Anda di halaman 1dari 5

ANEURISMA OTAK

RESUME ANEURISMA OTAK


PIB KUDUS PARI JAWA TENGAH
1.PENDAHULUAN
Aneurisma merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani aneuyrisma (ana :
across, eurys : broad) yang berarti dilatasi abnormal dari sebuah arteri. Aneurisma
serebral (otak) meliputi sirkulasi otak bagian anterior dan bagian posterior.
Aneurisma otak seringkali menimbulkan kematian mendadak akibat lemahnya
dinding pembuluh darah dengan berbagai sebab yang melatar belakanginya. Akibat
pecahnya pembuluh darah tersebut maka terjadilah perdarahan otak dan hematom
intracranial yang disebut stoke hemoragik / perdarahan subarachnoid, dengan
berbagai akibat lanjutan, mulai dari yang ringan hingga berat berupa kematian.
Adapun gejala yang paling dominan adalah sakit kepala.
Pembuluh Aneurisma otak adalah suatu kelainan pada dinding darah otak dimana
terdapat kelemahan yang mengakibatkan terbentuknya tonjolan / pada daerah
tersebut yang amat riskan terjadi ruptur tiba-tiba. Tonjolan tersebut sering terlihat
seprti berry yang tergantung pada batangnya.
2.ETIOLOGI
Aneurisma otak bisa menyerang siapa saja tapi secara umum mengenai dewasa
muda dekade dua ke atas. Prosentasenya sekitar 5% dari seluruh orang dewasa.
Perbandingan antara yang pecah dan tidak pecah adalah 5:3. Penyebab utama
masih kontroversi diduga kuat : kelainan bawaan, hipertensi, emboli, infeksi dan
trauma. Aneurisma bisa terjadi pada pembuluh darah otak dimana saja, tetapi yang
paling sering yaitu pada arteri dasar otak. Beberapa faktor resiko yang dapat
menyebabkan kelemahan dinding arteri, hingga menyebabkan terbentuknya
aneurisma antara lain : usia yang lebih tua, hipertensi, merokok, arteriosclerosis,
cidera kepala, infeksi dan lain-lain.
3.PATOFISIOLOGI
Adanya penipisan dinding pembulih darah pada lapisan tunika media
mengakibatkan penonjolan ditempat tersebut akibat desakan tekanan darah.
4.KOMPLIKASI
Ketika aneurisma pecah terjadi perdarahan beberapa detik saja tetapi karena terjadi
pada arteri maka hematom yang terbentuk cukup banyak sehingga menyebabkan
penekanan pada otak dan tekanan intracranial meningkat. Akibatnya terjadi
hipoksia otak yang menyebabkan penurunan kesadaran dan bahkan kematian.
5.TATA LAKSANA ANEURISMA OTAK

Ada dua cara pengobatan aneurisma otak, yaitu melalui tehnik intervensi
pembedahan dan radiologik yang pemilihannya tergantung pada :
ukuran aneurisma
bentuk aneurisma
lokasi aneurisma
Pembedahan menggunakan tehnik klipping untuk menjepit leher aneurisma. Untuk
intervensi radiologik adalah dengan menggunakan kateter dan memasukkan balon
atau coil untuk menyumbat aneurisma.
6.EVALUASI IMEJING ANEURISMA SEREBRI
Penilaian imejing untuk identifikasi aneurisma serebri meliputi :
1.Visualisasi perdarahan subarakhnoid.
2.Konfirmasi ukuran, lokasi dan morfologi aneurisma serebri.
3.Evaluasi Vaskularisasi serebral meliputi : spasme pembuluh darah,
atherosklerosis, pergeseran (displacement)
4.Penilaian dinding aneurisma.
5.Penilaian kelainan patologis otak lain yang menyertai aneurisma serebri.
Pemeriksaan CT Scan
CT Scan sangat baik dalam mengidentifikasi perdarahan intraventrikel (dijumpai
pada 13-28 % kasus aneurisma), hematoma parenkim, dan hematoma subdural
yang sering dijumpau pada kasus-kasus perdarahan subarakhnoid.
Sensitivitas pemeriksaan CT dapat mengidentifikasi adanya aneurisma serebri
dengan diameter 5 mm atau lebih dengan baik, sedangkan untuk diameter 3-5 mm
identifikasi mencapai 60-70%, sedangkan untuk aneurisma besar / Giant memiliki
ketepatan mencapai 100%.
Ciri-ciri aneurisma serebri yang dapat dinilai dengan pemeriksaan CT meliputi
sebagai berikut:
area dengan densitas meningkat, focal yang berasal dari darah diluminal.
area elongatio / globular focal dari penyangatan kontras.
kalsifikasi didinding aneurisma.
clot / bekuan darah didalam aneurisma besar.
Aneurisma yang besar mempunyai diameter transversal 1-2,4 cm dan giant
aneurisma bisa mencapai 2,5 cm atau lebih.
Pemeriksaan MRI
Perdarahan subarakhnoid lebih dari 12-24 jam secara rutin dapat di identifikasi
dengan MRI. Pemeriksaan MRI potongan tipis dapat mengidentifikasi aneurisma
serebri dengan diameter 3 mm. Pemeriksaan dengan memakai TE short, long TR, SE
sekuens, terbaik untuk menilai aneurisma. Penyangatan kontras aneurisma tampak
jelas pada daerah lumen bagian sentral, sehingga dapat membedakan kasus

aneurisma segmen kavernosa dengan mass pituitary. MRI dapat mengidentifikasi


juga keadaan timbulnya trombus intramural pada kasus-kasus aneurisma disekting.
MRI superior dalam mengevaluasi hubungan antara aneurisma dan bagian otak
yang berdekatan (pada pemeriksaan CT sering timbul artefak pada fossa posterior).
Hal ini diperlukan untuk menentukan lokasi aneurisma yang ruptur, bagian
intraparenkim yang berdekatan atau clot subarakhnoid dapat diidentifikasi. Hal ini
diperlukan untuk menentukan lokasi aneurisma yang ruptur pada kasus aneurisma
multipel, jika gejala klinis tak jelas.
MRI superior dibandingkan CT untuk lokalisasi aneurisma serebri, hubungan dengan
struktur yang berdekatan serta perubahan pada jaringan otak yang berdekatan.
MRA DAN ANGIOGRAFI
MRA baik dalam menilai aneurisma serebri (55-86%) dan sensitivitas akan
meningkat bila dikombinasikan dengan pemeriksaan MRI. MRA merupakan
pemeriksaan skrining. Pemeriksaan yang sering dipakai adalah TOF 3D. MOTSA
dipakai jika aliran lambat pada aneurisma distal (flow saturasi rendah, sehingga tak
terlihat pada TOF 3D).
Pemeriksaan MRA dikombinasikan dengan pemeriksaan MRI dapat memperlihatkan
pola aliran interna pada aneurisma besar dan giant dengan aliran cepat di daerah
perifer dan aliran yang stagnant disentral.
Kontras gadolinium I.V tidak di anjurkan dipakai untuk mengidentifikasi aneurisma
serebri, namun dapat membantu memperjelas gambaran aneurisma kecil.
Kekurangannya dapat menimbulkan artefak sehingga menimbulkan penyulitan
dalam menilai aneurisma (karena efek penyangatan pada sinus dura, vena
intracranial dan struktur intracranial).
7.TINJAUAN KASUS
a.Iliustrasi kasus
Pasien dengan keluhan pusing yang lama periksa di dokter, kemudian diminta untuk
pemriksaan CT Scan. Dari hasil pemeriksaan CT Scan dicurigai adanya aneurisma
arteri karotis interna kanan. Setelah itu pasien dirujuk untuk menjalani periksaan
MRI.
b.Peralatan yang dipergunakan
Pesawat MRI
Head coil
Peralatan imobilisasi untuk kepala
Selimut untuk pasien
c.Persiapan pasien
Pasien ganti baju dan melengkapi check list yg disediakan
Pasien supine pada meja pemeriksaan dengan pertengahan kepala didalam coil
Head alignment dan posisinya dalam coil dicek

Pasien supine , kepala dalam coil


Coil di pasang dan pasien ditanya apakah pasien merasa nyaman atau tidak
Kepala diatur shg garis interpupilary paralel dengan meja pemeriksaan dengan
kepala diatur lurus
Pasien diposisikan shg longitudinal alignment light berada di mid line, dan
horizontal alignment light melalui nasion.
Pasien diimobilisasi dengan strap dan bantalan yang tersedia.
Pasien dimasukkan dalam medan magnet dengan daerah kepala berada pd
isosenter
Pintu ditutup rapat agar tidak ada interferensi RF
d.Parameter umum untuk pemeriksaan
FOV sesuai dengan area pemeriksaan
Slice thickness 7 mm Gap 0 sampai 0,5
Banyaknya slices sesuai daerah yang discan
Matrix rectanguler bila memungkinkan 192 x 256
MRA
e.Protocol pemeriksaan
Entry data pasien
Pilih protokol yang akan digunakan yaitu head, pilih sequence yang akan dipakai
yaitu:
2 plane Scanogram ; digunakan untuk membuat dua localizer yaitu : sagital
midline dan coronal setinggi pituitary dengan parameter FOV 25 cm, thickness 5,0
mm, frequency 256, phase 128, NSA 1, TR 30, Flip angle 30 dan TE 12.
Axial T1 SE ; potongan dibuat sejajar genu corpus callosum anterior dan posterior
mencakup dari dasar cerebellum sampai dengan vertex dengan parameter ebagai
berikut : FOV 22 cm, thickness 5,0 mm, frequency 256, phase 200, NSA 4, TE 15, TR
400.
Axial Flair ; potongan, coverage dan jumlah slice dibuat sama dengan axial T1 SE
dengan mengcopy protocol sebelumnya, tetapi dengan parameter sebagai berikut :
FOV 22 cm, frequency 256, phase 200, NSA 3, TE 120, TR 8500, TI 2100.
Axial T2 FSE ; potongan, coverage dan jumlah slice dibuat sama dengan potongan
axial sebelumnya, dengan parameter sebagai berikut : FOV 22 Cm, frequency 256,
phase 200, NSA 3 , TE 120,, TR 4000.
Sagital T2 FSE ; potongan dibuat sejajar dengan midline, frequency 256, phase
200, NSA 3, TE 120, TR 4000.
MRA 3 D TOF ; dibuat potongan yang mencakup daerah a. cerebri media dengan
parameter : sequence 3D TOF frequency 200, phase 128, NSA 1, FOV 16 cm,
thickness 1,2 mm, TE 11, TR 30, dan FA 35.
f.ANALISIS HASIL
Hasil intrepretasi oleh radiologis : lesi ektra axial yang mendesak pons dari sisi

kanan, cenderung suatu aneurisma disertai trombus pada regio P1 kanan. Dari hasil
expertise radiologist dan jika dilihat pada hasil image dapat terlihat jelas adanya
aneurisma pada gambaran MRI baik pada potongan axial T1, axial T2, axial FLAIR
terlebih pada penggambaran MRA sequence 3D TOF Vasculer dengan pengolahan
MIP dapat terlihat dengan jelas adanya aneurisma pada pembuluh darah diotak.
g.KESIMPULAN
MRI dengan kekuatan magnet 0,3 Tesla dengan software yang mendukung seluruh
pemeriksaan, maka hasil gambaran yang dihasilkan sudah cukup baik dalam
membantu menegakkan diagnosa dengan berbagai sequence yang dapat
dilaksanakan.
Pemeriksaaan MRI Brain pada kasus anuerisma di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
sudah cukup baik dalam membantu menegakkan diagnosa dari aneurisma. Pada
pemeriksaan MRI Brain di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus sequence yang dipakai
meliputi :
-2 plane T2*GRE (Scanogram) - Axial T2 FSE
-Axial T1 FLAIR - Sagital T2
-langkah lebih baiknya, agar diagnosa aneurisma semakin akurat digunakan MRI
dengan tesla yang lebih tinggi sehingga imaging yang dihasilkan mempunyai citra
yang sangat baik.

Anda mungkin juga menyukai