Anda di halaman 1dari 7

TUGAS I

ASESMEN DAN INTERVENSI PSIKOLOGI PERDAMAIAN

DOSEN PENGAMPU :
Kurniati Zainuddin, S.Psi., M.A.
Irdianti, S.Psi., M.Si

KELAS B

ANCENSIUS TOMBO BAMBA


1771041085
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020

A. Definisi Perdamaian

Terdapat beberapa definisi mengenai perdamaian yang dikemukakan oleh para

tokoh maupun para penulis dalam berbagai literatur disiplin ilmu seperti psikologi,

sosiologi, kriminologi, dll. Berikut adalah beberapa definisi tentang perdamaian.

1. Salsabiela (2012) mengemukakan bahwa perdamaian adalah sebuah keadaan tanpa

adanya peperangan, kekerasan maupun konflik.

2. Galtung (1999) mengemukakan bahwa perdamaian memiliki dua arti, yaitu

perdamaian negatif dan perdamaian positif. Perdamaian negatif adalah situasi

ketidakhadiran berbagai bentuk kekerasan. Perdamaian positif adalah tidak adanya

kekerasan struktural dan terciptanya keadilan sosial, sehingga terbentuk suasana

kehidupan yang harmonis.

3. McGregor (Lestari, 2017) mengemukakan bahwa perdamaian adalah suasana

ketentraman dalam kehidupan dan terhindar dari kekerasan.

4. Asnawi dan Safruddin (2003) mengemukakan bahwa perdamaian dapat ditinjau

dari dimensi politik, ekonomi, dan sosial budaya. Perdamaian dalam dimensi

politik adalah ketika demokrasi global dapat berjalan dengan baik sehingga

penduduk relatif puas, banyak keinginan yang terpenuhi dalam batas yang

memungkinkan, hak asasi manusia menunjuk ke arah yang sama yaitu keadilan.

Perdamaian dalam dimensi ekonomi adalah ketika paktek perdagangan


memperhatikan kualitas dan harga produk, barang dan jasa dengan memperhatikan

jam kerja yang diperlukan tanpa adanya ekploitasi sumber daya alam dan sumber

daya manusia. Perdamaian dalam dimensi sosial budaya adalah ketika peradaban

global terpusat dimana-mana, ada waktu santai, penghargaan terhadap alam, serta

peningkatan hidup yang berkeadilan sosial.

5. Anderson (2004) mengemukakan bahwa perdamaian adalah sebuah keadaan ketika

individu, keluarga, masyarakat dan bangsa hidup dalam suasana yang harmonis

dan hanya terdapat sedikit tingkat kekerasan.

6. Sumartana (2000) meninjau perdamaian dalam konteks pluralisme agama dan

mendefinisikan bahwa perdamaian adalah ketika umat beragama yang satu

menghormati dan menghargai umat yang lain. Rasa hormat dan menghargai bukan

karena kepentingan, tetapi dengan ketulusan, jujur dan kondusif tanpa ada

pengaruh dari siapapun. Konsekuensi dari perdamaian antar agama yaitu masing-

masing agama harus terbuka untuk melakukan hubungan dialogis dan konstruktif.

Disitulah nilai-nilai kemanusiaan dipertaruhkan, dan makna nilai agama menjadi

konkritAaaa

7. Tudball (Feriyanto, 2018) mengemukakan bahwa perdamaian adalah manifestasi

dari toleransi dan rasa tanggung jawab akan saling melindungi bagi semua

individu dalam satu komunitas dengan menerapkan prinsip kesetaraan.

8. Richmond (2008) mengemukakan bahwa perdamaian adalah terjadinya harmoni

ditandai dengan kurangnya kekerasan, perilaku konflik dan kebebasan dari rasa

takut akan kekerasan


9. Anand (2004) mengemukakan bahwa perdamaian adalah suatu proses dimana

individu dapat mengubah sikap dan perilakunya tentang konflik kekerasan,

memperoleh nilai-nilai, pengetahuan dan mengembangkan keterampilan dan

perilaku untuk hidup dalam harmoni dengan orang lain..

10. Adeyemi dan Salawudeen (2014) mengemukakan bahwa perdamaian adalah

filosofi dan proses yang berkaitan dengan akuisisi pengetahuan dan keterampilan

menciptakan suasana terbebas dari konflik kekerasan.

B. Metode Asesmen dan Intervensi Perdamaian

1. CEWERS (Conflict Early warning Systems & Early Responses System)

CEWERS adalah sistem peringatan dini dan respon dini terhadap konflik.

Peringatan dini adalah tindakan memberikan informasi tentang kemungkinan

munculnya atau meluasnya konflik kekerasan di masa yang akan datang.

Sedangkan respon dini adalah tindakan memberi tanggapan atau respon awal untuk

mencegah meluasnya konflik. Setidaknya dua hal yang dilakukan yaitu melokalisir

wilayah konflik dan mengkonter informasi. CEWERS mendeteksi sebuah konflik

yang telah, sedang dan mungkin terjadi melalui tiga tahapan. Pertama, mengetahui

profil wilayah/kabupaten yang menjadi obyek konflik seperti: sejarah, geografis,

demografis, kondisi sosial, kondisi politik, kondisi ekonomi, dan kondisi budaya.

Kedua mengetahui sejarah atau background serta kronologis konflik yang pernah

terjadi di suatu kabupaten atau wilayah tertentu. Ketiga, mendeteksi fase konflik

yang meliputi analisis terhadap tingkat eskalasi atau de-eskalasi.


2. Therapist Self Awareness of Spirituality

Nuraini (204) mengemukakan bahwa terapi self awareness berbasis spiritual

dimaksudkan untuk membantu individu memberikan fokus perhatian pada diri

sendiri, dan memahami seluruh keadaaan eksternal maupun internal pada dirinya.

Dengan adanya kesadaran tersebut, setiap individu dapat mengembangkan potensi

dan kekuatan untuk menciptakan hidupnya, serta bertanggung jawab tentang siapa

dirinya dan bagaimana ia bertingkah laku. Untuk mencapai kesadaran secara utuh,

seseorang harus mengembangkan setiap lapisan kesadarannya secara sempurna di

segala aspek kehidupaannya, yaitu fisik, pikiran, dan jiwanya. Ketika individu

menyadari self awarenessnya, individu akan menyalurkan energi secara terkendali.

Pendekatan terapi self awareness berbasis spiritual bertujuan untuk mengubah sudut

pandang saat menghadapi permasalahan, dan meningkatkan rasa cinta serta

kepedulian pada diri sendiri maupun orang lain.

3. Problem Tree Analysis

Problem tree analysis adalah suatu metode untuk untuk mengidentifikasi dan

menganalis masalah dengan menggambarkan rangkaian hubungan sebab akibat

dari beberapa faktor yang saling terkait. Terdapat dua model dalam membuat pohon

masalah. Model pertama, pohon masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah

utama pada sebelah kiri dari gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya persoalan

tersebut ditempatkan pada sebelah kanannya (arah alur proses dari kiri ke kanan).

Model kedua, pohon masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah utama

pada titik sentral atau di tengah gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya


persoalan tersebut ditempatkan di bagian bawahnya (alur ke bawah) dan akibat dari

masalah utama ditempatkan di bagian atasnya (alur ke atas)..

DAFTAR PUSTAKA

Adeyemi, B. A., & Salawudeen, M. O. (2014). The place of indigenous proverbs in


peace education in nigeria: Implications for social studies curriculum. International
Journal of Humanities and Social Science, 4(2), 186-192.
Anand. M. (2004). Factors influencing dividend policy decisions of corporate india. The
ICFAI Journal of Applied Finance, 10(2), 5-16.
Anderson, R. (2004). A definition of peace. Peace and Conflict: Journal of Peace
Psychology, 10(2), 101–116. doi:10.1207/s15327949pac1002_2. 

Feriyanto, F. (2018). Nilai-nilai perdamaian pada masyarakat multikultural. Hanifiya:


Jurnal Studi Agama-agama, 1(1), 20-28.

Galtung, J. (1999). Cultural violence. New York: St. Martin’s Press.

Nuraini, K. (2014) Pemberian terapi transpersonal pada individu yang memiliki masalah


dengan self awareness.Skripsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Lestari, M. (2017). Restrukturisasi pendidikan awal perdamaian di sekolah. In Prosiding


Seminar Bimbingan dan Konseling, 1(1), 167-279.

Asnawi., & Safruddin, (2003). Studi perdamaian: Perdamaian dan konflik


pembangunan dan peradaban. Surabaya: Pustaka Eureka.

Richmond, O. P. (2008). Peace in international relations. Abingdon: Routledge.


Salsabiela, A. (2012). Hubungan antara konsep diri dan perilaku damai pada mahasiswa.
Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sumartana. (2002). Pluralisme, konflik dan perdamaian studi bersama antar iman.
Yogyakarta: Institut DIAN/Interfidie.
Tim CEWERS Institut Titian Pendidikan. (2012). Panduan pelembagaan sistem
peringatan dan tanggap dini konflik di Indonesia. Jakarta: Peace Through
Development-BAPPENAS.

____,2008. Modul pola kerja terpadu.Lembaga Administrasi Negara.

Anda mungkin juga menyukai