Referat PSIKIATRI
Referat PSIKIATRI
HOMOSEKSUAL
Disusun Oleh :
Trigen Rahmat Yulis, S.Ked
Adhisti Handarie Agung, S.Ked
Dede Yolla Maulidya, S.Ked
Tuko Gustari Lisa, S.Ked
Pembimbing :
dr. Djusnidar, Sp.KJ
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN
PEKANBARU
2016
BAB I
PENDAHULUAN
sebagai
orientasi
seksual
yang
tertarik
secara
dipahami
sebagai
subjek
pelaku
dari
homoseksual.
seorang
perempuan
secara
seksual
maupun
bahwa
orientasi
seksual
sendiri
tidak
dapat
dianggap sebagai kelainan. Homoseksual ada dalam bentuk egodistonik, yang artinya mereka tidak merasa identitas diri mereka
sebagai homoseks atau kurang nyaman atau tidak cocok.1,2
Menurut penelitian Kinsey, Pomeroy dan Martin di tahun
1984 tentang seksualitas di Amerika, mengungkapkan sebanyak
37% laki-laki pernah mempunyai pengalaman homoseksual
dalam suatu masa kehidupannya, tetapi hanya 4% yang benar1
benar
homoseksual
dan
mengekspresikan
kecenderungan
dan
2,7%
lelaki
yang
termasuk
homoseksual,
2,8%
lelaki
mempunyai
identitas
homoseksual
atau
biseksual.1,3
Perkembangan jumlah homoseksual di Indonesia tiap tahun
terus bertambah. Data statistik menunjukkan 8 10 juta populasi
pria
di
Indonesia
homoseksual.
Dari
pada
suatu
jumlah
waktu
ini,
terlibat
sebagian
pengalaman
masih
aktif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Homoseksual
Menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
(KBBI),
orang
secara
emosional
dan
seksual
kepada
merupakan
tindakan
seksual
(sexual
acts)
aktivitas
homoseksual
dan
dua
persen dilaporkan
perempuan,
onset
perasaan
romantis
terhadap
sebelum mereka
mengalami
di
Indonesia
homoseksual.
Dari
pada
suatu
jumlah
waktu
ini,
terlibat
sebagian
pengalaman
masih
aktif
Psikodinamika
Menurut Freud, setiap orang dilahirkan dengan potensi biseksual. Selama
heteroseks,
tergantung
pada
pengalaman
masa
kanak-kanak
atau
pendidikannya. 6
Charles Socarides (Kadir, 2007), menerangkan adanya 5 tipe penyebab
homoseksual, yaitu:
Biologis Hormonal
Ellis pada tahun 1901 menyatakan bahwa ada/tidaknya homoseksual adalah
Faktor Genetik
Dalam penelitian Master pada tahun 1992 dilaporkan temuan yang
mendukung pandangan bahwa homoseksual adalah hasil kondisi genetik.
Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa karena kedua anak kembar yang
5
Faktor Hormonal
Beberapa jenis penelitian telah membuktikan kemungkinan bahwa
hormonal merupakan penyebab atau predisposisi untuk homoseksual.
Pertama, telah didokumentasikan dengan baik bahwa pengobatan hormon
kehamilan dari berbagai jenis menyebabkan munculnya pola perilaku
homoseksual laki-laki atau perempuan pada beberapa spesies yang berbedabeda. Kedua, beberapa temuan menunjukkan bahwa kelebihan atau
kekurangan hormon kehamilan dapat berhubungan dengan homoseksual.
Ketiga, perhatian besar telah difokuskan pada perbandingan kadar hormon
dalam homoseksual dan heteroseksual dewasa. 6
Teori Belajar
Teori belajar
didalamnya perilaku seksual) yang diakibatkan oleh adanya proses belajar. Sikap
ini mengarah pada perilaku homoseksual karena dorongan kepuasan, kepuasan
seks dengan sesama jenis, atau karena tidak senang, ketidakpuasan, serta
ketakutan terhadap pengalaman heteroseksual. 6
d
Homoseksual Tulen
Jenis ini adalah gambaran streotipe populer tentang laki-laki yang
keperempuan-perempuanan atau sebaliknya.
Homoseksual Malu-malu
Kelompok jenis ini adalah laki-laki yang terdorong hasrat homoseksual,
namun tidak mampu dan tidak berani menjalin hubungan personal yang
cukup intim dengan orang lain.
Homoseksual Tersembunyi
Kelompok ini berasal dari kelas sosial ekonomi menengah dan memiliki
status sosial yang dirasa perlu dilindungi dengan cara menyembunyikan
identitas seksual.
Homoseksual Situasional
Biseksual
Kelompok ini adalah orang-orang yang mempraktikkan baik homoseksual
maupun heteroseksual sekaligus.
Homoseksual Mapan
Kelompok ini adalah kelompok homoseksual yang menerima keadaan
homoseksualnya,
memenuhi
aneka
peran
kemasyarkatan
secra
Gay
Istilah gay menunjuk pada homoseksual laki-laki. Gay adalah kecenderungan
pada pria untuk menyukai secara seksual terhadap sesama jenis.
Lesbian
Lesbian adalah kecenderungan pada wanita yang secara seksual menyukai
sesama jenis.
Alfred Kinsey, Wardell Pomeroy, and Clyde Martin ditahun 1948
Heteroseksual eksklusif
Heteroseksual
lebih
menonjol
(predominan),
homoseksualnya hanya
2
kadang-kadang
Heteroseksual predominan,
homsoseksual
lebih
dari
8
3
4
kadang-kadang
Heteroseksual dan homoseksual seimbang
Homoseksual predominan, heteroseksual lebih dari kadang-
kadang
Homoseksual predominan, heteroseksual cuma kadang-
kadang
Homoseksual eksklusif
Cukup
banyak
yang
dapat bertahan
lama,
tetapi
hanya
digunakan
apabila
terbukti
jelas
adanya
tersebut
termasuk
gangguan
maturitas
seksual,
9
identitas
jenis
kelamin
atau
preferensi
10
Secara normatif sebagaimana ketentuan berdasarkan Pasal 1 UndangUndang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU Perkawinan), perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
isteri. Pasal 1 Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
esa. Selain itu, di dalam Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan dikatakan juga bahwa
perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya
dan
kepercayaannya.
ini
berarti
selain
negara
hanya
mengenal perkawinan antara wanita dan pria, negara juga mengembalikan lagi hal
tersebut kepada agama masing-masing.10
Perkawinan
sesama
jenis
secara
normatif
berdasarkan
peraturan
perundang-undangan di Indonesia tidak dapat dilakukan, karena dalam UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sudah disebutkan bahwa
perkawinan adalah jalinan batin dan biologis antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan. Di sisi yang lain berdasarkan perspektif hak asasi manusia atau HAM,
yang menyebutkan bahwa tidak ada seorangpun yang menghendaki dilahirkan di
dunia dengan keadaan yang menyimpang dan juga tidak dibenarkan adanya suatu
kaidah hukum apapun membedakan orang yang satu dengan yang lain. Artinya,
hubungan seksual yang menyimpang seperti perkawinan sejenis tidak dapat
dianggap perbuatan dosa dan aib, karena telah mendapat pengakuan dan
pengaturannya. Hal ini tercermin dari ketentuan UUD 1945 Bab XA Pasal 28B (1)
yang menyatakan Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah, artinya kaidah dasar normatif tidak
melarang berperilaku menyimpang (gaydan lesbian) maupun menuntut agar
keinginan berpasangan untuk membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah.
Hal tersebut ditekankan kembali pada Pasal 28I (5) yang menyatakan bahwa
Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin,
diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa perkawinan sejenis yang akan datang haruslah
diupayakan menerima bagi kalangan agama dan masyarakat adat,baru kemudian
11
negara memberikan legalitasnya dan bentuk hukum. Namun, HAM menjadi tidak
berlaku apabila hubungan sejenis tersebut secara potensial menimbulkan penyakit
seks menular, yakni tidak berlakunya pelayanan hukum keabsahan bagi hubungan
mereka dalam peraturan perkawinan.11
Mengenai perkawinan yang diakui oleh negara hanyalah perkawinan
antara pria dan wanita juga dapat kita lihat dalam Pasal 34 ayat (1) UndangUndang
No.
23
Tahun
2006
tentang
Administrasi
Kependudukan
"perkawinan" adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami istri berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 45 ayat (1) Perda DKI Jakarta No. 2/2011: Setiap perkawinan di
Daerah yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, wajib
dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Dinas di tempat terjadinya
perkawinan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal sahnya
perkawinan.
Penjelasan Pasal 45 ayat (1) Perda DKI Jakarta No. 2/2011: Yang
dimaksud dengan "perkawinan" adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri sesuai denganketentuan perundang-undangan.
Kemudian, dari sisi agama Islam, perkawinan antara sesama jenis
secarategas dilarang. Hal ini dapat dilihat dalamSurah Al-Araaf (7): 80-84,
yangartinya sebagai berikut: "Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada
kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu
mengerjakan perbuatan faahisyah (keji) itu, yang belum pernah dikerjakan
oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" Sesungguhnya kamu mendatangi
lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita,malah
12
kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnyatidak lain hanya
mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut- pengikutnya) dari kotamu ini;
sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri.
Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya (yang beriman)
kecuali istrinya (istri Nabi Luth);dia termasuk orang-orang yang tertinggal
(dibinasakan). Dan Kamiturunkan kepada mereka hujan (batu); maka
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu."
Selain itu,Kompilasi Hukum Islam (KHI) juga secara tidak langsung
hanya mengakui perkawinan antara pria dan wanita, yang dapat kita lihat
dari beberapa pasal-pasalnya di bawah ini:12
Pasal 1 huruf a KHI : Peminangan ialah kegiatan upaya ke arah
terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita.
Pasal 1 huruf d KHI : Mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria
kepada calonmempelai wanita, baik berbentuk barang, uang, atau jasa yang
tidak bertentangan dengan hukum Islam.
Pasal 29 ayat (3) KHI : Dalam hal calon mempelai wanita atau wali
keberatan calon mempelai pria diwakili, maka akad nikah tidak boleh
dilangsungkan.
Pasal 30 KHI :Calon mempelai pria wajib membayar mahar kepada calon
mempelaiwanita dengan jumlah, bentuk dan jenisnya disepakati oleh kedua
belah pihak.
Selain itu, mengenai perkawinan sejenis ini, beberapa tokoh juga
memberikan pendapatnya. Di dalam artikel Hukum online yang berjudul
Menilik Kontroversi Perkawinan Sejenis, sebagaimana kami sarikan,Ketua
KomisiFatwa MUI KH Ma'ruf Amindengan tegas menyatakan bahwa pernikahan
sejenis adalah haram. Lebih lanjut Ma'ruf Amin mengatakan, Masak lakilaki sama laki-laki atau perempuan sama perempuan. Itu kan kaumnya Nabi
Luth. Perbuatan ini jelas lebih buruk daripada zina. Penolakan serupa juga
dikatakan oleh pengajar hukum Islam Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
FaridaPrihatini. Dia mengatakan bahwa perkawinan sejenis itu tidak boleh
karenadalam Al Quran jelas perkawinan itu antara laki-laki dan perempuan. 13 Jadi,
13
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira SD, Hadisukanto G. Gangguan Psikoseksual. Buku Ajar
Psikiatri Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Indonesia, 2013;340 1.
2. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Homosexuality. Kaplan &
Sadocks
Synopsis
of
Psychiatry
Eleventh
Edition.
Komunitas
Gaya
Nusantara
Surabaya.
Surabaya:
Veronica.
Homoseksual.
Resiko
Yang
[Online].
Rentan
tersedia:
Dihadapi
Oleh
http://www.e-
psikologi.com/epsi/klinis_detail.asp?id=566
7. Mustanski, B. S., R. Garofalo, and E. M. Emerson. 2010b.
Mental
health
disorders,
psychological
distress,
and
youths.
American
Journal
of
Public
Health
100(12):24262432.
8. Committee on Lesbian, Gay, Biseksual, and Transgender
Health Issues and Research Gaps and Opportunities Institute
of Medicine of The Natinal Academy. The Health of Lesbian,
Gay, Biseksual, and Transgender People. Washington D.C..
www.nap.edu
9. WHO. Gangguan Psikologis dan Perilaku yang Berhubungan
dengan Perkembangan dan Orientasi Seksual. PPDGJ III- ICD
10. WHO, 1992;288 9.
10.
Aksara:Jakarta.
11.
Hasan
Ali Masail
Fiqhiyah
al-
haditsah
pada
Masalah-
16
17