Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH PERDAGANGAN

INTERNASIONAL
Oleh : Ayu Triana (IXd)
Pada abad pertengahan (16), perdangan internasional sudah dimulai dieropa. seperti yang
sering terdengar (London dan Paris). Pada waktu itu jalan dari eropa menuju asia (new
word)belum ditemukan (Jalan ke timur).

Pada saat itu hasil-hasil pertanianlah yang diperdagangkan. orang-orang yang menguasai
ilmu-ilmu pertanian adalah orang-orang yang menguasai perekonomian (Tuan Tanah), kaum ini
disebut dengan kaum feodalis. Pertukaran dilakukan dengan cara barter.

Setelah ditemukan jalan ketimur (abad 18), Kebutuhan semakain beragam. masa ini disebut
masa merkantilis. Pada masa ini orang-oarang merkantilis harus membuat negara yang
makmur. ukuran kemakmuran pada masa itu adalah logam mulia (emas). semakin banyak
suatu negara menyimpan logam mulia, maka semakin makmur lah negara tersebut.

1.
2.
3.
4.
5.

Ciri-ciri Masa Merkantilis:


Perdagangan rempah-rempah
Semakin banyak logam mulia maka semakin makmur suatu negara.
Anti inpor, tetapi harus ekspor
Peredaran uang tinggi
Tenaga ahli Exodus (Tidak boleh bekerja diluar negeri)

Dari kaum merkantilis inilah lahir kaum kapitalis. Pada saat ini hampir dipastikan tidak ada
lagi negara tertutup. Pada setiap negara ada yang disebut dengan Endommen Factors).
Manusia adalah mahluk sosial (zoon politicon). Hidup dan berinteraksi merupakan hal
alamiah manusia karena dengan berinteraksilah manusia berinovasi dan membangun
peradabannya. Salah satu interaksi manusia yang telah berlangsung sepanjang peradaban
dibangun adalah upaya pemenuhan kebutuhan sehari-hari dengan saling menukar barang
atau barter. Barter kemudian merupakan aktivitas perdagangan paling kuno sebelum
manusia mengenal alat tukar seperti uang.
Pemenuhan ekonomi atau kebutuhan dengan cara barter dipandang telah memberikan
kontribusi positif dalam perkembangan sejarah manusia karena barter menjadi mediasi
untuk membentuk sosialitas masyarakat dan pada titik inilah intensitas interaksi manusia
terbangun. Perdagangan ala-barter dalam perkembangannya telah mempertemukan

manusia dari segala penjuru belahan dunia, menyambungkan utara-selatan timur-barat


dengan latarbelakang kebudayaan yang berbeda. Dalam historiografi modern, kita
mengenal beberapa jalur perdagangan yang dapat menghubungkan Timur, Arab, Asia dan
Barat salah satunya adalah jalur sutra.
Jalur ini merupakan jalan penghubung yang mempertemukan timur jauh (Gujarat, India,
Arab) dengan pedagang dari Asia (China) negara-negara bawah angin (Malaka, Nusantara)
dan juga pedagang dari Eropa. Inilah awal interaksi perdagangan (ekonomi) paling intens
yang

sekaligus

menjadi

pertemuan

antar

budaya-budaya

berbeda,

suatu

model

perdagangan Internasional konvensional. Kemunculan uang menjadikan manusia semakain


mudah dalam menjalankan aktivitas perdagangan (ekonomi) dan barter perlahan mulai
ditinggalkan

meski

demikian

di

beberapa tempat

barter

masih

digunakan

dalam

perdagangan. Setelah penemuan Uang sebagai alat tukar ditambah dengan terbukanya
jalur-jalur baru seperti Asia tenggara dan Amerika Latin membuat manusia berlomba-lomba
untuk dapat menguasai jalur tersebut. Salah satu jalur yang menjadi primadona terutama
dalam kurun waktu sekitar abad ke-13 sampai dengan abad ke-16 adalah Asia tenggara
terutama kepulauan Nusantara (sekarang Indonesia).
Nusantara pada zaman Sriwijaya, Majapahit hingga Mataram adalah produsen utama
rempah-rempah yang sebagian besar dibeli oleh pedagang dari China, Arab dan India.
Dengan memanfaatkan Jalur sutra kemudian mereka menjualnya ke Eropa yang ketika itu
merupakan pasar potensial untuk perdagangan rempah-rempah dengan keuntungan
berlipat ganda.
Pada awal abad ke-15 Eropa bukanlah kawasan yang paling maju di dunia juga bukan
kawasan yang paling dinamis. Semula Eropa merupakan aktor pasif dalam perdagangan
internasional, dan hanya mengandalkan Konstantinopel sebagai pelabuhan utama pensuplai
barang (rempah-rempah) atau kebutuhan yang datang dari pedagang China, India dan
Arab. Namun situasi kemudian berubah. Pada abad ke-15 kekuatan besar yang sedang
berkembang pada waktu itu adalah Turki Ottoman. Pada tahun 1453 Konstantinopel yang
semula dikuasai Eropa kemudian ditaklukan dan dikuasai oleh Turki Ottoman (Ricklefs
2007:61)
Kekalahan tersebut merupakan titik awal kebangkitan Eropa. Konstantinopel sebagai
gerbang perdagangan Eropa telah dikuasai oleh Turki hal tersebut menjadikan barangbarang yang dijual ke Eropa yang masuk melalui Konstantinopel berlipat ganda harganya
sehingga tidak dapat dijangkau oleh masyarakat Eropa. Hal tersebut mengancam eksistensi
kekuatan eropa (Spanyol, Portugis, Inggris, Belanda, Italia dll) dalam situasi terdesak akan
kebutuhan sumberdaya alam untuk kemajuan ekonomi kerajaan maka muncul inisiatif

melakukan ekspedisi-ekspedisi maritim untuk menemukan sumber daya rempah-rempah


tersebut.
Kemajuan dalam bidang navigasi perkapalan, geografi, astronomi, persenjataan,
penemuan kompas dan peta kemudian mempermudah ekspedisi-ekspedisi tersebut. Mereka
dapat membuat kapal-kapal besar yang mampu mengarungi samudera luas dengan
persenjataan (meriam) sebagai alat pertahanan. Ketika zaman itu aura perang salib masih
terasa kuat hal tersebut dapat dilihat dari doktrin suci yang ditanamkan untuk ekspedisiekspedisi ekonomi tersebut kemudian lahirlah semboyan Gold, Glory dan Gospel (3G)
seakan menjadi mantra untuk menaklukan negeri bawah anggin (Malaka, Nusantara).
Titik terang ekspedisi Eropa adalah penemuan jalan menuju Mameluk (Maluku) negeri
yang menyimpan rempah-rempah oleh bangsa Portugis. Pada tahun 1511 di bawah
komando Alfonso de Albuquerque, Portugis dapat menguasai Malaka yang ketika itu
merupakan

jalur

maritim

perdagangan

Internasional

terramai

di

dunia

yang

menghubungkan Negeri atas anggin, Timur tengah, China dan India dengan pemasok
utama rempah-rempah dari Kepulawan Nusantara. Ini adalah titik yang sangat menentukan
dalam sejarah Asia tenggara bahkan sejarah umat manusia.
Setelah penguasaan Portugis atas Malaka, membuat peta (Konfigurasi) perkembangan
ekonomi mulai hancur, perdagangan kemudian digerakan dengan Instrumen kekerasan dan
monopoli. Inilah masa yang oleh Pramoedya Ananta Toer dalam novelnya "Arus balik"
dipandang sebagai awal kebangkitan Eropa yang membuat Eropa begitu superior hingga
sekarang dan menjadi akhir dari kejayaan Nusantara yang menimbulkan keterpurukan dan
kemiskinan sampai saat ini. Sebelumnya Nusantara merupakan daerah yang maju dan
sedang berkembang dari tradisional menuju fase modernisasi ekonomi, hal tersebut hancur
lebur karena hadirnya ekspansi dari pedagang Eropa yang menghalalkan segala cara
termasuk kekerasan dalam melancarkan misinya.
Kemenangan Portugis tersebut kemudian disusul berdirinya kartel-kartel ekonomi modern
dengan maksud hendak menguasai sumberdaya ekonomi yang ada di Asia Tenggara. Maka
hadirlah Spanyol dengan Spanish Conquistadors, Inggris dengan British Empire, dan
perusahaan kartel pertama di dunia Belanda dengan East India Company (VOC). Semuanya
merupakan perusahaan-perusahaan transnasional raksasa yang digerakan dengan dana
yang memadai, kakuatan maritim besar dan mendapat otoritas penuh dari masing-masing
negara. Kehadiran perusahaan (kartel-kartel) tersebut adalah fase perubahan menuju
sistem perdagangan modern yang sistematis. Kesemuanya adalah organisasi internasional
pertama di dunia yang lahir dan berkembang mengeruk kekayaan Nusantara dengan
maksimal dan sistematis. Perusahan-perusahan inilah juga merupakan jembatan menuju
kolonialisme yang menghadirkan keterpurukan selama berabad-abad hingga saat ini.

Anda mungkin juga menyukai