Beberapa penelitian telah mengeksplore penyakit terkait PPOK dan memberikan masukkan
bahwa semakin meningkat usia pasien, maka beberapa penyakit pemberat sebenarnya sudah
ada, dan hal itu mempengaruhi outcome penelitian, seperti kesehatan dan kualitas hidup,
kebutuhan bantuan tenaga kesehatan, respon terhadap terapi, dan tingkat kematian. Namun
studi-studi tersebut tidak disusun secara sistematis untuk mengevaluasi prevalensi dan
komorbiditas pada pasien PPOK, beberapa juga hanya menggunakan sample kecil pada 1
center kesehatan, menggunakan penelitian retrospektif berdasar rekam medis, atau
menggunakan pasien yang dirawat di RS pada keadaan setelah terjadinya eksaserbasi akut.
Hal-hal itulah yang menjadi keterbatasan penelitian.
Sejak tidak lagi digunakannya kriteria BODE, sebuah penelitian yang masih
berlangsung secara prospektif dengan observasi multidimensi terhadap pasien yang hanya
dirawat jalan yang didiagnosa menderita PPOK berdasar klinis, peneliti secara sistematis
mencatat sebuah sekuel atau perkembangan suatu penyakit penyerta. Peneliti membuat suatu
hipotesa prevalensi dari masing-masing penyakit penyerta dan seberapa kuat hubungannya
antara jumlah dari penyakit penyerta dan risiko kematian pasien. Dengan informasi ini,
mereka dapat membuat skala indeks mengenai PPOK dan penyakit penyerta yang spesifik,
disebut juga COTE (PPOK specific CO-morbidity TE-st). pada akhirnya, dokter dapat
mengeksplorasi bilamana indeks COTE mampu menyediakan tambahan kriteria prognosis
terhadap indeks BODE. Beberapa hasil penelitian ini sudah dipresentasikan sebelumnya pada
European Respiratory Meeting tahun 2011.
I.
METODE
Design Penelitian dan Populasi Penelitian
BODE cohort merupakan studi prospektif yang masih berjalan, multicenter, dan
merupakan studi observasi terhadap pasien PPOK, yang didiagnosa di klinik Paru di Amerika
serikat dan Spanyol, dengan pemeriksaan secara berulang setidaknya sekali dalam setahun.
Sejak November 1997 hingga Maret 2009, total 1664 subjek yang berasal dari
masing-masing center kesehatan (5 center kesehatan) telah diperiksa lewat sebuah penelitian
dan difollow up hingga pasien meninggal atau hingga tahun 2010.
Kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian BODE sudah dipublikasikan sebelumnya.
Kriteria inklusi adalah pasien PPOK yang memiliki riwayat merokok sebelumnya (>10 pak
per tahun), dan sudah melakukan test fungsi paru yang merupakan standard pemeriksaan
berdasar ATS (American Thoracic Society). Semua pasien dalam kondisi stabil dan mendapat
terapi standard. Subjek dieksklusi bila memiliki asthma, tidak bisa melakukan lung fucntion
test, dan tidak bisa melakukan test jalan 6 menit.
Pengukuran
Peneliti mencatat usia, jenis kelamin, hasil test post bronchodilator dengan spirometri,
dan index BODE.
Penyakit Penyerta
HASIL
Karakterisitk kohort
Penelitian kohort ini mengutamakan pasien pria kulit putih dengan rerata FEV
1 sebesar 49% dengan range obstruksi airflow yang luas (Global Initiative for Chronic
Obstructive Lung Disease Stages). Rerata BODE index adalah 3,7. Median dari waktu
penelitian adalah 51 bulan. Saat dilakukan observasi, 40% pasien meninggal, dengan
rerata waktu follow up selama 36 bulan, dibanding dengan 62 bulan pada pasien yang
selamat. dari 671 pasien yang meninggal saat observasi, ditemukan penyebab primer
kematiannya pada 551 pasien (82%). Penyebab dari penyakit pernafasan lah yang
terbesar yaitu 328 subjek (49%), dengan PPOK sebagai penyebab utamanya adalah
268 kasus (40%). Pada 283 pasien (42%), penyebab kematiannya adalah bukan dari
penyakit pernafasan, antara lain 144 orang meninggal karena kanker (21%), dan 51
orang meninggal karena penyakit kardiovaskular (8%).
Penyakit Penyerta
Total 79 penyakit penyerta diobservasi termasuk berdasar jenis kelamin
(kanker payudara, kanker prostat). Rerata jumlah penyakit penyerta pada tiap pasien
adalah 63,5; diantaranya 4,6 3,2 untuk perempuan, dan 6,2 3,5 untuk pria. Rerata
jumlah penyakit penyerta lebih tinggi pada pasien yang tidak selamat dibanding yang
selamat.
pada
PPOK Comorbidome
Prevalensi dari 12 penyakit penyerta yang berhubungan dengan peningkatan
risiko kematian, dengan overall prevalensi lebih dari 10%, ada pada grafik 2 bubble
chart. Mortalitas ada pada bagian tengah, dengan diameter dari planet adalah
prevalensinya. Semakin dekat dengan bagian tengah maka risiko kematian makin
tinggi.
COTE index
Penyakit penyerta yang termasuk dalam COTE index dapat dilihat pada tabel
2. Mirip dengan Charlson index, dengan value point berdasar skala 1-6 untuk tiap
penyakit komorbid yang diseleksi. (1-1,5= 1, >1,5-2= 2, >2= 6). Khusus untuk
keganasan makan nilainya dianggap langsung menjadi 2 point. Semakin tinggi COTE
index maka makin tinggi pula angka kematian pasien baik itu terkait PPOK maupun
non PPOK.
III.
Diskusi
Observasi multisentrik pasien PPOK dengan berbagai komorbid menunjukkan
tiga hal. Pertama, meskipun sejumlah besar komorbiditas ada pada pasien PPOK,
kelompok pasien dapat dibagi menjadi mortalitas yang berhubungan dengan
PPOK maupun tidak berhubungan dengan PPOK. Kedua, dari hasil HR dan data
prevalensi komorbiditas, ada ekspresi baru antara hubungan komorbiditas dan
PPOK, yaitu komorbidom. Ketiga, terbentuk indeks resiko komorbid yang baru
(COTE). Indeks sederhana ini, yang memberikan informasi tambahan pada indeks
BODE, bisa memprediksi pasien PPOK mana yang memiliki resiko mortalitas
tinggi terlepas dari kondisi umum mereka. Meskipun banyak jumlah komorbiditas
pada pasien PPOK, PPOK adalah penyakit respirasi kompleks yang diasosiasikan
dengan banyak manifestasi sistemik. IMT yang rendah, tingginya skor dyspnea,
dan kurangnya kapasitas oalhraga memberikan prognosis yang buruk yang tidak
bergantung pada keterbatasan airflow. Sebagai tambahan, ada akumulasi buktibukti bahwa pasien dengan PPOK rentan untuk terkena penyakit lain seperti
penyakit arteri coroner, kanker paru, osteoporosis, anemia, depresi. Karena
asosiasi dengan penyakit-penyakit lain cenderung lebih kuat pada pasien PPOK
daripada pasien tanpa PPOK, Fabbri mengutarakan bahwa mungkin saja PPOK
merupakan salah satu manifestasi dari sindroma inflamasi sistemik. Konsep ini
mendapat perhatian besar. Namun, sedikit penelitian yang mendalami teori ini.
Sebagai bagian dari karakterisasi, pasien dievaluasi apakah terdapat komorbiditas
pada setiap kunjungan.
Disamping penyakit-penyakit yang tertera pada skor Charlson yang digunakan
untuk menentukan dasar komorbiditas, pasien juga diminta untuk menuliskan
adanya penyakit baru yang diderita atau terapi baru yang dijalankan untuk
mengobati penyakit selama follow-up. Seperti yang terlihat pada gambar 1,
gambar E2, dan tabel E1, sebanyak 79 komorbiditas berbeda ditemukan dalam
Komorbiditas
Hazard ratio
Poin
Kanker paru, esofagus,
>2
6
pankreas, dan payudara
Kecemasan
13.76
6
Kanker lain
2
Sirosis hepatis
1.68
2
Fibrilasi atrium/flutter
1.56
2
Diabetes dengan neuropati
1.54
2
Fibrosis paru
1.51
2
Gagal jantung kongestif
1.33
1
Ulkus gaster/duodenum
1.32
1
Penyakit arteri koroner
1.28
1
Hazard Ratio <1.5 = 1, >= 1.5 = 2, dan 6 untuk kanker paru, pancreas, esophagus, dan
payudara.
Tabel 3. Komorbiditas dan nilai poin yang digunakan untuk komputerisasi indeks COTE