Anda di halaman 1dari 41

Laporan Kimia Fisika Kalorimeter

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu
dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi, maka kalor yang dikandung oleh
benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung
sedikit.
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor atau energi panas.
Pertukaran energi kalor merupakan dasar teknik yang dikenal dengan nama kalorimetri, yang
merupakan pengukuran kuantitatif dari pertukaran kalor.
Kalorimetri adalah pengukuran kalor yang menggunakan alat kalorimeter.
Kalorimeter ada dua jenis yaitu kalorimeter bom dan kalorimeter sederhana. Yang mendasari
percobaan kalorimeter ini adalah teori asas Black.
Oleh karena itu dilakukan percobaan tentang tetapan kalorimetri agar dapat
mempelajari tentang kalor atau pengukuran energi panas serta mengetahui sifat-sifat dari
kalorimeter.
1.2 Tujuan
Mengetahui fungsi dari kalorimeter
Mengetahui hubungan asas Black terhadap percobaan
Mengetahui nilai Cp dari kalorimeter

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Energi mekanik akibat gerakan partikel materi dan dapat dipindah dari satu tempat ke
tempat lain disebut kalor.
Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia
dengan eksperimen disebut kalorimetri. Dengan menggunakan hukum Hess, kalor reaksi
suatu reaksi kimia dapat ditentukan berdasarkan data perubahan entalpi pembentukan standar,
energi ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam kalorimetri berlangsung secara adiabatik,
yaitu tidak ada energi yang lepas atau masuk dari luar ke dalam kalorimeter.
Kalor yag dibutuhkan untuk menaikan suhu kalorimeter sebesar 10oC pada air dengan
massa 1 gram disebut tetapan kalorimetri.
Dalam proses ini berlaku azas Black, yaitu:
Qlepas=Qterima
Qair panas= Qair dingin+ Qkalorimetri

m1 c (Tp-Tc)= m2 c (Tc-Td)+ C (Tc-Td)


Keterangan:
m1= massa air panas
m2= massa air dingin
c = kalor jenis air
C = kapasitas kalorimeter
Tp = suhu air panas
Tc = suhu air campuran
Td = suhu air dingin
Sedang hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk lain energi disebut
termodinamika. Termodinamika dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang menangani
hubungan kalor, kerja, dan bentuk lain energi dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan
dalam perubahan keadaan.
Hukum pertama termodinamika menghubungkan perubahan energi dalam suatu
proses termodinamika dengan jumlah kerja yang dilakukan pada sistem dan jumlah kalor
yang dipindahkan ke sistem (Keenan, 1980).
Hukum kedua termodinamika yaitu membahas tentang reaksi spontan dan tidak
spontan. Proses spontan yaitu reaksi yang berlangsung tanpa pengaruh luar. Sedangkan reaksi
tidak spontan tidak terjadi tanpa bantuan luar.
Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa entropi dari Kristal sempurna murni
pada suhu nol mutlak ialah nol. Kristal sempurna murni pada suhu nol mutlak menunjukan
keteraturan tertinggi yang dimungkinkan dalam sistem termodinamika. Jika suhu
ditingkatkan sedikit di atas 0 K, entropi meningkat. Entropi mutlak selalu mempunyai nilai
positif.
Kalor reaksi dapat diperoleh dari hubungan maka zat (m), kalor jenis zat (c) dan
perubahan suhu (T), yang dinyatakan dengan persamaan berikut
q = m.c.T
Keterangan:
q= jumlah kalor (Joule)
m= massa zat (gram)
T= perubahan suhu (takhir-tawal)
C= kalor jenis
Kalorimeter adalah jenis zat dalam pengukuran panas dari reaksi kimia atau
perubahan fisik. Kalorimetri termasuk penggunaan kalorimeter. Kata kalormetri berasal dari
bahasa latin yaitu calor, yang berarti panas. Kalorimetri tidak langsung (indirect calorimetry)
menghitung panas pada makhluk hidup yang memproduksi karbon dioksida dan buangan
nitrogen (ammonia, untuk organisme perairan, urea, untuk organisme darat) atau konsumsi
oksigen. Lavoisier (1780) menyatakan bahwa produksi panas dapat diperkirakan dari
konsumsi oksigen dengan menggunakan regresi acak. Hal ini membenarkan teori energi
dinamik. Pengeluaran panas oleh makhluk hidup ditempatkan di dalam kalorimeter untuk
dilakukan langsung, di mana makhluk hidup ditempatkan di dalam kalorimeter untuk
dilakukan pengukuran. Jika benda atau sistem diisolasi dari alam, maka temperatur harus
tetap konstan. Jika energi masuk atau keluar, temperatur akan berubah. Energi akan berpindah
dari satu tempat ke tempat yang disebut dengan panas dan kalorimetri mengukur perubahan
suatu tersebut. Bersamaan dengan kapasitas dengan kapasitas panasnya, untuk menghitung
perpindahan panas.

Kalor adalah berbentuk energi yang menyebabkan suatu zat memiliki suhu. Jika zat
menerima kalor, maka zat itu akan mengalami suhu hingga tingkat tertentu sehingga zat
tersebut akan mengalami perubahan wujud, seperti perubahan wujud dari padat menjadi cair.
Sebaliknya jika suatu zat mengalami perubahan wujud dari cair menjadi padat maka zat
tersebut akan melepaskan sejumlah kalor. Dalam Sistem Internasional (SI) satuan untuk kalor
dinyatakan dalam satuan kalori (kal), kilokalori (kkal), atau joule (J) dan kilojoule (kj).
1 kilokalori= 1000 kalori
1 kilojoule= 1000 joule
1 kalori = 4,18 joule
1 kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 gram air sehingga
suhunya naik sebesar 1oC atau 1K. jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1oC
atau 1K dari 1 gram zat disebut kalor jenis Q=m.c. T, satuan untuk kalor jenis adalah joule
pergram perderajat Celcius (Jg-1oC-1) atau joule pergram per Kelvin (Jg-1oK-1) (Petrucci, 1987).
Pengukuran kalorimetri suatu reaksi dilakukan dengan menggunakan alat yang
disebut kalorimeter. Ada beberapa jenis kalorimeter seperti: kalorimeter termos, kalorimeter
bom, kalorimeter thienman, dan lain-lain. Kalorimeter yang lebih sederhana dapat dibuat dari
sebuah bejana plastik yang ditutup rapat sehingga bejana ini merupakan sistim yang
terisolasi.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut:
Sebelum zat-zat pereaksi direaksikan di dalam kalorimeter, terlebih dahulu suhunya diukur,
dan usahakan agar masing-masing pereaksi ini memiliki suhu yang sama. Setelah suhunya
diukur kedua larutan tersebut dimasukkan ke dalam kalorimeter sambil diaduk agar zat-zat
bereaksi dengan baik, kemudian suhu akhir diukur.
Jika reaksi dalam kalorimeter berlangsung secara eksoterm maka kalor yang timbul akan
dibebaskan ke dalam larutan itu sehingga suhu larutan akan naik, dan jika reaksi dalam
kalorimeter berlangsung secara endoterm maka reaksi itu akan menyerap kalor dari larutan
itu sendiri, sehingga suhu larutan akan turun. Besarnya kalor yang diserap atau dibebaskan
reaksi itu adalah sebanding dengan perubahan suhu dan massa larutan jadi,
Qreaksi= mlarutan. Clarutan. T
Kalorimetri yang lebih teliti adalah yang lebih terisolasi serta memperhitungkan kalor
yang diserap oleh perangkat kalorimeter (wadah, pengaduk, termometer). Jumlah kalor yang
diserap/dibebaskan kalorimeter dapat ditentukan jika kapasiatas kalor dari kalorimeter
diketahui. Dalam hal ini jumlah kalor yang dibebaskan /diserap oleh reaksi sama dengan
jumlah kalor yang diserap/dibebaskan oleh kalorimeter ditambah dengan jumlah kalor yang
diserap/dibebaskan oleh larutan di dalam kalorimeter. Oleh karena energi tidak dapat
dimusnahkan atau diciptakan, maka
Qreaksi= (-Qkalorimeter- Qlarutan)
Kalorimeter sederhana
Pengukuran kalor reaksi, setara kalor reaksi pembakaran dapat dilakukan dengan
menggunakan kalorimeter pada tekanan tetap yaitu dengan kalorimeter sederhana yang dibuat
dan gelas stirofoam. Kalorimeter ini biasanya dipakai untuk mengukur kalor reaksi yang
reaksinya berlangsung dalam fase larutan (misalnya reaksi netralisasi asam-basa/netralisasi,
pelarutan dan pengendapan) (Syukri, 1999).

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan


3.1.1 Alat-alat
Termometer 0-50oC
Gelas ukur 50 ml
Stopwatch
Pipet gondok
Pembakar gas atau sumber panas listrik
Gelas piala
Kalorimeter

3.1.2 Bahan-bahan
Air (H2O)
Sabun cair
Bahan isolasi
Tissue

3.2 Prosedur percobaan


Dipersiapkan alat dan bahan yang alan digunakan pada percobaan kali ini
Dipasang alat seperti termometer dan pengaduk pada kalorimeter
Diukur 50 ml air dengan menggunakan gelas ukur
Dimasukkan air ke dalam kalorimeter
Diaduk dan dicatat suhu air dalam kalorimeter setiap 30 detik hingga menit ke-4
Dimasukkan air panas tepat pada menit ke-4 sebanyak 50 ml dengan suhu yang telah
diketahui yaitu minimum 35oC dan maksimal 45oC
Dicatat suhu air dalam kalorimeter tiap 30 detik sampai menit ke delapan sambil terus diaduk

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Waktu, menit
Suhu, oC
0
28
0,5
29
1,0
29
1,5
29
2,0
29
2,5
29
3,0
29
3,5
29
4,0
Penambahan air panas
4.2 Perhitungan

Waktu, menit
4,5
5,0
5,5
6,0
6,5
7,0
7,5
8,0

Suhu, oC
36
36
36
36
35
35
35
35

4.3 Pembahasan
Pertukaran energi kalor merupakan dasar teknik yang dikenal dengan nama
kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif dari pertukaran kalor. Kalorimetri adalah
pengukuran kalor yang menggunakan alat kalorimeter. Kalorimetri adalah pengukuran
kuantitas perubahan panas. Sebagai contoh, jika energi dari reaksi kimia eksotermal diserap
air, perubahan suhu dalam air akan mengukur jumlah panas yang ditambahkan.
Prinsip dari kalorimeter adalah memanfaatkan perubahan fase dari sifat fisik suatu zat
untuk membandingkan kapasitas penerimaan kalor dari zat-zat yang berbeda.

Prinsip pengukuran pada percobaan ini disebut kalorimetri. Alat pengukur kalor jenis
zat berdasarkan prinsip kalorimetri disebut kalorimeter. Pengukuran kalor jenis dengan
kalorimeter didasarkan pada asas Black.
Teori yang dikemukakan oleh Joseph Black atau lebih dikenal dengan azas Balck.
Yaitu, apabila dua benda yang suhunya berbeda dan dicampur, maka benda yang lebih panas
melepas kalor kepada benda yang lebih dingin sampai suhu keduanya sama. Banyaknya kalor
yang dilepas benda yang lebih panas sama dengan banyaknya kalor yang diterima benda yang
lebih dingin. Sebuah benda untuk menurunkan T akan melepaskan kalor yang sama
besarnya dengan banyaknya kalor yang dibutuhkan benda itu untuk menaikkan suhunya
sebesar T juga. Teorinya adalah Qlepas=Qterima, m1 c1 (T1-Ta)= m2 c2 (Ta-T2)
Ada beberapa jenis kalorimeter. Pertama adalah kalorimeter bom. Merupakan
kalorimeter yang khusus digunakan untuk menentukan kalor dari reaksi-reaksi pembakaran.
Kalorimeter ini terdiri dari sebuah bom (tempat berlangsungnya reaksi pembakaran, terbuat
dari bahan stainless steel dan diisi dengan gas oksigen pada tekanan tinggi) dan sejumlah air
yang dibatasi dengan wadah yang kedap panas. Reaksi pembakaran yang terjadi di dalam
bom, akan menghasilkan kalor dan diserap oleh air dan bom. Oleh karena tidak ada kalor
yang terbuang ke lingkungan, maka: Qreaksi= (-Qair+ Qbom)
Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus Qair= m.Cp.T. jumlah kalor
yang diserap oelh bom dapat dihitung dengan rumus Qbom= Cbom.T. reaksi yang berlangsung
pada kalorimeter bom berlangsung pada volume tetap (V=nol). Oleh karena itu, perubahan
kalor yang terjadi di dalam sistem= perubahan energi dalamnya. Fungsi dari kalorimeter bom
adalah untuk menentukan kalor dari reaksi-reaksi pembakaran.
Jenis kedua adalah kalorimeter sederhana. Pengukuran kalor reaksi, selain kalor reaksi
pembakaran dapat dilakukan dengan menggunakan kalorimeter sederhana yang dibuat dari
gelas stirofoam. Kalorimeter ini biasanya dipakai untuk mengukur kalor reaksi yang
reaksinya berlangsung dalam fase larutan (misalnya reaksi netralisasi asam-basa/netralisasi,
pelarutan dan pengendapan). Pada kalorimeter ini, kalor reaksi = jumlah kalor yang
diserap/dilepaskan larutan sedangkan kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan
diabaikan. Qreaksi= -( Qlarutan+ Qkalorimeter). Qkalorimeter.Ckalorimeter.T. dengan: Ckalorimeter= kapasitas
kalor kalorimeter (J/oC) atau (J/K). jika harga kapasitas kalor kalorimeter sangat kecil, maka
dapat diabaikan sehingga perubahan kalor dapat dianggap hanya berakibat pada kenaikan
suhu larutan dalam kalorimeter. Pada kalorimeter ini, reaksi berlangsung pada tekana tetap
(p=nol) sehingga perubahan kalor yang terjadi dalam sistem=perubahan entalpinya. Fungsi
dari kalorimeter sederhana adalah dalam pengukuran kalor reaksi.
Pada percobaan tetapan kalorimeter dengan Tap=44oC. setelah dihitung didapatkan
Tad=28,875oC dan Tt=35,5oC. massa air yang dihitung didapatkan hasil 50 gram. Jumlah
kalor yang diserap air dingin didapatkan hasil 1383,63 J. Jumlah kalor yang dilepas air panas
1776,5 J. Jumlah kalor yang diserap kalorimeter 391,87 J. Dan tetapan kalorimeter
didapatkan hasil 59,2 J/oC. Pada tabel pengamatan hasil percobaan dapat dilihat bahwa suhu
dari menit ke menit yang dicatat setiap 30 detik itu tidak berubah suhunya, ini membuktikan
sifat kalorimeter yaitu menjaga suhu, dan tidak ada pengaruh dari lingkungan.
Sifat-sifat kalorimeter adalah menjaga suhu suatu zat dan tidak terpengaruh oleh
lingkungan, sifatnya dalam proses adalah secara adiabatic yaitu tidak ada energi yang lepas
atau masuk dari luar ke dalam kalorimeter. Berdasarkan azas Black yaitu kalor yang diterima
oleh kalorimeter sama dengan kalor yang diberikan oleh zat yang dicari kalor jenisnya.
Terdapat beberapa fungsi perlakuan yaitu pengadukan secara terus-menerus, bukan
untuk menaikkan suhu zat dalam kalorimeter, melainkan agar penyebaran kalor dapat merata
pada kalorimeter. Pemanasan H2O berfungsi untuk membandingkan suhu air panas dan suhu
air dingin di dalam kalorimeter. Pencampuran dan pengukuran berfungsi untuk membuktikan
fungsi kalorimeter yaitu dapat menjaga/mempertahankan kalor.

Energi yang diterima air dingin tidak sam dengan yang dilepas oleh air panas. Ini
dikarenakan sifat dari kalorimeter yang dapat menyerap kalor sehingga tidak semuanya kalor
dapat diterima oleh air dingin.
Menghitung kapasitas panas kalorimeter yaitu dengan menggunakan azas Black, yaitu
Qlepas=Qterima, Qair panas=Qair dingin+ Qkalorimeter
m1.C.(Tp-Tc)= m2.C.(Tc-Td)+C.(Tc-Td)
Dengan menggunakan rumus ini maka akan dapat dihitung kapasitas panasnya.
Dapat dilihat dari grafik tetapan kalorimeter yaitu pada suhu 29oC yaitu pada waktu
0,5 sampai 3,5. Kemudian pada suhu 36oC pada waktu 4,5 sampai 6,0 menurun menjadi 35oC
pada waktu 6,5 sampai 8,0.
4.3

Grafik

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kalorimeter berfungsi dalam pengukuran panas secara kuantitatif yang masuk selama proses
kimia.
Dalam kalorimeter hubungan asas Black terhadap kalorimeter yaitu kalor pada sistem arah
konstan apabila sistem terisolasi sehingga Q masuk sama dengan Q keluar.
Dalam percobaan didapat nilai kapasitas panas kalorimeter adalah 55,73 J/oC

5.2 Saran

Sebaiknya di dalam percobaan ini menggunakan suhu yang berbeda-beda agar


praktikan lebih memahami tetntang sifat dari kalorimeter.

DAFTAR PUSTAKA
Keenan. 1980. Kimia untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2 Edisi 4. Jakarta:
Erlangga.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.

Posted by Ita Trie Wahyuni at 6:34 PM


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: Laporan Kimia Fisika
1 comment:

1.
fatia rahma asyifaFebruary 5, 2015 at 5:26 AM
haduh panjang bgt!!! tp gk papa buat belajar
Reply
Load more...
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

About Me

Ita Trie Wahyuni


Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia
Nama lengkapku Ita Trie Wahyuni, dari orok sudah tinggal di Samarinda. Sudah
sangat terlihat dari nama lengkap ku bahwa aku anak ke tiga. aku lahir 1 Desember
1992, SD 001 Samarinda, SMPN 7 Samarinda, SMAN 10 Melati Samarinda dan

Sekarang aku adalah Mahasiswa Universitas Mulawarman Prodi Teknik Kimia


angkatan 2010.
View my complete profile

Followers
Ita Trie Wahyuni

Total Pageviews
987,087

Translate
Powered by

Translate

Entri Populer

Laporan Kimia Fisika Viskositas Zat Cair


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kekentalan adalah sifat dari
suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan ...

Laporan Kimia Fisika Penentuan Tegangan Permukaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1


Latar Belakang
fenomena alam yang kurang kita perhatikan akan teta...

Banyak fenomena-

Laporan Kimia Daasar I Pembuatan Larutan


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir semua proses kimia
berlangsung dalam larutan sehingga penting untukmemahami sif...

Laporan Kimia Dasar I Pemisahan dan Pemurnian


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biasanya zat murni telah tercemar
dengan zat-zat lain yang dapat membentuk campuran yang b...

Laporan Kimia Fisika Kalorimeter


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Secara umum untuk mendeteksi
adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan meng...

Laporan Mikrobiologi Pewarnaan


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakteri memiliki beberapa bentuk
yaitu basil (tongkat), coccus, spirilum. Bakteri yang ber...

Laporan Kimia Analitik Permanganometri


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Titrasi redoks (reduksi-oksidasi)
merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya, dian...

Laporan Kimia Dasar II Asidi Alkalimetri


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dal...

Laporan Kimia Analitik Spektrofotometri

Asam secara paling sederhana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Spektrofotometri merupakan salah


satu cabang analisis instrumental yang mempelajari inter...

Laporan Kimia Analitik Kompleksometri


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu dari reaksi-reaksi
matematis yang tidak disertai perubahan valensi adalah reaksi...

Blog Archive

2014 (4)

2013 (21)

2012 (52)
o October (37)

Laporan Kimia Dasar II Redoks

Laporan Kimia Dasar II Pembuatan dan Sifat Koloid

Laporan Kimia Dasar II Elektrolisis

Laporan Kimia Dasar II Adisi Substitusi

Laporan Kimia Dasar II Ikatan Peptida

Laporan Kimia Dasar II Aldehida dan Keton

Laporan Kimia Dasar II Asidi Alkalimetri

Laporan Kimia Dasar I Sifat Sifat unsur

Laporan Kimia Dasar I Laju Reaksi

Laporan Kimia Dasar I Stoikiometri

Laporan Kimia Dasar I Kromatografi

Laporan Kimia Dasar I Pemisahan dan Pemurnian

Laporan Kimia Daasar I Pembuatan Larutan

Laporan Mikrobiologi Pengamatan Jamur Mikroskopis

Laporan Mikrobiologi Uji Daya Hambat

Laporan Mikrobiologi Most Probable Number

Laporan Mikrobiologi Total Plate Count

Laporan Mikrobiologi Pewarnaan

Laporan Mikrobiologi Pembuatan Biakan Murni

Laporan Mikrobiologi Isolasi dan Identifikasi Dasa...

Laporan Mikrobiologi Media Pertumbuhan Mikroba

Laporan Mikrobiologi Peralatan dan Sterilisasi

Laporan Kimia Fisika Viskositas Zat Cair

Laporan Kimia Fisika Kelarutan Timbal Balik

Laporan Kimia Fisika Penentuan Tegangan Permukaan

Laporan Kimia Fisika Hukum Hess

Laporan Kimia Fisika Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu...

Laporan Kimia Fisika Ikatan Hidrogen

Laporan Kimia Fisika Kalorimeter

Laporan Kimia Analitik AAS Spektrofotometri Serapa...

Laporan Kimia Analitik Spektrofotometri

Laporan Kimia Analitik Permanganometri

Laporan Kimia Analitik Kompleksometri

Laporan Kimia Analitik Golongan 3, 4 dan 5

Laporan Kimia Analitik Golongan I dan II

Lagu Mars Teknik Kimia Mulawarman

Lagu Hymne Teknik Kimia Mulawarman

o September (1)
o August (2)
o June (12)

2011 (1)

Label

Bunga Eledweis

Download file Laporan Kimia Fisika

Download file Laporan Mikrobiologi

english

Gunung Bromo

Hamster

Hasil Karya Ku

HMTK UNMUL

Karangan bebas

kata-kata mutiara

kutipan

Laporan Kimia Analitik

Laporan Kimia Dasar I

Laporan Kimia Dasar II

Laporan Kimia Fisika

laporan Mikrobiologi

Magang di Lab. Bioteknologi Kehutanan

perahu kertas

puisi

Sekilas Tulisan

There was an error in this gadget

Follow by Email Ita Trie Wahyuni Blog's

Kalor adalah berbentuk energi yang menyebabkan suatu zat memiliki suhu. Jika zat
menerima kalor, maka zat itu akan mengalami suhu hingga tingkat tertentu sehingga zat
tersebut akan mengalami perubahan wujud, seperti perubahan wujud dari padat menjadi cair.
Sebaliknya jika suatu zat mengalami perubahan wujud dari cair menjadi padat maka zat
tersebut akan melepaskan sejumlah kalor (Petrucci, 1987).
Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia
dengan eksperimen disebut kalorimetri. Dengan menggunakan hukum Hess, kalor reaksi
suatu reaksi kimia dapat ditentukan berdasarkan data perubahan entalpi pembentukan standar,
energi ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam kalorimetri berlangsung secara adiabatik,
yaitu tidak ada energi yang lepas atau masuk dari luar ke dalam calorimeter (Keenan, 1980).
Suatu bentuk energi yang menyebabkan materi mempunyai suhu disebut kalor. Kalor
Juga dapat menyebabkan perubahan wujud. Apabila suatu zat menyerap kalor, maka suhu zat
itu akan naik sampai tingkat tertentu hingga zat itu akan mencair (jika zat padat) atau akan
menguap (jika zat cair). Sebaliknya jika kalor dilepaskan dari suatu zat, maka zat itu akan
turun hingga tingkat tertentu hingga zat itu akan mengembun (jika zat gas) atau membeku
(jika zat cair) (Wahyu, 2010).
Nilai kalor merupakan faktor terpenting dalam sifat energi dan biasanya berhubungan
dengan benda sebagai penghantar panas, yang dimaksud dengan pengantar panas adalah

jumlah panas dalam British Termal Unit (BTU) yang dialirkan pada benda yang memiliki
ketebalan satu inchi dan luas permukaan satu feet persegi selama satu jam untuk menaikan
temperatur 10F pada permukaan benda tersebut (Favan, et al., 2010).
Kalorimeter bahan bakar adalah alat ukur nilai kalor pembakaran suatu bahan bakar
cair. Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengukur temperatur air di dalam kalorimeter
sebelum dan sesndah pembakaran di dalam kalorimeter tersebut. Akurasi pengukuran nilai
kalor pembakaran dengan menggunakan alat ini ditentukan pada kecermatan dalam
mengamati nilai temperatur air didalam kalorimeter sebelum dan sesndah pembakaran di
dalam kalorimeter (Bambang, 2004).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 9 Nopember 2012 dan bertempat
di Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Haluoleo Kendari.

B.

Alat dan Bahan

1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
-

Kalorimeter, pengaduk, bahan isolasi


Termometer (0-50 0C)
Gelas ukur 50 ml
Gelas kimia 50 ml
Pembakar gas
Stopwatch

2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
-

Aquades

C. Prosedur Kerja
Aquades
- diukur dalam gelas ukur sebanyak 50 mL
- dimasukkan ke dalam kalorimeter yang telah dirangkai
Aquades dalam kalorimeter
-

diaduk
diukur dan dicatat suhunya setiap 30 detik sampai menit ke-4
dimasukkan air panas 50 mL (40oC) pada menit ke-4
diaduk

- dicatat suhunya setiap 30 detik sam pai menit ke-8


- dihitung tetapan kalorimeter
- dibuat kurva hubungan antara waktu dan suhu

K = -148,6 J/oC

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Data pengamatan
Sebelum Pencampuran air panas

Setelah pencampuran air panas


Untuk air panas 40oC

Waktu (menit)

Suhu (oC)

Waktu (menit)

Suhu (oC)

31

270

38

30

31

300

38

60

31

330

37

90

31

360

37

120

31

390

37

150

31

420

37

180

31

450

36

210

31

480

36

240

31

2. Grafik
3. Perhitungan
Diketahui : Tair dingin = 31 oC
Tair panas

air

= 40 oC
Tpencampuran

= 0,9963g/mL

Vair dingin = 50 mL
= 38 oC

Penyelesaian :
1) T kalor lepas air panas

Vair panas = 50 mL

= Tair panas - Tpencampuran


= 40 oC - 38 oC
= 2 oC
2) T kalor diterima air dingin = Tpencampuran - Tair dingin
= 38 oC - 31 oC
= 7 oC
3) Kalor yang dilepas air panas
m = air . V
= 0,9957 g/mL . 50 mL
= 49,785 g
Q = m . c . T
= 49,785 gr . 4,18 J/g oC . 2 oC
= 416,2 J
4) Kalor yang diterima air dingin
Q = m . c . T
= 49,785 gr . 4,18 J/g oC .7 oC
= 1456,7 J
5) Asas black
Kalor lepas = Kalor diterima

Qair panas

= Qair dingin Qkalorimeter

Qkalorimeter = Qair panas - Qair dingin


= 416,2 J 1456,7 J
= -1040,5 J

6) Tetapan Kalorimeter =
=
= -148,6 J/oC

B.

Pembahasan
Kalor adalah energi dalam yang dipindahkan dari benda bersuhu tinggi ke benda yang
bersuhu rendah ketika kedua benda disentuhkan (dicampur). Sedangkan energi dalam
menyatakan total energi, yaitu jumlah energi kinetik dan energi potensial, yang dmiliki oleh
seluruh molekul-molekul yang terdapat dalam benda.
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur perubahan panas disebut
dengan kalorimeter. Setiap kalorimeter mempunyai sifat khas dalam mengukur panas. Ini
terjadi karena kalorimeter tersebut terbuat dari berbagai jenis seperti gelas, polietena dan
logam sehingga mempunyai kemampuan menyerap panas yang berbeda.
Prinsip dari kalorimeter adalah memanfaatkan perubahan fase dari sifat fisik suatu zat
untuk membandingkan kapasitas penerimaan kalor dari zat-zat yang berbeda. Prinsip
pengukuran pada percobaan ini disebut kalorimetri. Alat pengukur kalor jenis zat berdasarkan
prinsip kalorimetri disebut kalorimeter.
Kelemahan kalorimeter adalah dapat menerima panas. Karena itu kalorimeter harus
dikalibrasi menggunakan tetapan yang disebut tetapan kalorimeter. Dengan menggunakan
tetapan kalorimeter ini dapat diukur besarnya kalor yang diserap oleh kalorimeter sehingga
perubahan kalor dalam reaksi dapat diukur secara keseluruhan.

Pengukuran kalor jenis dengan kalorimeter didasarkan pada asas Black. Teori yang
dikemukakan oleh Joseph Black atau lebih dikenal dengan azas Balck. Yaitu, apabila dua
benda yang suhunya berbeda dan dicampur, maka benda yang lebih panas melepas kalor
kepada benda yang lebih dingin sampai suhu keduanya sama. Sebuah benda untuk
menurunkan T akan melepaskan kalor yang sama besarnya dengan banyaknya kalor yang
dibutuhkan benda itu untuk menaikkan suhunya sebesar T juga.
Pada percobaan ini, dilakukan pencampuran antara aquades yang tidak dipanaskan
dan aquades yang dipanaskan. Dengan memasukkan air ke dalam kalorimeter sambil diaduk
dan dihitung suhunya maka diperoleh suhu sebelum pencampuran air panas dari menit ke 30
sampai menit 240 sebesar 31C. Suhu yang tetap tersebut dikarenakan belum adanya kalor
yang diserap oleh kalorimeter sehingga suhu air dari menit ke 30 sampai menit 240 sama.
Setelah pencampuran air panas, suhu yang semula tetap naik secara perlahan karena
kalorimeter telah menyerap panas dari pencampuran air tersebut. Hal ini sesuai dengan asas
Black yaitu dua benda yang suhunya berbeda dan dicampur, maka benda yang lebih panas
melepas kalor kepada benda yang lebih dingin sampai suhu keduanya sama sehingga jika
energi dari reaksi kimia eksotermal diserap air, perubahan suhu dalam air akan mengukur
jumlah panas yang ditambahkan. Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa semakin lama
pencampuran maka suhu akan semakin menurun. Hal ini dikarenakan air tersebut melepaskan
kalor dari sistem ke lingkungan. Pada menit-menit terakhir, suhu yang dihitung pada
termometer tidak berubah suhunya, ini membuktikan sifat kalorimeter yaitu menjaga suhu,
dan tidak ada pengaruh dari lingkungan.
Energi yang diterima air dingin tidak sama dengan yang dilepas oleh air panas. Ini
dikarenakan sifat dari kalorimeter yang dapat menyerap kalor sehingga tidak semuanya kalor
dapat diterima oleh air dingin.

Sifat-sifat kalorimeter adalah menjaga suhu suatu zat dan tidak terpengaruh oleh
lingkungan, sifatnya dalam proses adalah secara adiabatik yaitu tidak ada energi yang lepas
atau masuk dari luar ke dalam kalorimeter. Berdasarkan azas Black yaitu kalor yang diterima
oleh kalorimeter sama dengan kalor yang diberikan oleh zat yang dicari kalor jenisnya.
Terdapat beberapa fungsi perlakuan yaitu pengadukan secara terus-menerus, bukan
untuk menaikkan suhu zat dalam kalorimeter, melainkan agar penyebaran kalor dapat merata
pada kalorimeter. Pemanasan H2O berfungsi untuk membandingkan suhu air panas dan suhu
air dingin di dalam kalorimeter. Pencampuran dan pengukuran berfungsi untuk membuktikan
fungsi kalorimeter yaitu dapat menjaga/mempertahankan kalor.
Dari data-data yang diperoleh, dapat dihitung T kalor lepas air panas sebesar 2oC,
T kalor diterima air dingin 7oC, Kalor yang dilepas air panas 416,2 J, Kalor yang diterima
air dingin 1456,7 J, dan dengan menggunakan asas Black yaitu Qlepas=Qterima diperoleh
Qkalorimeter sebesar -1040,5 J. Sehingga dari hasil tersebut didapat tetapan kalorimetri maka
diperoleh -148,6 J/oC.
Nilai minus pada tetapan kalorimeter merupakan suatu kesalahan yang menyebabkan
nilai kalor yang diterima air dingin lebih besar dibanding dengan nilai kalor yang diterima air
panas. Dalam hal ini terjadi reaksi eksoterm dimana kandungan panas dari sistem menurun
sehingga sistem melepaskan kalor ke lingkungan. Hal ini melenceng dari teori dimana fungsi
kalorimeter yaitu dapat menjaga/ mempertahankan kalor.

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaan ini dapat ditarik beberapa simpulan
sebagai berikut :
1.

Kalorimeter bersifat menyerap kalor dari larutan yang dimasukkan pada alat tersebut dan
menjaga suhu suatu zat dan tidak terpengaruh oleh lingkungan, sifatnya dalam proses adalah

secara adiabatik yaitu tidak ada energi yang lepas atau masuk dari luar ke dalam kalorimeter.
2. Tetapan kalorimeter yang diperoleh adalah sebesar -148,6 J/oC.

DAFTAR PUSTAKA
Herlambang, Bambang Djuhana, 2004, Rancang Bangun Sistem Pengamatan Temperatur Air
Berbasis Pc Untuk Pengukuran Nilai Air Kalorimeter Suatu Prototipe Kalorimeter Bahan
Bakar, Volume 28, No. 2.
Keenan. 1980. Kimia untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Onu, Favan, Sudarja, Muh. Budi Nur Rahman, 2010, Pengukuran Nilai Kalor Bahan Bakar Briket
Arang Kombinasi Cangkang Pala (Myristica Fragan Houtt) dan Limbah Sawit (Elaeis
Guenensis), Seminar Nasional Teknik Mesin UMY.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2 Edisi 4. Jakarta: Erlangga.
Wahyu, Widiatmo, 2010, Penelitian Nilai Kalor Bahan Bakar Biomassa Pada Limbah Kotoran
Hewan, Seminar Nasional Teknik Mesin UMY.
LAPORAN AKHIR MODUL I
A. Judul : Termokimia
B. Tujuan :
a. Setiap reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan kalor
b. Perubahan kalor dapat diukur atau dipelajari dengan percobaan yang sederhana
C. Dasar Teori
Penerapan hukum pertama termodinamika terhadap peristiwa kimia disebut termokimia, yang
membahas tentang kalor yang menyertai reaksi kimia. Reaksi kimia termasuk proses
isothermal, bila dilakukan di udara terbuka, maka kalor reaksi

qp = H
Akibatnya, kalor dapat dihitung dari perubahan entalpi reaksi
q = Hreaksi = Hhasil reaksi Hpereaksi
Supaya terdapat keseragaman harys ditetapkan keadaan standar, yaitu suhu 25oC dan tekanan
1 atm. Dengan demikian, perhitungan termokimia didasarkan pada keadaan standar, contoh:
AB + CD AC + BD Ho = x kJ mol-1
Ho adalah lambing (notasi) perubahan entalpi reaksi pada keadaan itu.
Ditinjau dari jenis reaksi, terdapat empat jenis kalor, yaitu sebagai berikut.

Kalor pembentukan, ialah kalor yang menyertai pembentukan satu mol senyawa
langsung dari unsur-unsurnya. Contohnya ammonia (NH3), harus dibuat dari gas
nitrogen dan hidrogen, sehingga reaksinya :
N2 (g) + 1 H2 (g) NH3 (g) Ho = -46 kJ mol-1

Karena NH3 harus 1 mol maka koefisien reaksi nitrogen dan hidrogen boleh dituliskan
sebagai pecahan. Energi yang dilepaskan sebesar 46 kJ disebut kalor pembentukan amonia
(HoNH ).
3

Kalor penguraian, (kebalikan dari kalor pembentukan), yaitu kalor yang menyertai
penguraian 1 mol senyawa langsung menjadi unsur-unsurnya, contoh
HF(g) H2 (g) + F2 (g) H = +271 kJ mol-1

Kalor penetralan, ialah kalor yang menyertai pembentukan 1 mol air dari reaksi
penetralan (asam dan basa), contoh :
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l) H = 121 kJ mol-1

Kalor reaksi, yakni kalor yang menyertai suatu reaksi dengan koefisien yang paling
sederhana, contoh:
3H2(g) + N2(g) 2NH3(g) H = -92 kJ

Kalor yang menyertai suatu reaksi dapat ditentukan dengan percobaan laboratorium. Zat
pereaksi yang terukur direaksikan di dalam kalorimeter, yaitu alat yang akan mengukur kalor
yang dihasilkan atau diserap reaksi tersebut. Jika reaksi eksotermik, kalor yang dihasilkan
akan menaikkan suhu air dalam kalorimeter. Besarnya kalor dapat dihitung dengan kenaikan
suhu dan massa air di dalam alat tersebut. Sebaliknya, jika reaksi endoterm, maka suhu air
akan turun sehingga dapat dihitung kalor yang diserap reaksi.

Syukri S. 1999. Kimia Dasar I, Bandung : ITB Press

Kalor adalah perpindahan energi termal. Kalor mengalir dari satu bagian ke bagian lain atau
dari satu sistem ke bagian atau sistem lain karena adanya perbedaan temperatur. Selama
pengalirannya kita tidak mengetahui proses keseluruhannya, misalnya keadaan akhirnya.
Kalor belum diketahui sewaktu proses berlangsung. Kuantitas yang diketahui selama proses
berlangsung ialah laju aliran Q yang merupakan fungsi waktu.
Hampir semua reaksi kimia menyerap atau melepaskan energi, umumnya dalam bentuk kalor.
Kalor (heat) adalah perpindahan energi termal antara dua benda yang suhunya berbeda.
Sering dikatakan aliran kalor dari benda panas ke bena dingin. Walaupun kalor itu sendiri
mengandung arti perpindahan energi, biasanya disebut kalor diserap atau kalor
dibebaskan ketika menggambarkan perubahan energi yang terjadi selama proses tersebut.
Untuk menganalisis perubahan energi yang berkaitan dengan reaksi kimia pertama-tama
harus mendefinisikan sistem, atau bagian tertentu dari alam yang menjadi perhatian kita.
Untuk kimiawan, sistem biasanya mencakup zat-zat yang terlibat dalam perubahan kiia dan
fisika. Sebagai contoh dalam suatu percobaan penetralan asam-basa, sistem dapat berupa
kalorimeter yang mengandung HCl yang didalamnya ditambahkan larutan NaOH. Sisa alam
yang berada di luar sistem di sebut lingkungan (surrounding).

Sumber : http://aatuhalu.wordpress.com/../16, diakses 8:24 / 11-12-2011

Jumlah perubahan kalor selama perubahan kimia dapat diukur dalam suatu kalorimeter (yang
diukur adalah temperaturnya). Kalorimeter terdiri atas tabung yang dibuat sedemikian rupa,
sehingga tidak ada pertukaran atau perpindahan kalor dengan lingkungan disekitarnya, atau
sekelilingnya. Walaupun ada itu dapat terjadi sekecil mungkin, sehingga dapat diabaikan.
Botol termus dapat digunakan sebagai kalorimeter sederhana, yang dihubungkan atau
dibungkus busa pastik, akan tetapi perlu diperhatikan bahwa ada perukaran antara kalorimeter
dan isinya sehingga menera kalorimeter (yaitu permukaan kalor yang diserap kalorimeter),
seteliti mungkin sesuai dengan pelajaran yang dipelajari.
Jumlah kalor yang diserap kalorimeter untuk menaikan suhunya sebesar 1 oC disebut tetapan
kalorimeter. Salah satu cara yang digunakan untuk menentukan tetapan kalorimeter ialah
dengan mencantumkan sejumlah air dingin dengan Massa mol, dan suhunya T dengan
sejumlah air panas dengan massa mol, dan suhunya T di dalam kalorimeter yang ditentukan
tetapannya pada temperatur air yang dicampurkan tidak lebih dari 30. Jika kalorimeter tidak
menyerap kalor dari campuran ini. Kalor yang diberikan air panas harus sama dengan kalor
yang diserap air dingin. Harga tetapan kalorimeter degan temperaturnya tidak langsung dapat
diukur, yang dapat diukur adalah perubahan temperaturnya.

Team Teaching Kimia Dasar I. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I, Gorontalo :
UNG

D. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Kalorimeter
Berfungsi sebagai tempat untuk mengukur perubahan kalor selama reaksi kimia

2. Gelas Ukur
Berfungsi untuk mengukur volume larutan
3. Gelas Kimia
Berfungsi sebagai tempat untuk menampung larutan atau zat kimia
4. Termometer
Berfungsi untuk mengukur temperatur
5. Pipet tetes
Berfungsi untuk meneteskan larutan dalam jumlah kecil
6. Penangas
Berfungsi untuk memanaskan air
b. Bahan
1. Air
Sifat fisik :

Cairan tak berwarna

Titik didih 100 oC, titik leleh 0 oC

Sifat kimia:

Massa molar 18,0153 g/mol

Pelarut banyak jenis zat kimia

Tidak mudah terbakar

2. Etanol
Sifat fisik :

Cairan tak berwarana

Titik didih -114,3 oC, titik leleh 78,4 oC

Sifat kimia:

Massa molar 46,07 g/mol

Larut dalam air

Mudah terbakar dan menguap

3. HCl
Sifat fisik :

Cairan tak berwarna sampai dengan kuning pucat

Titik leleh -27,32 oC, titik didih 48-110 oC

Sifat kimia:

Massa molar 36,46 g/mol

Larut dalam air

Korosif

4. NaOH
Sifat fisik :

Zat padat atau larutan putih

Titik leleh 318 oC, titik didih 1390 oC

Sifat kimia:

Massa molar 39,9971 g/mol

Larut dalam air

Tidak mudah terbakar

E. Prosedur Kerja
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
2. Penentuan Kalor Pelarutan Etanol Dalam Air
3. Penentuan Kalor Penetralan HCl dan NaOH
F. Hasil Pengamatan
1. Penentuan tetapan kalorimeter

T air dingin = 30 oC T air panas = 41 oC


V air panas = 20 ml V air dingin = 20 ml
T campuran

T (oC)

35 oC

35 oC

35 oC

34 oC

34 oC

34 oC

34 oC

34 oC

34 oC

10

33 oC

2. Penentuan Kalor Pelarutan Etanol Dalam Air


a) Untuk air 18 ml dan etanol 29 ml
T etanol = 31 oC T air = 32 oC
T air T Campuran

T (oC)

T (oC)

1/2

32 oC

33 oC

31 oC

34 oC

1 1/2

31 oC

34 oC

31 oC

34 oC

34 oC

35oC

35oC

35oC

b) Untuk air 27 ml dan etanol 19 ml


T etanol = 31 oC T air = 32 oC
T air T Campuran

T (oC)

T (oC)

1/2

31 oC

35 oC

31 oC

35 oC

1 1/2

31 oC

35 oC

31 oC

35 oC

35 oC

35oC

35oC

35oC

c) Untuk air 36 ml dan etanol 14,5 ml


T etanol = 30 oC T air = 31 oC

T air T Campuran

T (oC)

T (oC)

1/2

31 oC

35 oC

31 oC

35 oC

1 1/2

31 oC

35 oC

31 oC

35 oC

35 oC

35oC

35oC

35oC

3. Penentuan Kalor Penetralan HCl dan NaOH


T HCl = 31 oC T NaOH = 31 oC

T (oC)

40

40

40

40

40

39

39

39

39

39

G. Perhitungan dan Pembahasan


a. Perhitungan
1. Penentuan tetapan kalorimeter
Dik : Va : Volume air dingin : 20 ml
Va : Volume air panas : 20 ml
air : 1 gr/ml
S air : J/gr K
Ta1 : 30 oC + 273 = 303 K
Ta2 : 41 oC + 273 = 314 K
Tabel suhu campuran air

t (menit)

T (K)

308

308

308

307

307

307

307

307

307

10

306

Dit : Tetapan kalorimeter (K)..?


Penyelesaian :

Menghitung massa air dingin

Ma1 = Va1
= 20 gr

Menghitung suhu campuran

Tcamp = T/n
= 308+308+308+307+307+307+307+307+307+30610 K
= 307210K
= 307,2 K

Menghitung perubahan suhu air dingin

T1 = Tcamp Ta1
= 307,2 K 303 K = 4,2 K

Menghitung perubahan suhu air panas

T1 = Ta2 Tcamp
= 314 K 307,2 K = 6,8 K

Menghitung kalor yang diserap air dingin

q1 = Ma1 x Sair x T1
= 20 gr x 4,2 J/gK x 4,2 K
= 352,8 Joule

Menghitung kalor yang dilepas air panas

q1 = Ma2 x Sair x T2
= 20 gr x 4,2 J/gK x 6,8 K
= 571,2 Joule

Menghitung kalor yang diterima kalorimeter

q3 = q2 q1
= 571,2 J 352,8 J
= 218,4 J

Menghitung tetapan kalorimeter

K = q3/T2 = 218,4 J4,2 K = 52 J/K

Grafik hubungana antara temperatur dengan selang waktu

2. Penentuan kalor pelarutan etanol dalam air


a. Untuk campuran air 18 ml dengan etanol 29 ml
Dik: air = 1 gr/ml
etanol = 0,79 gr/ml
S air = 4,2 J/gr K
S etanol = 1,92 J/gr K
T air = 304,25 K
T etanol = 304 K
Dit: Entalpi pelarutan (H)?
Peny : Menghitung massa air Menghitung massa etanol
Ma = Va x air M etanol = Vetanol xetanol
= 18 ml x 1 gr/ml = 29 ml x 0,79 gr/ml
= 18 gr = 22,91 gr

Menghitung suhu campuran

Tcamp = T/n = 2458/8 = 307,25 K


T1 = T camp T air = 307,25 304,25 = 3 K
T2 = T camp T etanol = 307,25 304 = 3,25 K

Kalor yang diserap air (qa) Kalor yang diserap etanol (qe)

qa = Ma x S x T1 qe = Metanol x S x T2
= 18 x 4,2 x 3 = 226,8 J = 22 x 1,92 x 3,25
= 226,8 J = 142,95 J

Kalor yang diserap kalorimeter (qk)

qK = K x T2
= 52 x 32,5
= 1690 J

Kalor yang dihasilkan pada larutan

qL = qa + qe + qK = 226,8 + 142,96 + 1690 = 2059,76 J

entalpi pelarutan (H)

H1 = q1/29/58 = 2059,76 / 0,5 = 4119,52 J

Grafik hubungan antara temperatur dengan selang waktu

T (K)
t (Menit)
b. Untuk campuran air 27 ml dengan etanol 19 ml
Dik: air = 1 gr/ml
etanol = 0,79 gr/ml
S air = 4,2 J/gr K
S etanol = 1,92 J/gr K
T air = 304 K
T etanol = 304 K

Dit: Entalpi pelarutan (H)?


Peny : Menghitung massa air Menghitung massa etanol
Ma = Va x air M etanol = Vetanol xetanol
= 27 ml x 1 gr/ml = 19 ml x 0,79 gr/ml
= 27 gr = 15,01 gr

Menghitung suhu campuran

Tcamp = T/n = 2464/8 = 308 K


T1 = T camp T air = 308 304 = 3 K
T2 = T camp T etanol = 308 304 = 3 K

Kalor yang diserap air (qa) Kalor yang diserap etanol (qe)

qa = Ma x S x T1 qe = Metanol x S x T2
= 27 x 4,2 x 4 = 15,01 x 1,92 x 4
= 453,6 J = 115,27 J

Kalor yang diserap kalorimeter (qk)

qK = K x T2
= 52 x 4
= 208 J

Kalor yang dihasilkan pada larutan

qL = qa + qe + qK = 453,6 + 115,27 + 208 = 776,87 J

entalpi pelarutan (H)

H1 = q1/29/58 = 776,87 / 0,5 = 1553,74 J

Grafik hubungan antara temperatur dengan selang waktu

T (K)
t (Menit)
c. Untuk campuran air 36 ml dengan etanol 14,5 ml

Dik: air = 1 gr/ml


etanol = 0,79 gr/ml
S air = 4,2 J/gr K
S etanol = 1,92 J/gr K
T air = 304 K
T etanol = 303 K
Dit: Entalpi pelarutan (H)?
Peny : Menghitung massa air Menghitung massa etanol
Ma = Va x air M etanol = Vetanol xetanol
= 36 ml x 1 gr/ml = 14,5 ml x 0,79 gr/ml
= 36 gr = 11,495 gr

Menghitung suhu campuran

Tcamp = T/n = 2464/8 = 308 K


T1 = T camp T air = 308 304 = 4 K
T2 = T camp T etanol = 308 303 = 5 K

Kalor yang diserap air (qa) Kalor yang diserap etanol (qe)

qa = Ma x S x T1 qe = Metanol x S x T2
= 36 x 4,2 x 4 = 226,8 J = 11,495 x 1,92 x 5
= 604,8 J = 109,968 J

Kalor yang diserap kalorimeter (qk)

qK = K x T2
= 52 x 5
= 260 J

Kalor yang dihasilkan pada larutan

qL = qa + qe + qK = 604,8 + 109,968 + 260 = 974,76 J

entalpi pelarutan (H)

H1 = q1/29/58 = 974,76 / 0,5 = 1949,536 J

Grafik hubungan antara temperatur dengan selang waktu

T (K)
t (menit)
mencari perbandingan mol air dan mol etanol dalam setiap campuran
a. V air = 18 ml , V etanol = 29 ml

Perubahan suhu mula-mula (Tm1)

Tm1 = Tair + T etanol = 304,25 + 304 = 304,125 K


22

Perubahan suhu akhir (Ta1)

Ta1 = Tcamp Tm1 = 307,25 304,125 = 3,125 K

Mol air = gr airmr air = 1818 = 1 mol

Mol etanol = gr etanolmr etanol = 22,9146 = 0,4 mol

Perbandingan mol air dengan mol etanol

mol air : mol etanol = 1 : 0,4


b. V air = 27 ml , V etanol = 19 ml

Perubahan suhu mula-mula (Tm1)

Tm1 = Tair + T etanol = 304 + 304 = 304 K


22

Perubahan suhu akhir (Ta1)

Ta1 = Tcamp Tm1 = 308 304 = 4 K

Mol air = gr airmr air = 2718 = 1,5 mol

Mol etanol = gr etanolmr etanol = 15,0146 = 0,32 mol

Perbandingan mol air dengan mol etanol

mol air : mol etanol = 1,5 : 0,32


c. V air = 36 ml , V etanol = 14,5 ml

Perubahan suhu mula-mula (Tm1)

Tm1 = Tair + T etanol = 304 + 303 = 303,5 K


22

Perubahan suhu akhir (Ta1)

Ta1 = Tcamp Tm1 = 308 303,5 = 4,5 K

Mol air = gr airmr air = 3618 = 2 mol

Mol etanol = gr etanolmr etanol = 11,45546 = 0,24 mol

Perbandingan mol air dengan mol etanol

mol air : mol etanol = 2 : 0,24


3. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH
Dik : L : 1,03 gr/ml T HCl = 31 oC + 273 = 204 K
SL : 3,96 J/gr K T NaOH = 31 oC + 273 = 204 K
Dit : Kalor penetralan.?
Peny :

Suhu mula-mula (Tm)

Tm : T HCl + T NaOH = 304+304/2 = 304 K


2

Suhu akhir (Ta)

T/n = 3125/10 = 312,5

Perubahan suhu akhir (Ta)

Ta = Ta Tm
= 312,5 -304 = 8,5 K

VL = V HCl + V NaOH
= 20 + 20 = 40 ml

Massa larutan = VL x L

= 40 x 1,03 = 4,12 gr

Kalor yang diserap (q1)

q1 = gr larutan x SL x Ta
= 41,2 x 3,96 x 8,5 = 1386,79 J

Kalor yang diserap kalorimeter (q2)

q2 = K x q1
= 52 x 1386,79 = 72113.08 J

Kalor yang dihasilkan reaksi (q3)

q3 = q1 + q2
= 1386,79 J + 72113.08 J = 73499.87 J

Kalor penetralan = q3 = 73499.87 J /0,05 mol = 13558,22 J/mol

mol larutan
mol larutan = massa larutan mr Na0H+mr HCl = 4,12/(40 + 36) = 4,12/76 = 0,05 mol
b. Pembahasan
1. Penentuan tetapan kalorimeter
Percobaan pertama bertujuan untuk menentukan tetapan kalorimeter dengan menggunakan
air panas dan air dingin. Air panas dan air dingin dengan volume yang sama dicampurkan
dalam kalorimeter diaduk, dan diamati temperaturnya. Berdasarkan catatan suhu yang
didapatkan pada percobaan, suhu campuran air dingin dan air panas berkisar antara 33 oC
35 oC.
Pada percobaan penentuan tetapan kalorimeter ini di dapatkan peningkatan suhu saat
penambahan bahan lain yakni air panas. Sebelum ditambah dengan air panas, suhu air dalam
kalorimeter sebesar 30 oC. Dan ketika ditambahkan air panas, temperatur air naik menjadi 35
o
C. Pada percobaan ini terjadi proses secara eksotermik karena sistem melepaskan kalor. Hal
tersebut dapat dilihat pada data hasil pengamatan yang menunjukkan penurunan suhu sistem
(Campuran) yang mula-mula sebesar 35 oC turun perlahan-lahan menjadi 33 oC.

Jika kalorimeter tidak menyerap kalor dari campuran air, maka kalor yang diberikan oleh air
panas sama dengan kalor yang diserap oleh air dingin. Tetapi karena kalorimeter juga ikut
menyerap kalor, maka kalor yang diserap oleh kalorimeter adalah selisih kalor yang diberikan
oleh air panas dikurangi dengan kalor yang diserap oleh air dingin (q3 = q2 q1). Harga
tetapan kalorimeter diperoleh dengan cara membagi jumlah kalor yang diserap oleh
kalorimeter (q3) dengan penghangatan perubahan suhu pada kalorimeter.
C = q3T
C = tetapan kalorimeter (J/K)
q = kalor yang diserap (J)
T = perubahan suhu (K)
Berdasarkan perhitungan diperoleh tetapan kalorimeter sebesar 52 J/K
2. Penentuan Kalor Pelarutan Etanol Dalam Air
Kalor atau panas pelarutan dari etanol dapat diperoleh dengan cara mencampurkan zat
tersebut ke dalam kalorimeter yang berisi air dingin, sehingga akan bereaksi dan akan timbul
suatu reaksi yang disertai dengan perubahan suhu, dan pelepasan sejumlah kalor. Perubahan
kalornya tergantung ada konsentrasi awal dan akhir larutan yang terbentuk.
Dalam percobaan ini, dihasilkan panas pelarutan,sehingga temperatur campuran air dengan
etanol meningkat. Adapun peningkatan suhu campuran terjadi karena adanya kalor pelarutan
yaitu kalor yang menyertai pelarutan etanol dalam air.
3. Penentuan Kalor Penetralan HCl dan NaOH
Inti dari percobaan ini adalah menentukan kalor pada reaksi HCl dan NaOH. Mula-mula
larutan HCl dimasukkan kedalam kalorimeter dan dicatat temperaturnya, kemudian larutan
NaOH yang temperaturnya sama dengan temperatur HCl tadi dicampurkan dengan HCl.
Setelah diamati terjadi perubahan suhu HCl sebelum dan sesudah dicampurkan dengan
NaOH.
Pada peercobaan terjadi reaksi antara asam klorida (HCl) dan basa natrium hidroksida
(NaOH) yang menghasilkan garam dengan air. Reaksi tersebut dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut :
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Yang bertindak sebagai sistem dalam reaksi ini adalah HCl dan NaOH dan yang bertindak
sebagai lingkungan adalah air dan, sebagai medium pelarut kedua zat tersebut. Pada reaksi
tersebut suhu larutan meningkat, hal ini terjadi karena pada saat reaksi terjadi pelepasan
kalor. Kalor yang dilepaskan oleh sistem reaksi (NaOH dan HCl) diserap oleh lingkungan
pelarut dan material lain (Kalorimeter). Akibatnya suhu lingkungan naik yang ditunjukkan
oleh kenaikan suhu larutan. Jadi dalam percobaan tersebut yang diukur bukanlah suhu sistem,

melainkan suhu lingkungan tempat terjadinya reaksi. Sedangkan sistem pada reaksi tersebut
suhunya turun dan mencapai keadaan stabil membentuk NaCl dan H2O.
H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal, yakni :

Pada masing-masing percobaan, campuran antara kedua larutan selalu mengalami


perubahan temperatur.

Perubahan temperatur pada penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH relatif lebih
besar dibandingkan perubahan kalor pada percobaan lain.

Setiap reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan kalor.

Salah satu cara untuk mengukur perubahan kalor adalah dengan melakukan percobaan
menggunakan kalorimeter.

I. Kemungkinan kesalahan

Kurang terampilnya praktikan dalam melakukan percobaan

Kurang terampilnya praktikan dalam membaca suhu pada termometer

Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Termokimia, http://akuadalahorangsukses.blogspot.com/../archive.html
Anonim. 2009. Termokimia, http://aatuhalu.wordpress.com/../Termokimia.htm
Hiskia, A dan Tumapalu. 1991. Stoikiometri Energi Kimia, Bandung : ITB Press
Syukri S. 1999. Kimia Dasar I, Bandung : ITB Press
Team teaching kimia dasar I, Penuntun praktikum kimia dasar I, 2011 : Gorontalo
Tentang iklan-iklan ini

Anda mungkin juga menyukai