Anda di halaman 1dari 19

KERUSAKAN PANTAI AKIBAT ABRASI

MAKALAH
Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Semester Ganjil
Mata Kuliah Rekayasa Pantai
Dosen Pengampu : Yanti Destiana, M.T.

Oleh
HOERUDIN
7011130016

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS GALUH CIAMIS


TAHUN AKADEMIK 2016/2017
Jalan R. E. Martadinata Nomor 150 Ciamis 46251, Jawa Barat

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT,


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.
Tugas ini disusun guna untuk memenuhi tugas semester
ganjil mata kuliah Rekayasa Pantai jurusan Teknik Sipil di
Universitas Galuh Ciamis.
Terima kasih kepada Yanti Destiana, M.T., selaku dosen
pengampu mata kuliah Rekayasa Pantai yang telah membimbing
jalannya penyusunan tugas mata kuliah ini sehingga tugas ini
dapat disusun dengan sebaik mungkin.
Demikian tugas ini disusun semoga dapat bermanfaat
untuk

pembaca,

agar

kita

dapat

mengetahui

sebab

dan

penyelesain masalah ekonomi dalam suatu keluarga. Penulis


mohon maaf apabila dalam penyusunan tugas ini ada banyak
kekurangan

baik

kualitas

isi

maupun

tulisan,

karena

kesempurnaan hanya milik Allah dan kekurangan milik saya


pribadi.

Banjar, 15 November
2016
Penyusun,
1

Hoerudin

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................
........................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................
........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
A.

Latar Belakang Masalah .........................................................................


1

B.

Rumusan Masalah ...................................................................................


2

C.

Tujuan Penulisan .....................................................................................


2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................


3
A.

Pengertian Lingkungan hidup .................................................................


3

B.

Unsur-unsur Lingkungan Hidup .............................................................


3

C.

Pengertian Abrasi ....................................................................................


4

D.

Mangrove.................................................................................................
5

BAB III METODE PENULISAN....................................................................


7
A.

Metode Penulisan.....................................................................................
7

B.

Metode Pengumpulan Data......................................................................


7

C.

Teknik Analisis Data................................................................................


7

BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................
8
A.

Penyebab Abrasi.......................................................................................
8

B.

Dampak Abrasi terhadap Lingkungan Hidup dan Kehidupan.................


9

C.

Cara Penanggulangan Abrasi...................................................................


10

D.

Manfaat Mangrove dalam Penanggulangan Abrasi.................................


11

BAB V PENUTUP

.......................................................................................
14

A.

Kesimpulan

.......................................................................................

14
B.

Saran

.......................................................................................

14
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia selain terkenal dengan negara agraris, juga terkenal
sebagai

negara

Indonesia

yang

maritim.
sebagian

Wilayah
besar

merupakan perairan menyimpan potensi


alam

yang

mempesona,

terutama

pantainya yang indah dan landai.


Namun semakin hari keindahan pantai semakin memudar seiring dengan
terkikisnya garis pantai. Akibat tidak adanya benteng penahan terpaan gelombang
laut, sedikit demi sedikit kawasan bibir pantai mulai tergerus gelombang laut.
Walhasil, luas daratan pun mulai menyempit dan justru luas lautan yang semakin
melebar. Semakin lama hal ini semakin meluas tanpa disadari dan mengancam
pemukiman penduduk.
Dalam beberapa tahun terakhir, garis pantai di beberapa daerah di
Indonesia mengalami penyempitan yang cukup memprihatinkan. Abrasi yang
terjadi mampu menenggelamkan daratan antara 2 hingga 10 meter pertahun.
Apabila hal ini tidak ditindaklanjuti secara serius, maka dikhawatirkan dalam
waktu yang tidak lama beberapa pulau yang permukaannya rendah akan
tenggelam. Bagaimana cara mengantisipasi persoalan yang satu ini? Inilah yang
melatarbelakangi penulis untuk menyusun makalah ini.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini secara khusus akan


membahas permasalahan :
1) Apa yang dimaksud dengan Abrasi?
2) Hal-hal apa sajakah yang dapat menyebabkan abrasi?
3) Bagaimana dampak abrasi terhadap lingkungan dan kehidupan?
4) Bagaimana cara penanggulangan abrasi?
5) Apa manfaat magrove dalam penanggulangan abrasi?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang penulis dalam menyusun makalah ini adalah :
1) Mengetahui pengertian abrasi.
2) Mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan abrasi.
3) Mengetahui dampak abrasi terhadap lingkungan dan kehidupan.
4) Mengetahui manfaat magrove dalam penanggulangan abrasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Lingkungan Hidup
Menurut hasil dari google pengertian Lingkungan hidup/lingkungan
adalah istilah yang dapat mencangkup segala makhluk hidup dan tak hidup di
alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa
campur tangan manusia yang berlebihan.
B. Unsur-Unsur Lingkungan
Menurut Undang-Undang No 4 Tahun 1982, lingkungan hidup
merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang memengaruhi

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup


lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut, lingkungan hidup tersusun dari berbagai
unsur yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu unsur biotik, abiotik, dan
sosial budaya.
1. Unsur Biotik
Unsur biotik adalah unsur-unsur makhluk hidup atau benda yang dapat
menunjukkan ciri-ciri kehidupan, seperti bernapas, memerlukan makanan,
tumbuh, dan berkembang biak. Unsur biotik terdiri atas manusia, hewan, dan
tumbuh-tumbuhan. Secara umum, unsur biotik meliputi produsen, konsumen,
dan pengurai.
a. Produsen, yaitu organisme yang dapat membuat makanan sendiri dari
bahan anorganik sederhana. Produsen pada umumnya adalah tumbuhan
hijau yang dapat membentuk bahan makanan (zat organik) melalui
fotosintesis.
b. Konsumen, yaitu organisme yang tidak mampu membuat makanan sendiri.
Konsumen terdiri atas hewan dan manusia. Konsumen memperoleh
makanan dari organisme lain, baik hewan maupun tumbuhan.
c. Pengurai atau perombak (dekomposer), yaitu organisme yang mampu
menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai
menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepas bahan-bahan
yang sederhana yang dapat dipakai oleh produsen. Pengurai terdiri atas
bakteri dan jamur.
1. Unsur Abiotik

Unsur abiotik adalah unsur-unsur alam berupa benda mati yang dapat
mendukung kehidupan makhluk hidup. Termasuk unsur abiotik adalah tanah,
air, cuaca, angin, sinar matahari, dan berbagai bentuk bentang lahan.
2. Unsur Sosial Budaya
Unsur sosial budaya merupakan bentuk penggabungan antara cipta,
rasa, dan karsa manusia yang disesuaikan atau dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan alam setempat. Termasuk unsur sosial budaya adalah adat istiadat
serta berbagai hasil penemuan manusia dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

C. Pengertian Abrasi
Definisi Abrasi atau Pengertian Abrasi adalah proses pengikisan pantai
oleh kekuatan gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Ada yang
mengatakan Abrasi sebagai erosi pantai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Abrasi adalah pengikisan batuan oleh air, es, atau angin.
Menurut Sunarto, Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Muhammadiyah Pontianak, abrasi sebenarnya merupakan peristiwa
terkikisnya alur-alur pantai akibat gerusan air laut. Pengikisan ini terjadi karena
permukaan

air

laut

mengalami

peningkatan.

Naiknya permukaan air laut bisa disebabkan


mencairnya es di daerah censor akibat pemanasan
global.
D. Magrove

Hutan bakau atau disebut juga hutan


mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas
rawa-rawa berair payau yang terletak pada
garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut
air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempattempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di telukteluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di
mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang
mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta
mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis
tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini
kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan
evolusi.
Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah
pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang
tergenang pada saat air laut pasang dan bebas dari genangan pada saat air laut
surut yang komunitas tumbuhannya adaptif terhadap garam (Kusmana: 2003).
Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue
dan bahasa Inggris grove (Macnae: 1968 dalam Kusmana: 2003). Dalam bahasa
Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di
daerah jangkauan pasang surut maupun jenis-jenis tumbuhan yang menyusun
komunitas tersebut. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah hutan payau
(bahasa Indonesia). Selain itu, hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan
negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan

bakau. Penggunaan istilah hutan bakau untuk hutan mangrove sebenarnya kurang
tepat dan rancu, karena bakau hanyalah nama lokal dari marga Rhizophora,
sementara hutan mangrove disusun dan ditumbuhi oleh banyak marga dan jenis
tumbuhan lainnya. Oleh karena itu, penyebutan hutan mangrove dengan hutan
bakau sebaiknya dihindari.
BAB III
METODE PENULISAN
A. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini ialah
teknik

eksplanasi

yaitu

menjelaskan

dampak

dari

abrasi

dan

cara

penanggulangannya dengan berbagai metode sehingga abrasi dapat dikurangi.


B. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode studi
literatur yaitu dengan mempelajari berbagai literatur seperti buku-buku dan
sumber-sumber dari internet. Penulis mengkombinasikan antara berbagai sumber
yang ada sehingga makalah ini menjadi sumber informasi yang lengkap. Telaah
literatur tersebut diharapkan mampu mendukung ide kreatif yang penulis
munculkan dalam karya tulis ini.
C. Teknik Analisis data
Analisa data dilakukan dengan menelaah data yang diperoleh dari studi
literatur, menggabungkan teori dan pendapat di dalam buku atau literatur lainnya
dan menyederhanakan data tersebut dalam bentuk yang mudah dibaca, dipahami,
dan dipresentasikan, sebagai upaya mencari jawaban atas permasalahan yang
diteliti.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Penyebab Abrasi
Secara umum abrasi disebabkan oleh oleh dua faktor, yaitu faktor alam
dan faktor manusia. Faktor-faktor alam yang dapat menyebabkan abrasi adalah:
1) Adanya arus gelombang yang terjadi akibat pasang surut air laut, sehingga
lama-kelamaan mengikis tepian pantai.
2) Pemanasan global yang mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat,
sehingga membuat permukaan air di seluruh dunia meningkat dan kemudian
merendam daerah yang permukaannya rendah.
Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan abrasi oleh manuia adalah:
1) pengambilan batu karang dan pasir di pesisir pantai sebagai bahan bangunan,
2) penebangan pohon-pohon pada hutan mangrove atau hutan pantai.
Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipengaruhi oleh factor-faktor di
atas. Dari dua faktor penyebab abrasi itu, pembabatan hutan mangrove disekitar
pantai merupakan penyebab yang paling utama. Sedangkan pemanasan global itu
sendiri juga tidak terlepas dari ulah manusia. Seperti yang kita ketahui, pemanasan
globalterjadi karena gas-gas CO2 yang berasal dari asap pabrik maupun gas
buangan kendaraan bermotor menghalangi keluarnya gelombang panas dari
matahari yang dipantulkan ke bumi, sehingga panas tersebut akan terperangkap di
dalam atmosfer bumi dan mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat.
Suhu kutub juga akan meningkat dan membuat es di kutub mencair, air lelehan es
itu mengakibatkan permukaan air di seluruh dunia akan mengalami peningkatan
dan akan menggerus daerah yang permukaannya rendah. Hal ini menunjukkan

bahwa terjadinya abrasi sangat erat kaitannya


dengan pancemaran lingkungan yang dilakukan
oleh manusia.
B. Dampak Abrasi terhadap Lingkungan dan
Kehidupan
Abrasi yangterjadi tentunya berakibat negatif baik terhadap lingkungan
maupun terhadap kehidupan manusia. Dampak
negatif yang diakibatkan oleh abrasi terhadap
lingkungan dan kehidupan antara lain:
Penyusutan
lebar
pantai
sehingga
menyempitnya lahan bagi penduduk yang

tinggal di pinggir pantai


Kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai, karena terpaan ombak yang

didorong angin kencang begitu besar.


Kehilangan tempat berkumpulnya ikan ikan perairan pantai karena terkikisnya

hutan bakau.
Kerugian bagi para nelayan dan petani tambak yang menggantungkan

kehidupan mereka dari pantai.


Berkurangnya daya tarik wisata di daerah pantai karena pesona pantai terkikis
seiring dengan terkikisnya daerah pantai akibat abrasi.

C. Cara Penanggulangan Abrasi


Penanggulangan terhadap abrasi sebenarnya sudah digalakkan, hanya saja
belum maksimal. Untuk mengatasi persoalan abrasi ini, pemerintah bersama
masyarakat telah membangun pemecah ombak serta melakukan penghijauan

hutan mangrove di sekitar pantai yang terkena


ancaman abrasi. Untuk membangun pemecah
ombak, sudah tentu memerlukan biaya sangat
mahal. Tak hanya itu saja, pembangunannya juga
Lantas,

bagaimana

memerlukan waktu serta biaya yang tidak murah.


solusinya? Jawabnya tentu saja dengan

mengembangkan serta mengembalikan fungsi hutan mangrove. Tapi, persoalan


baru pun muncul. Ternyata, tanaman mangrove hanya dapat tumbuh pada tanah
gambut yang berlumpur. Hal ini tentu saja menjadi persoalan tersendiri bagi
kawasan pantai di Indonesia yang sebagian besar wilayahnya perairannya
diselimuti pasir. Mangrove akan sulit tumbuh di daerah berpasir. Untuk itu, satusatunya cara untuk menyelamatkan daratan dari ancaman abrasi pantai adalah
dengan memasang pemecah ombak. Setelah itu, di balik pemecah ombak ditanami
mangrove. Dengan demikian, tingkat kegagalan tumbuh dari mangrove dapat
dikurangi.
Apabila alat pemecah ombak
berhasil dibangun dan hutan bakau atau
hutan mangrove berhasil ditanam, maka
dampak abrasi tentu akan dapat dikurangi
meskipun tidak sampai 100%. Masalah
pencemaran pantai juga harus diatasi dengan sangat serius karena dapat merusak
keindahan dan keasrian pantai. Untuk megatasi permasalahan ini kesadaran
masyarakat akan pentingnya lingkungan harus ditingkatkan. Selain itu peraturan
untuk tidak merusak lingkungan harus dibuat dan menindak dengan tegas bagi

siapa pun yang melanggarnya. Jadi tindakan pencegahan dengan tidak merusak
lingkungan dan mengurangi pencemaran lingkungan adalah solusi yang paling
tepat dan ampuh untuk mengatasi masalah abrasi.
D. Manfaat Magrove dalam Penanggulangan Abrasi
Mengapa harus hutan mangrove? Karena mangrove yang ditanam di
pinggiran pantai, akar-akarnya mampu menahan ombak sehingga menghambat
terjadinya pengikisan pantai. Abrasi pantai tidak hanya membuat garis-garis
pantai menjadi menyempit, bila dibiarkan bisa menjadi lebih berbahaya.
Demikian juga dengan pemukiman penduduk yang berada di areal pantai tersebut.
Hutan mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai organisme
baik hewan darat maupun hewan air untuk hidup dan berkembang biak. Hutan
mangrove dipenuhi pula oleh kehidupan lain seperti mamalia, amfibi, reptil,
burung, kepiting, ikan, primata, serangga dan sebagainya. Selain menyediakan
keanekaragaman hayati (biodiversity), ekosistem mangrove juga sebagai plasma
nutfah (geneticpool) dan menunjang keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya.
Habitat mangrove merupakan tempat mencari makan (feeding ground) bagi
hewan-hewan tersebut dan sebagai tempat mengasuh dan membesarkan (nursery
ground), tempat bertelur dan memijah (spawning ground) dan tempat berlindung
yang aman bagi berbagai ikan-ikan kecil serta kerang (shellfish) dari predator.
Selain manfaat mangrove dalam penanggulangan abrasi, mangrove juga
memiliki manfaat lain, seperti:
1. Manfaat dari segi fisik
menjaga agar garis pantai tetap stabil,
melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi,
menahan badai/angin kencang dari laut,
menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan

terbentuknya lahan baru, menjadi wilayah penyangga,


menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar,

10

mengolah limbah beracun,


penghasil O2 dan penyerap CO2.
2. Manfaat dari segi biologi
menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting
bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlangsungan rantai

makanan,
tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan

udang,
tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak dari burung dan satwa

lain,
sumber plasma nutfah dan sumber genetik,
merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.
3. Manfaat dari segi ekonomi
penghasil kayu : bakar, arang, bahan bangunan,
penghasil bahan baku industri : pulp, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan,

kosmetik,
penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting
tempat wisata, penelitian dan pendidikan.
Hutan mangrove merupakan salah satu bagian dari ekosistem pantai

(pesisir). Tipe hutan ini beserta tipe-tipe ekosistem lainnya (terumbu karang,
estuaria) saling berinteraksi dalam upaya memelihara produktivitas perairan
pantai dan kestabilan habitat atau lingkungan pantai. Untuk mengatasi persoalan
abrasi ini, pemerintah bersama masyarakat seharusnya mempunyai komitmen
yang kuat untuk melakukan penghijauan
hutan mangrove dan upaya pelestariannya di
sekitar pantai yang terkena ancaman abrasi.

11

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh kekuatan gelombang laut dan arus
laut yang bersifat merusak.
2) Abrasi dapat disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia.
3) Faktor manusia seperti penebangan hutan mangrove dan pencemaran udara
adalah faktor utama penyebab abrasi.
4) Abrasi berdampak sangat buruk terhadap lingkungan dan kehidupan manusia
maupun ekosistem laut dan hutan mangrove.
5) Usaha penanggulangan abrasi telah dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah
dengan penanaman kembali hutan bakau dan membangun alat pemecah
ombak namun tidak maksimal.
6) Hal yang terpenting adalah tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi abrasi.
Pencegahan selalu lebih baik daripada penanggulangan.
B. Saran
Saran-saran yang penulis sampaikan adalah :
1) Masyarakat harus mengetahui dan sadar tentang dampak yang diakibatkan
oleh abrasi yang mengancam kehidupan mereka.
2) Masyarakat perlu diberikan sosialisasi tentang abrasi dan pencemaran
lingkungan agar mereka benar-benar memahami arti pentingnya kelestarian
lingkungan agar tidak terjadi abrasi.
3) Masyarakat dan pemerintah harus tetap melanjutkan program penanaman
hutan mangrove di daerah-daerah yang terkena abrasi maupun yang belum
terkena dampak untuk pencegahan.
4) Pemerintah hendaknya mewujudkan program pembangunan alat pemecah
ombak agar abrasi tidak semakin meluas.

12

5) Pemerintah seharusnya lebih mempertegas peraturan tentang perusakan


lingkungan agar masyarakat tidak melakukan hal tersebut karena beratnya
ancaman yang terdapat pada peraturan tersebut.
6) Hutan mangrove hendaknya dilindungi dan dijadikan cagar alam demi
kelangsungan ekosistem.

DAFTAR PUSTAKA

http :// alamudah. Files. Wordpress. Com / 2009/ II / Abarsi Pantai I/


http :// devoav 1997. Webnode. Com / tags / Mengapa Terjadi Abrasi/
http :// id. Wikipedia. Org / wiki / Abrasi Air Laut/
http :// irwantoshut. Com / Pengertian Abrasi/
http :// yudim. Blogspot. Com / Pengertian Abrasi/

13

14

Anda mungkin juga menyukai