Anda di halaman 1dari 13

Laporan PKL Tahun 2021

PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA BALITA


DI MASYARAKAT Wilayah Majasem Kota Cirebon
(Studi Etnografi Mikro Sosial Budaya Pemberian Asi Eksklusif )

Kelompok 5 Kelas IB
Airiza Anisa, Anita, Dhea Rachmawaty, Leydi Azzahra, Rizqa Premadhanti H.W

Dosen Pembimping
Dr. Iin Basyari, M.Pd dan Suratmi, SST,M.Keb

ABSTRAK

Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui sejarah dan geografi, sosial budaya, persepsi
tentang program keberhasilan pemberian ASI Eksklusif dan pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI Eksklusif yang dilakukan dengan penelitian atau pengamatan pada saat
bersamaan di Wilayah Majasem RT.03. Fokus studi PKL adalah tentang latar belakang
historis,geografi, sosial budaya , persepsi masyarakat pada program pemberian ASI
Eksklusif, serta peran orang tua dalam pemberian ASI Eksklusif kepada bayi dari 0-6 bulan
di Wilayah Majasem RT.03. Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kriteria subyek penelitian adalah ibu menyusui
Eksklusif pada saat ini dan tinggal di Wilayah Majasem RT.03 RW.08, jumlah subyek
penelitian adalah 6 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hal yang diduga
mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada masa sekarang adalah tingkat
informasi pengetahuan yang cukup tinggi, adanya dukungan serta pengertian suami untuk
menyusui secara Eksklusif, dan diadakannya penyuluhan-penyuluhan mengenai
pentingnya ASI Eksklusif, dan dari hasil penelitian disarankan untuk mempertahankan
bahkan meningkatkan serta mempromosikan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif di
masyarakat RT. 03 RW.08. Hasil studi adalah sebagai berikut. Pertama, latar belakang
mitologi Wilayah Majasem, latar belakang geografis (letak, luas desa, permukaan dan
penggunaan tanah, kondisi iklim dan cuaca, kondisi air serta flora dan fauna). Kedua,
kondisi social (pemerintahan, lembaga social, demografis, mata pencaharian, ekonomi).
Ketiga, persepsi masyarakat Wilayah Majasem terhadap program pemberian ASI Eksklusif
pada umumnya sangat sudah cukup baik, namun hanya setengahnya saja masyarakat yang
memberikan ASI Eksklusif pada 0-6 bulan jadi program tersebut sebaiknya membuat
penyuluhan-penyuluhan seperti posyandu, kelas ibu hamis, dan kasih mama yang harus
berjalan agar masyarakat khususnya ibu nifas dapat memberikan ASI Eksklusif.

Kata kunci: : Keberhasilan, ASI Eksklusif, Ibu Hamil, Ibu Masa Nifas.

1
A. PENDAHULUAN

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang diciptakan khusus yang keluar langsung dari
payudara seorang ibu untuk bayi. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna,
praktis, murah dan bersih karena langsung diminum dari payudara ibu. ASI mengandung
semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi di 6 bulan
pertamanya. Jenis ASI terbagi menjadi 3 yaitu kolostrum, ASI masa peralihan dan ASI
mature. Kolostrum adalah susu yang keluar pertama, kental, berwarna kuning dengan
mengandung protein tinggi dan sedikit lemak (Walyani, 2015). Kandungan ASI antara lain
yaitu sel darah putih, zat kekebalan, enzim pencernaan, hormon dan protein yang sangat
cocok untuk memenuhi kebutuhan hingga bayi berumur 6 bulan. ASI mengandung
karbohidrat, protein, lemak, multivitamin, air, kartinin dan mineral secara lengkap yang
sangat cocok dan mudah diserap secara sempurna dan sama sekali tidak mengganggu
fungsi ginjal bayi yang sedang dalam tahap pertumbuhan. Komposisi ASI dipengaruhi oleh
stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan diit ibu (Soetjiningsih, 2012). ASI dihasilkan oleh
kelenjar payudara melalui proses laktasi.
Pemberian ASI perlu karena memberikan beberapa manfaat bagi bayi antara lain,
dapat memberikan kehidupan yang baik dalam pertumbuhan maupun perkembangan bayi,
mengandung antibodi yang melindungi bayi dari penyakit infeksi bakteri, virus, jamur, dan
parasit, mengandung komposisi yang tepat karena kandungan ASI diciptakan sesuai
dengan kebutuhan bayi, meningkatkan kecerdasan bayi, terhindar dari alergi yang biasanya
timbul karena konsumsi susu formula, bayi merasakan kasih sayang ibu secara langsung
saat proses menyusui, dan ketika beranjak dewasa akan mengurangi risiko untuk terkena
hipertensi, kolesterol, overweight,
obesitas dan diabetes tipe 2. Bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif akan lebih rentan
untuk terkena penyakit kronis, seperti jantung, hipertensi, dan diabetes setelah ia dewasa
serta dapat menderita kekurangan gizi dan mengalami obesitas. Pemberian ASI eksklusif
selain bermanfaat bagi bayi juga bermanfaat bagi ibu diantaranya sebagai kontrasepsi
alami saat ibu menyusui dan sebelum menstruasi, menjaga kesehatan ibu dengan
mengurangi risiko terkena kanker payudara dan membantu ibu untuk menjalin ikatan batin
kepada anak. Pemberian ASI dapat membantu mengurangi pengeluaran keluarga karena
tidak membeli susu formula yang harganya mahal (Walyani, 2015).

2
Proses pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0–6 bulan
disebut ASI eksklusif. ASI Eksklusif yang dimaksud yaitu bayi tidak diberikan apapun,
kecuali makanan yang langsung diproduksi oleh ibu yaitu ASI (Yuliarti, 2010). World
Health Organization (WHO) dan United Nation Childrens Fund (UNICEF)
merekomendasikan sebaiknya anak hanya diberi air susu ibu (ASI) selama paling sedikit
enam bulan pertama dalam kehidupan seorang bayi dan dilanjutkan dengan makanan
pendamping yang tepat sampai usia 2 tahun dalam rangka menurunkan angka kesakitan
dan kematian anak. Kadangkala ibu mendapatkan informasi yang salah tentang manfaat
ASI eksklusif, mengenai cara menyusui yang benar, dan apa yang harus dilakukan bila
timbul kesukaran dalam menyusui. Proses pemberian ASI bisa saja mengalami hambatan
dikarenakan produksi ASI berhenti (Febriyanti, Rosalina dan Dwi Ernawati, 2015).
Hambatan dalam pemberian ASI Eksklusif antara lain ASI keluar sedikit, ibu takut
payudara turun, dan ibu bekerja. Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan ASI
eksklusif antara lain faktor pengetahuan, faktor meniru teman, faktor sosial budaya, faktor
psikologis, faktor fi sik ibu, faktor perilaku, faktor tenaga kesehatan (Soetjiningsih, 2012).
Faktor pengetahuan dan informasi yang didapat akan mempengaruhi niat seorang ibu
untuk memberikan ASI Eksklusif. Faktor yang berpengaruh terhadap niat ibu hamil dalam
memberikan ASI Eksklusif yaitu usia kehamilan, norma sosial, pekerjaan ibu, dan
pengalaman menyusui ibu (Jatmika, 2015).
Di wilayah Majasem RT.03 RW.08 khususnya yang dipilih menjadi lokasi
penelitian memiliki cakupan ASI Eksklusif pada Tahun 2021 sudah sebesar 80% karena
pengetahuan yang tersebar luas dan zaman yang semakin maju yang membuat pengetahuan
tentang ASI Eksklusif semakin diketahui oleh masyarakat khususnya ibu hamil dan ibu
masa nifas dibandingkan dengan dahulu. Pemahaman masyarakatnya juga sebagian sudah
memahami pentingnya pemberian ASI Eksklusif, hanya saja beberapa ibu pada masa nifas
masih memiliki hambatan untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dikarenakan
ASI tersebut tidak keluar atau hanya keluar sedikit dan digantikan dengan susu formula.
Upaya pemberian penyuluhan ASI Eksklusif yang diberikan lewat bidan desa
sekitar dan adanya posyandu yang rutin dilakukan selama 3 bulan sekali sudah berjalan
dengan sangat baik tetapi dikarenakan masa sekarang yang sedang terjadi penyebaran
Covid-19 program tersebut memiliki sedikit hambatan dan program-program penyuluhan
seperti kelas ibu hamil dan kasih mama tertunda.

3
Hasil dari penelitian menggambarkan bahwa masyarakat Majasem merupakan
masyarakat yang sangat patuh dan taat dalam mengikuti penyuluhan program ASI
Eksklusif. Kebudayaan atau ritual yang masih dilestarikan di daerah Majasem adalah
sedekah bumi dan bancakan yang dimana sedekah bumi itu sendiri merupakan tradisi yang
terjadi menjelang bulan mulud yang bertujuan untuk mensyukuri atas limpahan hasil bumi
kepada Allah SWT sedangkan untuk ritual atau tradisi yang berhubungan pada masa
kehamilan maupun setelah melahirkan sudah tidak dilakukan hanya saja diadakannya
bancakan yang dimana merupakan salah satu tradisi rasa syukur untuk menyambut
kelahiran bayi baru lahir.
Tujuan penelitian ini juga untuk memperoleh gambaran mengenai faktor yang
mendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif di daerah Majasem RT.03 RW.08,
Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon.

B. Hasil Studi Lapangan dan Diskusi


1. Gambaran Umum Wilayah Tentang Historis dan Kondisi Geografis

Awal mula terbentuknya Majasem itu dahulunya hanya terdapat 1 wilayah saja
yaitu hanya majasem tetapi dengan kesepakatan warga terdahulu, Wilayah Majasem dibagi
menjadi tiga wilayah yaitu Persil, Kedunglo, dan Majasem. Pada zaman dahulu nya,
Wilayah Majasem banyak sekali pohon asem dan jadilah lah diberi nama Majasem yang
dipakai hingga sekarang.
Dari segi Geografis kelurahan Majasem itu berada di daratan rendah, terletak ±5
meter diatas permukaan laut jadi termasuk ke dalam dataran rendah. Untuk iklim di Kota
Cirebon sendiri mempunyai macam arah angin yang pertama yaitu pada angin musim
barat dari bulan desember hingga maret, angin pancaroba dimulai dari april hingga
november, dan angin musim timur dimulai dari bulan mei hingga oktober . Wilayah
Majasem di Kota Cirebon ini termasuk daerah iklim tropis dengan suhu udara minimum
rata-rata 22,3 derajat dan maksimun rata-rata 33,0 OC dan banyaknya curah hujan hingga
hari hujan 86 hari. Untuk di Kota Cirebon khusus nya di Wilayah Majasem menurut
penduduk belum menerima curah hujan selama 3 bulan akhir ini, yang mengakibatkan
surut nya sumber air. Biasanya musim hujan berlangsung 6,5 bulan dari 24 Oktober sampai
7 Mei, dengan lebih dari 48% kemungkinan hari menjadi hari hujan. Bulan dengan hari
terbasah di Kota Cirebon adalah Februari, dengan rata-rata 22,9 hari dengan curah hujan

4
minimal 1 milimeter. Musim kemarau berlangsung 5,5 bulan, dari 7 Mei sampai 24
Oktober. Bulan dengan hari basah paling sedikit di Kota Cirebon adalah bulan Agustus, dengan
rata-rata 4,2 hari dengan curah hujan minimal 1 milimeter.

(Dokumentasi tanaman pandan dan lidah (Dokumentasi tanaman jahe untuk obat
buaya digunakan untuk pewarna makanan herbal dan dipakai sebagai bumbu dapur)
alami, dan mengobati diare sedangkan lidah
budaya digunakan untuk penyumbuhan
luka seperti goresan dan luka bakar,
sehingga bisa mengurangi peradangan pada
kulit dan digunakan untuk perawatan
rambut).

(Dokumentasi tanaman kunyit untuk (Dokumentasi sumber mata air penduduk di

5
pengobatan seperti sakit maag, Majasem RT.03 RW.08)
menurunkan berat badan)

Untuk tata guna lahan sendiri di wilayah ini biasanya di pergunakan untuk
pembangunan rumah penduduk baru dan di pergunakan juga membuat sumur atau sumber
air sendiri yang digali oleh penduduk setempat, serta dipergunakan juga untuk menanam
tanaman sayur mayur dan obat herbal.
Untuk keadaan air tanah pada umumnya dipengaruhi oleh intrusi air laut, sehingga
kebutuhan air bersih masyarakat untuk keperluan minum sebagian besar bersumber dari
pasokan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Cirebon yang sumber mata airnya
berasal dari Kabupaten Kuningan. Sedangkan untuk keperluan lainnya sebagian besar
penduduk di Wilayah Majasem diperoleh dari sumur dengan kedalaman antara 5 meter
sampai dengan 10 meter, di samping itu ada sebagian sumur yang rasanya asin karena
intrusi air laut dan air tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan air minum.
Sedangkan untuk struktur tanah di Wilayah Majasem itu sebagian subur dan
sebagian kurang produktif disebabkan karena tanah pantai yang semakin luas akibat
endapan sungai-sungai. Pada umumnya juga tanah di Kota Cirebon khususnya di Wilayah
Majasem ini adalah tanah jenis regosal yang berasal dari endapan lava dan piroklasik
(pasir, lempung, tanah liat, tupa, breksi lumpur dan kerikil). Secara umum jenis tanah yang
tersebar di Kota Cirebon ini relatif mudah untuk pengembangan berbagai macam jenis
vegetasi sehingga penduduk di Wilayah Majasem ini biasa menanam jenis sayur dan
tanaman herbal. Di Kota Cirebon juga, jika amati dari cerita orang tua zaman dahulu
Wilayah Majasem ini khusus nya di RW. 08 tidak termasuk kedalam ruang lingkup
Majasem, tetapi termasuk ruang lingkup Kedunglo dikarenakan adanya sungai yang
bernama Kedunglo. Namun setelah itu dan zaman semakin berkembang maka pemerintah
Kota Cirebon menyatukan penduduk Kedunglo dengan penduduk Majasem menjadi satu
wilayah yaitu Wilayah Majasem.
Dan untuk kebersihan lingkungan di Wilayah Majasem khususnya RT.03 RW.08
berasal dari sampah rumah keluarga dan air limbah selokan. Sampah keluarga biasanya di
koordinir oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Cirebon setiap hari dengan berkeliling setiap
pagi.
2. Sosial Budaya Masyarakat Sekitar

6
Untuk Keseluruhan Penduduk di RW.08 Majasem ±870 Penduduk yang terdiri dari
4 RT. Di Wilayah Majasem RW.08 ini juga rata-rata usia penduduk nya 19 tahun ke atas
karena penduduk yang lansianya sudah berkurang dan mayoritas mata pencahariannya itu
seorang buruh harian lepas dan seorang ibu rumah tangga tanpa berpenghasilan. Dan
masyarakat di wilayah ini rata-rata lulusan SMA sederajat, sehingga dalam pengetahuan
pendidikan dan kesehatan sangat minim tetapi terbantu sekarang dengan adanya informasi
dan pengetahuan-pengetahuan yang sudah berkembang pesat ,jadilah masyarakat di daerah
ini sudah paham mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi baru lahir
hingga usia bayi 6 bulan.
Untuk tradisi yang terkait pemberian ASI Eksklusif itu sendiri disini sudah tidak
ada paling tradisi yang masih ada turun-menurun pada masyarakatnya yaitu ada sedekah
bumi yang dimana sedekah bumi adalah untuk menciptakan rasa syukur atas limpahan
hasil bumi kepada Allah SWT yang diamana tradisi tersebut dilaksanakan menjelang bulan
mulud dan diselenggarakan di Wilayah Majasem dan kemudian berkumpul untuk
melakukan tahlilan bersama dan pulangnya membawa hasil bumi yang berbeda dari yang
dibawanya yang dimana di Wilayah Majasem ini dipimpin oleh ketua RT dan RW.
Untuk Pemberian ASI Eksklusif di daerah Majasem RT.03 RW.08 khususnya yang
dipilih menjadi lokasi penelitian memiliki cakupan ASI Eksklusif pada tahun 2021 sudah
sebesar 80% karena pengetahuan yang tersebar luas dan zaman yang semakin maju yang
membuat pengetahuan tentang ASI Eksklusif semakin diketahui oleh masyarakat
khususnya ibu hamil dan ibu masa nifas dibandingkan dengan dahulu. Adapun upaya
dalam pemberian penyuluhan ASI Eksklusif yang diberikan lewat bidan desa sekitar dan
adanya posyandu yang rutin dilakukan selama 3 bulan sekali sudah berjalan dengan sangat
baik tetapi dikarenakan masa sekarang yang sedang terjadi penyebaran Covid-19 program
tersebut memiliki sedikit hambatan dan program-program penyuluhan seperti kelas ibu
hamil dan kasih mama tertunda.

3. Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif Pada Masyarakat Majasem


ASI Eksklusif itu salah satu bagian paling penting pada petumbuhan dan
perkembangan tumbuh bayi yang dimana dilakukan intensif secara terus menerus tidak
diberikan dengan makanaan yang lainnya mualai dari lahir 0-6 bulan. Pada hasil dari
penelitian di Wilayah Majasem khususnya di RT.03 RW.08 keadaan pengetahuan ibu

7
tentang ASI eksklusif di wilayah sini sudah banyak yang mengetahui pentingnya ASI
Eksklusif yang mana hal ini sesuai dengan penuturan oleh seorang bidan desa yang
mengatakan:
“.….ya kalau disini sih sebagian besarnya sudah pada ngerti ya untuk masalah ASI
Eksklusif terus juga sekarang mah masyarakatnya udah ngerti kalau setelah lahir
bayinya itu di taruh di dada (IMD)”

Penelitian Kurniawati (2014) juga menyatakan bahwa dukungan ayah/suami sangat


penting dalam keberhasilan perilaku menyusui terutama untuk ASI Eksklusif. Motivasi ibu
akan bertambah jika mendapat dukungan dari suami untuk menambah kepercayaan dirinya
untuk dapat melakukan pemberian ASI Eksklusif. Motivasi ibu akan bertambah jika
mendapat dukungan dari suami untuk menambah kepercayaan dirinya untuk dapat
melakukan pemberian ASI Eksklusif. Dari hasil penelitian Astuti 2016 menunjukkan
bahwa lama waktu bekerja ibu berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif karena
semakin lama jam kerja ibu maka semakin sedikit juga waktu yang diberikan untuk
bayinya, sehingga ibu cenderung untuk memberikan susu formula. Adapun juga hambatan
untuk mencapainya keberhasilan pemberian ASI Eksklusif itu sendiri yang dimana
faktornya itu biasanya berasal dari ibu bekerja, keluarga, sosial budaya, dan lainnya yang
dimana hasil tersebut sesuai dengan penuturan seorang bidan desa dan masayarakat yang
mengatakan :
“.….. faktornya itu ya beragam yaa bisa dari keluarga, terus juga bisa dari
budaya ,kadang kalau gitu bidannya juga sudah pinter-pinter sekarang kalau ngasih
tau jangan kasih apa-apanya sampe 6 bulan…. kan kadang yah orang-orang tuanya
kan kadang disuruh diolesin apa-apa gitu” (bidan).

“.….ya kalau saya ya hambatannya paling kalau saya kurang asupan makan, ASI
nyakan keluarnya sedikit dan sayanya juga sibuk karna jualan tetapi tetap si dede
dikasih asi cuman karena keluarnya sedikit jadi di kasih susu formula” (warga
setempat)

Keputusan menteri kesehatan RI NO. 450/ MENKES/SK/IV/2004 menyebutkan


bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi paling sesuai
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik
untuk bayi, tidak satu pun makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena ASI sendiri
mempunyai banyak mengandung asupan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan

8
yang meliputi tiga aspek yaitu aspek gizi, aspek kekebalan dan aspek kejiwaan yang
berupa jalinan kasih sayang yang penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan
anak (DEPKES RI, 2003). ASI juga mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi
dalam 4–6 bulan pertama kehidupan, sehingga dianjurkan pada masa ini bayi hanya
diberikan ASI. kandungan protein dan lemak sesuai untuk bayi dan dalam jumlah yang
tepat. ASI mengandung lebih banyak laktosa (gula susu) daripada susu lainnya dan laktosa
merupakan zat yang diperlukan manusia. ASI juga mengandung vitamin yang cukup bagi
bayi, sehingga sebenarnya bayi tidak memerlukan vitamin tambahan dalam 6 bulan
pertama. Dan ASI juga mengandung zat besi dalam jumlah yang optimal, dan bentuk yang
mudah diserap oleh usus bayi. ASI pula dapat memberikan kecukupan air bagi bayi bahkan
pada iklim yang panas. ASI juga mengandung garam, kalsium dan fosfat dalam jumlah
yang tepat (DEPKES RI, 2003) yang dimana hasil tersebut sesuai dengan penuturan
seorang bidan desa yang mengatakan :
“.…. ya memang ASI sendiri kan selain banyak manfaat yang baik bagi badan anak
juga bagus untuk pertumbuhan dan perkembangan anak ya…. kan juga di dalam
ASI juga banyak sekali tuh kandungan-kandungan nya mulai dari vitamin-vitamin,
terus juga ada juga mengandung mineral, zat besi, zinc, dan juga kalsium jadi
sayang kalau kan dikasih susu formula kan.. ya walaupun sama tapi ya ada aja yang
berbeda nya tuh entah dari jalinan perasaan sama anaknya juga kan bisa didapat
dari pemeberian ASI kan terus juga dari kekebalan tubuhnya juga pasti berbeda”.

Sedangkan tradisi itu sendiri sangat berperan penting dalam pengaruh pemberian
ASI Eksklusif dengan mengandalakan kepercayaan masayarakat pada suatu kebudayaan
yang turun-menurun dari sejak dahulu, namun pada hasil dari wawancara yang dilakukan
di Wilayah Majasem itu untuk tradisi sendiri yang masih dilaksanakan di wilayah tersebut
adalah sedekah bumi yang di mana sedekah bumi itu sendiri adalah untuk mensyukuri atas
limpahan hasil bumi yang telah diberikan oleh Allah SWT yang dilakukan pada awal bulan
mulud, tetapi dalam tradisi pada masa kehamilan dan setelah persalinan, di daerah ini
sudah tidak ada lagi tradisi maupun ritual tertentu tetapi hanya mengadakan bancakan saja
ketika menyambut bayi baru lahir yang bertujuan untuk lebih meningkatkan rasa syukur
dengan membagikan nasi kepada warga sekitar yang hal ini sesuai dengan penuturan oleh
masyarakat sekitar yang mengatakan:
“.….kalau disini sudah tidak ada ya untuk ritual-ritual seperti itu, paling biasanya
mah bikin nasi gitu yaa… bisa disebut bancakan lah yaa kalau terkenal

9
disininya…” (warga setempat).

Dengan kondisi tersebut, permasalahan tentang pemberian ASI Eksklusif pada


masayarakat Wilayah Majasem semakin baik tetapi hanya saja sebagian ibu nifas yang
masih melaksanakan program ASI Eksklusif tersebut. Untuk itu, perlu dibuat suatu upaya
untuk mengatasikan masalah kesehatan terutama yang berkaitan dengan upaya pemberian
ASI Eksklusif secara berkala. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
tentang pentingnya ASI eksklusif merupakan salah satu upaya yang bertujuan untuk
mendorong penurunan tingkat gizi buruk pada bayi. Sedangkan menurut penelitian dari
Kartika dkk. 2013 bahwa upaya peningkatan pemberian ASI Eksklusif dapat melalui
pendekatan kepada suami dengan mengubah persepsi akan pentingnya ASI Eksklusif.
Salah satunya dengan meningkatkan pengetahuan pada suami tentang manfaat dan
kerugian pemberian ASI Eksklusif.
Komponen terpenting bagi seseorang dalam melakukan tindakan atau perilaku
adalah pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap obyek
kesehatan. Upaya untuk membantu meningkatkan pengetahuan pentingnya ASI Eksklusif
dilakukan dengan cara membangun komunikasi efektif. Pendekatan melalui komunikasi
efektif dilakukan untuk mempengaruhi, mengajak, serta merubah pola pikir masyarakat
terhadap kesehatan kearah yang lebih baik (Mulyana, 2004)
Dengan pendekatan komunikasi diharapkan juga dapat mempengaruhi sikap,
kesadaran, pengetahuan dan norma sosial yang kesemuanya berperan sebagai pedoman
dalam perubahan perilaku hidup sehat. Adapun bisa menggunakan dengan program-
program tentang seputar ASI contohnya seperti diadakannya Kelas Ibu Hamil, Posyandu
dan lain-lainnya seperti yang sesuai dengan penuturan oleh bidan desa yang mengatakan:
“.…. ya bisa diakannya Kelas Ibu Hamil, Posyandu, bahkan sekarang seharusnya
program Kasih Mama itu berjalan, sayangnya kondisi sekarang masih tidak
memungkinkan untuk menjalankan program tersebut yang dimana kondisi sekarang
kan sedang terjadi penyebaran covid-19 jadi semua programnya harus tertunda
deh…”

Pola dalam pemberian ASI Eksklusif dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor: yaitu
faktor eksternal, internal dan penguat (reinforcing). Faktor eksternal meliputi sosial
budaya, informasi dan promosi, peran petugas kesehatan, dan karakteristik bayi seperti
bayi lahir premature, lahir kembar, bayi dengan penyakit bawaan. Sedangkan faktor

10
internal meliputi demografi, ekonomi, fisiologis ibu dan pengetahuan ibu. Pada tahun 2002
juga Dapartemen Kesehatan melakukan upaya dalam mendukung peningkatan pola
pemberian ASI Eksklusif yang dimana ada beberapa program antara lain: pengembangan
legislasi dengan tujuan untuk mengembangkan dan menerapkan peraturan perundang-
undangan yang mendukung Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI), penyusunan
standar pelayanan minimal (SPM), menyediakan fasilitas menyusui yang bertujuan
mendukung pelaksanaan PP-ASI bagi ibu menyusui yang sedang dalam perjalanan, di
tempat-tempat umum seperti pertokoan, terminal angkutan dan rumah sakit.

C. SIMPULAN
Jadi pada pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Majasem awalnya hanya
terdapat 1 wilayah saja yaitu hanya majasem tetapi dengan kesepakatan warga terdahulu,
Wilayah Majasem dibagi menjadi tiga wilayah yaitu Persil, Kedunglo, dan Majasem. Pada
zaman dahulu nya, Wilayah Majasem banyak sekali pohon asem dan jadilah lah diberi
nama Majasem yang dipakai hingga sekarang.
Di Wilayah Majasem RW.08 ini juga rata-rata usia penduduk nya 19 tahun ke atas
karena penduduk yang lansianya sudah berkurang dan mayoritas mata pencahariannya itu
seorang buruh harian lepas dan seorang ibu rumah tangga tanpa berpenghasilan dan juga
masyarakat di wilayah ini rata-rata lulusan SMA sederajat, sehingga dalam masalah
pengetahuan pendidikan dan kesehatan sangat minim tetapi terbantu sekarang dengan
adanya informasi dan pengetahuan-pengetahuan seperti penyuluhan-penyuluhan kesehatan
apalagi penyuluhan ASI yang sudah berkembang pesat ,jadilah masyarakat di daerah ini
sudah paham mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi baru lahir hingga
usia bayi 6 bulan. Untuk mengenai tradisi di Wilayah Majasem ini, sebelum melahirkan
maupun setelah melahirkan sudah tidak ada hanya melakukan bancakan saja
Untuk pemberian ASI Eksklusif di daerah Majasem RT.03 RW.08 khususnya yang
dipilih menjadi lokasi penelitian memiliki cakupan ASI eksklusif pada Tahun 2021 sudah
sebesar 80% karena pengetahuan yang tersebar luas dan zaman yang semakin maju yang
membuat pengetahuan tentang ASI Eksklusif semakin diketahui oleh masyarakat
khususnya ibu hamil dan ibu masa nifas dibandingkan dengan dahulu. Hambatan-
hambatan nya sendiri bisa dari beberapa faktor yaitu faktor eksternal, internal dan penguat

11
(reinforcing). Faktor eksternal meliputi sosial budaya, informasi dan promosi, peran
petugas kesehatan, dan karakteristik bayi seperti bayi lahir premature, lahir kembar, bayi
dengan penyakit bawaan. Sedangkan faktor internal meliputi demografi, ekonomi,
fisiologis ibu dan pengetahuan ibu, bisa juga dari faktor keluarga seperti kurangnya
perhatian, kurangnya komunikasi dan sebaginya.
Dan untuk upaya pemberian penyuluhan ASI eksklusif bisa dilakukan memalui
bidan desa sekitar dan adanya posyandu yang rutin dilakukan selama 3 bulan sekali sudah
berjalan dengan sangat baik tetapi dikarenakan masa sekarang yang sedang terjadi
penyebaran Covid-19 program tersebut memiliki sedikit hambatan dan program-program
penyuluhan seperti Kelas Ibu Hamil dan Kasih Mama tertunda. Dalam permasalahan
penduduk penyebab paling utama dalam pemberian asi karena kurangnya asupan makanan
yang bergizi pada ibu, maka dari itu perlu adanya program asupan makanan yang
seimbang pada ibu. Dan juga ibu hamil harus makan-makanan yang bergizi agar sang anak
mendapatkan nutrisi yang baik dari asupan maupun dari ASI itu sendiri.

12
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, I. 2016. Determinan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui. Journal Health
Quality, 4(1).
Febriyanti, R, dan Dwi, E. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemberian ASI Eksklusif di Desa Gilang Taman Sidoarjo. Jurnal Keperawatan.
2014/2015: pp 7-10. [online]. Tersedia pada : https://adoc.pub/analisis-
faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-pemberian-asi-ekskl.html (16 oktober 2021)
Jatmika, S. E. D. 2015. Norma Masyarakat Untuk Meningkatkan Niat Ibu Hamil Dalam
Memberikan ASI Eksklusif. Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”,volume 9 No. 2
(hal 199-201)
Kartika dkk. (2013). Gambaran tingkat Pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di Desa
Butuh Kecamatan Tenggaran Kabupaten Semarang. Prosiding seminar nasional &
internasional. [online]. tersedia pada :
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1437
(16 oktober 2021)
Kementerian Kesehatan RI. (2014). “Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
450/MENKES/ SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
Eksklusif pada Bayi Indonesia” [online]. Tersedia pada :
www.gizi.depkes.go.id/download/pekanasi-2010.pdf (20 Oktober 2021).
Kurniawati, T. 2014. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB. Jakarta: EGC.
Mulyana, Dedy. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Purwiyanti, Evi .(2011).Studi Tentang Keberhasilan Pemberian Asi Pada Daerah Dengan
Cakupan Asi mencapai > 80% (Studi Kasus di desa Paulan Kecamatan Colomadu
Kabupaten Karanganyar). [online]. Tersedia pada :
http://lib.unnes.ac.id/5889/ (14 oktober 2021)
Yusrina, Arifah. (2016). Faktor Yang Mempengaruhi Niat Ibu Memberika Asi Eksklusif
Di Kelurahan Magersari Sidoarjo. Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 (hal 11-21)

13

Anda mungkin juga menyukai