Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

ETIKA DALAM MANAJEMEN PERBEKALAN


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Perbekalan

Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.

Neni Triana
Fira Riyanti
Nindya Purnama
Sigit Darmawan
Siti Miftachul Janah

(7101414047)
(7101414049)
(7101414211)
(7101414218)
(7101414248)

PENDIDIKAN EKONOMI ADMINISTRASI PERKANTORAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesalahan atau penyelewengan umum dalam menajemen perbekalan pada
dasarnya dipengaruhi oleh dua variabel utama, yakni lemahnya sistem kerja
yang dibangun dari perilaku buruk para pengelola karena rendahnya moralitas
pegawai yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan perbekalan, baik pada
tingkat manajemen maupun petugas operasional. Kedua faktor tersebut saling
berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain, dalam arti walaupun sistem
kerja yang dibangun sudah memadai, tetapi apabila moralitas para pegawai
pengelola perbekaln rendah, mungkin sekali terjadi penyelewengan dalam
pengelolaan perbekalan, begitu pula sebaliknya. Apa lagi, apabila sistem kerja
yang dibangun tidak memadai dan tingkat moralitas pegawai rendah, dapat
dipastikan terjadi tingkat penyelewengan dalam pengelolaan perbekalan
mencapai tingkat yang tinggi. Oleh karena itu, dalam pengelolaan perbekalan
secara ideal dibutuhkan sistem kerja yang memadai dari moralitas pegawai
yang tinggi.
Berkaitan dengan upaya membangun sistem kerja yang ideal, sudah
diuraikan dan dijelaskan secara mendetail dalam bab-bab sebelumnya, mulai
dari urutan dan pembahasan mengenai pengadaan perbekalan sampai dengan
pengendalian perbekalan. Sehubungan dengan ini, dalam makalah ini akan
dipaparkan dan dibahas berkaitan dengan upaya membangun moralitas
pegawai, sekaligus memberikan rambu-rambu normative bagi pengelola
perbekalan, baik untuk personal tingkat manajerial maupun operasional.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengaruh etika dan moralitas terhadap manajemen perbekalan
kantor?
2. Bagaimana cara membangun etika dan moralitas pegawai dalam
manajemen perbekalan?
3. Apa saja yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam
manajemen perbekalan?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengaruh etika dan moralitas terhadap manajemen


perbekalan kantor?
2. Untuk mengetahui cara membangun etika dan moralitas pegawai dalam
manajemen perbekalan?
3. Untuk mengetahui apa saja yang harus dilakukan dan tidak boleh
dilakukan dalam manajemen perbekalan?
1.4 Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritik:
a. Agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang etika dan moralitas
dalam manajemen perbekalan
b. Agar dapat mengembangkan etika dan moralitas pegawai dalam
manajemen perbekalan
2. Manfaat Praktis:
a. Agar penulis dapat memberikan gambaran etika dan moralitas dalam
manajemen perbekalan
b. Agar ada kajian khusus terkait etika dan moralitas manajemen
perbekalan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Etika dan Moralitas
Sebagaimana diungkapkan Keraf untuk memahami pengertian etika
sesungguhnya perlu membandingkan dengan pengertian moralitas. Hal ini
disebabkan sering dalam kehidupan praktis sehari-hari pemakaian istilah ini saling

dipertukarkan tanpa pembedaan sama sekali. Hal ini tidak sama sekali keliru
karena pada pengertian tertentu pengertian etika dan moralitas memang sama.
Walaupun demikian dalam pengertian lain, pengertian etika berbeda sama sekali
apabila dibandingkan dengan pengertian moralitas.
Apabila kita tinjau secara etimologis, kita dapat menemukan pengertian
yang persis sama antara pengertian etika dan moralitas, walaupun kedua istilah itu
berasal dari bahasa yang berbeda. Etika berasal dari kata Yunani Ethos yang
dalam bentuk jamaknya to etha berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam
pengertian ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, aturan hidup
yang baik, dan segala kebiasaan dan aturan hidup tersebut dianut dan diwariskan
dari orang yang satu ke orang yang lain maupun dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Kebiasaan ini kemudian melembaga dalam suatu pola perilaku.
Sementara moralitas berasal dari kata Latin mos, yang dalam bentuk jamaknya
mores, yang berarti pula adat istiadat atau kebiasaan. Dengan demikian dalam hal
ini bermakana sama dengan pengertian etika tersebut.
Dari tinjauan etimologis tersebut dapat diungkapkan bahwa pengertian
etika dan moralitas secara substansial sama, yakni keduanya menunjuk pada suatu
sistem nilai sebagai pedoman perilaku, baik bagi individu maupun bagi kelompok
dalam hidup bersama, yang kemudian sistem nilai itu dikembangkan dalam suatu
pola perilaku dan secara terus menerus dilembagakan dalam praktik kehidupan
sehari-hari.
Kecuali etika dan moralitas dapat dipahami sebagai suatu pengertian yang
sama namun juga dapat dipahami sebagai pengertian berbeda. Dalam pengertian
ini, etika di mengerti sebagai filsafat moral, atau ilmu membahas dan mengkaji
nilai dan norma yang diberikan oleh moralitas. Karena etika dipahami sebagai
ilmu, maka etika dalam pengertian ini sangat menekankan pendekatan kritis dalam
melihat dan menggumuli nilai dan norma moral serta permasalahan-permasalahan
moral yang timbul dalam kehidupan, khususnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian, nilai-nilai atau aturan-aturan normative yang berasal dari
moralitas justru menjadi objek formal dari etika dalam pengertian kedua ini.
Berkaitan dengan kedua makna etika tersebut, uraian dan bahasa dalam
tulisan ini akan lebih ditekankan pada pengertian etika yang pertama, yakni etika

sebagai suatu sistem nilai yang dijadikan pedoman dan pegangan dalam
berperilaku, bukan etika dalam makna sebagai sebuah filsafat moral.
2.2 Etika dalam Pengelolaan Perbekalan
Apabila etika dipahami sebagai suatu sistem nilai yang berupa aturanaturan normative yang berupa perintah dan larangan yang bersifat langsung dan
konkret, kita akan dapat mengembangkan etika dalam pengelolaan perbekalan
yakni suatu sistem nilai, aturan-aturan normative sebagai pedoman perilaku yang
berupa perintah dan atau larangan yang bersifat langsung dan konkret, yang
senantiasa harus dijadikan pedoman dan pegangan didalam melakukan
pengurusan dan pengelolaan perbekalan. Secara lebih operasional, aturan-aturan
normative tersebut tentunya juga melekat pada setiap tahapan dalam pengelolaan
perbekalan, mulai dari perencanaan perbekalan, pengadaan perbekalan, pencatatan
perbekalan, penyimpanan perbekalan, pendistribusian perbekalan, pemeliharaan
perbekalan, sampai dengan penghapusan perbekalan.
Sehubungan dengan hal itu, dapat diformulasikan beberapa pedoman
normative yang penting dikembangkan dan diimplementasikan dalam pengelolaan
dan pengurusan perbekalan tersebut, yakni setiap personil yang baik pada tingkat
manajemen maupun petugas operasional yang terlibat dalam pengelolaan dan
pengurusan perbekalan:
1. Harus merencanakan pengadaan perbekalan dan mengambil keputusan
pengadaan perbekalan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang
objektif

dan

konstruktif,

bukan

atas

pertimbangan-pertimbangan

kepentingan pribadi atau kelompok unit kerja tertentu.


2. Harus menentukan dan menetapkan supplier untuk pengadaan perbekalan
berdasarkan hasil perbandingan dan pertimbangan yang objektif.
3. Harus menentukan dan menetapkan supplier untuk pengadaan perbekalan
bukan supplier yang memiliki ikatan keluarga atau family.
4. Harus menyerahkan segala jenis dan bentuk bonus atau komisi supplier
kepada organisasi.
5. Harus menyerahkan perbekalan sesuai dengan bukti penyerahan
perbekalan, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasinya, jumlah,
tempat, dan tanggal peyerahan perbekalan.

6. Harus melakukan penghapusan perbekalan dengan pertimbanganpertimbangan yang objektif.


7. Dilarang meminta bonus atau komisi ataupun imbalan dalam bentuk
apapun kepada supplier untuk kepentingan pribadi.
8. Dilarang membuat dan atau menuliskan dan atau mengisi alat bukti
pengadaan perbekalan yang tidak sesuai dengan kenyataan, baik berkaitan
dengan jenis dan spesifikasi perbekalan, jumlah perbekalan, tanggal
pengadaan perbekalan, harga persatuan, jumlah potongan, jumlah pajak,
maupun total pembayaran yang dapat merugikan organisasi.
9. Dilarang melakukan pengadaan atau pembelian perbekalan secara fiktif.
10. Dilarang melakukan penyelewengan dana untuk kegiatan pengelolaan
perbekalan ataupun bentuknya.
11. Dilarang melakukan pencatatan perbekalan dengan tujuan menghilangkan
perbekalan demi pemenuhan kepentingan pribadi, baik dilakukan sendiri
maupun secara bersama-sama.
12. Dilarang melakukan tindakan

diskriminatif

dalam pendistribusian

perbekalan, baik berkaitan dengan waktu penyerahan perbekalan, jenis dan


spesifikasi perbekalan, maupun dalam pelayanan (service) yang diberikan.
13. Dilarang membuat laporan pemakian perbekalan yang tidak sesuai dengan
kenyataan, yang dapat menyebabkan hilangnya perbekalan dan kerugian
bagi organisasi.
14. Dilarang melakukan tindakan pemborosan dalam pemakaian perbekalan.
15. Dilarang melakukan pemakaian/ penggunaan perbekalan untuk
kepentingan pribadi.
16. Dilarang melakukan tindakan perusakan terhadap perbekalan milik
organisasi.
Dari beberapa aturan tersebut dapat di garis bawahi poin 1 sampai dengan
6 merupakan perintah, sedangkan poin 7 sampai dengan 16 merupakan larangan
yang harus di hindari oleh setiap personil yang terlibat dalam pengelolaan dan
pengurusan perbekalan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Etika merupakan pedoman yang digunakan untuk mengatur tingkah laku,
atau bidang kajian ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma yang
diberikan oleh moralitas. Dalam perbekalan etika dipahami sebagai suatu
sistem nilai yang berupa aturan-aturan normative yang berupa perintah dan
larangan yang bersifat langsung dan konkret.
Wujud dari aturan-aturan normative tersebut yaitu mulai dari perencanaan
perbekalan, pengadaan perbekalan, pencatatan perbekalan, penyimpanan
perbekalan, pendistribusian perbekalan, pemeliharaan perbekalan, sampai
dengan penghapusan perbekalan. Oleh karena itu pedoman tersebut harus
diimplementasikan dalam setiap pengelolaan dan pengurusan perbekalan baik
pada tingkat manajerial maupun operasional.
3.2 Saran
Adanya pedoman untuk bertingkah laku atau dalam hal ini adalah etika
merupakan suatu acuan yang harus dipelajari agar dalam melakukan tindakan
ada pada garis tujuan yang sama sesuai dengan aturan yang telah diterapkan.
Aturan normative yang memberikan kesan moral ini harus dipahami oleh
setiap individu dalam kehidupan sehari-hari, dalam hal ini saat bekerja dalam
menangani manajemen perbekalan. Dengan adanya etika maka diharapkan
setiap pegawai atau petugas pengelolaan dan pengurusan perbekalan ini dapat
melaksanakan tangung jawab sebagaimana mestinya.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai