Anda di halaman 1dari 17

BIOPSI

I. PENDAHULUAN
Di era modern ini, tumor ganas semakin meningkat insidensinya. Sayangnya
keganasan ini seringkali baru terdeteksi pada stadium lanjut dan fatal. Kurangnya gejala
klinis yang jelas terutama pada stadium awal membuat penentuan diagnosis secara klinis
kurang dapat diandalkan. Disinilah pemeriksaan patologis memegang peranan penting
sebagai penunjang untuk memastikan diagnosis.

Penyakit kanker dapat dideteksi sedini

mungkin dengan mempergunakan beragam alat diagnostik, mulai dari alat sederhana sampai
pada alat canggih. Pemeriksaan fisik merupakan alat diagnostik klasik dan sederhana.
Kombinasi fisik diagnostik dengan biopsi merupakan alat diagnostik yang efektif dan
efisiensi untuk pemeriksaan patologis mikroskopik.
Biopsi merupakan salah satu cara pemeriksaan patologi anatomi yang dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti suatu lesi khususnya yang dicurigai sebagai
suatu keganasan. Pemeriksaan patologi ini juga bermanfaat tidak hanya menegakkan
diagnosis dan rencana pengobatan tetapi juga untuk menentukan prognosis. Berasal dari
bahasa latin yaitu bios:hidup dan opsi: tampilan. Jadi secara umum biopsi adalah
pengangkatan sejumlah jaringan tubuh yang kemudian akan dikirim ke laboratorium untuk
diperiksa.
Biopsi kebanyakan dlakukan untuk mengetahui adanya kanker. Pemeriksaan
penunjang seperti X-ray, CT scan ataupun ultrasound dapat dilakukan terlebih dahulu untuk
mengalokasikan area biopsi. Biopsi dapat dilakukan juga dengan proses pembedahan.
Dengan demikian biopsi adalah pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosa dokter
bukan untuk terapi kanker kecuali biopsi eksisional dimana selain pengambilan sampel juga
mengangkat semua massa atau kelainan yang ada.Kemajuan teknologi radiologi yang pesat
dan merupakan mitra utama biopsi, terutama pada tumor yang terletak di rongga dada dan
rongga abdomen. Keberadaan fluoroskop-TV, ultrasonogram dan CT Scan sangat bermanfaat
dalam menuntun ujung jarum sampai mencapai massa tumor. Kemajuan teknlogi
laboratorium, tersedianya pewarnaan dan ditopanng kerja sama patologist dan radiologist,
sitologi biopsi dapat dilakukan lebih efektif dan efisien.
1

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1. Prinsip- Prinsip Biopsi

Dalam melakukan Biopsi maka harus memperhatikan prinsip-prinsip dari suatu biopsi
seperti;

Representatif,

Daerah

hemoragis-nekrosis

infeksi

dan

hancur

akibat

jepitan/penekanan harus dihindari, Hindari masage dan penekanan pada tumor, Biopsi dari
lesi kulit atau permukaan mukosa harus menyertakan jaringan sehat, Biopsi dengan lesi yang
lebih dalam harus dihindari terjadinya implantasi sel tumor pada jaringan sehat, Pada biopsi
ulang pengambilan lesi yang sama harus dihindari, Lokasi dan arah insisi pada biopi harus
diperhatikan supaya tidak mempersulit prosedur selanjutnya. . Garis insisi harus
memperhatikan rencana terapi definitif (diletakkan dibagian yang akan diangkat saat operasi
definitif), Ahli bedah harus dapat memberikan tanda petunjuk yang tepat untuk ahli patologi,
Hindari penggunaan infiltrasi lokal pada tumor, Blood-less Surgery
II.2.Terminology pemeriksaan Patologi Anatomi kasus praganas dan ganas
Displasia
Dalam bahasa latin berarti bentuk yang buruk. Merupakan bentuk paling awal
dari prakanker yang dikenal oleh ahli patologi melalui pemeriksaan biopsy. Displasia
merupakan penyimpangan sel dari keadaan normal. Sel yang mengalami dysplasia tampak
abnormal bentuknya karena terjadi gangguan dalam proses pematangan sel. Adanya
gambaran dysplasia epitel merupakan tanda karakteristik utama dari keadaan praganas.
Perubahan hanya terbatas pada jaringan epitel belum menginvasi ke jaringan lebih dalam.
Carsinoma In Situ
Carsinoma In Situ sinonim dengan dysplasia derajat tinggi sehingga resiko
untuk berubah menjadi kanker sangat tinggi. Carsinoma In Situ merupakan bentuk awal
karsinoma tanpa invasi ke jaringan sekitar atau sel neoplastik berproliferasi hanya pada
daerah sekitar tumor saja.
Carsinoma invasive
Umumnya disebut kanker , merupakan tahap akhir dari rangkaian perubahan
sel Bila tidak diobati akan menginvasi jaringan tubuh dan menyebabkan kematian.
II.3. Derajat / Stadium Klasifikasi Tumor
Mengetahui stadium tumor sangat penting artinya untuk menentukan tindakan
apa yang akan diberikan dan juga prognosis penyakit. Beberapa cara menentukan
stadium dari tumor, antara lain berdasarkan :

1. Stadium tumor berdasarkan letak topografi tumor beserta ekstensi dan


metastasenya dalam organ
a) Stadium lokal : pertumbuhannya masih terbatas pada organ semula tempatnya
tumbuh.
b) Stadium metastase regional : tumor padat telah metastase ke kelenjar limfe yang
berdekatan ( kelenjar limfe regional )
c) Stadium metastase jauh : tumor padat telah metastase pasa organ yang
letaknya jauh dari tumor primer.Secara klinis kadang kadang dipakai dua sitilah
diatas sekaligus untuk menyebut stadium tumor padat yaitu Stadium lokoregional,
oleh karena pada kenyataannya sering ditemukan stadium lokal dan regional secara
bersamaan pada waktu dilakukan pemeriksaan klinis.
2. Stadium tumor berdasarkan sistem TNM ( stadium TNM )

Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang sarjana Perancis Piere de
Noix, kemudian dipergunakan dan disempunakan oleh UICC ( Union Internationale
Contre le Cancere ), dan sejak 1958 sistem ini dipergunakan secara luas di berbagai
belahan dunia.Sistem TNM ini berdasarkan 3 kategori, yaitu : T ( Tumor primer ), N
( Nodul regional, metastase ke kelenjar limfe regional ), dan M ( Metastase jauh ).
Masing masing kategori tersebut dibagi lagi menjadi subkategori untuk melukiskan
keadaan masing masing kategori dengan cara memberi indeks angka dan huruf di
belakang T, N, dan M, yaitu :
T = Tumor Primer
-

Indeks angka : Tx, Tis, T0, T1, T2, T3, dan T4


4

Indeks huruf : T1a, T1b, T1c, T2a, T2b, T3b, dst

N = Nodul, metastase ke kelenjar regional.


-

Indeks angka : N0, N1, N2, N3.

Indeks huruf : N1a, N1b, N2a, N2b, dst

M = Metastase organ jauh


-

Indeks angka : M0, M1

Indeks huruf : Mx
Tiap tiap indeks angka dan huruf mempunyai arti klinis sendiri sendiri

untuk setiap jenis atau tipe tumor padat. Jadi arti indeks untuk karsinoma payudara
tidak sama dengan karinoma nasofaring, dsb. Pada umumnya arti sistem TNM
tersebut adalah sebagai berikut :
Kategori T = Tumor Primer
-

Tx = Syarat minimal menentukan indeks T tidak terpenuhi.

Tis = Tumor in situ

T0 = Tidak ditemukan adanya tumor primer

T1 = Tumor dengan f maksimal < 2 cm

T2 = Tumor dengan f maksimal 2 - 5 cm

T3 = Tumor dengan f maksimal > 5 cm

T4 = Tumor invasi keluar organ.

Kategori N = Nodul, metastase ke kelenjar regional.


-

N0 = Nodul regional negative

N1 = Nodul regional positif, mobile ( belum ada perlekatan )

N2 = Nodul regional positif, sudah ada perlekatan

N3 = Nodul jukstregional atau bilateral.

Kategori M = Metastase organ jauh


-

M0 = Tidak ada metastase organ jauh

M1 = Ada metastase organ jauh

M2

Syarat

minimal

menentukan

indeks

tidak

terpenuhi.

3. Stadium tumor berdasarkan pentahapan menurut AJCC ( American Joint


Committee on Cancer )

Setelah sistem TNM diperkenalkan dan dipakai secara luas pada tahun 1958,
kelompok para ahli yang menangani kanker di USA, pada tahun 1959 juga
mengemukakan suatu skema pentahapan kanker yang merupan penjabaran lebih
lanjut dari sistem TNM. Kelompok para ahli tersebut semula bernama : The American
Joint Committee for Cancer Staging and End Results Reporting ( disingkat AJC ).
AJC tersebut kemudian berubah nama pada tahun 1980 menjadi American Joint
Committee on Cancer ( disingkat AJCC ). Tujuan pembuatan staging kanker tersebut
adalah agar lebih praktis dan lebih mudah pemakaiannya di klinik. Staging menurut
AJCC ini pertama harus menentukan T, N, M dari tumor padat tersebut sesuai
ketentuan yang ada, dan selanjutnya dikelompokkan dalam stadium tertentu yang
dinyatakan dalam angka romawi ( I IV ) dan angka arab ( khusus untuk stadium 0 ).

Lebih mudahnya, sebagai contoh dapat dilihat staging kanker payudara menurut
AJCC pada table / gambar berikut :

4. Stadium tumor berdasarkan kesepakatan para ahli (Konvensi)


Beberapa jenis tumor padat stagingnya didasarkan pada kesepakatan para ahli
di bidangnya masing masing . Beberapa contohnya antara lain :
Stadium Dukes, untuk karsinoma kolorektal
Stadium Ann Arbor, untuk limfoma maligna
Stadium FIGO, untuk karsinoma serviks dan tumor ginekologi
Staging melanoma maligna menurut Clark, dan Breslow, dll..
II.5.Jenis Pemeriksaan
Biopsi harus representative baik secara klinis maupun mikroskopis misalnya memilih
daerah tumor yang tidak ada nekrosis dan tidak terdapat infeksi sekunder. Interpretesi biopsi
untuk diagnosis suatu neoplasma dapat dilakukan berdasarkan :

Pemeriksaan makroskopis
Merupakan pemeriksaan dengan mata biasa untuk menilai/ memperkirakan suatu
jaringan tumor bersifat ganas atau jinak. misalnya

bentuk, ukuran, warna

,permukaan, Batas jelas/tidak ,permukaan rata / berbenjol benjol,tepi meninggi /


tidak, mudah berdarah /tidak, bersimpai / tidak,

rapuh tidaknya tumor, Seperti

dibawah ini :
Bentuk plaque : melanoma, basalioma
Bentuk nodus : padat, kistik
Bentuk erosi,ulkus
Pemeriksaan mikroskopis
Suatu pertumbuhan neoplastik khususnya keganasan dini tidak dapat

didiagnosis berdasarkan pengamatan klinis semata, karena tidak ada kriteria pasti
untuk menentukan jinak dan ganasnya.Suatu lesi secara klinis selain tidak adanya
gejala karakteristik, seringkali baru terdeteksi pada stadium lanjut setelah timbul
gejala klinis yang mengganggu penderita.Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium penunjang.Pemeriksaan Mikroskopis merupakan cara
yang sangat penting untuk menegakkan suatu neoplasma.

II.6. Jenis Biopsi


Biopsi terbagi menjadi :
Biopsi tertutup : Tanpa membuka kulit,Bisa dikerjakan oleh disiplin non-bedah
7

Biopsi terbuka : Dengan membuka kulit/mukosa, Biasanya dikerjakan oleh disiplin


bedah, dan Akan mendapatkan spesimen yang lebih representative
Biopsi Tertutup : Bahan sedikit/kurang representative, Dapat ditingkatkan dengan biopsi
terbuka, Contoh : FNAB, Core Biopsy, Cairan cyste-sputum-darah-ascites, dan Endoscopy.
Biopsi terbuka : Biasanya dikerjakan oleh disiplin bedah, Dengan membuka kulit/mukosa,
Pemeriksaan yang dikerjakan : histo-patologi, dan Macamnya : Biopsi insisi, Biopsi eksisi
Biopsi Insisional
Yaitu pengambilan sampel jaringan melalui pemotongan dengan pisau bedah. Dengan
pisau bedah, kulit disayat hingga menemukan massa dan diambil sedikit untuk
diperiksa.Teknik suatu biopsi insisional antara lain :
Tentukan daerah yang akan dibiopsi.
Rancang garis eksisi dengan memperhatikan segi kosmetik.
Buat insisi bentuk elips dengan skalpel nomor 15.
Angkat tepi kulit normal dengan pengait atau pinset bergerigi halus.
Teruskan insisi sampai diperoleh contoh jaringan. Sebaiknya contoh jaringan ini
jangan sampai tersentuh.
Tutup dengan jahitan sederhana memakai benang yang tidak dapat diserap.

Biopsi Eksisional
Yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai disertai jaringan sehat di sekitarnya.
Metode ini dilakukan di bawah bius umum atau lokal tergantung lokasi massa dan
8

biasanya dilakukan bila massa tumor kecil dan belum ada metastase . Tehnik biopsi
eksisional, adalah sebagai berikut :
Rancang garis eksisi,
Sebaiknya panjang elips empat kali lebarnya.
Lebar maksimum ditentukan oleh elastisitas, mobilitas, serta banyaknya kulit yang
tersedia di kedua tepi sayatan.
Banyaknya jaringan sehat yang ikut dibuang tergantung pada sifat lesi, yaitu:
Lesi jinak, seluruh tebal kulit diangkat berikut kulit sehat di tepi lesi dengan sedikit
lemak mungkin perlu dibuang agar luka mudah dijahit.
Karsinoma sel basal, angkat seluruh tumor beserta paling kurang 0.5 s/d 1 cm kulit
sehat.
Karsinoma sel skuamosa, angkat seluruh tumor beserta paling kurang 1 s/d 2 cm kulit
sehat.
Insisi dengan skalpel nomor 15 hingga menyayat seluruh tebal kulit.
Inspeksi luka dan atasi perdarahan.
Tutup dengan jahitan sederhana menggunakan benang yang tidak dapat diserap.

Biopsi Jarum
Yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat jarum.
Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum). Bisa dilakukan
secara langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan atau USG sebagai
panduan untuk membuat jarum mencapai massa atau lokasi yang diinginkan.

Biopsi jarum dibagi atas FNAB (fine needle aspiration biopsy)/BAJAH (Biopsi
Aspirasi Jarum halus), dan Core biopsy. Bila biopsi jarum menggunakan jarum
berukuran besar maka disebut core biopsi, sedangkan bila menggunakan jarum kecil
atau halus maka disebut fine needle aspiration biopsi. Biopsy aspirasi jarum halus
merupakan metode lain untuk 'diagnosis jaringan' - yaitu, sebuah cara sampling sel
dalam benjolan mencurigakan atau massa. . Biopsi aspirasi jarum halus sedikit lebih
cepat dan kurang invasif dari biopsi inti. Biopsi jarum halus aspirasi tidak memerlukan
anestesi lokal banyak. Seperti dengan biopsi inti, USG atau mammographik mungkin
diperlukan untuk menemukan benjolan atau area yang akan dijadikan sampel jika tidak
dapat dengan mudah dirasakan.Pada hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi
aspirasi, baik yang letaknya superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam
rongga tubuh unpalpable dengan indikasi :
1) Preoperatif biopsi aspirasi pada tumor sangkaan maligna operable. Tujuannya adalah
untuk diagnosis dan menentukan pola tindakan bedah selanjutnya.
10

2) Maligna inoperable. Biopsi aspirasi merupakan diagnosis konfirmatif.


3) Diagnosis konfirmatif tumor "rekuren" dan metastasis.
4) Membedakan tumor kistik,solid dan peradangan.
5) Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian
Penggunaan biopsi aspirasi dalam diagnosis tumor mempunyai dampak yang
menguntungkan baik ditinjau dari segi menejemen tumor, pelayanan onkologik rumah
sakit maupun bagi pasien.Namun harus disadari bahwa jangkauan sitologi biopsi
aspirasi sangat terbatas yang dapat terjadi pada keadaan dimana luasnya invasi tumor
tidak dapat ditentukan, subtipe kanker tidak selalu dapat diidentifikasi, dan dapat terjadi
negatif palsu. Diagnosis sitologik dengan menggunakan FNAB mempunyai nilai klinik
antara lain
1.Sitologi positif / Positif Maligna : Merupakan petunjuk untuk melakukan tindakan
lebih lanjut antara lain survei metastasis, menentukan stadium, memilih alat diagnostik
lain bila diperlukan dan mendiskusikan pola pengobatan.
2.Sitologi negatif atau kelainan jinak : Belum dapat menyingkirkan adanya kanker;
perlu dipikirkan kemungkinan negative palsu. Negatif palsu dapat terjadi karena
kesalahan teknis, sehingga sejumlah sel tumor tidak terdapat pada sediaan. Bila
terdapat perbedaan sitologi dan data klinik, alternatif tindakan terbaik adalah biopsi
bedah; akan tetapi, pada kasus sitologi negatif dengan spesifikasi kelainan dan cocok
dengan gambaran klinik, maka pola pengobatan dapat ditentukan.
3.Sitologi suspek / mencurigakan maligna : Mungkin memerlukan pemeriksaan lain
sebelum pengobatan antara lain pemeriksaan potongan bekuataupun sitologi imprint
atau kerokan durante operasionam.
4. Inkonklusif (tidak dapat diinterpretasikan) : Dapat terjadi karena kesalahan teknik
atau karena situasi tumor, misalnya mudah berdarah, reaksi jaringan ikat banyak atau
tumor terlalu kecil, sehingga sulit memperoleh sel tumor. Dalam praktek, sitologi
inkonklusif meningkatkan negatif palsu.

Tindakan core biopsi adalah prosedur di mana jarum melewati kulit untuk
mengambil sampel jaringan dari suatu massa atau benjolan. Jaringan tersebut kemudian
diperiksa dibawah mikroskop untuk setiap kelainan. Core Biopsi dapat dilakukan ketika
sebuah benjolan mencurigakan ditemukan, misalnya benjolan payudara atau
pembesaran kelenjar getah bening, atau jika suatu kelainan terdeteksi pada tes
11

pencitraan seperti x-ray , USG atau mamografi .Core biopsi merupakan prosedur lebih
invasif daripada biopsi aspirasi jarum halus , karena menggunakan bius lokal. Namun,
lebih cepat dan kurang invasif daripada biopsi bedah. Dalam beberapa kasus, hasil
biopsi inti akan mencegah tindakan operasi.Sedangkan untuk tehnik suatu tindakan
Core Biopsi dijelaskan sebagai berikut dimana lebih awal dilakukan tindakan dengan
menggunakan anestesi lokal di mana jarum dimasukkan. Sebuah sayatan kecil
(dipotong) dibuat dalam kulit di atas benjolan, dan jarum dimasukkan melalui
insisi. Ketika ujung jarum berada di daerah yang akan diperiksa, jarum cekung yang
didesain khusus digunakan untuk mengumpulkan sampel sel-sel yang hadir. Ini
ditampilkan dalam diagram di bawah ini. Jarum kemudian ditarik, dan sampel yang
diekstraksi.Hal ini dapat diulang sampai 5 kali, sampai sebuah sampel yang cukup telah
dikumpulkan.

Dalam beberapa kasus, benjolan atau massa dari mana sel-sel yang harus
dilakukan adalah tidak mudah dirasakan melalui kulit. Jika hal ini terjadi, ahli radiologi,
ahli bedah atau ahli patologi mengumpulkan sampel dapat menggunakan USG , dimana
jarum

dapat

dilihat

pada

monitor

USG

dan

dibimbing

ke

daerah,

atau

stereotacticmamografi (untuk payudara) yang menggunakan dua mammogram di sudut


yang berbeda dan komputer untuk menemukan daerah yang benar. Hal ini dapat
membuat prosedur memakan waktu lebih lama. Secara keseluruhan, biopsi inti
biasanya memakan waktu antara 30 menit sampai 1 jam untuk menyelesaikan.Karena
pembiusan lokal yang digunakan, core biopsi seharusnya tidak menyakitkan, meskipun
mungkin tidak nyaman. Hasil interpretasi Core Biopsy/ Biopsi Inti, antar lain :
12

Yang tidak memadai / tidak cukup: Sampel yang diambil adalah tidak cukup
untuk mengkonfirmasi diagnosis kanker.

Jinak: Tidak ada sel-sel kanker ini. Benjolan atau pertumbuhan berada di
bawah kendali dan tidak menyebar ke area lain dari tubuh.

Atypical , atau curiga keganasan: Hasil tidak jelas. Beberapa sel tampak
abnormal tetapi tidak pasti kanker.Biopsi bedah mungkin dibutuhkan untuk
mengambil sampel sel.

Ganas: Sel-sel kanker, tidak terkontrol dan memiliki potensi atau telah
menyebar ke area lain dari tubuh.
Core biopsi adalah tes relatif cepat dan efektif untuk

menentukan status jaringan tersangka. Dibandingkan dengan biopsi


bedah, core biopsi kecil kemungkinan melibatkan jaringan parut,
infeksi atau sakit, dan memiliki waktu pemulihan signifikan lebih
pendek.Core biopsi sangat berguna untuk menyelidiki kelainan
terdeteksi pada tes pencitraan, seperti x-ray. Ini adalah investigasi
pilihan

ketika

microcalcification

payudara

terlihat

pada

mamografi. Juga, karena jarum yang digunakan adalah cukup besar


untuk mengambil 'slice' koheren jaringan, memungkinkan sel untuk
diperiksa di bawah mikroskop karena mereka diatur di dalam
tubuh. Hal ini dapat membantu untuk membedakan antara beberapa
jenis

penyakit

dan karsinoma

pra-kanker
duktal

(seperti karsinoma

invasif .

Resiko

core

duktal

in

situ )

biopsi

termasuk

kemungkinan bahwa setiap sel-sel kanker ini bisa menyebar ke dalam


jaringan, tetapi hal ini jarang terjadi ketika tes ini dilakukan oleh
praktisi terampil. .
Selain biopsi dengan jarum seperti diatas terdapat juga suatu tindakan biopsi
menggunakan jarum dengan bantuan endoskopi. Pada prinsipnya sama yaitu
pengambilan sampel jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode ini
menggunakan endoskopi sebagai panduannya. Cara ini baik untuk tumor dalam saluran
tubuh seperti saluran pernafasan, pencernaan dan kandungan. Endoskopi dengan

13

kamera masuk ke dalam saluran menuju lokasi kanker, lalu dengan jarum diambil
sedikit jaringan sebagai sampel.

Dan yang terakhir pemeriksaan biopsi secara Punch biopsy. Biopsi ini biasa
dilakukan pada kelainan di kulit. Metode ini dilakukan dengan alat yang ukurannya
seperti pensil yang kemudian ditekankan pada kelainan di kulit, lalu instrument tajam di
dalamnya akan mengambil jaringan kulit yang ditekan. Menggunakan anastesi lokal
dan bila pengambilan kulit tidak besar maka tidak perlu dijahit.

Jaringan yang diperoleh dari hasil biopsi difiksasi, dan dikirim untuk
pemeriksaan patologi dan atau imunohistokimia. Tujuan pemeriksaan patologi ini
14

adalah untuk menentukan apakah lesi tersebut ganas atau jinak, dan membedakan jenis
histologisnya. Pada beberapa keadaan, biopsi dari kelenjar getah bening menentukan
staging dari keganasan. Tepi dari specimen (pada biopsi eksisional) juga diperiksa
untuk mengetahui apakah seluruh lesi sudah terangkat (tepi bebas dari infiltrasi tumor.
II.7. Efek Samping dan indikasi / kontraindikasi Biopsi
Infeksi akan terjadi bila tidak memperhatikan teknik aseptik antisepsis,
Perdarahan, bisa terjadi pada lesi neoplasma karena adanya hipervaskularisasi.
Indikasi suatu tindakan Biopsi adalah sebagai berikut :
Lesi yang menetap lebih dari 2 minggu tanpa diketahui penyebabnya
Ulserasi yang menetap tidak menunjukkan tanda tanda kesembuhan sampai 3 minggu
Setiap penonjolan yang dicurigai sebagai suatu neoplasma
Lesi tulang yang tidak diidentifikasi setelah pemeriksaan klinis dan radiologis
Lesi hiperkeratotik yang menetap
Sedangkan Kontra Indikasi Biopsi antara lain :

Infeksi pada lokasi yang akan dibiopsi (relatif)

Gangguan faal hemostasis berat (relatif)

Biopsi diluar daerah yang direncanakan akan dieksisi saat operasi

III. Kesimpulan
Biopsi merupakan salah satu cara pemeriksaan patologi anatomi yang dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti suatu lesi khususnya yang dicurigai
sebagai suatu keganasan
Derajat/stadium tumor berdasarkan :
1. Letak topografi tumor beserta ekstensi dan metastasenya dalam organ
2. Sistem TNM
3.Pentahapan menurut AJCC ( American Joint Committee on Cancer )
4. Berdasarkan kesepakatan para ahli ( konvensi )
15

Interpreteasi biopsi untuk diagnosis suatu neoplasma dapat dilakukan berdasarkan


pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis
Terdapat 2 jenis biopsy yaitu biopsy terbuka dan tertutup
Tujuan biopsy antara lain mengetahui morfologi tumor ,mengetahui , grading sel
tumor dan untuk merencanakan sampai sejauh mana radikalitas operasi
Indikasi biopsy , dilakukan pada suatu lesi yang menetap selama kurang lebih 2
minggu , pada suatu lesi yang dicurigai neoplasma, ulkus yang tidak sembuh
Kontra indikasi biopsy yaitu adanya infeksi di tempat yang akan diambil sampelnya,
gangguan faal hemostasis , dilakukan pada diluar daerah yang akan dilakukan eksisi

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Suyatno, Emir Pasaribu,Diagnostik dan terapi Bedah Onkologi,Sagung Seto 2009


2. Underwood, Patologi Umum dan Sistematik,EGC, 2004
3. Janti Sudiono, Pemeriksaan Patologi Untuk Diagnosis Neoplasma,EGC,2008
4.

Neville Woolf , Pathology Basic and Sistemic , Saunders ,2004

5. Emanuel Rubin, Essential of Pathology, Lippincot William & Wikins , 2006


6. Daniel ,Breast cancer, http: // www. Cancer .org / cancer ,2008
7. Cancer Staging, www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/detection/ staging ,
2008
8. New FIGO Staging, www.medscape.com/viewarticle, 2009
9. Devita, Principles and Practical Onkology Review, Lippincott William &
Wilkins , 2009

17

Anda mungkin juga menyukai