Anda di halaman 1dari 11

http://dokumen.tips/documents/jangkrik-55a759b0cf886.

html

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKU (BI-3201)


PERILAKU NYANYIAN JANGKRIK (Gryllus sp.)
Latar Belakang
Jangkrik adalah serangga yang termasuk family Grilydae dari ordo arthropoda.
Serangga jenis ini memiliki komunikasi yang unik, yaitu melalui suara yang berasa
dari sayap jangkrik jantan, atau yang disebut dengan perilaku nyanyian jangkrik.
Terdapat beberapa jenis nyanyian jangkrik yang masing-masing mempunyai tujuan
yang berbeda-beda, yaitu mating call untuk menarik perhatian betina dan nyanyian
jangkrik berupa ancaraman agonistik untuk mengancam jangkrik jantan yang lainnya
apabila dalam keadaan terancam ( Paolet&Hedwig, 2002 ).
Tujuan dari penelitian mengamati perilaku jangkrik adalah untuk mengetahui
informasi-informasi tentang jangkrik tersebut. Informasi-informasi yang didapatkan
dari hasil penelitian dapat dijadikan referensi untuk memudahkan aktivitas kehidupan
manusia, khususnya petani. Contoh perilaku jangkrik yang memudahkan aktivitas
manusia adalah nyanyian jangkrik yang berupa agonistik, dikarenakan apabila
terdapat hama di suatu lahan pertanian maka jangkrik tersebut akan merasa terancam
lalu mengeluarkan nyanyian jangkrik yang bersifat agonistik. Kemudian dalam dunia
budidaya angkrik, peningkatan reproduksi jangkrik dapat meningkat berdasarkan
nyanyian courtship-nya, karena budidaya jangkrik merupakan bisnis yang potensial
yang digunakan utuk pakan burung atau ikan dimana saat ini terdapat peningkatan
masyarakat yang memelihara burung dan/atau ikan baik untuk budidaya atau hanya
koleksi semata
Tujuan
1. Menentukan morfologi jangkrik Gryllus sp dan membedakan anatomi jangkrik
jantan dan betina
2. Menentukan perilaku jangkrik Gryllus sp jantan dan betina
3. Mendeskripsikan perilaku agonistic dan matting jangkrik jantan
4. Menentukan urutan hirarki jagkrik percobaan dan preferensi shelter atau
betina
5. Menentukan perilaku fonotaksis pada jangkrik ( Gryllus sp. ) baik jantan
maupun betina
Hipotesis
1. Secara umum morfologi tubuh jangkrik terbagi menjadi tiga, yaitu cepal,
toraks dan abdomen, yang membedakan antara jantan dan betina adalah
ovipositornya
2. Perilaku dominan jangkrik adalah freezing, grooming, feeding, dan jumping
3. Perilaku agonistik merupakan perilaku jangkrik saat keadaannya terancam
atau untuk memperebutkan teritori sedangkan mating call adalah perilaku
jangkrik untuk menarik perhatian betina yang merupakan proses awal untuk
bereproduksi
4. Jangkrik yang paling dominan adalah jangkrik jantan yang menarik perhatian
betina, sedangkan yang lainnya memilih untuk berdiam diri di dalam shelter.

5. Jangkrik akan menghampiri ke sumber suara.

TEORI DASAR
Taksonomi Jangkrik
Berikut adalah taksonomi jangkrik menurut bugguide.net ( 2010 ) :
Tabel Taksonomi Jangkrik
Kingdom Animalia
Philum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Orthroptera
Famili Gryllidae
Genus Gryllus
Spesies Gryllus sp.
Biologi Jangkrik ( Gryllus sp. )

Morfologi Jangkrik

Morfologi jangkrik pada umumnya adalah badan berwarna cokelat gelap dan terdiri
dari tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat
sepasang antenna pajang. Pada bagian anterior, terdapat sepasang mata majemuk.
Pada bagian ventral terdapat mulut yang terbagi menjadi labrum, mandibles,
maxillae,
dan labium. Pada bagian toraks dibagi menjadi tiga, yaitu protoraks, mesotoraks,
dan
metatoraks. Terdapat dua pasang sayap yang terdapat pada mesotoraks dan
metatoraks. Sayap depan memiliki panjang yang bervariasi tetapi hal yang pasti
adalah sayap depan menutupi setidaknya setengah hingga seluruh bagian
abdomen
dan berbentuk datar terhadap badan jangkrik kemudian sayap belakang lagi
tertutupi

oleh sayap depan dan terlipat. Pada betina tampak ovipositor yang lebih panjang
dibandingkan jantan. Baik betina dan jantan memiliki cerci ( University of Arizona,
1997 ).
Gambar Morfologi Jangkrik ( Gryllus sp. )
Sumber : heightstechnology.edublogs.org//cricket.jpg

Siklus Hidup Jangkrik

Kekerabatan jangkrik sangat dekat sekali dengan belalang, begitu juga dengan
siklus hidupnya. Siklus hidup jangkrik termasuk dalam golongan metamorfosis tidak
sempurna dikarenakan tidak terdapat fase pupa tetapi terdapat fase nimfa.
Berdasarkan gambar 2.2, siklus hidup jangkrik adalah fase telur yang menetas
dalam
26 hari kemudian menjadi larva lalu menjadi nimfa dan selanjutnya menjadi fase
dewasa ( J.R.S.C, 1879 ).
Gambar Siklus Hidup Jangkrik ( Gryllus sp. )
Sumber : telusplanet.net/ /lifecycle.jpeg

Habitat

Habitat jangkrik adalah daerah yang intensitas cahayanya rendah sehingga


sering kali dapat dijumpai di bawa bebatuan, tumpukan kayu-kayu, celah-celah
perabotan rumah, dan di bawah naungan dedaunan atau rerumputan seperti di
bawah
padang rumput, ladang pertanian, dan sebagainya. Persebaran jangkrik cukup luas
meliputi Eropa tengah dan selatan, Asia, dan Afrika Utara ( University of Arizona,
1997 ).

Sistem Syaraf Jangkrik

Seperti halnya serangga yang lainnya, sistem syaraf jangkrik terdiri dari cerebral
ganglion, ganglionated nerve chord, dan peripheral nerve system. Cerebral ganglion
terbagi menjadi tiga, yaitu thoracix ganglia, abdominal ganglia, dan terminal

ganglion ( Fox, 2006 ).


Gambar 2.3 Sistem Saraf Pada Jangkrik
Sumber : http://www.infovisual.info/02/ /046%20Internal%20anatomy%20of%20a
%20cricket.jpg
Jangkrik juga memiliki organ sensori lain pada ujung posteriornya, organ ini
disebut cerci. Terdapat sepasang cerci yang ditutupi oleh rambut-rambut. Rambut
ini
berfungsi untuk mendeteksi arah angina, seperti untuk mendeteksi udara yang
bergerak dari lidah katak yang akan memangsanya, sehingga jangkrik bisa
melakukan
respon yang lebih cepat. Ganglion dan sistem syaraf jangkrik dapat menghantarkan
impuls dengan cepat karena diameter interneuronnya yang besar. Hal itu juga yang
menyebabkan jangkrik sulit ditangkap ( Edwards, 1974

Organ Sensori Jangkrik

Organ sensori dapat ditemui pada individu jantan. Organ tersebut bernama organ
stridulasi yang berfungsi untuk menghasilkan suara. Karakteristik chirping tersebut
dihasilkan dari gesekan antara bagian kasar ( scraper ) di balik sayap depan dan
bagian kasar ( file ) dari permukaan sayap belakang. Pada sayap depan juga
terdapat
struktur yang disebut harp, struktur ini berperan dalam memperbesar suara yang
dihasilkan oleh file dan scarper. Resultan dari bunyi tersebut dinamakan stridulasi.
Bunyi jangkrik akan menghasilkan rangkaian nada yang berfungsi untuk menarik
perhatian betina atau perilaku agonistik. Saat bunyi dihasilkan, sayap jangkrik
jantan
akan terangkat. Modifikasi bentuk sayap ini diperlukan untuk menghasilkan
stridulasi
sehubungan dengan adanya dimorfisme seksual pada venasi sayap depan. Struktur
penghasil bunyi tidak akan ditemukan pada jangkrik yang belum dewasa ( nimfa )
(Fox, 2006 ).

Jenis dan Mekanisme Nyanyian

Terdapat organ stridulasi yang berfungsi untuk menghasilkan suara. Karakteristik


chirping tersebut dihasilkan dari gesekan antara bagian kasar ( scraper ) di balik
sayap depan dan bagian kasar ( file ) dari permukaan sayap belakang. Pada sayap
depan juga terdapat struktur yang disebut harp, struktur ini berperan dalam
memperbesar suara yang dihasilkan oleh file dan scarper. Resultan dari bunyi
tersebut
dinamakan stridulasi. Bunyi jangkrik akan menghasilkan rangkaian nada yang
berfungsi untuk menarik perhatian betina atau perilaku agonistik. Saat bunyi
dihasilkan, sayap jangkrik jantan akan terangkat. Modifikasi bentuk sayap ini
diperlukan untuk menghasilkan stridulasi sehubungan dengan adanya dimorfisme
seksual pada venasi sayap depan. Struktur penghasil bunyi tidak akan ditemukan
pada
jangkrik yang belum dewasa ( nimfa ) (Fox, 2006 ).
Perilaku nyanyian jangkrik akan menghasilkan pola bunyi yang berbeda-beda
tergantung kondisi jangkrik tersebut. Terdapat tiga pola suara, yaitu calling, matting
call, dan agonistic. Setiap suara tersebut menghasilkan pola yang terdiri dari
beberapa
chirp, yaitu kumpulan 4-5 syllable yang menyusun suara jangkrik
( Simmons&Young, 2010 ). Satu chirp adalah satu suara krik yang kita dengar saat
jangkrik berbunyi tiga chirp seperti krik, krik, krik .
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
Tabel 3.1.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat Bahan
Akuarium
Stopwatch

Type-X kuas
Shelter
Styrofoam
Mikroskop bedah
Rekaman suara jangkrik
Gryllus sp. (bahan-bulir)
Tanah
Karton hitam
Bulir rumput
earphone (alat)
Metode Kerja
3.2.1. Pengamatan Morfologi
Gryllus sp. Diletakkan di dalam cawan petri lalu diamati morfologinya di
bawah mikroskop bedah. Pengamatan dilakukan terhadap jantan dan betina.
Dilakukan pencatatan morfologi serta perbedaan antara jantan dan betina.
Gryllus sp. kemudian diamati bagian kaki depannya untuk melihat adanya bagian
membran timpaniform. Pemotongan kaki depan dapat dilakukan untuk
mempermudah dalam pengamatan membran timpaniform. Hasil pengamatan
bagian
kaki depan dan membran timpaniform digambar.
3.2.2. Pengamatan Perilaku Gryllus sp. Jantan dan Betina
Sebelum pengamatan dilakukan, akuarium dipersiapkan terlebih dahulu.
Akuarium dilapisi dengan karton hitam disetiap sisi, kemudian akuarium diisi
dengan
tanah dan bulir rumput. Buat dua kompartemen dengan membagi dua menjadi dua
kompartemen dengan menggunakan styrofoam yang diletakkan secara diagonal di

dalam akuarium. Jangkrik yang akan digunakan ditandai terlebih dahulu dengan
menggunakan type-x kuas di bagian thoraks. Dilakukan pengamatan perilakunya
dengan durasi tiga puluh menit. Setelah tiga puluh menit, shelter kemudian
diletakkan
di dalam setiap kompartemen. Perilaku diamati dan kemudian dihitung frekuensi
perilaku yang dihasilkan. Hasil pengamatan kemudian dicatat ke dalam data
pengamatan.
3.2.3. Pengamatan Perilaku Ekor Gryllus sp. Jantan- Jantan dan Betina
Dua ekor jangkrik jantan masing-masing ditandai berbeda dengan jangkrik
jantan yang digunakan sebelumnya. Kemudian ditambahkan ke dalam
kompartemen
satu individu jantan yang baru sehingga didapatkan dua kompartemen berisi
masingmasing jangkrik jantan-jantan dan jangkrik jantan-betina. Pengamatan dilakukan
terhadap perilaku kedua jangkrik di masing-masing kompartemen. Kompartemen

yang berisi dua ekor jantan-jantan diamati perilaku agonistiknya, sedangkan di


kompartemen lainnya diamati perilaku mating-nya. Masing-masing individu diamati
dengan metode Focal Sampling. Diamati juga pengeluaran suara jika perilaku
mating terjadi pada kompartemen kedua (jantam-betina).
3.2.4.Pengamatan Tiga Individu Jantan dan Satu Individu Betina Gryllus sp.
dan Preferensi
Styrofoam yang membatasi dua kompartemen diambil sehigga didapatkan
akuarium sebagai satu kompartemen berisi empat ekor jangkrik, tiga ekor jangkrik
jantan dan satu ekor jangkrik betina. Shelter dimasukkan ke dalam kompartemen
lalu diamati perilaku masing-masing jangkrik dan preferensi ketiga jantan terhadap
shelter dan jangkrik betina. Aklimatisasi dilakukan selama sepuluh menit, lalu
dilanjutkan dengan pengamatan selama tiga puluh menit. Setelah pengamatan
dilakukan, ditentukan hierarki pada setiap individu berdasarkan dari prilaku
agonistic nya.
3.2.5 Pengamatan Perilaku Bernyanyi dan matting stimulus
Tiga ekor jangkrik jantan dijadikan ke dalam satu kompartemen dengan satu
ekor betina. Diberikan stimulus ransangan tiga jenis nyanyian jangkrik melalui
earphone. Dilakukan pengamatan prilaku pada setiap jangkrik masing-masing dua
kali pengulangan selama enam menit pemberian stimulus nyanyian jangkrik, enam
menit setelah stimulus diberhentikan. Dilakukan pencatatan terhadap tingkah laku dari
masing-masing jangkrik

PEMBAHASAN
4.1 Morfologi
GAMBAR TANGAN GAMBAR LITERATUR
Gambar 4.1 Morfologi Jangkrik
Sumber:
http://www.flukerfarms.com/pdfs/cricket.pdf)
Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat tiga bagian pada jangkrik, yaitu kepala,
toraks, dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat antenna panjang yang berfungsi
sebagai sensor sentuhan dan bau. Bagian-bagian antenna pada jangkrik terbagi
menjadi beberapa bagian yaitu scape, pedicel, dan flagellum. Di bagian anterior
terdapat sepasang mata majemuk yang tersusun dari ribuan ommatidia. Pada bagian
ventral, terdapat mulut yang terbagi menjadi labrum, mandible, maxillae, dan labium.
Selanjutnya pada bagian toraks terbagi menjadi tiga bagiam, yaitu protoraks,
mesotoraks, dan metatoraks. Ada dua sepasang sayap yang terdapat pada mesotoraks (
sayap depan ) dan pada bagian metatoraks ( sayap belakang ). Pada bagian abdomen,
terdapat 7-8 pasang spirakel. Yang berfungsi sebagai sistem pernafasan jangkrik. Pada
bagian ujung abdomen, terdapat sepasang pemanjangan yang disebut cerci dan
ovipositor ( pada betina terlihat lebih panjang dibandingkan pada jantan ), ovipositor
tersebut digunakan untuk menyimpan telur ( Farms, 2011 ).
4.2 Perilaku Jangkrik
Grafik 4.1 Grafik Rata-Rata Frekuensi Tipe Perilaku Jangkrik Betina
Grafik 4.2 Grafik Rata-Rata Frekuensi Tipe Perilaku Jangkrik Jantan
Pada hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan data yang telah dianalisis
dengan software SPSS menggunakan uji analisis one-way ANNOVA dengan selang
kepercayaan 95% yang tertera dalam bentuk grafik sesuai dengan grafik 4.1 dan 4.2.
Berdasarkan grafik 4.1 dan 4.2 diketahui tipe perilaku dominan yang dominan baik
pada jankgrik jantan maupun betina adalah freezing. Diketahui berdasarkan grafik 4.1
frekuensi freezing pada betina mencapai 13 kali, hal tersebut paling sering dilakukan
dibandingkan tipe perilaku yang lainnya. Sedangkan pada jantan, diketahui
berdasarakan grafik 4.2 perilaku yang paling sering juga merupakan freezing yang
frekuensinya mencapai 12 kali, hal tersebut juga paling banyak dilakukan
dibandingkan tipe perilaku yang lainnya.
Freezing adalah perilaku jangkrik yang berdiam diri untuk bersembunyi atau
menghindari ancaman. Perilaku freezing jangkrik biasanya dilakukan di tempattempat yang dirasanya aman ( Kortet, 2007 ). Hal tersebut dapat terjadi pada saat
dilakukan penelitian dikarenakan terdapat beberapa faktor, diantaranya keadaan
lingkungan pada saat penelitian dilakukan termasuk ramai, intensitas cahaya yang
masih tergolong terang walaupun jendela kaca sudah tertutup dikarenakan waktu
penelitian dilakukan pada pagi hari, dan faktor perlakuan yang dapat meningkatkan
stress. Hal hal tersebut menyebabkan perilaku jangkrik lebih banyak berdiam diri
Perilaku Agresif pada Jangkrik Jantan
Grafik 4.3 Grafik Keagresifan Jangkrik Jantan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data berupa frekuensi rata-rata dari 14
kelompok dalam bentuk grafik 4.3. Perilaku agresif pada jangkrik jantan timbul dari
keinginan pejantan pada saat kondisi tertentu, seperti untuk memperebutkan teritori,

memperebutkan betina, atau merasa terancam sehingga melakukan pertarungan


dengan pejantan yang lain ( Simmons, 2010 ). Terdapat tiga jenis tipe perilaku agresif
pada jangkrik jantan, yaitu mengeluarkan suara ( bunyi ), agonistic, dan mendekat.
Ketiga hal tersebut tertera pada grafik 4.3 beserta frekuensinya. Berdasarkan grafik
4.3, hal yang paling sering dilakukan adalah agonistic dengan frekuensi lebih dari 30
kali, tipe perilaku tersebut paling tinggi dibandingkan dengan dua lainnya. Pada saat
bertarung ( agonistic ), kedua jantan akan saling menyentuhkan antenannya dan
akhirnya kedua jantan tersebut akan menaikkan kaki depannya. Pada proses
bertarung, tiap jantan akan berusaha untuk mendorong dan menarik lawannya. Selain
itu jangkrik juga akan mengeluarkan suara yang berasal dari gesekan sayapnya dan
bersuara lebih rapat dan nyaring ( Simmons, 2010 ). Adapun kelompok yang tidak
terdapat perilaku agonistiknya disebabkan karena jangkrik yang digunakan pada saat
penelitian dalam fase nimfa. Menurut Adamo et al.,( 2003 ) jangkrik jantan akan
memulai memunculkan karakter agonistiknya pada usia antara 10-14 hari
Perilaku Kawin
Grafik 4.4 Grafik Frekuensi Mating Behavior
Hasil penelitian terhadap perilaku jangkrik ( Gryllus sp. ) yang telah dilakukan
didapatkan data perilaku kawin jangkrik yang tertera pada grafik 4.4 dalam frekuensi
rata-rata dari 14 kelompok. Pada grafik 4.4 menunjukkan frekuensi perilaku jangkrik
jantan yang lebih memilih untuk mengeluarkan suara berupa tipe mating call
dibandingkan proses mating. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan pejantan sudah
mencoba untuk menarik perhatian betina dengan cara mengeluarkan bunyi berupa
mating call namun jangkrik betina tidak tertarik pada jangkrik jantan tersebut.
Gambar 4.2 Oscillogram Chirping Jangkrik Jantan
Sumber : Murphey, 1984
Pada saat jangkrik jantan mengeluarkan bunyi bertipe mating call , jangkrik
jantan tersebut menaikkan sayapnya dengan sudut berkisar 20 lalu menggesekgesekkan kedua sayapnya. Terdapat file pada bagian sayap depan. Bunyi tersebut
keluar ketika file dari sayap pertama bergesekan dengan sayap lainnya. Bunyi yang
timbul dapat dilihat pada gambar 4.2 dan terlihat adanya kelompok-kelompok kecil
saat mengeluarkan suara. Kelompok-kelompok kecil tersebut disebut chirp yang
didalamnya terdapat 4-5 syllable. Saat mating, chirp biasanya berfrekuensi tinggi
awalnya, tetapi pada saat betina mendekat frekuensi suara chirp akan menjadi lebih
lembut dan pelan ( Murphey, 1984)
Hierarki Jangkrik Jantan

Pada grafik 4.5 menunjukkan data hasil penelitian pengamatan hierarki tiga
individu jangkrik jantan yang terbagi dalam tiga kategori, yaitu dominan yang
merupakan kategori tertinggi, kemudian ordinat yang merupakan kategori kedua, dan
yang terakhir adalah subordinat yang merupakan kategori terendah. Penggolongan
kategori tersebut berdasarkan perilaku agonistik pada jangkrik jantan, terlihat pada
grafik 4.5 kategori dominan memiliki frekuensi agonistik tertinggi ( hampit 100 )
dibandingkan perilaku agonistik kategori ordinat maupun subordinat. Penggolongan
kategori tersebut berdasarkan perilaku agonistik dikarenakan terdapat tiga individu
jangkrik yang berbeda dan satu individu betina pada satu teritori, sehingga jangkrik
jantan harus bertarung dengan dua individu jangkrik yang lainnya untuk menguasai
teritori maupun menarik perhatian betina. Menurut Rohlin ( 2010 ), perilaku

dominansi disebabkan karena adanya perilaku mempertahankan teritori dan


mendapatkan betina.
4.6 Preferensi Terhadap Betina dan Shelter
Grafik 4.6 Grafik Preferensi Jangkrik Jantan Terhadap Betina dan Shelter
Berdasarkan grafik 4.6 menunjukkan hasil penelitian tentang pengamatan
preferensi jangkrik jantan terhadap jangkrik betina dan sheleter . Pada grafik 4.6
merepresantasikan data kompilasi dari 14 kelompok. Kesimpulan berdasarkan grafik
tersebut adalah jangkrik jantang lebih memilih menghampiri jangkrik betina
ketimbang menuju ke shelter. Menurut Wagner&Reyser (2002) jangkrik jantan akan
menghampiri jangkrik betina daripada menuju ke tempat yang ternaungi cahaya
apabila jangkrik jantan tersebut merasa dirinya termasuk kategori dominan dalam
hierarki. Hal tersebut sesuai dengan kondisi saat penelitian dilakukan, dimana hanya
terdapat satu individu jangkrik jantan dan satu individu jangkrik betina dalam arti lain
tidak terdapat individu jangkrik jantan yang lainnya, maka jangkrik jantan tersebut
merasa dirinya aman atau tidak dalam kondisi terancam secara fisik dan teritorinya
tidak diganggu sehingga jangkrik jantan tersebut lebih memilih menghampiri jangkrik
betina ketimbang shelter
Perilaku Fonotaksis

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan perilaku jangkrik ( Gryllus sp. )
baik jantan maupun betina terhadap suara mp3 didapatkan data yang tertera pada
grafik 4.7. Suara mp3 tersebut merupakan nyanyian jangkrik tipe mating call sehingga
berdasarkan grafik 4.7 adalah frekuensi jangkrik betina menhampiri earphone tersebut
paling tinggi dikarenakan suara mp3 tersebut nyanyian jangkrik tipe mating call
disamping itu dikarenakan suara mp3 tersebut berdasarkan dari literature percobaan
yang telah dilakukan maka dapat dipastikan bahwa suara tersebut memliki frekuensi
suara yang baik dan sesuai untuk matting call sehingga jangkrik betina akan mengira
bahwa suara tersebut berasal dari jangkrik jantan ideal.
Grafik 4.7 juga menunjukkan perilaku jangkrik jantan yang menghampiri
earphone tersebut. Hal tersebut sesuai menurut Simmons ( 2010 ) bahwa apabila
terdapat jangkrik jantan yang lain dalam satu teritori maka akan ada pejantan yang
akan menghampiri pejantan yang lain untuk menguasai teritori dan memperebutkan
betina. Maka didapatkan analisa dari grafik 4.7 kenapa frekuensi jangkrik jantan
menghampiri earphone tertinggi kedua setelah frekuensi jangkrik betina menghampiri
earphone. Alasan tersebut dikarenakan jangkrik jantan merasa terdapat pejantan lain
dalam teritorinya sehingga jangkrik jantan yang menghampiri ke earphone tersebut
ingin melakukan perilaku agonistik
KESIMPULAN
1. Terdapat tiga bagian pada jangkrik, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Pada
bagian kepala terdapat antenna panjang dan sepasang mata majemuk. pada
bagian toraks terbagi menjadi tiga bagiam, yaitu protoraks, mesotoraks, dan
metatoraks. Ada dua sepasang sayap yang terdapat pada mesotoraks ( sayap
depan ) dan pada bagian metatoraks ( sayap belakang ). Pada bagian
abdomen, terdapat 7-8 pasang spirakel. Pada bagian ujung abdomen, terdapat
sepasang pemanjangan yang disebut cerci dan ovipositor ( pada betina terlihat
lebih panjang dibandingkan pada jantan )
2. Perilaku jangkrik ( Grylus sp ) baik pada jantan maupun betina adalah

freezing.
3. Perilaku bertarung (agonistic) adalah kedua jantan akan saling menyentuhkan
antenannya dan akhirnya kedua jantan tersebut akan menaikkan kaki
depannya. Pada proses bertarung, tiap jantan akan berusaha untuk mendorong
dan menarik lawannya. Sedangkan, perilaku matting call adalah jangkrik
jantan tersebut menaikkan sayapnya dengan sudut berkisar 20 lalu
menggesek-gesekkan kedua sayapnya hingga mengeluarkan suara ( chirping ).
4. Terdapat urutan dominansi dari hirarki jangkrik jantan berdasarkan kompetisi
terhadap jangkrik jantan untuk mendapatkan teritori dan betina.
5. Jangkrik jantan maupun betina menghampiri ke sumber suara ( earphone ).
DAFTAR PUSTAKA
Edwards, JS. 1974. The Cerci and Abdominal Giant Fibres of The House Cricket.
Anatomy And Physiology of Normal Adult. Proc. Roy. Soc. London 185,
83-103
Farms, F. 2011. Flucker's Cricket. [online]. www.fluckerfarms/cricket.pdf diakses
tanggal 1 Maret 2012
Fox, R. 2006. House Cricket. [online]. webs.lander.edu/invertebrates/acheta.html
diakses pada tanggal 1 Maret 2012
J.R.S.C. (1879). Journal of Horticulture and Practical Gardening, Volume 37,
p.503.
Murphey, W. 1984. Neurospecificity In The Cricket Cercal System. Neurobiology
Research Center. Journal Exp. Biol. 112, 7-25.
Simmons, P J. 2010. Nerve Cell And Animal Behavior. New York : Cambridge
University Press.
University of Arizona. 1997. Cricket Info. [online]. www.
insected.arizona.edu/cricketinfo.html diakses pada tanggal 1 Maret 2012
Wagner, W.E.,2002. The Importance of Calling Song And Courtship Song In
Female Mate Choice In The Variable Field Cricket. Animal Behavior
59, 1219-122

Anda mungkin juga menyukai