4. Anita (P20624221070)
---------
Tagihan I
Pelajari dari beberapa sumber ( 3 sumber) tentang konsep humaniora, identifikasi
ciri-cirinya, lalu buat simpulan makna dari humaniora ( isi ± ¼ halaman)
Nama pengarang dan ciri-ciri Humaniora menurut (Ignas Kleden, 1987:72)
tahun
1. Jalan untuk mendekati kenyataan melalui
pemahaman 2.artiUjian terhadap salah benarnya
pemahaman tersebut 3.dilakukan melalui
interpretasiPemahaman
4. selalu dimulai dari pra-pengertianKomunikasi akan
semakin intensif
5.apabila akan diaplikasikan kepada diri sendiri
(Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar atau basic humanities tidaklah identik
Supartomo. 2004) dengan the humanities atau pengetahuan budaya yang
mencakup keahlian filsafat dan seni yang dapat dibagi-bagi
lagi ke dalam berbagai bidang keahlian seperti seni sastra,
seni tari, seni rupa, dan lain-lain.
(Hariadi, 2005) Ilmu Humaniora merupakan bagian dari filsafat yang
mempelajari nilai baik-buruk, benar-salah, pantas-
tidak pantas dalam kehidupan manusia dalam
berinteraksi dengan manusia dan lingkungannya.
Simpulan
Daftar literatur
Tagihan II
Jelaskan dengan singkat ke 8 konsep di bawah, lalu kaitkan dengan bagaimana
sikap dan peran bidan, agar mampu memanusiakan manusia dalam menjalankan
profesinya, ( isi ± ½ halaman)
Kompenen Diskripsi singkat konsep dan sikap bidan
humanisme
Manusia & Kasih Manusia & Kasih sayang Pengertian kasih sayang
sayang menurut kamus umum bahasa Indonesia karangan W.J.S
Poerwadaminta 1952 yaitu perasaan sayang, perasaan cinta
atau perasaan suka pada seseorang. Dalam berumah tangga
kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang
ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Dalam kasih
sayang sadar atau tidak dituntut tanggung jawab,
pengorbanan,kejujuran, saling percaya, saling pengertian,
saling terbuka, sehingga keduanya merupakan suatu
kesatuan yang utuh.Bidan harus memberikan asuhan
dengan penuh kasih sayang kepada klien karena itu akan
membuat klien merasa lebih nyaman saat di beri asuhan
Manusia & Penderitan Penderitaan adalah keadaan yang menyedihkan yang harus
ditanggung seseorang, atau sekelompok orang. Penderitaan
merupakan fenomena yang bersifat universal, yang dapat
menimpa atau dialami oleh siapapun baik secara pribadi,
kelompok atau golongan orang. Sebagai mahluk
biopsiklogis, penderitaan dapat bersumber dari unsur
jasmaniah atau fisik, bisa pula dari unsur psikologis, atau
berbarengan kedua-duanya. Oleh sebab itu penderitaan
fisik dapat berdampak psikis seseorang, atau sebaliknya
penderitaan psikis dapat berdampak pada aspek psikis.
Ada pepatah yang mengatakan, mensana in coporesano’
(di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat‟. Ini
menunjukkan bahwa kesehatan fisik akan mempengaruhi
kesehatan jiwa, dan sudah barang tentu sebaliknya.
Peka, empati dan simpati, serta ditindak lanjuti dengan
perbuatan yang altruasi (ikhlas) semata-mata untuk
mengurangi dan mengeliminasi terhadap penderitaan orang
atau sekelompok orang , merupakan salah ciri dari
tertanamnya nilai-nilai humanisme pada diri seseorang.
Biasanya jika dalam proses persalinan bayi meninggal
atau pasien melahirkan meninggal itu biasanya
menimbulkan penderitaan dan kesedihan, jadi bidan
harus bersikap menguatkan pasien maupun keluarga
pasien dan menjelaskan penyebab kematian tersebut.
Manusia & Keadilan Keadilan adalah keadaan antar manusia yang diperlakukan
dengan sama sesuai dengan hak serta kewajibannya
masing-masing (Suseno, M). Hubbes, mengatakan bahwa
ciri perbuatan yang adil adalah jika telah didasarkan pada
suatu perjanjian yang telah disepakati. Bersikap adil
kepada sesama manusia, merupakan sikap yang dapat
memperkuat kesatuan atau integritas sosial. Sebaliknya
bertindak tidak adil kepada seseorang atau sekelompok
orang, berdampak pada timbulnya benih-benih konflik
individu maupun konflik sosial Bidan harus bersikap adil
dalam memberikan asuhan atau pelayanan,
memperlakukan klien dengan sama sesuai hak dan
kewajiban mereka masing-masing.
Manusia & Tanggung Tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat yang
jawab mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi
bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu
memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila
kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan
selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap
insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar
yang menuntut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah
yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab masing-
masing individu berbeda. Rumusan nilai-nilai tersebut
dinamakan kode etik profesi, seperti kode etik profesi
bidan, dokter, guru, wartawan dan lain-lain.
Bidan harus mempunyai rasa tanggung jawab terharap
manusia misalnya jika ada yang memerlukan bantuan
persalinan bidan wajib membantunya dan menanggung
resiko apapun yang terjadi.
Simpulan
Tagihan III
Filsafat moral merupakan salah satu cabang dari ilmu filsafat, disebut juga ilmu
etika. Berapa istilah penting yang harus dipahami oleh mahasiswa tentang etika.
Jelaskan dengan singkat istilah-istilah tersebut.± ¼ halaman)
Nama pengarang dan Diskripsi dan contohnya
tahun
Etika
Etiket
Norma Moral
Norma Hukum
Hati nurani
Simpulan
Daftar literatur
Tagihan IV
Belajar budaya harus utuh, agar terasa bobot dari nilai budaya tersebut. Silahkan
kelompok angkat sebuah tradisi yang ada di komunitas Anda. Lalu analisis dan
deskripsikan ketiga unsur tradisi tersebut dengan menggunakan teori Honingman,
tentang tiga wujud kebudayaan.
Diskripsi dan identifikasi
Isi teori Honigman 1. Gagasan (wujud ideal)
(1959) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang
berbentuk kumpulan ide- ide, gagasan, nilai- nilai,
normanorma, peraturan, dan sebagainya yang
sifatnya abstrak; tidak dapat diraba dan disentuh.
2. Aktivitas (Tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai
suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut
dengan sistem sosial. sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas- aktivitas manusia yang saling
berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola- pola
tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret, dan terjadi dalam keidupan
sehari- hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan.
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang
berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat berupa benda-
benda atau hal- hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara
ketiga wujud kebudayaan.
Contoh Muludan tradisi Cirebon
Tradisi/budaya Muludan merupakan upacara adat yang
dilaksanakan setiap bulan Mulud (Maulud) di Makam
Sunan Gunung Jati. Kegiatan ini bertujuan untuk
membersihkan /menyuci Pusaka Keraton yang dikenal
dengan istilah ”Panjang Jimat”. Tradisi Upacara
Panjang Jimat ini secara etimologis berasal dari kata
“Panjang” yang bermakna tanpa batas seumur
manusia, dan “Jimat” sebuah singkatan dari bahasa
Jawa Cirebon yaitu “Ji” atau siji yang berarti satu dan
“mat” atau dirumat bermakna selalu dipelihara atau
dijaga. Jadi, panjang jimat dapat diartikan bahwa
sebagai seorang muslim itu harus memiliki pegangan
yaitu syahadat yang harus dijaga dan dipelihara.
Kegiatan ini dilaksanakan setiap tanggal 8-12 Mulud.
Sedangkan pusat kegiatannya berada di sekitar Keraton
Kasepuhan. Menjelang hari perayaan kelahiran Nabi Besar
Muhammad SAW. Sebulan sebelumnya di alun-alun
keraton Kasepuhan dan Kanoman dibuat lapak-lapak
tempat orang berjualan pakaian, mainan dan makanan,
menyediakan jasa ramal, menyediakan arena permainan
anak, dan lain-lain.
Ideas Tradisi upacara Panjang Jimat ini telah ada sejak
zaman dahulu lebih tepatnya sejak para wali songo
memimpin dan sejak berdirinya keraton yakni kurang
lebih sekitar tahun 1430 M dan dilanjutkan para abdi
dalem keraton yang dilaksanakan hingga sekarang.
activities Tradisi upacara panjang jimat ini terus mengalami
perubahan dari masa ke masa. Perbedaannya pada
zaman dahulu hanya terbatas pada kalangan intern
keluarga dan kerabat sultan saja dan masyarakat biasa
tidak dapat mengikuti prosesi upacara ritual panjang
jimat tersebut. Tetapi setelah itu, sekarang ritual
muludan (panjang jimat) telah banyak mengalami
perkembangan dan menyesuaikan dengan perubahan
zaman yang memperbolehkan masyarakat dapat
menyaksikan acara tersebut.
artefact Panjang Djimat sendiri berupa piring lodor besar
buatan china yang berdekorasi Kalimat Syahadat
bertulisakan huruf Arab yang diyakini dibawa
langsung oleh Sunan Gunung Djati. Adapun dari segi
bangunan keraton, di depan maupun di luar bangunan
Keraton terdapat sebuah bangunan bergaya Bali yang
disebut dengan Balai Maguntur yang terbuat dari batu
merah. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat
kedudukan saat Sultan berpidato atau menghadiri
upacara, seperti apel prajurit atau menyaksikan
penabuhan gamelan Sekaten. Di keraton ini masih
terdapat peninggalan Sunan Gunung Jati, seperti dua
buah kereta bernama Paksi Naga Liman dan Jempana
yang masih terawat baik dan tersimpan di museum.
Tidak jauh dari kereta, terdapat bangsal Jinem atau
pendopo untuk menerima tamu, juga tempat
penobatan Sultan dan pemberian restu sebuah acara
seperti Maulid Nabi. Di bagian tengah keraton,
terdapat kompleks bangunan bernama Siti Hinggil. Di
depan keraton juga terdapat alun-alun yang berfungsi
sebagai tempat berkumpulnya warga sekitar, atau
tamu yang hendak menghadap Sultan Anom
Simpulan
Dari bahasan diatas sebelumnya dapat disimpulkan bahwa indonesia memiliki
banyak budaya lokal salah satunya cirebon dan negara-negara yang lainnya karena
itu, budaya lokal harus dijaga agar dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa.
Selain itu juga kita harus memahami arti dari kebudayaan itu sendiri serta
menjadikan keanekaragaman budaya yang ada di indonesia maupun lokal sebagai
sumber kekuatan untuk ketahanan budaya bangsa dan juga masyarakat berperan
penting dalam pelestarian keanekaragaman budaya lokal maupun budaya
bangsa.Selain itu,diperlukan pula antisipasi atau cara-cara agar budaya lokal dan
budaya bangsa tidak hilang serta tidak bercampur dengan budaya asing.
Daftar literatur
AY Priyanto. (2016). Pencarian Relasi Objek-objek Warisan Budaya Indonesia
Berdasarkan Keterkaitan Informasi Temporal dengan Menggunakan
Ontologi. Thesis. Tempat:Institut Teknologi Sepuluh Nopember
E Mayangsari. (2016) . Tradisi Upacara Pnajang Jimat Keraton Kesepuhan Sebagai
Aset Budaya Lokal Kota Cirebon Dalam Pelestarian Budaya Bangsa.
[online]. Tersedia pada :
https://ejournal.upi.edu/index.php/civicus/article/download/2913/194
2
UA Mukmin. (2020). Pendidikan karakter berbasis kearifan lokal: Kajian
terhadap nilai-nilai karakter Islam di Keraton Kasepuhan dan
Kanoman Cirebon. [online]. tersedia pada:
http://digilib.uinsgd.ac.id/33908/4/BAB%20I%20k.pdf
Tagihan V
Identifikasi bagaimana menerapkan nilai-nilai religius dalam praktik kebidanan, baik
dalam menghadapi cilient secara individu, maupun dalam konteks masyarakat luas.
(± ½ halaman)
Indikator nilai Deskripsi singkat
religius
Menurut Endah, setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang
(2015) dapat dipercayakan kepadanya kecuali bila diminta oleh
1. Dapat pengadilan atau sehubungan kepentingan klien.
Dipercaya
(amanah)
2. Jujur dalan bidan harus mempunyai sikap jujur dalam perkataan
perkataan dan maupun perbuatan dalam melaksanakan tugasnya.
Perbuatan
Menurut Ririn, (2017) Setiap bidan harus adil tidak boleh membedakan bedakan
3. Adil pasiennya.
Menurut Arimbi, Pada saat ada pasien yg ingin melahirkan dan kesakitan
(2014) ada-ada saja tingkahnya rasa sakit yang mereka rasakan itu
4. Sabar dalam yang membuat emosi mereka jadi tidak stabil dan kita
menghadapi sebagai seorang bidan harus mempunyai sifat-sifat sabar
klien kita, harus bisa menenangkan pasien dan diri kita sendiri.
5. Bertanggung bidan harus bertanggung jawab terhadap semua perbuatan
jawab dalam yang dilakukan maupun keputusan yang dibuat dalam
kengambil memberikan jasa pelayanan kebidanan.
keputusan
Simpulan
Dalam Menjalankan Tugasnya bidan harus mempunyai tingkah laku dan akhlak
seperti amanah, jujur, bertanggungjawab, dan sabar. Seperti kita lihat sekarang ada
bidan yang salah dalam menjalankan tugasnya misalkan melakukan aborsi tindakan
seperti inilah yg tidak sesuai dengan kode etik bidan.
Daftar literatur
Astuti, W.Endah.(2015).”Konsep Kebidanan dan Etikolegal dalam Praktik
Kebidanan”. Jakarta Selatan: Kebayoran Baru.
Diah, Arimbi.(2014).” Etikolegal dalam Praktik Kebidanan”. Jawa Timur:
Ponorogo.
Ratnasari, Ririn.(2017).” Etikolegal Kebidanan”. Yogyakarta: Pustaka Rihana.