Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kesehatan Indonesia (The Indonesian Journal of Health), Vol. XI, No.

2, Maret 2021

Hubungan Pola Makan dan Stres dengan Kejadian Dispepsia pada Siswa di SMP
Negeri 2 Karang Intan

Relation of Dietary Patterns and Stress to the Incidence of Dyspepsia in Students of State
Junior High School 2 Karang Intan

Elsi Setiandari Lely Octaviana1*, Noorhidayah 1, Aulia Rachman2


1
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad
Al Banjari Banjarmasin, Kalimantan Selatan
2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin Kalimantan Selatan
*
Korespondensi : elsioctaviana8186@gmail.com

Abstract
Dyspepsia is a type of non-communicable disease that occurs not only in Indonesia but also
in the world. Dyspepsia is a term commonly used for a syndrome or a collection of symptoms
or complaints in the form of pain or discomfort in the gut, nausea, bloating, vomiting, belching,
feeling full quickly, and a full stomach. The high incidence of dyspepsia in adolescents is mostly
caused by irregular dietary patterns. Dyspepsia can also be caused by several factors,
including stress. Stress can affect gastrointestinal function and trigger complaints in healthy
people, one of which is dyspepsia. This condition is due to excess stomach acid and a
decrease in gastric contractility that precedes complaints of nausea after a central stress
stimulus. From the results of the initial interviews conducted on 15 students of State Junior
High School 2 Karang Intan, 9 of them had dyspepsia. This study aimed to determine the
relation of dietary patterns and stress to the incidence of dyspepsia in students of State Junior
High School 2 Karang Intan. This quantitative research used a cross-sectional study design.
The number of samples was 56 people. The data were collected using a questionnaire and
analyzed using the chi-square test. The results showed that 56 people (55,4%) met the
dyspepsia criteria with a p-value of 0.001 (p <0.05), and 21 people had stress (80.8%) with a
p-value of 0.001 (p<0.05).

Keywords: Eating pattern, Dyspepsia, Stress

Pendahuluan dispepsia seperti gastroesophageal reflux


Dispepsia merupakan istilah yang disease dan irritable bowel syndrome yang
umum dipakai untuk suatu sindroma atau melibatkan esofagus dan bagian saluran
kumpulan gejala atau keluhan berupa nyeri cerna lainnya tidak dimasukkan ke dalam
atau rasa tidak nyaman pada ulu hati, mual, bagian dispepsia (3).
kembung, muntah,sendawa, rasa cepat Dispepsia merupakan gangguan umum
kenyang, dan perut merasa penuh/begah. yang dapat menimbulkan beberapa gejala
Keluhan tersebut dapat secara bergantian klinis pada pasien. Meskipun pada dasarnya
dirasakan pasien atau bervariasi baik dari dispepsia tidak mengancam jiwa, gejala yang
segi jenis keluhan ataupun kualitasnya (1). bertahan lama dan berulang dapat
Dispepsia diartikan sebagai rasa sakit mengganggu aktivitas sehari-hari dan
atau ketidaknyamanan yang berpusat pada memiliki dampak yang signifikan terhadap
perut bagian atas. Ketidaknyamanan tersebut kualitas hidup serta peningkatan biaya
dapat berkaitan dengan masalah organik kesehatan (4).
pada saluran cerna bagian atas, seperti Dispepsia dapat terjadi berkaitan
gastroesophageal reflux disease (GERD), dengan penyakit pada traktus gastrointestinal
gastritis, tukak peptik, gangguan kandung atau keadaan patologik pada sistem organ
empedu (kolesistitis), atau patologi lainnya. Sebagai hasil dari pemeriksaan klinis
teridentifikasi lainnya (2). dan laboratorium yang sistematik, proses
Dispepsia umumnya terjadi akibat patofisiologik yang dapat ditentukan kadang –
adanya masalah pada bagian lambung dan kadang dapat dibuktikan sebagai penyebab
duodenum. Penyakit yang memiliki sindroma timbulnya gejala pada kasus dispepsia

76
Elsi Setiandari Lely Octaviana, dkk.

tertentu (5). Pola makan yang tidak teratur zat kimia, seperti alkohol, umumnya obat
mungkin menjadi predisposisi untuk gejala penahan nyeri, asam cuka. Makanan dan
gastrointestinal yang menghasilkan hormon- minuman yang bersifat asam, makanan yang
hormon gastrointestinal yang tidak teratur pedas serta bumbu yang merangsang,
sehingga akan mengakibatkan terganggunya misalnya jahe, merica. Pertumbuhan
motilitas gastrointestinal (6). mahasiswa (remaja menuju dewasa) diiringi
Penyakit tidak menular pada beberapa dengan meningkatnya partisipasi kehidupan
waktu terakhir menjadi penyebab morbiditas sosial dan aktivitas dapat menimbulkan
dan mortalitas di beberapa negara termasuk dampak terhadap apa yang mereka makan
Indonesia. WHO memprediksi pada tahun (11).
2020, proporsi angka kematian karena Pola makan yang tidak teratur
penyakit tidak menular akan meningkat umumnya menjadi masalah yang sering
menjadi 73% dan proporsi kesakitan menjadi timbul pada remaja. Aktivitas yang tinggi baik
60% di dunia, sedangkan untuk negara kegiatan disekolah maupun diluar sekolah
SEARO (South East Asian Regional Office) menyebabkan makan menjadi tidak teratur
pada tahun 2020 diprediksi angka kematian (12) Berdasarkan penelitian di sebuah
dan kesakitan karena penyakit tidak menular sekolah menengah atas, pola makan
akan meningkat menjadi 50% dan 42%. penderita dyspepsia fungsional yaitu pola
Dispepsia merupakan salah satu jenis makan tidak teratur 57,5% dan pola makan
penyakit tidak menular yang terjadi tidak teratur 42,5%. Selain itu, pola diet banyak
hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. dilaporkan secara konsisten pada remaja
Kasus dispepsia di dunia mencapai 13-40% wanita yang mencoba untuk melakukan diet
dari total populasi setiap tahun (1). (13).
Besarnya angka kejadian sindroma Stres adalah satu kondisi dimana
dispepsia pada remaja sesuai dengan pola individu berespon terhadap perubahan dalam
makannya yang sebagian besar tidak teratur. status keseimbangan normal. Stres dapat
Dispepsia dapat disebabkan oleh banyak hal memiliki konsekuensi fisik, emosi, intelektual,
(7). Penyebab timbulnya dispepsia sosial, dan spiritual. Biasanya efek tersebut
diantaranya karena faktor pola makan dan terjadi bersamaan karena stres
lingkungan, sekresi cairan asam lambung, mempengaruhi seseorang secara
fungsi motorik lambung, persepsi visceral keseluruhan. Secara fisik, stres dapat
lambung, psikologi dan infeksi Helicobacter menimbulkan perasaan negatif atau non
pylori (8). Dispepsia dipengaruhi oleh tingkat konstruktif terhadap diri sendiri. Secara
stress, makanan dan minuman iritatif dan intelektual, stres dapat mempengaruhi
riwayat penyakit (gastritis dan ulkus persepsi dan kemampuan seseorang dalam
peptikum). Kebiasaan mengkonsumsi memecahkan masalah. Secara sosial stres
makanan dan minuman, seperti makan dapat mengancam keyakinan dan nilai
pedas, asam, minum teh, kopi, dan minuman seseorang. Banyak penyakit yang dikaitkan
berkarbonasi dapat meningkatkan resiko atau bisa di sebabkan oleh stres (14).
munculnya gejala dispepsia (9). Tuntutan internal maupun eksternal
Salah satu faktor yang berhubungan dari kehidupan akademik dapat memberi
dengan kejadian sindrom dispepsia adalah tekanan yang melampaui batas kemampuan
keteraturan makan dan jeda antara waktu mahasiswa. Ketika hal tersebut terjadi, maka
makan. Jeda antara waktu makan merupakan overload tersebut akan mengakibatkan
penentu pengisian dan pengosongan terjadinya distress, dalam bentuk kelelahan
lambung. Jeda waktu makan yang baik yaitu fisik atau mental, daya tahan tubuh menurun,
berkisar antara 4-5 jam. Suasana yang dan emosi yang mudah meledak-ledak. Stres
sangat asam di dalam lambung dapat yang berkepanjangan yang dialami oleh
membunuh organisme patogen yang tertelan individu dapat mengakibatkan penurunan
bersama makanan. Namun, bila barier kemampuan untuk beradaptasi terhadap
lambung telah rusak, maka suasana yang stres (15). Kondisi tersebut dapat memicu
sangat asam di lambung akan memperberat timbulnya masalah-masalah kesehatan yang
iritasi pada dinding lambung (10). individu.
Faktor yang memicu produksi asam Adanya stres akut dapat
lambung berlebihan, diantaranya beberapa mempengaruhi fungsi gastrointestinal dan

77
Elsi Setiandari Lely Octaviana, dkk.

mencetuskan keluhan pada orang sehat. kelas VIII dan IX sebanyak 92 siswa, dan
Dilaporkan adanya penurunan kontraktilitas yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
lambung yang mendahului keluhan mual penelitian sebanyak 56 orang. Cara
setelah stimulus stres sentral. Faktor psikis pengambilan sampel menggunakan teknik
dan emosi seperti pada stress dan depresi simple random sampling. Instrumen yang
dapat mempengaruhi saluran cerna yang digunakan adalah kuesioner. Analisa data
mengakibatkan perubahan sekresi asam menggunakan uji statistik chi square.
lambung sehingga mempengaruhi mortalitas
dan vaskularisasi mukosa lambung dan Hasil
meningkatkan ambang rangsang nyeri (16) 1. Karakteristik
Semakin tinggi tingkat stres maka akan a. Jenis Kelamin
beresiko mengalami sindrom dispepsia (6). Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Konflik terhadap diri sendiri maupun Jenis Kelamin di SMP Negeri 2 Karang
orang lain, serta peristiwa negatif dapat Intan
menjadi stresor atau penyebab stres pada Jenis Kelamin Jumlah %
remaja (17). Tingginya populasi remaja di Laki – Laki 32 57,1
Perempuan 24 42,9
Indonesia diharapkan dapat menjadi aset dan
Jumlah 56 100
penerus bangsa di masa yang akan datang.
Namun untuk dapat mewujudkan harapan Berdasarkan tabel 1 diperoleh data
bahwa responden terbanyak berjenis kelamin
tersebut, masyarakat harus dapat menjamin
laki-laki yaitu sebanyak 32 responden ( 57,1
agar remaja Indonesia tumbuh dan
berkembang secara positif dan terbebas dari %).
permasalahan yang mengancam, terutama b. Umur
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut
dalam hal kesehatan misalnya stres. Umur di SMP Negeri 2 Karang Intan
Perubahan dari segi fisik, psikososial, Umur Jumlah %
kognitif, dan moral dapat memicu munculnya 11 Tahun 12 21,43
konflik pada remaja (18). 12 Tahun 19 33,93
Pada survey nasional di sebuah 13 Tahun 11 19,64
sekolah menengah atas, 44% remaja 14 Tahun 12 21,43
pempuan dan 15% remaja laki-laki mencoba 14 Tahun 2 3,57
untuk menurunkan berat badan. Sebagai Total 12 21,43
tambahan, 26% remaja perempuan dan 15% Berdasarkan tabel 2 diperoleh data
remaja laki-laki dilaporkan mencoba menjaga bahwa responden paling banyak berada pada
agar berat badan mereka tidak bertambah. kelompok umur 12 tahun, yaitu sebanyak 19
Ketidakteraturan makan seperti kebiasaan responden ( 33,93 %).
makan yang buruk, tergesa-gesa, dan jadwal
yang tidak teratur dapat menyebabkan 2. Analisis Univariat
dyspepsia (19). a. Kejadian Dispepsia
Hasil dari studi pendahuluan yang Tabel 3 Distribusi Kejadian Dispepsia Pada Siswa
dilakukan peneliti di SMP Negeri 2 Karang di SMP Negeri 2 Karang Intan
Intan, dimana dari 15 orang siswa 9 Dispepsia Jumlah %
diantaranya mengalami dispepsia fungsional. Orang
Hal inilah yang mendorong keinginan peneliti Dispepsia 31 55,4
untuk mengetahui hubungan pola makan dan Tidak Dispepsia 25 44,6
Total 56 100
stres dengan dispepsia pada siswa Di SMP
Negeri 2 Karang Intan. Berdasarkan tabel 3 diperoleh data
bahwa kejadian dispepsia pada responden di
Metode Penelitian SMP Negeri 2 Karang Intan dengan jumlah
Jenis penelitian ini merupakan responden yang memenuhi kriteria dispepsia
penelitian analitik dengan desain penelitian sebanyak 31 orang (55,4%) dan yang tidak
cross sectional, data yang dikumpulkan yaitu termasuk kategori dispepsia sebanyak 25
dengan desain cross sectional. Penelitian ini orang (44,6%).
dilakukan di SMP Negeri 2 Karang Intan. b. Pola Makan
Tabel 4 Distribusi Pola Makan dengan Kejadian
Sampel pada penelitian ini adalah subyek
Dispepsia Pada Siswa di SMP Negeri 2
yang diambil dari populasi semua siswa-siswi Karang Intan

78
Elsi Setiandari Lely Octaviana, dkk.

Pola Makan Jumlah %


Orang
Teratur 17 30,4 Tabel 7 Hubungan stress dengan Kejadian
Tidak Teratur 39 69,6 Dispepsia Pada Siswa di SMP Negeri 2
Total 56 100 Karang Intan
Berdasarkan tabel 4 diperoleh data Dispepsia
bahwa pola makan pada responden di SMP Total
Negeri 2 Karang Intan yaitu responden Stress Tidak
Sakit
Sakit
dengan pola makan teratur sebanyak 17
n % n % n %
orang 30,4%), sedangkan yang memiliki pola
Tidak Stress 10 33,3 20 66,7 30 100
makan yang tidak teratur sebanyak 39 orang
Stress 21 80,8 5 19,2 26 100
(69,6%)
c. Stress Jumlah 31 55,4 25 44,6 56 100
Tabel 5 Distribusi Stress dengan Kejadian p-value 0,001
Dispepsia Pada Siswa di SMP Negeri 2 Analisis hubungan stress dengan
Karang Intan kejadian dispepsia pada siswa di SMP Negeri
Stress Jumlah %
2 Karang Intan, Berdasarkan hasil uji statistik
Orang
chi-square, didapatkan nilai p value = 0,001,
Tidak Stress 30 53,6
Stress 26 46,4 artinya H0 ditolak dan Ha diterima atau dapat
Total 56 100 disimpulkan terdapat hubungan yang
Berdasarkan tabel 5 diperoleh data bermakna (signifikan) antara stres dengan
bahwa yang tidak mengalami stress pada dispepsia.
responden di SMP Negeri 2 Karang Intan
yaitu sebanyak 30 orang (53,6%), sedangkan Pembahasan
responden yang mengalami stress yaitu a. Hubungan Pola Makan dengan
sebanyak 26 orang (45,4%) Kejadian Dispepsia Pada Siswa di SMP
Negeri 2 Karang Intan
3. Analisis Bivariat Hasil penelitian didapatkan yaitu lebih
a. Hubungan Pola Makan dengan dari setengah responden yang memilliki pola
Kejadian Dispepsia Pada Siswa di makan yang tidak teratur. Pola makan
SMP Negeri 2 Karang Intan responden dinilai dari frekuensi makan dalam
Tabel 6 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian sehari, pola makan (pagi, siang dan malam)
Dispepsia Pada Siswa di SMP Negeri 2 dalam sehari. Dari hasil penelitian, responden
Karang Intan lebih banyak memiliki pola frekuensi makan
Dispepsia
yang tidak menentu. Ketidakpuasan terhadap
Total bentuk tubuh dan mengharuskan untuk diet
Pola Makan Tidak dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
Sakit
Sakit pola makan, hal ini sering dialami oleh remaja
n % n % N %
yang ingin tampil langsing (7).
Teratur 4 23,5 13 76,5 17 100 Hasil penelitian yang didapatkan yaitu
Tidak Teratur 27 69,2 12 30,8 39 100 angka kejadian dispepsia pada remaja di
Jumlah 31 55,4 25 44,6 56 100 SMP Negeri 2 Karang Intan sebesar 69,6%,
p-value 0,001 presentase ini tergolong cukup besar karena
Analisis hubungan pola makan yang lebih dari setengah responden yang diteliti.
tidak teratur dengan kejadian dispepsia pada Dari data penelitian ini dapat diketahui bahwa
siswa di SMP Negeri 2 Karang Intan, dispepsia memiliki variasi dari berbagai jenis
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square, keluhan, yaitu nyeri ulu hati, mual hingga
didapatkan nilai p value = 0,001, artinya H0 muntah, sering sendawa, cepat kenyang
ditolak dan Ha diterima atau dapat serta rasa nyeri terbakar di daerah dada.
disimpulkan terdapat hubungan yang Hasil penelitian, banyak yang
bermakna (signifikan) antara pola makan mengeluhkan nyeri ulu hati, dimana
yang tidak teratur dengan dispepsia. didapatkan keluhan terbanyak adalah nyeri
b. Hubungan Stress dengan Kejadian epigastrium sebanyak 80% dan muntah
Dispepsia pada Siswa di SMP Negeri 2 sebagai keluhan yang paling sedikit yakni
Karang Intan 40% (20). Penelitian didapatkan jenis keluhan

79
Elsi Setiandari Lely Octaviana, dkk.

terbanyak yaitu nyeri epigastrium sebanyak stress terhadap penyakit dispepsia. Keadaan
50,1% dan muntah adalah keluhan yang stress ini dialami oleh 21 responden dari 56
paling sedikit sebanyak 6,8% (21). responden yang mengalami dispepsia sekitar
Hasil penelitian dan analisis data ini 80,8% dari total responden.
sesuai dengan kasus dispepsia fungsional, Tingginya angka stress pada penelitian
diduga disebabkan adanya peningkatan inii kemungkinan disebabkan mengalami
sensitivitas mukosa lambung terhadap asam gangguan pencernaan berupa nyeri pada ulu
yang menimbulkan rasa tidak enak di perut. hati, rasa tidak nyaman pada perut baik
Peningkatan sensitivitas mukosa lambung sebelum maupun setelah makan. Analisis
dapat terjadi akibat pola makan yang tidak data dengan uji chi square pada penelitian ini
teratur. Pola makan yang tidak teratur akan adanya hubungan antara stress dan
membuat lambung sulit untuk beradaptasi dispepsia. Adanya stres akut dapat
dalam pengeluaran sekresi asam lambung. mempengaruhi fungsi gastrointestinal dan
Jika hal ini berlangsung dalam waktu yang mencetusakan keluhan pada orang sehat.
lama, produksi asam lambung akan Dilaporkan adanya penurunan kontraktilitas
berlebihan sehingga dapat mengiritasi lambung yang mendahului mual setelah
dinding mukosa pada lambung (1). stimulus stres sentral (1).
Kebiasaan mengkonsumsi makanan
dan minuman, seperti makan pedas, asam, Kesimpulan
minum teh, kopi, dan minuman berkarbonasi Angka kejadian dispepsia dengan
dapat meningkatkan resiko munculnya gejala jumlah responden yang memenuhi kriteria
dispepsia (22). Suasana yang sangat asam di dispepsia sebanyak 56 orang (55,4%),
dalam lambung dapat membunuh organisme dengan gejala yang paling umum dikeluhkan
patogen yang tertelan bersama makanan. adalah nyeri epigastrium. banyak yang
Namun, bila barier lambung telah rusak, memiliki pola makan yang tidak teratur yaitu
maka suasana yang sangat asam di lambung sebanyak 39 orang (69,6%). Tingginya
akan memperberat iritasi pada dinding persentase angka kejadian dispepsia pada
lambung (23). remaja di SMP Negeri 2 Karang Intan terbukti
b. Hubungan Stress dengan Kejadian sesuai dengan banyaknya responden yang
Dispepsia pada Siswa di SMP Negeri 2 memiliki pola makan yang tidak teratur.
Karang Intan Terdapat hubungan antara stress
Faktor lain yang juga dapat dengan penyakit Dispepsia. Orang yang
menyebabkan dispepsia adalah stres. Stress memiliki riwayat stress 2 kali lebih besar
yang dialami seseorang dapat menimbulkan beresiko akan terkena penyakit Dispepsia
kecemasan yang erat kaitannya dengan pola dari pada orang yang tidak memiliki riwayat
hidup. Akibat dari kelelahan, gangguan Stress. jumlah responden yang mengalami
pikiran dan terlalu banyak pekerjaan serta stress sebanyak 21 orang (80,8%). Artinya
problem keuangan dapat mengakibatkan terdapat hubungan antara pola makan yang
kecemasan pada diri seseorang. Gangguan tidak teratur dengan kejadian dispepsia
kecemasan dapat mengakibatkan berbagai p=0,001 (p<0,05), dan terdapat hubungan
respon fisiologis, diantaranya gangguan stress dengan kejadian dispepsia dimana
pencernaan. nilai p=0,001 (p<0,05).
Stres adalah suatu reaksi fisik dan
psikis terhadap setiap tuntutan yang Daftar Pustaka
menyebabkan ketegangan dan mengganggu 1. Djojoningrat, D. Pendekatan Klinis
stabilitas kehidupan sehari-hari. Menurut Penyakit Gastrointestinal. Buku Ajar: Ilmu
WHO 2003, stres adalah reaksi atau respon Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Balai
tubuh terhadap stressor psikososial, tekanan Penerbit FK UI; 2009.
mental atau beban kehidupan (24). 2. Chang, FY., Chen, PH., Wu, TC., Pan,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa WH., Chang, HY., Wu, SJ., et al.
responden yang mengalami dispepsia lebih Prevalence of Functional Gastrointestinal
banyak yang menderita stress dibanding Disorders in Taiwan: Questionnaire-
yang tidak mengalami stress. Setelah based Survey for Adults Based on the
dilakukan analisis data menggunakan spss Rome III Criteria. Asia Pac Journal Clin
dengan uji chi square, didapatkan hubungan Nutr; 21(4): 594-600; 2012.

80
Elsi Setiandari Lely Octaviana, dkk.

3. Sudoyo, AW., Setiyohadi, B., Alwi, I., Fungsional. Jurnal Kesehatan Andalas.
Simadibrata, M., dan Setiati, S. Buku Ajar 2(2); 2013.
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna 14. Kozier, B., et al. Buku Ajar Fundamental
Publishing; 2009. Keperawatan: Konsep, Proses, dan
4. Khademolhosseini F., Mehrabani, D., Praktik. Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC;
Zare, N., Salehi, M., Heydari, ST., 2011.
Beheshti, M., et al. Prevalence of 15. Potter dan Perry. Fundamental of
Dyspepsia and Its Correlation with Nursing: Concept, Process, and Practice.
Demographic Factors and Lifestyle in (dialihbahasakan oleh Asih, Y., et al).
Shiraz, Southern Iran. Middle Jakarta: EGC; 2005.
East Journal of Digestive Diseases, 2(1): 16. Ika. Hubungan Kecemasan dan Tipe
24-30; 2010. Kepribadian Introvert dengan Dyspepsia
5. Lawience, S., Friedman, dan Fungsional. Skripsi. 2010.
Isselbacher, JK. Anoreksia, Nausea, 17. Shapero, BG. Stress Reactivity and
Vomitus Dan Dispepsia. In: Cognitive Vulnerability for Depression in
Isselbacher.J.K., Braunwald, E., Wilson, Adolescence. Temple University; 2015.
JD., Martin, JB., Fauzi, AS., Kasper, DL., 18. Berman, A., Snyder, SJ., Kozier, FG.
et al. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Fundamentals of Nursing: Concepts,
Penyakit Dalam. Edisi 13. Volume 1. Process, and Practice. 10th ed. United
Jakarta; EGC; 1999. States of America: Pearson Education,
6. Susanti A, Briawan D, Uripi V. Faktor Inc; 2016.
Risiko Dispepsia pada Mahasiswa 19. Eschleman, MM. Introductory Nutrition
Institut Pertanian Bogor (IPB) (Skripsi). and Diet Therapy. Pennsylvania:
Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Lippincott William & Willkins, hal. 345-
Ekologi Manusia. Institut Pertanian 346; 1984.
Bogor; 2011. 20. Susilawati, Palar, S., dan Waleleng, BJ.
7. Harahap, Y. Karakteristik Penderita Hubungan Pola Makan dengan Kejadian
Dispepsia Rawat Inap di Rumah Sakit Sindroma Dispepsia Fungsional pada
Martha Friska Medan Tahun 2007. Remaja di Madrasah Aliyah Model
Medan: Universitas Sumatera Utara. Manado. Jurnal E-Clinic, 1(2); 2013.
Disertasi. 2009. 21. Abd. Kadir, A. Kebiasaan Makan dan
8. Annisa. Hubungan Ketidakteraturan Gangguan Pola Makan Serta
Makan dengan Sindroma Dispepsia Pengaruhnya terhadap Status Gizi
Remaja Perempuan di SMA Plus Al- Remaja. Jurnal Pemikiran, Penelitian dan
Azhar Medan. Universitas Sumatera Pengabdian Masyarakat Bidang
Utara. Skripsi. 2009. Pendidikan. 6(1); 2016.
9. Khotimah, N. Analisis Faktor-Faktor yang 22. Chan WW. dan Burakoff, R. Functional
Mempengaruhi Sindroma Dispepsia (Non-Ulcer) Dyspepsia. In: Greenberger,
Mahasiswa Fakultas Keperawatan NJ., Blumberg, RS., dan Burakoff, R.
Universitas Sumatera Utara. Universitas Current Diagnosis & Treatment
Sumatera Utara. Skripsi. 2011. Gastroenterology, Hepatology, &
10. Herman, B. Fisiologi pencernaan untuk Endoscopy. Philadelphia: Mc Graw Hill;
kedokteran. Padang: Andalas University 2009.
Press; 2004. 23. Norton, NJ., Blumberg, RS., dan Burakoff,
11. Mulia, A. Pengetahuan Gizi, Pola Makan R. Current Diagnosis & Treatment
dan Status Gizi Mahasiswa Pendidikan Gastroenterology, Hepatology, &
Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan Endoscopy. Philadelphia: Mc Graw Hill;
Tahun 2010. Universitas Sumatera Utara. 2009.
Skripsi. 2010. 24. Hidayat, MD. Pengantar Psikologi Untuk
12. Sayono, S. Gizi Remaja Putri, Yayasan Tenaga Kesehatan. Jakarta: Penerbit
Pengembangan Medik Indonesia. Buku Keperawatan dan Kebidanan; 2009.
Jakarta: FKUI. hal. 42-47; 2006.
13. Andre, Y., Machmud, R., dan Murni, AW.
Hubungan Pola Makan dengan Kejadian
Depresi pada Penderita Dispepsia

81

Anda mungkin juga menyukai