html
TEORI DASAR
Taksonomi Jangkrik
Berikut adalah taksonomi jangkrik menurut bugguide.net ( 2010 ) :
Tabel Taksonomi Jangkrik
Kingdom Animalia
Philum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Orthroptera
Famili Gryllidae
Genus Gryllus
Spesies Gryllus sp.
Biologi Jangkrik ( Gryllus sp. )
Morfologi Jangkrik
Morfologi jangkrik pada umumnya adalah badan berwarna cokelat gelap dan terdiri
dari tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat
sepasang antenna pajang. Pada bagian anterior, terdapat sepasang mata majemuk.
Pada bagian ventral terdapat mulut yang terbagi menjadi labrum, mandibles,
maxillae,
dan labium. Pada bagian toraks dibagi menjadi tiga, yaitu protoraks, mesotoraks,
dan
metatoraks. Terdapat dua pasang sayap yang terdapat pada mesotoraks dan
metatoraks. Sayap depan memiliki panjang yang bervariasi tetapi hal yang pasti
adalah sayap depan menutupi setidaknya setengah hingga seluruh bagian
abdomen
dan berbentuk datar terhadap badan jangkrik kemudian sayap belakang lagi
tertutupi
oleh sayap depan dan terlipat. Pada betina tampak ovipositor yang lebih panjang
dibandingkan jantan. Baik betina dan jantan memiliki cerci ( University of Arizona,
1997 ).
Gambar Morfologi Jangkrik ( Gryllus sp. )
Sumber : heightstechnology.edublogs.org//cricket.jpg
Kekerabatan jangkrik sangat dekat sekali dengan belalang, begitu juga dengan
siklus hidupnya. Siklus hidup jangkrik termasuk dalam golongan metamorfosis tidak
sempurna dikarenakan tidak terdapat fase pupa tetapi terdapat fase nimfa.
Berdasarkan gambar 2.2, siklus hidup jangkrik adalah fase telur yang menetas
dalam
26 hari kemudian menjadi larva lalu menjadi nimfa dan selanjutnya menjadi fase
dewasa ( J.R.S.C, 1879 ).
Gambar Siklus Hidup Jangkrik ( Gryllus sp. )
Sumber : telusplanet.net/ /lifecycle.jpeg
Habitat
Seperti halnya serangga yang lainnya, sistem syaraf jangkrik terdiri dari cerebral
ganglion, ganglionated nerve chord, dan peripheral nerve system. Cerebral ganglion
terbagi menjadi tiga, yaitu thoracix ganglia, abdominal ganglia, dan terminal
Organ sensori dapat ditemui pada individu jantan. Organ tersebut bernama organ
stridulasi yang berfungsi untuk menghasilkan suara. Karakteristik chirping tersebut
dihasilkan dari gesekan antara bagian kasar ( scraper ) di balik sayap depan dan
bagian kasar ( file ) dari permukaan sayap belakang. Pada sayap depan juga
terdapat
struktur yang disebut harp, struktur ini berperan dalam memperbesar suara yang
dihasilkan oleh file dan scarper. Resultan dari bunyi tersebut dinamakan stridulasi.
Bunyi jangkrik akan menghasilkan rangkaian nada yang berfungsi untuk menarik
perhatian betina atau perilaku agonistik. Saat bunyi dihasilkan, sayap jangkrik
jantan
akan terangkat. Modifikasi bentuk sayap ini diperlukan untuk menghasilkan
stridulasi
sehubungan dengan adanya dimorfisme seksual pada venasi sayap depan. Struktur
penghasil bunyi tidak akan ditemukan pada jangkrik yang belum dewasa ( nimfa )
(Fox, 2006 ).
Type-X kuas
Shelter
Styrofoam
Mikroskop bedah
Rekaman suara jangkrik
Gryllus sp. (bahan-bulir)
Tanah
Karton hitam
Bulir rumput
earphone (alat)
Metode Kerja
3.2.1. Pengamatan Morfologi
Gryllus sp. Diletakkan di dalam cawan petri lalu diamati morfologinya di
bawah mikroskop bedah. Pengamatan dilakukan terhadap jantan dan betina.
Dilakukan pencatatan morfologi serta perbedaan antara jantan dan betina.
Gryllus sp. kemudian diamati bagian kaki depannya untuk melihat adanya bagian
membran timpaniform. Pemotongan kaki depan dapat dilakukan untuk
mempermudah dalam pengamatan membran timpaniform. Hasil pengamatan
bagian
kaki depan dan membran timpaniform digambar.
3.2.2. Pengamatan Perilaku Gryllus sp. Jantan dan Betina
Sebelum pengamatan dilakukan, akuarium dipersiapkan terlebih dahulu.
Akuarium dilapisi dengan karton hitam disetiap sisi, kemudian akuarium diisi
dengan
tanah dan bulir rumput. Buat dua kompartemen dengan membagi dua menjadi dua
kompartemen dengan menggunakan styrofoam yang diletakkan secara diagonal di
dalam akuarium. Jangkrik yang akan digunakan ditandai terlebih dahulu dengan
menggunakan type-x kuas di bagian thoraks. Dilakukan pengamatan perilakunya
dengan durasi tiga puluh menit. Setelah tiga puluh menit, shelter kemudian
diletakkan
di dalam setiap kompartemen. Perilaku diamati dan kemudian dihitung frekuensi
perilaku yang dihasilkan. Hasil pengamatan kemudian dicatat ke dalam data
pengamatan.
3.2.3. Pengamatan Perilaku Ekor Gryllus sp. Jantan- Jantan dan Betina
Dua ekor jangkrik jantan masing-masing ditandai berbeda dengan jangkrik
jantan yang digunakan sebelumnya. Kemudian ditambahkan ke dalam
kompartemen
satu individu jantan yang baru sehingga didapatkan dua kompartemen berisi
masingmasing jangkrik jantan-jantan dan jangkrik jantan-betina. Pengamatan dilakukan
terhadap perilaku kedua jangkrik di masing-masing kompartemen. Kompartemen
PEMBAHASAN
4.1 Morfologi
GAMBAR TANGAN GAMBAR LITERATUR
Gambar 4.1 Morfologi Jangkrik
Sumber:
http://www.flukerfarms.com/pdfs/cricket.pdf)
Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat tiga bagian pada jangkrik, yaitu kepala,
toraks, dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat antenna panjang yang berfungsi
sebagai sensor sentuhan dan bau. Bagian-bagian antenna pada jangkrik terbagi
menjadi beberapa bagian yaitu scape, pedicel, dan flagellum. Di bagian anterior
terdapat sepasang mata majemuk yang tersusun dari ribuan ommatidia. Pada bagian
ventral, terdapat mulut yang terbagi menjadi labrum, mandible, maxillae, dan labium.
Selanjutnya pada bagian toraks terbagi menjadi tiga bagiam, yaitu protoraks,
mesotoraks, dan metatoraks. Ada dua sepasang sayap yang terdapat pada mesotoraks (
sayap depan ) dan pada bagian metatoraks ( sayap belakang ). Pada bagian abdomen,
terdapat 7-8 pasang spirakel. Yang berfungsi sebagai sistem pernafasan jangkrik. Pada
bagian ujung abdomen, terdapat sepasang pemanjangan yang disebut cerci dan
ovipositor ( pada betina terlihat lebih panjang dibandingkan pada jantan ), ovipositor
tersebut digunakan untuk menyimpan telur ( Farms, 2011 ).
4.2 Perilaku Jangkrik
Grafik 4.1 Grafik Rata-Rata Frekuensi Tipe Perilaku Jangkrik Betina
Grafik 4.2 Grafik Rata-Rata Frekuensi Tipe Perilaku Jangkrik Jantan
Pada hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan data yang telah dianalisis
dengan software SPSS menggunakan uji analisis one-way ANNOVA dengan selang
kepercayaan 95% yang tertera dalam bentuk grafik sesuai dengan grafik 4.1 dan 4.2.
Berdasarkan grafik 4.1 dan 4.2 diketahui tipe perilaku dominan yang dominan baik
pada jankgrik jantan maupun betina adalah freezing. Diketahui berdasarkan grafik 4.1
frekuensi freezing pada betina mencapai 13 kali, hal tersebut paling sering dilakukan
dibandingkan tipe perilaku yang lainnya. Sedangkan pada jantan, diketahui
berdasarakan grafik 4.2 perilaku yang paling sering juga merupakan freezing yang
frekuensinya mencapai 12 kali, hal tersebut juga paling banyak dilakukan
dibandingkan tipe perilaku yang lainnya.
Freezing adalah perilaku jangkrik yang berdiam diri untuk bersembunyi atau
menghindari ancaman. Perilaku freezing jangkrik biasanya dilakukan di tempattempat yang dirasanya aman ( Kortet, 2007 ). Hal tersebut dapat terjadi pada saat
dilakukan penelitian dikarenakan terdapat beberapa faktor, diantaranya keadaan
lingkungan pada saat penelitian dilakukan termasuk ramai, intensitas cahaya yang
masih tergolong terang walaupun jendela kaca sudah tertutup dikarenakan waktu
penelitian dilakukan pada pagi hari, dan faktor perlakuan yang dapat meningkatkan
stress. Hal hal tersebut menyebabkan perilaku jangkrik lebih banyak berdiam diri
Perilaku Agresif pada Jangkrik Jantan
Grafik 4.3 Grafik Keagresifan Jangkrik Jantan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data berupa frekuensi rata-rata dari 14
kelompok dalam bentuk grafik 4.3. Perilaku agresif pada jangkrik jantan timbul dari
keinginan pejantan pada saat kondisi tertentu, seperti untuk memperebutkan teritori,
Pada grafik 4.5 menunjukkan data hasil penelitian pengamatan hierarki tiga
individu jangkrik jantan yang terbagi dalam tiga kategori, yaitu dominan yang
merupakan kategori tertinggi, kemudian ordinat yang merupakan kategori kedua, dan
yang terakhir adalah subordinat yang merupakan kategori terendah. Penggolongan
kategori tersebut berdasarkan perilaku agonistik pada jangkrik jantan, terlihat pada
grafik 4.5 kategori dominan memiliki frekuensi agonistik tertinggi ( hampit 100 )
dibandingkan perilaku agonistik kategori ordinat maupun subordinat. Penggolongan
kategori tersebut berdasarkan perilaku agonistik dikarenakan terdapat tiga individu
jangkrik yang berbeda dan satu individu betina pada satu teritori, sehingga jangkrik
jantan harus bertarung dengan dua individu jangkrik yang lainnya untuk menguasai
teritori maupun menarik perhatian betina. Menurut Rohlin ( 2010 ), perilaku
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan perilaku jangkrik ( Gryllus sp. )
baik jantan maupun betina terhadap suara mp3 didapatkan data yang tertera pada
grafik 4.7. Suara mp3 tersebut merupakan nyanyian jangkrik tipe mating call sehingga
berdasarkan grafik 4.7 adalah frekuensi jangkrik betina menhampiri earphone tersebut
paling tinggi dikarenakan suara mp3 tersebut nyanyian jangkrik tipe mating call
disamping itu dikarenakan suara mp3 tersebut berdasarkan dari literature percobaan
yang telah dilakukan maka dapat dipastikan bahwa suara tersebut memliki frekuensi
suara yang baik dan sesuai untuk matting call sehingga jangkrik betina akan mengira
bahwa suara tersebut berasal dari jangkrik jantan ideal.
Grafik 4.7 juga menunjukkan perilaku jangkrik jantan yang menghampiri
earphone tersebut. Hal tersebut sesuai menurut Simmons ( 2010 ) bahwa apabila
terdapat jangkrik jantan yang lain dalam satu teritori maka akan ada pejantan yang
akan menghampiri pejantan yang lain untuk menguasai teritori dan memperebutkan
betina. Maka didapatkan analisa dari grafik 4.7 kenapa frekuensi jangkrik jantan
menghampiri earphone tertinggi kedua setelah frekuensi jangkrik betina menghampiri
earphone. Alasan tersebut dikarenakan jangkrik jantan merasa terdapat pejantan lain
dalam teritorinya sehingga jangkrik jantan yang menghampiri ke earphone tersebut
ingin melakukan perilaku agonistik
KESIMPULAN
1. Terdapat tiga bagian pada jangkrik, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Pada
bagian kepala terdapat antenna panjang dan sepasang mata majemuk. pada
bagian toraks terbagi menjadi tiga bagiam, yaitu protoraks, mesotoraks, dan
metatoraks. Ada dua sepasang sayap yang terdapat pada mesotoraks ( sayap
depan ) dan pada bagian metatoraks ( sayap belakang ). Pada bagian
abdomen, terdapat 7-8 pasang spirakel. Pada bagian ujung abdomen, terdapat
sepasang pemanjangan yang disebut cerci dan ovipositor ( pada betina terlihat
lebih panjang dibandingkan pada jantan )
2. Perilaku jangkrik ( Grylus sp ) baik pada jantan maupun betina adalah
freezing.
3. Perilaku bertarung (agonistic) adalah kedua jantan akan saling menyentuhkan
antenannya dan akhirnya kedua jantan tersebut akan menaikkan kaki
depannya. Pada proses bertarung, tiap jantan akan berusaha untuk mendorong
dan menarik lawannya. Sedangkan, perilaku matting call adalah jangkrik
jantan tersebut menaikkan sayapnya dengan sudut berkisar 20 lalu
menggesek-gesekkan kedua sayapnya hingga mengeluarkan suara ( chirping ).
4. Terdapat urutan dominansi dari hirarki jangkrik jantan berdasarkan kompetisi
terhadap jangkrik jantan untuk mendapatkan teritori dan betina.
5. Jangkrik jantan maupun betina menghampiri ke sumber suara ( earphone ).
DAFTAR PUSTAKA
Edwards, JS. 1974. The Cerci and Abdominal Giant Fibres of The House Cricket.
Anatomy And Physiology of Normal Adult. Proc. Roy. Soc. London 185,
83-103
Farms, F. 2011. Flucker's Cricket. [online]. www.fluckerfarms/cricket.pdf diakses
tanggal 1 Maret 2012
Fox, R. 2006. House Cricket. [online]. webs.lander.edu/invertebrates/acheta.html
diakses pada tanggal 1 Maret 2012
J.R.S.C. (1879). Journal of Horticulture and Practical Gardening, Volume 37,
p.503.
Murphey, W. 1984. Neurospecificity In The Cricket Cercal System. Neurobiology
Research Center. Journal Exp. Biol. 112, 7-25.
Simmons, P J. 2010. Nerve Cell And Animal Behavior. New York : Cambridge
University Press.
University of Arizona. 1997. Cricket Info. [online]. www.
insected.arizona.edu/cricketinfo.html diakses pada tanggal 1 Maret 2012
Wagner, W.E.,2002. The Importance of Calling Song And Courtship Song In
Female Mate Choice In The Variable Field Cricket. Animal Behavior
59, 1219-122