Pembahasan Uji Koefisien Fenol
Pembahasan Uji Koefisien Fenol
lebih dari satu menunjukkan bahwa agen atau senyawa kimia uji
tersebut sama efektifnya atau sedikit efektif dibandingkan fenol.
Koefisien fenol lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa senyawa kimia
tersebut lebih efektif dibandingkan dengan fenol jika dilakukan pada
kondisi yang sama. Fenol koefisiennya 5 menunjukkan bahwa
senyawa uji efektifitasnya 5 kali lebih besar dibandingkan fenol.
B. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui efektifitas suatu desinfektan.
2. Untuk mengetahui keefektifan suatu desinfektan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Desinfektan
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh
fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau
pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk
membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman
penyakit lainnya. Desinfektan ini tersedia secara komersial yang
masing-masing memiliki karakteristik kimiawi, toksisitas, biaya dan
penggunaan tertentu. Desinfektan merupakan bahan kimia yang dapat
mematikan mikroorganisme yang sedang dalam keadaan tidak aktif,
sehingga hanya mematikan bentuk vegetatif dari mikroorganisme,
BAB III
METODELOGI
A.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
B.
1.
o
o
o
o
o
o
o
o
o
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 4.1. Hasil pengamatan Koefisien Fenol
No Pengencer 5men 10
15
.
an
it
menit menit Keterangan
Pada menit
ke 5 terjadi
penghambat
1 1:80
+
+
an
pertumbuha
n mikroba
1:90
1:100
terjadi
pertumbuha
n mikroba
terjadi
pertumbuha
n mikroba
Desinfektan (Bayclin)
No Pengencer
.
an
1
1:100
1:110
1:120
1:130
5
meni 10
15
t
menit menit Keterangan
terjadi
+
+
+
pertumbuha
n mikroba
terjadi
+
+
+
pertumbuha
n mikroba
Pada menit
ke 5 terjadi
penghambat
+
+
an
pertumbuha
n mikroba
terjadi
+
+
+
pertumbuha
n mikroba
1:110
1:120
1:130
terjadi
pertumbuha
n mikroba
terjadi
pertumbuha
n mikroba
Pada menit
ke 10 terjadi
penghambat
an
pertumbuha
n mikroba
DAFTAR PUSTAKA
http://www.gudangmateri.com/2010/07/uji-koefisien-fenol.html
http://rodiahmikrobiologi.blogspot.com/2011/06/koefisien-fenol.htm
http://adesahy.blogspot.com/2011/11/fenol-koefisien.html
http://id.scribd.com/doc/78298378/UJI-KOEFISIEN-FENOL
http://filzahazny.wordpress.com/2008/06/15/uji-koefisien-fenol/
http://fakhrurijal.blogspot.com/2011/07/laporan-mikrobiologi-ujifenol.html?zx=ebdc2cf9f4b4a1f
http://id.scribd.com/doc/52301681/laporan-mikro-koe-fen
http://www.gudangmateri.com/2010/07/uji-koefisien-fenol.html
disinfektan.
Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji
keefektifannua. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut
adalah dengan melakukan tes koefisien fenol. Uji ini dilakukan untuk
membandingkan aktivitas suatu produk (desinfektan) dengan daya
bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran
fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan suatu volume tertentu
biakan Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus.
Prinsip Kerja
Pertumbuhan bakteri uji pada media yang sesuai setelah bakteri
tersebut kontak dengan disinfektan dalam waktu 5, 10, dan 15 menit.
Alat dan Bahan
Alat:
* Tabung reaksi
* Ose/sengkelit
* Pencatat waktu (stopwatch)
* Mc Farland III (109 kuman/ml)
* Vortex
* Stiker label
* Spiritus
Bahan:
* Kaldu nutrisi (Nutrient Broth)
* Air suling steril
* Staphylococcus aureus ATCC 25953 dalam agar nutrisi (Gram +)
* Salmonella thyphosa ATCC 6539 dalam agar nutrisi (Gram -)
* Larutan NaCl fisiologis 0,9%
* Fenol standar
* Desinfektan uji
Prosedur Kerja
1. Pembuatan media
Media kaldu nutrisi (Nutrient Broth) dimasukkan dalam 12 tabung
reaksi ukuran 20 x 150 mm, volume masing-masing dibuat 5 ml.
Komposisi perliter terdiri dari pepton 10 g, ekstrak daging 5 g, dan
NaCl 5 g; pH akhir 6,8.
Pembuatan Inokulum
dengan menandai F5, F10, F15, DES 1:80 5, DES 1:80 10, DES
1:80 15, DES 1:100 5, DES 1:100 10, DES 1:100 15, DES 1:150
5, DES 1:150 10, DES 1:150 15.
* Uji Fenol
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke
dalam larutan fenol 1:80. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari
campuran tersebut ke dalam tabung berlabel F5. Lima menit
kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung
F10. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran
tersebut ke dalam tabung F15.
* Uji I 1:80
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke
dalam desinfektan 1:80. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari
campuran tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:80 5. Lima menit
kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung
DES 1:80 10. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari
campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:80 15.
* Uji II 1:100
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke
dalam desinfektan 1:100. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari
campuran tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:100 5. Lima
menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam
tabung DES 1:100 10. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari
campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:100 15.
* Uji III 1:150
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke
dalam desinfektan 1:150. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari
campuran tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:150 5. Lima
menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam
tabung DES 1:150 10. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari
campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:150 15.
Tabung-tabung reaksi uji kemudian dieramkan di dalam inkubator
pada suhu 37C selama 24-48 jam.
Diamati ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada setiap tabung
Pengamatan cara inokulasi kuman ke dalam disinfectan :
(+) keruh : ada pertumbuhan
(-) jernih : tidak ada pertumbuhan
Hasil pengamatan
Setelah tabung reaksi diinkubasi padsa suhu 37C selama 24 - 48 jam,
maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Perhitungan
Koefisien fenol adalah hasil bagi dari faktor pengenceran tertinggi
desinfektan dengan faktor pengenceran tertinggi baku fenol yang
masing-masing dapat membunuh bakteri uji dalam jangka waktu 10
menit, tetapi tidak membunuh dalam jangka waktu 5 menit.
Pembahasan
Dari pengamatan praktikum kali ini didapatkan hasil tes fenol 1:80,
suatu desinfektan dengan konsentrasi 1:80, 1:100, dan 1:150. Tes
fenol dengan pengenceran 1:80 pada tabel di atas menunjukkan
bahwa kuman masih hidup sampai menit ke-10 namun setelah 15
menit, kuman tersebut mati. Hal ini cukup rasional oleh karena
semakin lama fenol tersebut bekerja, semakin efektif pula daya
disinfeksinya.
Pada pengenceran suatu desinfektan 1:80, tidak terdapat kuman sama
sekali dari menit ke-5 sampai menit ke-15. Dengan hasil tersebut,
asumsi kami adalah desinfektan ini memiliki kefektifitasan yang
cukup bagus sehingga dapat langsung membunuh kuman dengan
cepat.
Sementara pada pengenceran 1:100, tabung reaksi juga tidak
menampakkan kekeruhan dan disimpulkan bahwa tidak ada bakteri
yang hidup.
Larutan
Fenol
Konsentra
si
5
1: 80
+
10
-
15
-
Uji I
1: 80
Uji II
1: 100
Uji III
1: 150
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak sanggup menyelesaikan
dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui
tentang KOEFISIEN FENOL yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagi sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datng dari diri diri penyusun
maupun yang dating dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang KOEFISIEN FENOL yang merupakn
tugas dalam mata kuliah Teknik Analisa Hayati.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............
...... 1
DAFTAR
ISI
. 2
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. LATAR BELAKANG
MASALAH. 3
B. RUMUSAN
MASALAH..
4
C. TUJUAN
MAKALAH..
4
BAB II
PMBAHASAN.......................................................................................
.....
4
A. BEBERAPA PENGERTIAN DAN ISTILAH KOEFISIEN
FENOL..
4
B. UJI KOEFISIEN FENOL..
...
5
C. PRINSIP UJI KOEFISIEN FENOL.
9
D. METODE KERJA UJI KOEFISIEN FENOL...
...9
E. CONTOH UJI KOEFISEN
FENOL..9
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
. 15
B. SARAN
..15
DAFTAR
PUSTAKA
16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit
telah menjadi pemikiran para ahli semenjak penyakit-penyakit
mulai dikenal. Berbagai macam substansi telah dicoba untuk
memilih yang paling tepat guna menghilangkan pencemaran
oleh jasad renik terhadap benda-benda baik hidup ataupun
mati.
Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang
bermacam-macam, dan pengunaannya pun ditujukan terhadap
hal-hal yang berbeda-beda pula. Salah satu jenis anti mikroba
dikenal sebagai disinfektan, merupakan suatu zat (biasanya
kimia) yang dipakai untuk maksud disinfeksi pada bahan-bahan
tidak bernyawa.
Fenol adalah salah satu contoh disinfektan yang efektif dalam
membunuh kuman. Pada konsentrasi rendah, daya bunuhnya
disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara
aktif, dan selain itu juga merusak membran sel dengan
menurunkan tegangan permukaannya. Dengan persetujuan
para ahli dan peneliti, fenol dijadikan standar pembanding
untuk menentukan aktivitas sesuatu disinfektan.
Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus
diuji keefektifannua. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat
tersebut adalah dengan melakukan tes koefisien fenol. Uji ini
dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu produk
(desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang
sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba
dicampur dengan suatu volume tertentu biakan Salmonella
thyphosa atau Staphylococcus aureus.
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak
berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya
adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH)
yang berikatan dengan cincin fenil.
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100
ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat
melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion
tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang dapat
dilarutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat
lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol
dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada
keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat
bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan
orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem
aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin
tersebut dan menstabilkan anionnya
B.
Rumusan Masalah
Makalah ini disusun dengan rumusan makalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
C.
Tujuan Makalah
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1.
2.
3.
A.
B.
Tujuan dari uji koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi daya anti
mikroba suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi dan
efektifitas desinfektan berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak
terhadap kuman dan membandingkannya terhadap fenol standard
yang disebut koefisien fenol.
Dalam berbagai keperluan tentunya kita telah mengenal, bahkan
mungkin menggunakan beberapa produk keperluan rumah tangga,
laboratorium, atau rumah sakit yang bernama desinfektan. Tidak
jarang istilah desinfektan dirancukan dengan istilah lain yakni
antiseptik. Padahal keduanya memiliki definisi dan fungsi yang
berbeda. Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau
pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk
membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman
penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan
kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad
renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan
desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai,
ruangan, peralatan dan pakaian (Rismana, 2008).
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan
sebagai antiseptik dan desinfektan. Tapi tidak semua bahan
desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam
penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak
merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang
penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara
dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada
kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai
bahan dalam proses sterilisasi.Walaupun kita sering menggunakan
produk desinfektan, sebagian besar konsumen tentunya belum
mengenal jenis bahan kimia apa yang ada dalam produk tersebut.
Padahal bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses
desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi serta target
mikroorganime yang akan dimatikan (Rismana, 2008).
Beberapa jenis bahan yang berfungsi sebagai desinfektan dijelaskan
di bawah ini
Golongan aldehid
Bahan kimia golongan aldehid yang umum digunakan antara lain
formaldehid, glutaraldehid dan glioksal. Golongan aldehid ini bekerja
dengan cara denaturasi dan umum digunakan dalam campuran air
dengan konsentrasi 0,5% - 5% . Daya aksi berada dalam kisaran jam,
tetapi untuk kasus formaldehid
daya aksi akan semakin jelas dan kuat bila pelarut air diganti dengan
alkohol.
Formaldehid pada konsentrasi di bawah 1,5% tidak dapat membunuh
ragi dan jamur, dan memiliki ambang batas konsentrasi kerja pada 0,5
ml/m3 atau 0,5 mg/l serta bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan
kanker). Larutan formaldehid dengan konsentrasi 37% umum disebut
formalin dan biasa digunakan utuk pengawetan mayat (Rismana,
2008).
Glutaraldehid memiliki daya aksi yang lebih efektif disbanding
formaldehid, Sehingga lebih banyak dipilih dalam bidang virologi dan
tidak berpotensi karsinogenik. Ambang batas konsentrasi kerja
glutaraldehid adalah 0,1 ml/m3 atau 0,1 mg/l. Pada prinsipnya
golongan aldehid ini dapat digunakan dengan spektrum aplikasi yang
luas, Misalkan formaldehid untuk membunuh mikroorganisme dalam
ruangan, peralatan dan lantai, sedangkan glutaraldehid untuk
membunuh virus.
Keunggulan golongan aldehid adalah sifatnya yang stabil, persisten,
dapat dibiodegradasi, dan cocok dengan beberapa material peralatan.
Sedangkan beberapa kerugiannya antara lain dapat mengakibatkan
resistensi dari mikroorganisme, untuk formaldehid diduga berpotensi
bersifat karsinogen, berbahaya bagi kesehatan, mengakibatkan iritasi
pada sistem mukosa, aktivitas menurun dengan adanya protein serta
berisiko menimbulkan api dan ledakan (Rismana, 2008).
Golongan alkohol
Golongan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain
golongan aldehid. Beberapa bahan di antaranya adalah etanol,
propanol dan isopropanol. Golongan alkohol bekerja dengan
mekanisme denaturasi serta berdaya aksi dalam rentang detik hingga
menit dan untuk virus diperlukan waktu di atas 30 menit. Umum
dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %. Golongan
alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif
bagi virus non-lipoid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah
untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit. Adapun keunggulan
golongan alkohol ini adalah sifatnya yangn stabil, tidak merusak
material, dapat dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya
sedikit menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan protein.
Sedangkan beberapa kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap
api/ledakan dan sangat cepat menguap (Rismana, 2008).
Golongan pengoksidasi
Bahan kimia yang termasuk golongan pengoksidasi kuat dibagi ke
dalam dua golongan yakni peroksida dan peroksigen di antaranya
adalah hidrogen peroksida, asam perasetik, kalium peroksomono
sulfat, natrium perborat, benzoil peroksida, kalium permanganat.
Golongan ini membunuh mikroorganisme dengan cara mengoksidasi
dan umum dibuat dalam larutan air berkonsentrasi 0,02 %. Daya aksi
berada dalam rentang detik hingga menit, tetapi perlu 0,5 - 2 jam
untuk membunuh virus. Pada prinsipnya golongan pengoksidasi dapat
digunakan pada spektrum yang luas, misalkan untuk proses desinfeksi
permukaan dan sebagai sediaan cair. Kekurangan golongan ini
terutama oleh sifatnya yang tidak stabil, korosif, berisiko tinggi
menimbulkan ledakan pada konsentrasi di atas 15 %, serta perlu
penanganan khusus dalam hal pengemasan dan sistem
distribusi/transport (Rismana, 2008).
Golongan halogen
Golongan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium
seperti larutan iodium, iodofor, povidon iodium, sedangkan senyawa
terhalogenasi adalah senyawa anorganik dan organik yang
mengandung gugus halogen terutama gugus klor, misalnya natrium
hipoklorit, klor dioksida, natrium klorit dan kloramin. Golongan ini
berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu sekira 10-30
menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 15%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk mereduksi virus,
tetapi tidak efektif untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram
positif dan ragi. Umum digunakan sebagai desinfektan pada pakaian,
kolam renang, lumpur air selokan (Rismana, 2008).
I.
I.
II.
o
o
o
o
o
o
o
Bahan :
o Kaldu nutrisi (Nutrient Broth)
o Air suling steril
o Staphylococcus aureus ATCC 25953 dalam agar nutrisi
(Gram +)
o Salmonella thyphosa ATCC 6539 dalam agar nutrisi (Gram
-)
o Larutan NaCl fisiologis 0,9%
o Fenol standar
o Desinfektan uji
IV.
Dasar Teori :
Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi
harus diuji keefektifannua. Cara menentukan daya
Cara Kerja
1. Pembuatan media
Media kaldu nutrisi (Nutrient Broth) dimasukkan dalam 12 tabung
reaksi ukuran 20 x 150 mm, volume masing-masing dibuat 5 ml.
Komposisi perliter terdiri dari pepton 10 g, ekstrak daging 5 g, dan
NaCl 5 g; pH akhir 6,8.
1.
Pembuatan inokulum
Bakteri Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus sebelumnya
telah ditanam pada agar nutrisi (Nutrient Agar) miring dan diinkubasi
pada suhu 37C selama 24-48 jam.
Tahap pengenceran bakteri uji adalah sebagai berikut:
a.
Siapkan tabung reaksi berisi 2 ml NaCl fisiologis 0,9%
b.
Pindahkan biakan S. thyphosa atau S. aureus tersebut (pilih salah
satu) ke dalam larutan NaCl dengan ose, dan setarakan kekeruhannya
dengan larutan Mc Farland III (109 kuman/ml)
c.
Suspensi kuman tersebut kini diperkirakan berisi 109 kuman/ml
d.
Siapkan 3 buah tabung reaksi masing-masing berisi 4,5 ml NaCl
fisiologis 0,9%
e.
Pipet 0,5 ml dari suspensi kuman sebelumnya (109 kuman/ml),
pindahkan ke salah satu tabung reaksi berisi 4,5 ml NaCl. Suspensi
kuman kini berkonsentrasi 108 kuman/ml
f.
Lakukan pengenceran kedua dengan mengambil 0,5 ml dari
suspensi kuman 108 dan memindahkannya ke dalam tabung berisi 4,5
NaCl yang kedua. Suspensi kuman kini berkonsentrasi 107 kuman/ml
g.
Pengenceran terakhir dilakukan dengan memindahkan 0,5 ml dari
suspensi kuman 107 ke dalam tabung terakhir NaCl. Suspensi kuman
telah setara dengan 106 kuman/ml. Suspensi bakteri dengan
1.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Uji I 1:80
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke
dalam desinfektan 1:80. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari
campuran tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:80 5. Lima menit
kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung
DES 1:80 10. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari
campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:80 15.
Uji II 1:100
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke
dalam desinfektan 1:100. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari
campuran tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:100 5. Lima
menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam
tabung DES 1:100 10. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari
campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:100 15.
VI.
Data Pengamatan
Setelah tabung reaksi diinkubasi padsa suhu 37C selama 24 - 48 jam,
maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Jenis
Waktu / menit
pengenceran
5
10
15
FENOL
1 : 80
+
+
_
DESINFEKTAN 1 : 80
_
_
_
DESINFEKTAN 1 : 100
_
_
_
DESINFEKTAN 1 : 150
+
_
_
VII.
Perhitungan
Koefisien fenol adalah hasil bagi dari faktor pengenceran tertinggi
desinfektan dengan faktor pengenceran tertinggi baku fenol yang
masing-masing dapat membunuh bakteri uji dalam jangka waktu 10
menit, tetapi tidak membunuh dalam jangka waktu 5 menit.
VIII.
Pembahasan
Dari pengamatan praktikum kali ini didapatkan hasil tes fenol 1:80,
suatu desinfektan dengan konsentrasi 1:80, 1:100, dan 1:150. Tes
fenol dengan pengenceran 1:80 pada tabel di atas menunjukkan
bahwa kuman masih hidup sampai menit ke-10 namun setelah 15
menit, kuman tersebut mati. Hal ini cukup rasional oleh karena
semakin lama fenol tersebut bekerja, semakin efektif pula daya
disinfeksinya.
Pada pengenceran suatu desinfektan 1:80, tidak terdapat kuman sama
sekali dari menit ke-5 sampai menit ke-15. Dengan hasil tersebut,
asumsi kami adalah desinfektan ini memiliki kefektifitasan yang
cukup bagus sehingga dapat langsung membunuh kuman dengan
cepat.
Sementara pada pengenceran 1:100, tabung reaksi juga tidak
menampakkan kekeruhan dan disimpulkan bahwa tidak ada bakteri
yang hidup.
IX.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Koefisien fenol adalah perbandingan ukuran keampuhan suatu
bahanantimikrobial dibandingkan dengan fenol. Fenol dijadikan
pembanding karena fenol sering digunakan untuk mamtikan
mikroorganisme. Koefisien fenol yang kurang dari 1 menunjukkan
bahwa bahan antimikrobial tersebut kurang efektif dibandingkan
fenol. Sebaliknya, apabila koefisien fenol lebih dari 1 artinya bahan
mikrobial tersebut lebih ampuh daripada fenol
Tujuan dari uji koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi daya anti
mikroba suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi dan
efektifitas desinfektan berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak
terhadap kuman dan membandingkannya terhadap fenol standard
yang disebut koefisien fenol.
PRINSIP UJI KOEFISIEN FENOL membandingkan aktivitas suatu
produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang
sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur
dengan suatu volume tertentu biakan bakteri.
B.
Saran
Penulis berharap Uji Koefisien Fenol yang telah disajikan dalam bab
pembahasan dapat dijadikan referensi ataupun tambahan wawasan
bagi pembaca sehingga dapat membedakannya dan dapat
menerapkanya secara tepat dengan tujuan memajukan pendidikan di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1.
http://pharzone.com/blog/50-mikrobiologi/108-ujikoefisien-fenol.html
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Fenol
3. JEWETZ, 2007, MIKROBIOLOGI
KEDOKTRAN,CETAKAN I EDISI 23, JAKARTA : BUKU
KEDOKTERAN EGC.
UJI KOEFISIEN FENOL
A. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui daya hambat desinfektan terhadap
pertumbuhan Bakteri Staphylococcusaureus.
B. Maksud Percobaan
Untuk menentukan suatu sediaan apakah termasuk
desinfektan atau tidak dengan melihat standar koefisien fenol.
C.Prinsip Percobaan
Untuk membandingkan daya bunuh suatu desinfektan
dengan daya bunuh baku fenol terhadap bakteri
uji Staphylococcus aureus yang dipilih pada kondisi yang sama
dalam waktu 5,10,dan 15 menit.
D. Teori ringkas
Desinfektan merupakan suatu bahan yang digunakan
untuk menghilangkan dan mematikan mikroba, terutama
bakteri yang membahayakan. Istilah ini umumnya di gunakan
dalam proses membebaskan benda-benda mati dari bakteri
dan aman untuk dipakai dalam bidang industri, rumah sakit,
dalam makanan dan minuman serta bidang kefarmasian .
Menurut
kegunaannya
desinfektan
dapat
di
bedakan menjadi anti mikroba, Antibiotik, Khemoterateutika,
desinfektansia, senitazer, qermisida, dan sebagainya. Salah
satu desinfektan atau antimikroba yang sering di gunakan
adalah yaitu desinfektansia yang secara umum di aktifkan
sebagai pembasmi mikroorganisme yang di khususkan untuk
benda-benda mati, selain itu ada beberapa kelompok
antimikroba kimiawi yaitu fenol, senyawa fenolik alcohol,
halogen, logam-logam berat dan persenyawaanditerjen aldihida
Menurut SNI
06.
1872-1990.
Syarat
mutu
desingfektansiasebagai pembersi lantai adalah koefisien fenol,
PH, kelarutan dalam air dan indikator kekuatan desinfektansia
dalam dalam membasmi mikro organism adalah koefisien
fenol. (Natsir Djide. 2004)
Nilai koefisien fenol adalah perbandingan pengeceran
tertinggi baku fenol 5 % dimana pengeceran tersebut dapat
mematikan bakteri uji dalam kontak waktu 10 menit, tetapi tidak
mematikan bakteri uji dalamkontak waktu 5 menit, bakteri /
mikro organisem yang dapat dipakai adalahStaphylococcus
aureus (Arifuddin, 1992)
Pada awal dan akhir dari pengujian koefisien fenol selalu
di lakukan uji kemurnian bakteri uji. Pengujian bakteri tersebut
pada akhir pengujian koefisien fenol dilakukan pada hari ke tiga
ingkubasi pada suhu 370C.
Faktor yang mempengaruhi suatu desinfektan adalah :
- Konsentrasi / kada
- Waktu
- suhu
- keadaan sekitar media
Penggolongan desinfektan dibagi dalam beberapa
golongan, yaitu :
1. Golongan fenol dan turunannya
2. Alcohol
3. Yudium
4. Prepara clor
5. Logam-logam berat dan turunannya (Hg, Ag, Zn dan Cu)
6. Zat warna
7. Sabun dan ditergen sintesis
8. Senyawa amonium quartus
9. Oksidator
10. Aoresol
11. Fumigasi (Signaterdadie, 2009)
Fenol memiliki kelarutan dalam air terbatas yakni 3,8
gram / 10 mlfenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya
ia dapat melepaskan ion H1dan gugus hidroksidanya
pengeluaran ion tersebut menjadikan anion ferioksida C6HsO
yang dapat dilarutkan dalam air fenol didapatka melalui
oksidasi,sebagai pada bezena atau asam benzoal dengan
proses fenol.
Turunan fenol mempunyai efek antiseftik, antihelmitik,
anestetik,
karebolitik,kausatik,
dan
bekerja
dengan
mengandalkan protein sel bakteri turunan ini di gunakan
sebagai desinfektan, antiseptic, antilenintik, karebolitik. Pada
beberapa kasus peningkatan aktivitas bakteri di ikuti dengan
penurunan toksitas fenol. Fenol re halogenasi dan alkil fenol
meskipun efek antiseptikumnya besar tetapi tidak dapat di
gunakan antseptiknya kulit dan mulut, desinfektandan untuk
saterilisasi untuk. (Indang Entjang. 2001)
Beberapa desinfektan yang merupakan turunan dari
koefisien fenol yang dapat menghambatStaphylococcus
aureus. Contohnya : Timol, Cuserol, Heksilresorusiad
hoksakloroform.
Hubungan struktur dan aktifitas adalah sebagai berikut
:
1. Fenol sendiri mempunyai efek antiseptik dan
desinfektan.
2. Pemasukan gugus holegenseperti klorin dan bromine ke inti
fenol akan meningkatkan aktifitas desinfektan.
3.Pemasukangugus nitro dapat mengakibatkan aktifitas
desinfektan sampai derajat yang moderat.
erian
Nama resmi
: PHENOLUM
Nama lain
: Fenol
erian
: Hablur bentuk jarum atau massa hablur,tidak berwarna
dengan berbau khas
rutan
: Larut dalam 12 bagian air,mudah larut dalam
etanol,dalam eter P ,dalam minyak tanah.
yimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat terlindungi dari cahaya di
tempat sejuk.
3 gr
F. Uraian Bakteri
1. Klasifikasi bakteri Staphyiococcus aureus
Kingdom
: protista
Division
: Protophyta
Class
: scizomycates
Ordo
: Embacteriaks
Family
: Embacteracece
Genus
: staphyiococcus
3 gr
1000 ml.
Sepsis
: Staphylococcus aureus
3. Batang pengaduk
4. Baskom
5. Erlen meyer
6. Gelas kimia
7. Gelas ukur
8. Ingkubator
9. Lampu ispritus
10. Masker
11. Ose bulat
12. Pipet tetes
13. Oven
14. Rak tabung
15. Spoit 1 ml, 3 ml, 5 ml, dan10 ml
16. Sendok tabung
17. Stopwatch
18. Tabung reaksi
19. Timbangan
b. Bahan yang digunakan :
1. Aquadest
2. Alcohol
3. Air steril
4. Bakteri Staphylococcous aureus
5. Desinfektan wipol
6. Es batu
7. Fenol 5%
8. Kapas
9. Kertas label
10. Korek api
11. Medium Nutrient broth
I. Cara Kerja
1. Untuk pembuatan larutan baku fenol 5%
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diukur 5 ml fenol
c. Dimasukkan fenol yang telah di ukur kedalam labu ukur 100
ml, lalu di larutkan dengan aquadest kemudian di celupkan
volumenya hingga batas tunda lalu di homogenkan
2. Pengujian sampel desinfektan wipol dengan bakteri uji
staphylococcus avreus.
a. Disiapkn 22 tabung reaksi
b. 5 buah tabung reaksi yang berisi pengeceran desinfektan
sesuai dengan nilai MIC yang sudah didapat ke 20 tabung
reaksi tersebut di deret menjadi 4 deret, masing terdiri dari 5
tabung
c. Tabung reaksi yang berisi pengeceran sampel di letakkan
pada deret 1 secara beraturan dan di beri lebel.
d. Tabung deret 2, 3dan 4 diberi perlakuan yang sama sesuai
deret tabung 1.
e. Kemudian tabung reaksi 1 pada deret 1 di isi 0,2 ml suspensi
bakteri staphylococcus avreus dan di rendam dalam es batu.
f. Selang waktu 30 detik kemudian tabung reaksi 2 deret 1 di isi
dengan 0,2 ml suspense bakteri staphylococcus avreus.
g. Dibiarkan istirahat selama 5 menit.
h. Dilakukan inokulasi dengan menggunakan ose bulat pada
tabung reaksi 1 deret 2 sebanyak 1 ose dari tabung reaksi 1
deret 1.
i. 30 detik kemudian dilakukan pengerjaan inokulasi yang sama
sampai tabung reaksi 5 deret 2.
j. Dibiarkan selama 10 menit.
k. Dilakukan hal yang sama sampai tabung reaksi 5 deret 4.
l. Dinokulasi selama 1 X 24 jam dalam ingkubator pada suhu
370C.
3. Pengujian sampel Fenol 5%
a. Disiapkan 12 tabung reaksi
dapat diketahui nilai daya bunuh suatu sampel dari fenol baku
dan desinfektan sehingga dapat mengetahui nilai dari uji
koefisien fenol.
Perbedaan perbandingan dan larutan yang dipilih
daru baku fenol dan desinfektan. Dimana pada desinfektan
mengunakan perbandingan 1:400, 1:340, 1:360, 1: 380, 1:400.
Dikarenakan pada percobaan MIC yang nilai MIC pada
perbandingan 1:320 sehingga pada perbandingan disenfektan
percobaan uji koefisien fenol menggunakan perbandingan
1:320 (perbandingan awal) sedangkan pada baku fenol 5%
digunakan perbandingan 1:80, 1:90, 1:100. Merupakan
ketentuan untuk nilai perbandingan pada percobaan uji
koefisien fenol.
Perbedaan laruta yang dipipet dari tabung reaksi
deret 1-4 pada desinpektan dikarenakan untuk mendapatkan
nilai uji koefisien fenol dimana untuk mendapatkan nilai larutan
yang akan dipipet untuk tabung deret 1-4 pada sampel wipol
menggunakan perhitungan untuk perbandingan 1:320 =>
dan seterusnya untuk membandingkan 1:340,
1:360, 1:380, 1:400 sedangkan untuk nilai LB (laktosa Broth)
yang akan di pipet pada masing masing deret menggunakan
perhitungan
nilai
banyak
sampel
dikurangi
nilai
desinfektanbegitu seterusnya hingga perbandinggan 1:400,
sedangkan pada baku fenol sama dengan cara mencari
perbandingan yang akan di pipet pada masing-masing tabung
deret 1-4 tetapi pada baku fenol hanya 2 perbandingan yang
digunakan yaitu 1:80, 1:90, 1:100.
Dengan melakukan percobaan ini, kita dapat
mengetahui dan memahimi cara penentuan koefisien fenol dan
satu desinfektan dan baku fenol serta daya bunuh pada bakteri
= 88,88 efektif
(20 = ketetapan)
2. Saran
a. Laboratorium
Seharusnya perlengkapan dan alat-alat laboratorium
dilengkapi dan yang rusak diganti dengan yang baru dan alat
alat dalam laboratorium seharusnya di tambah.
b.Asisten
Berikan arahan dan bimbingan yang lebih baik kepada
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Arifiddin 1992 Dasar-Dasar Mikrobiologi Edisi III. Universitas
Indonesia : Jakarta
Dirjen POM. 1979 Farmakope Indonesai Edisi III. Depkes RI:
Jakarta
Djide. M. Nasir. 2004. Mikrobiologi Farmasi Universitas
Hasanuddin : Makassar
Faradias . Srikandi. 1988. Mikrobiologi pangan : Depkes RI : Bogor
Signaterdadies, 2009. Desinfektan (online) (http : // www
signaterdadies. com) di akses tanggal 20-10-2010. Jam 19.30
WIB)
Tim dosen UIT. 2011 penuntun praktikum Mikrobiologi Farmasi
Universitas Indonesai Timur: Makassar