke dalam pernyataan prediktif (hipotesis), peneliti bisa menulis,
semakin kuat sentralitas kekuasaan dalam diri pemimpin, semakin besar disanfranchisemant
dalam diri pengikutnya." Ketika peneliti menguji hipotesis hipotesis seperti ini dalam setting
yang berbeda-beda dan dengan populasi yang berbeda-beda pula (seperti Pramuka, gereja
Presbyterian, Rotary CIub, dan siswa-siswa SMA) maka teori pun akan rnuncul, dan ia bisa
memberinya nama (seperti, teori atribusi). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teori
muncul dan berkembang sebagai penjelasan atas suahl pengetahuan dalam bidang-bidang
tertentu (Thomas, 1997).
Selain itu, teori iuga memiliki jangkauan yang berbeda-beda, Neuman (2000)
membagi teori dalam tiga level: level-mikro,level-meso, dan level-rnakro. Teori level-mikro
mernberikan penjelasan yang hanya terbatas pada waktu, ruang dan jurnlah tertentu" seperti
teori Goffman tentang gerak wajah (face work) yang menjelaskan bagaimana orang berinter
aksi face to face ketika berada dalam ritual-ritual keagaman. Teori level-meso
menghubungkan teori level-mikro dan teori level-makro. Teori ini pada umumnya meliputi
teori tentang organisasi, pergerakan sosial, atau komunitas, seperti teorinya Collin tentang
kontrol dalam organisasi. Teori level-makro menjelaskan agregat-agregat yarig lebih luas,
seperti institusi sosial, sistern berdaya, dan masyarakat luas. Teorinya Lenski tentang
stratifikasi sosial, misalnya, menjelaskan bagaimana surplus suatu masyarakat dapat
meningkat seiring dengan perkembangan masyarakat tersebut.
Teori-teori bisa saja muncul daiamberbagai disiplin ilmu sosial, seperti psikologi,
sosiologi, antropologi, pendidikan, dan ekonomi, serta dalam subbidang-subbidang lain.
Teori-teori ini tentu saja dapat diakses, misalnya, dengan mencarinya dalam databasedatabase literatur (seperti, Psychological Abstracts, Sociological Abstracts) atau mereview
petunjuk-petunjuk dalam literatur yang memb ahas teori-teori tersebut (misatnya, lihat
Webb, Beals, & White, L986).
Bentuk-Bentuk Teori
Dalam proposal peneli tian, peneliti menegaskan teorinya dalam beberapa bentuk,
seperti hipotesis, pernyataan logika "jika-maka", atau benfuk visual. Pertama,peneliti
menegaskan teori dalam bentuk hipotesis-hipotesis yang saling berhubungan. Contoh,
Hopkins (1964) menegaskan teorinya tentang ?roses-Prosespenganh dalam 15 hipotesis.
78
Sebagian hipotesis ini dapat dilihat sebagai berikut (hipotesis-hipotesis ini sudah dimodifikasi
dengan menghilangkan pronornina-pronomina yang me3ujuk pada gender tertentu):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
79
Gunakan anak panah satu-arah yang menuntun setiap variabel utama (variabei bebas)
menuju variabel-variabel lain (variabel terikat dan variabel futercating / control)yang
bergantung padanya.
Tunjukkan kekuatan hubungan antarvariabel dengan menyisipkan simbol-sirnbol valensi
hubungan antarvariabel.
Gunakan anak panah two-headed yangterhubung satu sama lain untuk menunjukkan
hubungan yang tidak dianalisis diantara variabel-variabel yang tidak terkait dengan
hubungan-hubungan lain.
X1
+
Y1
X2
+
Y2
-
Z1
Variabel-variabel
Variabel-variabel
X3
Bebas
Intevening
Variabel-variabel
Terikat
Gambar 3.1 Tiga Variabel Bebas Memengaruhi Satu Variabel Terikat Yang
Dimensiasi Oleh Dua Variabel Intervening.
Rancangan
seperti
ini
sering
diterapkan
untuk
penelitian
Variabel X
Kelompok Eksperimen
Y1
Variabel Y
Kelompok Kontrol
Gambar 3.2 Dua Kelompok (Variabel X) Dengan Treatmen Yang BerbedaBeda Dikomparasikan Berdasarkan Pengaruhnya Terhadap Y
Misalnya, Jungnikel (1990), dalam proposal disertasinya tentang
produktivitas penelitian antar guru disekolah-sekolah farmasi, menyajikan
contoh visual yang kompoleks, seperti yang tanpak pada Gambar 3.3
Jungnikel mempertanyakan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi
performa
penelitian
akademik
penelitian
disekolah-sekolah
farmasi.
simnol panah, dan simbol plus dan minus. Untuk menunjukkan arah
hipotesis.
Penempatan Teori dalam Penelitian Kuantitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti mengunakan teori secara
deduktif dan meletakkanya diawal proposal penelitian. Karena tujuanya
adalah
untuk
menguji
atau
memverifikasi
suatu
teoriketimbang
Eksogen
(+/-)
Variabel-variabel
Demografis
Standart-standart
Ikatan Dinas
(Lenure Institusi)
(-)
Jarak waktu
Pengangkatan
jabatan
(-)
Pusat study
Universitas
(-)
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(-)
Tekanan untuk
melakukan
penelitian
Kolaborasi
(+)
(+)
Sumber daya
(+)
(-)
Persepsi diri
Sebagai peneliti
(+)
Dukungan dari
kepala sekolah
kontrak
(+)
Dukungan &
Rekan-rekan
(+)
Performa akademik:
Presentasi (non riset)
Presentasi (riset)
Artikel-artikel Jurnal (Tidak
diminta)
Artikel-artikel Jurnal
(diminta/risert)
Kontributor tulisan dibukubuku
Buku-buku
Hibah pemerintah
(disetujui)
Hibah pemerintah (didanai)
Hibah swasta
(+)
Training
penelitian
sebelumnya
Pengangkatan
(kepala sekolah
vs guru)
(+/-)
berisi
variabel-variabel
(Konstruk-konstruk)
yang
perlu
partisipan.
Kemudian,
peneliti
mengumpulkan
skor-skor
yang
kuantitatif
juga
turut
mempengaruhi
peletakan teori
di
proposal
penelitian
sehingga
pembaca
dxapat
mudah
Peneliti mendefinisikan dan mengoperasionalisasikan variabel-variabel yang terbentuk dari teori terseb
Teoretis dalam penelitian kuantitatif. Anggap saja, tugas anda saat ini
adalah mengidentifikasi suatu teori yang menjelaskan hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat.
1. Periksalah literatur-literatur yang kemungkinan membahas teori ini.
Jika unit analisis untuk variabel-variabel penelitian adalah seorang
individu, periksalah dalam literatur psikologi. Jika unit analisisnya
adalah kelompok-kelopmok atau organisasi, lihatlah dalam literatur
sosiologi. Jika penelitianya hendak menguji individu-individu dan
kelompok-kelompok atau organisasi, lihatlah dalam literatur sosialpsikologi. Jika penelitianya hendak menguji individu-individu dan
kelompok-kelompok, pertimbangkanlah literatur sosial-psikologi.
Tentu saja, teori-teori dari disiplin lain bisa saja berguna (misalnya,
untuk meneliti isu ekonomi).
2. Periksa pula penelitian-penelitian lain yang membahas topik atau
yang sangat berkaitan dengan topik anda. Teori-teori apa ketimbang
mengembangkanya
maka
peneliti
kuantitatif
seyogianya
mengajukan teori, mengumpulkan data untuk menguji teori
tersebut, dan menyatakan konfirmasi atau diskonfirmasi atas teori
tersebut berdasarkan hasil yang diperoleh. Teori menjadi kerangka
kerja untuk keseluruhan penelitian yang nantinya berfungsi
mengorganisasi rumusan masalah dan hipotesis penelitian serta
prosedur pengumpulan data. Model berfikir deduktif yang
diterapkan dalam penelitian kuantitatif tanpak pada Gambar 3.4
peneliti memverifikasi suatu teori yang menguji rumusan masalah
atau hipotesis-hipotesis yang berasal dari teori ini. Hipotesis atau
rumusan masalah tersebut berisi variabel-variabel (konstrukkonstruk) yang perlu didefinisikan oleh peneliti atau perlu
disesuaikan dengan definisi-definisi yang terdapat dalam literatur.
Dari sinilah, peneliti mengunakan suatu instrumen penelitian untuk
mengukur sikap-sikap atau perilaku-perilaku para partisipan.
Kemudian, peneliti mengumpulkan skor-skor yang diperoleh dari
instrumen ini untuk mengonfirmasi atau mendiskonfirmasi teori
tersebut.
Pada hakikatnya, pendekatan deduktif yang bisa diterapkan dalam
penelitian kualitatif juga turut memengaruhi peletakan teori di
dalamnya
(lihat
tabel
3.1).
Petunjuk
umumnya
adalah
memperkenalkan
teori
diawal
proposal
penelitian:
dalam
pendahuluan, dalam tinjauan pustaka, setelah hipotesis atau
rumusan
masalah
(sebagai
rasionalisasi
atas
hubungan
84
Dalam tinjauan
pustaka
Setelah rumusan
masalah atau
hipotesis peelitian
Dalam bagian
(bab/subbab terpisah)
Kelebihan-kelebihan
Penempatan ini banyak
ditemukan dalam artikelartikel jurnal; akan tanpak
fimiliar bagi pembaca;
lebih bersifat deduktif.
Teori berasal dari literaturliteratur
yang
ada.
Dengan
meletakkanya
dalam tinjauan pustaka,
teori ini akan semakin
jelas dan tuntut sesuai
dengan literatur aslinya.
Bagaimanapun juga, teori
merupakan
penjelasan
logis
atau
rumusan
masalah atau hipotesis
penelitian karena teori
dapat
menerangkan
bagaimana dan mengapa
variabel-variabel
saling
berhubungan
85
Kekurangan-kekurangan
Pembaca
sulit
untuk
memisahkan
landasan
teori dari komponenkomponen
lain
dari
proses penelitian
Pembaca
silit
membedakan
teori
dengan tinjauan pustaka
Peneliti
bisa
saja
memasukkan
logika
teoretis setelah rumusan
masalah atau hipotesis
penelitian, tetapi ia akan
mengabaikan
pembahasan
detail
tentang
asal
mula
perkembangan
dan
penerapan
teori
tersebut.
Pembahasan teori bisa
saja berada terpisah dari
komponen-komponen
lain, namun pembaca
akan
sulit
untuk
menghubungkanya
dengan
komponenkomponen lain dalam
penelitian.
para
guru,
teori
belajar
sosial
(sosial
learning
theori)
perilaku
manusia
berdasarkan
hubungan
sarana
untuk
mengidentifikasi
respon-respons
terbaik
dan
kompetensi
personal
(sehingga
disebut
personalitas)
dapat
87
ini
pada
pengalaman-pengalaman
individu
tersebut
dan
peneliti
menjelaskan
variabel-variabel
dalam
teori)
Karena
dipertimbangkan
dalam
kaitanya
dengan
ekspektasi
dengan
tertentu,
seperti
persiapan
akademik,umur
kronologis,
89
memanfaatkan
tema-tema
kultural
atau
aspek-aspek
ruang
lingkup
penelitian
yang
muncul
sebelumnya.
minoritas
lain).
Perspektif-perspektif
juga
menunjukkan
(Ollesen, 2000).
Wacana rasial
memunculkan
pertanyaan-pertanyaan
penting
ras,
khususnya
tentang
orang-orang
dan
komunitas-
hak-hak
dan
pengalaman-pengalaman
individu
yang
merupakan
aspek-aspek
penting
dalam
memahami
mengemukakan
generalisasi-generalisasi
atau teori-teori
literatur-literatur
dan
pengalaman-pengalama
menuju
teori atau model tertentu
(lihat dari
punch,
2005). Logika
pendekatan
eliti mencari pola umum, generalisasi-generalisasi atau teori-teori dari tema-tema atau kategori-kategori yan
Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka pada partisipasi dan merekam catatan-catatan lapang
92
Peneliti mengumpulkan informasi (misalnya, dari wawancara atau observasi)
pola-pola,
teori-teori,
atau
generalisasi-generalisasi
untuk
teori-teori
atau
generalisasi-generalisasi
ini
menunjukkan
generalisasi naturalistik
theory
tidak
menemukan
aspek
penalaran
deduktif.
tahapan
atau
menghubungkan
bagian-bagian
dengan
orientasi
teori
yang
eksplisit,
seperti
dalam
penelitian
penelitian-penelitian
semacam
ini,
peneliti
hanya
membuat
94
perspektif advokasi.
Tempatkan teori tersebut dalam naskah penelitian anda dibagian
yang tepat, sesuai dengan tujuan yang digunakanya teori tersebut.
teori
itu
digunakan,
akan
turut
memengaruhi
diawal
dan
dapat
dimodifikasi
atau
disesuaikan
dengan
diskriminasi partisipatif, Freirian, feminis, ras/etnis, dengan objek penelitian yaitu individuindividu dengan ketidakmarnpuan-ketidakmampuan khusus dan kelompok-kelompok
marginal.
Mertens juga menjelaskan implikasi dasar diterapkannya teori-teori transformatif ini
dalam penelitian metode campuran. Para peneliti metode campuran yang menggunakan teoriteori transformatif ini, menurut Mertens, perlu menggabungkan metodologi emansipatoristransformatif ke dalam semua tahap penelitiannva. Dengan membaca pertanyaan-pertanyaan
yang terdapat dalam Kotak 3.1, para peneliti akan menyadari pentingnya penelitian tentang
isu-isu diskriminisi dan tekanan, serta perlunya pengharga-an akan perbedaan di antara para
partisipan penelitian. Pertanyaan-pertanyaan dalam Kotak 3.1 mengarahkan para peneliti
untuk respek dalam mengumpulkan dan mengomunikasikan data penelitian dan melaporkan
hasil penelitian sehingga dapat menuntun pada per-ubahan dalam proses dan relasi sosial.
Penelitian metode campuran di atas "menekankan dimensi-dimensi berbasis nilai dan
aksi dari dua tradisi penelitian yang berbeda" (Greene & Caracelli, 1997:24). Mereka
menggunakan perspek-tif teoretis untuk mengonfigurasi kembali bahasa dan percakapan
partisipan, lalu mereka mengemukakan pentingnya pemberdayaan dalam penelitian.
Langkah-langkah untuk menggunakan teori dalam proposal metode campuran ialah:
98
Kotak 3.1
99
RINGKASAN
Teori diterapkan dalam penelitian kuantitatif, kualitatif, dan metode campuran untuk tujuan
yang berbeda-beda. Para peneliti kuantitatif menggunakan teori untuk memberikan
penjelasan atau prediksi tentang relasi antarvariabel dalam penelitian. Peneliti kuantitatif
tentu membutuhkan landasan teoretis tentang variabel-variabel ini untuk membantunya
merancang rumusan masalah dan hipotesis penelitian. Teori inilah yang menjelaskan
bagaimana dan mengapa variabel-variabel itu berhubungan satu sama lain, berfungsi sebagai
jembatan antarvariabel. Ruang lingkup teori bisa saja luas ataupun sempit, dan peneliti
menyatakan teori mereka dalam bebe rapa bentuk, seperti dalam bentuk hipotesis, pernyataan
logika "jika-maka," atau dalam bentuk visual. Jika teori-teori tersebut digunakan secara
deduktif, peneliti menempatkannya di awal penelitian dalam tinjauan pustaka. Mereka juga
dapat memasukkan teori-teori itu dalam rumusan masalah atau hipotesis penelitian, atau
menempatkannya dalam bagian terpisah. Tentu saja, jika diletakkan di bagian terpisah,
peneliti perlu membuat tulisan agak panjang mengenai teori tersebut.
100
Contoh 3.4
menerapkan pen-dekatan transformasional-emansipatoris yang menggabungkan perspektifperspektif di atas untuk meneliti isu utama. Bahkan, beberapa buku penelitian saat ini
(seperti, Mertens, 2003) sudah me-nyediakan prosedur-prosedur khusus bagaimana
memasukkan beragam perspektif tersebut ke dalam tahap-tahap penelitian.
Latihan Menulis
Latihan Menulis
1. Berdasarkan contoh yang sudah disajikan dalam bab ini, buatlah tulisan
mengenai perspektif teoretis untuk rencana penelitian kuantitatif Anda!
2. Setelah itu, buat juga model visual teori tersebut yang mengilustrasikan
hubungan antarvariabel dalam penelitian Anda! Ikutilah prosedur-prosedur
rancangan model kausatif yang sudah dijelaskan dalam bab ini!
3. Carilah artikel-artikel jurnal yang: (a) memodifikasi suatu teori yang muncul
sebelumnya; (b) berusaha mengembangkan suatu teori di akhir penelitian; dan
(c) menyajikan penjelasan deskriptif tanpa menggunakan teori yang eksplisit.
4. Carilah penelitian metode campuran yang menggunakan satu perspektif
teoretis, seperti perspektif feminis, etnis/ras, atau kelas. Identifikasilah secara
cermat bagaimana perspektif tersebut membentuk langkah-langkah dalam
proses penelitian itu! Gunakan Kotak 3.1 sebagai panduan identifikasi.
BACAAN TAMBAHAN
Flinders, D.J., & Mills, G.E. (Ed.). (1993). Theory and Concepts in Qualitative Research:
Perspectives from The Field. New York: Teachers College Press, Teachers College,
Columbia University.
David Flinder dan Geoffrey Mills mengeditori sebuah buku yang membahas tentang
perspektif-perspektif yang berasal dari lapangan "teori lapangan" seperti yang sudah
sering dideskripsikan oleh para peneliti kualitatif. Bab-bab dalam buku ini mengilustrasikan
beberapa konsensus tentang bagaimana meryjelaskan suatu teori, dan teori seperti apa yang
dianggap buruk dan baik. Lebih jauh, buku ini juga menunjukkan bahwa teori bisa saja
beroperasi pada banyak level dalam penelitian kualitatif, seperti teori-teori formal, teori-teori
epistemologis, teori-teori metodologis, dan meta-teori. Berdasarkan keragaman inilah,
diperlukan usaha untuk mencari teori lapangan yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif.
102
Buku ini juga mengilustrasikan praktik dari kritisisme kritis, personal, formal, dan
edukasional.
Mertens, D.M. (2003). "Mixed Methods and The Politics of Human Research: The
Transformative-Emancipatory Perspective." dalam A. Tashakkori & C. Teddlie (Ed.).
Handbook of Mixed Methods in Social and Behavioral Research. Thousand Oaks,
CA: Sage. (him. 135-164).
Donna Mertens mengakui bahwa secara historis, metode penelitian pada awalnya
tidak terlibat dalam. isu-isu politik-kemanusiaan dan keadilan sosial. la juga menawarkan
paradigma transformatif-emansipatoris sebagai kerangka teoretis bagi penelitian metode
campuran karena paradigma ini digagas oleh para sarjana yang berasal dari kelompok
ras/etnis yang beragam, dari orane-orang yang memiliki ketidakmampuan-ketidakmampuan
khusus dan dari kaum feminis. Aspek yang berbeda dari tulisan Mertens ini terletak pada
bagaimana ia berusaha merangkaikan paradigma pemikiran transformatif-emansipatorisnya
dengan langkah-langkah dalam proses pelaksanaan penelitian metode campuran.
Thomas, G. (1997). "What's The Use of Theory?" dalam Harvard Educational Review. 67 (1).
(him. 75-104).
Gary Thomas mengkritik penggunaan teori dalam penelitian edukatif, yang
menurutnya cenderung membatasi pemikiran. Dia mencatat beragam definisi tentang teori
dan memetakan empat fungsi teori, yaitu: (a) sebagai bahan pemikiran dan refleksi, (b)
sebagai hipotesis yang lebih sempit atau longgar, (c) sebagai penjelasan untuk menambah
pengetahuan dalam bidang yang berbeda, dan (d) sebagai pernyataan formal dalam ilmu
pengetahuan. Berangkat dari catatan-catatan ini, dia kemudian memunculkan satu tesis bahwa
teori tidak seharusnya menstrukturkan apalagi mengekang pemikiran. Sebalik-nya, teori-teori
ini harus berkembang secara terus-menerus dan menjadi ad hocery, sebagaimana dikatakan
Toffler.
Bab Empat
103
ebelum menulis proposal, peneliti perlu memiliki gagasan umum tentang struktur
penelitian yang akan sajikan, utamanya tentang 'format bagian-bagian dan outline
topik-topik di dalamnya. Struktur proposal ini akan berbeda tergantung pada
apakah proyek yang ditulis adalah kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah kesadaran akan tulisan yang baik dan benar,
yang akan turut memastikan konsistenst dan keterbacaan proposal tersebut. Sepanjang
penggarapan proposal, peneliti juga perlu mematuhi aturan-aturan etis dan mengantisipasi
masalah-masalah etis yang sering kali muncul. Bab ini akan menjelaskan garis-garis besar
susunan proposal penelitian secara keseluruhan, praktik-praktik penulisan proposal agar
mudah dibaca, dan masalah-masalah etis yang harus dipertimbangkan saat proposal tersebut
ditulis.
MENULIS PROPOSAL
Bagian-Bagian dalam Proposal
Salah satu syarat utama yang harus dipenuhi sebelum menulis proposal adalah
mempertimbangkan topik-topik apa saja yang akan dimasukkan dalam proposal tersebut.
Semua topik harus saling berhubungan dan memberikan gambaran kohesif mengenai proyek
penelitian secara keseluruhan. Untuk itulah, diperlukan sejenis outline atau draft meskipun
topik-topik ini akan bervariasi bergantung pada jenis proposal yang diajukan, apakah
kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Dalam bab ini, saya menyajikan outline topiktopik proposal, sejenis draf tentang bagian-bagian yang perlu dimasukkan dalam proposal
penelitian. Dalam bab-bab selanjutnva, saya akan menjelaskan bagian-bagian ini secara lebih
detail.
Yang jelas, secara keseluruhan, suatu proposal penelitian di-bentuk oleh beberapa
argumentasi utama. Maxwell (2005) menyebut sembilan argumentasi inti yang harus
diperhatikan peneliti untuk menulis proposal penelitian. Berikut ini saya sajikan sembilan
argumentasi tersebut dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Apa yang dibutuhkan pembaca untuk memahami topik Anda dengan lebih mudah?
Apa yang sudah sedikit-banyak diketahui pembaca mengenui topik Anda?
Apa yang Anda harapkan dari penelitian Anda?
Rancangan seperti apa dan siapa saja orang-orang yang ingin Anda teliti?
Metode-metode apa yang ingin Anda gunakan untukmenyajikan data?
Bagaimana Anda akan menganalisis data?
Bagaimana Anda akan menvalidasi penemuan-penemuan Anda?
Masalah-masalah etis apa saja yang akan Anda sajikan?
Apakah hasil-hasil sementara sudah menunjukkan bahwa penelitian yang Anda ajukan
104
Pendahuluan
Latar belakang masalah (mencakup literatuMiteratur yang ber-hubungan dengan
rnasalah tersebut dan pentingnya penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah.
Rumusan masalah.
Prosedur-Prosedur
Asumsi-asumsi filosofis tentang penelitian kualitatif.
Strategi penelitian kualitatif.
Peran peneliti.
Prosedur-prosedur pengumpulan data,
Strategi-strategi menvalidasi hasil penelitian.
Susunan naratif penelitian.
Masalah-masalah etis yang mungkin muncul, Hasil-hasil sementara (jika ada). Outcomes
yang diharapkan.
Lampiran: pertanyaan-pertanyaan wawancara, bukti observasi, catatan waktu, dan
anggaran yang diajukan.
Pada contoh di atas, peneliti hanya menyertakan dua bagian utama, yaitu pendahuluan
dan prosedur-prosedur. Tinjauan pustaka bisa saja dimasukkan, tetapi hanya bersifat optional
saja; lagi pula, sebagaimana yang sudah dijelaskan pada Bab 3, tinjauan pustaka bisa
dimasukkan di akhir penelitian atau di bagian outcomes yang diharapkan. Selain itu, saya
juga sudah menambah bagian-bagian yang mungkin pada awalnya tampak tidak lazim.
Misalnya, denganmembuat catatan waktu dan menyajikan anggaran yang diajukan peneliti
105
setidak-tidaknya sudah memberikan informasi yang berguna bagi pihak perguran tinggi
meskipun bagian-bagian ini biasanya tidak dijumpai dalam outline proposal.
Format proposal di atas tadi sama dengan format sebelumnya (konstruktivis/interpretivis)
kecuali dalam hal bahwa dalam format proposal ini, peneliti mengidentifikasi isu-isu
advokasi/partisipatoris
tertentu
yaing
akan
dieksplorasi
dalam
penelitian
(seperti
Pendahuluan
Latar belakang masalah (meliputi isu-isu advokasi/partisipatoris yang akan
dieksplorasi, literatur-literatur yang berhubungan dengan isu tersebut, dan pentingnya
penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah. Rumusan masalah.
Prosedur-Prosedur- ,
Asumsi-asumsi filosofis tentang penelitian kualitatif.
Strategi penelitian kualitatif.
Peran peneliti,
Prosedur-prosedur pengumpulan data (meliputi pendekatan-pendekatan pengumpulan
data secara kolaboratif bersama para partisipan).
Prosedur-proseedur pencatatan/perekaman data. Prosedur-prose*dur analisis data.
Strategi-stratecgi menvaiidasi hasif penelitian.
Susunan naratif.
Masalah-masalsh etis yang mungkin muncul.
Pentingnya penelitian.
Hasil-hasil semwentara (jika ada).
Perubahan-perubahan advokasi/partisipatoris yang diharapkan.
Lampiran: pertanyaan-pertanyaan wawancara, bukti observasi, catatan waktu, dan
anggaran yang diajukan.
106
107
Contoh 4.3
Format Kuantitatif
Pendahuluan
Latar belakang masalah (meliputi pembahasan mengenai masalah yang diangkat dan
pentingnya penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah. Perspektif teoretis.
Rumusan masalah atau hipotesis.
Tinjauan Pustaka
Metode Penelitian
3enis rancangan penelitian.
Populasi, sampel, dan partisipan.
Instrumen-instrumen pengumpulan data, vartabel-variabel, dan
materi-rnateri.
Prosedur-prosedur analisis data.
Isu-isu etis yang mungkin muncul.
Hasil-hasil sementara.
Lampiran: instrumen, catatan waktu, dan anggaran yang diajukan.
108
Contoh 4.4
Pendahuluan
Latar belakang masalah.
Penelitian-penelitian sebelumnya yang juga mernbahas masalah tersebut.
Kekurangan-kekurangan dalam penelitian-penelitian sebelumnya dan satu kekurangan
yang membuat Anda merasa perlu mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara
bersamaan untuk menutupi kekurangan ini.
Para pembaca yang dapat mengambil manfaat dari penetitian ini.
Tujuan Penelitian
Tujuan atau manfaat peneiitian dan rasionalisasi digunakannya metode campuran.
Rumusan masalah dan hipotesis (rumusan masalah atau hipotesis kuantitatif, rumusan
masalah kualitatif, rumusan masalah metode campuran).
Landasan-landasan filosofis tentang peneiitian metode campuran.
Tinjauan pustaka (tinjauan kuantitatif, tinjauan kualitatif, dan tinjauan metode campuran}.
Metode Campuran
Definisi peneiitian metode campuran.
Jenis rancangan yang digunakan dan definisinya.
Tantangan-tantangan menggunakan rancangan ini dan bagaimana menghadapi tantangantantangan tersebut.
Contoh-contoh penerapan rancangan tersebut.
Referensi dan penyertaan diagram visual.
Pengumpulan dan analisis data kuantitatif.
Pengumpulan dan analisis data kualitatif.
Prosedur-prosedur analisis data metode campuran.
Pendekatan-pendekatan dalam menvalidasi data kuantitatif dan kualitatif.
Sumber-sumber dan skill-skill peneliti.
Isu-isu etis yang mungkin muncul.
Catatan waktu dalam menyelesaikan penelitian.
Referensi dan lampiran-lampiran, seperti instrumen penelitian, protokol penelitian, dan bentukbentuk visual lain.
109
Pelajari proposal-proposal dari mahasiswa lain yang juga dipandu oleh pembimbing
Anda dan perhatikan proposal-proposal tersebut dengan seksama. Gandakan proposalproposal yang me-nurut pembimbing Anda paling layak diajukan pada pihak perguruan
tinggi. Pelajari topik-topik yang dibahas dan susunan di dalamnya hingga ke tahap yang
lebih detail.
Pastikan apakah program atau institusi Anda menawarkan sejenis kursus tentang
pembuatan proposal atau topik-topik lain yang sejenis. Kelas-kelas seperti ini sering kali
membantu Anda dalam menyusun proyek penelitian dan membantu pembaca memahami
Menulis Gagasan
Setiap tahun, saya selalu mengumpulkan berbagai buku tentang teknik menulis yang
baik. Saya biasanya membeli satu buku baru tentang teknik-teknik menulis setiap kali saya
mengerjakan proposal penelitian. Ketika buku Research Design ini saya tulis untuk edisi
yang ketiga, saya waktu itu sedang membaca Reading Like a Writer-nya Francine Prose
(Prose, 2006). Setiap kali saya membaca buku-buku seperti ini, saya terus teringat dengan
prinsip-prinsip menulis yang baik yang harus saya terapkan pada penelitian saya. Hingga saat
ini, penelitian-penelitian saya sudah menjangkau berbagai spektrum yang luas, mulai dari
buku-buku profesional hingga buku-buku akademik. Semua ini tentu saja didukung, salah
satunya, oleh hasil pembacaan saya pada buku-buku panduan menulis tersebut. Untuk itu,
pada bagian ini, saya akan memberikan pada Anda gagasan-gagasan kunci yang saya
dapatkan dari buku-buku favorit yang pernah saya baca.
Menulis seperti Berpikir
Salah satu tanda penulis yang kurang berpengalaman adalah ia lebih suka
mendiskusikan penelitian yang diajukan ketimbang me-nulis tentangnya. Untuk mengatasi
masalah ini, saya merekomen-dasikan beberapa langkah berikut:
Di awal proses penelitian, cobalah untuk benar-benar menulis gagasan-gagasan Anda, dan
bukan membicarakannya. Para penulis ahli me-mandang proses menulis layaknya
berpikir (Bailey, 1984). Zinsser (1983) membahas pentingnya mengekspresikan kata-kata
110
saat ini.
Lebih baik menulis beberapa draf proposal ketimbang mencoba memoles drafpertama.
Setidak-tidaknya, cara ini akan membuat gagasan-gagasan di kepala Anda'segera
tercurahkan. Zinsser (1983) meng-identifikasi dua jenis penulis: "tukang batu"
(bricklayer), yang ber-usaha membuat satu paragraf yang benar-benar baik sebelum
beralih pada paragraf selanjutnya, dan penulis yang "membiarkan semuanya
menggelantung pada draf pertama", yang menulis draf pertama secara keseluruhan tanpa
peduli terlebih dahulu betapa buruknya draf tersebut. Yang berada di antara kedua jenis
ini adalah Peter Elbow (Elbow, 1973) yang lebih merekomendasikan agar seseorang
melewati proses literatif, yakni: mulai dari menulis, mereview, lalu menulis kembali.
Kata Elbow: jika Anda punya satu jam untuk membuat sebuah tulisan, lebih baik menulis
empat draf (masing-masing 15 menit) daripada menulis satu draf (yang harus dihabiskan
selama 15 menit). Peneliti yang berpengalaman akan menulis draf pertama dengan sangat
hati-hati tetapi ia tidak menulis draf yang benar-benar sudah dipoles: pemolesan ini hanya
Dengan prioritas yang sudah Anda miliki, tulislah aktivitas keseharian Anda, baik ketika
minggu. Ini akan membantu Anda menemukan waktu yang tepat buat menulis.
Menulislah ketika Anda sedang fresh.
Jangan menulis ketika Anda kekenyangan.
Menulislah secara reguler meski hanya sebentar.
Buatlah jadwal aktivitas menulis sehingga Anda dapat merencana-kan kapan harus
danbahwa penulis harus merasa mudah ketika menulis. Layaknya pembalap yang selalu
menggeliat sebelum balapan dimulai, penulis juga harus menghangatkan pikiran dan jari-jari
terlebih dahulu sebelum benar-benar menulis. Aktivitas menulis yang tidak tergesa-gesa,
seperti menulis sebuah surat kepada seorang teman, brainstorming di depan komputer,
membaca tulisan-tulisan di komputer, atau merenungkan sebuah syair, dapat membuat tugas
menulis lebih mudah. Saya teringat konsep "masa-pemanasan"-nya John Steinbeck (1969:42)
yang dideskripsikan secara detail dalam Journal of a Novel: The East of Eden Letters.
Steinbeck selalu memulai aktivitas menulisnya setiap hari dengan membuat satu surat kepada
editor sekaligus teman dekatnya, Pascal Covici, di sebuah notebook.
Ada banyak pemanasan lain yang bisa dilakukan. Carrol (1990) memberikan contoh
latihan untuk memperbaiki kontrol seorang penulis yang ingin membuat tulisan yang
deskriptif dan emotif:
pembaca penasaran.
Tulislah serangkaian petunjuk sederhana untuk tulisan-tulisan yang diperkirakan sangat
116).
Latihan yang terakhir ini tampaknya cocok bagi para peneliti kualitatif yang menganalisis
data mereka dengan kode-kode dan tema-tema yang beragam (lihat Bab 9 mengenai
analisis data kuali-tatif).
Selain itu, pertimbangkan pula instrumen-instrumen penulisan dan tempat fisik yang
membantu proses penulisan Anda berjalan baik dan disiplin. Instrumen-instrumen tersebut
seperti komputer, keypad yang nyaman dipakai, pena kesayangan, pensil, bahkan kopi dan
snack (Wolcott, 2001) memberikan banyak opsi kepada Anda untuk dapat comfortable
ketika menulis. Setting fisik juga turut membantu. Annie Dillard, seorang novelis pemenang
penghargaan Pulitzer, justru menghindari tempat-tempat yang menarik perhatian:
Seseorang ingin ruangannya tanpa pemandangan, sehingga imajinasi dapat muncul
dari kegelapan. Ketika saya menggarap pekerjaan ini tujuh tahun lalu, saya
mendorong meja panjang saya ke dinding kosong sehingga saya tidak dapat melihat
113
dari jendela mana pun. Suatu hari, lima belas tahun lalu, saya juga menulis di dekat
perapian di area parkir. Saya tak mau berada di atas aspal dan kerikil. Di sana ada
banyak pohon pinus yang tidak berhenti berguguran daunnya sehingga membuat saya
merasa bahwa pekerjaan di dekat bara api ini lebih baik, dan pekerjaan saya pun
terselesaikan (Dillard, 1989:26-27).
Keterbacaan Tulisan
Sebelum mulai menulis proposal, cobalah berpikir tentang bagaimana Anda
meningkatkan keterbacaan proposal Anda. Publication Manual APA (2001) membahas
tentang bagaimana menyajikan tulisan yang rapi dengan cara menunjukkan hubungan
antargagasan dan menggunakan kata transisional. Selain itu, penting juga meng-gunakan
istilah-istilah yang konsisten dan terus membangun kohe-rensi dalam proposal penelitian
Anda.
lain.
Big thoughts gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran tertentu yang berada
dalam ranah umbrella thought untuk memperkuat, mengklarifikasi, atau menjelaskan
3.
umbrella thought.
Little thoughts gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran yang fungsi utamanya
4.
dan attention thought. Akibatnya, proposal mereka dipenuhi dengan gagasan umbrella yang
sangat banyak, namun tidak didukung oleh isi yang detail untuk memperjelas gagasangagasan besar tersebut. Hal ini biasa muncul dalam tinjauan pustaka yang di dalamnya
114
peneliti perlu menyediakan bagian-bagian besar yang lebih banyak untuk mengikat dan
menyimpulkan semua literatur secara bersama-sama. Salah satu gejala masalah ini adalah
terlalu cepatnya peralihan gagasan secara terus-menerus dari satu gagasan umum ke gagasan
umum yang lain dalam satu naskah. Bahkan, suatu gagasan umum tidak jarang ditulis dalam
satu para-graf yang sangat pendek dalam pendahuluan proposal, seperti yang sering ditulis
oleh para jurnalis dalam artikel-artikel koran. Untuk itulah, peneliti diharapkan dapat berpikir
dalam konteks narasi yang detail agar gagasan-gagasan umbrella dapat tersampaikan dengan
jelas.
Attention thoughts, yang merupakan statemen-statemen ter-organisir untuk memandu
pembaca, juga dibutuhkan. Pembaca membutuhkan rambu-rambu dan petunjuk-petunjuk agar
mereka dapat memahami peralihan dari satu gagasan umum ke gagasan umum selanjutnya
(Bab 6 dan 7 akan membahas rambu-rambu dalam penelitian, seperti tujuan penelitian,
rumusan masalah, dan hipo-tesis). Paragraf yang terorganisir utamanya sangat dibutuhkan di
awal dan akhir tinjauan pustaka. Pembaca harus melihat secara ke-seluruhan susunan
gagasan-gagasan melalui paragraf-paragraf awal dan harus diberi tahu mengenai poin-poin
terpenting di bagian akhir yang nantinya dapat mereka ingat.
kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf dalam naskah. Zinsser (1983) menyarankan agar setiap
kalimat ditulis secara bersambung dan logis. Latihan hook and eye-nya Wilkinson (1991)
tampaknya dapat diterapkan untuk menghubungkan gagasan-gagasan dari kalimat satu ke
kalimat lain dan dari paragraf satu ke paragraf yang lain pula.
Contoh 4.5 yang dikutip dari proposal salah seorang mahasiswa berikut ini akan
menunjukkan kepada Anda bagaimana level tinggi koherensi tersebut terjadi. Kutipan ini
diambil dari bagian pen-dahuluan proyek disertasi kualitatif seorang mahasiswa yang
membahas tentang siswa-siswa yang berisiko gagal. Dalam kutipan ini, saya sudah
115
menerapkan pola hook and eye untuk menghubungkan gagasan-gagasan dari kalimat satu ke
kalimat lain dan dari paragraf satu ke paragraf lain. Seperti yang sudah dijelaskan, tujuan
latihan hook and eye ini (Wilkinson, 1991) adalah untuk menghubungkan gagasan-gagasan di
setiap kalimat dan paragraf. Jika hubungan semacam ini tidak dibuat mudah, berarti sebuah
tulisan tidak mampu menghubungkan peralihan gagasan-gagasan dan topik-topik secara
koheren. Untuk itu, penulis perlu menambah kata-kata, frasa-frasa, atau kalimat-kalimat
transisional untuk membangun koherensi yang jelas.
Pada mata kuliah pengembangan proposal yang saya ampu, saya sering menyediakan
satu kutipan dari pendahuluan sebuah proposal dan meminta mahasiswa untuk
menghubungkan kalimat-kalimat di dalamnya dengan melingkari dan menggaris gagasangagasan inti untuk menghubungkan gagasan-gagasan tersebut dari kalimat satu ke kalimat
yang lain. Teknik ini diterapkan agar para mahasiswa dapat menemukan koherensi dalam
proposal penelitian, sejak dari halaman pertama. Pertama-tama, saya memberikan kutipan
yang tidak diberi tanda apa pun kepada para mahasiswa, kemudian setelah latihan usai, baru
saya memberikan kutipan yang lengkap dengan tanda-tandanya. Karena gagasan inti suatu
kalimat seharusnya terhubung pada gagasan inti pada kalimat selanjutnya maka mereka harus
menandai hubungan ini. Jika kalimat-kalimat tersebut tidak terhubung, berarti ada kata-kata
transisional yang hilang, dan untuk itu perlu dibumbui. Saya juga meminta para mahasiswa
untuk memastikan bahwa antarparagraf dan antarkalimat sudah terhubung dengan teknik
hook and eye.
kali dalam proses penulisan. Ada banyak buku yang membahas tentang bagaimana menulis
penelitian atau menulis kesusastraan dengan aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang harus
diikuti terkait dengan konstruksi kalimat dan diksi yang tepat. Wolcott (2001), se-orang
peneliti etnografi, misalnya, berbicara tentang bagaimana mengasah kemampuan editing
dengan cara mengurangi kata-kata yang tidak perlu, menghilangkan kalimat pasif, mengukur
diksi, meminimalisir frasa-frasa yang sering diulang, dan mereduksi kutip-an-kutipan yang
berlebihan, kata-kata yang digaris miring (italic), dan pernyataan-pernyataan yang dikurawal.
Selain gagasan dari Wolcott di atas, gagasan saya tentang kalimat aktif, kata kerja, dan
"berlebih-lebihan" dalam bagian ini sebenarnya juga bisa Anda gunakan untuk menyegarkan
dan memperkuat tulisan akademik Anda selama ini.
117
118
119
Gunakanlah verba-verba yang kuat, bersemangat, dan sesuai dengan bidang tulisan yang
disusun. Verba-verba yang kurang kuat biasanya adalah verba-verba yang minim-aksi (is
atau was, misalnya) atau verba-verba yang berfungsi sebagai adjektiva atau adverbia.
Banyak peneliti menggunakan past tense dalam menulis tinjauan pustaka dan melaporkan
hasil penelitian. Padahal, yang seharus-nya diterapkan adalah future tense. Verba ini
setidak-tidaknya dapat mendukung semua waktu yang tersaji secara implisit dalam
proposal penelitian. Untuk penelitian-penelitian yang sudah di-lakukan, gunakanlah
present tense untuk menambah kesegaran dalam penelitian, khususnya di bagian
pendahuluan. Publication Manual APA (2001) hanya merekomendasikan past tense
(seperti, "Jones telah melaporkan") atau present perfect tense (seperti, "Peneliti baru saja
melaporkan") untuk tinjauan pustaka dan pro-sediir-prosedur yang berdasarkan pada
peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi, past tense untuk mendeskripsikan hasil penelitian
(seperti, "diketahui bahwa stres telah menurunkan harga diri"), dan present tense (seperti,
"penemuan kualitatif tersebut me-nunjukkan") untuk membahas hasil penelitian dan
menyajikan kesimpulan. Saya melihat semua ini bukanlah sebagai aturan yang rumit dan
campuran dengan baik. Salah satu ciri tulisan yang baik adalah mata dan pikiran ini tidak
120
akan terhenti dan ter-sendat tiba-tiba dalam sebuah kutipan atau kalimat tertentu. Tulisan
yang baik adalah tulisan yang ide-idenya mengalir hingga titik akhir. Dalam buku ini, saya
telah mencoba menggambarkan contoh tulisan-tulisan yang baik dari beberapa jurnal ilmu
sosial-humaniora, seperti American Journal of Sociology, Journal of Applied Psychology,
Administrative Science Quarterly, American Educational Research Journal, Sociology of
Education, dan Image: Journal of Nursing Scholarship. Dalam ranah kualitatif, literatur yang
baik akan menyajikan tulisan yang jelas dan kalimat-kalimat yang detail. Para pengajar yang
membimbing penelitian kualitatif setidak-tidaknya perlu menugaskan pada maha-siswa untuk
membaca buku-buku terkenal, seperti Moby Dick, The Scarlet Letter, dan The Bonfire of the
Vanities (Webb &; Glesne, 1992). Selain itu, Qualitative Inquiry, Qualitative Research,
Symbolic Interaction, Qualitative Family Research, dan Journal of Contemporary Ethnography merupakan jurnal-jurnal akademik yang juga layak dipelajari. Jika ingin melakukan
penelitian dengan metode campuran, cobalah mempelajari jurnal-jurnal yang melaporkan
penelitian dengan kombinasi data kualitatif dan kuantitatif, termasuk pula jurnal-jurnal ilmu
sosial, seperti Journal of Mixed Methods Research, Field Methods, dan Quality and Quantity.
Baca pula artikel-artikel lain yang dikutip dalam Handboox of Mixed Methods in the Social
and Behavioral Sciences (Tashakkori & Teddlie, 2003).
MASALAH-MASALAH ETIS YANG PERLU DIANTISIPASI
Selain mengkonseptualisasi proses penulisan bagian-bagian proposal, peneliti juga
perlu mengantisipasi masalah-masalah etis yang bisa saja muncul dalam penelitian mereka
(Hesse-Bieber & Leavey, 2006). Untuk mengetahui masalah-masalah etis ini, peneliti perlu
terlibat langsung dalam pengumpulan data dari atau tentang orang lain (Punch, 2006). Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, menulis masalah-masalah etis seperti ini sangat
dibutuhkan, utamanya untuk membangun argumentasi dalam penelitian dan menetapkan satu
topik penting untuk format proposal. Peneliti juga harus mempro-teksi para partisipan
mereka; membangun kepercayaan (pada) mereka; berusaha jujur dalam penelitian; mencegah
kelalaian dan kecerobohan yang dapat mencemari nama baik organisasi atau insti-tusinya;
dan berupaya mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dengan sikap arif dan bijaksana
(Isreal & Hay, 2006). Pertanyaan-pertanyaan etis saat ini sudah mulai bermunculan, mulai
dari masalah-masalah seperti pembocoran rahasia individu, autentisitas dan kredibilitas
laporan penelitian, peran peneliti dalam konteks lintas-budaya, hingga masalah-masalah
privasi dari data-data internet (Isreal & Hay, 2006).
121
tahun 2002.
"The American Sociological Association Code of Ethics," dalam www.asanet.org, tahun
1997.
"The American Anthropological Association's Code of Ethics," dalam www.aaanet.org,
Juni 1998.
"The American Educational Research Association Ethical Standars of the American
Praktik-praktik etis melibatkan lebih dari sekedar mengikuti seperangkat pedoman statis,
seperti pedoman-pedoman yang disajikan oleh organisasi-organisasi professional di atas.
Lebih dari itu, peneliti juga perlu mengantisipasi dan menyampaikan masalah-masalah
etis yang mungkin saja muncul dalam penelitian mereka (seperti, lihat Berg, 2001; Punch,
2005; dan Sieber, 1998). Masalah-masalah etis ini bisa saja muncul dalam penelitian
kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran, serta semua tahap dalam tiga penelitian
tersebut. Dalam bab-bab selanjutnya, saya sudah menjelaskan beberapa masalah etis
dalam banyak tahapan penelitian. Dengan menyajikan masalah-masalah ini, saya
berharap para peneliti dapat terdorong untuk lebih hati-hati merancang bagian-bagian
proposal mereka. Meskipun pembahasan dalam buku ini tidak secara komprehensif
mencakup semua masalah etis, setidaknya saya sudah menyajikan masalah-masalah etis
yang paling sering muncul. Masalah-masalah tersebut sering kali muncul ketika peneliti
tengah membatasi masalah penelitian (Bab 5); mengidentifikasi tujuan penelitian dan
rumusan masalah (Bab 6 dan 7); dan mengumpulkan, menganalisis, dan menulis data
penelitian (Bab 8,9, 10).
menyajikan rasionalisasi atas pentingnya penelitian tersebut. Selain itu peneliti juga perlu
mengidentifikasi satu masalah yang akan menguntungkan individu-individu yang akan
diteliti, satu masalah yang nantinya berguna bagi orang lain selain peneliti itu sendiri (Punch,
2005). Gagasan inti penelitian aksi/partisipatoris adalah: peneliti tidak boleh memarginalisasi
atau melemahkan partisipan-partisipan yang ditelitinya. Masalahnya, tidak jarang identifikasi
masalah penelitian justru semakin meminggirkan para partisipan yang diteliti. Untuk
mrncegah hal ini terjadi, peneliti terlebih dahulu harus membuat proyek-proyek utama agar
kepercayaan partisipan dapat terbangun sehingga peneliti dapat mendeteksi marginalisasi apa
saja yang tidak boleh dilakukan sebelum ia benar-benar menggarap penelitian.
Masalah-masalah Etis dalam Tujuan Penelitian dan Rumusan Masalah
Dalam merancang tujuan penelitian atau rumusan masalah, peneliti perlu menjelaskan
tujuan penelitian kepada para partisipan (Sarantakos,2005). Penipuan sering kali muncul
ketika partisipan memahami satu tujuan, tetapi penelitian memiliki tujuan lain yang berbeda.
Untuk mengatasi masalah ini, peneliti perlu menentukan sponsorship atas penelitian mereka.
Misalnya, dalam merancang surat-surat pendahuluan untuk penelitian survey, sponsorship
merupakan elemen penting yang dapat membangun kepercayaan dan kredibilitas instrument
survey yang disebarkan peneliti.
Masalah-masalah Etis dalam Pengumpulan Data
Selain mempersiapkan data apa saja akan dikumpulkan, peneliti juga perlu respek
terhadap para partisipan dan tempat-tempat yang akan diteliti. Banyak masalah etis muncul
selama tahap pengumpulan data.
Jangan membahayakan Partisipan, dan hargailah kelompok-kelompok yang rawan
kekerasan. Proposal openelitian yang diajukan sebaiknya sudah direview oleh Dewan
Peninjau Institusi/Instutional Review Board (IRB) atau lembaga-lembaga sejenis diperguruan
tinggi mereka. Komite IRB ini dibangun atas dasar peraturan pemrintah untuk mencagah
adanya kekerasan atau pelanggaran HAM. Bagi seorang peneliti, IRB dibutuhkan untuk
meninjau kemungkinan terjadinya resiko-resiko penelitian, seperti resiko fisik, psikologis,
sosial, ekonomi, atau hukum (Sieber,1998), yang mungkin saja muncul tiba-tiba. Selain itu,
peneliti juga mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan tertentu bagi komunitas yang rawan
kekerasan, seperti anak-anak kecil (di bawah umur 19 tahun), partisipan-partisipan yang
lemah mental, korban-korban kekerasan atau bencana, para napi, dan individu-individu yang
terserang AIDS. Penelti juga harus menyimpan proposal penelitian yang berisi prosedur123
prosedur dan informasi mengenai partisipan di komite IRB kampus mereka yang komite ini
dapat meninjau sejauh mana proposal proposal tersebut menjangkau subjek-subjek atau
partisipan-partisipan yang berada dalam resiko. Selain Proposal ini, peneliti juga harus
membuat formulir izin tertulis yang ditandatangani oleh partisipan sebelum mereka terlibat
dalam penelitian. Formulir ini menjelaskan bahwa hak-hak partisipan akan dijaga selama
pengumpulan data. Elemen-elemen dalam formulir tersebut dapat meliputi beberapa
informasi sebagai berikut (Sarantakos, 2005):
bahwa beberapa partisipan bisa saja identitas mereka dirahasiakan. Jika demikian Ihwalnya,
peneliti sebaiknya meminta mereka untuk menjaga sendiri pendapat mereka dan
membebaskan mereka untuk mengambil keputusan. Akan tetapi, mereka juga harus
diberitahu mengenai resiko ketidakrahasiaan tersebut, seperti kemungkinan terbongkarnya
data dalam laporan akhir yang mungkin tidak mereka harapkan, informasi yang mungkin
melampaui batas hak-hak orang lain seharusnya disembunyikan, dan sebagainya (Giardano,
OReilly, Taylor, & Dogra, 2007).
Selain, itu prosedur etis lain yang harus dipenuhi peneliti selama pengumpulan data
adalah persetujuan dari individu-individu yang berwenang (seperti, satpam) untuk
memberikan akses bagi para peneliti untuk melakukan penelitiannya. Prosedur seperti
ini seringkali mengharuskan penelti untuk menulis sebuah surat yang menjelaskan
jangka waktu penelitian, dampak potensial, dan hasil-hasil penelitian. Begitu pula,
pemerolehan data melalui interview atau survey elektronik juga harus disertai ijin dari
124
Peneliti juga harus respek pada lokasi-lokasi yang diteliti agar mereka tidak mendapat
gangguan setelah melakukan penelitian. Tugas ini mengharuskan peneliti, khususnya
dalam penelitian kualitatif, untuk terlibat dalam observasi atau wawancara
berkelanjutan di lokasi tersebut, sadar akan konsekuensinya, dan tidak boleh merusak
tatanan fisik lokasi itu. Misalnya, jika punya waktu berkunjung, peneliti juga bisa
menyusup ke dalam aktivitas-aktivitas partisipan. Jika tidak, peneliti harus meminta
izin terlebih dahulu. Apalagi, beberapa organisasi saat ini sudah memiliki aturan
tersendiri bagi orang-orang yang ingin melakukan penelitian agar tidak terjadi
perusakan di tempat mereka.
Masalah etis juga muncul ketika tidak ada mutualitas antara peneliti dan partisipan.
Baik peneliti maupun partisipan seharusnya sama-sama dapat mengambil keuntungan
dari penelitian. Akan tetapi, yang sering terjadi justru sebaliknya: kekuasaan disalahgunakan dan partisipan dipaksa untuk terlibat dalam proyek tersebut. Untuk itulah,
melibatkan para partisipan secara kolaboratif dalam penelitian mungkin dapat
memunculkan muatlitas tersebut. Penelitian-penelitian yang benar-benar kolaboratif,
seperti dalam beberapa penelitian kualitatif, dapat melibatkan partisipan sebagai coresearcher dalam proses penelitian, seperti merancang penelitian, mengumpulkan dan
menganalisis data, menulis laporan penelitian , dan menyebarkan hasil penelitian
(Patton, 2002).
akibat-akibat yang akan diterima pewawancara dan partisipan dari hasil wawancara
tersebut.
Peneliti juga perlu mengantisipasi kemungkinan informasi yang berbahaya dan intim
yang diungkapkan selama proses pengumpulan data. Sulit mengantisipasi dan
merencanakan dampak dari informasi ini selama atau setelah wawancara (Patton, 2002).
Misalnya, siswa bisa saja membicarakan pelecehan orang tuanya: atau para napi
berbicara tentang pelolosan dirinya dari penjara. Dalam situasi seperti ini, biasanya kode
etik bagi peneliti (yang bisa saja berbeda satu sama lain) dapat memproteksi privasi
partisipan-partisipan tersebut, dan tugas penelitian adalah menyampaikan proteksi ini
kepada semua partisipan yang juga terlibat dalam penelitian.
Data, setelah dianalisis, harus dijaga selama dalam jangka waktu tertentu (misalnya,
Sieber, 1998, merekomendasikan jangka waktu 5-10 tahun). Setelah itu peneliti
sebaiknya membuang data tersebut agar tidak jatuh ke tangan peneliti-peneliti lain
yang ingin ,enyalahgunakannya.
Pertanyaan tentang siapa yang memiliki data tersebut setelah proses pengumpulan dan
analisis data juga menjadi masalah yang sering kali memecah belah tim penelitian dan
membuat mereka bertengkar satu sama lain. Dalam hal ini, proposal peneliti
seharusnya juga mengidentifikasi masalah kepemilikan ini dan membahas bagaimana
solusinya, seperti melalui proses saling memahami antara antara peneliti, partisipan,
dan pihak fakultas (Punch, 2005). Berg (2001) merekomendasikan agar digunakan
persetujuan personal untuk menunjuk siapa pemilik pemilik data penelitian tersebut.
126
Hal ini dilakukan agar data dapat terjaga dari individu-individu yang tidak terlibat
dalam penelitian.
Dalam interpretasi data, peneliti perlu memastikan bahwa informasi yang diperoleh
benar-benar akurat. Untuk mengetahui akurasi ini, dalam penelitian kuantitatif,
peneliti dapat bernegosiasi dan berinterogasi dengan para partisipan (berg, 2001).
Untuk penelitian kualitatif langkah tersebut dapat diterapkan dengan cara menerapkan
satu atau beberapa strategi validasi data bersama para partisipan atau dengan cara
membandingkan data tersebut dengan sumber-sumber data lain yang relevan (lihat
strategi-strategi validasi kualitatif pada Bab 9).
Jelaskan bagaimana penelitian Anda tidak akan menggunakan bahasa atau kata-kata yang
mengandung bias pada orang-orang tertentu, baik itu bias gender, orientasi social, ras,
etnis, ketidakmampuan, maupun usia. Publication Manual APA (2001) memberikan tiga
saran. Pertama, sajikan bahasa yang tidak bias pada tingkat spesifisitas yang sesuai
(seperti, daripada menulis prilaku pelanggan tersebut biasanya adalah para lelaki,
lebih baik menulis, perilaku pelanggan tersebut(jelaskan) ). Kedua, untuk
keperluan melabeli atau sejenisnya, gunakan bahasa yang tegas dan peka (seperti,
daripada menulis 400 Hispanik, lebih baik menulis 400 orang yang terdiri dari
penduduk meksiko, Spanyol, dan Puerto Rico). Ketiga, cobalah untuk benar-benar
mengenali identitas para partisipan dalam penelitian (seperti, daripada menulis subjek
lebih baik menggunakan kata-kata partisipan, daripada menulis dokter perempuan
lebih baik menggunakan dokter atau ahli medis saja, tanpa ada identifikasi jenis
kelamin).
Masalah-masalah etis lainnya dalam menulis penelitian bisa saja meliputi usaha-usaha
untuk menekan, memalsukan, atau mengkreasikan penemuan-penemuan baru untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan peneliti atau audiens. Praktik-praktik curang seperti ini
tidak diterima dalam komunitas penelitian professional, dan tindakan tersebut biasanya
akan membentuk sifat atau prilaku saintifik yang buruk (Neuman, 2000). Proposal
127
Masalah lain etis yang sering dijumpai dalam tulisan-tulisan akademik adalah praktik
eksploitasi terhadap sejumlah pegawai universitas dan disertakannya nama individuindividu yang secara substansial tidak berkontribusi atas penelitian. Israel dan hay (2006)
membahas praktik tidak etis yang disebutnya sebagai hadiah kepengarangannya bagi
individu yang tidak berkontribusi pada penelitian dan hantu kepenarangan bagi staf-staf
yunior yang membuat kontribusi penting, namun namanya tidak dimasukkan dalam
daftar contributor.
Pada akhirnya, peneliti juga perlu mengekspos detail-detail penelitiannya agar pembaca
dapat mengetahui kredibilitas penelitian tersebut (Neuman, 2000). Prosedur-prosedur
dalam penelitian kuantitatif, kualitatif, dan metode campuran harus disajikan secara rinci
dalam setiap bab. Begitu pula, peneliti seharusnya tidak melakukan duplikasi secara
berlebihan dengan menyajikan secara persis data, pembahasan, dan kesimpulan yang
sama dari makalah seseorang, sementara peneliti tidak menawarkan materi yang baru.
Beberapa jurnal biomedis mengharuskan pengarang untuk menyatakan apakah mereka
telah atau sedang memublikasikan makalahnya pada media-media lain ataukah tidak
(Israel & Hay, 2006).
RINGKASAN
Peneliti perlu memikirkan bagaimana menulis proposal penelitian dengan baik
sebelum benar-benar terlibat dalam proses penelitian. Pertimbangkan Sembilan argumentasi
yang ditawarkan Maxwell (2005) sebagai elemen-elemen kunci yang perlu dimasukkan
dalam proposal, kemudian gunakanlah salah satu dari empat outline topic atau format
penelitian-yang sudah dijelaskan dalam bab ini-untuk membuat proposal kualitatif,
kuantitatif, atau metode campuran.
Dalam pembuatan proposal, mulailah merangkai kata-kata di atas kertas berdasarkan
gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran Anda; cobalah membangun kebiasaan membangun
128
menulis secara regular; dan terapkan strategi-straregi penulisan yang baik, seperti
menggunakan istilah-istilah yang konsisten,menunjukkan level gagasan naratif yang berbedabeda, dan menciptakan koherensi untuk meningkatkan kekuatan tulisan. Sejumlah langkah
yang dapat dilakukan antara lain menggunakan kalimat aktif dan verba-verba yang kuat dan
tegas, serta merevisi dan mengedit kembali tulisan Anda.
Sebelum menulis proposal, peneliti juga perlu memikirkan masalah-masalah etis yang
perlu diantisipasi dan dideskripsikan dalam proposal. Masalah-masalah ini berhubungan
dengan semua tahap proses penelitian. Dengan mempetimbangkan keberadaan partisipan,
lokasi penelitian, dan pembaca potensial, penelitian bisa menjadi sejenis studi yang benarbenar dirancang berdasarkan praktik-praktik etis yang sesungguhnya.
LATIHAN MENULIS
Latihan Menulis
1. Buatlah satu outline topic-topik atau draft bagian-bagian untuk proposal
kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Masukkan topic-topik utama seperti
yang telah dijelaskan dalam bab ini.
2. Carilah artikel jurnal yang didalamnya melaporkan penelitian kualitatif,
kuantitatif, atau metoe campuran. Cobalah melatih diri anda dengan membaca
pendahuluan artikel tersebut dan gunakan metode hook and eye yamh telah
dijelaskan dalam bab ini. Identifikasikanlah aliran gagasan dari kalimat satu ke
kalimat yang lain dan dari paragraph satu ke paragraph yang lain, serta
kekurangan-kekurangan di dalamnya.
3. Pertimbangkanlah salah satu dilema etis berikut ini yang anggap saja- pernah
anda hadapi ketika melakukan penelitian. Gambarkan cara-cara yang bisa anda
terapkan untuk mengantisipasi masalah tersebut dan membahasnya dalam
proposal penelitian Anda.
a. Seorang narapidana yang tengah Anda wawancarai bercerita tentang kesempatan
melarikan diri pada malah hari. Apa yang akan anda lakukan?
b. Salah seorang peneliti dalam tim Anda menduplikasi kalimat dari penelitian lain dan
memasukkannya dalam laporan akhir penelitian. Apa yang anda lakukan?
c. Seorang mahasiswa melakukan beberapa kali wawancara pada sekelompok individu
di tempat anda. Setelah wawancara keempat, mahasiswa tersebut bercerita kepada
Anda bahwa Institutional Review Board sebenarnya tidak menyetujui proyek
penelitian tersebut. Apa yang anda lakukan?
129
BACAAN TAMBAHAN
Maxwell, J. (2005). Qualitative Research Design: An Interactive Approach. Edisi kedua.
Thousand Oaks, CA:Sage
Joe Maxwell menyajikan ringkasan menarik mengenai proses pembuatan proposal
untuk penelitian kualitatif yang juga dapat diterapkan dalam penelitian kuantitatif dan metode
campuran. Dia kemudian menyajikan Sembilan langkah membuat proposal dan contohcontohnya. Selain itu, dia juga menganalisis dan menyajikan satu contoh proposal kualitatif
-yang menurutnya- layak untuk diikuti.
Sieber, J.E. (1998). Planning Ethically Responsible Research. Dalam L. Bickman & D. J.
Rog (Ed). Handbook of Applied Social Research Methods. Thousand Oaks, CA:Sage.
(hlm. 127-156)
Joan Sieber membahas pentingnya perencanaan etis sebagai bagian integral dalam
merancang penelitian. Dalam bab ini, dia menyajikan review komprehensif mengenai
beragam topic yang berhubungan dengan masalah-masalah etis, seperti IRB, formulir
perizinan, privasi, kerahasiaan, dan anonimitas, serta beberapa resiko penelitian dan
komunitas yang rawan kekerasan. Pembahasannya sangat luas, dan strategi-strategi yang ia
rekomendasikan juga sangat melimpah.
Israel, M., & Hay, L. (2006). Research Ethics for Social Scientists: Between Ethical Conduct
and Regulatory Compliance. London: Sage
Mark Israel dan Lain Hay menyajikan analisis kritis tentang manfaat berfikir serius
dan sistematis mengenai apa saja yang membentuk prilaku etis dalam ilmu social. Mereka
mereview beragam teori etika, seperti pendekatan konsekuensialis dan non-konsekuensialis,
viriue ethics, dan pendekatan normative berorientasi-kepedulian. Mereka juga menjelaskan
sejarah perilaku etis di berbagai Negara di dunia ini. Sepanjang buku ini, mereka
menawarkan contoh-contoh kasus etis yang sebenarnya dan cara-cara yang bisa ditempuh
peneliti untuk menghadapi kasus-kasus tersebut secara etis. Dalam lampiran buku ini, mereka
menyajikan tiga contoh kasus dan mengajak para sarjana untuk berkomentar mengenai
bagaimana mereka akan mendekati ketiga kasus tersebut.
Wolcott, H.F. (2001). Writing up Qualitative research. Edisi kedua. Thousand Oaks, CA:
Sage
130
131
Halaman Kosong
Sesuai Buku
132
Halaman Kosong
Sesuai Buku
133
Bagian Dua
Merancang Penelitian
BaB 5
Pendahuluan
Bab 6
Tujuan Penelitian
Bab 7
Rumusan masalah dan hipotesis penelitian
Bab 8
Metode-metode kuantitatif
Bab 9
Prosedur-prosedur kualitatif
Bab 10
Prosedur-prosedur Metode Campuran
Bagian kedua ini menghubungkan tiga rancangan kuantitatif, kualitatif, dan metode
campuran- masing-masing dengan langkah-langkah penelitiannya. Setiap bab dalam bagian
kedua ini akan membahas satu langkah terpisah dalam proses penelitian ini.
134
BAB LIMA
PENDAHULUAN
Setelah menentukan jenis pendekatan penelitian (kualitatif, kuantitatif, atau metode
campuran), tinjauan pustaka sementara, serta format proposal, langkah selanjutnya adalah
merancang atau merencanakan penelitian. Langkah ini diawali dengan membuat pendahuluan
proposal sebagai proses mengatur dan menulis gagasan-gagasan awal. Bab ini membahas
komposisi dan penulisan pendahuluan serta menjelaskan perbedaan-perbedaan dalam menulis
pendahuluan untuk tiga jenis rancangan yang berbeda. Kemudian pembahasan beralih pada
lima komponen dalam menulis pendahuluan, antara lain: a. menjelaskan masalah yang dapat
menuntun pada penelitian, b. mereview literature-literatur yang berhubungan dengan masalah
tersebut, c. menunjukkan sejumlah kekurangan dalam literature-literatur itu, d. menyatakan
pentingnya penelitian bagi pembaca-pembaca tertentu, dan e. mengidentifikasi tujuan
penelitian. Peneliti juga perlu menerapkan model defisiensi ketika menulis pendahuluan
karena komponen utama dalam pendahuluan adalah menunjukkan kekurangan-kekurangan
(defisiensi-defisiensi) dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Untuk mengilustrasikan
model ini, saya sudah menyajikan satu tulisan pendahuluan yang utuh (lengkap dengan
analisisnya) dari salah satu artikel jurnal yang pernah dipublikasikan.
PENTINGNYA PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bagian pertama dalam artikel jurnal, disertasi, atau penelitian
akademik. Pendahuluan inilah yang menentukan tahap-tahap selanjutnya dalam penelitian.
Seperti yang dijelaskan Wilkinson (1991:96):
Pendahuluan merupakan bagian tulisan yang memberikan informasi awal kepada
pembaca tentang penelitian yang ditulis. Tujuannya untuk membangun kerangka penelitian
sehingga pembaca dapat memahami bagaimana penelitian tersebut berhubungan dengan
penelitian-penelitian yang lain.
Pendahuluan menjelaskan suatu isu atau concern yang dapat menuntun pada
penelitian. Karena pendahuluan merupakan bagian awal dalam proposal atau penelitian maka
diperlukan perhatian khusus dalam proses penelitiannya. Pendahuluan harus membuat
pembaca tertarik pada topic penelitian, menjabarkan masalah yang dapat menuntun pada
penelitian, meletakkan penelitian dalam konteks literature yang lebih luas, dan menjangkau
135
audien tertentu. Semua unsur ini ditulis secara singkat dalam beberapa halaman. Karena ada
pesan-pesan yang harus disampaikan sedangkan ruang yang tersedia sangat terbatas maka
pendahuluan bisa menjadi tantangan tersendiri untuk ditulis dan dipahami.
Masalah penelitian merupakan masalah atau isu yang menuntun pada keharusan
dilaksanakannya penelitian tersebut. Ia bisa bersumber dari pengalaman yang pernah
dirasakan peneliti dalam kehidupan pribadi atau tempat kerjanya. Ia juga bisa berasal dari
perdebatan ekstensif dalam literature-literatur. Ia juga bisa muncul dari perdebatan kebijakan
di pemerintahan atau antara para eksekutif kenamaan. Intinya, sumber-sumber masalah
penelitian bisa jadi sangat beragam. Masalahnya mengidentifikasi dan menjabarkan masalah
penelitian yang menggarisbawahi penelitian bukanlah tugas mudah. Misalnya, untuk
mengidentifikasi isu kehamilan anak remaja, kita masih perlu memunculkan terlebih dahulu
masalah yang terkait dengan kehidupan wanita dan social secara umum. Sayangnya, terlalu
banyak pengarang tidak secara jelas mengidentifikasi masalah penelitian, membiarkan
pembaca menentukan masalah tersebut. Ketika masalah tidak jelas, signifikansi penelitian
menjadi sulit dipahami. Apalagi, masalah penelitian seringkali dikacaukan dengan rumusan
masalah-pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab peneliti untuk memahami atau
menjelaskan masalah tersebut. Belum lagi kompleksitas ini ditambah dengan keharusan
peneliti untuk mendorong audiens agar mau lebih jauh membaca dan melihat pentingnya
penelitian.
Untungnya, ada satu model yang bisa ditiru tentang bagaimana menulis pendahuluan
yang baik untuk penelitian ilmu social. Namun, sebelum memperkenalkan model ini, saya
terlebih dahulu perlu menjelaskan perbedaan-perbedaan subtil antara pendahuluan untuk
penelitian kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran.
PENDAHULUAN DALAM PENELITIAN KUALITATIF, KUANTITATIF, DAN
METODE CAMPURAN
Setelah melakukan tinjauan umum pada beberapa pendahuluan yang terdapat dalam
banyak penelitian, saya menemukan bahwa pendahuluan pada umumnya selalu mengikuti
pola yang sama, yaitu: menyatakan suatu masalah, lalu menjustifikasi mengapa masalah
tersebut harus diteliti. Jenis masalah yang disajikan dalam pendahuluan sangat beragam
tergantung pada pendekatan yang digunakan (lihat Bab 1). Dalam proyek kualitatif, peneliti
mendeskribsikan masalah penelitian yang benar-benar mudah dipahami dengan cara
mengeksplorasi suatu konsep atau fenomena tertentu. Saya juga sudah menegaskan bahwa
penelitian kualitatif bersifat eksploratoris, dan peneliti memanfaatkan pendahuluan untuk
136
mengeksplorasi suatu topic yang tidak bisa diidentifikasi variable-variabel ataupun teorinya.
Morse (1991:120), misalnya, pernah menyatakan:
Karakteristik-karakteristik masalah penelitian kualitatif antara lain: a. konsepnya
belum matang (immature) karena teori dan penelitian sebelumnya yang membahas
konsep tersebut tidak terlalu banyak dan menonjol, b. gagasan yang ditawarkan suatu
teori bisa saja belum akurat, tidak cocok, tidak benar, atau mengandung bias; c. adanya
keharusan untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan fenomena dan mengembangkan
suatu teori; atau d. sifat fenomena yang ingin diteliti tidak sesuai jika dianalisis secara
kuantitatif.
Misalnya, meningkatnya urbanisasi (sebagai masalah penelitian) harus dieksplorasi
karena masalah tersebut pelum pernah diteliti dalam kawasan-kawasan tertentu di suatu
Negara. Misalnya lagi, anak-anak SD sering kali gelisah dan mengganggu proses belajar
(sebagai masalah penelitian), dan cara terbaik untuk mengeksplorasi masalah ini adalah
dengan pergi ke sekolah dan mengunjungi mereka dan para guru secara langsung.
Sejumlah peneliti kualitatif terkadang memiliki perspektif teoritis tentang masalah apa
yang akan diteliti (seperti, ketidakadilan dalam pembagian upah antara wanita dan laki-laki
atau sikap-sikap rasial yang sering kali muncul saat membuat sketsa biografis sopir-sopir di
jalan raya). Thomas (1993:9) mengatakan bahwa seorang peneliti kritis selalu berangkat dari
premis bahwa semua kehidupan kultural merupakan ketegangan konstan antara control dan
resistensi. Orientasi teoritis inilah yang kemudian membentuk struktur pendahuluan. Beisel
(1990), misalnya meneliti bagaimana teori politik kelas menjelaskan ketidaksuksesan
kampanye anti-vice di salah satu dari tiga kota besar di Amerika.
Selain itu, dalam beberapa penelitian kualitatif yang lebih berfokus pada perspektif
partisipan, pendahuluannya bisa saja tidak ditulis secara induktif, tetapi deduktif, seperti
penelitian etnografi. Pendahuluan kualitatif juga bisa dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan
personal dari peneliti tentang pengalaman pribadi memandang suatu fenomena secara
substansial, seperti yang sering dijumpai dalam penelitian-penelitian fenomenologis
(Moustakas, 1994). Bahkan pendahuluan kualitatif juga dapat ditulis dari sudut pandang
subjektif, pribadi, orang pertama, yang didalamnya peneliti memosisikan diri mereka secara
naratif dalam penelitian, seperti dalam penelitian naratif.
Untuk pendahuluan kuantitatif, masih jarang ada variasi. Dalam proyek kuantitatif,
masalah penelitian dijelaskan dengan cara mengidentifikasi, memahami, dan menemukan
factor-faktor atau variable-variabel apa saja yang mempengaruhi suatu outcome. Misalnya,
137
dalam merespon pengurangan jumlah kerja (sebagai masalah penelitian), seorang peneliti
kuantitatif harus berusaha menemukan factor-faktor apa saja yang mempengaruhi
menurunnya bisnis-bisnis besar. Contoh lain, peneliti kuantitatif perlu memahami tingginya
rata-rata perceraian (sebagai suatu masalah) dan menelti apakah salah satu faktor yang
menyebabkan perceraian itu adalah masalah financial.
Dalam dua situasi ini, masalah penelitian merupakan masalah yang darinya
pemahaman mengenai faktor - faktor yang menjelaskan atau berhubungan dengan hasil
menjadi sangat penting karena membantu peneliti menjelaskan masalah tersebut dengan baik.
Selain itu, dalam pendahulian kuantitatif, peneliti bisa saja menguji suatu teori terlebih
dahulu dan melakukan tinjauan pustaka singkat untuk mengidentifikasi rumusan masalah
yang nantinya harus dijawab. Bahkan, pendahuluan kuantitatif juga dapat ditulis dari sudut
pandang interpersonal dan dalam kalimat pasif, untuk meningkatkan objektivitas.
Peneliti dengan metode campuran dapat menerapkan pendekatan kualitatif atau
kuantitatif terlebih dahulu (atau kombinasikan sekaligus) dalam pendahuluannya. Dalam
penelitian metode campuran, peneliti bisa memprioritaskan salah satu diantara pendekatan
kuantitatif atau pendekatan kalitatif, dan pendahuluan harus mencerminkan prioritas tersebut.
Meski demikian, prioritas ini bisa saja setara antara penelitian kualitatif atau kuantitatif, yang
berarti bahwa pendahuluannya harus menjelaskan suata masalah yang di dalamnya
diperlukan pemahaman antara variable variable dan eksplorasi terhadap suatu
topic/fenomenda secara mendalam.
Proyek metode campuran bisa terlebih dahulu menjelaskan hubungan antara perilaku
merokok dan depresi dalam lingkungan remaja, kemudian mengeksplorasi pandangan
pandangan dari para remaja untuk dapat menampilkan pola pola / tema tema yang
berbeda tentang merokok dan depresi tersebut. Jika tahap pertama proyek ini bersifat
kuantitatif, pendahuluan dapat menekankan pada pendekatan kuantitatif dengan menyertakan
terlebih dahulu suatu teori yang dapat memprediksi hubungan antara perokok dan depresi,
lalu melakukan tinjauan pustaka secara mendalam.
SALAH SATU MODEL PENDAHULUAN
Menulis pendahuluan untuk tiga penelitian yang berbeda - seperti yang sudash
dijelaskan di atas memang tidak terlalu jelas perbedaannya. Komponen utama yang perlu
dimasukkan ke dalam pendahuluan pada umumnya berhubungan dengan jenis jenis
masalah yang dibahas, baik itu penelitian kualitatif, kuantitatif, maupun metode campuran.
Untuk itu, diperlukan satu model ilustratif tentang bagaimana menulis pendahuluan yang baik
138
tanpa perlu memandang pendekatan pendekatan dan komponen komponen yang harus
disertakan.
Model defisiensi pendahuluan (deficiency model an introduction) merupakan salah
sastu pola umum dalam menulis pendahuluan yang baik. Model ini merupakan pendekatan
popular yang banyak digunakan dalam ilmu ilmu social. Jika struktur model ini dirinci,
Anda akan menemukan banyak sekali penelitian dewasa ini yang telah menggunakan model
tersebut. Model ini terdiri dari lima bagian yang masing masing dari kelimanya dapat
ditulis dalam satu paragrap sehingga secara keseluruhan bisa mencapai maksimal dua
halaman. Lima bagian tersebut antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
Masalah penelitian
Penelitian penelitian sebelumnya yang membahas masalah tersebut
Kekurangan kekurangan (deficiencies) dalam penelitian penelitian sebelumnya
Pentingnya penelitian untuk audiens tertentu.
Tujuan penelitian
Sebuah ilustrasi
Sebelum menjelaskan lima bagian tersebut, berikut ini ada contoh pendahuluan
kualitatif yang ditulis oleh Terezainni, Cabrera, Colbeck, Bjorklund, dan Parente (2001)
dalam The Journal of Higher Education dengan judul penelitiannya Racial and Ethnic
Diversity in the Classroom (ditulis kembali atas izin penerbit). Berdasarkan lima komponen
penting pendahuluan yang sudah dijelaskan di atas maka beberapa pernyataan yang
menurut saya- berkaitan dengan masing masing komponen sudah saya tandai dengan jelas.
Sejak diterbitkannya Civil Right Act tahun 1964 dan Higher Education Act tahun
1965, universitas universitas di Amerika berusaha meningkatkan keragaman ras dan etnik
para mahasiswa dan dosennya. Tindakan afirmatif kemudian diambil sebagai kebijakan
untuk merealisasikan heterogenitas ini ( di sini, penulis menyatakan dengan teknik hook
naratif). Akan tetapi, kebijakan tersebut sampai saat ini mash menjadi topic perdebatan
nasional yang hangat. Persoalan hokum terkait dengan tindakan afirmatif tersebut bermula
dari kasus Regents of the University of California versus Bakke tahun 1978, yang di
dalamnya Justice William Powell menyatakan bahwa ras ini sudah dipertimbangkan
berdasarkan keputusan keputusan admisi. Akan tetapi, yang lebih terkini, U.S. Court of
Appeals for the Fifth Circuit, yang menangani kasus Hopwood vs. states of Texas,
menemukan argumentasi Powell ini bermasalah. Keputusan courth untuk menolak tindakan
afirmatif ini didasarkan pada referenda Negara, perundang undangan, dan tindakan
tindakan terkait melarang pengakuan yang sensitive ras atau sewa menyewa di California,
139
Hanya sedikit sekali penelitian (seperti, Chang, 1996, 1999a; Sax, 1996) yang secara
spesifik meneliti apakah komposisi ras/etnis atau gender para mahasiswa dalam sebuah
kampus, dalam satu komunitas akademik atau dalam kelas (seperti, keragaman structural)
memiliki manfaat manfaat akademik yang diklaim..Begitu pula, isu isu, seperti apakah
tingkat keragaman rasial dalam satu kampus atau kelas berpengaruh langsung terhadap hasil
belajar ataukah tidak, hal ini masih menyisakan banyak pertanyaan (Di sini, penulis
menunjukkan kekurangan atau defisiensi dalam penelitian penelitian sebelumnya).
Langkanya informasi tentang manfaat akademik dari keragaman structural di sebuah
kampus atau kelas, tentu saja sangat disayangkan. Padahal informasi inilah yang bisa menjadi
bukti para hakim untuk mendukung kebijakan keputusan yang sensitive ras (Di sini, penulis
menunjukkan pentingnya penelitian pada audiens tertentu, yakni hakim, peneliti, dan para
pendidik).
Penelitian ini berusaha memberikan kontribusi pengetahuan dengan mengekspolrasi
pengaruh keragaman structural kelas terhadap perkembangan akademik dan skill intelektual
mahasiswa. Penelitian ini menganalisis pengaruh langsung keragaman kelas terhadap
outcome akademik/intelektual dan apakah ada dari pengaruh pengaruh tersebut yang
ditindaklanjuti menjadi pendekatan pendekatan instruksional aktif dan kolaboratif dalam
konteks pembelajaran (Di sini, penulis mengidentifikasi tujuan penelitian) (hlm. 510 512,
ditulis kembali atas izin The Journal of higher Education).
Masalah Penelitian
Dalam pendahuluan artikel Terenzini et al. (2001) di atas, kalimat pertama sudah
menunjukkan dua komponen utama pendahuluan yang baik, yaitu menunjukkan dua
komponen utama pendahuluan yang baik, yaitu menunjukkan bahwa penelitian tersebut
menarik dan memperlihatkan bahwa masalah atau isu yang diangkat benar benar berbeda.
Pengaruh seperti apa yang dimunculkan dari kalimat ini? Apakah kalimat tersebut
memancing pembaca untuk membacanya lebih lanjut? Apakah kalimat tersebut harus ditulis
dalam level tertentu sehingga pembaca dapat memahaminya? Pertanyaan pertanyaan ini
penting dijawab untuk menulis kalimat pembuka pendahuluan. Kalimat ini sering kali dikenal
dengan istilah narrative hook, suatu istilah yang diambil dari bahasa inggris, yang berarti
kata kata yang dapat menggambarkan, melibatkan, atau menghubungkan (hook) pembaca
dengan/dalam penelitian. untuk mempelajari bagaimana menulis narrative hook yang baik,
perhatikan Koran Koran penting. Sering kali, para jurnalis menyajikan contoh contoh
141
yang menarik di awal kalimatnya. Berikut ini, contoh contoh kalimat pembuka dalam jurnal
jurnal ilmu social.
selebriti transeksual dan tnometodologis, Agnes, telah mengubah identitasnya tiga tahun
lalu sebelum pada akhirnya ia menjalani kembali pembedahan jenis kelamin (Cahlil,
1989:281).
Siapa yang mengendalikan proses pencalonan wakil DPR? (Boeker, 1992:400).
Ada banyak literature yang menel,iti garis kartografis (salah satunya, artikel ringkas baru
baru ini, Buttenfield:1985), dan generalisasi garis garis tersebut (salah satunya,
McMaster:1987) (Carstensen, 1989:181).
Tiga contoh di atas menyajikan informasi yang mudah dipahami oleh pembaca. Dua
contoh pertama yang menjadi pendahuluan dalam penelitian kualitatif menunjukkan
bagaimana pembada di tarik perhatiannya dengan merujuk pada satu partisipan (di contoh
pertama) dan mengajukan satu pertanyaan (di contoh kedua). Contoh ketiga, yang menjadi
pendahuluan dalam penelitian kuantitatif, menunjukkan bagaimana pembaca dapat
mengawali bacaanhya dengan memahami beberapa literature terlebih dahulu. Yang jelas,
ketika contoh di atas sudah menggambarkan bagaimana menulis kalimat pembuka dengan
baik agar pembaca tidak dipaksa masuk ke dalam pemikiran yang terlalu detail, tetapi
digiring perlahan lahan ke dalam topic penelitian.
Untuk menggambarkan lebih jauh bagaimana proses menulis pendahuluan ini, saya
menggunakan metaphor seseorang yang sedang menurunkan seubah tong ke dalam sumur.
Penulis pemula menceburkan tong (pembaca) langsung ke kedalaman sumur (artikel).
Pembaca pun hanya akan melihat materi yang tidak biasa dan aneh. Sementara itu, penulis
yang berpengalaman menurunkan tong (pembaca) sedara perlahan lahan, seraya
membiarkannya beradaptasi dengan kedalaman (penelitian). Penurunan tong ini diawali
dengan narrative hook, yakni menceritakan contoh kasus umum terlebih dahulu sehingga
pembada dapat memahami dan menghubungkannya dengan topic penelitian.
Setelah itu, peneliti perlu menunjukkan masalah atau isu yang dapat menuntun pada
signifikansi penelitian. Artikel terezini et al.(2001) membahas problem yang unik, yaitu
perjuangan untuk meningkatkan keragaman ras dan etnik di universitas universitas AS.
Mereka mencatat bahwa kebijakan kebijakan untuk meningkatkan keragaman ini sedang
menjadi topic perdebatan nasional yang hangat (hlm.509).
142
Dalam ilmu social terapan, masalah penelitian bisa saja muncul dari isu isu,
kesulitan kesulitan, dan perilaku perilaku masa kini. Masalah penelitian ini akan menjadi
jelas jika peneliti mau mengidentifikasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan, seperti :
Apa kepentingan atau motivasi diadakannya penelitian ini? Atau Masalah apa yang
memengaruhi untuk melakukan penelitian ini? jawaban atas dua pertanyaan ini bisa
bermacam macam. Misalnya : karena sekolah masih belum menerapkan pedoman
pedoman multi cultural; karena ada kebutuhan dari para dosen yang harus dipenuhi agar
mereka terlibat dalam aktivitas pengembangan professional di jurusan jurusan mereka;
karena siswa siswa minoritas membutuhkan akses yang lebih baik ke universitas; atau
karena suatu masyarakat tidak boleh melupakan kontribusi para pelopor wanitanya. Semua
jawaban ini merupakan masalah =- masalah penting yang memerlukan penelitian lebih
jauh. Ketika merancang paragraph paragraph pembuka, yang tentu saja meliputi masalah
penelitian, ingatlah tips tips penelitian berikut ini :
Tulislah kalimat pembuka yang dapat menstimulasi ketertarikan pembaca dan mampu
menampilkan masalah yang dapat dipahami secara relasional oleh pembaca pada
umumnya.
Sebagai aturan umum, hindari penggunaan kutipan kutipan, khususnya kutipan yang
terlalu panjang, dalam kalimat pembuka. Kutipan kutipan hanya akan memunculkan
banyak kemungkinan penafsiran, bahkan dapa membuat topic penelitian menjadi tidak
jelas. Akan tetapi, dalam beberapa penelitian kualitatif, kutipan kutipan seperti ini juga
dapat menarik perhatian membaca. Untuk itu, gunakan kutipan secara layak dan tepat.
Hindari ekspresi ekspresi idiomatic (kalimat kalimat membingungkan).
Pertimbangkan pengaruh informasi yang menggunakan angka angka (seperti, Setiap
tahun, sekitar 5 juta orang Amerika mengalami kematian anggota keluarga secara tiba
tiba).
Tunjukkan secara jelas masalah yang diangkat (seperti, dilemma, isu) yang dapat
menuntun pada penelitian. Cobalah bertanya pada diri sendiri : Adakah kalimat yang
hubungan atau predictor predictor dalam kuantitatif, dan pendekatan keduanya dalam
metode campuran).
Tuliskah, apakah ada satu atau banyak masalah yang terlibat dalam penelitian sehingga
mengharuskan anda untuk menelitinya? Seringkali, dalam beberapa penelitian, ada
banyak masalah yang perlu dibahas. Bukan hanya satu masalah saja.
topic atau masalah serupa yang menjadi garapan penelitiannya. Pemahaman ini tentu saja
tidak muncul dengan sendirinya, tetapi berasal dari keterlibatan peneliti selama bertahun
tahun dalam mengikuti perkembangan masalah penelitiannya dan literature literature yang
terkait.
Pertanyaan lain yang sering kali muncul adalah : Jenis literature seperti apa yang
harus direview oleh seorang peneliti? Saya menyarankan agar peneliti merevie penelitian
penelitian sebelumnya yang memiliki rumusah masalah dan data data untuk menjawab
rumusan tersebut. Penelitian penelitian ini bisa saja berupa penelitian kuantitatif, kualitatif,
atau metode campuran. Intinya adalah : literature literature atau penelitian penelitian
sebelumnya akan memberikan sumbangsih pemikiran dalam menganalisis rumusan masalah
yang akan dibahas dalam proposal. Peneliti penula seringkali bertanya : Apa yang harus
saya lakukan sekarang? Tidak ada satu pun penelitian / literature yang pernah membahas topi
ini. Tentu saja, jika tinjauan pustaka diartikan secara sempit maka tidak ada satupun
literature yang mendokumentasikan atau menjabarkan secara komprehensif dan precise
masalah penelitian yang kita bahas.
Untuk itu, saya sering kali menyarankan agar peneliti memandang literature dengan
pola piker segitiga terbalik. Pada ujung segitiga itu terdapat penelitian yang diajukan.
Penelitian ini haruslah sempit dan terfokus (tidak boleh ada satu pun penelitian yang serupa).
Jika seseorang melihat tinjauan pustaka ini terus ke bagian atas segitiga, ada beberapa
literature yang bisa dijumpai meskipun agak sedikit berbeda dengan penelitian yang diajukan.
Misanya, topic mengenai siswa siswa Amerika Afrika yang beresiko gagal di SD
mungkin tidak pernah diteliti. Namun, secara umum, topic mengenai siswa siswa yang
beresiko gagal di SD atau di jenjang jenjang pendidikan lain sudah banyak diteliti. Artinya,
peneliti terlebih dahulu harus mengabstraksikan literature literature / penelitian penelitian
yang membahas topic yang lebih umum (seperti, siswa siswa yang berisiko gagal di SD atau
di jenjang jenjang pendidikan lain), baru kemudian mengakhiri abstraksinya secara spesifik
dengan menegaskan pentingnya penelitiannya yang diajukan (misalnya, tentang siswa
siswa Afrika Amerika yang berisiko gagal di tingkat SD).
Untuk mereview literature literature / penelitian penelitian yang relevan di bagian
pendahulan proposal, pertimbangkan tips tips penelitian berikut ini :
145
khusus dan terpisah). Tujuannya adalah untuk membangun wilayah penelitian yang lebih
luas.
Agar tidak sekedar menekankan pada literature literature secara individual, letakkan
referensi referensi in text di akhir paragraph atau di akhir review mengenai literature
literature tersebut.
Tinjaulah penelitan penelitian lain yang menggunakan pendekatan kuantitatif, kualitatif,
penduduk asli Amerika sebagai komunitas cultural maka Anda dapat menyertakan mereka
sebagai paratisipan dalam proyek penelitian anda.
Pada dua contoh tulisan berikut, Anda dapat melihat bagaimana para penulisnya
menunjukkan kelemahan kelemahan atau kekurangan kekurangan dalam beberapa
literature sebelumnya. Perhatikan pula bagaimana mereka menggunakan frasa frasa kunci
untuk menunjukkan defisiensi defisiensi ini, seperti yang belum dianalisis, sangat sedikit
penelitian empiris, sedikit sekali penelitian, dan sebagainya.
Contoh 5.1
Berdasarkan rasionalisasi inilah, tidak sedikit ilmuwan sosial yang berusaha meneliti
makna perang dan kedamaian (Cooper, 1965; Alvik, 1968; Rosell, 1968; Svancarova&
Svancarova, 1967-1968; Haavedsrud, 1970). Sayangnya, dari sekian banyak analisis ini,
ada satu masalah yang belum dianalisis, yaitu tentang bagaimana bekas pejuang masa lalu
memberikan reaksi terhadap perang masa kini.
(Ziller, 1990 :85-86)
Contoh 5.2
Meskipun ada minat yang sangat tinggi terhadap persoalan mikro-politik, anehnya sangat
sedikit penelitian empiris yang berusaha menganalisis isu tersebut, khususnya dari
perspektif subordinasi. Penelitian politik dalam ranah pendidikan, misalnya, begitu langka.
Sedikit sekali penelitian yang difokuskan pada bagaimana guru menggunakan
kekuasannya untuk berinteraksi secara strategis dengan kepala sekolah, dan apa makna
semua ini secara deskriptif dan konseptual (Ball, 1987; Hoyle, 1986; Pratt, 1984)
(Blase, 1989 :381)
sudah ada (seperti, kesalahan metodologis atau variable variable yang terabaikan).
Tulislah bidang bidang atau ranah ranah tertentu yang terabaikan oleh penelitian
penelitian sebelumnya, termasuk topic, proses statistic, implikasi implikasi penting, dan
sebagainya.
147
Jelaskan bagaimana peneltian Anda akan mengoreksi kekurangan kekurangan ini dan
memberkan kontribusi yang berbeda pada literature/penelitian akademik.
Tulislah paragraph pendek untuk menjelaskan tiga atau empat kekurangan dari
penelitian sebelumnya atau fokuslan pada satu kekurangan paling pokok, seperti yang pernah
dicontohkan dalam pendahuluan Terenzini et al. (2000).
Signifikansi Penelitian bagi Pembaca
Dalam
disertasi,
peneliti
sering
kali
menyertakan
bagian
khusus
yang
mendeskripsikan signifikansi penelitian bagi pembaca tertentu. Hal ini dilakukan untuk
mendukung pentingnya analisis topic penelitian bagi kelompok kelompok tertentu yang
mungkin saja dapat memperoleh manfaat dengan membaca dan menggunakan penelitian
tersebut. Dalam bagian ini, peneliti hendaknya menulis alasan/rasionalisasi tentang
pentingnya penelitiannya yang diajukan. Semakin banyak pembaca yang ditargetkan,
semakin besar signifikansi penelitian tersebut bagi mereka; begitu pula potensi penelitian
tersebut akan semakin kuat untuk diterapkan di dunia nyata. Dalam bagian ini pula, peneliti
juga dapat menjelaskan beberapa hal berikut :
Tiga atau empat alasan/rasionalisasi tentang bagaimana penelitian Anda dapat menambah
pentingnya penelitian pada paragraph pembuka. Penelitian yang dilakuka noleh Mascarenhas
(1989) ini meneliti kepemilikan perusahaan perusahaan industri. Dia secara jelas
menunjukkan bahwa para pengambil keputusan, anggota organisasi, dan para peneliti adalah
target pembacanya yang diharapkan akan membaca hasl penelitiannya.
148
Contoh 5.3
149
cara mengidentifikasi terlebih dahulu kasus kasus umum (dengan teknik narrative hook)
yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Selain itu, peneliti juga perlu menyertakan secara singkat tinjauan psutaka/literature
lain yang relevan, seraya menunjukkan satu atau lebih kekurangan (defisiensi) dalam
literature literature tersebut dan menegaskan bagaimana penelitian yang diajukan dapat
mengoreksi kekurangan kekurangan itu. Peneliti kemudian mulai memerinci secara implicit
atau eksplisit pembaca pembaca tertentu yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari
penelitiannya. Akhirnya, peneliti dapat menutup pendahuluannya dengan menyatakan
setidaknya- tiga atau empat tujuan diadakannya penelitian.
Latihan Menulis
LATIHAN MENNULIS
BACAAN TAMBAHAN
Bem, D.J. (1987). Writing the Empirical Journal Article. Dalam M. P.Zanna&J.M Darley
(ed.). The Compleat Academic : A Practical Guide for the Beginning Social Scients.
New York : Random House. (hlm. 171-201).
Daryl Bern menekankan pentingnya statemen/paragraph pembuka dalam suatu
penelitian. Dia menyajikan sederet aturan tentang paragraph pembuka ini, yang menurutnya
harus menekankan pada kejelasan, keterbacaan, dan struktur yang dapat menuntun pembaca
langkah demi langkah untuk sampai pada rumusan masalah. Bern juga menyajikan contoh
150
contoh paragraph pembuka, baik yang memuaskan maupun yang tidak. Menurut Bern,
paragraph pembuka yang baik adalah paragraph yang dapat dimengerti bahkan oleh
seseorang yang bukan ahli sekalipun, dan juga tidak membosankan lantaran terlalu banyak
bahasa teknis.
Maxwell, J.A. (2005). Qualitative Research Design : An Interakctive Approach. Edisi
kedua. Thousand Oaks, CA : Sage.
Joe Maxwell menulis tentang tujuan penelitan untuk proposal disertasi kualitatif.
Menurut Maxwell, salah astu aspek mendasar dalam proposal adalah menjustifikasi bahwa
proyek yang diajukan dapat membantu pembaca memahami, tidak hanya tentang apa yang
Anda rencanakan, tetapi juga mengapa Anda merencakanannya. Dia juga menyatakan
pentingnya mengidentifikasi isu isu yang ingin Anda teliti dan pentingnya menunjukkan
mengapa isu isu tersebut penting untuk diteliti. Pada satu contoh proposal disertasi
mahasisaw s2 yang disajikan, Maxwell membahas isu isu utama yang harus dieksplorasi
mahasiswa untuk membuat argument proposal penelitiannya efektif dan efisien.
Wilkinson, A.M. (1991). The Scientists Handbook for Writing Papers and Dissertations.
Englewood Cliffs, NJ : Prentice Hall.
Antoinette Wilkinson membahas tiga aspek utama dalam pendahuluan : (1)
Pernyataan mengenai suatu masalah dan sifat sifatnya; (2) pembahasan mengenai
latar belakang dari masalah tersebut; dan (3) pernyataan mengenai rumusan masalah.
Wilkinson juga menyajikan banyak contoh dari tiga aspek tersebut, yang disertai
dengan penjelasan tentang bagaimana menulis dan menyusun sebuah pendahuluan
yang baik. Dia menekankan bahwa pendahuluan harus menuntun secara logis dan
runtut pada rumusah masalah.
151
Bab Enam
TUJUAN PENELITIAN
Bagian terakhir dari pendahuluan, sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam bab 5,
adalah menyajikan tujuan penelitian. Inilah bagian terpenting dari keseluruhan penelitian.
Untuk itu, tujuan penelitian harus ditulis dengan jelas dan spesifik. Dari tujuan inilah semua
asfek penelitian ditentukan. Dalam artikel-artikel jurnal, peneliti biasanya menulis tujuan
penelitian dibagian pendahuluan. Namun, dalam disertasi atau proposal disertasi, tujuan
penelitian sering kali ditulis secara terpisah.
Dalam bab yang khususnya untuk tujuan penelitian ini, saya membahas alasanalasan/rasionalisasi ditulisnya tujuan penelitian, prinsip-prinsip kunci, dan contoh-contoh
tujuan penelitian yang biasa anda modifikasi untuk proyek proposal anda.
SIGNIFIKANSI DAN MAKNA TUJUAN PENELITIAN
Menurut Locke et al. (2007: 9), tujuan penelitian berarti menunjukkan mengapa
anda ingin melakukan penelitian dan apa yang ingin anda capai. Sayangnya proposalproposal penelitian saat ini jarang sekali yang memperhatikan tujuan penelitian. Para penlulis
metodologi penelitianpun sering memasukkan tujuan penelitian ini kedalam bagian-bagian
lain, seperti rumusan masalah atau hipotesis. Wilkinson (1991), misalnya, menjelaskan tujuan
dalam konteks rumusan masalah dan sasaran penelitian. Penulis lain merujuknya sebagai
salah satu aspek dari masalah penelitian (Casstetter & Heisler, 1997). Akan tetapi,
pembahasan mereka pada umumnya tetap menunjukkan bahwa tujuan penelitian merupakan
gagasan inti dari suatu penelitian.
Dikenal dengan istilah tujuan penelitian karena ia menggambarkan tujuantujuan/maksud-maksud dilakukannya penelitian dalam satu atau beberapa kalimat. Dalam
proposal, peneliti haruslah membedakan secara jelas antara tujua penelitian , masalah
penelitian, dan rumusan penelitian. Tujuan penelitian mengindikasikan maksud penelitian,
dan bukan masalah atau isu yang dapat menuntun pada keharusan diadakannya penelitian
(lihat Bab 5). Tujuan penelitian bukanlah rumusan masalah yang di dalamnya terdapat
sejumlah pertanyaan yang nantinya dijawab berdasarkan data-data penelitian yang telah
dikumpulkan (lihat Bab 7). Akan tetapi, tujuan penelitian adalah kumpulan pernyataan yang
menjelaskan sasaran-sasaran, maksud-maksud, atau gagasan-gagasn umum diadakannya
152
suatu penelitian. Gagasan ini dibangun berdasarkan suatu kebutuhan (masalah penelitian) dan
diperhalus kembali dalam pertanyaan-pertanyaan spesifik (rumusan masalah).
Begitu pentingnya tujuan penelitian ini, sehingga peneliti perlu menulisnya secara
terpisah dari aspek-aspek lain dalam proposal penelitiannya da ia juga perlu membingkainya
dalam satu kalimat atau paragraph yang mudah dipahami oleh pembaca. Meslipun tujuan
penelitian untuk studi kualitatif, kuantitatif, atau metode campuran ditulis dengan konten
yang sama, masing-masing tujuan penelitian untuk tiga penelitian ini sebenarnya tetap
memiliki sifat-sifat dan cara penulisannya sendiri yang berbeda-beda, seperti yang akan
digambarkan dalam paragraf-paragraf berikut ini.
Tujuan Penelitian Kualitatif
Tujuan penelitian kualitatif pada umumnya mencakup informasi tentang fenomena
utama yang dieksplorasi dalam penelitian, partisipan penelitian, dan lokasi penelitian. Tujuan
penelitian kualitatif juga bisa menyatakan rancangan penelitian yang dipilih. Tujuan ini
ditulis dengan istilah-istilah teknis penelitian yang bersumber dari bahasa penelitian
kualitatif (Schwandt,2007). Untuk itulah, Peneliti perlu memperhatikan beberapa hal
mendasar dalam menulis tujuan penelitian kualitatif, seperti berikut ini:
Gunakanlah kata-kata seperti tujuan, maksud, atau sasaran untuk menandai tujuan
penelitian yang anda tulis. Tulislah tujuan penelitian ini dalam kalimat atau paragraph
terpisah, dan gunakanlah bahasa-bahasa penelitian, seperti tujuan (maksud atau
sasaran) penelitian ini adalah.... Para peneliti biasanya menggunakan verba masa kini
(present verb tense) dan verb masa lampau (past verb tense) untuk proposal penelitian
karena proposal mereka tengah menyajikan rencan penelitian yang akanbukan yang
belumdikerjakan.
Fokuslah pada satu fenomena (atau konsep atau gagasan) utama. Persempitlah
penelitian anda menjadi satu gagasan untuk dieksplorasi dan dipahami. Fokus ini
berarti bahwa tujuan penelitian kualitatif tidak boleh menunjukkan dua atau lebuh
variable yang salin berelasi, atau justru membandingkan dua atau lebih kategori
tertentu, seperti yang sering dijumpai dalam penelitian kuantitatif. Untuk itu, jelaskan
satu fenomena saja, namun tetap tunjukkan bahwa penelitian anda bisa saja
berkembang untuk mengeksplorasi hubungan atau perbandingan antargagasan dalam
fenomena tersebut. Misalnya suatu penelitian bisa saja dimulai dengan mengeksplorasi
peran ketua jurusan dalam usaha pemberdayaan kualitas akademik para dosen
(Creswell & Brown, 1992), atau dengan mengeksplorasi identitas guru dan
153
marginalisasi atas identitas ini disekolah tertentu (Huber & Whelan,1999), atau dengan
menjelaskan makna kebudayaan bisbol dalam hubungannya dengan pekerja studion
(Trujillo,1992), atau menunjukkan bagaimana individu-individu tertentu secara kognitif
mencirikan penyakit AIDS yang dideritanya (Anderson & Spencer, 2002). Contohcontoh ini semua mengiliustrasikan bahwa ada satu gagasan utama yang dijadikan
(peniliti)
ini
dapat
dengan
mudah
mengutak-atik
atturan
organisasi.
Tunjukkan lokasi dilakukannya penelitian, seperti rumah, kelas, organisasi, program,
atau peristiwa tertentu. Gambarkan tempat ini secara detail sehingga pembaca benar-
penelitian, proposal disertasi atau tesis kualitatif yang baik, setidak-tidaknya harus mencakup
beberapa diantara poin-poin itu.
Untuk membantu anda, di sini saya menyajikan sejumlah catatan yang mungkin
berguna dalam menulis tujuan penelitian kualitatif. Seperti catatan-catatan (scripts)
sebelumnya dalam buku ini, saya sudah menyediakan ruang agar anda bisa menyisipkan
informasi yang sesuai.
Tujuan penelitian..... (strategi/teori penelitian, seperti etnografi, studi kasus, atau
sejenisnya) ini adalah untuk..... (memahami? mendeskripsikan? mengembangka?
meneliti?) ...... (fenomena utama yang diteliti) pada...... (para partisipan, seperti
individu, kelompok, atau organisasi) di...... (lokasi penelitian). Dalam penelitian
ini....... (fenomena utama yang diteliti) secara umum dapat didefinisikan
sebagai.... (sajikan definisi umum).
Conto-contoh di bawah ini mungkin tidak secara sempurna mengilustrasikan semua
elemen yang telah saya jelaskan, tetapi setidaknya contoh-contoh berikut ini telah berhasil
menyajikan model-model yang layak ditiru dan dipelajari.
Saya memperoleh tujuan penelitia yang ditulis oleh Lauterbach (1993) ini disebuah artikel
jurnaldi bagian pembukanya yang berjudul tujuan penelitian. Judul inilah yang secara jelas
mengajak pembaca untuk focus pada tujuan penelitian. pengalaman kehidupan para ibu
menjadi fenomena utama dan penulis menggunakan kata kerja mengartikulasikan untuk
membahas makna (kata yang netral) dari pengalaman-pengalaman ini. Penulis lalu
mendifinisikan pengalaman-pengalaman apa saja yang ditelitinya terkait dengan memori
155
dan pengalaman hidup ini. Di sepanjang tulisannya, jelas Leuterbach telah menggunakan
strategi fenomenologi. selain itu, tulisan Leuterbach juga secara jelas menunjukkan bahwa
partisipannya hanya para ibu, dan bagianbagian selanjutnya di artikel itu, pembaca akan
melihat bagaimana Leuterbach melakukan interviw pada lima sampel ibu (yang masingmasing telah mengalami keguguran) dirumah mereka.
156
gay dan biseksual saja, yang berarti secara langsung merefleksikan bahwa
wanita lesbian dan biseksual merupakan komonitas berbeda yang
membentuk subkultur tersendiri di Universitas tersebut.
(Rhoads, 1997: 278)
juga berusaha mengidentifikasi kawasan-kawasan yang dapat meningkatkan iklim kampus
bagi laki-laki gay dan biseksual. Selain itu, Rhoads juga telah menyebutkan bahwa strategi
penelitian yang digunakan adalah etnografi, dan bahwa penelitian ini hanya akan melibatkan
laki-laki saja (partisipan) di sebuah Universitas kenamaan (lokasi penelitian). Sayangnya,
Rhoads tidak memberikan informasi tambahan mengenai sifat utama kebutuhan para
mahasiswa ini atau definisi umum dari kebutuhan tersebut. Akan tetapi, dib again terpisah,
dia sudah berusaha mengidentifikasi dan menyajikan makna tentative atas istilah-istilah
penting tersebut.
Pada pernyataan di atas, fenomena utamanya adalah perkembangan karier, da
pembaca juga akan mengetahui bahwa fenomena tersebut didefinisikan sebagai pengaruhpengaruh penting dalam kesuksesan karir 18 wanita tersebut. Dalam penelitian ini memang
digunakan kata langsung, seperti kesuksesan. Akan tetapi, kata ini lebih dimaksudkan untuk
mendefinisikan sampel individu yang diteliti dan bukan untuk membatasi tentang fenomena
utama.
Contoh 6.4 Tujuan Penelitian Dalam Studi Grounded Theory
Richie
et
al.
(1997)
melakukan
penelitian
kualitatif
untuk
mengembangkan suatu teori tentang perkembangan karier 18 wanita AmerikaAfrika (kulit putih dan hitam) yang memiliki prestasi tinggi Ameriaka Serikat
yang masing-masing dalam bidang profesi yang berbeda-beda. Pada paragraph
kedua penelitiannya, mereka menyatakan tujuan diadakannya penelitian tersebut:
Artikel ini ---yang didasarkan pada penelitian kualitatif--- berusaha
meneliti perkembangan karier 18 wanita Amerika-Afrika (kulit putih
dan hitam) yang memiliki prestasi tinggi di Amerika Seriakat dalam 8
bidang profesi yang berbeda-beda. Secara keseluruhan, tujuan kami
melakukan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi factor-faktor
penting yang mempengaruhi perkembangan karier para wanita ini,
khusunya pengaruh-pengaruh yang berhubungan dengan kesuksesan
karier mereka.
158
tersebut.
Tunjukkanlah varibel bebas dan varibel terikat, serta varibel-variabel lain, seperti
mediate, moderate, atau control, yang digunakan dalam penelitian.
159
Gunakan kata-kata yang dapat menghubungkan varibel bebas dan varibel terikat untuk
emnunjukkan bahwa kedua jenis varibel ini benar-benar saling berhubungan, seperti
hubungan antara dua atau lebih varibel, atau perbandingan antara dua atau lebih
kelompok. Kebanyaka penelitian kuantitatif menggunakan dalah satu dari dua opsi ini
untuk menghubungkan varibel-varibel dalam tujuan penelitian. Tetapi ada juga
peneliti yang menggunaka kombinasi antara membandingkan (comparing) dan
menghubungkan (relating), misalnya, penelitian eksperimen dua faktor yang
didalamnya peneliti memiliki dua atau lebih kelompok treatment dan satu varibel
bebas. Meskipun peneliti kebanyakan menggunakan teknik menghubungkan dua atau
lebih kelompok dalam penelitian eksperimen, tidak menutup kemungkinan mereka
dimanipulsi.
Sebutkan jenis strategi penelitian (seperti strategi survei atau eksperimen) yang
digunakan dalam penelitian. Dengan menyatakan informasi tentang strategi penelitian,
peneliti setidaknya sudah mengantisipasi diri untuk tidak membahas detail metodologi
penelitian (yang biasanya di tulis dibagian khusus) dan memungkinkan pembaca
160
emnghubungkan?)......
dengan
(varibel
terikat),
yang
juga
menunjukkan relasi antarvaribel. Tujuan penelitian di atas juga telah mengidentifikasi secara
jelas para partisipan (wanita) dan lokasi penelitian (Universitas) . Selanjutnya, pada bagian
metodologi penelitian, Kalof menyebutkan bahwa penelitiannya menggunakan metode survei
mailed. Selain itu, meskipun Kalof tidak mendefinisikan varibel-varibel utama dalam tujuan
penelitian di atas setidaknya dia sudah menyajikan ukuran-ukuran spesifik pada varibelvaribel tersebut dalam rumusan masalah.
Kutipan di atas mencakup beberapa komponen tujuan penelitian yang baik. Selain
ditulis pada bagian terpisah (Pernyataan Masalah), kutipan di atas telah menggunakan kata
hubungan, istilah-istilah yang didefinisikan, populasi dan sebagainya. Lebih jauh, dari
susunan varibel yang dijelaskan, pembaca akan mudah mengidentifikasi varibel bebas dan
varibel terikatnya.
Contoh 6.6 Tujuan Penelitian Dalam Studi Survei Disertasi
DeGraw (1984) menyelsaikan disertasi doktoralnya dalam bidang
pendidikan. Disertasi itu membahas topik tentang para pendidik yang bertugas
pada institusi-institusi perbaikan remaja. Dalam salah satu subjudul disertasinya
Pernyataan Masalah dia menjelaskan tujuan penelitian sebagai berikut:
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara karakristikkarakristik pribadi dan motivasi pekerjaan bagi para pendidik yang
mengajar dilembaga-lembaga negeri perbaikan remaja di Amerika Serikat.
karakristik-karakristik dibagi ke dalam dua informasi penting, yaitu
informasi tentang latar belakang responden (seperti informasi institusional,
tingkat pendidikan, pelatihan sebelumnya, dan sebagainya) dan informasi
tentang pemikiran responden terhadap pekerjaannya yang berubah-ubah.
Penelitian terhadap latar belakang responden sangat penting dalam
disertasi
ini
karena
mengidentifikasi
penelitian
semacam
karakristik-karakristik
dan
ini
diharapkan
dapat
faktor-faktor
yang
mencampur dua unsur tersebut untuk meneliti masalah penelitian. Tujuan penelitian metode
campuran biasanya ditunjukkan terlebih dahulu, dalam pendahuluan, untuk memberikan
panduan awal bagi pembaca dalam memahami bagian-bagian penelitian kuantitatif dan
kualitatif di dalamnya. Berikut ini saya sajikan beberapa petunjuk bagaimana menyusun dan
menyajikan tujuan penelitian metode campuran.
Mulailah dengan menulis kata-kata yang menunjukkan secara jelas tujuan penelitian
yang sudah diperoleh (lihat juga OCathain, Murphy & Nicholl, 2007).
Untuk mengungkap kecenderungan-kecenderungan dan hak-hak dari
164
dari varibel bebas terlebih dahulu lalu varibel terikat, menyebutkan strategi
penelitian metode campuran (Creswell & Plano Clark, 2007). Dua contoh pertama adalah
penelitian sekuensial dengan satu strategi pengumpulan data yang turut membangun strategi
pengumpulan data yang lain. Contoh ketiga adalah penelitian konkuren dengan menerapkan
dua strategi pengumpulan data dalam satu waktu lalu dibawa secara bersama-sama dalam
analisis data. Contoh keempat adalah penelitian metode campuran transformative yang
didasarkan pada rancangan konkuren.
1. Penelitian sekuensial dengan tahap kuantitatif di urutan kedua yang didasarkan pada tahap
kualitatif di urutan pertama:
Tujuan penelitian metode campuran sekuensial dua-tahap ini adalah untuk....
(sebutkan tujuan penelitian berdasarkan konten). Tahap pertama
adalah eksplorasi
kualitatif terhadap ... (fenomena utama) dengan mengumpulkan (jenis-jenis data) dari (para
partisipan) di (lokasi penelitian). Penemuan- penemuan dari tahap kualitaiif ini kemudian
digunakan untuk menguji
(fenomena
utama)
metode kuantitatif ini dengan metode kualitatif adalah untuk (seperti, lebih memahami
dan menjelaskan hasil-hasil kuantitatif yang diperoleh sebelumnya).
3. Penelitian konkuren dengan mengumpulkan data kuantitatif dan data kualitatif sekaligus
dalam satu waktu, lalu memadukan keduanya untuk dapat memahami masalah penelitian
dengan lebih baik :
Tujuan penelitian metode campuran konkuren ini adalah untuk..:.. (sebutkan tujuan
penelitian berdasarkan konten). Dalam penelitian ini,.... (instrumen instrumen kuantitatif)
akan digunakan untuk mengukur hubungan antara (variabel bebas) dan
(variabel
ini adalah agar lebih memahami masalah penelitian tersebut dengan mengon vergensi data
kualitatif (berupa angka-angka) dan data kuantitatif (berupa pandangan-pandangan
deskriptif).
4. Contoh terakhir adalah penelitian metode campuran dengan strategi transfofiriatif.
Contoh ini ditulis berdasarkan penelitian konkuren, tetapi yang namanya proyek metode
campuran bisa saja menggunakan strategi konkuren (data kuantitatif dan data kualitatif
dikumpulkan dalam waktu bersamaan) ataupun strategi sekuensial (dua jenis data yang
dikumpulkan secara ber-tahap). Dikatakan strategi tranformatif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk membahas isu utama yang berhubungan dengan kelompokkelompok atau individu-individu yang ter-marjinalkan. Selain itu, hasil dari penelitian
semacam ini biasa-nya untuk mengadvojcasi kebutuhan-kebutuhan kelompok atau individu
tersebut sehingga dalam tujuan penelitiannya diserta-kan pula penjelasan mengenai
usaha/harapan transformasi (perubahan) dalam tujuan penelitian. Tujuan penelitian
metode campuran konkuren ini adalah untuk (sebutkan isu-isu yang perlu dibahas terkait
dengan kelompok atau individu-individu yang termarjinalkan). Dalam penelitian ini, .....
(instrumen-instrumen kuantitatif) akan digunakan untuk mengukur hubungan antara
(variabel- variabel bebas) dan (variabel-variabel terikat). Pada waktu bersamaan,
(fenomena utama) akan dieksplorasi juga dengan menggunakan (wawancara
atau observasi kualitatif) dengan/terhadap (para partisipan) di (lokasi penelitian). Alasan
dikombinasikannya data kuantitatif dan data kualitatif iri adalah untuk lebih memahami
masalah penelitian dengan cara mengonvergensi data kuantitatif (berupa angka-angka) dan
data
kualitatif
(berupa
pandangan-pandangan
rinci),dan
untuk
mengadvokasi
166
167
belajar di meja mereka masing-masing dan mernanfaatkannya untuk login secara langsung
ke dalam website-website yang direkomendasikan oleh instruktur. Tujuan penelitiannya
adalah sebagai berikut :
Tujuan penelitian metode campuran sekuensial ini adalah per-tama-tama untuk
mengeksplorasi dan membuat tema-tema utama tentang penggunaan laptop
iBook di kelas Metode Pendidikan Guru dengan melakukan observasi lapangan
dan wawancara langsung. Kemudian, dari tema-tema tersebut, dibuatlah
instrumen penelitian untuk menyurvei cara penggunaan laptop oleh para mahasiswa
dalam beberapa kondisi. Alasan digunakannya data kualitatif dan ddta kuantitatif
ini disebabkan survei terhadap.pengalaman mahasiswa dapat dilakukan dengan lebih
baik hanya jika eksplorasi terhadap cara penggunaan laptop oleh mahasiswa terlebih
dahulu diterapkan.
Tujuan penelitian di atas ditulis dengan judul "Tujuan." Tujuan penelitian tersebut
sudah menyebutkan jenis rancangan metode campuran yang digunakan (rancangan
sekuensial). Hal ini diperkuat karena di dalamnya berisi elemen-elemen dasar dari tahap
pertama ' (kualitatif) yang ditindaklanjuti oleh tahap kedua (kuantitatif). Tujuan penelitian di
atas juga menyertakan informasi mengenai dua strategi pengumpulan data dan diakhiri
dengan alasan digunakannya dua bentuk data dalam rancangan metode campuran
sekuensial.
Contoh 6.10 Tujuan Penelitian Metode Campuran
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman umum tentang bagaimana keadilan dan
kesetaraan gender dipersepsikan oleh perernpuan dan laki-laki Swedia. Tujuan karya tulis ini
adalah untuk rneneliti pentingnya pemanfaatan waktu, surnber daya-surnber daya individu,
keadilan distributif, dan ideologi gender bagi terbentuknya persepsi positif masyarakat Swedia
tentang kejadilan dan kesetaraan gender.
(Nordenmark & Nyman, 2003: 185)
Seperti yang sudah kita baca, kutipan di atas diawali dengan pernyataan tentang
maksud penelitian dan ditulis di akhir pen-dahuluan. Kutipan tersebut mengetengahkan
persoalan kesetaraan gender sebagai isu utama. Sebelum kutipan di atas, pembaca disajikan satu informasi bahwa orang-orang Swedia ternyata memiliki tujuan politis terkait
168
dengan kesetaraan gender ini, di mana "ke-seimbangan kerja dan kekuasaan antara pria
dan wanita seolah-olah dieliminasi" (Nordenmark & Nyman, 2003: 182). Para penulisnya
juga menunjukkan dua jenis data yang dikumpulkan (yaitu, survei dan wawancara), dan
setelah kutipan di atas, mereka juga menjelaskan mengapa dua jenis data ini digabungkan
(yaitu, untuk saling melengkapi satu sama lain). Artinya, penelitian metode campuran ini
dilaksanakan berdasarkan strategi konkuren. Selain itu, tujuan penelitian di atas juga sudah
menyebutkan variabel-variabel kuanti-tatif yang saling berhubungan dalam penelitian. Uniknya, di
bagian-bagian selanjutnya dalam artikel ini, pembaca akan mengetahui bahwa variabelvariabel ini ternyata ditulis dalam bentuk pertanya-an-pertanyaan kualitatif.
Meski demikian, para pen1 llisnya bisa saja lebih eksplisit dalam menjelaskan prosedurprosedur kuantitatif dan kualitatifnya, serta jenis strategi metode campuran yang digunakan.
Dalam kutipan di atas juga tidak disebutkan bagaimana penelitian ini akan turut mem-bantu
menciptakan kesetaraan gender di lingkungan masyarakat Swedia. Meski demikian, di bagian
akhir karya tulisnya, mereka sudah menegaskan bahwa tidak menu tup kemungkinan muncul
tujuan-tujuan, pemikiran-pemikiran, dan perilaku-perilaku yang saling kontradiktif yang
berimplikasi terhadap kesetaraan gender di Swedia, dan karena inilah mereka mengharapkan
adanya penelitian lanjutan terhadap keadilan dan kesetaraan gender dengan metode survei
skala-luas.
RINGKASAN
Bab ini menjelaskan pentingnya tujuan penelitian yang menjadi gagasan utama
dilakukannya suatu penelitian atau studi. Dalam menulis tujuan penelitian kualitatif, peneliti perlu
menegaskan feno-mena utama yang diteliti dan menyajikan definisi tentatif ten tang fenomena
tersebut. Selain itu, peneliti juga perlu menggunakan kata-kata tindakan seperti mengamati,
mengetribangkan, atau mernahami, menggunakan bahasa tidak langsung, dan memperjelas strategi
penelitian, para partisipan penelitian, dan lokasi penelitian.
Dalam tujuan penelitian kuantitatif, peneliti menegaskan teori yang akan diuji dan
variabel-variabel yang akan dihubungkan atau diperbandingkannya. Peneliti juga perlu
menempatkan variabel bebas di urutan pertama (bagian kiri) dan variabel terikat di urutan
kedua (bagian kanan). Selain itu, peneliti harus menyatakan secara jelas strategi penelitian yang
hendak diterapkan serta para partisipan dan lokasi penelitiannya. Dalam beberapa hal,
peneliti juga dapat mendefinisikan variabel-variabel kunci yang digunakan dalam
penelitian.
169
Dalam tujuan penelitian metode campuran, jenis strategi harus dinyatakan secara
jelas: apakah data penelitian dikumpulkan secara konkuren atau sekuensial, dan
alasan/rasionalisasi dignnakannya strategi tersebut. Selebihnya, karena ini penelitian
metode campuran maka beberapa elemen dalam tujuan penelitian kuantitatif dan kuali-tatif
juga harus disertakan.
Latihan Menulis
1.
LATIHAN MENULIS
satu saja tujuan penelitian. Seperti biasa, pastikan tulisan Anda singkat,
tidak lebih dari sepertiga halaman
3. Dengan merujuk pada beberapa contoh tujuan penelitian metode campuran,
tulislah satu saja tujuan penelitian. Pastikan Anda menyertakan alasan
dicampurnya data kuantitatif dan data kualitatif, selebihnya Anda bisa
menerapkan elemen-elemen kunci dalam tujuan penelitian kuantitatif dan
kualitatif
sebagaimana
yang
telah
dijelas-
kan sebelumnya.
BACAAN TAMBAHAN
Marshall, C, & Rossman, G.B. (2006). Designing Qualitative Research. Edisi keempat.
Thousand Oaks, CA: Sage.
Dalam buku ini, Catherine Marshall dan Gretchen Rossman membahas di antaranya
mengenai tujuan penelitian. Tujuan penelitian, menurut Marshall dan Rossman, lazimnya
disertai dengan pembahasan singkat mengenai topik penelitian dan sering kali ditulis dalam satu
atau dua kalimat. Tujuan penelitian menjelaskan kepada pembaca hasil-ttasil apa saja yang ingin
dicapai oleh peneliti. Peneliti harus menulis tujuan penelitian secara eksploratif, ekplanatoris,
deskriptif, dan emansipatoris. Peneliti juga perlu menyertakan unit analisis (seperti, individuindividu atau kelompok-kelompok) dalam tujuan penelitiannya.
Creswell, J.W., & Piano Clark, V.L. (2007). Designing and Conducting Mixed Methods Research.
Thousand Oaks, CA: Sage.
170
John W. Creswell dan Vicki L. Piano Clark menulis buku peng-antar tentang penelitian
metode campuran. Di dalamnya, mereka membahas proses-proses penelitian dengan metode
campuran; mulai dari menulis pendaehuhian, mengumpulkan data, menganalisis data, menafsirkan
data, serta menulis hasil penelitian. Mereka juga me-nyajikan empat cqntdh jenis penelitian
metode campuran serta panduan-panduan umum dalam menulis tujuan penelitian berdasar-kan
contoh-contph tersebut.
Wilkinson, AJNC (1991).; The Scientist's Handbook for Writing Papers andfiissertatkms.
Englewood Cliff, NJ: Prentice Hall.
Antoinette Wilkinson menyebut tujuan penelitian dengan istilah "sasaran langsung penelitian"
(immediate objective of the study). Dia menyatakanbahwa tujuan penelitian ditulis untuk menjawab
rumus-an masalah. Lebih lanjut, tujuan penelitian harus disajikan dalam bagian pendabAiluan,
meskipun tujuan ini bisa saja secara implisit dinyatakan di bagian mana pun. Jika ditulis secara
eksplisit, tujuan penelitian sbaiknya ditulis di bagian akhir pendahuluan saja, atau diletakkan
berdampingan atau di pertengahan pendahuluan, tergantung pada bagaimana bagian
pendahuluan itu disusun oleh peneliti.
171
BabTujuh
statistik).
Rumusan
masalah
untuk
penelitian
kualitatif
172
Ajukanlah satu atau dua pertanyaan utama (rumusan masalah) yang diikuti oleh lima
hingga tujuh subpertanyaan. Subpertanyaan-sub-pertanyaan ini harus sesuai dengan
rumusan masalah dan mem-peisempit fokus penelitian, tetapi tetap membuka
diri akan kemungkinan-kemungkinan lain. Miles dan Huberman (1994)
merekomendasikan agar peneliti menulis tidak lebih dari dua belas pertanyaan
penelitian kualitatif, baik itu pertanyaan utama (rumusan masalah) maupun
subpertanyaan-subpertanyaan.
Sebaliknya,
subpertanyaan-subpertanyaan
bisa
petunjuk-petunjuk
kerja
ketimbang
kebenaran-kebenaranyang
haruc
kecenderungan tertentu.
Awalilah rumusan masalah peneliticm Anda dengan kata-kata "apa" atau
"bagaimana" untuk meniinjukkan keterbukaan penelitian Anda. Kata bagaimana
sering kali menyiratkan bahwa penelitian tengah berusaha menjelaskan mengapa sesuatu
muncul. Kata ini memang menuntut adanya jawaban sebab-akibat yang lebih berhubungan
dengan penelitian kuantitatif. Hanya saja, dalam penelitian kuali-tatif, kata itu
(directional words),
seperti
"berdampak
pada,
"memengaruhi,"
penelitian
problematis
rancangan
bagi
grounded
theory).
individu-individu
kuantitatif,
di
mana
sepanjang penelitian.
174
Pendekatan
yang
rumusan
sudah
ini
mungkin
terbiasa
masalah
harus
saja
dengan
fixed
Gimakanlah rumusan masalah yang open-ended (terbuka), tanpa perlu merujuk pada
literatur atau teori tertentu, kecualijika ada strategi ' penelitian kualitatif yang
dan
lokasi
penelitian,
itu
pun
jika
sebelumnya
("cerita
tentang"
untuk
penelitian
(1996)
menggunakan
prosedur-prosedur
etnografi
uhtuk
mendokumentasikan kecenderungan membaca majalah-majalah remaja oleh siswa siswi kelas 1 SMP Amerika yang berekonomi kelas-menengah. Finders berusaha
mengeksplorasi bagaimana sis'wi-siswi tersebut memersepsi.dan mengkonstruksi peran
sosiaf dan pergaulan mereka saat mereka masuk ke SMP dengan cara meneliti
kecenderungan mereka dalam membaca majalah-majalah remaja. Finders meng- ajukan
satu rumusan masalah utama dalam penelitiannya:
Bagaimana para remaja putrj membaca buku-buku yang menyajikan realisme
fiksi?
(Rnders, 1996: 72)
Rumusan masalah Finders (1996) ini dimulai dengan kata bagaimana, menggunakaan
verba terbuka, membaca; fokus pada satu konsep utama, literatur atau majalah remaja; dan
menyebutkah para partisipannya, remaja-remaja putri, sebagai kelompok culture-sharing.
Perhatikan bagaimana Finders membuat rumusan masalah yang ringkas dan padat ini untuk
175
nantinya dijawab dalam penelitiannya. Rumusan masalahnya adalah pertanyaan luas yang
memungkinkan Finders menyingkap pola-pola aiau kecenderungan-kecenderungan siswi
SMP membaca majalah remaja.
memban-dingkan
kelompok-kelompok
(groups).
Para
pembimbing
biasanya
Variabel-variabel dalam rumusan masalah atau hipotesis biasanya hanya digunakan dengan
tiga pendekatan dasar. Pertama, peneliti membandingkan kelompok-kelompok dalam
variabel bebas untuk melihat dampaknya terhadap variabel terikat. Kedua,
penelitimenghubungkan satu atau beberapa variabel bebas dengan satu atau beberapa
variabel terikat. Ketiga, peneliti mendeskripsikan respons-respons terhadap variabel bebas,
variabel mediate, atau variabel terikat. Kebanyakan penelitian kuantitatif menggunakan
hal ini, akan dijelaskan kemudian). Pilihlah satu pola rumusan masalah atau hipotesis
berdasarkan tradisi atau rekomendasi dari pembimbing atau pihak fakultas, atau
berdasarkan ada tidaknya prediksi akan hasil penelitian dari penelitian-penelitian
sebelumnya.
Jika hipotesis yang digunakan, ada dua bentuk: hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Hipotesis nol merepresentasikan pendekatan tradisional: ia membuat suatu prediksi yang
menyatakan tidak ada satu pun hubungan atau perbedaan signifikan antara kelom-pokkelompok dalam variabel penelitian. Pernyataan untuk hipotesis nol bisa berupa: "Tidak
ada perbedaan (atau hubungan)" antara kelornpok-kelompok. Berikut ini, salah satu
contoh hipotesis nol
Contoh 7.4
Hipotesis Direksional
Mascarenhas
(1989)
meneliti
perbedaan
antara
jenis-jents
keperriilikan
Jenis lain dari hipotesis alternatif adalah hipotesis nondireksional: suatu prediksi dibuat,
namun bentuk perbedaan-perbedaannya (seperti, lebih besar, lebih lemah, lebih banyak,
kurang, dan se-bagainya) tidak secara eksak dirinci karena si peneliti tidak menge-tahui apa
yang diprediksikan dari literatur-literatur sebelumnya. Untuk itu, peneliti yang
menggunakan hipotesis ini kemungkinan akan menulis: "Ada perbedaan" antara dua
kelompok. Berikut ini, salah satu contoh yang menggabungkan dua jeni hipotesis
tersebut (direksional dan nondireksional).
Jika penelitian Anda menggunakan variabel-variabel demografis sebagai prediktorprediktornya, sebaiknya gunakanlah variabel-variabel nondemografis (seperti,
sikap atau perilaku) sebagai vaxiabel bebas dan terikatnya. Bahkan, variabelvariabel demografis (seperti, umur, tingkat pemasukan, level pendidikan, dan
sebagainya) bisa saja Anda gunakan sebagai variabel-variabel intervening (atau
180
pendidikan
orang
tua?
(Rumusan
masalah
inferensial
yang
Contoh di atas mengilustrasikan bagaimana menyusiin rumusan masalah secara deskriptif dan
inferensial dalam konteks hubungan antarvariabel. Peneliti bisa saja membandingkan kelompokkelompok dalam variabel. Hanya saja, dalam rumusan masalah inferensialnya, bahasa yang
digunakan mungkin akan sedikit berbeda. Anda juga bisa mengkreasikan sendiri rumusan
masalah deskriptif dan inferensial dengan cara membuat sebanyak mungkin rumusan masalah
yang
menghubungkan
variabel
bebas
dan
variabel
terikat.
Akan
tetapi,
saya
182
dirancang
khusus
untuk
penelitian
metode
campuran.Haliriidimaksudkari
untukmembentukmetode dan rancangan penelitian yang benar-benar sesuai dan utuh. Karena
penelitian metode campufan sering kali bertumpu pada salah salu dari dua desain penelitian yang
lain, yaitu kuantitatif atau kualitatif, maka kombinasi atas dua rancangan ini bisa jadi memberikan
infor-masi yang berguna dalam membuat rumusan masalah dan hipotesis metode campuran.
Dengan demikian, yang perlu dipikirkan adalah: seperti apa jenis-jenis rumusan masalah
yang seharusnya disajikan dan kapan serta informasi'apa saja yang paling dibutuhkan dalam
rumusan masalah untuk menunjukkan sifat penelitian metode campuran
Rumusan masalah (atau hipotesis), baik yang didasarkan pada rancangan kualitatif
maupun kuantitatif, harus sama-sama disajikan dalam penelitian metode campuran untuk
mempersempit dan memfokuskan tujuan penelitian. Rumusan masalah atau hipotesis ini
dapat diajukan diawal penelitian atau dibagian-bagian lain, tergantung tahap penelitian
apa yang didahulukan. Misalnya, jika penelitiannya diawali dengan tahap kuantitatif,
penelitisebaiknya memperkenalkan hipotesis terlebih dahulu. Nanti, dalam penelitian
tersebut, ketika tahap kualitatif sudah mulai di-bahas, barulah peneliti memunculkan
mengapa beberapa siswa menjadi nakal di sekolah?) (lihat Tashakkori & Creswell, 2007).
Pertimbangkan pula teknik-teknik lain yang berbeda: bahwa semua jenis rumusan
masalah (baik itu kuantitatif, kualitatif, maupun metode campuran) bisa saja ditulis
Teknik
penulisan
semacam
ini
menyisratkan
pentingnya dua tahap penelitian tersebut (kualitatif dan kuantitatif) serta kekuatan
kombinasi keduanya. Tidak mengherankan jika pendekatan semacam ini dianggap
sebagai pendekatan yang paling ideal.
3. Tulislah hanya rumusan masalah metode campuran yang mencerminkan prosedurprosedur atau isi (atau, tulislah rumusan masalah metode campuran berdasarkan
pendekatan
prosedurai
maupun
isi),
dan
jangan
menulis
rumusan
masalah kuantitatif dan kualitatif secara terpisah. Pendekatan ini dapat meningkatkan cara
pandang
pembaca
bahwa
penelitian
tersebut
memang
dimaksudkan
untuk
hipotesis dan rumusan masalah yang ditulis secara terpisah (antara kuantitatif dan kualitatif)
di masing-masing bagian pendahuluan tahap tersebut. Penelitian mi mengana'isis perbedaanperbedagn antara strategi instruksional SNIP (nontradisio-nal) dan strategi instruksional SLTP
(tradisional) bagi siswa-siswa kelas tujuh dan kelas delapan, juga prestasi-prestasi mereka dan
sikap-sikap me-eka terhadap ilmu pengetahuan. Penelitian mi dilaksanakan ketika banyak
sekolah berahh dan konsep dua-tahun SLTP menuju tiga-tahun SMP (yang mehputi kelas
enam). Dalam penelitian dua-tahap ini, tahap pertama (kuantitatif) melibatkan penilaian pretest dan post-test terhadap penlaku-perilaku dan prestasi-prestasi siswa dengan menggunakan
ska'a dan nilai ujian. Houtz kemudian me-ianjutkan hasil kuantitatif in 1 dengan wawancara
kualitatif bersama para guru ilmu sostal, kepala sekolah, dan konsultan-konsultan terkait. Tahap
kedua sni rrterqbantu menjelaskan perbedaan-perbedaan dan petsamaan-persamaan. antara Qua
strategi instruksional yang diper-ojefi'dan'tahap pertama tadi.
Dengan penelitian kuantitatif d; tahap pertama, Houtz (1995: 630) menulis hipotesishipotesisnya sebagai benkut:
PeneJitian mi didasarkan pada hipotesis bahwa tidak ada per-bedaan signifikan antara siswa di
SMP (nontradisional) dan siswa di SLTP (tradisional) dalam hal sikap-sikap mereka terhadap
ilmu pengetahuan sebagai maten pelajaran. Selain itu, dihipotesiskan pula bahwa tidak ada
perbedaan signifikan anta~a siswa di SMP dan siswa di SLTP dalam hal prestasi keilmuan
mereka
Hipotesis-hipotesis di atas muncul di bagian pendahuluan tahap kuantitatif Setelah itu,
dalam tahap kualitatif, Houtz memuncunculkan tiga rumusan masalah untuk mengeksplorasi
hasil-hasii Kuantitatif secara lebih mendalam. Rumusan masalah mi la jadikan sebagai bahan
pertanyaan untuk mewawancarai guru ilmu sosial, kepala sekolah dan para konsultan universitas.
Tiga rumusan masalah tersebut antara lain:
Apa saja perbedaan antare strategi instruksional SMP dan strategi instruksional SLTP ketika
sekolah ini berada dalam masa-masa transisi? Bagaimana masa-masa transisi ini memengaruhi
perilaku dan prestasi keilmuan siswa Anda? Bagaimana perasaan para guru tentang proses
yang berubah ini?
(Houtz, 1995: 649)
Dari penelitian metode campuran ini dapat kita lihat bahwa Houtz telah menyertakan
hipotesis kuantitatif dan rumusan masaiah kualitatif di awal setiap tahap peneiitiannya, dan ia
sudah menggunakan elemen-elemen yang tepat dalam menulis hipotesis dan rumusan
185
masaiah tersebut. Dari hipotesis dan rumusan masaiah ini; Houtz (1995) sebenarnya bisa
membuat sejenis rumusan masaiah metode campuran yang ia nyatakan berdasarkan
perspektif procedural:
Bagaimana interview dengan para guru, kepala sekolah, dan para konsultan universitas
dapat membantu menjelaskan perbedaan-perbedaan kuantitatif dalam hal prestasi siswasiswa SMP dan SLTP?
Jika tidak, rumusan masaiah metode campurannya dapat ditulis berdasarkan orientasi
isi, seperti berikut ini:
Bagaimana pemikiran-pemikiran yang diungkapkan oleh para guru dapat membantu
menjelaskan mengapa nilai siswa SMP lebih rendah ketimbang nilai siswa SLTP?
Contoh 7.9 Rumusan Masalah Metode campuran dalam Konteks Prosedur-prosedur
Campuran
Sejauh mana dan dalam hal apa wawancara kualitatif bersama para mahasiswa dan pihak
fakultas turut menciptakan pemahaman yang lebih komprehensif tentang hubungan antara
nilai SEEPT dan performa akademik siswa, meialui analisis metode campuran integratif?
(Lee & Greene, 2007)
Rumusan masalah ini merupakan rumusan masalah metode campuran yang fokus pada
tujuan dicampurnya dua tahap penelitian, yakni gabungan antara data kuantitatif dan wawancara
kualitatif untuk melihat hubungan antara nilai dan performa siswa. Rumusan masalah di atas juga
menekankan pada apakah penggabungan ini dapat membantu menciptakan pemahaman yang
komprehertsif tentang topik penelitian. Di akhir penelitiannya, Lee dan Greene telah menyajikan
petunjuk untuk menjawab pertanyaan ini.
RINGKASAN
Rumusan masalah dan hipotesis berperan sebagai "rambu-ranribu" bagi pembaca dan
untuk mempersempit tujuan penelitian. Para peneliti kualitatif seyogianya mengajukan
sedikitnya satu rumusan masalah utama danbeberapa subrumusari masalah. Mereka harus
mengawali rumusan masalahnya dengan kata-kala seperti bagaimana atau apakah dan
menggunakan verba-verba eksploratoris, seperti mengeksplorasi atau mendeskripsikan. Selain itu,
186
mereka harus menyajikan rumusan masalah yang umum dan luas yang memung-kinkan mereka
mengeksplorasi gagasan-gagasan partisipan. Mereka juga harus fokus pada satu fenomena utama
yang diteliti. Rumusan masalah dalam penelitian kualitatif juga harus menyebutkan partisipan
dan lokasi penelitian.
Sebaliknya, para peneliti kuantitatif bisa menulis rumusan masalah atau hipotesis saja. Kedua
bentuk
ini
harus
meliputi
variabel-variabel
yang
dideskripsikan.
dihubungkan,
dikategorisasikan ke dalam kelompok-kelompok perbandingan. Dua bentuk ini juga bisa meliputi
variabel bebas dan variabel terikat yang diukur secara ter-pisah. Dalam beberapa penelitian
kuantitatif, peneliti sering kali menggunakan rumusan masalah saja. Akan tetapi, untuk
keperluan formal, hipotesis tidak jarang disertakan pula. Hipctesis merupakan prediksi atas hasilhasil penelitian. Hipotesis ini dapat berupa hipotesis alternatif yang memerinci hasil eksak yang
diharapkan (lebih banyak atau lebih luas, lebih kuat atau lebih lemah, dan sebagainya) dan juga
dapat berupa hipotesis nol yang mengindikasikan tidak adanya perbedaan atau hubungan
signifikan antara kelornpok-kelompok dalam variabel terikat. Biasanya, peneliti menulis variabel
bebas di urutan pertama, kemudian diikuti oleh variabel terikat di urutan kedua. Salah satu
teknik penyusunan rumusan masalah dalam proposal kuantitatif adalah mengawalinya dengan
rumusan masalah deskriptif, kemudian diikuti oleh rumusan masalah infe-rensial yang
menghubungkan variabel-variabel atau membanding-kan kelompok-kelompok dalam variabel.
Bagi para peneliti metode campuran, saya merekomendasikan agar mereka membuat
rumusan masalah metode campuran secara terpisah dalam penelitian mereka. Rumusan masalah ini
dapat ditulis berdasarkan prosedur-prosedur atau isi penelitian, dan bisa diletak-kan dalam bagian
yang berbeda-beda. Rumusan masalah untuk metode oampuran setidaknya juga harus
menunjukkan pentingnya penggabungan atau pengombinasian elemen-elemen kuantitatif dan
kualitatif. Sejumlah teknik dapat diterapkan untuk menulis rumusan masalah dengan metode
campuran, antara lain: (1) menulis hanya rumusan masalah atau hipotesis kuantitatif (bukan
keduanya) dan rumusan masalah kualitatif; (2) menulis rumusan masalah atau hipotesis kuantitatif
dan rumusan masalah kualitatif yang diikuti oleh rumusan masalah metode campuran; atau (3)
menulis hanya rumusan masalah metode campuran saja.
Latihan Menulis
187
1. Untuk penelitian kualitatif, tulislah salah satu atau dua rumusan masalah utama yang
kemudian diikuti oleh lima hingga tujuh subrumusan masalah.
2. Untuk penelitian kuantitatif, tulisiah dua jenis rumusan masalah. Jenis rumusan
pertama ditulis secara deskriptif tentang variabel bebas dan variabel terikat dalam
penelitian. Jenis rumusan kedua ditulis secara inferensial yang menghubungkan
LATIHAN
(atau
MENULIS
disajikan dalam bab ini tentang pengombinasian rumusan masalah deskriptif dan
Tashakkori, A., & Creswell, J.W. (2007). "Exploring the Nature of Research Questions in
Mixed Methods Research." dalam Tim Editorial. Journal of Mixed Methods Research.
1(3). (him. 207-211).
Tim editorial jurnal ini membahas penulisan dan sifat rumusan masalah dalam
penelitian metode campuran. Jurnal ini menyoroti pentingnya rumusan masalah dalam
proses penelitian dan membahas perlunya peiriahaman yang baik untuk menulis
rumusan masalah metode campuran. Dalam jurnal ini pula, diajukan sebuah pertanyaan:
"Bagaimana seseorang merancang rumusan masalah dalam penelitian metode
campuran?" (him. 207). Tiga model kemudian disajikan: (1) menulis secara terpisah
rumusan masalah kuantitatif dan rumusan masalah kualitatif; (2) menulis satu rumusan
masalah untuk metode campuran yang dapat mewakili semuanya; dan (3) menulis
rumusan masalah untuk masing-masing tahap penelitian (kuantitatif dan kualitatif) ketika
penelitian tersebut tengah ditulis dan dilakukan.
Morse, J.M. (1994). "Designing Founded Qualitative Research." dalam N.K. Denzin & Y.
S. Lincoln (Ed.).- Handbook of Qualitative Research. Thousand Oaks, CA: Sage. (him.
220-235).
Janice Morse mengidentifikasi dan mendeskripsikan sejumlah persoalan dalam
merancang proyek kualitatif. Dia membandingkan beberapa strategi penelitian kualitatif
dan membuat kerangka atas jenis-jenis rumusan masalah yang digunakan dalam masingmasing strategi tersebut. Untuk penelitian fenomenologi dan etnografi, rumusan
masalahnya harus deskriptif dan mencerminkan usaha me-nyingkap makna. Untuk
penelitian grounded theory, rumusan masalahnya harus membahas suatu proses, sedangkan
dalam penelitian etnometodologi dan analisis wacana, rumusan masalahnya harus
berhubungan dengan interaksi verbal dan dialog. Morse juga me-ngatakan bahwa
rumusan masalah harus menegaskan fokus dan ruang lingkup penelitian
Tuckman, B.W. (1999). Conducting Educational Research. Edisi kelima. Fort Worth, TX:
Harcourt Brace.
Bruce Tuckman menyajikan satu bab tentang bagaimana caranya membuat
hipotesis-hipotesis. Dia mengidentifikasi asal mula hipotesis dalam teori deskriptif dan
observasi induktif. Tuckman lebih jauh mendefinisikan dan mengilustrasikan hipotesis
alternatif dan hipotesis nol serta mengajak pembaca merrahami bagaimana pro-sedurprosedur pengujian dua hipotesis ini
189
190
Bab Delapan
METODE-METODE KUANTITATIF
Bagi kebanyakan penulis proposal, bagian metode penelitian merupakan bagian
proposal yang paling konkret dan spesifik. Untuk itulah, bab ini ditulis untuk menyajikan
langkah-langkah penting dalam merancang metode-metode kuantitatif untuk proposal
penelitian, dengan berfokus pada rancangan metode survei dan eks-perimen. Dua
rancangan ini merefleksikan asumsi filosofis pospositivis, sebagaimana yang telah dibahas
dalam Bab 1. Salah satu asumsi fiiosofis pospositivis adalah determinisme. Kaum
determinis menegas-kan bahwa dalam metode survei dan eksperimen meneiiti
hubung-an antara variabel-variabel merupakan syarat utama untuk menjawab rumusan
masalah dan hipotesis sebuah penelitian. Daiam menganalisis hubungan antarvariabel,
yang secara ketat dilakukan melalui analisis statistik, peneliti melakukan pengukuran atau
observasi untuk menguji teori tertentu. Data objektif dihasilkan dari observasi dan
pengukuran empiris. Validitas dan reiiabilitas skor dalam instrumeri-instrumen pe nelitian
memandu peneliti untuk menginterpretasi data penelitian.
Dengan menjelaskan relasi antara asumsi-asumsi ini dan prosedur-prosedur untuk
menerapkan asumsi-asumsi tersebut, pembahasan dalam bab ini tidak secara komprehensif
menyajikan metode-metode penelitian kuantitatif (survei dan eksperimen). Ada banyak
sumber yang secara detail membahas penelitian survei (seperti, lihat Babbie, 1990,2007;
Fink, 2002; Salant & Dillman, 1994). Untuk prosedur-prosedur eksperimen, sejumlah buku
lama (seperti, Campbell & Stanley, 1963; Cook & Campbell, 1979) dan buku baru turut
memperluas pembahasan-pembahasan yang disajikan dalam buku ini (seperti, Bausell,
1994; Boruch, 1998; Field & Hole, 2003; Keppel, 1991; Lipsey, 1990; Reichardt & Mark,
1998). Dalam bab ini, fokus pembahasannya hanyalah pada komponen-komponen penting
yang harus disertakan oleh peneliti dalam bagian metode penelitian untuk proposal survei
dan eksperimen.
MENDEFINISIKAN RANCANGAN SURVEI DAN EKSPERIMEN
Dalam rancangan survei, peneliti mendeskripsikan secara kuantitatif (angka-angka)
kecenderungan-kecenderuiigan, perilaku-perilaku, atau opini-opini dari suatu populasi dengan
meneliti sampel populasi tersebut. Dari sampel ini, peneliti melakukan generalisasi atau
membuat klaim-klaim tentang populasi itu. Dalam rancangan eksperimen, peneliti juga
191
mengidentifikasi sampel dan melakukan generalisasi populasi. Akan telapi, tujuan utama rancangan
eksperimen adalah untuk menguji dampak suatu treatment (atau suatu intervensi) terhadap hasil
penelitian,. yang dikontrol oleh faktor-faktor lain yang dimungkinkan juga memengaruhi
hasil tersebut. Misalnya, dalam rancangan eksperimen yang melibatkan kelompok kontrol, peneliti
secara acak membagi (random assignment) individu-individu ke dalam kelompok-kelompok. Ketika
satu kelompok menerima suatu treatment (kelompok eksperimen, penj.) dan kelompok lain
(kelompok kontrol, penj.) tidak, peneliti eksperimen dapat memilah-milah mana yang termasuk
treatment dan mana yang merupakan faktor-faktor lain namun turut memengaruhi outcome
penelitian.
KOMPONEN-KOMPONEN RANCANGAN METODE SURVEI
Untuk menulis bagian metcde survei dalam proposal penelitian, peneliti sebaiknya mengikuti
format standar. Ada banyak sekali contoh format ini, seperti dalam jurnal-jurnal akademik, dan
contoh-contoh ini pun sering menampilkan model-model yang patut diper-timbangkan. Berikut
ini, akan disajikan sejumlah komponen yang sudah biasa muncul dalam penelitian survei. Akan
tetapi, sebelum berencana untuk memasukkan komponen-komponen ini ke dalamproposal,
192
salah satu buku/literatur yang membahas metode survei (beberapa buku tersebut
sudah saya tunjukkan dalam bab ini).
Tunjukkan mengapa survei lebih dipilih sebagai jenis prosedur pengumpulan
data dalam penelitian tersebut. Untuk rasionalisasi ini, pikirkanlah keunggulankeunggulan rancangan survei, seperti keekonomisan rancangan ini dan kecepatan
dalam menyajikan data penelitian. Jangan lupa untuk membahas keuntungan-keuntungan mengidentifikasi sifat-sifat suatu populasi berdasarkan sekelompok kecil
individu (sampel) (Babbie, 1990; Fowler, 2002).
Pertegas apakah survei yang Anda tetapkan adalah survei lintas- bagian {crosssectional survey) dengan mengumpulkan data satu per satu dalam satu waktu, atau
survei longitudinal (longitudinal survey) dengan mengumpulkan data secara
kumulatif sepanjang waktu.
Rincilah strategi pengumpulan data. Fink {2002) menunjukkan empat strategi
pengumpulan data, antara lain: (1) kuesioner yang disusun sendiri (self-administered
questionnaires); (2) wawancara (interviews); (3) review catatan terstruktur (structured
record review) untuk mengumpulkan informasi finansial, medis, atau sekolah; dan
(4) observasi terstruktur (structured observation). Pengumpulan data juga bisa
dilakukan dengan menerapkan survei berbasis website atau internet dan
mengolahnya secara online (Nesbary, 2000; Sue & Ritter, 2007). Seperti apa pun data
dikumpulkan, yang jelas, peneliti harus tetap rnenyajikan alasan/rasionalisasi digunakannya prosedur pengumpulan data tersebut dengan argumen-tasi-argumentasi
yang didasarkan pada kekuatan dan kelemahannya, biaya (cost), ketersediaan data,
dan kemudahan.
Populasi dan Sampel
Tenrukaniah karakteristik-karakteristik populasi dan prosedur sampling. Ada banyak
pakar metodologi yang telah menulis buku-buku tentang logika dasar teori sampling
(seperti, Babbie, 1990,2007). Berikut ini, aspek-aspek penting populasi dan sampel yang
dapat dideskripsikan dalam proposal penelitian:
Apakah:
Analisis return (hasil/keuntungan)?
Analisis bias respons (check for response bias)?
Analisis deskriptif?
Memasukkan item-item ke dalam skala-skala?
Anaiisis reliabilitas skala-skaia?
Menerapkan statistik inferensiai untuk menjawab rurriusan masalah?
Bagaimana hasil-hasil ini diinterpretasikan?
194
(kelompok-kelompok
atau
organisasi-organisasi),
lalu
mengidentifikasi nama-nama individu dalam setiap kluster, baru kemudian mensampling individu-individu tersebut.
strati-fikasi
secara acak (random numbers table), sebuah tabel yang banyak dibahas dalam
buku-buku panduan statistik (seperti, Gravetter & Wallnau, 2000).
Tunjukkan juga angka setiap individu yang di-sampling dan jelaskan prosedurprosedur yang Anda gunakan untuk mengalkulasi angka-angka ini. Dalam
peneiitian survei, saya merekomendasikan agar peneliti menggunakan formula
besaran sampel (sample size formula) yang banyak dibahas dalam buku-buku
peneiitian survei (seperti, lihat Babbie, 1990; Fowler, 2002).
Instrumentasi
Sebagai populasi dan sampel, peneliti juga perlu menyajikan informasi detail
mengenai instrumen-Lnstrumen survei yang akan digunakan dalam peneiitian yang
diajukan. Pertimbangkan larigkah-langkah berikut:
pada para partisipan untuk diisi. Setelah itu, SurveyMonkey akan memberi-kan
hasil dan laporan balik kepada peneliti dalam bentuk statistik deskripuf, atau dalam
wujud informasi grafik. Hasil-hasil ini dapat diunduh ke dalam spreadsheet atau
196
database untuk kemudian dianalisis lebih lanjut. Perangkat ini gratis jika
digunakan untuk 100 resporis per survei, dan tidak lebih dari 10 pertanyaan per
survei. Jika peneliti menginginkan respons-respons tambahan, pertanyaanpertanyaan yang lebih banyak, dan beberapa custom feature yang lain,
SurveyMonkey membebankan biaya bulanan atau tahunan kepada si peneliti.
Ketika menggunakan instrumen yang memang sudah ada, deskripsikanlah
validitas dan reliabilitas skor-skor yang diperoleh dari penggunaan instrumen
tersebut sebelumnya. Hal ini berarti. mengharuskan peneliti untuk membangun
validitas atas instrumen tersebut adakah peneliti dapat menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan/dugaan-dugaan penting dan berguna dari skor-skor yang
diperoleh dari instrumen ini. Tiga bentuk validitas yang harus dicari adalah: (1)
content validity (apakah item-item yang dianalisis benar-benar sesuai konten yang
terdapat dalam item-item tersebut?); (2) predictive validity (apakah skor-skor yang
diperoleh sudah memprediksi kriteria-kriteria yang diukur? Apakah hasil-hasilnya
berkorelasi dengan hasil-hasil yang lain?); dan (3) construct validity (apakah itemitem yang dianalisis sudah sesuai dengan konstruksi-konstruksi atau konsepkonsep hipotesis?). Dalam penelitian baru-baru ini, construct validity juga
meliputi pertanyaan dasar tentang apakah skor-skor yang dihasilkan me-miliki
tujuan yang berguna dan dampak-dampak yang positif ketika dipraktikkan dalam
kehidupan nyata (Humbley & Zumbo, 1996). Dengan mendeteksi validitas skor
dalam penelitian survei, peneliti dapat mengetahui apakah instrumen yang
digunakan benar-benar sudah tepat untuk penelitian surveinya. Konsep
validitas (validity) dalam penelitian survei ini tentu saja berbeda dengan identifikasi
ancaman-ancaman terhadap validitas (threats to validity) dalam paielitian eksperimen
(mengenai hal ini, akan di-jelaskan lebih lanjut).
Lebih dari itu, jelaskan pula apakah skor-skor yang dihasilkan dari penggunaan
instrumen sebelumnya sudah mencerminkan adanya reliabilitas atau tidak. Untuk
mengetahui hal ini, peneliti harus mencari laporan mengenai konsistensi internal
(apakah respons dari setiap item sudah konsisten dengan konstruk- konstruk
yang dibuat?) dan korelasi test-retest (apakah skor-skor yang dihasilkan selalu stabil
meskipun instrumennya digunakan pada lain waktu?) dalam penggunaan
instrumen tersebut sebelumnya. Selain itu, pastikan juga apakah ada konsistensi
197
Jelaskan rencana-rencana Anda untuk melakukan uji coba surveidi lapangan (pilot
testing) dan sajikan pula alasan/rasionalisasi atas rencana ini. Pilot testing ini
penting untuk membangun validitas konten dari suatu instrumen dan untuk
memperbaiki pertanyaan-pertanyaan, format, atau skala-skala yang mungkin
tidak sesuai ketika diterapkan. Sebutkan juga jumlah orang-orang yang akan menguji
coba instrumen tersebut. Jangan lupa untuk menyertakan pendapat-pendapat
anggota sampel 4 hingga 8 hari setelah pengiriman mail sebelumnya. Mail yang
dikirimkan pada tahap keempat, yang biasanya ditujukan untuk anggota
nonresponden, berisi surat pengantar pribadi lengkap dengan tanda tangan
tertulis, kuesioner, danamplop plus perangko pengembalian. Peneliti mengirimkan
mail keempat ini tiga minggu setelah mail kedua dikirimkan. Jadi, total
secara keseluruhan, peneliti menyelesaikan periode administrasi/ pengaturan ini
selama kurang lebih empat minggu (sebulan), bisa jadi dengan proyek tindak
lanjutnya.
Variabel-Variabel dalam Penelitian
Meskipun pembaca proposal sudah mengetahui informasi mengenai variabelvariabel dalam tujuan penelitian, rumusan masa-lah, atau hipotesis, peneliti tetap perlu
memasukkannya dalam bagian metode penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk
menghubung kan variabel-variabel tersebut dengan rumusan masalah atau hipo-tesis dan
instrumen penelitian. Salah satu tekniknya adalah dengan menghubungkan variabelvariabel, rumusan masalah atau hipotesis, dan item-item survei agar pembaca mudah
mengidentifikasi bagaimana item-item tersebut digunakan. Untuk itu, buatlah sebuah tabel
dan penjelasan khusus tentang variabel-variabel, rumusan masalah, hipotesis, dan item-item
tersebut. Teknik ini khususnya berguna bagi para peneliti yang menggunakan model-model
berskala luas untuk penelitian disertasinya. Di bawah ini adalah tabel 8.2 yang menggunakan data hipotesis.
Analisis Data dan Interpretasi
Tabel 8.2 Variabel-variabel, Rumusan Masalah dan item-item Survei
Nama Variabel
Variabelbebasi:
Rumusan Masaiah
Item-Item dalam Survei
Rumusan masalah deskriptif 1: Lihat rumusan masalah 11, 12, 13, 14,
Penelitian
Seberapa
sebelumnya
banyak
penelitian 3:Ada berapa hibah yang di- Hibah dari yayasan, lembaga swasta,
199
yang didanai
Variabel
berencana
untuk
mengembangkan
200
sendiri
instrumen
tersebut
(dengan
sifat
rumusan
masalah
(apakah
menghubungkan
variabel-variabel
atau
membandingkan beberapa kelompok dalam variabel), jumlah variabel bebas dan variabel
terikat, serta jumlah variabel kontrol (lihat, misalnya, Rudestam & Newton, 2007). Lebih
jauh, pertimbangkan apakah variabel-variabel ini akan diukur ber-dasarkan suatu
instrumen sebagai skor berkelanjutan/continuous score (seperti, umur dari 18 hingga 36)
atau sebagai skor katagoris/ categorical score (seperti, perempuan = 1, laki-laki = 1). Selain itu,
pertimbangkan pula apakah skor-skor ini akan didistribusikan secara normal (normal
distribution) dalam kurva berbentuk bel (bell-shaped curve) atau tidak didistribusikan secara
normal (non-normal distribution). Ada banyak cara untuk mengetahui apakah skor-skor ini
didistribusikan secara normal ataukah tidak (Lih. Creswell, 2008). Faktor-faktor ini, dalam
kombinasinya, akan memudahkan peneliti untuk menentukan apakah tes statistik akan
cocok untuk menjawab rumusan masalah atau hipotesis. Dalam Tabel 8.3, saya
menunjukkan bagaimana faktor-faktor ini bisa menuntun peneliti untuk memilih
sejumlah tes statistik yang biasa digunakan. Untuk mendapatkan jenis tes statistik yang
lain, peneliti bisa merujuk pada buku metode statistik, seperti buku yang ditulis Gravetter
dan Wallnau (2000).
Langkah 6. Langkah terakhir dalam proses analisis data adalah menyajikan hasil
survei dalam bentuk tabel atau gambar, kemudian menginterpretasikan hasil tes statistik.
Interpretasi terhadap hasil berarti bahwa seorang peneliti membuat suatu kesimpulan
dari rumusan masalah dan hipotesis yang sudah dianalisis. Interpretasi ini melibatkan
beberapa langkah khusus
201
Jumlah
Variabel
Bebas
1
Jumlah
Variabel
Terikat
1
1 atau
lebih
1 atau
lebih
1
Gabungan antar
kelompok
Menghubungkan
variabel-variabel
Menghubungkan
variabel-variabel
Menghubungkan
variabel-variabel
2 atau
lebih
i
1 atau
lebih
Petbandngan
kelompok
Peibandngan
kelompok
Perbandingan
kelompok
Petbandingan
kelompok
Jumlah
Variabel
Control
0
Jenis Skor
Distribusi
Tes
Variabel
Skor
Statisik
Bebas/Terikat
Kategorial/
Normal
l-tes
berkelanjutan
Kategorial/
Normal Analisis
berkelanjutan
varian
Kategorial/
Normal Analisis
berkelanjutan
kovarian
Kategorial/
NonTes
berkelanjutan
normal
MannWhitney
U
Kategorial/
NonChiberkelanjutan
normal
square
Kategorial/
Normal Korelasi
berkelanjutan
product
moment
Pearson
Kategorial/
Normal
Regresi
berkelanjutan
berganda
Kategorial/
NonKorelasi
berkelanjutan
normal
rankorder
Spearman
Laporan apakah hasil hasil tes statistic yang diperoleh signifikan atau tidak secara
statistic, seperti analisis varian secara statistic menunjukan adanya perbedaan signifikan
antara wanita dan pria dalam hal sikap sikap mereka terhaap larangan merokok di
restoran F (2:6) = 8,55, p =.001.
Laporan bagaimana hasil hasil ini menjawab rumusan masalah atau hipotesis penelitian.
Apakah hasil hasil tersebut mendukung hipotesis ataukah kontradiktif dengan yang
diharapkan?
Tunjukan pula kemungkinan menjelaskan mengapa hasil hasil tersebut bias muncul
seperti itu. Untuk menjelaskan ini, anda dapat merujuk kembali pada teori yang anda
gunakan dalam penelitian (lihat bab 3), literature literature sebelumnya yang membahas
hal ini (lihat bab 2), atau alasan/rasionalisasi lain yang logis.
202
Jelaskan juga kemungkinan hasil ini dipraktikkan di lapangan atau untuk penelitian
penelitian sebelumnya.
KOMPONEN KOMPONEN DALAM METODE PENELITIAN EKSPERIMEN
Metode penelitian eksperimen pada umumnya menggunakan format standar yang
melibatkan komponen komponen sebagai berikut : partisipan, materi, prosedur, dan ukuran
(besaran). Pada sub bab kali ini, saya akan membahas komponen komponen tersebut dan
menyajikan informasi seputar rancangan eksperimen dan analisis statistic. Sebagaiman
pembahasan mengenai peneleitian survey sebelumnya, pembahasan mengenai penelitian
eksperimen ini juga dimaksudkan untuk menonjolkan beberapa komponen kunci di
dalamnya. Untuk mengetahui petunjuk detail atas komponen komponen ini, cobalah untuk
menjawab pertanyaan pertanyaan dalam checklist table 8.4
Contoh 8.1. Bagian Metode Survey
Berikut ini adalah salah satu contoh tulisan bagian metode survey yang didasarkan
pada langkah langkah yang telah dijelaskan sebelumnya. Tulisan ini (yang diperoleh atas
izin penulis) dikutip dari salah satu artikel jurnal yang melaporkan penelitian tentang factor
factor yang mempengaruhi atrisi (berkurangnya jumlah) mahasiswa di salah satu
universitas seni liberal (bean & creswell, 1980 : 32 1 322).
Metodologi
Penelitian ini memilih lokasi disalah satu universitas seni liberal yang kecil (tingkat
pendaftaran 1.000 orang), religious, dan koendukatif, di kota Midwestern dengan populasi
175.000 orang. (disini, penulis mengidentifikasi lokasi dan populasi penelitian)
Rating dropout pada tahun sebelumnya adalah 25 %. Rating Dropuot yang paling sering
terjadi adlah pada mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua maka dibuatlah kuisioner
kuisioner untuk didistribusikan kepada sebanyak mungkin mahasiswa tahun pertama dan
tahun kedua di universitas tersebut. Sejumlah penelitian yang membahas atrisi atau
menurunnya jumlah mahasiswa bahwa dropoutnya mahasiswa ini, baik laki laki maupun
perempuan ternyata dilatari oleh banyak alasan (Bean, 1978; Spady, 1971). Maka dari itu,
hanya mahasiswa saja yang akan dianalisis dalam penelitian ini.
Selama April, 1979, sebanyak 169 mahasiswi mengembalikan kuisioner. Dari 169
mahasiswi ini, diantaranya berumur 25 tahun, tidak menikah, warga Negara AS, dan kulit
putih; dipilih sebagai objek analisis dengan mengecualikan beberapa variabel yang
kemungkinan mengacaukan sampel ini (Kerlinger, 1973).
203
Partisipan
Pembaca perlu mengetahui cara pemilihan (sampling). Penugasan (assignment), dan
jumlah partisipan yang terlibat dalam suatu eksperimen. Perhatikanlah beberapa hal berikut
ini saat menulis metode eksperimen.
204
205
Tabel 8.4. :
_________
_________
_________
_________
_________
_________
_________
_________
_________
_________
_________
_________
_________
_________
_________
Seorang peneliti bisa saja memutuskan untuk tidak melakukan pemasangan seperti
diatas sebab hal ini bisa menyedot banyak biaya maupun waktu (Salkind, 1990) serta
rentan menimbulkan adanya kelompok yang tidak bisa dibandingkan, misalnya jika ada
partisipan yang tidak mau ditreatment (Rosenthal & Roshnow, 1991). Prosedur lain untuk
mengontrol proses eksperimen adalah dengan menggunakan covarian (seperti, skor skro
pres-tes) sebagai variabel moderating dan mengontrol pengaruh dari skor skor ini secara
statistic, memilih sampel sampel yang homogen, atau mem-block beberapa partisipan
dalam subkelompok atau kategori tertentu, kemudian menganalisis pengaruh dari masing
masing subkelompok ini terhadap hasil penelitian (Creswell, 2008)
206
Tunjukkan kepada pembaca jumlah partisipan dalam setiap kelompok dan jelaskan
prosedur prosedur sistematik dalam menentukan besaran setiap kelompok. Untuk
penelitian eksperimen, penelitian seyogianya menggunakan analisis kekuatan (power
analysis) (lipsey, 1990) untuk mengidentifikasi besaran sampel yang sesuai untuk
kelompok kelompok tersebut. Kalkulasinya harus melibatkan beberapa hal berikut.
1. Pertimbangan level signifikasi statistic untuk eksperimen ini (alpha)
2. Jumlah kekuatan yang diinginkan biasanya disajikan dalam bentuk kuat (high),
sedang (medium), lemah (low) dalam pengujian statistic terhadap hipotesis nol
ketika hipotesis ini, sebenarnya, gagal.
3. Besaran efek, perbedaan perbedaan yang diinginkan dalam jumlah rata rata
antara kelompok control dan kelompok eksperimen yang dinyatakan dalam unit
unit deviasi standar.
Susunlah nilai nilai untuk tiga factor ini (seperti, alpha = .05, kekuatan = .80, dan
besaran efek = .50) dan perlihatkanlah dalam sebuah tabel besaran, besaran yang
dibutuhkan untuk setiap kelompok ini (lihat Cohen, 1977; Lipsey, 1990). Dalam hal
ini, rencanakanlah sebuah eksperimentasi supaya besaran setiap kelompok yang ditretment memberikan sensitivitas yang paling tinggi : bahwa pengaruh yang
diinginkan terhadap outcome penelitian bisa tercapai dalam manipulasi eksperimental
ini.
Variabel Variabel
Dalam penelitian eksperimen, variabel variabel harus dirinci agar pembaca bisa
melihat dengan jelas kelompok kelompok apa yang akan dieksperimentasi dan outcome
outcome apa saja yang ingin diukur. Berikut ini adalah beberapa saran bagaimana
mengembangkan gagasan terkati dengan variabel variabel dalam proposal penelitian:
Tunjukkanlah secara jelas variabel variabel bebas yang anda gunakan dalam
penelitian tersebut (ingat kembali pembahasan mengenai variabel dalam bab 3). Satu
variabel harus menjadi treatment variabel. Satu atau beberapa harus meminta
treatment dari peneliti. Variabel variabel bebas yang lain bisa saja menjadi
measured variabel yang didalamnya tidak ada manipuasi yang dilakukan (seperti,
sikap atau karakteristik pribadi pada partisipan). Variabel variabel bebas lain bisa
menjadi variabel control atau dapat dikontrol secara statistic, seperti demografi
(gender atau usia). Intinya, bagian metode penelitian dalam proposal eksperimen
harus memerinci dan menunjukkan secara jelas semua variabel bebas ini.
Tunjukan pula variabel (variabel) terikat (misalnya, outcome) yang anda gunakan
dalam penelitian eksperimen. Variabel terikat merupakan variabel respons atau
207
variabel criteria yang diasumsikan mendapat pengaruh dari variabel bebas. Rosenthal
dan Rosnow (1991) menyajikan tiga ukuran outcome prototipik dalam variabel
terikat, yaitu : arah perubahan, kuantitas perubahan, dan kemudahan perubahan, yang
diperoleh dari partisipan (misalnya, seorang partisipan memberikan respon yang tepat
ketika ditreatmen dalam rancangan eksperimen single-subjet).
Instrumentasi dan Materi
Selama penelitian eksperimen, khususnya pada tahap pres-test atau post-test (atau
keduanya), penelitia biasanya melakukan observasi dan pengukuran dengan menggunakan
instrument instrument yang tersedia. Nah, dalam proposal penelitian, peneliti perlu
membahas instrument instrument ini, cara perancangannya, item itemnya, skala
skalanya, dan laporan reliabilitas dan validitas skornya. Peneliti juga perlu melaporkan,
materi materi yang akan digunakan selama proses eksperimentasinya (seperti, program
program, atau kegiatan kegiatan tertentu yang diberikan pada kelompok eksperimental).
Deskripsikan pula instrument instrument yang di isi / diselesaikan partisipan
(biasanya, instrument instrument ini diselesaikan sebelum eksperimen tersebut
dilakukan atau bahkan di akhir eksperimen). Tunjukkan pula validitas dan reliabiitas
skor atas instrument tersebut, individu individu yang mengembangkannya, dan izin
izin untuk menggunakannya.
Jelaskan secara menyeluruh materi materi yang akan dimanfaatkan selama proses
eksperimentasi. Satu kelompok, misalnya berpartisipasi dalam rencana pembelajaran
berbasis IT yang disampaikan seorang guru di ruang kelas. Rencana ini dapat meliputi
handout, mata pelajaran, dan isntruksi tertulis khusus unutk membantu siswa dalam
kelompok eksperimen ini, belajar mata pelajaran dengan computer. Tes lapangan atas
materi materi semacam ini harus dijelaskan. Bahkan, jika dibutuhkan, peneliti juga
perlu menjelaskan training training lain yang mungkin dibutuhkan untuk mengelola
materi materi tersebut. Tujuan tes lapangan ini adalah untuk memastikan bahwa
materi materi penelitian bisa dikelola dengan baik tanpa varibilitas dalam kelompok
eksperimen.
Selain instrument dari materi penelitian, peneliti juga perlu menjelaskan dalam
proposalnya prosedur prosedur khusus yang digunakan selama proses eksperimentasi.
Penjelasan ini bisa meliputi pembahasan mengenai jenis rancangan eksperimentasi, alasan
alasan digunakannya rancangan tersebut, dan model visual untuk membantu pembaca
memahami prosedur prosedurnya.
Tunjukanlah jenis rancangan eksperimentasi yang akan anda gunakan dalam penelitian.
Jenis jenis rancangan eksperimentasi bisa meliputi rancangan pra-eksperimen (preexperimental design), eksperimentasi yang sebenarnya (true experiment), kuasi
eksperimen (quasi experiment) dan rancangan subjek tunggal (single subject design).
Dalam rancangan pre experimental, peneliti mengatai satu kelompok utama dan
melakukan intervensi di dalamnya sepanjang penelitian. Dalam rancangan ini, tidak ada
kelompok control untuk diperbandingkan dengan kelompok eksperimen. Dalam quasiexperiment, peneliti menggunakan kelompok control dan kelompok eksperimen, namun
tidak secara acak memasukkan (no random assignment) para partisipan ke dalam dua
kelompok tersebut (misalnya, mereka bisa saja berada dalam satu kelompok utuh yang
tidak dapat dibagi bagi lagi) dalam true experiment, peneliti mulai memasukkan secara
acak para partisipan dalam kelompok kelompok yang akan diproses. Adapun rancangan
single-subject atau yang dikenal dengan rancangan N of 1. Mengharuskan peneliti untuk
mengobeservasi perilaku satu individu utama (atau sejumlah kecil individu) sepanjang
penelitian.
Tunjukkan pula apa yang ingin dikomparasikan. Dalam kebanyakan penelitian
eksperimen, yang salah satunya dikenal dengan rancangan subjek antara (between
subject design), peneliti membandingkan dua atau lebih kelompok (Keppel, 1991;
Rosenthal & Rosnow, 1991). Misalnya, rancangan factorial (factorial design) salah satu
varian dalam between subject design mengharuskan peneliti untuk menggunakan dua atau
lebih variabel treatment untuk menguji pengaruh pengaruh simultan variabel variabel
ini terhadap hasil penelitian (Vogt, 1999). Rancangan penelitian ini mengeksplorasi
pengaruh pengaruh setiap treatment secara terpisah dan juga pengaruh pengaruh
variabel yang digunakan di dalamnya sehingga peneliti dapat memperoleh pandangan
yang multidimensional dan lebih kaya (Keppel, 1991).
Dalam penelitian eksperimen lain, yang dikenal dengan rancangan kelompok dari dalam
(within group design), peneliti menguji hanya satu kelompok treatment saja. Misalnyal,
dalam rancangan ukuran terulang (repeated measure design), sejenis varian dalam within
group desing, para partisipan dikelompokkan dalam treatmen yang berbeda beda pada
209
waktu yang berbeda beda pula selama penelitian. Praktik lain dari within group design
adalah meneliti perilaku seorang individu sepanjang waktu, yang didalamnya peneliti
menyajikan dan memberikan treatment terhadap individu tersebut pada waktu yang
berbeda beda, untuk mengetahui dampaknya.
Sajikanlah diagram atau gambar yang dapat menghasilkan rancangan penelitian yang
anda gunakan. System notasi standar juga perlu diterapkan dalam gambar/diagram ini.
Rekomendasi saya, gunakanlah system notasi klasik yang pernah disampaikan oleh
Campbell dan Stanley (1963 : 6).
1. X merepresentasikan satu kelompok dalam peristiwa atau variabel eksperimental
tertentu; efek efek dari variabel tersebut.
2. O mempresentasikan proses observasi atau pengukuran dengan instrument penelitian
3. X dan O yang berada dalam satu lajur mempresentasikan kelompok (X) dan observasi
(O) yang di aplikasikan dalam lajur yang sama, atau disejajarkan secara vertical,
bersifat simultan.
4. Simbol matra dari kiri ke kanan merepresentasikan pelaksanaan prosedur prosedur
treatment secara temporal (terkadang disimbolkan dengan anak panah)
5. Simbol R merepresentasikan penempatan acak (random assignment).
6. Pemisahan lajur lajur yang sejajar oleh garis horizontal merepresentasikan bahwa
kelompok kelompok yang diperbandingkan tidak ditempatkan secara acak (no
random assignment). Tidak adanya garis antara kelompok kelompok menunjukkan
bahwa individu individu di dalamnnya ditempatkan secara acak (random assignment)
ke dalam kelompok kelompok yang akan di treatment (treatment groups).
Contoh contoh berikut ini mengilustrasikan bagaimana notasi di atas digunakan untuk
mengindentifikasi rancangan pre experimental, quasi experimental, true experimental,
dan single subject.
Ancaman Ancaman terhadap Validitas
Ada sejumlah ancaman terhadap validias yang sering kali membuat orang
mempertanyakan hasil / outcome yang disimpulkan oleh peneliti : apakah hasil tersebut
dipengaruhi oleh factor factor utama, atau justru ada intervensi peneliti didalamnya. Untuk
itu, peneliti harus mengidentifikasi beberapa hal yang berpotensi mengancam validitas dan
eksperimentasinya.
Setelah
berhasil
diidentifikasi,
peneliti
harus
merancang
dan
mengantisipasi sedemikian rupa agar ancaman ancaman ini tidak lagi muncul atau
setidaknya dapat diminimaliasasi. Ada dua jenis ancaman terhadap validitas : ancaman dalam
(internal threats) dan ancaman luar (external threats).
210
Contoh 8.3
Rancangan Kelompok control (Pra Tes dan Pos Tes) Nonekuivalen (nonequivalent
(Pre test and Post test)Control Group Design)
Dalam rancangan ini, kelompok eksperimen (A) dan kelompok control (B) diseleksi tanpa
prosedur penempatan acak (without random assignment) pada dua kelompok tersebut,
sama sama dilakukan pre test dan post test. Hanya kelompok eksperimen (A) saja
yang di treatment.
Kelompok A O ------------X---------- O
-----------------------------------------------Kelompok B O ------------------------ O
Rancangan Serangakain waktu yang diputus oleh satu kelompok (Single Group
Interupted Time-Series Design)
Dalam rancangan ini, peneliti melakukan pengukuran pada satu kelompok, baik sebelum
maupaun sesudah treatment.
Kelompok A OOOOXOOOO
Rancangan serangkaian waktu yang diputus oleh kelompok control (control group
Interrupted Time Series Design)
Rancangan ini merupakan modifikasi dari rancangan single group sebelumnya. Dalam
rancangan ini, dua kelompok partisipan (A dan B), yang dipilih tanpa random assignment,
diobeservasi sepanjang waktu. Meski demikian, dari dua kelompok tersebut, hanya satu
kelompok saja yang di treatment, yaitu kelompok A.
212
Kelompok A OOOOXOOOO
----------------------------------------------------------------Kelompok B OOOOOOOOO
Contoh 8.4
Rancangan Pra Tes Pos Tes pada kelompok control (Pre Test Pos Test Control
Group Design)
Rancangan ini merupakan rancangan klasik dan tradisional yang menerapkan prosedur
random assignment (R) pada para partisipan untuk ditempatkan ke dalam dua kelompok
(A) dan (B). Peneliti menerapkan pre test dan pos test pada dua kelompok ini. Meski
demikian. Yang di treatment hanya kelompok eksperimen (A) saja.
Kelompok A R -----------O-----------X--------------O
----------------------------------------------------------------Kelompok B R -----------O---------------------------O
Rancangan Post Test pada kelompok control (post test only control group
design)
Rancangan post test ini merupakan salah satu rancangan eksperimen yang paling popular
dan diterapkan karena pre-test memberikan efek efek yang kurang diharapkan. Para
partisipan dikategorisasikan atau ditempatkan secara acak (random assignment) dalam dua
kelompok. Penelitia sama sama melakukan post test pada kedua kelompok tersebut, dan
hanya kelompok eksperimen (A) saja yang di treatment.
Kelompok A R ----------------------X--------------O
Kelompok B R --------------------------------------O
Kelompok B R -----------O--------------------------- O
Kelompok C R ---------------------------X------------ O
Kelompok D R ----------------------------------------- O
Contoh 8.5
Treatment B
Baseline A
OOOOOXXXXX OOOOOO
Ancaman ancaman terhadap valitidas eksternal juga harus di indentifikasi dan
dirancang sedemikian rupa agar ancaman ancaman tersebut dapat direduksi sedikit
mungkin. Ancaman ancaman validitas eksternal ini muncul, misalnya, ketika peneliti
menarik kesimpulan kesimpulan yang seharusnya berasal dari data sampel, namun ia justru
menariknya dari orang orang lain, setting setting lain, atau kondisi kondisi masa lalu,
bahkan masa depan. Sebagaimana yang ditunjukkan dalam tabel 8.6, ancaman ancaman ini
biasanya berasal dari karakteristik karakteristik individu yang dipilih sebagai sampel,
keunikan keunikan setting, dan timming eksperimentasi. Misalnya, ancaman ancaman ini
muncul ketika peneliti melakukan generalisasi
214
Deskripsi Ancaman
Tindakan-Tindakan Responsif
Sejarah
Maturasi
Regresi
Para partisipan yang memiliki skor Peneliti dapat memilih para partisipan
yang tinggi dipilih sebagai objek yang tidak memiliki skor-skor yang
peneiitian. Tentu saja, skor-skor tinggi uniuk di-toliti.
mereka sangat rnung-kin berubah
selama peneiitian. Tidak heran jika
skor-skor yang tinggi ini, sewaktuwaktu, bisa merosot menjadi ratarata.
Seleksi
Mcrtalitas
Difusi
treatmenta
apa-apa).
Rivalitas
imbangan
Pengujian
(testing)
.Instrumen
Definisikanlah jenis ancaman dan isu-isu apa yang sering dimunculkan oleh ancaman
itu.
Kutiplah referensi dari beberapa buku yang membahas mengenai ancaman terhadap
216
validitas ini, seperti Cook dan Campbell (1979); Creswell (2008); Reichardt dan Mark
(1998); Shadish, Cook, & Campbell (2001); dan Tuckman (1999).
Prosedur
Dalam proposal penelitian, peneliti harus mendeskripsikan secara detail prosedurprosedur dalam melakukan eksperimentasi. Deskripsi ini akan membantu pembaca untuk
memahami rancangan, observasi, treatment, dan jangka waktu yang ditetapkan.
Tabel 8.6 Ancaman-ancaman terhadap Validitas Eksternal
Jenis
Ancaman
Antara
pemilihan
dan
treatment
Deskrlpsi Ancaman
Tindakan-Tindakan Responsif
217
Laporkan statistik-statistik deskriptif yang telah diukur dan diobservasi pada pre-test
dan post-test sebelumnya. Statistik-statistik ini haruslah berupa means (rata-rata),
hipotesis penelitian.
Untuk rancangan subjek-tunggal (single-subject design), gunakanlah grafik garisgsris untuk beseline, sedangkan untuk unit waktu gunakanlah grafik abscissa( poros
horizontal) dan grafik ordinate (poros Vertikal) untuk unit target perilaku dalam
observasi treatment. (mengenai ilustrasinya dapat dilihat dalam contoh 8.5
sebelumnya,penj). Setiap data diformulasikan secara terpisah dalam grafik tersebut,
lalu masing-masing data ini dihubungkan dengan garis-garis (misalnya, lihat Neuman
& McCormick, 1995). Kadang-kadang, tes-tes signifikansi statistik, seperti t test,
digunakan untuk membandingkan rata-rata beseline dengan tahap-athap treatment ,
meskipun prosedur-prosedur seperti ini bisa saja melanggar asumsi ukuran-ukuran
variabel bebas (Borg&Gall, 1989)
218
Interpretasi Hasil
Langkah terakhir dalam penelitian eksperimen adalah mentafsirkan penemuanpenemuan berdasarkan hipotesis atau rumusanmasalah yang sudah dirancang di awal
penelitian. Dalam laporan interpretasi ini, jelaskan apakah hipotesis atau rumusan masalah
tersebut disetujui (signifikan) atau ditolak (tidak signifikan). Jelaskan pula apakah proses
treatment yang diimplementasikan benar-benar mendptakan suatu perbedaanbagi para
partisipan yang diteliti. Beri-kan alasan mengapa hasil penelitian signifikan atau tidak
signifikan, berdasarkan literatur-literatur yang telah Anda review (Bab 2), teori-teori yang
Anda gunakan (Bab 3), atau logika persuasif lain yang dapat menjelaskan hasil tersebut.
Jelaskan adakah hasil penelitian yang muncul disebabkan prosedur-prosedur eksperimental
yang tidak tepat, seperti kehadiran ancaman-ancaman terhadap validitas, dan jelaskan pula
bagaimana Anda menggeneralisasi hasil tersebut pada orang-orang tertentu, setting-setting
tertentu, dan waktu-waktu tertentu. Pada akhirnya, Anda juga harus menunjukkan dampakdampak dari hasil ini terhadap populasi yang diteliti atau bagi penelitian-peneiitian
selanjutnya.
RINGKASAN
Bab ini menjelaskan tentang komponen-komponen penting dalam merancang prosedurprosedur metodis penelitian eksperimen dan survei. Dalam penelitian survei, peneliti
menjelaskan tujuan, mengidentifikasi populasi dan sampel, instrumen-instrumen yang
digunakan, hubungan antarvariabel, rumusan masalah, item-item khusus, dan langkahlangkah yang diambil dalam analisis dan interpretasi data.
219
Berikut ini, salah satu contoh tulisan dari penelitian quasi-experimental yang
dilakukan Enns dan Hackett (1990). Tulisan ini mengilus-trasikan beberapa komponen
penting dalam penelitian eksperimen seperti yang sudah dijelaskan sejak awal. Penelitian
Enns dan Hackett ini mengangkat isu umum tentang kesesuaian minat antara klien dan
penasihatnya sepanjang menyangkut dimensi-dimensi dikap femi-nisme. Enns dan Hacket
berhipotesis bahwa para partisipan (klien) feminis lebih reseptif pada penasihat feminis
yang radikal ketimbang para partisipan non-feminis, dan bahwa para partisipan nonfeminis lebih reseptif pada penasihat feminis yang liberal dan non-seksis ketimbang para
partisipan feminis. Kecuali pembahasan yang begitu terbatas mengenai analisis dan
iriterpretasi data, tulisan Enns dan Hackett ini setidaknya sudah berisi elemen-elemen
penting bagai-mana menulis bagian metode penelitian eksperimen yang baik.
Metode Penelitian
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah 150 mahasiswi kelas dasar dan kelas atas dalam
bidang sosiologi, psikologi, dan komunikasi, di uni-versitas negeri dan perguruan tinggi
swasta, di pesisir barat. (Disini, peneliti mendeskripsikan para partisipan penelitiannya).
Rancangan dan Manipulasi Eksperimental
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial (factorial design) 3 X 2X2:
Kecenderungan Penasihat (humanis-nonseksis, feminis liberal, atau feminis radikal) X
Nilai-nilai (implisitatau eksplisit) X Identifikasi Feminisme Partisipan (feminis atau
nonfeminis). Untuk data penelitian yang kemungkinan tidak mengenai sasaran dalam itemitem tertentu, sudah kami tangani dengan prosedurpairwise deletion. (Disini, peneliti
220
Pendekatan X 2 Nilai X 2 Penasihat). Untuk nilai rata-rata, kami memperolehnya dari ATF.
Nilai rata-rata untuk separuh partisipan pertama kemudian digunakan untuk mengategorisasi separuh kelompok kedua ke dalam feminis dan nonfeminis, dan sisany'a yang
lain ditempatkan secara acak {randomly assigned) ke dalam'tiga' kelorhpok orientasi
feminis (humanis-nonseksis, liberal, dan radikal) untiik memastikan hasii cell size yang
setara. Pada tahap akhir, kami memeriksa nilai rata-rata sampel final dan menga-tegorisasi
kembali beberapa partisipan dengan pecahan rata-rata, yang akhirnya menghasilkan 12
atau 13 per cell.
Setelah m.endehgsirkan videotape yang bernubungan dengan pe-nempatan/periugasah
eksperimentalnya {experimental assignment), para partisipan kernudian diminta untuk
menyelesaikan instrumen variabel terikat (dependent measure), setelah itu baru mereka
mulai diwawancarai (him. 35-36). (D/ sini, peneliti mende'skripsikan pro-sedur-prosedur
yang diterapkan dalam penelitian eksparimen).
Sumber : Erns dan Hackett (1990). 1990 oleh American Psychological Association.
Dikutip atas izin penulis
memberikan komentar-komentarnya tentang ancaman-ancaman potensial pada validitas
internal dan eksternal (dan validitas statistik dan konstruk, jika ada) yang berhubungan
dengan penelitian eksperi-men, analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis atau
rumusan masalah, dan interpretasi hasil.
Latihan Menulis
1. Buatlah desain penelitian berdasarkan prosedur-prosedur penelitian survei.
Setelah usai, amati kembali checklist dalam Tabel 8.1 untuk mengetahui apakah
semua komponen sudah disertakan secara jelas dalam desain yang Anda buat,
LATIHAN MENULIS
2. Buatlah desain penelitian berdasarkan prosedur-pro-sedur penelitian eksperimen.
Setelah ucai, amati kembali Tabel 8.4 untuk mengetahui apakah semua
komponen sudah disertakan secara jelas.
BACAAN TAMBAHAN
Babbie, E. (1990). Survey Research Methods, (Edisi kedua. Belmont, CA: Wadsworth.
222
Earl Babbie membahas secara detail aspek-aspek penelitian survei. Dia menyajikan
jenis-jenis rancangan penelitian survei, logika sampling, dan contoh-contoh untuk masingmasing rancangan. Dia membahas konseptualisasi instrumen survei dan skala-skalanya. Dia
juga menyajikan gagasan yang amat penting terkait dengan bagai-mana mengatur kuesioner
dan memproses hasil akhir. Selain itu, disertakan pula pembahasan tentang analisis data
dengan fokus pada bagaimana membuat dan memahami tabel-tabel dan menulis laporan
survei. Buku ini sangat detail, informatif, dan teknis, sangat cocok bagi mahasiswa yang
sudah berada di level intermediate atau advance dalam mempelajari penelitian survei.
Campbell, D.T. & Stanley, J.C. (1963). "Experimental and Quasi-Experimental Designs for
Research." dalam N. L. Gage (Ed.). Handbook of Research on Teaching. Chicago:
Rand-McNally. (him. 1-76)
Salah satu bab dalam Handbook ini membahas penelitian ekspe-rimen. Campbell dan
Stanley merancang sistem notasi untuk penelitian eksperimen yang hingga saat ini masih
digunakan. Mereka juga mengajukan jenis-jenis rancangan eksperimen, dimulai dari faktorfaktor yang membahayakan validitas internal dan eksternal, jenis-jenis rancangan preexnerimental, true experiment, quasi experimental, dan rancangan correlational dan ex post
facto. Bab ini menyajikan ringkasan yang menarik tentang jenis-jenis rancangan eksperimen,
ancaman-ancaman terhadap validitas, dan prosedur-prosedur statis-tik. Bab ini cocok bagi
mahasiswa yang baru belajar penelitian eksperimen.
Fink, A. (2002). The Survey Kit. Edisi kedua. Thousand Oaks, CA: Sage.
"The Survey Kit" disusun daribeberapa buku dan dieditori oleh Arlene Fink.
Ringkasan detail buku-buku tersebut disajikan dalam volume pertama. Dalam pendahuluan
volume tersebut, Fink mem-bahas aspek-aspek penelitian survei, yang meliputi antara lain:
bagai-mana mengajukan pertanyaan, bagaimana melaksanakan survei, bagaimana melibatkan
diri dalam wawancaran telepon, bagaimana melakukan sampling, dan bagaimana mengukur
validitas dan relia-bilitas. Pembahasan dalam buku ini pada umumnya cocok untuk para
peneliti survei pemula. Apalagi di dalamnya juga disajikan banyak contoh dan ilustrasi yang
bagus, membuatnya lebih menarik untuk dipelajari.
Fowler, F.J. (2002). Survey Research Methods. Edisi ketiga. Thousand Oaks, CA: Sage.
Floyd Fowler menyajikan tulisan menarik tentang keputusan-keputusan yang harus
diambil dalam melaksanakan proyek penelitian survei. Dia menjelaskan tentang bagaimana
223
224
Bab Sembilan
Prosedur-prosedur Kualitatif
Prosedur-prosedur kualitatif memiliki pendekatan yang lebih beragam dalam peneiitian
akademik ketimbang metode-metode kuantitatif. Penelitian kualitatif juga memiliki asumsi
asumsi filosofis, strategi-strategi penelitian, dan metode-metode pengumpulan, analisis, dan
interpretasi data yang beragam. Meskipun prosesnya sama, prosedur-prosedur kualitatif
tetap mengandalkan data berupa teks dan gambar, memiliki langkah-langkah unik dalam
analisis datanya, dan bersumber dari strategi-strategi peneiitian yang berbeda-beda.
Pada dasarnya, strategi-strategi penelitian yang dipilih dalam proyek kualitatif sangat
berpengaruh terhadap prosedur-prosedurnya yang, meski seragam, tetap menunjukkan pola
yang berbeda-beda. Melihat landskap prosedur-prosedur kualitatif berarti melihat perspektifperspektif yang beragam, mulai dari perspektif keadilan sosial (Denzin & Lincoln, 2005),
perspektif ideologis (Lather, 1991), perspektif filosofis (Schwandt, 2000), hingga petunjukpetunjuk prosedur sistematis (Creswell, 007; Corbin & Strauss, 2007). Semua perspektif ini
bersaing untuk menjadi landasan utama dalam penelitian kualitatif.
Bab ini berusaha mengombinasikan perspektif-perspektif tersebut, menyajikan prosedurprosedur urnum, dan menampilkan contoh-contoh dari beragam strategi kualitatif. Bab
ini juga akan menyajikan gagasan-gagasan dari beberapa pakaryang menulis tenta.ng
rancangan proposal kualitatif (misalnya, lihat Berg, 2001; Marshall &. Rossman, 2006;
Maxwell, 2005; Rossman & Rallis, 1998). Topik-topik yang termasukke dalam bagian
prosedur kualitatif antara lain: karakteristik-karakteristik penelitian kualitatif, strategi
peneiitian, peran peneliti, langkah-langkah dalam pengumpulan dan analisis data,
strategi-strategi validasi, akurasi penemuan, dan struktur naratif. Tabel 9.1 menunjukkan
checklist pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana merancang prosedur-prosedur
kualitatif ini.
KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK PENEUTIAN KUALITATIF
Bertahun-tahun lamanya, para penulis proposal terus berusaha membahas karakteristikkarakteristik penelitian kualitatif untuk me-mastikan legitimasi dari pihak fakultas dan
pembacanya. Saat ini, pembahasan-pembahasan semacam itu sudah jarang dijumpai dalam
literatur. Bahkan, sekarang ada beberapa konsensus yang telah meng-atur ketentuan-
225
ketentuan dalam penelitian kualitatif. Untuk itulah, saran saya bagi para penulis proposal
yang ingin merancang bagian karakteristik penelitian ini antara lain:
Amatilah apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh para pembaca proposal Anda.
Identifikasilah apakah pembaca Anda sudah banyak mengetahui karakteristikkarakteristik penelitian kualitatif sehingga bagian ini tidak begitu pen ting bagi
mereka.
Jika Anda ragu-ragu atas pengetahuan mereka, jelaskan karakteristik-karakteristik
dasar penelitian kualitatif dalam proposal Anda dan jika rnemungkinkan, bahaslah
sebuah artikel jurnal (atau studi) kualitatif baru-baru ini sebagai contoh untuk mengilustrasikan karakteristik-karakteristik tersebut.
Sejumlah karakteristik penelitian kualitatif bisa saja digunakan (seperti, Bogdan &
Biklen, 1992; Eisner, 1991; Hatch, 2002; LeCompte & Schensul, 1999; Marshall &
Rossman, 2006), tetapi saya lebih mengandalkan pada analisis gabungan dari
beberapa
penulis ini yang sudah saya sertakan secara menyeluruh dalam buku saya tentang
penelitian kualitatif (Creswell, 2007). Saya tidak hanya menyertakan perspektifperspektif tradisional saja, tetapi juga perspektif-perspektif baru dalam penelitian
kualitatif, seperti
advokasi, partisipatoris, dan refleksi-diri. Berikut ini adalah beberapa karakteristik
penelitian kualitatif yang disajikan tidak dalam urutan prioritas tertentu.
Apakah
sejarah,
definisi,
dan
penerapan
dari
strategi
-------------------
diidentifikasi?
Apakah jenis strategi pengumpulan data dan rasionalisasi pengguna-annya juga
sudah dijabarkan?
Apakah langkah-langkah perekaman/pencatatan informasi selama prosedur
226
-----------------------------
----------- informasi?
Apakah data sudah di-cocffng?
-------------------- Apakah kode-kode sudah dirancang untuk membentuk deskripsi atau
mengidentifikasi tema-tema utama?
---------- Apakah tema-tema tersebut sating terkait satu sama lain, memperkuat analisis
dan abstraksi?
---------- Apakah cara-cara penyajian data sudah dijelaskan misalnya dalam bentuk
---------
aksi)?
---------- Apakah peneliti sudah menyebutkan outcome penelitian (misalnya, untuk
mengembangkan/msnciptakan suatu teori, menyajikan gambar-an kompleks
tentang tema)?
---------- Apakah ada strategi-strategi lain yang dikutip untuk menvalidasi hasil atau
penemuan penelitian?
Lingkungan alamiah (natural setting); para peneliti kualitatif cenderung
mengumpulkan data lapangan di lokasi di mana para partisipan mengalami isu atau
masalah yang akan diteliti. Peneliti kualitatif tidak membawa individu-individu ini
kedalm laboratoratorium (atau dalam situasi yang telah di-setting sebelumnya); tidak
pula membagikan instrumen-instrumen kepada mereka. Informasi yang dikumpulkn
dengan berbicara langsung kepada orang-orang dan melihat mereka bertingkah laku
dalam konteks natural inilah yang menjadi karakteristik utama peneliti kualitatif.
Dalam setting yang alamiah, para peneliti kualitatif melakukan interaksi face-to-face
sepanjang penelitian.
Penneliti sebagai instrumen kunci (researcher as key instrument); para peneliti
kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi perilaku, atau
wawancara dengan para partisipan. Mereka bisa saja mengumpulkan protokol-sejenis
instrumen untuk mengumpulkan data-tetapi diri merekalah yang sebenarnya menjadi
227
228
Anda.
Jabarkan pula bagaimana penggunaan strategi tersebut dapat menentukan jenis-jenis
pertanyaan yang diajukan (lihat Morsee, 1994, untuk pertanyaan yang berhubungan
dengan strategi penelitian), cara-cara pengumpulan data, langkah-langkah analisis data,
dan narasi/laporan akhir.
PERAN PENELITI
Sebagaiman yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian kualitatif merupakan
penelitian interpretif, yang didalamnya peneliti terlibat dalam pengalaman yang
berkelanjutan dan terus-menerus dengan para partisipan. Keterlibatan inilah yang nantinya
memunculkan serangkaian isu-isu strategi, etis, dan personal dalam proses penelitian
kualitatif (Locke et at.,2007). Dengan keterlibatannya dalam concern seperti ini, peneliti
kualitatif berperan untuk mengidentifikasi bisa-bisa, nilai-nilai, dan latar belakang pribadinya
secara refleksif, seperti gender, sejarah, kebudayaan, dan status sosial ekonominya, yang bisa
saja turut membentuk interpretasi mereka selama penelitian. Selain itu, para peneliti kualitatif
juga berperan memperoleh entri dalam lokasi penelitan dan masalah-masalah etis yang bisa
muncul tiba-tiba.
tertentu.
Jelaskan hubungan antara Anda (sebagai peneliti) dan partisipan, dan berilah keterangan
mengenai lokasi penelitian. Penelitian Backyard (Glesne & Peshkin, 1992) melibatkan
usaha identifikasi atas strategi pengolahan, mitra-mitra, atau setting kerja peneliti. Tugas
ini sering kali mengharuskan peneliti terlibat dalam kompromi-kompromi tertentu untuk
230
Surat Izin dari IRB dan jelaskan proses-proses memperoleh izin tersebut.
Jelaskan langkah-langkah yang diambil untuk memperoleh izin dalam meneliti para
partisipan dan lokasi penelitian (Marshall & Rossmas, 2006). Peneliti perlu memiliki
akses untuk meneliti dan mengarsipkan lokasi penelitian dengan cara berusaha
mendapatkan izin dari pihak security atau individu-individu tertentu yang memiliki akses
pada lokasi tersebut dan memberikan izin penelitian. Proposal ringkas perlu dibuat untuk
diserahkan sebagai pertimbangan kepada phak security tersebut. Bogdan dan Biklen
(1992) menjelaskan beberapa hal yang dapat dibahas dalam proposal untuk keperluan izin
ini:
1. Mengapa lokasi tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian?
2. Kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan di lokasi tersebut selama penelitan?
3. Apakah penelitian ini kan mengganggu lingkungan sekitar?
4. Bagaimana melaporkan hasil penelitian?
5. Apa yang dapat diperoleh pehiak security dari penelitian ini?
Berikan penjelasan mengenai masalah-masalah etis yang mungkin muncul (lihat Bab 3)
(Berg, 2001). Untuk masalah-masalah etis ini, jelaskan bagaimana Anda akan
mengantisipasinya. Misalnya, ketika sedang meneliti topik yang sensitif, penting
merahasiakan nama-nama orang, lokasi, atau aktifitas-aktifitas tertentu. Dalam hal ini,
proses merahasiakan informasi juga perlu dibahas dalam proposal penelitian.
231
Opsi-Opsi
Partisipasi utuh
peneliti
Kelebihan-Kelebihan
Peenliti
mendapatkan
232
KelemahanKelemahan
Peneliti bisa saja
tampak sebagai
Wawancara
Jenis-Jenis
Doumentas
i
menyembunyikan
perannya sebagai
Observer.
Peneliti sebagai
partisipan peneliti
menampakkan
perannya sebagai
observer.
Partisipan sebagai
observer peran
observasi sekunder
diserahkan kepada
partisipan.
Peneliti utuh
peneliti
mengobservasitanpa
bantuan partisipan.
pengalaman
langsung dari
partisipan.
Peneliti dapat
melakukan
perekaman ketika
ada informasi yang
muncul.
Aspek-aspek yang
tidak biasa, ganjil,
atau aneh bisa di
deteksi selama
observasi.
Opsi terkhir penting
jika peneliti tengah
mengeksplorasi
topik-topik yang
mungkin kurang
menyenangkan bagi
para partisipan untuk
dibahas.
Opsi pertama
penting ketika
peneliti tidak bisa
mengobservasi
secara langsung
semua partisiapan.
Berhadap-hadapan
peneliti melakukan
wawancara
perorangan.
Telepon peneliti
mewawancarai
partisipan lewat
telepon
Opsi-Opsi
Kelebihan-Kelebihan
Focus group
Para partisipan bisa
peneliti
lebih leluasa
pewawancarai
memberikan
partisiapan dalam
informasi historis.
sebuat kelompok
Memungkinkan
Wawancara internet
peneliti mengontrol
dengan email atau
alur tanya jawab
perangkat online
(questioning).
lain.
Dokumen publik,
seperti makalah,
Memungkinkan
peneliti memperoleh
233
pengganggu.
Peneliti sangat
mungkin tidak
dapat melaporkan
hasil observai yang
bersifat frivat.
Peneliti tidak
dianggap memiliki
skill observasi yang
baik.
Sejumlah partisipan
tertentu (seperti,
siswa) sering kali
hanya
mendatangkan
masalah selama
proses penelitian.
Informasi yang
diperoleh bisa saja
tidak murni karena
masih disaring
kembali oleh
peneliti.
Kelemahan-Kelemahan
Wawancara hanya
akan memberikan
informasi di tempat
yang sudah
ditentukan, dan
bukan di tempat
alamiah.
Kehadiran peneliti
bisa saja
melahirkan
respons-respons
yang bias.
Tidak semua orang
punya kemampuan
artikulasi dan
persepsi yang
setara.
Tidak semua orang
memiliki
Jenis-Jenis
AudioVisual
atau koran.
Dokumen privat,
seperti diary, buku
harian, atau surat.
Opsi-Opsi
Foto
Vediotape
Objek-objek seni
Software komputer
film
kemampuan
artikulasi dan
persepsi yang
setara.
publik.
Mengharuskan
peneliti menggali
informasi dari
tempat-tempat yang
mungkin saja sulit
ditemukan.
Kelebihan-Kelebihan
Kelemahan-Kelemahan
Sebagai bukti
Dokumen yang
tertulis, data ini
terkomputerisasi
benar-benar dapat
masih
menghemat waktu
mengharuskan
peneliti dalam
peneliti untuk
mentranskip.
mentranskip secara
online atau menscanning-nya
terlebih dahulu.
Materi-materinya
sangat mungkin
tidak lengkap.
Dokumen tersebut
bisa saja tidak asli
atau tidak akurat.
Bisa menjadi metode Materi seperti ini
yang tidak terlalu
bisa saja sangat
menonjol dalam
rumit untuk
proses pengumpulan
ditafsirkan.
data.
Bebarapa materi
Memberikan
audio-visual
kesempatan bagi
diproteksi dan tidak
partisipan untuk
memberikan akses
membagi
publik maupun
pengalamannya
privat.
secara langsung.
Kehadiran peneliti
Materi audio-visual
(seperti, fotografer)
merupakan materi
sangat mungkin
kreatif yang dibuat
mengganggu
dengan penuh
(disruptif).
perhatian.
234
Catatan: Tabel ini merupakan gabungan dari beberapa materi yang pernah disampaikan oleh
Merriam (1998), Bogdam & Biklen (1992), dan Creswell (2007)
3. Selama proses penelitian, peneliti juga bisa mengumpulkan dokumen-dokumen
kulitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen publik (seperti, koran, makalah, laporan
kantor) ataupun dokumen privat (seperti, buku harian, diary, surat, e-mail).
4. Kategoti terakhir dari data kualitatif adalah materi audio dan visual. Data ini bisa
Gunakanlah protokol untuk merekam data observasional. Peneliti sering kali terlibat
dalam banyak observasi selama penelitian dan selama observasi ini; peneliti meggunkan
protokol observasional untuk merekam data. Protokol ini bisa berupa satu lembar kertas
dengan garis pemisah di tengah untuk membedakan catatan-catatac deskriptif (deskripsi
mengenai partisipan, rekonstruksi dialog, deskripsi mengenai setting fisik, catatan tentang
peristiwa
ketimbang observer.
Mengumpulkan data lapangan dengan lebih banyak berperan sebagai observer
ketimbang partisipan.
Mengumpulkan data lapangan dengan berperan sebagai outsider (orang luar) terlebih
dahulu, kemudian mulai masuk kedalam setting penelitian sebagai insider (orang
dalam)
Wawancara
Melaksanakan wawancara tidak-tersetruktur dan terbuka, sambil mencatat hal-hal
penting.
Melaksanakan wawancara tidak-tersetruktur dan terbuka, sambil merekamnya dengan
mentranskipnya.
Melaksankan wawancara focus group, sambil merekamnya dengan audiotape, lalu
mentranskipnya.
Melaksanakan jenis wawancara yang berbeda sekaligus: melalui email, dengan
berhadap-hadapan langsung, wawancara focus group, wawancara focus group online,
& Biklen, 1992:121). Dalam prorokol ini juga bisa disertsakan informasi demografis,
seperti jam, tanggal, dan lokasi di mana peneliti saat itu berada.
Gunakanlah protokol wawancara ketika mengajukan pertanyaan dan merekam jawabanjawaban selama wawancara kualitatif. Protokol ini bisa mencakup komponen-komponen
berikut ini:
1. Judul (tanggal, lokasi, pewawancara/peneliti, yang diwawancarai/partisipan).
2. Instruksi-instruksi yang harus diikuti oleh partisipan agar prosedur-prosedur
wawancara dapat berajalan lancar.
3. Pertaanyaan-pertanyaan (biasanya pertanyaan ice-breaker di awal wawancara yang
kemudian dilanjutkan dengan 4-5 pertanyaan yang menjadi subpertanyaansubpertanyaan dari rumusan masalah penelitian; lalu diikuti oleh beberapa pertanyaan
lain atau pertanyaan penutup, seperti: siapa yang harus saya kunjungi untuk
mempelajari lebih lanjut mengenai topik ini?
4. Proses penjajakan/pemeriksaan dengan mengajukan 4-5 pertanyaan, untuk meminta
partisipan menjelaskan gagasan-gagasan mereka lebih detail atau menguraikan lebih
rinci tentang apa yang mereka katakan.
5. Waktu tunda selama wawancara untuk merekam/mencatat respons-respons dari
partisipan.
6. Ucapan terimakasih kepada orang yang diwawancarai atas waktu yang diluangkan
Dalam proposal, bagian analisis data bisa terdiri dari sejumlah komponen. Tetapi,
proses analisis data secara keseluruhan melibatkan usaha memaknai data yang berupa teks
atau gambar. Untuk itu, peneliti perlu mempersiapkan data tersebut untuk dianalisis,
melakukan analisis-analisis yang berbeda, memperdalam pemahaman akan data tersebut
(sejumlah peneliti kualitatif lebih suka membayangkan tugas ini layaknya menguliti lapisan
bawang), menyajikan data, dan membuat interpretasi makna yang lebih luas akan data
tersebut. Ada sejumlah proses umum yang bisa dijelaskan oleh peneliti dalam proposal
mereka untuk menggambarkan keseluruhan aktivitas analisis data ini, sebagaimana yang
pernah saya (Creswell, 2007), Rossman dan Rallis (1998) deskripsikan berikut ini:
analisis data (lihat Stake, 1995; Wolcott, 1994). Penelitian fenomenologis sudah
menerapkan analisis terhadap per-nyataan-pernyataan penting, generalisasi unitunit makna, dan apa yang disebut Moustakas (1994) sebagai deskripsi esensi.
Penelitian naratif melibatkan penceritaan kembali cerita-cerita partisipan dengan
menggunakan unsurunsur struktural, seperti plot, setting, aktivitas, klimaks, dan
ending cerita (Clandinin & Connelly, 2000). Intinya, proses-proses dan istilahistilah dalam strategi penelitian kualitatif berbeda satu sama lain dalam hal
analisis datanya.
Meskipun perbedaan-perbedaan analitis ini sangat bergantung pada jenis strategi
yang digunakan, peneliti kualitatif pada umumnya menggunakan prosedur yang
umum dan langkah-langkah khusus dalam analisis data. Cara yang ideal adalah
dengan mencampurkan prosedur umum tersebut dengan langkah-langkah
khusus. Ringkasan proses analisis data dapat dilihat pada Gambar 9.1. Sebagai
tips penelitian, saya mengajak peneliti untuk melihat analisis data kualitatif
sebagai suatu proses penerapan langkah- langkah dari yang spesifik hingga yang
umum dengan berbagai level analisis yang berbeda, sebagaimana yang
ditunjukkan
berikut ini
Gambar 9.1 mengilustrasikan pendekatan linear dan hierarkis yang dibangun dari
bawah ke atas, tetapi dalam praktiknya saya melihat pendekatan ini lebih interaktif; beragam
tahap saling berhubungan dan tidak harus selalu sesuai dengan susunan yang telah disajikan.
Pendekatan di atas dapat dijabarkan lebih detail dalam langkah-langkah analisis berikut ini:
Langkah 1. Mengolnh dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini
melibatkan transkripsi wawancara, men-scanning materi, mengeuk data lapangan, atau
memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung
pada sumber informasi.
Langkah 2. Membaca keseluruhan data. Langkah pertama adalah membangun general
sense atas Informasi yang diperoleh dan me-refleksikan maknanya secara keseluruhan.
Gagasan umum apa yang terkandung dalam perkataan partisipan? Bagaimana nada gagasangagasan tersebut? Bagaimana kesan dari kedalaman, kredibilitas, dan penuturan informasi
itu? Pada tahap ini, para peneliti kualitatif terkadang menulis catatan-catatan khusus atau
gagasan-gagasan umum tentang data yang diperoleh.
239
Menghubungkan tematema/deskripsi-deskripsi
(seperti, grounded theory,
A V.
Tema-tenia
Deskripsi
Menvalidasi
keakuratan
(tangan atau
komputer)i *
informasi
Men-coding data
240
241
saya mendorong para peneliti kualitatif untuk menganalisis materi data mereka dengan
menjelaskan:
Kode-kode yang berkaitan dengan topik-topik utama yang sudah banyak diketahui oleh
pembaca secara umum, dengan berpijak pada literatur sebelumnya dan common sense.
Kode-kode yang mengejutkan dan tidak disangka-sangka di awal penelitian.
Kode-kode yang ganjil dan memiliki ketertarikan konseprual bagi pembaca (seperti,
dalam Asmussen dan Creswell, 1995, kami memunculkan retriggering, "penembakan
kembali," sebagai salah satu kode/tema yang menyuguhkan dimensi baru pada kita
tentang insiden penembakan di kampus dan tentu saja berhubungan dengan pengalaman
orang lain di kampus mana pun).
Kode-kode yang mencerminkan perspektif teoretis yang luas dalam penelitian.
Sebagai konseptualisasi alternatif, pertimbangkan pula jenis-jenis kode yang menurut
Bogdan dan Biklen (1992:166-172) banyak muncul dalam database kualitatif:
apakah peneliti seharusnya: (a) membuat kode-kode hanya berdasarkan informasi yang
muncul dengan sendirinya (enlarging code) dari para partisipan; (b) menggunakan kodekode yang telah ditentukan sebelumnya {predetermined code), kemudian men-/ft-kan kodekode tersebut dengan data penelitian; atau (c) mengombinasikan dua jenis.kodie ini
(emerging code dan predetermined code). Pendekatan yang banyak diterapkan dalam ilmu
sosial adalah dengan membiarkan kode-kode tersebut muncul (emerging code) selama
analisis data. Dalam ilmu kesehatan, pendekatan yang paling sering digunakan adalah
dengan menggunakan kode-kode yang telah ditentukan sebelumnya {predetermined code)
yang didasarkan pada teori yang akan diuji.
Meski demikian, peneliti juga bisa menerapkan pendekatan lain yang lebih variatii,
yaitu dengan membuat codebook kualitatif, sebuah tabel atau catatan yang berisi kode-kode
yang telah ditentukan sebelumnya (predetermined codes) untuk digunakan dalam meng242
coding data. Codebook ini bisa tersusun dari nama kode di satu kolom, definisi kode di kolom
lain, dan keterangan-keterangan lain (seperti, nomor garis) yang menunjukkan adanya kode
dalam transkrip ter-tentu. Hanya saja, codebook ini tidak akan terlalu berfungsi jika peneliti
meng-coding data dari transkrip yang berbeda-beda. Codebook ini ber-kembang dan bisa
berubah jika penelitiannya didasarkan pada" analisis tertutup (close analysis) atau ketika
peneliti tidak memulai analisisnya dari perspektif emerging code.
Bagi para peneliti yang memiliki teori yang sudah pasti dan mereka ingin menguji
dalam proyek-proyeknya, saya merekomen-dasikan agarcodebook digunakan terlebih dahulu
untuk meng-coding data dan biarkan codebook tersebut berkembang dan berubah sesuai
dengan informasi yangdipelajari ketika melakukan analisis data. Penggunaan codebook
secara khusus berguna bagi bidang-bidang yang menerapkan penelitian kuantitatif, namun
masih memerlukan pendekatan yang lebih sistematis dari penelitian kualitatif.
Kembali pada proses coding sebelumnya, sejumlah peneliti melihat pentingnya mengcoding transkrip-transkrip atau informasi kualitatif dengan memakai tangan, atau mengcoding skema-skema dengan warna-warna, lalu menuliskan segmen-segmen teksnya ke
dalam kartu-kartu kecii. Tentu saja, pendekatan ini menguras energi dan waktu.
Pendekatan lain yang lebih cepat adalah dengan menggunakan program-program
software komputer untuk membantu meng-coding, mengolah/ dan memilah-milah informasi
yang mungkin berguna dalam proses penulisan bagi penelitian kualitatif. Ada beberapa software komputer yang memiliki fitur-fitur yang sangat berguna, seperti tersedianya tutorial
dan CD peragaan, kemampuan menggabungkan data teks dan gambar (seperti, foto),
kehandalan dalarh penyimpanan dan pengolahan data, kapasitas pencarian dan penempatan
semua teks yang berhubungan dengan kode-kode tertentu, pencarian kode-kode yang saling
berhubungan dalam membuat pertanyaan-per-tanyaan mengenai hubungan antarkode, dan
import serta export data kualitatif ke dalam program-program kuantitatif seperti dalam
spreadsheet atau program analisis data.
Ide dasar di balik program-program seperti ini adalah bahwa menggunakan komputer
merupakan cara efisien untuk menyimpan dan menempatkan data kualitatif. Meskipun dalam
program ini peneliti masih perlu membaca teks (seperti transkripsi-transkripsi) dan
memindah kode-kode, proses ini akan menjadi lebih cepat dan efisien ketimbang mengcoding menggunakan tangan. Selain itu, jika database sangat banyak, peneliti bisa dengan
cepat mencari semua kutip-an (atau segmen-segmen teks) yang memiliki kode yang sama
dan mendeteksi apakah para partisipan merespons gagasan dalam kode tersebut dengan cara
yang sama atau berbeda. Di luar kemudahan ini, program komputer dapat menfasilitasi
243
peneliti untuk mem-bandingkan kode-kode yang berbeda (seperti, bagaimana laki-iaki dan
wanita kode pertama tentang gender berbeda-beda dalam hal sikap mereka terhadap
aktivitas merokok kode kedua). Fitur-fitur inilah yang membuat proses coding dengan
software komputer menjadi pilihan yang lebih logis kefimbang meng-codzng-nya dengan
tangan. Sebagaimana program-program software lain, program software kualitatif seperti ini
juga membutuhkan waktu dan keterampilan peneliti untuk mempelajari dan menerapkannya
secara efektif, meski-pun buku-buku y ang membahas teknik-teknik penggunaan program ini
sudah banyak tersedia (seperti, Weitzman & Miles, 1995).
Ada begitu ban)'ak program software yang mendukung untuk PC pribadi. Misalnya,
program-program software yang saya dan rekan-rekan saya guriakan di kantor penelitian
adalah sebagai berikut:
visual, serta hal-hal lain yang dapat di-coding, seperti memo, ke dalam proyek penelitian.
QSR NVivo (www.qsrintemational.com). Program yang berasal dari Austrasila ini
menawarkan program software terkenal a N6 (atau Nud.ist) yang dikombinasikan dengan
kategori-kategori, dan tema-tema yang akan di-analisis. Deskripsi ini melibatkan usaha
penyampaian informasi secara detail mengenai orang-orang, lokasi-lokasi, atau peristiwaperistiwa dalam setting tertentu. Peneliti dapat membuat kode-kode untuk mendeskripsikan
semua informasi ini, lalu menganalisisnya untuk proyek studi kasus, etnografi, atau penelitian
naratif. Setelah itu, terapkanlah proses coding untuk membuat sejumlah kecil tema atau
kategori, bisa lima hingga tujuh kategori. Tema-tema inilah yang biasanya menjadi hasil
utama dalam penelitian kualitatif dan sering kali digvinakan untuk membuat judul dalam
244
bagian hasil penelitian. Meski demikian, tema-tema ini sebaiknya diperkuat dengan berbagai
kutipan, seraya menampilkan perspektif-perspektif yang terbuka untuk dikaji ulang.
Setelah mengidentifikasi terria-tema selama proses coding, pene-liti kualitatif dapat
memanfaatkan lebih jauh tema-tema ini untuk membuat analisis yang lebih kompleks.
Misalnya, peneliti mengait-kan tema-tema dalam satu rangkaian cerita (seperti dalam
penelitian naratif) atau mengembangkan tema-tema tersebut menjadi satu model teoretis
(seperti dalam grounded theory). Tema-tema ini juga bisa dianalisis untuk kasus tertentu,
lintas kasus yang berbeda-beda (seperti dalam studi kasus), atau dibentuk menjadi deskripsi
umum (seperti dalam fenomenologi). Penelitian kualitatif yang rumit biasanya melampaui
deskripsi dan identifikasi tema untuk masuk ke dalam huburvgan antartema yang lebih
kompleks.
Langkah 5. Tunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali
dalam narasi/laporan kualitatif. Pendekatan yang paling populer adalah dengan menerapkan
pendekatan naratif dalam menyampaikan hasil analisis. Pendekatan ini bisa meliputi
pembahasan tentang kronologi peristiwa, tema-tema tertentu (lengkap dengan subtemasubtema, ilustrasi-ilustrasi khusus, perspektif-perspektif, dan kutipan-kutipan), atau tentang
keterhubung-an antartema. Para peneliti kualitatif juga dapat menggunakan visual-visual,
gambar-gambar, atau tabel-tabel untuk membantu menyaji-kan pembahasan ini. Mereka
dapat menyajikan suatu proses (sebagaimana dalam grounded theory), menggambarkan
secara spesifik lokasi penelitian (sebagaimana dalam etnografi), atau memberikan informasi
deskriptif tentang partisipan dalam sebuah tabel (sebagaimana dalam studi kasus dan
etnografi).
Langkah 6. Langkah terakhir dalam analisis data adalah meng-interpretasi atau
memaknai data. Mengajukan pertanyaan seperti "Pelajaran apa yang bisa diambil dari semua
ini?" akan membantu peneliti mengungkap esensi dari suatu gagasan (Lincoln & Guba,
1985). Pelajaran ini dapat berupa interpretasi pribadi si peneliti, dengan berpijak pada
kenyataan bahwa peneliti membawa kebudayaan, sejarah, dan pengalaman pribadinya ke
dalam penelitian. Interpretasi juga bisa berupa makna yang berasal dari perbandingan antara
hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari literatur atau teori. Dalam hal ini, peneliti
menegaskan apakah hasil peneliti-annya membenarkan atau justru menyangkal informasi
sebelumnya. Interpretasi/pemaknaan ini juga bisa berupa pertanyaan-pertanyaan baru yang
perlu dijawab selanjutnya: pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari data dan analisis, dan
bukan dari hasil ramalan peneliti.
245
Salah satu cara yang, menurut Wolcott (1994), dapat diterapkan ahli etnografi untuk
mengakhiri penelitiannya adalah dengan meng-ajukan pertanyaan-pertanyaan lebih laniut.
Pendekatan questioning ini juga berlaku dalam pendekatan advokasi dan partisipatoris.
Selain itu, jika peneliti kualitatif menggunakan perspektif teoretis, mereka dapat membentuk
interpretasi-interpretasi yang diorientasikan pada agenda aksi menuju reformasi dan
perubahan. Jadi, interpretasi atau pemaknaan data dalam. penelitian kualitatif dapat berupa
banyak hal, dapat diadaptasikan untuk jenis rancangan yang berbeda, dan dapat bersifat
pribadi, berbasis penelitian, dan tindakan.
RELIABIUTAS, VALIDItAS, DAN GENERALISABILITAS
Meski validasi atas hasil penelitian bisa berlangsung selama proses penelitian (seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 9.1), peneliti tetap harus memiokuskan pembahasannya
mengenai validasi ini dengan cara menulis prosedur-prosedur validasi pada bagian khusus
dalam proposal. Peneliti perlu menyampaikan langkah-iangkah yang ia ambil untuk
memeriksa akurasi dan kredibilitas hasil penelitiannya.
Dalam penelitian kualitatif, validitas ini tidak memiliki konotasi yang sama dengan validitas
dalam penelitian kuantitatif, tidak pula sejajar dengan reliabilitas (yang berarti pengujian
stabilitas dan konsistensi respons) ataupun dengan generalisabilitas (yang berarti validitas
eksternal atas hasil penelitian yang dapat diterapkan pada setting, orang, atau sampel yang
baru) dalam penelitian kuantitatif) (mengenai generalisabilitas dan reliabilitas kuantitatif ini
sudah di-jelaskan dalam Bab 8). Sebaliknya, validitas kualitatif merupakan upaya
pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan me-nerapkan prosedur-prosedur
tertentu, sementara reliabilitas kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan
peneliti konsisten jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain (dan) untuk proyek-proyek yang
berbeda (Gibbs, 2007).
Bagaimana para peneliti kualitatif mengetahui bahwa pendekatan mereka konsisten dan
reliabel? Yin (2003) menegaskan bahwa para peneliti kualitatif harus mendokumentasikan
prosedur-prosedur studi kasus mereka dan mendokumentasikan sebanyak mungkin langkahlangkah dalam prosedur tersebut. Dia juga merekomendasi-kan agar para peneliti kualitatif
merancang secara cermat protokol dan database studi kasusnya. Gibbs (2007) memerinci
sejumlah prosedur reliabilitas sebagai berikut:
Ceklah hasil transkripsi untuk memastikan tidak adanya kesalahan yang dibuat selama
proses transkripsi.
246
Pastikan tidak ada definisi dan makna yang mengambang mengenai kode-kode selama
proses coding. Hal ini dapat dilakukan dengan terus membandingkan data dengan kodekode atau dengan menulis catatan tentang kode-kode dan defirusi-definisinya (lihat
penelitian untuk menunjukkan bahwa hasil penelitian yang mereka peroleh nantinya akan
benar-benar konsisten dan reliabel. Saya merekomendasikan agar beberapa prosedur
penelitian dijelaskan dalam proposal, dan peneliti perlu mencari orang yang dapat
mengkroscek kode-kode mereka untuk memperoleh apa yang saya sebut dengan intercoder
agreement. Persetujuan semacam ini dapat didasarkan pada apakah dua atau lebih coder
(pemeriksa kode, penj.) telah "sepakat" tentang kode-kode yang digunakan untuk
"pernyataan yang sama" (Catatan: ini bukan soal apakah mereka menfr-coding pernyataan
yang sama, tetapi apakah mereka akan meng-codmg pernyataan tersebut dengan kode yang
sama/mirip satu sama lain). Setelah itu, peneliti dapat menerapkan prosedur-prosedur
statistik atau subprogram-subprogram reliabilitas yang tersedia dalam program-program
software kualitatif untuk mengetahui tingkat konsistensi coding. Miles dan Huberman (1994)
merekomendasikan agar konsistensi coding ini setidaknya berada dalam 80% agreement
untuk memastikan reliabilitas kualitatif yang baik.
Sementara itu, validitas merupakan kekuatan lain dalam pe-nelitian kualitatif selain
reliabilitas. Validitas ini didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian sudah akurat dari
sudut pandang peneliti, partisipan, atau pembaca secara umum (Creswell & Miller, 2000).
Ada banyak istilah dalam literatur-literatur kualitatif yang membahasakan validitas ini,
seperti trustworthiness, authenticity, dan credibility (Greswell & Miller, 2000), bahkan ini
menjadi salah satu topik penelitian yang paling banyak dibahas (Lincoln & Guba, 2000).
Prosedur lain yang saya rekomendasikan untuk disertakan dalam proposal penelitian
adalah mengidentifikasi dan membahas satu atau lebih strategi yang ada untuk memeriksa
akurasi hasil penelitian. Peneliti perlu menjelaskan strategi-strategi validitas ke dalam
proposalnya. Saya rnemang merekomendasikan digunakan-nya beragam strategi validitas
karena hal ini dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam menilai keakuratan hasil
247
penelitian serta meyakinkan pembaca akan akurasi tersebut. Berikut ini adalah dela-pan
strategi validitas yang disusun mulai dari yang paling sering dan mudah digunakan hingga
yang jarang dan sulit diterapkan:
Mentriangulasi (triangulate) sumber-sumber data yang berbeda dengan memeriksa buktibukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk membangun
justifikasi tema-tema secara koheren. Tema-tema yang dibangun berdasar-kan sejumlah
sumber data atau perspektif dari partisipan akan menambah validitas penelitian.
Menerapkan member checking untuk mengetahui akurasi hasil penelitian. Member
checking ini dapat dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau deskripsideskripsi atau tema-tema spesifik ke hadapan partisipan untuk mengecek apakah mereka
merasa bahwa laporan/deskripsi/tema tersebut sudah akurat. Hal ini tidak berarti bahwa
peneliti membawa kembali transkrip- transkrip mentah kepada partisipan untuk
mengecek akurasinya. Sebaliknya, yang harus dibawa peneliti adalah bagian-bagian dari
hasil penelitian yang sudah dipoles, seperti tema-tema, analisis kasus, grounded theory,
deskripsi kebudayaan, dan sejenisnya. Tugas ini bisa saja mengharuskan peneliti untuk
melakukan wawancara tindak lanjut dengan para partisipan dan memberikan kesempatan
belakang mereka, seperti gender, kebudayaan, sejarah, dan status sosial ekonomi.
Menyajikan informasi "yang berbeda" atau "negatif" {negative or discrepant
information) yang dapat memberikan perlawanan pada tema-tema tertentu. Karena
kehidupan nyata tercipta dari beragam perspektif yang tidak selalu menyatu, membahas
informasi
yang
berbeda
sangat
mungkin
248
menambah
kredibilitas
hasil
penelitian. Peneliti dapat melakukan ini dengan membahas bukti mengenai suatu tema.
Semakin banyak kasus yang disodorkan peneliti, akan melahirkan sejenis problem
tersendiri atas tema tersebut. Akan tetapi, peneliti juga dapat menyajikan informasi yang
berbeda dengan perspektif-perspektif dari tema itu. Dengan menyajikan bukti yang
kuaiitatif karena istilah generalisasi lebih banyak diterapkan untuk penelitian kuantitatif.
Tujuan dari generalisasi dalam penelitian kuaiitatif ini sendiri bukan untuk menggeneralisasi hasil penemuan pada individu-individu, lokasi-lokasi, atau tempat-tempat di iuar objek
penelitian, sebagaimana yang banyak dijumpai dalam penelitian kuantitatif (lihat Gibbs,
2007, terkait catat-an marning-nya tentang generalisasi dalam penelitian kuaiitatif). Pada
249
dasarnya, nilai dari penelitian kuaiitatif terletak pada deskripsi dan tema-tema tertentu yang
berkembang/dikembangkan daiam konteks lokasi tertentu pula.
MenekankanparHkularitaskeiimbang generalisabilitas (Greene & Caracelli, 1997)
merupakan karakteristik penelitian kuaiitatif. Akan tetapi, ada sejumlah literatur kuaiitatif
yang membahas mengenai generalisabilitas ini, khususnya yang berlaku untuk penelitian
studi kasus. Yin (2003), misalnya, merasa bahwa hasil studi kasus kuaiitatif dapat
digeneralisasi pada sejumlah teori yang lebih luas. Generalisasi ini muncul ketika para
peneliti kuaiitatif meneliti kasus-kasus tambahan dan menggeneralisasi hasil penelitian
sebelumnya pada kasus-kasus yang baru tersebut. Ini mirip logika replikasi yang berlaku
dalam penelitian eksperimen. Akan tetapi, untuk mengulang atau mereplikasi hasil penelitian
studi kasus dalam setting kasus yang baru, peneliti perlu melakukan dokumentasi yang baik
atas prosedur-prosedur kuaiitatif, seperti protokol penelitian untuk mendoku-mentasikan
kasus secara detail dan mengembangkan database studi kasus secara utuh (Yin, 2003).
MENULIS KUALITATIF
Bagian prosedvir kualitatif dalam proposal penelitian seharusny a diakhiri dengan
penjelasan mengenai bagaimana peneliti menarasi-kan hasil analisis datanya. Ada banyak
model narasi ini; peneliti bisa menemukannya dalam jurnal-jumal akademik. Yang jelas,
dalam merancarig penelitian kualitatif, peneliti perlu menjelaskan tentang proses narasi
tersebut.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa prosedur dasar dalam melaporkan hasil
penelitian kualitatif adalah membuat des-kripsi-deskripsi dan tema-tema yang berasal dari
data penelitian (lihat Gambar 9.1), khususnya deskripsi atau tema yang mengandung
beragam perspektif dari partisipan atau gambaran detail tentang setting dan individuindividu. Setiap strategi penelitian kualitatif pada hakikatnya memiliki prosedur narasinya
masing-masing, misal-nya narasi kronologis mengenai kehidupan individu (penelitian naratif), deskripsi detail mengenai pengalaman mereka (fenomenologi), sebuah teori yang
dihasilkan dari data penelitian (grounded theory), potret detail mengenai kelompok culturesharing (etnografi), atau analisis mendalam tentang satu atau beberapa kasus (studi kasus).
Dari narasi-narasi yang berbeda ini pula, peneliti dapat mem-bahas bagian-bagian
proposal lain, seperti hasil penelitian dan inter-pretasi data, utamanya tentang bagaimana
bagian-bagian ini akan, disajikan: apakah dengan pertimbangan objektif, pengalamanpengalaman lapangan (Van Maanen, 1988), ataukah dengan krono-logi, model proses, kisah
250
yang diperluas, analisis berdasarkan kasus atau lintas kasus, atau dengan potret deskriptif
yang detail (Creswell, 2007).
Pada tingkat tertentu, strategi /menulis dua bagian proposal di atas (hasil penelitian dan
interpretasi data) dapat dilakukan dengan leknik-teknik berikut ini:
Gunakanlah cuplikan-cuplikan dan variasikan panjang pendeknya cuplikan tersebut
dengan tepat dan sesuai keperluan.
Catatlah percakapan-percakapan yang terjadi selama penelitian dan sajikan percakapanpercakapan ini dalam bahasa yang berbeda untuk merefleksikan sensitivitas kultural.
Sajikan informasi tekstual dalam bentuk tabel (seperti, matriks, tabel-tabel perbandingan
untuk kode-kode yang berbeda).
Gunakan pernyataan dari partisipan untuk membuat kode-kode atau melabeli tema.
Campurkan kutipan-kutipan dengan penafsiran-penafsiran penulis.
Terapkan indent (menambah spasi di depan alinea untuk tulisan- tulisan penting atau
semiblok, penj.) atau format lain untuk menandai cuplikan-cuplikan yang berasal dari
partisipan.
Gunakan kata ganti pertama (saya) atau "kita" dalam bentuk naratif.
Gunakan metafora-metafora dan analogi-analogi (lihat, misalnya, Richardson, 1990, yang
membahas bentuk-bentuk ini).
Terapkan pendekatan naratif yang biasanya digunakan dalam strategi penelitian kualitatif
(seperti deskripsi dalam studi kasus atau etnografi, narasi detail dalam penelitian naratif).
Deskripsikan bagaimana hasii narasi tersebut dikomparasikan dengan teori-teori atau
literatur-literatur yang membahas topic yang sama. Dalam sebagian besar karya tulis
kualitatif, peneliti membahas literatur ini di akhir penelitian (lihat pembahasan
dalam Bab 2).
RINGKASAN
Bab ini mengeksplorasi langkah-iangkah dalam mengembang-kan dan menulis
prosedur-prosedur kualitatif. Selain memperkenal-kan sejumlah variasi dalam penelitian
kualitatif, bab ini juga menge-mukakan panduan umum tentang prosedur-prosedur kualitatif
yang meliputi pembahasan mengenai karakteristik-karakteristik umum penelitian kualitatif,
yang berguna bagi para pembaca yang mungkin kurang familiar dengan pendekatan ini.
Beberapa karakteristik penelitian kualitatif antara Iain: berada dalam setting yang alamiah;
berpijak pada dasar bahwa peneliti adalah instrumen utama pengum-pulan data; melibatkan
beberapa metode pengumpulan data; bersif at induktif; didasarkan pada makna partisipan;
sering kali menyertakan perspektif-perspektif teoretis; bersifat interpretif dan holistik.
251
Peran Peneliti
Karena peran peneliti dianggap sebagai instrument primer dalam pengumpulan data
kualitatif, maka di bagian awal penelitian diperlukan adanya identifikasi terhadap nilai-nilai,
asumsi-asumsi, dan bias-bias personal (peneliti). Kontribusi peneliti terhadap setting
penelitian sangat penting da positif, buka malah merugikan (locke et al., 1987). Persepsi saya
terhadap jabatan rector perguruan tinggi dari universitas terbentuk dari pengalaman pribadi
saya. Dari agustus 1980 hingga Mei 1990, saya bertugas sebagai staf administrasi di sejumlah
perguruan tinggi swasta yang terdiri dari 600 hingga 5000 mahasiswa. Yang lebih terkini
(1987-1990), saya menjabat sebagai Dekan Student Life di salah satu universitas di Midwest.
Sebagai anggota dewan rektorat, saya sudah sering terlibat dalam semua aktivitas dan
keputusan dewan administratif tingkat tinggi. Saya juga sering bekerja sama dengan pihak
fakultas, anggota dewan, rektor, dan dewan perwakilan mahasiswa. Selain memberikan
laporan kepada rektor, saya juga telah bekerja sama dengannya pada awal tahun masa
kepemimpinannya di universitas. Saya yakin pemahaman saya tentang konteks dan peran ini
dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan sensitivitas saya terhadap tantangantantangan, keputusan keputusan, dan isu-isu yang sering dihadapi oleh rektor universitas di
tahun pertama, dan karena itulah saya berniat untuk menjadikan rektor sebagai informan
dalam penelitian ini. Sayajuga sudah cukup memahami tentang struktur perguruan tinggi dan
peran rektor di dalamnya. Focus penelitian ini adalah pada peran seorang rektor baru dalam
menginisiasi
perubahan,
pembangunan
relasi,
dan
pembuatan
keputusan,
serta
dan
memahami
data
yang
dikumpulkan,
serta
bagaimana
saya
Perimbangan-pertimbangan Etis
Dalam merancang penelitian, para peneliti kualitatif pada umumnya selalu membahas
pentingnya pertimbangan-pertimbangan etis (Locke et al., 1982; Marshall & Rossman, 1989;
Merriam, 1988; Spradley, 1980). Pertama dan yang utama, peneliti harus memiliki kewajiban
untuk menghormati hak-hak, kebutuhan-kebutuhan, nilai-nilai, dan keinginan-keinginan
(para) informan. Dalam konteks pertimbangan etis ini, penelitian etnografis lah yang paling
menonjol. Observasi dalam penelitian etnografis mengharuskan peneliti untuk menggali
kehidupan informan (Spradley, 1980) dan terus menyikap informasi-informasi yang dianggap
sensitif. Uniknya, dalam penelitian ini, jabatan dan institusi informan yang benar-benar
tampak justru menjadi salah satu perhatian.
Untuk itulah diperlukan pula proteksi terhadap hak-hak informan: (1) sasaran
penelitian harus disampaikan secara verbal da tulisan sehingga sasaran-sasaran tersebut bisa
dipahami dengan jelas oleh informan (termasuk deskripsi mengenai bagaimana data yang
nanti terkumpul dan dimanfaatkan selanjutnya dan untuk keperluan apa); (2) izin tertulis
untuk melakukan penelitian tersebut harus diperoleh dari informan; (3) formulir dispensasi
penelitian harus disahkan oleh Dewan Peninjau Institusional/ Institutional Review Board/IRB
(Lampiran B1 dan B2); (4) informan harus diberi tahu mengenai semua perangkat dan
aktivitas pengumpulan data (5) transkripsi harfiah (kata demi kata) da interpretasi serta
laporan tertulis harus dibuat dan diberikan pada informan; (6) hak-hak, keinginan-keinginan,
dan harapan-harapan informan harus dpertimbangkan terlebih dahulu ketika akan dibuat
pilihan-pilihan tentang pelaporan data penelitian; dan (7) keputusan akhir yang terkait dalam
anonimitas informan selebihnya diserahkan pada informan sendiri. (Disini, peneliti
membahas masalah-masalah etis dan review IRB)
Strategi-Strategi Pengumpulan data
Data dikumpulkan sejak Februari hingga Mei, pada 1992. Jangka waktu ini sudah
mencangkup minimal sekali dalam sebulan wawancara terekam selama 45 menit dengan
informan (rancangan pertanyaan-pertanyaan wawancara, lampiran C), sekali dalam sebulan,
observasi dua jam pada aktivitas-aktivitas keseharian, dan sekali dalam sebulan analisis pada
kalender dan dokumen-dokumen informan (catatan-catatan pertemuan, memo, dan
Publikasi). Selain itu, informan telah setuju untuk merekam kesan-kesan mengenai
pengalaman, pemikiran, dan perasaan-perasaannya melalui diary terekam/ taped diary
(petunjuk-petunjuk tentang refleksi terekam, Lampiran D). wawancara lanjutan (follow up
interview) dijadwalkan akan dilakukan pada akhir Mei 1992 (lihat Lampiran E untuk catatan
waktu dan jadwal kegiatan yang direncanakan). (Disini, peneliti berencana untuk wawancara
256
makna yang disampaikan informan akan memastikan nilai kebenaran sebuah data
Waktu yang lama dan observasi berulang di lokasi penelitian; observasi regular dan
berulang atas fenomena dan setting penelitian akan dilakukan dalam jangka waktu
empat bulan.
Pemeriksaan oleh sesame peneliti (peer examination); seorang mahasiswa doktoral
dan graduate asisten di Jurusan Psikologi Pendidikan dipilih sebagai rekan pemeriksa
sampling dan
program-program kom puter, penyajian data dalam tabel, grafik, dan gambar, serta interpretssi terhadap data penelitian.
Untuk interpretasi data penelitian, peneliti perlu menyampaikan pelajaran apa yang
dapat diambil, membandingkan hasil penelitian dengan literatur dan teori tertentu,
memunculkan pertanyaan-per-tanyaan, dan/atau mengajukan agenda perubahan. Proposal
penelitian seharusnya juga berisi satu bagian tentang outcome yang di-harapkan. Selain itu,
dalam proposal tersebut, peneliti juga perlu menyebutkan strategi-strategi yang akan
digunakan untuk memvali-dasi keakuratan hasil penelitian, menunjukkan reliabilitas
prosedur-prosedur, dan menjelaskan fungsi generalisabilitas.
Latihan Menulis
1. Tulislah satu rancangan prosedur penelitian kualitatif. Setelah menulis
rancangan ini, perhatikan Tabel 9.1 untuk mengecek apakah rancangan yang
LATIHAN MENULISAnda tulis tersebut sudah lengkap atau tidak.
BACAAN TAMBAHAN
Marshall, C, & Rossman, G.B. (2006). Designing Qualitative Research. Edisi keempat.
Thousand Oaks, CA: Sage.
Catherine Marshall dan Gretchen Rossman memperkenalkan prosedur-prosedur dalam
penelitian kualitatif. Topik-topik yang di-sertakan dalam buku ini sangat komprehensif.
Misalnya, mereka menjelaskan tentang kerangka.-konseptual penelitian; logika dan asumsiasumsi dasar tentang rancangan dan metode penelitian; rnetode-metode pengumpulan data
dan prosedur-prosedur dalammengatur, merekam, dan menganalisis data kualitatif; dan
sumber-sumber yang dibutuhkan untuk penelitian, seperti waktu, anggota, dan pendanaan.
Ini adalah buku yang komprehensif dan insightful, cocok dipelajari untuk para peneliti
pemula maupun peneliti yang sudah mahir.
Flick, U. (Ed.). (2007). The Sage Qualitative Research Kit. London: Sage.
260
Buku yang terdiri dari delapan volume dan diedit oleh Uwe Fick ini ditulis oleh para
peneliti kualitatif kelas dunia dan dibuat secara kolektif untuk menjelaskan masalah-masalah
inti yang muncul ketika para peneliti melaksanakan penelitian kualitatif. Buku ini menjelaskan bagaimana merencanakan dan merancang penelitian kualitatif, mengumpulkan data,
dan menganalisisnya (misalnya, data visual, analisis wacana). Tidak hanya itu, buku ini juga
membahas isu-isu kualitas dalam penelitian kualitatif. Secara keseluruhan, buku ini bisa
menjadi informasi up-to-date bagi para peneliti masa kini yang ingin mendalami bidang
penelitian kualitatif.
Creswell, J.W. (2007). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five
Approaches. Edisi kedua. Thousand Oaks, CA: Sage.
Terkadang, sejumlah penulis yang membahas penelitian kualitatif terlalu berpijak pada sikap
filosofis terhadap topik yang dibahas, dan pembaca dibiarkan tanpa pemahaman tentang
prosedur-pro-sedur dan praktik-praktik yang sebenarnya dalam merancang dan melaksanakan
penelitian kualitatif. Sebaliknya, ketimbang menekan-kan sikap filosofis, buku saya lebih
menyajikan lima pendekatan praktis dalam penelitian kualitatifpendekatan naratif,
fenomeno-logi, grounded theory, etnografi, dan studi kasus dan membahas bagaimana
prosedur-prosedur dalam lima jenis penelitian ini ber-beda dan sama antarsatu dengan yang
lain. Di bagian akhir, para pembaca akan lebih mudah memilih dan menentukan mana dari
kelimanya yang tepat diterapkan untuk masalah penelitian mereka dan sesuai dengan gaya
pribadi mereka dalam melakukan penelitian.
261
Bab Sepuluh
PROSEDUR-PROSEDUR METODE
CAMPURAN
Seiring berkembangnya penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam ilmu sosial humaniora,
penelitian dengan metode campuran yakni, menerapkan kombinasi dua pendekatan
sekaligus (kualitatif dan kuantitatif) menjadi kian populer. Popularitas ini, salah satunya,
disebabkan oleh kenyataan bahwa metodologi penelitian teais berevolusi dar. berkembang,
dan metode campuran adalah salah satu wujud dari perkembangan ini, yang memanfaatkan
kekuatan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif sekaligus. Apalagi, masalah-masalah
yang diangkat oleh para pakar ilmu sosial dan kesehatan begitu kom-pleks sehingga
menerapkan hanya satu pendekatan saja tentu tidak memadai untuk menjabarkan
kompleksitas ini. Sifat interdisipliner penelitian juga turut memengaruhi tim penelitian yang
terdiri dari individu-individu yang memiliki minat dan pendekatan metodologis yang
beragam. Pada akhirnya, ada begitu b3nyak manfaatyang dapat diperoleh dari kombinasi
penelitian kualitatif dan kuantitatif ini daripada sekadar menerapkan salah satu dari keduanya
secara terpisah. Salah satu manfaatnya adalah memberikan pemahaman yang lebih luasterhadap masalah-masalah penelitian.
Bab ini akan mengulas banyak hal yang telah disajikan dalam bab-bab sebelumnya,
misalnya pembahasan lebih luas mengenai pandang-an-dunia pragmatis, kombinasi
penerapan metode kualitatif dan kuantitatif, dan penerapan metode-metode jamak (multiple
methods) sebagaimana yang telah dijabarkan pada Bab 1. Bab ini juga akan menjelaskan
lebih lanjut tentang masalah-masalah penelitian yang menuntut keniscayaan untuk
dieksplorasi dan dijelaskan (Bab 5). Selain itu, bab ini juga akan menjelaskan tujuan
penelitian dan rumusan masalah dari kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif (Bab 6 dan
7), dan menjelaskan alasan-alasan digunakannya strategi-strategi jamak (multiple forms)
dalam pengumpulan dan analisis data (Bab 8 dan 9).
Saat ini, penelitian metode campuran telah berkem'oang menjadi seperangkat prosed ur
y a rig dapat diterapkah para peneliti dalam mendesain penelitian metode campuran mereka.
Pada 2003, diterbit-kanlah Handbook of Mixed Methods in the Social & Behavior Sciences
(Tashakkori & Teddlie, 2003), yang untuk pertama kalinya menyajikan overviezo
komprehensif mengenai strategi penelitian yang satu ini. Baru-baru ini, sejumlah jurnal juga
m ulai fokus pada peneli tian d engan metode campuran, seperti Journal of Mixed Methods
Research; Quality and Quantity dan Field Methods. Bahkan, sejumlah jurnal lain juga telah
berusaha merumuskan penelitian ini dalam konteks disiplin ilmu pengetahuan tertentu,
seperti International Journal of Social Research Methodology; Qualitative Health Research;
Annals of Family Medicine. Selain jurnal, beberapa penelitian sosial humaniora juga bany ak
yang menerapkan penelitian metode campuran ini dalam bidang-bidang yang beragam,
seperti bidang terapi okupasional (Lysack & Kreftdng, 1994), komunikasi interpersonal
(Boneva, Kraut.. & Frohlich, 2001), pencegahan AIDS (Janz et al., 1996), perawatan
demensia (Weitzman & Levkoff, 2000), kesehatan mental (Rogers, Day, Randall, & Bentall,
2003), dan dalam sains sekolah menengah (Houtz, 1995). Buku-buku terbaru yang terbit
setiap tahun pun juga tidak sedikit yang ditulis khusus untuk membahas penelitian metode
campuran (seperti, Bryman, 2008; Creswell & Piano Clark, 2007; Greene, 2007; Piano Clark
& Creswell, 2008; Tashakkori & Teddlie, 1998).
Checklist pertanyaan-pertanyaan seputar bagaimana mendesain penelitian metode
campuran sudah disajikan dalam Tabel 10.1. Dalam bab ini, akan dijelaskan komponenkomponen penting terkait sifat-sifat dan jenis-jenis strategi penelitian metode campuran.
Selain itu, bab ini juga akan membahas perlunya model visual dalam
Tabel 10.1 Checklist Pertanyaan-pertanyaan untuk merancang prosedur Metode
campuran
---------------------------------------------_______
----------------------
---------------------------------------------------------
lebih baik; atau untuk menguji hasil penelitian dari pendekatan yang berbeda). Yang
jelas, campuran dua metode ini bisa saja berada dalam satu penelitian atau berada di
antara sejumlah studi dalam satu program penelitian. Selain itu, kenalilah istilah-istilah
berbeda yang sering digunakan untuk menyebut penelitian ini, seperti integmsi,
sintesis, metode kuantitatif dan kualitatif. multimetode, dan metodologi campuran,
meski buku- buku yang terbit baru-baru ini lebih banyak menggunakan istilah
metode campuran (Bryman, 2006; Tashakkori & Teddlie, 2003).
Jelaskan secara singkat perkembangan minat terhadap penelitian metode campuran
seperti yang banyak terungkap dalam buku- buku, artikel-artikel jurnal, penelitianpenelitian akademik, dan proyek-proyek yang didanai/hibah (lihat Creswell & Piano
Clark, 2007 untuk pembahasan mengenai inisiatif inisiatif awal yang turut
berkontribusi pada perkernbangan metode campuran saat ini).
Tulislah tantangan-tantangan yang Anda hadapi ketika menerapkan penelitian metode
campuran. Tantangan-tantangan ini bisa berupa sifat pengumpulan datanya yang harus
ekstensif, sifat analisisnya yang begitu intensif atas data teks dan angka-angka, serta
tuntutan akan pengetahuan mendalam tentang bentuk penelitian kuantitatif sekaligus
kualitatif.
STRATEGI-STRATEGI PENELITIAN METODE CAMPURAN DAN MODELMODEL VISUALNYA
Ada beberapa tipologi yang bisa dimanfaatkan peneliti untuk memilih jenis strategi
metode campuran yang akan digunakan dalam ponelitiannya. Creswell dan Piano Clark
(2007) mengidentifikasi 12 sistem klasifikasi strategi penelitian metode campuran yang
didasar-kan pada ranah-ranah yang berbeda, seperti evaluasi, perawatan kesehatan publik,
kebijakan dan penelitian pendidikan, serta penelitian sosial dan behavioral. Dalam
klasifikasi-klasifikasi ini, setiap strategi memiliki istilah yang berbeda-beda, meskipun ada
sejumlah hal substansial yang mirip dan overlapping dalam rancangan-rancang-an tersebut.
Berikut ini, saya jelaskan enam strategi penelitian metode campuran yang sudah saya dan
rekan-rekan saya gunakan sejak 2003 (Creswell et al., 2003).
265
metode campuran. Aspek-aspek tersebut antara lain: timing (waktu), iveighting (bobot),
mixing (pencampuran), dan teorizing (teorisasi) seperti yang dapat dilihat dalam Gambar 10.1
Timing
Konkuren/Tidak
Sekuensial
Tahap Pertama
Kualitatif-Sekuensial
Bobot/Prioritas
Pencampuran
Seimbang
Menggabungkan
{Integrating)
Kualitatif
Menghubungkan
(Connecting)
Teorisasi
Eksplisit
Implisit
Tahap Pertama
Kuantitatif
Menancapkan
Kuantitatif-Se(Embedding)
kuensial
Gambar 10.1 Aspek-Aspek yang Perlu Dipertimbangkan dalam Merancang Penelitian
Metode Campuran
Sumber: Diaptasi dari Creswell et al. (2003).
Timing (Waktu)
Peneliti harus mempertimbangkan waktu dalam pengumpulan data kualitatif dan
kuantitatifnya: apakah data akan dikumpulkan secara bertahap (sekuensial) atau langsung
dikumpulkan sekaligus dalam satu waktu (konkuren). Ketika data dikumpuikan secara bertahap, peneliti periu menentukan data apa saja yang akan dikumpulkan terlebih dahulu:
apakah data kuantitatif atau data kualitatif. Hal ini bergantung pada tujuan awai peneliti.
Ketika data kualitatif yang terlebih dahulu dikumpulkan, berarti tujuannya adalah untuk
mengeksplorasi topik penelitian dengan cara mengamati para parti-sipan di lokasi penelitian.
Setelah itu, peneliti memperluas pema-hamannya melalui tahap kedua, kuantitatif, yang di
dalamnya data dikumpulkan dari sejumlah besar partisipan (yang biasanya di-anggap
sebagai sampel penelitian). Ketika data dikumpulkan secara konkuren, berarti data kualitatif
maupun data kuantitatif sama-sama dikumpulkan sekaligus dalam satu waktu, dan
pelaksanaannya ber-langsung serempak. Dalam beberapa proyek penelitian, terkadang
memang tidak efektif mengumpulkan data secara bertahap dalamjangka waktu yang lama
(misalnya, dalam ilmu kesehatan di mana para dokter tidak punya banyak waktu untuk
mengumpulkan data di lapangan). Dalam hal ini, ketika peneliti berada dalam lokasi
penelitian, mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif dalam satu waktu sering kali lebih
efektif ketimbang mengumpulkannya secara bertahap.
Weighting (Bobot)
266
selanjutnya, yakni pada tahap pengumpulan data kualitatif. Dalam situasiini, baik data
kuantitatif maupun data kualitatif, saling dihubungkan (connecting) satu sama lain selama
tahap-tahap penelitian. Keterhubungan ini tergambar dari penelitian kuantitatif dan kualitatif
yang terhubung selama analisis data pada tahap pertama dan pengumpulan data pada tahap
kedua.
Dalam proyek yang lain, peneliti bisa saja mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif
secara
konkuren
dan
menggabungkan
(integrating)
database
keduanya
dengan
perubahan dan advokasi). Setiap teori pada umumnya menyediakan perspektif utuh yang bisa
diterapkan dalam semua strategi penelitian metode campuran (akan dibahas sebentar lagi).
Mertens (2003), misalnya. Ia menyajikan pembahasan yang me-narik tentang bagaimana
perspektif transformasi membentuk tahap-tahap penelitian metode campuran.
Strategi-Strategi Penelitian Metode Campuran dan Model-Model
Visualnya
Empat faktor ini waktu, bobot, pencampuran, dan teorisasi dapat membantu
peneliti untuk merancang prosed ur-prosedur penelitian metode campuran. Meski demikian,
keempat faktor tersebut tidak menu tup kemungkinan'kemungkinan yang lain. Masih a da
enam strategi penting yang bisa dipiiih oleh peneliti dalam merancang prosedur-prosedur
penelitiannya. Keenam strategi ini di-adaptasi dari Creswell et al. (2003). Sebuah proposal
seharusnya berisi deskripsi tentang strategi penelitian dan model visualnya, serta prosedurprosedur dasar yang akan digunakan peneliti dalam menerap-kan strategi tersebut. Gambar
10.2 dan 10.3 mendeskripsikan dan mengilustrasikan secara singkat masing-masing strategi
ini. Kata kualitatifdan kumititatif dalam dua gambar tersebut disingkat dengan kata "qual"
dan "quan" (pembahasan detailnya akan disajikan lebih lanjut).
Masing-masing strategi metode campuran ini dapat dideskripsi-kan dengan notasi yang
sudah lazim digunakan dalam ranah metode campuran. Notasi metode campuran merupakan
label-label dan simbol-simbol singkatan yang mencerminkan aspek-aspek penting dalam
penelitian
metode
campuran,
yang
bisa
digunakan
oleh
para
peneliti
untuk
satu waktu.
Simbol">" mengindikasikan strategi pengumpulan data sekuensial, dengan satu
jenis data (misalnya, data kualitatif) yang men- dukung jenis data yang lain
269
270
dan analisis data kualitatif pada tahap pertama, yang kemudian diikuti oleh pengtimpuian
dan analisis data kuantitatif pada tahap kedua yang didasarkan pada hasil-hasil tahap
pertama. Bobot/prioritas lebih cenderung pada tahap pertama, dan proses pencampuran
(mixing) antarkedua metode ini terjadi ketika peneliti menghnbungkan antara analisis data
kualitatif dan pengumpulan data kuantitatif. Strategi eksploratoris sekuensial bisa, atau tidak
bisa, diimplimentasikan berdasarkan perspektif teoretis tertentu (lihat Gambar 102b).
Pada level yang paling dasar, tujuan dari strategi ini adalah menggunakan data dan hasil-hasil
kuantitatif untuk membantu menafsirkan penemuan-penemuan kualitatif. Tidak seperti
strategi eksplanatoris sekuensial, yang lebih cocok untuk menjelaskan dan menginterpretasi
hubungan-hubungan, fokus utama dalam strategi
mengeksplorasi suatu fenomena. Morgan (1998) menyatakan bahwa strategi ini cocok
digunakan untuk menguji elemen-elemen dari suatu teori yang dihasilkan dari tahap
kualitatif. Lebih dari itu, strategi ini juga dapat digunakan untuk melakukan generalisasi atas
penemuan-penemuan kualitatif pada sampel-sampel yang berbeda. Begitu pula, Morse
(1991) menyatakan bahwa salah satu tujuan dipilihnya strategi ini adalah untuk menentukan
distribusi suatu fenomena dalam populasi yang dipilih. Pada akhirnya, strategi eksploratoris
sekuensial sering kali dipilih sebagai prosedur penelitian ketika peneliti perlu membuat suatu
instrumen disebabkan instrumen yang ada tidak layak atau tidak tersedia. Untuk membuat
instrumen ini, peneliti perlu melewati tiga tahap: pertama-tama, mengumpulkan data
kualitatif dan mengana-lisisnya (Tahap 1), lalu menggunakan analisis tersebut untuk
membuat suatu instrumen (Tahap 2), yang kemudian diatur untuk ke-perluan sampel populasi
(Tahap 3) (Creswell & Piano Clark, 2007).
Strategi eksploratoris sekuensial memiliki banyak keunggulan sebagaimana strategi
sebelumnya. Pendekatan dua-tahap irvi (pene-litian kualitatif yang diikuti oleh penelitian
kuantitatif) membuat strategi ini mudah diwujudkan, dideskripsikan, dan dilaporkan. Strategi
ini tepat digunakan oleh peneliti yang ingin mengeksplorasi suatu fenomena, tetapi juga ingin
memperluas penemuan-penemuan kualitatifnya. Selain itu> strategi ini dapat membuat
penelitian kualitatif yang sangat luas menjadi nyaman dibaca oleh pembimbing, panitia, atau
komunitas penelitian yang terbiasa dengan penelitian kuantitatif. Seperti halnya strategi
eksplanatoris sekuensial, strategi eksploratoris sekuensial juga mengharuskan peneliti untuk
melewati. waktu yang relatif lama dalam menyelesaikan tahap-tahap pengumpulan data,
yang tentu saja lemah untuk beberapa situasi penelitian tertentu. Selain itu, peneliti juga
harus membuat keputusan penting tentang penemuan-penemuan awal kualitatif apa saja yang
272
akan difokuskan dalam tahap kuantitatif berikutnya (seperti, satu tema, perbandingan
antarkelompok.. tema-tema ganda).
Strategi Transformatif Sekuensial
Strategi ini terdiri dari dua tahap pengumpulan data yang ber-beda, satu tahap mengikuti
tahap yang lain, seperti halnya dua strategi sekuensial sebelumnya (lihat Gambar 10.2c).
Strategi transformatif sekuensial merupakan proyek dua-tahap dengan perspektif teoretis
tertentu (seperti, gender, ras, teori ilmu sosial) yang turut membentuk prosedur-prosedur di
dalamnya. Strategi ini terdiri dari tahap pertama (baik itu kuantitatif ataupun kualitatif) yang
diikuti oleh tahap kedua (baik itu kuantitatif maupun kualitatif). Perspektif teoretis
diperkenalkan di bagian pend~huluan. Perspektif ini dapat membentuk rumusan masalah
yang akan dieksplorasi (seperti, ke-tidaksetaraan, diskriminasi, ketidakadilan), menciptakan
sensitivitas pengumpulan data dari keiompok-kelompok marginal, dan diakhiri dengan
ajakan akan perubahan. Dalam strategi ini, peneliti dapat menggunakari salah satu dari dua
metode dalam tahap pertama, dan bobotnya dapat diberikanpada salah satu dari keduanya
atau didis-tribusikan secara merata pada masing-masing tahap. Dalam strategi transfonnatif
sekuensial ini, proses pencampuran (mixing) terjadi ketika peneliti menggabungkan antardua
metode penelitian, seperti yang dilakukan dalam strategi-strategi sekuensial sebelumnya.
Meski demikian, tidak seperti strategi eksploratoris dan eksplanatoris sekuensial
sebelumnya, dalam strategi transformatif sekuensial ini, peneliti harus menggunakan
perspektif teoretis tertentu untuk me-mandu penelitiannya. Pada dasarnya, perspektif teoretis
ini, apakah itu berupa kerangka konseptual atau ideologi tertentu, atau sejenis advokasi,
lebih bertujuan untuk membimbing penelitian ketimbang untuk diterapkan sebagai metode
tersendiri.
Tujuan dari strategi transformatif sekuensial adalah untuk me-nerapkan perspektif
teoretis si peneliti. Dengan diterapkannya penelitian dua-tahap dalam strategi ini, peneliti
diharapkan dapat me-nyuarakan perspektif-perspektif yang berbeda, memberikan advokasi
yang lebih baik kepada partisipan, atau niemahami suatu feno-mena dengan lebih baik.
Strategi transformatif sekuensial juga memiliki kekuatan dan kelemahan metodologis
tersendiri dibandingkan dengan dua strategi sekuensial sebelumnya. Tahap-tahap yang
berbeda dalam strategi iru mernudahkan peneliti untuk menerapkan, mendeskripsi, dan rnelaporkan hasil penelitiannya meskipun strategi ini juga membutuh-kan waktu yang tidak
sebentar dalam menyelesaikan dua tahap pengumpulan data. Yang lebih pen ting, strategi ini
telah menempat-kan penelitian metode campuran dalam kerangka transformatif: sesuatu
273
yang tidak dilakukan dalam dua strategi sebelumnya. Maka dari itu, strategi ini bisa jadi
lebih menarik dan acceptable bagi para peneliti yang perriah menggunakan kerangka
transformatif dalam satu metodologi terlentu, misalnya dalam penelitian kualitatif.
Sayangnya, salah satu kelemahan strategi ini adalah sedikitnya buku yang ditulis
tentangnya, terutama tentang bagaimana visi transformatif tersebut digunakan untuk
memandu metode penelitian. Begitu juga, seperti halnya strategi-strategi sekuensial lain,
peneliti masih perlu memutuskan tentang hasil-hasil apa saja pada tahap pertartia yang akan
dijadikan fokus vintuk ditindaklanjuti pada tahap kedua.
Strategi Triangulasi Konkuren
Strategi triangulasi konkuren mungkin menjadi satu-satunya strategi dari enam strategi
rnetode campuran yang paling populer saat ini (lihat gambar 10.3a). Dalam strategi
triangulasi konkuren, peneliti mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara konkuren
(dalam satu waktu), kemudian membandingkan dua database ini untuk mengetahui apakah
ada konvergensi, perbedaan-perbeda-an, atau beberapa kombinasi. Sebagian penulis
menyebut perban-dingan ini dengan istilah konfirmasi, diskonfirtnasi, lintas-validasi, atau
corroboration (Greene, Caracelli, & Graham, 1989; Morgan, 1998; Steckler, McLeroy,
Goodman, Bird, & McCormick, 1992). Strategi ini pada umumnya menerapkan metode
kuantitatif dan kualitatif secara terpisah untuk menutupi/menyeimbangkan kelemahankelemahan satu metode dengan kekuatan-kekutan metode yang lain (atau sebaliknya,
kekuatan satu metode menambah kekuatan metode yang lain). Dalam strategi ini,
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dilakukan secara bersamaan (konkuren) dalam
satu tahap peneliuan. Idealnya, bobot antara dua metode ini setara/seimbang, tetapi dalam
praktiknya; sering kali ada prioritas yang lebih dibebankan pada satu metode ketimbang pada
metode yang lain.
Dalam strategi ini, pencampuran (mixing) terjadi ketika peneliti sampai pada tahap
interpretasi dan pembahasan. Pencampuran tersebut dilakukan dengan meleburkan dua data
penelitian menjadi satu (seperti, mentransformasi satu jenis data menjadi jenis data lain
sehingga keduanya dapat mudali diperbandingkan) atau dengan mengintegrasikan atau
mengomparasikan hasil-hasil dari dua data tersebut secara berdampingan dalam
pembahasan. Integrasi ber-dampingan ini (side-by-side integration) banyak dijumpai dalam
pene-litian-penelitian metode campuran terpublikasi yang bagian pembahasan di dalamnya
274
selalu menyajikan hasil-hasil statistik (kuantitatif) terlebih dahulu, baru kemudian diikuti
oleh kuota-kuota kualitatif yang mendukung atau menolak hasil-hasil tersebut.
Strategi transformatif konkuren ini memiliki banyak manfaat selain karena sudah
populer di kalangan peneliti, strategi ini juga dapat menghasilkan penemuan yang substantif
dan benar-benar tervalidasi. Saya sering menjumpai bahwa para peneliti yang ingin
melakukan penelitian metode campuran hampir selalu mengguna-kan strategi ini dalam
mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif, dan membandingkan kedua data tersebut.
Apalagi, pengumpuian data konkuren membutuhkan jangka waktu pengumpuian data yang
relatif sebentar jika dibandingkan dengan pengumpuian data se-kuensial. Hal ini disebabkan
data kuantitatif dan kualitatif dikumpul-kan sekaligus dalam satu waktu di lokasi penelitian.
Meski demikian, strategi ini juga memiliki sejumlah keterbatas-an. Salah satunya
adalah karena strategi ini membutuhkan usaha keras dan keahlian khusus dari peneliti untuk
mengkaji fenomena dengan dua metode yang berbeda. Kerumitan strategi ini juga ter-letak
pada keharusan untuk membandingkari hasil-hasil dari dua analisis dengan dua data yang
berbeda. Selain iru, peneliti bisa saja bingung bagaimana mengatasi ketidaksesuaianketidaksesuaian yang sering kali muncul ketika membandingkan hasil-hasil penelitian,
meskipun cara-cara mengatasi masalah ini sudah banyak di-bahas dalam literatur, seperti
mengumpulkan data tambahan untuk memecahkan ketidaksesuaian, memeriksa kembali
database asli, memperoleh gagasan baru dari ketidaksamaan data, atau membuat proyek baru
yang membahas ketidaksesuaian tersebut (Creswell & Piano Clark, 2007).
Strategi Embedded Konkuren
Seperti halnya strategi triangulasi konkuren, strategi embedded konkuren juga dapat dicirikan
sebagai strategi metode campuran yarg menerapkan satu-tahap pengumpuian data kuantitatif
dan kualitatif dalam satu waktu (lihat Gambar 10.3b). Meski demikian, yang membedakan
strategi ini dengan strategi konkuren sebelumnya adalah bahwa strategi embedded konkuren
memiliki metode primer yang memandu proyek dan database sekunder yang memainkan
peran pendukung dalam prosedur-prosedur penelitian. Metode sekunder yang kurang
diprioritaskan (kuantitatif atau kualitatif) di-tancapkan {embedded) atau disarangkan (nested)
ke dalam metode yang lebih doniinan (kualitatif atau kuantitatif). Penancapan ini dapat
berartibahwa metode sekunder menjabarkan rumusan masalah yang berbeda dari metode
primer (seperti, dalam penelitian eksperimen, data kuantitatif menjelaskan outcome yang
diharapkan dari proses treatment, sementara data kualitatif mengeksplorasi proses-proses
yang dialami oleh masing-masing individu dalam kelompok treat-men t) atau mencari
275
informasi dalam tingkatan analisis yang berbeda (seperti, analogi dalam analisis hierarkis
kualitatif sangat membantu dalam mengkonseptualisasi level-level hierarki ini) (lihat
Tashakkori dan Teddlie, 1998).
Dalam strategi ini, pencampuran (mixing) dua data terjadi ketika peneliti
mengomparasikan satu sumber data dengan sumber data yang lain, biasanya pencampuran
ini banyak muncul dalam bagian pem-bahasan penelitian. Meski demikian, dua data tersebut
bisa saja tidak dikomparasikan, tetapi dideskripsikan secaraberdampingan sebagai dua
gambaran berbeda yang rnerepresentasikan penilaian gabungan terhadap suatu masalah. Hal
ini akan terjadi jika peneliti mengguna-kan strategi ini untuk mengevaluasi dua rumusan
masalah yang berbeda (antara kualitatif dan kuantitatif) atau meneliti level-level yang
berbeda dalam suatu organisasi. Mirip dengan strategi konkuren sebelumnya,. strategi ini
juga menerapkan perspektif teoretis tertentu untuk menjelaskan metode primer.
Strategi embedded konkuren dapat digunakan untuk beragam tujuan. Strategi ini kerap
kali digunakan agar peneliti dapat memper-oleh perspektif-perspektif yang lebih luas karena
mereka tidak hanya menggunakan metode yang dominan saja, melainkan juga menggunakan dua metode yang berbeda. Morse (1991) misalnya, menyata-kanbahwa strategi
kualitatif pada umumnya dapat ditancapkan (embedded) ke dalam data kuantitatif untuk
memperkaya deskripsi ten tang para partisipan yang menjadi sampel penelitian. Lebih lanjut,
Morse
mendeskripsikan
bagaimana
data
kualitatif
juga
dapat
digunakan
untuk
digunakan.
Pertimbangkan batas waktu yang anda miliki dalam mengumpulkan data. Strategistrategi konkuren tidak terlalu time consuming karena data kualitatif dan kuantitatif
ruang lingkup penelitiannya dan mengatur waktu dan sumber-sumber yang tersedia.
Cobalah untuk menggunakan strategi sekuensial eksplanatoris. Strategi ini merupakan
strategi favorit para mahasiswa saya, khususnya mereka yang kurang berpengalaman
dengan penelitian kulitatif namun memiliki potensi besar dalam penelitian kualitatif.
278
Dalam strategi ini, pengumpulan data kuantitatif pada tahap pertama dilanjutkan
dengan pengumpulan data kualitatif pada tahap kedua sebagai tindak lanjut atas hasil
Identifikasi dan tentukanlah jenis data baik kulitatif maupun kuantitatif- yang
akan dikumpulkan selama penelitian. Amati kembali table 1.3 yang menunjukkan
dua jenis data tersebut (kuantitatif dan kualitatif). Data dibedakan dalam konteks
respons terbuka versus respon tertutup. Bebrapa jenis data, seperti wawancara dan
observasi, bisa menjadi data kuantitatif atau kualitatif, tergantung pada seberapa
terbuka (kualitatif) opsi-opsi respons yang muncul dalam hasil wawancara atau
ceklis obserpasi tersebut. Mesipun mengubah informasi menjadi angka-angka
merupakan pendektan yang sering diterapkan dalam penelitian kuantitatif, hal ini
bukan tidak mungkin juga diterapakan dalam penelitian kulitatif (mengubah
dan sampel ini dapat digeneraisasi pada populasi yang lebih luas. Meski demkian,
sampling juga ditetapan dalam pengumpulan data penelitian kulitatif untuk
memilih individu-individu yang benar-benar telah mengalami/ merasakan
fenomena utama. Prosedur-prosedur sampling ini perlu dijelaskan dalam proposal,
khususnya di bagian pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif. Selain itu,
teddlie dan yu (2007) telah mengembangkan tipologi lima sampling metode
campran. Tipologi ini dibuat dengan cara menghubungkan prosedur-prosedur
sampling dengan srategi-strategi metode campuran yang sudah saya bahas
sebelumnya:
1 Strategi-strategi dasar; di dalamnya sampling kuantitatif dan sampling
kualitatif dikombinasikan (seperti, stratified purposeful sampling dan
2
unit analisis.
Sampling yang menerapkan bentuk kombinasi apa pun dengan strategi-
Transformasi data. Dalam strategi-strategi konkuren, peneliti bisa saja menghitung berapa
kali kode-kode dan tema-tema tersebut muncul dalam data teks (atau dengan menhitung
garis-garis dan kalimat-kalimat yang membicarakan kode dan tema itu). Penghitungan
data kualitatif inilah yang memungkinkan peneliti untuk membandingkan hasil-hasil
kuantitatif dengan data kualitatif. Sebaliknya, peneliti juga dapat mengualifikasi (qualify)
data kuantitatif. Misalnya, dalam analisis faktor berdasarkan skala dengan menggunakan
instrumen tertentu, peneliti dapat membuat faktor-faktor atau tema-tema kuantitatif yang
kemudian diperbandingkan dengan tema-tema dan database kualitatif.
Membuat matriks/tabel. Dengan menerapkan salah satu strategi konkuren yang sudah
dijelaskan sebelumnya, kombinasikanlah informasi-informasi yang diperoleh dan
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif ke dalam sebuah matriks/tabel. Poros
horizontal dalam matriks/tabel ini dapat berupa variabel kategorial kuantitatif (seperti,
281
jenis-jenis provider perawat, dokter, dan asisten medis), sedangkan poros vertikalnya
dapat berupa data kualitatif (seperti, lima tema tentang relasi caring antara provider dan
pasien-pasiennya). Informasi dalam setiap cell (kotak-kotak dalam matriks/tabel) dapat
berupa kuota-kuota dan data kualitatif, hitungan jumlah kode dan kualitatif, atau
kombinasi-kombinasi lain. Dengan cara seperti ini, matriks/tabel tersebut akan
menampilkan analisis data kualitatif dan kuantitatif terkombinasi. Untuk membuat
matriks/tabel ini, gunakanlah program-program software kualitatif (lihat Bab 9).
Aspek lain dari analisis data yang harus dideskripsikan dalam proposal metode
campuran adalah serangkaian langkah yang diambil untuk memeriksa validitas data
kuantitatif dan akurasi hasil kualitatif. Sejumlah penulis metode campuran menganjurkan
pada kita untuk menerapkan prosedur-prosedur validitas, baik untuk tahap penelitian
kuantitatif maupun tahap penelitian kualitatif (Tashakkori & Teddlie, 1998). Untuk tahap
kuantitatif, penulis proposal harus membahas validitas dan reliabilitas skor-skor dan penggunaan instrumen sebelumnya. Selain itu, ancaman-ancaman potensial terhadap validitas
internal dalam rancangan survei dan eksperimen juga perlu dicatat (lihat Bab 8). Untuk tahap
kualitatif, strategi-strategi yang akan digunakan untuk memeriksa akurasi hasil penelitian
juga harus disebutkan (lihat Bab 9). Strategi-strategi ini bisa meliputi triangulasi sumber data,
member checking, deskripsi detail, atau pendekatan-pendekatan lain.
Penulis proposal juga harus menjelaskan mengapa dan bagaimana validitas untuk
penelitian metode campurannya berbeda dengan validitas untuk penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Beberapa penulis menyebut validitas untuk penelitian metode campuran ini dengan
istilah legitimasi (Onwuegbuzie & Johnson, 2006: 55). Legitimasi dalam penelitian metode
campuran berhubungan erat dengan semua tahap dalam proses penelitian, mulai dari isu-isu
filosofis (seperti, apakah prinsip-prinsip filosofis penelitian kuantitatif dan kualitatif sudah
dicampur ke dalam satu konsep filosofis yang bisa diterapkan secara menyeluruh?) hingga
inferensi-inferensi yang diambil (misalnya, inferensi-inferensi ini haruslah benar-benar berkualitas) dan manfaat penelitian bagi pembaca (lihat Onwuegbuzie & Johnson, 2006).
Bagi
siapa
pun
yang
merancang
proposal
dengan
metode
campuran,
pertimbangkanlah jenis validitas yang berhubungan dengan komponen kuantitatif (lihat Bab
8), jenis validitas yang berhubungan dengan komponen kualitatif (lihat Bab 9), dan isu-msu
validitas lain yang mungkin berhubungan dengan pendekatan metode campuran. Isu-isu
validitas dalam penelitian metode campuran juga bisa berhubungan dengan jenis-jenis
strategi yang pernah dibahas dalam bab ini. Bahkan, isu-isu tersebut juga bisa berhubungan
dengan pemilihan sampel, besaran sampel, tindak lanjut terhadap hasil-hasil yang
282
bertentangan, bisa dalam pengumpulan data, prosedur-prosedur yang tidak layak, atau
rumusan masalah-rumusan masalah yang saling berseberangan (lihat Creswell & Piano Clark,
2007, untuk pembahasan lebih detail mengenai hal ini).
SUSUNAN LAPORAN PENELITIAN
Susunan untuk laporan penelitian, sebagaimana untuk analisis data, harus disesuaikan
dengan jenis strategi yang dipilih. Karena penelitian metode campuran mungkin terkesan
asing bagi pembaca maka penulis proposal perlu memberikan beberapa petunjuk tentang
bagaimana menyusun laporan akhir.
Dalam penelitian sekuensial, peneliti metode campuran biasanya menyusun laporannya
mengenai prosedur-prosedur ke dalam bagian pengumpulan data kuantitatif dan analisis
data kuantitatif yang dilanjutkan dengan bagian data kualitatif, pengumpulan data
kualitatif, dan analisis data kualitatif. Setelah itu, dalam bagian kesimpulan dan
interpretasi, peneliti memberikan komentar tentang bagaimana hasil-hasil kualitatif
membantu mengelaborasi atau memperluas hasil-hasil kuantitatif. Sebagai alternatifnya,
laporan mengenai pengumpulan dan analisis data kualitatif dapat disajikan terlebih
dahulu, kemudian diikuti oleh laporan tentang pengumpulan dan analisis data kualitatif.
Dalam kedua susunan ini, penulis proposal biasanya menyajikan proyeknya menjadi dua
tahap yang berbeda, dengan judul yang juga terpisah untuk keduanya.
Dalam penelitian konkuren, laporan tentang pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif
dapat disajikan di bagian terpisah, tetapi analisis dan interpretasinya harus
dikombinasikan untuk mencari konvergensi dan kesamaan-kesamaan antara hasil-hasil
yang diperoleh. Biasanya, susunan seperti ini tidak memperjelas perbedaan antara tahap
kuantitatif dan tahap kualitatif.
283
nyajikan kerangka konseptual, lengkap dengan model visualnya, serta rumusan masalah yang
diajukan untuk mengeksplorasi hubungan antar kedua komitmen tersebut. Kerangka
koniseptual inilah yang memberikan petunjuk-petunjuk teoretis tentang semua proses/tahap
penelitian kuantitatif (Morse, 1991).
Dalam penelitian dua-tahap ini, Kushman menerapkan tahap kuantitatif dengan
KUAN kual. Artinya, Kushman menyajikan hasil-hasilnya dalam dua tahap, yakni tahap
pertama-hasil kuantitatif- yang menampilkan dan membahas korelasi, regresi, dan ANOVA.
Kemudian, hasil studi kasus kualitatif disajikan pada tahap kedua dalam bentuk tema-tema
dan subtema-subtema, lengkap dengan kutipan-kutipannya. Pencampuran (mixing) hasil
284
kuantitatif dan hasil kualitatif dalam penelitian Kushman muncul di pembahasan akhir di
mana di dalamnya Kushman menyoroti hasil-hasil kuantitatif dan kompleksitas-kompleksitas
yang muncul dan hasil-hasil kualitatif. Meski demikian, Kushman tidak menggunakan satu
teori yang spesifik dalam penelitiannya kali ini.
Data aktual dikumpulkan dari hasil survei terhadap 182 mahasiswa dan orang tua dari
hasil wawancara dengan 56 mahasiswa dan orang tua. Dan tujuan penelitiannya, kita bisa
melihat bahwa Hossler dan Vesper mengumpulkan dua data ini secara konkuren (dalam satu
waktu). Mereka juga menyajikan pembahasan tentang analisis kuantitatif terhadap data
survei, termasuk pembahasan mengenai pengukuran variabel-variabel dan detail-detail dalam
analisis data regresi logistik. Mereka juga menyebutkan kelemahan-kelemahan dalam analisis
kuantitatif dan hasil-hasil analisis t-test dan regresi.
Meski demikian, dalam satu halaman khusus, mereka juga menyajikan analisis data
kualitatif dan menjelaskan secara singkat tema-tema yang muncul dalam pembahasannya.
Bobot atau prioritas untuk penelitian metode campurannya Hossler dan Vesper kali ini
cenderung pada pengumpulan dan analisis data kuantitatif, dan notasi untuk penelitian ini
285
berupa KUAN + kual. Pencampuran (mixing) kedua sumber data ini dilakukan dalam bagian
khusus berjudul Tembahasan Hasil Survei dan Wawancara (hlm. 155), lebih tepatnya dalam
tahap interpretasi. Dalam bagian ini, mereka mengomparasikan pentingnya faktor-faktor yang
menjelaskan penghematan orang tua untuk hasil-hasil kuantitatif, di satu sisi, dengan hasilhasil wawancara kualitatif di sisi ang lain.
Mirip dengan Contoh 10.1, tidak ada perspektif teoretis yang digunakan dalam
penelitian ini meskipun di bagian awal mereka menyajikan literatur-literatur yang membahas
tentang ekonometrik dan pilihan perguruan tinggi, dan di bagian akhir mereka menyajikan
Model Tambahan tentang Penghematan Orang Tua. Artinya, kami melihat teori yang
digunakan dalam penelitian ini bersifat induktif (sebagaimana penelitian kualitatif),
didasarkan literatur-literatur yang ada (sebagaimana penelitian kuantitatif), dan pada akhirnya
dibangun dan direkonstruksi secara terus-menerus selama proses penelitian.
Peneliti (dalam hal ini, Bbopal) menulis penelitiannya dengan tujuan untuk
menyuarakan pandangan kaum wanita dan memberikan kritik tajam terhadap ketidakadilan
gender. Dalam penelitian di
286
atas, data kuantitatif menampilkan pola-pola partisipasi umum, sementara data kualitatif
menunjukkan narasi personal kaum wanita. Timing dalam penelitian ini adalah
mengumpulkan data terlebih dahulu, kemudian mewawancarai beberapa wanita untuk
menindaklanjuti dan memahami partisipasi mereka secara mendalam (strategi sekuensial
eksplanatoris). Komponen kualitatif dan komponen kuantitatif sama-sama diberi bobot yang
seimbang, dengan asumsi bahwa keduanya dapat memberikan kontribusi pada pemahaman
yang lebih detail terhadap masalah penelitian. Pencampuran (mixing) antara dua komponen
ini dilakukan dengan cara menghubungkan hasil-hasil dan survei kuantitatif dan
mengeksplorasi lebih jauh hasil-hasil ini dalam tahap kualitatif. Karena teori feminis dibahas.
Sepanjang penelitian ini dengan fokus pada kesetaraan dan penyuaraan hak-hak kaum wanita
287
maka bisa dipastikan bahwa penelitian ini secara eksplisit telah menggunakan perspektif
feminis sebagai landasan berpikinya.
RINGKASAN
Untuk merancang prosedur-prosedur penelitian metode campuran, mulailah dengan
menjelaskan sifat penelitian metode campuran. Penjelasan ini bisa meliputi sejarah
berkembangnya penelitian tersebut, definisinya, dan aplikasinya dalam berbagai bidang
penelitian. Setelah itu, terapkan empat kriteria (seperti yang sudah dijelaskan) untuk memilih
strategi metode campuran yang dianggap paling layak. Tunjukkan pula strategi timing dalam
melakukan pengumpulan data (apakah konkuren, dalam satu waktu, atau sekuensial, tahap
demi tahap). Selain itu, nyatakan pula bobot/ prioritas untuk dua pendekatan penelitian
(kuantitatif dan/atau kualitatif), apakah bobotnya setara atau lebih memprioritaskan salah satu
di antara keduanya. Jelaskan pula bagaimana kedua data ini dicampur (mixed), apakah
dengan cara meleburkan (merging) data, menghubungkan (connecting) data dan satu tahap ke
tahap lain, atau menancapkan (embedding) sumber data sekunder ke dalam sumber data
primer. Akhinya, tunjukkan dan jelaskan pula apakah ada perspektif teoretis tertentu yang
akan digunakan untuk memandu penelitian, seperti teori dan ilmu-ilmu sosial atau perspektif
advokasi (misalnya, feminisme, ras, dan sebagainya).
Ada enam strategi pengumpulan data dalam penelitian metode campuran. Peneliti
patut memilih salah satu dari keenam strategi tersebut: apakah secara sekuensial
(eksplanatoris dan eksploratoris), secara konkuren (triangulasi dan embedded), atau dengan
perspektif transformatif (sekuensial atau konkuren). Setiap strategi memiliki kekuatan dan
kelemahannya tersendiri, meskipun diakui bahwa strategi sekuensial memang paling mudah
diterapkan. Strategi yang dipilih juga harus disajikan dalam gambar (model visual). Peneliti
lalu menghubungkan dan menjelaskan gambar ini dengan prosedur-prosedur yang lebih
spesifik untuk membantu pembaca memahami semua proses penelitian. Prosedur-prosedur ini
bisa meliputi prosedur-prosedur pengumpulan data (kuantitatif dan kualitatif) dan prosedurprosedur analisis data (kuantitatif dan kualitatif).
Analisis data metode campuran bisa dilakukan dengan mentransformasi data,
mengeksplorasi outlier-outlier, menguji level-level ganda, atau membuat matriks/tabel yang
mengombinasikan hasil kuantitatif dan penemuan kualitatif. Prosedur-prosedur validitas juga
harus dideskripsikan secara eksplisit. Meski penelitian metode campuran ini kurang familiar
bagi sebagian pembaca, peneliti sebaiknya tetap menyusun laporan tertulis untuk proposal
penelitiannya. Susunan laporan ini harus disesuaikan dengan jenis strategi yang dipilih-
288
289
LATIHAN MENULIS
1
BACAAN TAMBAHAN
Creswell, J.W. & Piano Clark, V.L.(2007). Designing and Conducting Mixed Methods
Research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Piano Clark, V.L. & Creswell, J.W. (2008). The Mixed Methods Reader. Thousand Oaks, CA:
Sage.
Creswell dan Piano Clark menulis dua buku yang menjelaskan penelitian metode
campuran, lengkap dengan contoh-contohnya dan artikel-artikel metodologis tentang
penelitian ini. Pada buku pertama, mereka fokus pada empat jenis strategi metode campuran
(sekuensial eksplanatoris, sekuensial eksploratoris, triangulasi, dan rancangan embedded) dan
menyajikan contoh-contoh penelitian yang mencerminkan masing-masing strategi ini.
Strategi-strategi ini kemudian dijabarkan lebih jauh dalam buku kedua, yang di dalamnya
mereka menyertakan contoh-contoh penelitian lain yang benar-benar menerapkan strategistrategi tersebut. Dalam buku kedua ini pula, mereka membahas seputar ide-ide dasar tentang
empat strategi metode campuran tersebut.
Greene, J.C., Caracelli, V.J., & Graham, W.F. (1989). Toward a Conceptual Framework for
Mixed-Method Evaluation Designs. dalam Educational. Evaluation and Policy
Analysis. 11 (3). (hlm. 255-274).
Jennifer Greene dan rekan-rekannya mengevaluasi 57 penelitian metode campuran
yang dipublikasikan mulai tahun 1980 hingga 1988. Dari evaluasi ini, mereka menampilkan
290
lima tujuan dari tujuh karakteristik metode campuran. Mereka menyatakan bahwa penelitian
metode campuran sering kali diterapkan untuk mencari konvergensi (triangulation), meneliti
aspek-aspek yang berbeda dari sebuah fenomena (complementary), menganalisis data secara
sekuensial (development), mendeteksi paradoks dan perspektif-perspektif baru (initiation),
dan memperluas ruang lingkup penelitian (expansion). Mereka juga menemukan bahwa
penelitian-penelitian metode campuran ini pada umumnya berbeda-beda dalam hal asumsiasumsi, kekuatan-kekuatan, dan kelemahan-kelemahan metodologisnya. Begitu pula,
perbedaan-perbedaan ini bisa terlihat dari apakah penelitian-penelitian ini menjabarkan
fenomena yang berbeda atau fenomena yang sama; apakah diimplementasikan dalam paradigma yang sama atau berbeda; apakah diberikan bobot/prioritas yang sama atau berbeda;
atau apakah diimplementasikan secara independen, konkuren, atau sekuensial. Dengan
tujuan-tujuan dan karakteristik-karakteristik tersebut, mereka kemudian merekomendasikan
sejumlah strategi metode penelitian yang layak digunakan.
Morse, J.M. (1991). Approaches to Qualitative-Quantitative Methodological Triangulation
dalam Nursing Research. 40(1). (him. 120-123).
Janica Morse menyatakan bahwa penggunaan metode kualitatif dan kuantitatif secara
bersamaan
untuk
membahas
suatu
masalah
penelitian
menuntut
adanya
upaya
ada bab-bab khusus yang mengilustrasikan penerapan metode penelitian dalam evaluasi,
manajemen dan organisasi, ilmu kesehatan, keperawatan, psikologi, sosiologi, dan
pendidikan.
292
Glosarium
Abstrak dalam review penelitian adalah review singkat mengenai penelitian
(biasanya berupa paragraf singkat) yang menyimpulkan beberapa bagian utama dalam sebuah
penelitian agar pembaca bisa memahami hal-hal dasar yang ada dalam sebuah penelitian.
Pandangan advokatif/partisipatoris adalah landasan filosofis dalam penelitian
dimana dalam proses penyelidikan, penelitian dihubungkan dengan politik dari sebuah
agenda politik. Karena itu, penelitian semacam ini memuat sebuah rencana tindakan untuk
melakukan perubahan yang dimungkinkan bisa terjadi dalam kehidupan partisipan, institusi
yang didiami partisipan, atau dalam kehidupan peneliti sendiri. Selain itu, pandangan ini juga
mengangkat isu-isu spesifik dalam kehidupan sosial yang tengah terjadi di masyarakat, Semisal pemberdayaan, ketidaksetaraan, penindasan, dominasi, tekanan, dan pengasingan.
293
Perhatian atau minat dalam penulisan adalah beberapa kalimat yang bertujuan
untuk memberi batasan pembahasan pada pembaca (agar pembaca bisa tetap fokus),
mengorganisir gagasan, dan menarik perhatian individu secara kontinu.
Gagasan dasar dalam penulisan adalah kalimat-kalimat yang mengandung beberapa
gagasan atau gambar khusus yang termasuk dalam gagasan utama. Gagasan atau gambar
khusus ini berfungsi untuk menguatkan, memperjelas, atau memaparkan gagasan-gagasan
yang termuat dalam gagasan utama.
Studi kasus adalah stategi kualitatif di mana peneliti mengkaji se-buah program, kejadian,
aktivitas, proses, atau satu atau lebih indi-vidu dengan lebih mendalam. Kasus-kasus tersebut
dibatasi oleh waktu dan aktivitas, sehingga peneliti harus mengumpulkan infor-masi yang
detail dengan menggunakan beragam prosedur pengum-pulan data selama periode waktu
tertentu.
Pertanyaan inti (Rumusan masalah) dalam penelitian kualitatif adalah pertanyaan besar
yang dimiliki peneliti dan mengharuskan adanya sebuah penjelasan berupa fenomena sentral
atau konsep sebuah penelitian.
Kode etik adalah aturan-aturan dan prinsip etis yang ditetapkan oleh sekelompok profesional
yang khusus mengatur penelitian-penelitian ilmiah.
Materi kode (coding) adalah proses pengaturan materi-materi pada bagian-bagian dalam
keseluruhan teks agar gagasan umum bisa dikembangkan dan tersebar dalam tiap-tiap bagian.
Koherensi dalam penulisan berarti adanya kesatuan gagasan dan adanya ketersambungan
logis antar beberapa kalimat dan beberapa paragraf.
Database literarur dalam komputer dewasa ini sudah bisa diakses di perpustakaan.
Database ini memberikan akses cepat pada ribuan jurnal, arsip konferensi, dan materi-materi
lain.
Strategi embedded konkuren dalam metode penelitian campuran bisa diketahuai dari
kegunaannya pada satu fase pengumpulan data, yakni selama pengumpulan data kualitatif
dan kuantitatif dilakukan secara berkesinambungan. Tidak seperti model triangulasi tradisional,pendekatan embedded konkuren memiliki metode utama yang membimbing laju
penelitian dan memiliki metode kedua yang ber-peran suportif dalam prosedur tersebut.
Prosedur metode campuran konkuren adalah prosedur di mana peneliti mengumpulkan
atau mengombinasikan data kualitatif dan kuantitatif untuk memberikan sebuah analisis
komprehensif ter-hadap masalah penelitian.
294
295
Embedding adalah bentuk pencampuran dalam metode penelitian campuran,di mana bentuk
data kedua dihubungkan dengan peneliti-an berskala lebih luas yang menjadi database utama.
Database kedua berfungsi untuk mendukung database utama.
Etnografi adalah strategi kualitatif di mana peneliti mempelajari sebuah kelompok kultural
secara utuh dalam setting yang natural selama periode waktu tertentu dengan mengumpulkan
data pene-litian dan wawancara.
Desain eksperimental dalam penelitian kuantitatif menguji dampak treatment (arah sebuah
intervensi) terhadap hasil penelitian serta mengkaji semua faktor lain yang dimiliki
kemungkinan untuk memengaruhi hasil sebuah penelitian.
Penelitian eksperimental berupaya menentukan apakah sebuah treatmen khusus bisa
memengaruhi hasi sebuah penelitian. Dampak atau pengaruh tersebut bisa diketahuai dengan
memberikan sebuah treatment khusus pada sebuah kelompok dan membatasi treatment pada
kelompok lain. Kemudian, peneliti menentukan bagaimana perbedaan dua kelompok tersebut
memengaruhi hasil sebuah penelitian.
Ancaman validitas eksternal munculsaat seorang yang melakukan eksperimen membuat
kesimpulan yang salah dari sampel data dengan mengkaji orang lain, setting lain, atau situasi
yang telah lalu dan situasi yang akan datang. (tidak tepat sasaran)
Kegemukan dalam penulisan berartiadanya kata yang ditambahkan dan sebenarnya tidak
dibutuhkan dalam sebuah kalimat untuk me-nyampaikan sebuah gagasan.
Gatakeeperadalah beberapa staf yang terlibat dalam situs penelitian yang memberikan akses
pada situs yang bersangkutan dan meng-izinkan terlaksananya sebuah penelitian kualitatif.
Teori grounded adalah sebuah strategi kualitatif di mana peneliti menyampaikan teori yang
umum dan abstrak mengenai proses, tindakan, atau interaksi yang grounded dalam
pandangan partisipan sebuah penelitian.
Penulisan yang biasa adalah penulisan proposal dengan cara yang umum dan terus-menerus,
bukan penulisan dalam jangka waktu yang tidak teratur dan mandeg beberapa saat.
Hipotesis menghubungkan beberapa variabel atau membandingkan kelompok-kelompok
dalam variabel sehingga kesimpulan sampel bisa ditarik menjadi kesimpulan populasi.
Formulir izin ditandatangani oleh partisipan sebelum mereka terlibat dalam sebuah
penelitian. Formulir ini menegaskan bahwa hak partisipan akan dilingdungi selama proses
pengumpulan data.
296
John W.Creswell
Memadukan dua database dalam metode penelitian campuran ber-arti bahwa database
kualitatif dan kuantitatif benar-benar digabung-kan dengan sebuah pendekatan perbandingan
atau untuk keperluan melakukan transformasi data.
Persetujuan intercoder (atau pengujian ulang) adalah ketika dua atau beberapa coder
menyetujui penggunaan beberapa kode untuk bagian yang sama dalam sebuah teks. (Hal
tersebut tidak berarti mereka memberi kode pada teks yang sama, namun berarti bahwa coder
lain akan memberi kode yang persis sam dengan kode yang digunakan seorang coder pada
bagian yang sama).Prosedur statistik atau subprogram yang telah terakui dalam paket
software kualitatif bisa digunakan untuk menentukan level konsistensi dalam memberi kode.
Ancaman validitas internal adalah prosedur eksperimental, treat-ment, atau pengalaman
partisipan yang bisa menghambat peneliti untuk membuat kesimpulan yang tepat dari data
mengenai populasi yang dilibatkan dalam eksperimen.
Interpretasi hasil dalam penelitian kuantitatif berarti bahwa peneliti menarik kesimpulan
dari pertanyaan dalam penelitian, hipotesis, dan makna yang lebih luas dalam hasil penelitian.
Interpretasi dalam penelitian kualitatif berarti bahwa peneliti dapat menarik makna dari hasil
analisis data. Makna ini bisa berupa pelajaran atau informasi untuk melakukan perbandingan
dengan penelitian lain dan pengalaman pribadi.
Protokol wawancara adalah sebuah formulir yang digunakan oleh peneliti kualitatif untuk
merekam dan menulis informasi yang di-dapatkan selama proses wawancara.
Peta penelitian adalah sebuah gambaran visual (atau gambar) me-ngenai penelitian sebuah
topik yang menggambarkan bagaimana sebuah penelitian khusus bisa memberikan kontribusi
terhadap se-buah topik tertentu.
Memasangkan partisipan dalam penelitian eksperimental adalah prosedur yang
memasangkan beberapa partisipan yang memiliki sifat dan karakteristik tertentu dan secara
acak ditugaskan untuk terlibat dalam kelompok eksperimental dan kelompok yang melakukan
kontrol.
Notasi metode campuran memberikan label dan simbol kecil yang memainkan peran
penting dalam metode penelitian campuran. Notasi ini memaparkan cara bagaiman peneliti
dengan metode campuran bisa dengan mudah berkomunikasi dengan prosedur yang harus
dipenuhinya.
297
298
Protokol observasional adalah sebuah formulir yang digunakan oleh seorang peneliti
kualitatif untuk merakam dan menulis informasi saat tengah melakukan observasi.
Penelitian fenomenologis adalah strategikualitatif di mana peneliti mengidentifikasikan
esensi pengalaman manusia tentang fenomena yang diungkapkan seorang partisipan dalam
sebuah penelitian.
Postpositivistik mencerminkan sebuah filosofi deterministik mengenai penelitian yang bisa
menentukan efek atau hasil tertentu. Sebab itu, masalah yang diteliti dengan menggunakan
landasan ini mencerminkan isu yang tidak harus diidentifikasi dan diketahui penyebab yang
memuat hal tersebut bisa memengaruhi hasil penelitian, semisal dalam sebuah eksperimen.
Pragmatisme sebagai sebuah pola pikir atau landasan filosofis muncul dalam tindakan,
situasi, dan konsekuensi serta bukan dari kondisi yang sebelumnya (seperti dalam
postpositivistik). Ada sebuah konsern yang dilengkapi dengan aplikasi-yang berfungsi dengan
baik-serta solusi terhadap masalah-masalah yang muncul. Selain fokus pada beberapa
metode, peneliti juga menekankan masalah penelitian dan menggunakan semua pendekatan
yang cocok untuk bisa memahami sebuah permasalahan.
Statemen purpose dalam sebuah proposal penelitian memaparkan sasaran, tujuan, dan
gagasan beasr sebuah penelitian.
Adanya partisipan atau situs yang sengaja dipilih (atau dengan dokumen serta materi
visual) menandakan bahwa peneliti kualitatif memilih beberapa individu yang akan banyak
membantu dalam memahami masalah penelitian dan memecahkan pertanyaan yang
mendasari penelitian.
Materi audio dan visual kualitatif bisa berbentuk foto,karya seni, videotapes, atau bentukbentuk suara lain.
Kode buku kualitatifadalah sebuah alatuntuk mengatur data kuali-tatif dengan
menggunakan sebuah list yang berisi kode yang belum ditentukan dan akan digunakan untuk
memberi kode pada data. Buku kode ini bisa berisi nama kode dalam sebuah kolom, definisi
kode di kolom lain,lalu contoh-contoh khusus(semisal garis angka) yang menunjukkan di
mana saja posisi kode dalam transkrip pada kolom yang lain.
Dokumen kualitatif adalah dokumen publik (semisal surat kabar, arsip pertemuan, report
kantor), atau dokumen pribadi (semisal jurnal pribadi, diari, surat, dan email).
299
300
Statemen purpose kuantitatif mencakup beberapa variabel dalam peneltitian dan hubungan
antarbeberapa variabel tersebut,partisipan dalam penelitian, serta situs penelitian. Statemen
purpose ini juga memuat bahasa yang berhubungan dengan penelitian kuantitatif danuji coba
deduktif terhadap hubungan antar beberapa teori.
Penelitian kuantitatif adalah cara untuk menguji sasaran teori dengan mengkaji hubungan
antarbeberapa variabel.Beberapa varia-bel ini bisa diukur,khususnya dalam beberapa
instrumen,sehingga data yang sudah ditandai dengan nomor bisa dianalisis dengan
menggunakan prosedur statistik.Report yang ditulis pada akhir penelitian memiliki susunan
penulisan yakni pendahuluan, literatur dan teori, metode, hasil, dan diskusi.
Pertanyaandalampenelitiankuantitatifadalahstatemen
interogatif
yang
memunculkan
pertanyaan mengenai hubungan antarbeberapa variabel yang ingin dicari tahu jawabannya
oleh pelaku investigasi.
Kuasi-eksperimen adalah sebuah bentuk penelitian eksperimental di mana para individu
tidak secara acak disuruh bergabung dalam sebuah kelompok.
Pengacakan sampel adalah sebuah prosedur dalam penelitian kuantitatif untuk memilih
partisipan. Hal ini berarti bahwa masing-masing individu dalam sebuah populasi memiliki
kemungkinan yang sama untuk dipilih dan dijaring sebagai sampel. Dengan teori ini, bisa
dipastikan bahwa sampel yang diambil benar-benar cukup representatif mewakili populasi
yang ada.
Refleksitas berarti bahwa seorang peneliti memasukkan bias, nilai, dan latar belakang
semisal gender, sejarah, kebudayaan, dan status sosial ekonomi yang dimilikinya dalam
membentuk interpretasi yang dimilikinya selama melakukan penelitian.
Keberterimaan sebuah penelitian berarti bahwa berapa pun skor pada item yang berada
dalam sebuah instrumen,skor tersebut secara internal memiliki konsistensi(yakni apakah item
responsselalu kon-sisten?) tetap stabil dari waktu ke waktu (dengan menguji dan me-lakukan
korelasi dengan uji ulang), dan apakah ada konsistensi dalam uji administrasi dan penetapan
skor.
Desainpenelitianadalahrencana dan prosedur penelitian yang men-cakup semua keputusan
mulai dari asumsi yang luas hingga metode paling mendetail mengenai proses pengumpulan
dan analisis data.
301
Desain ini melibatkan adanya pertemuan antara beberapa asumsi filosofis, strategi
penyelidikan, dan metode-metode tertentu.
Metode penelitian melibatkan berbagai macam teknik pengumpul-an, analisis, serta
interpretasi data yang dikemukakan peneliti dalam kerja penelitiannya.
Masalah penelitian adalah masalah atau isu yang menjadi sebab adanya sebuah penelitian.
Tips penelitian adalah pikiran-pikiran saya mengenai pendekatan atau teknik yang telah
banyak berfungsi dengan baik pada saya selama beberapa tahun saya melakukan berbagai
penelitian.
Responsbias adalah efekdari tidak adanya respons dalam perkiraan survei, dan hal tersebut
berarti bahwa jika ada orang yang bukan termasuk responden mamberikan respons, maka
respons asing tersebut akan secara substansial mengubah hasil survei.
Penelitian review dalam sebuah pendahuluan memaparkan pentingnya penelitian dan
membuat batasan antara penelitian terdahulu yang telah dilakukan dengan penelitian yang
diinginkan dan akan dilakukan.
Skripsi, yang digunakan dalam buku ini, adalah sebuah template yang berisi beberapa
kalimat dengan kata-kata dan gagasan utama dalam bagian khusus sebuah proposal atau
laporan penelitian (se-misal statemen purpose atau rumusan masalah) dan memberikan ruang
bagi peneliti untuk menyisipkan informasi yang berhubungan dengan proyek yang tengah
dikerjakan.
Strategi eksplanatori sekuensial dalam metode penelitian campuran bisa dikenali dengan
pengumpulan dan analisis data kuantitatif dalam fase pertama yang kemudian diikuti dengan
pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada fase kedua yang akan menghasilkan temuan
awal dalam sebuah penelitian kuantitatif.
Strategi eksplanatori sekuensial dalam metode penelitian campuran melibatkan fase
pertama pengumpulan dan analisis data kualitatif yang kemudian diikuti dengan fase kedua,
yakni pengumpulan dan analisis data kualitatif yang akan mengahasilkan temuan dalam fase
pertama kuantitatif.
Prosedur metode campuran sekuensial ialah prosedur yang mengharuskan peneliti
memaparkan atau mengembangkan sebuah temuan mengenai sebuah metode dengan metode
lain.
302
Strategi transformatif sekuensial dalam metode penelitian campuran adalah sebuah proyek
dengan dua fase yang memiliki lensa teoretis (yakni gender,ras,sosial,teori ilmu pengetahuan)
berlandaskan sebuah prosedur, yakni fase awal (baik kualitatif ataupun kuantitatif) yang
diikuti oleh fase kedua (baik kualitatif maupun kuantitatif) yang akan melengkapi proses fase
pertama.
Signifikansi penelitian dalam pendahuluan menyampaikan pentingnya masalah yang
menjadi subjek penelitian untuk diangkat pada audien yang berbeda serta keuntungan yang
mungkin bisa di-dapatkan dari pembacaan dan penggunaan hasil penelitian.
Desain subjek tunggal atau desain N of 1 melibatkan aktivitas penelitian perilaku seorang
individu (atau sejumlah kecil individu) dalam jangka waktu tertentu.
Konstruktivis sosial memiliki asumsi bahwa masing-masing orang mencoba memahami
dunia yang akrab dengan hidup keseharian mereka. Masing-masing individu tersebut
mengembangkan makna subjektif dari pengalaman yang mereka lewati serta makna yang
diarahkan terhadap sesuatu tertentu.
Validitas kesimpulan statistik tidak muncul saat seorang pelaku eksperimen menghasilkan
kesimpulan yang tidak akurat dari data sebab kekuatan statistik yang tidak sama atau
kesalahan dalam asumsi statistik.
Strategi penyelidikan adalah tipe desain atau model kualitatif, kuantitatif, dan metode
campuran yang memberikan arah khusus terhadap prosedur dalam desain penelitian.
Gaya manual memberikan bimbingan untuk membuat sebuah manuskrip ilmiah, semisal
format yang konsisten dalam menulis referensi, memuat heading memuat tabel dan gambar,
dan menggunakan bahasa yang tidak diskriminatif.
Desain survey memaparkan rancangan sebuah gambaran kuantitatif berupa angka yang
menunjukkan kebiasaan, tingkah laku, pendapat, atau populasi dengan mempelajari sebuah
sampel dari sebuah populasi tertentu.
Penelitian survey menampilkan sebuah gembaran kuantitatif dalam bentuk angka mengenai
kebiasaan, tingkah laku, atau opini sebuah populasi dengan mempelajari sampel dari sebuah
populasi.
Lensa teoretisatauperspektif dalam penelitiankualitatif memuat keseluruhan pandangan
yang digunakan untuk penelitian yang mengkaji masalah gender,kelas,ras,atau isu lain
mengenai kelom-pok yangn termarginalkan).Lensa ini menjadi sebuah perspektif advokasi
303
304
Daftar Pustaka
Aikin, M.C. (Ed.). (1992). Encyclopedia of educational research (6th ed.). New York: Macmillan.
American Psychological Association. (2001). Publication Manual of the American Psychological
Association (5th ed.). Washington, DC: Author.
Anderson, E.H., & Spencer, M.H. (2002). Cognitive representation of AIDS. Qualitative
Health Research, 12(10). 1338-1352.
Annual Review of Psychology. (1950-). Stanford, CA: Annual Reviews.
Ansorge, C, Creswell, J.W., Swidler, S. & Gutmann, M. (2001). Use of iBook laptop computers
in teacher education. Unpublished manuscript. University of Nebraska-Lincoln.
Asmussen, K.J,, & Creswell, J.W. (1995). Campus response to a student gunman. Journal of
Higher Education. 66. 575-591.
Babbie, E. (1990). Survey Research Methods (2nd ed.). Belmont, CA: Wadsworth.
Babbie, E. (2007). The Practice of Social Research (11th ed.). Belmont, CA: Wadsworth/
Thomson.
Bailey, E.P. (1984). Writing Clearly: A Contemporary Approach. Columbus, OH: Charles Merrill.
Bausell, R.B. (1994). Conducting Meaningful Experiments. Thousand Oaks. CA: Sage.
Bean, J., & Creswell, J.W. (1980). Student attrition among women at a liberal arts college.
Journal of College Student Personnel, 3,320-327.
v ..
Beisel, N. (February, 1990). Class, culture, and campaigns against vice in three American
cities, 1872-1892. American Sociological Revieio, 55,44-62.
Bern, D. (1987). Writing the empirical journal article. In M. Zanna & J. Darley (Ed.), The
Compleat Academic: A Practical Guide for the Beginning Social Scientist (pp. 171-201).
New York: Random House.
Berg, B.L. (2001). Qualitative Research Methods for the Social Sciences (4th ed.). Boston: Allyn &
Bacon.
Berger, P. L. & Luekmann, T. (1967). The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology
ofKjwzoledge. Garden City, NJ: Anchor.
Bhopal, K. (2000). Gender, "race" and power in the research process: South Asian women in
East London. In C. Truman. D.M. Mertens, & B. Humphries (Ed.), Research and
inequality. London: UCL Press.
Blalock, H. (1969). Theory Construction: From Verbal to Mathematical Formulations.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Blalock, H. (1985). Casual Models in the Social Sciences. New-York: Aldine.
Blalock, H. (1991). Are there any constructive alternatives to causal modeling? Sociological
Methodology, 21, 325-335.
Blase, J.J. (1989, November). The micropolitics of the school: The everyday political
orientation of teachers toward open school principals. Educational Administration
Quarterly, 25(4), 379-409.
Boeker, W. (1992). Power and Managerial Dismissal: Scapegoating at the top. Administrative
Science Quarterly, 37. 400-421.
Bogdan. R.C. & Biklen, S.K. (1992). Qualitative Research for Education: An Introduction to
Theory and Methods. Boston: Allyn & Bacon.
Boice, R. (1990). Professors as Writers: A Self-help Guide to Productive Writing. StiUwater, OK:
New Forums.
Boneva, B., Kraut, R., & Frohlich, D. (2001). Using e-mail for personal relationships.
American Behavioral Scientist, 45(3). 530-549.
Booth-Kewley, S. Edwards, J.E. & Rosenfeld, P. (1992). Impression management, social
desirability, and computer administration of attitude questionnaires: Does the
305
Creswell, J.W. & Brown, M.L. (1992, Fall). How chairpersons enhance faculty research: A
grounded theory study. The Review of Higher Education, 16(1), 41-62.
Creswell, J.W., & Miller, D. (2000). Determining validity in qualitative inquiry. Theory into
Practice, 39(3), 124-130.
Creswell, J.W. & Piano Clark, V.L. (2007). Designing and Conducting Mixed Methods
Research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Creswell, J.W. Piano Clark, V. Gutmann. M., & Hanson, W. (2003). Advanced mixed
methods designs. In A. Tashakkori & C. Teddlie (Ed.), Handbook of Mixed Method
Research in the Social and Behavioral Sciences (pp. 209-240). Thousand Oaks, CA: Sage.
Creswell, J.W., Seagren, A.. & Henry, T. (1979). Professional development training needs of
department chairpersons: A test of the Biglan model. Planning and Changing, 10. 224237.
Crotty. M. (1998). The Foundations of Social Research: Meaning and Perspective in the Research
Process. London: Sage.
Crutchfield, J.P. (1986). Locus of Control, Interpersonal Trust, and Scholarly Productivity.
Unpublished doctoral dissertation, University of Nebraska-Lincoln.
DeGraw, D.G. (1984). Job Motivational Factors of Educators Within Adult Correctional Institutions
from Various States. Unpublished doctoral dissertation. University of NebraskaLincoln.
Denzin, N.K., & Lincoln, YS. (Ed.). (2005). The Handbook of Qualitative Research (3rd ed.).
Thousand Oaks, CA: Sage.
DiUard. A. (1989). The Writing Life. New York: Harper & Row.
Dillman, D.A. (1978). Mail and Telephone Surveys: The Total Design Method. New York: John
Wiley.
Duncan, O.D. (1985). Fath analysis: Sociological examples. In H. M. Blalock, Jr. (Ed,). Causal
Models in the Social Sciences (2nd ed., pp. 55-79). New York: Aldine.
Educational Resources Information Center. (1975). Thesaurus of ERIC descriptors (12th ed.).
Phoenix. AZ: Oryx.
Eisner, E.W. (1991). The Enlightened Eye: Qualitative Inquiry and the Enhancement of
Educational Practice. New York: Macmillan.
Elbow, P. (1973). Writing Without Teachers. London: Oxford University Press.
Erms, C.Z.. & Hackett, G. (1990). Comparison of feminist and nonfeminist women's
reactions to variants of nonsexist and feminist counseling. Journal of Counseling
Psychology, 37(1), 33-40.
Fay, B. (1987). Critical Social Science. Ithaca, NY: Cornell University Press.
Field, A., & Hole, G. (2003). How to Design and Report Experiments. Thousand Oaks, CA:
Sage.
Finders, MJ. (1996). Queens and teen Zines: Early adolescent females reading their way
toward adulthood. Anthropology and Education Quarterly, 27, 71-89.
Fink, A. (2002). The Survey Kit (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Firestone. WA. (1987). Meaning in method: The rhetoric of quantitative and qualitative
research. Educational Researcher, 16,16-21.
Flick, U. (Ed.). (2007). The Sage Qualitative Research Kit. London: Sage.
Flinders, D.J., & Mills. G.E. (Ed.). (1993). Theory and Concepts in Qualitative Research:
Perspectives from the Field. New York: Columbia University, Teachers College Press
Fowler, E J. (2002). Survey Research Methods (3rd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Franklin, J. (1986). Writing for Story: Craft Secrets of Dramatic Nonfic-tion by a Two-time
Pulitzer Prize-winner. New York: Atheneum.
Gamson, J. (2000). Sexualities, queer theory, and qualitative research. In N.K. Denzin & Y.S.
Lincoln (Ed.), Handbook of Qualitative Research (pp. 347-365 ). Thousand Oaks, CA:
307
Sage.
Gibbs, G.R. (2007). Analyzing qualitative data. In U. Flick (Ed.). The Sage Qualitative
Research Kit. London: Sage.
Giordano, J., O'Reilly, M., Taylor, H. & Dogra, N. (2007). Confidentiality and autonomy: The
challenge(s) of offering research participants a choice of disclosing their identity.
Qualitative Health Research. 17(2). 264-275.
Glesne, C, & Peshkin, A. (1992). Becoming Qualitative Researchers: An Introduction. White
Plains, NY: Longman.
Gravetter, E.J., & Wallnau, L.B. (2000). Statistics for the Behavioral Science (5th ed.). Belmont,
CA: Wadsworth/Thomson.
Greene, J.C. (2007). Mixed Methods in Social Inquiry. San Francisco: Jossey-Bass.
Greene. J.C, & Caracelli, V.J. (Ed.). (1997). Advances in Mixed-method Evaluation: The
Challenges and Benefits oflntegrating Diverse Paradigms. (New Directions for Evaluation,
No. 74). San Francisco: Jossey-Bass
Greene, J.C., Caracelli, V.J., & Graham, W.F. (1989). Toward a conceptual framework for mixedmethod evaluation designs. Educational Evaluation and Policy Analysis, 11(3), 255-274.
Guba, E.G. (1990). The alternative paradigm dialog. In E.G. Guba (Ed.). The paradigm
Dialog (pp. 17-30). Newbury Park, CA: Sage.
Guba, E.G., & Lincoln, Y.S. (2005). Paradigmatic controversies, contradictions, and emerging
confluences. In N.K. Denzin & Y.S.
Lincoln, The Sage handbook of qualitative research (3rd ed., pp. 191-215). Thousand Oaks. CA:
Sage.
Hatch, J.A. (2002). Doing Qualitative Research in Educational Settings. Albany: State University
of New York Press.
Heron, ]., & Reason, P. (1997). A participatory inquiry paradigm. Qualitative Inquiry, 3,
274-294.
Hesse-Bieber, S.N. & Leavy, P (2006). Tlie Practice of Qualitative Research. Thousand Oaks,
CA: Sage.
Humans, G.C (1950). The Human Group. New York: Harcourt, Brace.
Hopkins, T.K. (1964). The Exercise of Influence in Small Groups. Totowa, NJ: Bedmister.
Hopson, R.K., Lucas, K.J., & Peterson, J.A. (2000). HIV/AIDS talk: Implications for
prevention intervention and evaluation. In R.K. Hopson (Ed.), How and why Language
Matters in Evaluation. (New Directions for Evaluation. Number 86). San Francisco:
Jossey-Bass.
Hossler, D. & Vesper, N. (1993). An exploratory study of the factors associated with parental
savings for postsecondary education. Journal of Higher Education, 64(2), 140-165.
Houtz, L.E. (1995). Instructional strategy change and the attitude and achievement of
seventh- and eighth-grade science students. Journal of Research in Science Teaching,
32(6), 629-648.
Huber, J., & Whelan, K. (1999). A marginal story as a place of possibility: Negotiating self
on the professional knowledge landscape. Teaching and Teacher Education, 15,381396.
Humbley, A.M., & Zumbo, B.D. (1996). A dialectic on validity: Where we have been and where
we are going. The Journal of General Psychology, 123, 207-215.
Isaac, S. & Michael, W.B. (1981). Handbook in Research and Evaluation: A Collection ofPrinciples.
Methods, and Strategies useful in the Planning, Design, and Evaluation of Studies in
Education and the Behavioral Sciences (2nd ed.). San Diego. CA: EdITS.
Isreal, M. & Hay, I. (2006). Research Ethics for Social Scientists: Between Ethical Conduct and
Regulatory Compliance. London: Sage.
Janovec, T. (2001). Procedural Justice in Organizations: A Literature Map, Unpublished
308
Iipsey, M.W. (1990). Design Sensitivity: Statistical Power for Experimental Research. Newbury Park,
CA: Sage.
Locke, L.E. Spirduso, W.W, & Silverman, S.J. (2007). Proposals that work: A Guide for Planning
Dissertations and Grant Proposals (5th ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Lysack, C.L., & Krefting, L. (1994). Qualitative methods in field research: An Indonesian
experience in community based practice. The Occupational Therapy Journal of Research,
14(20), 93-110.
Marshall, C, & Rossman, G.B. (2006). Desigiiing Qualitative Research (4th ed.). Thousand
Oaks, CA: Sage.
Mascarenhas, B. (1989). Etomains of state-owned, privately held, and publicly traded firms in
international competition. Adminis-trative Science Quarterly, 34,582-597.
Maxwell, J.A. (2005). Qualitative Research Design: An Interactive Approach (2nd ed.).
Thousand Oaks, CA: Sage.
McCracken, G. (1988). The Long Interview. Newbury Park, CA: Sage.
Megel, M.E., Langston, N.E. & Creswell, J.W. (1987). Scholarly productivity: A survey of
nursing faculty researchers. Journal of Professional Nursing, 4,45-54.
Merriam, S.B. (1998). Qualitative Research and Case Study Applications in Education. San
Francisco: Jossey-Bass.
Mertens, D.M. (1998). Research Methods in Education and Psychology: Integrating Diversity with
Quantitative and Qualitative Approaches. Thousand Oaks. CA: Sage.
Mertens, D.M. (2003). Mixed methods and the politics of human research: The
transformative-emancipatory perspective. In A. Tashakkori & C. Teddli (Ed.),
Handbook of Mixed Methods in the Social & Behavioral Sciences (pp. 135-164). Thousand
Oaks. CA: Sage.
Miles. M.B., & Huberman, A.M. (1994). Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New
Methods. Thousand Oaks, CA: Sage.
Miller, D. (1992). The Experiences of a First-year College President: An Ethnography.
Unpublished doctoral dissertation, University of Nebraska-Lincoln.
Miller, D.C. (1991). Handbook of Research Design and Social Measurement (5th ed.). Newbury
Park, CA: Sage.
Moore, D. (2000). Gender identity. Nationalism and social action among Jewish and Arab
women in Israel: Redefining the social order? Gender Issues, 18(2), 3-28.
Morgan, D. (1998). Practical strategies for combining qualitative and quantitative methods:
Applications to health research. Qualitative Health Research, 8(3), 362-376.
Morgan, D. (2007). Paradigms lost and pragmatism regained: Methodological implications
of combining qualitative and quantitative methods. Journal of Mixed Methods
Research, 1(1), 48-76.
Morse, J.M. (1991. March/April). Approaches to qualitative-quantitative methodological
triangulation. Nursing Research, 40(1). 120-123.
Morse, J.M. (1994). Designing funded qualitative research. In N.K. Denzin & Y.S. Lincoln,
(Ed.), Handbook cf Qualitative Research (pp. 220-235). Thousand Oaks, CA: Sage.
Moustakas, C. (1994). Phenomenological Research Methods. Thousand Oaks. CA: Sage.
Murguia, E. Padilla, R.V., & Pavel. M. (1991. September). Ethnicity and the concept of
social integration in Tinto's model of institutional departure. Journal of College
Student Development, 32, 433-439.
Murphy, J.P. (1990). Pragmatism: Vrom Peirce to Davidson. Boulder, CO: Westview.
Nesbary, D.K. (2000). Survey Research and the World wide web. Boston: Allyn & Bacon.
Neuman, S.B. & McCormick. S. (Ed.). (1995). Single-subject Experimental Research:
Applications for Literacy. Newark, DE: International Reading Association.
Neuman, W.L. (2000). Social Research Methods: Qualitative'and Quantitative Approaches (4th
310
Sieber, J.E. (1998). Planning ethically responsible research. In L.Bickman & D.J. Rog
(Ed.).. Handbook of Applied Social Research Methods (pp. 127-156). Thousand Oaks, CA:
Sage.
Sieber, S.D. (1973). The integration of field work and survey methods. American Journal of
Sociology. 78,1335-1359.
Slife, B.D., & Williams, R.N. (1995). What's behind the Research? Discovering Hidden Assumptions
in the Behavioral Sciences. Thousand Oaks, CA: Sage.
Smith, J.K. (1983, March). Quantitative versus qualitative research: An attempt to clarify the
issue. Educatioiial Researcher. 6-13.
Spradley,J.R (1980). Participant Observation,New York: Holt, Rinehart & Winston.
Stake, R.E. (1995 ). The art of Case Study Research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Steckler, A., McLeroy, K.R., Goodman, R.M., Bird, S.T. & McCormick. L. (1992). Toward
integrating qualitative and quantitative methods: An introduction. Health Education
Quarterly, 19(1), 1-8.
Steinbeck, J. (1969). Journal of a Novel: The East of Eden Letters. New York: Viking.
Strauss, A., & Corbin, J. (1990). Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures and
Techniques (1st ed.). Newbury Park. CA: Sage.
Strauss, A., & Corbin. J. (1998). Basics of Qualitative Research: Grounded theory Procedures and
Techniques (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Sudduth, A.G. (1992). Rural Hospitals use of Strategic Adaptation in a changing health care
environment. Unpublished doctoral dissertation. University of Nebraska-Lincoln.
Sue, V.M.. & Ritter, L.A. (2007). Conducting online surveys. Thousand Oaks, CA: Sage.
Tarshis, B. (1982). How to Write like a pro: A guide to Effective Ncnfiction Writing. New York: New
American Library.
Tashakkori, A., & Creswell, J.W. (2007). Exploring the nature of research questions in mixed
312
Sage.
Ziller, R.C. (1990). Photographing the self: Methods for Observing Personal Orientations.
313
314
Indeks
Adorno, 13
Analisis data, 301
analysis of covariance (ANCOVA),249
antropologi, 80
B
Beisel, N., 148
Berg, E.L., 136
Berger, P.L., 11
between-subject design, 238
Biklen, S.K., 266, 279
Bjorklund, S.A., 150
Blalock, H., 82
Bogdan, R.C., 266, 279
Boice,R., 119
Borg, W.R., 248
Burbules, N.C., 9,10
C
Cabrera, A.F., 150
Campbell, D.T., 21, 307
Caracelli, V.J., 101
Carrol, D.L., 120
Cherryholmes C.H., 15
Clandinin, D.J., 19
Clark, Piano, 101, 308, 313
clustering, 218
clustering sampling, 218
Colbeck, C.L., 150
Collin, 80
Comte, 9
concurrent mixed methods, 23
Connelly, F.M., 19
construct validity, 222
contmt validity, Til
Cooper, H., 44
CorbinJ., 19
corroboration, 320
Creswell, J.W., 101, 206, 263,
308, 313
Crotty, M., 11, 12
Crutchfiled, J.P., 89
culture-sharing, 93
D
dependent variables, 77
Dewey, John, 15
Dillard, Annie, 121
Dillman, D.A., 224
diskonfirmasi, 320
Duncan, O.D., 82
Durkheim, Emile, 9
E
Elbow, Peter, 118
empowerment approach, 101
etnografi, 20,93;
kritis, 98
experimental design, 249
F
factorial design, 250
Fay, B., 13
Fenomenologi, 20
Finders, M.J., 195
Fink, A., 217
Firestone, 63
Fisk, 21
Fiske,D.,307
Franklin, 118, 125
Freire, Paulo, 13
G
Gall, M.D., 248 generalisasi:
kualitatif, 289
naturaiistik, 97
proporsional, 97
Gibbs, G.R., 285
Goffman, 80
Gravetter, F.J., 227
Greene, J.C., 101
grounded theory, 19, 20, 42, 97,
98, 193
315
Guba,E.G.,ll,97 Gutmann,
101
H
Habermas, Jurgen, 13
Hagedorn, R., 79
Hanson, 101
Hay, I., 138
Heron, J., 13 -----. __ .
Hesse-Biber, S.N., 131
hipotesis, 78,197; alternatif, 198; nol, 198
Homans, 81
Hopkins, T.K., 81
Huberman, A.M., 192, 286
mikro, 80
Lincoln, Y.S., 11, 97
lintas-validasi, 320
Locke, L.F., 9,166
Luekmann, T., 11
M
Mannheim, Karl, 11
Marcuse, 13
Marshall, C, 157
Marx, Karl, 13
Maxwell, J.A., 110, 138
McCracken, G. 169
Mead, 15
means, 249
member checking, 330
Mertens, D.M., 101,102,312
Metafora pelangi, 79
metode:
campuran, 149, 307
kombinasi, 22
konvergens, 22
primer, 322
saintifik, 8, 9
sekunder, 322
terintegrasi, 22
metodologi: penelitian, 17
metodologis, 44
Miles, M.B., 192, 286
Mill, 9
model:
defisiensi, 145, 159
defisiensi pendahuluan, 150
Morgan, D., 15,317
Morse J.M., 147, 313, 317, 322
Moustakas, C, 19,193, 275
multi-metode, 22
multilevel design, 323
multimethods, 21
multiple approaches, 21
multivariate analysis of variance
(MANOVA), 249
Murphy, J.P., 15
N
Naratif, 21
I
independent variables, 77
inferential statistical test, 249
integratif, 44
Interval confidence, 250
Isreal, M., 138
J
James, 15
Jancvec, 55
Jungnickel, P.W., 84
K
Kalof, L., 178 kelompok:
eksperimen, 134
kontrol, 134
Kemmis, S., 13,14
Kerlinger, E.N., 78
Kushman, J.W., 332, 333
L
Labovitz, S., 79
Lather, 98
Lather, P., 98
Lauterbach, S.S., 171
Leavy, P., 131
legitimasi, 330
Lenski, 80
level:
makro, 80
meso, 80
316
Reason, 13
regresi, 335;,logistik, 335
Rorty, R., 15
Rosenthal, R., 236
Rosnow, R.L., 236
Ross-Larson, B., 125 '
Rossman, G., 95, 274
Rossman, G.B., 157
O
observasi, 327; kualitatif, 267
P
Parente, J.M., 150
participatory action research, 101
pattern theory, 97
Patton, M.QV 15
Peirce, Sanders, 15
pendekatan:
deduktif, 86
penelitian, 17 penelitian:
korelasional, 18
kualitatif, 4, 28
kuantitatif, 5, 27
metode campuran, 5, 28
positivis/post-positivis, 8
penelitian sains, 8
Perspektif
feminis, 94
teori kritis, 94
Phillips, D.0,9,10
populasi, 218, 220
Pragmatisme, 15
pre-experimental design, 238
predictive validity, 222
probabilistic sample, 220
Prose, Francine, 116
S
Salant, P., 224
sampel, 218
sample size formula, 221
sampling, 218, 327
Schwandt, T.A., 11
sequential mixed methods, 22
single-subject r 18
single-subject design, 238, 250
sosiologi, 80
Spradley, J.P., 192
Stake, R.E., 19, 97
standard deviation, 249
Stanley, J., 239
starting point, 97
Steinbeck, John, 120
Strategi:
eksploratoris sekuensial, 317
embedded konkuren, 321
transformatif konkuren, 324
transformatif sekuensial,318
triangulasi konkuren, 320
Studi kasus, 20
systematic sample, 220
Q
quasi-eksperimen (quasi-experi-ment),
18,232, 238
T
t-test, 249, 335
Tarshis, B., 122
Tashakkori, A., 15, 206, 313, 323
Teddlie, C, 15, 327,313, 323
theoretical rationale, 79
Teori queer, 94
Terenzini, P.T., 150
Tesch, R., 263
Thomas, J., 148
R
Rallis, S.F., 95,274 .
rancangan transformatif, 101
random assignment, 19, 216
random numbers table, 221
random sampling, 220, 232, 327
range, 249
317
Wacana rasial, 94
Wallnau, L.B., 227
wawancara, 327;
kualitatif, 267;
mendalam, 25
Wilkinson M., 13,14, 38, 63,123,
145, 166
Wolcott, 125, 284 Wolcott, H.T., 19,
125, 263
V
validitas, 222, 286;
konstruk, 247
Variabel, 76; bebas, 87, 178; confounding,
78; control, 78; intervening, 77;
moderating, 77; terikat, 87, 178
W
Y
Yin, R.K., 285, 289 Yu, R,
327
Z
Zinsser, W., 117, 118, 123
318