Anda di halaman 1dari 2

Semarang, 20 November 2016

Pojok Semarang : Mengenal Satwa Penunggu Goa Kreo


Panasnya ibukota dan kemacetan yang biasa dirasakan masyarakat akhir-akhir ini kian
menjadi. Ditambah dengan volume kendaraan yang melimpah diproduksi massal. Kepenatan
tersebut membuat masyarakat membutuhkan tempat untuk refreshing baik untuk diri sendiri
ataupun quality time dengan keluarga.
Goa Kreo merupakan goa yang terbentuk oleh alam dan menjadi salah satu destinasi tepat
untuk melepaskan kepenatan khususnya yang bertempat tinggal di kota Semarang. Goa Kreo
berada di tengah tengah waduk Jatibarang, sebuah bendungan yang membendung sungai kreo,
yang selain untuk mengatasi masalah banjir juga menjadi destinasi wisata baru di Kota
Semarang. Waduk Jatibarang ini berfungsi sebagai pengendali banjir di Kota Semarang, menjaga
ketersediaan air minum, dan sebagai pembangkit tenaga listrik. Kawasan wisata lokal yang mulai
ramai pengunjung ini terletak di Dukuh Talun Kacang, Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati,
Semarang. Kemarin, Pojok Semarang yang merupakan program kerja berupa kegiatan jalan-jalan
anggota LPM Momentum memilih untuk berwisata ke Goa Kreo. Hal yang menarik yang dapat
dijumpai disana adalah kera ekor panjang (Macaca fascicularis) yang cukup jinak dan bisa
bergaul dengan para pengunjung. Namun pengunjung pun disarankan untuk berhati-hati apabila
membawa makanan karena tentu saja akan memikat kedatangan sang monyet kepada
pengunjung. Tak hanya itu, monyet yang berkeliaran disana ternyata merupakan icon legenda
Goa Kreo.
Nama Kreo diambil dari kata Kreo yang berasal dari kata mangreho atau ngreho dan
jika diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu peliharalah atau jagalah. Legenda tersebut berawal
ketika Sunan Kalijaga hendak membawakan kayu jati untuk pembangunan masjid di Demak dan
tersangkut di tebing. Saat menunggu, muncul 4 ekor kera berwarna merah, kuning, putih dan
hitam yang berniat untuk membantu Sunan Kalijaga. Ketika Sunan dan pengikutnya ingin
melanjutkan perjalanan, Sunan Kalijaga melarang kera-kera tersebut untuk mengikutinya.
Namun Sunan Kalijaga memberi wewenang lain untuk ngreho atau mangreho yang berarti
menjaga dan memelihara sungai dan goa tersebut. Pada akhirnya daerah goa yang menjadi
petilasan kejadian tersebut diberi nama Goa Kreo.

Untuk mencapai lokasi goa, terdapat warung-warung yang menjual makanan dan
minuman khas goa Kreo seperti getuk Kecok berbahan baku singkong, gula jawa dan kelapa dan
jus tape yang ditawarkan pedagang ketika pengunjung pertama kali memasuki kawasan wisata.
Seusai dtawarkan pedagang, pengunjung harus melewati jembatan dan banyak anak tangga.
Sekilas, perjalanan menuju goa ditemani oleh kera yang terlihat bebas berkeliaran yang sepintas
mirip di Uluwatu, Bali.
Rombongan anggota LPM Momentum berangkat menggunakan motor kurang lebih 40
menit dalam perjalanan dari jam setengah 9 pagi dari Tembalang. Sesampainya di Goa Kreo
rombongan pun mengabadikan pemandangan dan bermain sambil kumpul di bawah sejuknya
pepohonan untuk menikmati pepohonan sebagai akhir dari kegiatan Pojok Semarang LPM
Momentum FT di kepengurusan 2016. Kebersamaan anggota Momentum ini diharapkan dapat
menjadi contoh
Untuk jam operasionalnya sendiri, wisata goa kreo beroperasi pada pukul 06.00 -18.00
WIB dengan tiket masuk seharga Rp. 3.500,00.
Tau Goa Kreo sebenernya udah lama, dari jaman maba kayanya. Kayanya itu salah satu
destinasi andalan Semarang, Tempat nya bagus, rapih trus monyet nya juga banyak. Ga mahal
tiketnya ujar Aldo Alkausar yang merupakan salah satu pengunjung Goa Kreyo

Anda mungkin juga menyukai