Biopsi 2
Biopsi 2
I. PENDAHULUAN
Di era modern ini, tumor ganas semakin meningkat insidensinya. Sayangnya
keganasan ini seringkali baru terdeteksi pada stadium lanjut dan fatal. Kurangnya gejala
klinis yang jelas terutama pada stadium awal membuat penentuan diagnosis secara klinis
kurang dapat diandalkan. Disinilah pemeriksaan patologis memegang peranan penting
sebagai penunjang untuk memastikan diagnosis.
mungkin dengan mempergunakan beragam alat diagnostik, mulai dari alat sederhana sampai
pada alat canggih. Pemeriksaan fisik merupakan alat diagnostik klasik dan sederhana.
Kombinasi fisik diagnostik dengan biopsi merupakan alat diagnostik yang efektif dan
efisiensi untuk pemeriksaan patologis mikroskopik.
Biopsi merupakan salah satu cara pemeriksaan patologi anatomi yang dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti suatu lesi khususnya yang dicurigai sebagai
suatu keganasan. Pemeriksaan patologi ini juga bermanfaat tidak hanya menegakkan
diagnosis dan rencana pengobatan tetapi juga untuk menentukan prognosis. Berasal dari
bahasa latin yaitu bios:hidup dan opsi: tampilan. Jadi secara umum biopsi adalah
pengangkatan sejumlah jaringan tubuh yang kemudian akan dikirim ke laboratorium untuk
diperiksa.
Biopsi kebanyakan dlakukan untuk mengetahui adanya kanker. Pemeriksaan
penunjang seperti X-ray, CT scan ataupun ultrasound dapat dilakukan terlebih dahulu untuk
mengalokasikan area biopsi. Biopsi dapat dilakukan juga dengan proses pembedahan.
Dengan demikian biopsi adalah pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosa dokter
bukan untuk terapi kanker kecuali biopsi eksisional dimana selain pengambilan sampel juga
mengangkat semua massa atau kelainan yang ada.Kemajuan teknologi radiologi yang pesat
dan merupakan mitra utama biopsi, terutama pada tumor yang terletak di rongga dada dan
rongga abdomen. Keberadaan fluoroskop-TV, ultrasonogram dan CT Scan sangat bermanfaat
dalam menuntun ujung jarum sampai mencapai massa tumor. Kemajuan teknlogi
laboratorium, tersedianya pewarnaan dan ditopanng kerja sama patologist dan radiologist,
sitologi biopsi dapat dilakukan lebih efektif dan efisien.
1
Dalam melakukan Biopsi maka harus memperhatikan prinsip-prinsip dari suatu biopsi
seperti;
Representatif,
Daerah
hemoragis-nekrosis
infeksi
dan
hancur
akibat
jepitan/penekanan harus dihindari, Hindari masage dan penekanan pada tumor, Biopsi dari
lesi kulit atau permukaan mukosa harus menyertakan jaringan sehat, Biopsi dengan lesi yang
lebih dalam harus dihindari terjadinya implantasi sel tumor pada jaringan sehat, Pada biopsi
ulang pengambilan lesi yang sama harus dihindari, Lokasi dan arah insisi pada biopi harus
diperhatikan supaya tidak mempersulit prosedur selanjutnya. . Garis insisi harus
memperhatikan rencana terapi definitif (diletakkan dibagian yang akan diangkat saat operasi
definitif), Ahli bedah harus dapat memberikan tanda petunjuk yang tepat untuk ahli patologi,
Hindari penggunaan infiltrasi lokal pada tumor, Blood-less Surgery
II.2.Terminology pemeriksaan Patologi Anatomi kasus praganas dan ganas
Displasia
Dalam bahasa latin berarti bentuk yang buruk. Merupakan bentuk paling awal
dari prakanker yang dikenal oleh ahli patologi melalui pemeriksaan biopsy. Displasia
merupakan penyimpangan sel dari keadaan normal. Sel yang mengalami dysplasia tampak
abnormal bentuknya karena terjadi gangguan dalam proses pematangan sel. Adanya
gambaran dysplasia epitel merupakan tanda karakteristik utama dari keadaan praganas.
Perubahan hanya terbatas pada jaringan epitel belum menginvasi ke jaringan lebih dalam.
Carsinoma In Situ
Carsinoma In Situ sinonim dengan dysplasia derajat tinggi sehingga resiko
untuk berubah menjadi kanker sangat tinggi. Carsinoma In Situ merupakan bentuk awal
karsinoma tanpa invasi ke jaringan sekitar atau sel neoplastik berproliferasi hanya pada
daerah sekitar tumor saja.
Carsinoma invasive
Umumnya disebut kanker , merupakan tahap akhir dari rangkaian perubahan
sel Bila tidak diobati akan menginvasi jaringan tubuh dan menyebabkan kematian.
II.3. Derajat / Stadium Klasifikasi Tumor
Mengetahui stadium tumor sangat penting artinya untuk menentukan tindakan
apa yang akan diberikan dan juga prognosis penyakit. Beberapa cara menentukan
stadium dari tumor, antara lain berdasarkan :
Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang sarjana Perancis Piere de
Noix, kemudian dipergunakan dan disempunakan oleh UICC ( Union Internationale
Contre le Cancere ), dan sejak 1958 sistem ini dipergunakan secara luas di berbagai
belahan dunia.Sistem TNM ini berdasarkan 3 kategori, yaitu : T ( Tumor primer ), N
( Nodul regional, metastase ke kelenjar limfe regional ), dan M ( Metastase jauh ).
Masing masing kategori tersebut dibagi lagi menjadi subkategori untuk melukiskan
keadaan masing masing kategori dengan cara memberi indeks angka dan huruf di
belakang T, N, dan M, yaitu :
T = Tumor Primer
-
Indeks huruf : Mx
Tiap tiap indeks angka dan huruf mempunyai arti klinis sendiri sendiri
untuk setiap jenis atau tipe tumor padat. Jadi arti indeks untuk karsinoma payudara
tidak sama dengan karinoma nasofaring, dsb. Pada umumnya arti sistem TNM
tersebut adalah sebagai berikut :
Kategori T = Tumor Primer
-
M2
Syarat
minimal
menentukan
indeks
tidak
terpenuhi.
Setelah sistem TNM diperkenalkan dan dipakai secara luas pada tahun 1958,
kelompok para ahli yang menangani kanker di USA, pada tahun 1959 juga
mengemukakan suatu skema pentahapan kanker yang merupan penjabaran lebih
lanjut dari sistem TNM. Kelompok para ahli tersebut semula bernama : The American
Joint Committee for Cancer Staging and End Results Reporting ( disingkat AJC ).
AJC tersebut kemudian berubah nama pada tahun 1980 menjadi American Joint
Committee on Cancer ( disingkat AJCC ). Tujuan pembuatan staging kanker tersebut
adalah agar lebih praktis dan lebih mudah pemakaiannya di klinik. Staging menurut
AJCC ini pertama harus menentukan T, N, M dari tumor padat tersebut sesuai
ketentuan yang ada, dan selanjutnya dikelompokkan dalam stadium tertentu yang
dinyatakan dalam angka romawi ( I IV ) dan angka arab ( khusus untuk stadium 0 ).
Lebih mudahnya, sebagai contoh dapat dilihat staging kanker payudara menurut
AJCC pada table / gambar berikut :
Pemeriksaan makroskopis
Merupakan pemeriksaan dengan mata biasa untuk menilai/ memperkirakan suatu
jaringan tumor bersifat ganas atau jinak. misalnya
dibawah ini :
Bentuk plaque : melanoma, basalioma
Bentuk nodus : padat, kistik
Bentuk erosi,ulkus
Pemeriksaan mikroskopis
Suatu pertumbuhan neoplastik khususnya keganasan dini tidak dapat
didiagnosis berdasarkan pengamatan klinis semata, karena tidak ada kriteria pasti
untuk menentukan jinak dan ganasnya.Suatu lesi secara klinis selain tidak adanya
gejala karakteristik, seringkali baru terdeteksi pada stadium lanjut setelah timbul
gejala klinis yang mengganggu penderita.Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium penunjang.Pemeriksaan Mikroskopis merupakan cara
yang sangat penting untuk menegakkan suatu neoplasma.
Biopsi Eksisional
Yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai disertai jaringan sehat di sekitarnya.
Metode ini dilakukan di bawah bius umum atau lokal tergantung lokasi massa dan
8
biasanya dilakukan bila massa tumor kecil dan belum ada metastase . Tehnik biopsi
eksisional, adalah sebagai berikut :
Rancang garis eksisi,
Sebaiknya panjang elips empat kali lebarnya.
Lebar maksimum ditentukan oleh elastisitas, mobilitas, serta banyaknya kulit yang
tersedia di kedua tepi sayatan.
Banyaknya jaringan sehat yang ikut dibuang tergantung pada sifat lesi, yaitu:
Lesi jinak, seluruh tebal kulit diangkat berikut kulit sehat di tepi lesi dengan sedikit
lemak mungkin perlu dibuang agar luka mudah dijahit.
Karsinoma sel basal, angkat seluruh tumor beserta paling kurang 0.5 s/d 1 cm kulit
sehat.
Karsinoma sel skuamosa, angkat seluruh tumor beserta paling kurang 1 s/d 2 cm kulit
sehat.
Insisi dengan skalpel nomor 15 hingga menyayat seluruh tebal kulit.
Inspeksi luka dan atasi perdarahan.
Tutup dengan jahitan sederhana menggunakan benang yang tidak dapat diserap.
Biopsi Jarum
Yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat jarum.
Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum). Bisa dilakukan
secara langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan atau USG sebagai
panduan untuk membuat jarum mencapai massa atau lokasi yang diinginkan.
Biopsi jarum dibagi atas FNAB (fine needle aspiration biopsy)/BAJAH (Biopsi
Aspirasi Jarum halus), dan Core biopsy. Bila biopsi jarum menggunakan jarum
berukuran besar maka disebut core biopsi, sedangkan bila menggunakan jarum kecil
atau halus maka disebut fine needle aspiration biopsi. Biopsy aspirasi jarum halus
merupakan metode lain untuk 'diagnosis jaringan' - yaitu, sebuah cara sampling sel
dalam benjolan mencurigakan atau massa. . Biopsi aspirasi jarum halus sedikit lebih
cepat dan kurang invasif dari biopsi inti. Biopsi jarum halus aspirasi tidak memerlukan
anestesi lokal banyak. Seperti dengan biopsi inti, USG atau mammographik mungkin
diperlukan untuk menemukan benjolan atau area yang akan dijadikan sampel jika tidak
dapat dengan mudah dirasakan.Pada hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi
aspirasi, baik yang letaknya superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam
rongga tubuh unpalpable dengan indikasi :
1) Preoperatif biopsi aspirasi pada tumor sangkaan maligna operable. Tujuannya adalah
untuk diagnosis dan menentukan pola tindakan bedah selanjutnya.
10
Tindakan core biopsi adalah prosedur di mana jarum melewati kulit untuk
mengambil sampel jaringan dari suatu massa atau benjolan. Jaringan tersebut kemudian
diperiksa dibawah mikroskop untuk setiap kelainan. Core Biopsi dapat dilakukan ketika
sebuah benjolan mencurigakan ditemukan, misalnya benjolan payudara atau
pembesaran kelenjar getah bening, atau jika suatu kelainan terdeteksi pada tes
11
pencitraan seperti x-ray , USG atau mamografi .Core biopsi merupakan prosedur lebih
invasif daripada biopsi aspirasi jarum halus , karena menggunakan bius lokal. Namun,
lebih cepat dan kurang invasif daripada biopsi bedah. Dalam beberapa kasus, hasil
biopsi inti akan mencegah tindakan operasi.Sedangkan untuk tehnik suatu tindakan
Core Biopsi dijelaskan sebagai berikut dimana lebih awal dilakukan tindakan dengan
menggunakan anestesi lokal di mana jarum dimasukkan. Sebuah sayatan kecil
(dipotong) dibuat dalam kulit di atas benjolan, dan jarum dimasukkan melalui
insisi. Ketika ujung jarum berada di daerah yang akan diperiksa, jarum cekung yang
didesain khusus digunakan untuk mengumpulkan sampel sel-sel yang hadir. Ini
ditampilkan dalam diagram di bawah ini. Jarum kemudian ditarik, dan sampel yang
diekstraksi.Hal ini dapat diulang sampai 5 kali, sampai sebuah sampel yang cukup telah
dikumpulkan.
Dalam beberapa kasus, benjolan atau massa dari mana sel-sel yang harus
dilakukan adalah tidak mudah dirasakan melalui kulit. Jika hal ini terjadi, ahli radiologi,
ahli bedah atau ahli patologi mengumpulkan sampel dapat menggunakan USG , dimana
jarum
dapat
dilihat
pada
monitor
USG
dan
dibimbing
ke
daerah,
atau
Yang tidak memadai / tidak cukup: Sampel yang diambil adalah tidak cukup
untuk mengkonfirmasi diagnosis kanker.
Jinak: Tidak ada sel-sel kanker ini. Benjolan atau pertumbuhan berada di
bawah kendali dan tidak menyebar ke area lain dari tubuh.
Atypical , atau curiga keganasan: Hasil tidak jelas. Beberapa sel tampak
abnormal tetapi tidak pasti kanker.Biopsi bedah mungkin dibutuhkan untuk
mengambil sampel sel.
Ganas: Sel-sel kanker, tidak terkontrol dan memiliki potensi atau telah
menyebar ke area lain dari tubuh.
Core biopsi adalah tes relatif cepat dan efektif untuk
ketika
microcalcification
payudara
terlihat
pada
penyakit
dan karsinoma
pra-kanker
duktal
(seperti karsinoma
invasif .
Resiko
core
duktal
in
situ )
biopsi
termasuk
13
kamera masuk ke dalam saluran menuju lokasi kanker, lalu dengan jarum diambil
sedikit jaringan sebagai sampel.
Dan yang terakhir pemeriksaan biopsi secara Punch biopsy. Biopsi ini biasa
dilakukan pada kelainan di kulit. Metode ini dilakukan dengan alat yang ukurannya
seperti pensil yang kemudian ditekankan pada kelainan di kulit, lalu instrument tajam di
dalamnya akan mengambil jaringan kulit yang ditekan. Menggunakan anastesi lokal
dan bila pengambilan kulit tidak besar maka tidak perlu dijahit.
Jaringan yang diperoleh dari hasil biopsi difiksasi, dan dikirim untuk
pemeriksaan patologi dan atau imunohistokimia. Tujuan pemeriksaan patologi ini
14
adalah untuk menentukan apakah lesi tersebut ganas atau jinak, dan membedakan jenis
histologisnya. Pada beberapa keadaan, biopsi dari kelenjar getah bening menentukan
staging dari keganasan. Tepi dari specimen (pada biopsi eksisional) juga diperiksa
untuk mengetahui apakah seluruh lesi sudah terangkat (tepi bebas dari infiltrasi tumor.
II.7. Efek Samping dan indikasi / kontraindikasi Biopsi
Infeksi akan terjadi bila tidak memperhatikan teknik aseptik antisepsis,
Perdarahan, bisa terjadi pada lesi neoplasma karena adanya hipervaskularisasi.
Indikasi suatu tindakan Biopsi adalah sebagai berikut :
Lesi yang menetap lebih dari 2 minggu tanpa diketahui penyebabnya
Ulserasi yang menetap tidak menunjukkan tanda tanda kesembuhan sampai 3 minggu
Setiap penonjolan yang dicurigai sebagai suatu neoplasma
Lesi tulang yang tidak diidentifikasi setelah pemeriksaan klinis dan radiologis
Lesi hiperkeratotik yang menetap
Sedangkan Kontra Indikasi Biopsi antara lain :
III. Kesimpulan
Biopsi merupakan salah satu cara pemeriksaan patologi anatomi yang dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti suatu lesi khususnya yang dicurigai
sebagai suatu keganasan
Derajat/stadium tumor berdasarkan :
1. Letak topografi tumor beserta ekstensi dan metastasenya dalam organ
2. Sistem TNM
3.Pentahapan menurut AJCC ( American Joint Committee on Cancer )
4. Berdasarkan kesepakatan para ahli ( konvensi )
15
16
DAFTAR PUSTAKA
17