Cairan sendi adalah Transudat dari plasma yang memiliki BM yg lebih tinggi, saccharide
rich molecules, terutama hyaluronat, diproduksi oleh sel sinoviosit B (fibroblast like
synoviocyte) sehingga membuatnya memiliki kekentalan yang tinggi.
Pemeriksaan ini dikenal dengan nama formal yaitu analisis cairan sinovial, tetapi
mempunyai nama lain berupa analisis cairan sendi. Pemeriksaan cairan sendi dilakukan untuk
membantu mendiagnosis penyebab peradangan, nyeri, dan pembengkakan pada sendi. Cairan
sendi diambil menggunakan jarum yang ditusuk ke dalam cairan itu berada (area diantara
tulang pada sendi tersebut). Cairan sinovial menjadi pelumas dalam sendi. Cairan sinovial
akan memberikan nutrisi bagi tulang rawan sehingga tidak dapat aus selama penggunaan
(gesekan dalam pergerakan sendi). Analisis cairan sendi terdiri dari serangkaian uji yang
dilakukan untuk mendeteksi perubahan yang terjadi akibat dari penyakit tertentu. Teknik
pengambilan cairan sendi yaitu Teknik aspirasi disesuaikan menurut lokasi, anatomi dan
ukuran sendi yang disebut dengan teknik artrosentesis yang aseptis.
Setiap kelainan sendi dapat dimintakan untuk analisis cairan sendi, tetapi analisis cairan
sendi sangat informatif pada crystal arthropathie,efusi sendi dan inflamasi sendi. Hasil
hitung lekosit total maupun hitung jenis lekosit pada sendi dapat membedakan inflammatory
arthritis, non inflammatory arthritis dan infectious arthrtis. Indikasi pemeriksaan cairan
sendi yaitu pada keadaan yang terdapat penambahan jumlah cairan sendi (efusi) dan adanya
perubahan fisik akibat efusi, misal pembengkakan sendi. Artritis pirai (gout) merupakan suatu
sindrom klinik sebagai deposit kristal asam urat di daerah persendian yang menyebabkan
terjadinya serangan inflamasi akut. Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya
deposit / penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi
pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal. Tanda paling umum dari gout adalah
serangan malam hari pembengkakan, nyeri, kemerahan, dan nyeri di jempol kaki. Serangan
gout dapat terjadi pada pergelangan kaki atau lutut. Serangan dapat berlangsung beberapa
hari atau beberapa minggu sebelum rasa sakit hilang.
Secara patologi cairan sendi digolongkan 4 kelompok yaitu Non Inflamatorik,
Inflamatorik Akut, Septik dan Hemoragik. Komplikasi saat pengambilan sampel cairan sendi
yaitu :
1. Infeksi
2. Perdarahan
3. Kerusakan kartilago sendi
4. Ruptur tendo/ligamen
Melakukan dengan teknik yang benar dan berusaha untuk selalu steril.
Jika akan dikerjakan pemeriksaan glukosa cairan sendi maka pasien dipuasakan 6-8
jam terlebih dahulu.
Bila akan dilakukan pemeriksaan mikrobiologi wadah untuk menampung cairan sendi
harus steril
Jika ada efusi, cairan diambil 10-20 ml. Tampung aspirat ke dalam 4 tabung:
Tabung I (tanpa antikoagulan) untuk tes makroskopis, viskositas dan tes musin,
Tabung II (dengan antikoagulan EDTA) untuk tes mikroskopis, hitung jenis dan sel,
Tabung III (tabung harus steril, berisi heparin/EDTA) untuk tes mikrobiologi
Tabung IV (tanpa antikoagulan) untuk tes kimia dan imunologi.
Pemeriksaan cairan sendi yang dilakukan yaitu tes makroskopis, tes mikroskopis, tes
serologi, tes kimia, dan tes mikrobiologi.
a. Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan makroskopis yaitu evaluasi dari penampilan secara umum dari cairan
sinovial. Karakteristik fisik yang normal berupa: cairan bening, berwarna jernih hingga
kekuningan, dan kental (viskositas tinggi akibat kandungan asam hialuronat, ketika
mengambilnya dengan jarum membentuk string beberapa inchi layaknya cairan kental pada
umumnya) tidak terdapat bekuan dan musin kenyal berwarna kuning jernih dengan volume
normal 0,1 -3,5 ml.
Perubahan yang terkait pada aspek fisik ini yaitu cairan berwarna putih seperti susu
mengindikasikan gout, kuning keruh mengindikasikan inflamasi spesifik dan nonspesifik
karena leukositosis serta kuning jernih yang mengindikasikan arthritis reumatoid ringan,
osteo arthritis. Jika terdapat bekuan menunjukkan adanya peradangan. Makin besar bekuan
makin berat peradangan. Viskositas menurun (kurang dari 4 cm mengindikasikan
inflamatorik akut dan septik), serta viskositas bervariasi mengindikasikan hemoragik. Jika
Mucin sedang (bekuan kurang kuat dan tidak ada batas tegas) mengindikasikan rheumatoid
arthritis dan Mucin jelek (bekuan berkeping-keping) mengindikasikan infeksi. Namun cairan
sinovial yang berwarna merah dapat terjadi karena pengambilan dan karena adanya
hemoragik atau pendarahan yang dapat dilihat dari penampungan pada tabung kedua jika
warna merah pada tabung berikutnya mulai berkurang menandakan pendarahan karena
pengambilan namun jika pendarahan pada tabung relatif konstan maka adanya warna merah
diakibatkan karena adanya hemoragik atau pendarahan. Adanya peningkatan volume dari
cairan sendi yang berarti adanya inflamasi akibat penumpukan cairan sendi, dimana semakin
banyak ditemukannya cairan sendi mengindikasikan makin banyaknya adanya cairan atau
semakin besar inflamasi yang terjadi.
Tes
Prinsip Tes
Nilai Normal
Volume
Gelas ukur
0,1-3,5 ml
Warna dan
Tabung jernih
luas kerusakan
Setiap kelainan
memberikan warna yg
jernih
Spuit
Tabung jernih
viskositas cairan
Fibrinogen sampel
4-5 cm.
Tidak membeku
Tabung reaksi,
membeku
As. Acetat dpt
Mucin normal
aquadest, pengaduk,
membekukan
terlihat bekuan
As.acetat glacial,
As.hyaluronat dan
As.acetat 7N
protein
jernih.
kejernihan
Viskositas
Bekuan
spontan
Bekuan musin
Pada saat praktikum, digunakan sampel atas nama Rusmini (perempuan, 34 tahun).
Pengambilan sampel cairan sendi pasien dilakukan sehari sebelum praktikum, yaitu pada
tanggal 9 November 2016, pukul 14.00 WITA. Dimana pada pemeriksaan makroskopis
diperoleh warna cairan sendi kuning pucat dengan kekeruhan positif, volume 8 mL,
viskositas rendah, tidak terdapat bekuan spontan dan memiliki pH 7,0.
b. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan Mikroskopis yaitu menghitung sel-sel yang terdapat pada cairan sinovial
(terutama untuk menghitung leukosit) meliputi: hitung leukosit (batas normal yaitu <200 sel /
mm3), hitung jenis leukosit jumlah normal neutrofil yaitu <25%, dan tidak ditemukannya
kristal. Jumlah sel leukosit 200 500/mm3 mengindikasikan penyakit non inflamatorik,
jumlah leukosit 2000 100 000/mm3 mengindikasikan penyakit inflamatorik akut. Contoh :
arthritis gout, arthritis reumatoid. Jumlah leukosit 20 000 200 000/mm 3 mengindikasikan
kelompok septik (infeksi). Contoh : arthritis TB, arthritis gonore. Jumlah leukosit 200
1000/mm3 mengindikasikan kelompok hemoragik. Jumlah neutrofil pada akut inflamatorik
yaitu pada Arthritis gout akut rata-rata 83%, Faktor rematoid rata-rata 46% dan Artrhritis
rematoid rata-rata 65%. Jika ditemukan kristal monosodium urat (MSU) berbentuk jarum
memiliki sifat birefringen ketika disinari cahaya polarisasi mengindikasikan Arthritis gout,
jika ditemukan kristal kolestrol mengindikasikan Arthritis rematoid. Calcium pyrophosphate
(CPPD)
mengindikasikan
chondrocalcinosis
dan
Calcium
hydroxyapatite
(HA)
Pada praktikum kali ini dengan menggunakan sampel dari probandus Rusmini
yang diambil pada tanggal 9 november 2016, pukul 14.00 WITA, yang hanya
dilakukan 2 pemeriksaan saja yaitu makroskopis dan mikroskopis dimana hasil
pemeriksaan makroskopis yaitu warna kuning pucat keruh, dengan pH 7,
viskositas rendah, tidak terdapat bekuan spontan dan volume sampel 8 ml. Pada
pemeriksaan mikroskopis ditemukan adanya epitel, kristal asam urat, leukosit
dan eritrosit.
Pada saat praktikum, tidak dilakukan pemeriksaan mikrobiologi pada sampel cairan
sendi pasien atas nama Rusmini (perempuan, 34 tahun).
Dafus
Jihandile.2012.Cairan Sendi.[online].tersedia :
http://jihandile.blogspot.co.id/2012/11/cairan-sendi.html.[diakses 11 November
2016, 20.05]
Ety
Retno
[online].tersedia
Setyowati,M.Kes.,SpPK,
:
MARS.-.Analisis
Cairan
Sendi.
https://www.scribd.com/presentation/259563834/ANALISIS-
Cairan
Sendi.[online].tersedia
http://documentslide.com/download/link/analisis-cairan-sendi-56acd4c7aab66.
[diakses 11 November 2016, 21.05]