Anda di halaman 1dari 10

Psikologi Kepribadian 2

1. Biografi Heinz Kohut

Heinz Kohut (1913-1981) lahir di Wina dari orangtua Yahudi yang


berpendidikan dan berbakat (Strozier, 2001). Pada saat Perang Dunia II, ia pindah
ke Inggris. Satu tahun kemudian, ia pindah ke Amerika Serikat dimana Kohut
menghabiskan sebagian besar kehidupan profesionalnya. Kohut adalah dosen
profesional di Department of Psychiatry, Universitas Chicago. Kemudian Kohut
juga merupakan anggota Chicago Institute for Psychoanalysis dan dosen tamu
kuliah psikoanalisis di University of Cincinnati. Kohut merupakan Psikiater yang
banyak melakukan perombakan dalam psikoanalisa. Selain menjadi pendiri Self
psychology ia juga mengkonstruksi self yang utuh dan terintegrasi dalam
kepribadian manusia.
Sebagai seorang neurologis dan psikoanalis, Kohut banyak menyinggung
para psikoanalis dengan terbitnya The Analysis of the Self pada tahun 1971.
Dalam buku tersebut, konsep mengenai ego diganti dengan konsep mengenai diri
sendiri (self). Melengkapi buku tersebut, aspek psikologi diri sendiri yang
dikemukakan olehnya ditemukan dalam buku The Restoration Self (1977) dan The
Kohut Seminars (1987) yang diedit oleh Miriam Elson dan diterbitkan setelah
kematian Kohut.
2. Pandangan dasar/ prinsi-prinsip kepribadian

Prinsip yang di kemukakan oleh frued dan Kohut memiliki perbedaan yaitu :

FRUED KOHUT
*Biologis * Perkembangan self dalam konteks
human interaction
* Dorongan seksual & agresi * Human relatedness
* Mencari kenikmatan, menghindari *Peran narcissism dalam psikologi
kesakitan manusia dewasa
Patologi: frustrasi & represi dorongan *Patologi: ancaman & kerusakan self
seksual & agresi  perilaku seksual & agresif
menyimpang

Kelompok 5 (Heinz Kohut) 1


Psikologi Kepribadian 2

Frued mengemukakan bahwa psichology ego melalui krisis-krisis


perkembangan terbentuklah identitas ego yang kuat yang menyatukan dan
mengarahkan fungsi-fungsi kepribadian. Sedangkan Kohut mengemukakan bahwa
Kepribadian disatukan dan diarahkan oleh self. Self adalah konsep yang lebih
mendasar (menjadi dasar id, ego, superego).

Kohut mengemukakan teori yang disebut self-psychology. Melebihi


pencetus relasi objek yang lain, Kohut menekankan proses di mana diri (self)
berkembang dari suatu gambaran yang tak terdeferensiasi dan samar-samar
sehingga menjadi identitas individu yang jelas dan tepat. Seperti halnya pencetus
relasi objek lainnya, ia juga memfokuskan awal hubungan ibu dan anak sebagai
pemahaman kunci untuk pengembangan manusia di kemudian hari. Kohut
percaya bahwa inti dari kepribadian manusia adalah hubungan antarmanusia,
bukan insting bawaan.
Menurut Kohut, bayi memerlukan pengasuhan orang dewasa tidak hanya
untuk memuaskan kebutuhan secara fisik, tetapi juga untuk mencukupi kebutuhan
dasar psikologis. Dalam mengemban kebutuhan fisik dan psikologis, orang
dewasa atau objek diri (selfobjects) memperlakukan bayi seolah-olah mereka
mempunyai pengertian mengenai dirinya sendiri (sense of self). Sebagai contoh,
ibu akan bertindak hangat, dingin, atau acuh tak acuh, tergantung pada sebagian
perilaku bayi mereka. Melalui proses interaksi yang menimbulkan rasa empati,
bayi menerima respons objek terhadap diri sebagai rasa bangga, bersalah, malu,
atau iri hati, semua sikap yang pada akhirnya membentuk struktur bangunan diri
sendiri (self).

Kelompok 5 (Heinz Kohut) 2


Psikologi Kepribadian 2

3. Struktur Kepribadian

Heinz Kohut membuat hipotesis bahwa hubungan memadai dengan hasil


kesehatan objek diri dalam pembentukan diri nuklir bipolar yang memiliki tiga
komponen:

1. Ambisi nuklir (nuclear ambitions), yang merupakan perjuangan


belajarnya anak untuk kekuasaan dan keberhasilannya dicerminkan dengan
penuh kekaguman oleh objek diri;
2. Nuklir ideal (nuclear ideals), yang merupakan tujuan ideal dan citra yang
berasal dari pengakuan anak dari kekuatan memuaskan dan menenangkan
yang dimodelkan oleh objek diri; dan
3. Bakat dan keterampilan dasar (basic talents and skills), yang terletak
metaforis antara dua kutub ambisi dan ideal dan yang membentuk
semacam metafora "lengkungan ketegangan" aktivitas psikologis orang
tersebut "didorong" oleh ambisi dan "dipimpin" oleh gagasan dalam
mengejar tujuan kehidupan menggunakan bakat dan keterampilan yang dia
memiliki (Kohut, 1977, hal. 188).

Kelompok 5 (Heinz Kohut) 3


Psikologi Kepribadian 2

Transmutasi internalisasi semacam ‘percernaan’ psikologis dimana segi-segi


baik dan bermanfaat dari Selfobject yang (setelah melalui proses depersonalisasi
dan generalisasi ) dileburkan dalam self anak. Sedikit frustrasi dan kekurangan
empati pada Selfobject mendorong anak untuk melihat mereka sebagai ‘hanya
manusia’, dan selanjutnya mendorong anak untuk membentuk self-
structure/struktur-diri mereka sendiri tanpa perlu meleburkan seluruh kepribadian
Selfobject.

Tidak seperti penekanan Freud pada dorongan konflik, penekanannya Kohut


adalah jelas pada interaksi orang-ke-orang. Kohut menunjukkan bahwa salah satu
cara untuk konsep perbedaan antara psikoanalisis klasik dan psikologi-diri
miliknya adalah untuk memperlihatkan perbedaan kebiasaan "Orang Bersalah
(Guilty Man)" dan "Orang Tragis (Tragic Man)"

Orang Bersalah (Guilty Man) adalah konsep orang seperti biasanya yang
berjuang keras demi dorongan kepuasan mereka. Mereka digambarkan dalam
psikoanalisis klasik sebagai yang hidup di bawah dominasi prinsip kesenangan,
berjuang tanpa henti untuk mendamaikan konflik batin. Mereka seringkali
dihambat dalam mengurangi ketegangan mereka oleh kekurangan mereka sendiri
atau orang-orang yang mengangkat mereka.

Orang tragis (Tragic Man), sebaliknya, menurut gambaran Kohut ialah


orang yang berjuang untuk memenuhi tujuan dari nuclear self mereka. Artinya,
orang tragis mencoba untuk mengungkapkan polanya yang sangat sejahtera, pola
ambisi dan ideal yang terdiri dari tujuan self-expressive kehidupan manusia (1977,
hlm. 133). Dimana Orang Bersalah digerakkan, Orang Tragis membutuhkan.

Kelompok 5 (Heinz Kohut) 4


Psikologi Kepribadian 2

4. Perkembangan Kepribadian

Narsisitik

Kohut (1971, 1977) percaya bahwa bayi mempunyai sifat narsistik alami.
Mereka berpusat pada diri sendiri (self centered) dan mencari kesejahteraan untuk
mereka sendiri secara ekslusif serta berharap dikagumi orang lain sebagai diri
mereka sendiri dan atas apa yang mereka lakukan. Diri terbentuk diseputar
kebutuhan narsistik, yaitu:

1. Kebutuhan memamerkan diri yang hebat


2. Kebutuhan untuk mencapai suatu gambaran ideal dari salah satu atau kedua
orangtuanya.
Diri yang hebat dan ingin dipamerkan (grandiose-ex-hibitionistic self) ini
terbentuk ketika bayi yang berhubungan dengan objek-diri yang “menjadi cermin”
(mirroring self-object) menunjukkan persetujuan atas perilakunya. Bayi
kemudian membentuk sebuah gambar diri dasar (rudimentary elf-image) dari
pesan-pesan semacam: “Jika orang lain melihatku sempurna, maka sempurnalah
aku”. Sementara itu, gambaran orangtua yang ideal (idealized parent image)
bertentangan dengan diri yang-hebat (grandiose-self) karena dia menyiratkan
bahwa seseorang yang lain itulah yang sempurna. Meskipun begitu, hal ini juga
memuaskan salah satu kebutuhan narsisistiknya karena bayi mengambil sikap,
“Kamu memang sempurna namun, aku bagian darimu.”

Kedua gambar-diri narsisistik bayi semacam ini dibutuhkan bagi


perkembangan kepribadian yang sehat. Namun keduanya tetap harus berubah
ketika anak tumbuh dewasa. Jika mereka masih tidak bisa membedakan dirinya,
maka mereka akan berkembang menjadi pribadi dewasa yang narsistik secara
patologis. Kehebatan diri harus berubah menjadi sebuah pandangan yang realistik
mengenai diri, dan gambar orangtua yang ideal harus tumbuh menjadi gambar
orangtua yang realistik. Dua gambar ini tidak akan hilang sepenuhnya. Manusia
dewasa yang sehat akan meneruskan sikap yang positif terhadap dirinya sembari
terus melihat kualitas-kualitas yang baik pada orangtua dan figur-figur lain

Kelompok 5 (Heinz Kohut) 5


Psikologi Kepribadian 2

pengganti orangtua. Tetapi manusia dewasa yang narsistik tidak


mentransendensikan kebutuhan-kebutuhan infantilnya ini dan terus memusat pada
diri sendiri. Akibatnya, dia terus ingin melihat sisa dunia sebagai penonton yang
terkagum-kagum kepada dirinya. Freud percaya bahwa pribadi narsistik seperti itu
tidak bisa disembuhkan oleh psikoanalisis namun, Kohut yakin bahwa psikoterapi
dapat menyembuhkan secara efektif pasien-pasien seperti ini.

5. Dinamika Kepribadian

Bila kebutuhan narsisis awal tidak terpenuhi, anak (orang dewasa) terus
mencari pengasuhan dan memvalidasi pengalaman self-object

Self Object

 Orang yang berpengalaman secara intrapsik, Self-object harus tersedia bagi


bayi untuk pengembangan diri
 Objek diri ( self Object) adalah objek (orang) yang kita alami merupakan
sebagian dari diri kita; kontrol yang diharapkan atas mereka karenanya
lebih dekat dengan konsep kontrol yang dewasa diharapkan untuk
memiliki lebih dari tubuh dan pikiran sendiri daripada konsep kontrol yang
ia harapkan untuk memiliki lebih dari orang lain. (Kohut & Wolff, 1978,
hal. 414)

Three Self Object Relationships

• Mirroring Self-object : pencerminan self-object yang mengenali


kemampuan dan bakat anak, Ibu berfungsi sebagai pencerminan objek diri
(mirroring self-object) ketika dia mampu untuk mengkonfirmasi dan
mengagumi atau memberikan respon pada kekuatan, kesehatan, kebesaran,
dan keistimewaan anak. Kapasitas ibu untuk menyesuaikan diri dengan
tegas dengan kebutuhan anaknya untuk memenuhi permintaan dan
kekaguman pribadi.

Kelompok 5 (Heinz Kohut) 6


Psikologi Kepribadian 2

• Idealizing Self-object: menghubungkan anak dengan pengasuh yang


dikagumi. Ibu juga berfungsi sebagai idealisasi objek diri yang agak
belakangan dalam perkembangan saat ia mendorong dan memungkinkan
anak untuk bergabung dengan kekuatannya sendiri dan ketenangan sebagai
orang dewasa yang kuat dan peduli. Dari sudut pandang anak, idealisasi
objek diri adalah model kesempurnaan, kekuasaan, dan ketenangan
berpengalaman di bagian yang sebagai komponen diri.

• Twinship Self-object: (provides a sense of being the same) memberikan


rasa yang sama atau seimbang antara ibu dan anak Ibu sebagai penyedia
kebutuhan anaknya yang tidak dalam hal dorongan kepuasan tetapi dalam
hal empati, hangat, penuh kasih respon terhadap seluruh anak baik secara
fisik dan psikologis yang seimbang. Akibatnya, anak akan menikmati diri
sebagai orang yang menyenangkan, kompeten, dan berharga, ataupun
sebagai yang ditolak, habis, diri yang kosong.

Selfobjects Fail The Injured Self

Gangguan psikologis dari perspektif teori Kohut ini tidak lagi dilihat dari
segi kegagalan ego untuk menyeimbangkan realitas, keinginan id, superego dan
penilaian. Fungsi psikologis normal digambarkan dalam teori Kohut sebagai hasil
dari kelainan dalam pembentukan diri kohesif. Kerusakan tersebut merupakan
penghinaan perkembangan untuk narsisme normal. Ketika penghinaan atau cedera
cukup intens, distorsi patologis karakteristik diperkenalkan dalam
mengembangkan diri bayi. Kohut telah menjelaskan lima distorsi sehingga sesuai
dengan lima jenis yang berbeda dari kegagalan Selfobject (Kohut & Wolff, 1978):

1. Di bawah rangsangan diri (understimulated self) yang berkembang pada


anak yang objek dirinya serius tidak selaras untuk kebutuhannya sendiri
untuk pencerminan dan idealisasi. Diri kehilangan vitalitas, dan di kemudian
hari, yang tanpa cermin dan diri kurang ideal menganggap dirinya sebagai
mematikan, kosong, dan mati rasa. Orang-orang seperti itu bisa berpaling
kepada cara sesaat dan berisiko mengalami "gairah" dalam penyalahgunaan

Kelompok 5 (Heinz Kohut) 7


Psikologi Kepribadian 2

narkoba dan alkohol, petualangan seksual, atau perjudian kompulsif. Tapi


semua buatan "perangsang-diri" tersebut dapat memberikan pengalaman
hanya sekilas diri yang hidup, dan bahkan kilatan gairah mereka mungkin
dialami sebagai gangguan asing dari dunia luar. Diri seseorang bahkan
memiliki kualitas asing, keberadaan dipersonalisasi.
2. Diri fragmenting (fragmenting self) terbentuk pada anak yang objek dirinya
telah mengakibatkan beberapa cedera narsis tepat pada anak pada momen
yang sangat rentan. Harga diri anak adalah beban lebih dalam menghadapi
penghinaan yang membuktikan bahwa secara permanen merusak. Akibatnya,
orang tersebut mengalami diri sebagai terfragmentasi, tidak terkoordinasi, dan
keseimbangan kurang dan kohesi. Keluhan hypochondriacal dari nyeri jelas
dan kronis tapi penyakit yang tidak didefinisikan mungkin mencirikan
kehidupan sehari-hari seseorang. Pada dasar, orang mengalami diri sebagai
sakit, lemah, dan pada belas kasihan hidup.
3. Diri overstimulated (overstimulated self) berkembang pada anak yang
dihadapkan pada objek diri yang tidak tepat menstimulasi baik ambisi
ataupun ideal anak. Jika tiang ambisi yang muluk dari diri dirangsang intens,
hasilnya adalah diri yang mencoba untuk menghindari situasi di mana orang
dapat menjadi pusat perhatian. "Kebesaran fantasi" kuno yang dirangsang
oleh objek diri menimbulkan banyak kecemasan di masa dewasa dan
mendorong orang untuk menyembunyikan diri dari pengawasan. Jika, di sisi
lain, idealisme tiang diri itu tidak tepat menanggapi dengan objek diri,
hasilnya adalah kebutuhan untuk terus-menerus untuk bergabung dengan
orang-orang yang ideal dan berbagi dalam kebesaran mereka. Tapi kebutuhan
tersebut untuk bergabung dengan mereka juga bisa dialami sebagai ancaman
karena salah satu kehilangan diri sendiri dalam fusi dengan yang lain.
4. Diri yang sangat terbebani (overburdened self) diwujudkan dalam anak
yang objek diri tidak memberikan kesempatan bagi anak untuk bergabung
dengan kekuatan dan ketenangan mereka. Diri terbebani yang berkembang
tidak memiliki kemampuan untuk menenangkan dirinya sendiri, dan orang
yang merasakan dunia sebagai sesuatu yang mengancam, berbahaya, tempat

Kelompok 5 (Heinz Kohut) 8


Psikologi Kepribadian 2

bertentangan. Stimulasi sangat banyak dan takut, dan tidak ada tempat untuk
mengubah untuk kenyamanan.

6. Kritik Terhadap Teori


a. Kekurangan

Teori ini terlalu berfokus kepada konsep diri sehingga kurang memperhatikan
konsep ego dan insting dari teori psikoanalisa dan hubungan antar lingkungan.
Kemudian teori ini juga hanya berfokus pada relasi antara ibu dan anak padahal
kita sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain.

b. Kelebihan

Kelebihan teori Kohut adalah mengubah praktik psikoanalisis dan psikoterapi


dengan memperdalam empati terapis untuk pasien dan menjelaskan kebutuhan
dasar manusia untuk perkembangan yang sehat, khususnya idealisasi dan
mirroring. Teori Kohut juga telah berkembang menjadi studi tentang pengalaman
self object, pengalaman (biasanya dengan orang lain) yang memelihara dan yang
menentukan pengalaman diri untuk harga diri.

Kelompok 5 (Heinz Kohut) 9


Psikologi Kepribadian 2

Referensi

Feist, J. & Feist, G.J. (2013). Teori Kepribadian (Edisi 7). Jakarta: Salemba
Humanika.
Monte, Christopher. F., & Sollod, Robbert N. (2003). Beneath the mask: An
Introduction To The Teories Of Personality 7thed. United States Of
America: John Willey & Soms, Inc.
Ryckman, R.M. (2008). Theories of Personality 9th ed. Belmont,CA:
Thomson/Wadsworth publishing.

Kelompok 5 (Heinz Kohut) 10

Anda mungkin juga menyukai