Konsumsi Dalam Ekonomi Islam Kel.1b
Konsumsi Dalam Ekonomi Islam Kel.1b
Disusun Oleh :
201410160311145
201310160311006
201310160311396
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 3
1.1
Latar Belakang..........................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 4
2.1 Prinsip Konsumsi dan Perilaku Konsumen dalam Islam.................4
1.
Prinsip Keadilan.........................................................................4
2.
Prinsip Kebersihan.....................................................................6
3.
Prinsip Kesederhanaan..............................................................7
4.
5.
Prinsip Moralitas............................................................................ 9
2.2
2.3
a.
b.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip Konsumsi dan Perilaku Konsumen dalam Islam
Menurut M.Abdul Mannan , perintah Islam mengenai
konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip,yaitu (a) prinsip
keadilan ,(b) prinsip kebersihan,(c) prinsip kesederhanaan,(d)
prinsip kemurahan hati, dan (e) prinsip moralitas. Kelima prinsip
ini menjadi pegangan dalam aktivitas konsumsi sejalan dengan
ajaran Islam. Adapun menurut Yusuf al-Qardhawi,prinsip-prinsip
konsumsi dalam ekonomi Islam adalah : (a) menjauhi sifat kikir
dan mendayagunakan harta dalam kebaikan,(b) memerangi
kemubaziran dalam berkonsumsi, dan (c) bersikap sederhana
dalam konsumsi(Idris,2015).
1. Prinsip Keadilan
Prinsip ini mengandung arti ganda mengenai mencari rezeki
yang halal dan tidak dilarang oleh syariat Islam. Yang boleh
dikonsumsi adalah yang halal dan baik, sedangkan yang tidak
boleh dikonsumsi adalah yang haram dan tidak baik. Allah
berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 168:
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkahlangkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagimu.
Keadilan yang dimaksud dalam aktivitas konsumsi adalah
mengonsumsi sesuatu yang halal,tidak haram, dan baik, tidak
membahayakan tubuh.Barang yang haram dan membahayakan
tubuh dilarang oleh Islam ,misalnya makan babi dan bangkai
serta minum khamar yang dinilai najis dan membahayakan.Tidak
hanya itu keadilan dalam konsumsi juga diartikan sebagai tidak
menzalimi dan tidak pula dizalimi. Contoh kegiatan ekonomi yang
mengandung riba.Salah satu pihak atau bahkan keduanya dari
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orangorang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.(QS.Al-Baqarah:278-279)
Menurut Tafsir Ibnu Katsir (2005) , redaksi ayat ini
diturunkan berkenaan dengan Bani Amr bin Umair dari suku
Tsaqif , dan Bani Mughirah dari Bani Makhzum. Diantara mereka
telah terjadi praktek riba pada masa jahiliyah. Setelah Islam
datang dan mereka memeluknya, suku Tsaqif meminta untuk
mengambil harta riba itu dari mereka.Kemudian mereka pun
bermusyawarah , dan Bani Mughirah pun berkata : Kami tidak
akan melakukan riba dalam Islam dan menggantikannya dengan
usaha yang disyariatkan. Kemudian Utab bin Usaid, pimpinan
Makkah , menulis surat membahas mengenai hal itu dan
mengirimkannya kepada Rasulullah SAW.
Bahwasanya Abu Qatadah pernah mempunyai piutang
kepada seseorang,lalu ia mendatanginya untuk menagihnya,
namun orang it bersembunyi darinya .Pada suatu hari ia datang
kembali , kemudian keluarlah seorang anak,lalu Abu Qatadah
bertanya kepada anak tersebut mengenai keberadaan orang itu,
dan si anak menjawab Ya, ia berada di rumah. Maka Abu
Qatadah
pun
memanggilnya
seraya
berucap
:Hai
Fulan,keluarlah,aku tahu engkau berada di dalam.Maka orang
itupun keluar menemuinya. Dari Abu Qatadah bertanya:Apa
yang menyebabkan engkau bersembunyi dariku? Orang itu
menjawab :Sesungguhnya aku benar-benar dalam kesulitan
,dan aku tiak mempunyai sesuatu apapun. Ya Allah,a[pakah
engkau benar-benar dalam kesulitan? tanya Abu Qatadah .Ya,
jawabnya.Maka
Abu
Qatadah
pun
menangis,lalu
menceritakan,aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
dan
diminum.Hanya
makanan
dan
minuman
halal,baik,bersih,dan bermanfaat yang boleh dikonsumsi.
yang
virus
yang
terdapat
dalam
darah.Biasanya
pemakan
darah,otaknya tumpul dan bodoh serta berperangai kejam. Allah
mengharamkan daging babi karena babi mempunyai perangai
buruk,yaitu tidak pernah cemburu antar sesamanya,membiarkan
jantan lain menggauli betinanya. Jika orang sering makan
babi,akan timbul sifat dalam dirinya membiarkan pergaulan
bebas.Di samping itu, dalam daging babi terdapat virus penyakit
yang sering membekas pada kulit orang yang memakannya dan
mengandung cacing pita yang walaupun dimasak dalam suhu
yang sangat panas tidak mati.
3. Prinsip Kesederhanaan
Menurut Monzer Kahf,konsumsi berlebih-lebihan yang merupakan ciri khas
masyarakat yang tidak mengenal Tuhan, dikutuk dalam Islam dan disebut dengan
istilah israf (pemborosan) atau tabdzir (menghambur-hamburkan harta tanpa
guna). Tabdzir berarti menggunakan harta dengan cara yang salah , yakni untuk
menuju tujuan-tujuan yang terlarang,seperti penyuapan atau hal-hal yang
melanggar hukum atau dengan cara yang tanpa aturan. Setiap kategori ini
mencakup beberapa jenis penggunaan harta yang hampir-hampir sudah
menggejala pada masyarakat yang berorientasi konsumer.Pemborosan berarti
penggunaan secara berlebih-lebihan untuk hal-hal yang melanggar hukum dalam
hal seperti makanan,pakaian,tempat tinggal atau bahkan sedekah.Perilaku
berlebihan sangat dilarang dalam Islam sebagaimana firman Allah:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.(Q.S Al-Araf:31)
Pada zaman Rasulullah Saw ada seorang Muslim yang miskin dan rajin
beribadah bernama Tsalabah bin Hathib al-Anshari yang menjadi kaya raya
karena didoakan oleh Rasulullah Saw.Namun sejak menjadi orang kaya ,Tsalabah
hanya pergi ke masjid saat shalat Zuhur dan Ashar. Ia sangat sibuk dengan hewan
ternaknya.Setelah menerima ayat berkaitan dengan zakat, Rasulullah mengutus
dua orang untuk mengambil zakat dari Tsalabah . Namun, ia menolak
memberikan zakat. Utusan tersebut kembali menemui Rasulullah Saw bersabda
Celakalah Tsalabah(Ariany,2010).
4. Prinsip Kemurahan Hati
Prinsip keempat ini mempunyai dua makna, yaitu kemurahan kepada Allah
kepada manusia yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya melalui sifat
Rahman dan Rahim-Nya dan sikap murah hati manusia dengan menafkahkan
sebagian hartanya orang lain. Menurut M.Abdul Mannan , makan makanan dan
minum minuman yang disediakan Allah karena kemurahan-Nya
diperbolehkan,selama itu halal dan dimaksudkan untuk kelangsungan hidup dan
menjaga kesehatan demi menunaikan perintah Allah sesuai dengan tuntunanNya ,disertai dengan perbuatan adil yang menjamin persesuaian bagi semua
perintah-Nya.
Perintah Allah untuk menyisihkan sebagian harta orang-orang kaya guna
diberikan kepada orang-orang yang kurang mampu dalam hal kekayaan, misalnya
bentuk zakat ,infak,sedekah,wakaf,memberikan pinjaman utang, maupun bentuk
solidaritas sosial lainnya. Allah SWT berfirman:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS.At-Taubah:103)
Fathimah Az-Zahra ,istri Ali bin Abi Thalib didatangi oleh seorang pengemis
yang meminta sedekah. Ketika itu,dia hanya mempunyai 50 dirham.Fathimah
hanya memberikan setengahnya saja yaitu 25 dirham kepada si pengemis.
Pengemis lalu bertemu Ali bin Abi Thalib dan memberitahu Ali bin Abi Thalib
bahwa Fathimah memberikan hanya 25 dirham, lalu Ali menyruh Fathimah
memberikan semua uang yang mereka punya untuk disedekahkan kepada si
pengemis. Tidak hanya itu, saat ada orang yang mengadu dalam kesusahan dan
ingin menjual untanya, Ali pun sanggup untuk membelinya walaupun Ali tidak
mempunyai uang sama sekali (Salman,2009).
5. Prinsip Moralitas
Konsep moralitas dalam mengonsumsi barang atau jasa dalam Islam
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mendasar antara seseorang yang
memburu kepuasan,kenikmatan,dan kebahagiaan semata tanpa mengindahkan
aturan-aturan Islam dengan seseorang yang menerapkan nilai-nilai moral Islam
dalam kaitannya dengan konsumsi barang atau jasa.Karena itu, etika merupakan
hal penting dalam aktivitas konsumsi. Sebagaimana dijelaskan di atas,Rasulullah
juga mengajarkan kepada umat Islam agar memperhatikan etika dalam
berkonsumsi.Misalnya, ia menganjurkan agar seseorang makan menggunakan
tangan kanannya.
. .
jika seseorang dari kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya dan
jika minum maka minumlah dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan
minum dengan tangan kirinya (HR. Muslim no. 2020).
2.2 Standart kehidupan dalam Islam
Menurut Misanam (2007) Untuk menemukan doktrin ekonomi Islam
konsumsi, kita harus melacak melalui nilai fundamental islam di mana setiap
muslim seharusnya juga merujuk ketika merencanakan untuk melakukan sesuatu.
Ajaran yang sangat mendasar adalah bahwa tujuan akhir untuk setiap muslim
untuk mencapai adalah falah. Falah adalah kebaikan baik dalam perspektif
kehidupan duniawi ini dan di akhirat. Selain itu, kehidupan akhirat adalah hadiah
dan juga hukuman kepada individu yang melakukan sesuatu yang baik atau buruk
dalam falah di dunia.Selain itu, ada juga ibadah, ibadah juga tujuan individu
muslim (QS 51:56) .Perbedaan antara falah dan ibadah adalah bahwa falah adalah
tujuan ideal saat ibadah adalah one.Maslahah operasional adalah konsep yang luas
berbagai manfaat yang jauh berbeda dari manfaat (utility)
Menurut Hossain (2014) Menurut ekonomi Islam, keinginan yang
terdiri dari Empat Jenis keperluan dalam kehidupan. ini adalah
Kebutuhan hidup, keperluan efisiensi, kenyamanan dan
Kemewahan.Mereka ingin yang benar-benar diperlukan bagi
kehidupan manusia dan manusia tidak dapat bertahan hidup
tanpa itu, misalnya makanan, pakaian dan tempat tinggal dll
disebut kebutuhan-kebutuhan kehidupan.
Keperluan yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi kerja
disebut kebutuhan-kebutuhan efisiensi, misalnya baik makanan,
daging, susu,mentega, baik tidur, sepatu, dan buah-buahan dll
termasuk orang-orang hal yang utilitas pada umumnya lebih
besar dari biaya mereka pakaian yang baik dan makanan lezat,
baik dan mahal dan bangunan dilengkapi dengan baik rumah
yang kenyamanan. Berlebihan dalam kepuasan pribadi atau
berlebihan pengeluaran untuk keinginan yang tidak perlu dan
berlebihan adalah disebut mewah. Biaya kemewahan biasanya
lebih besar dari manfaat, misalnya mahal dress, anggur,
perkakas emas dan perak dll.
Menurut Huda (2006) Teori perilaku konsumen yang dibangun berdasarkan
syariah Islam, memiliki perbedaan yang mendasar dengan teori konvensional.
Perbedaan ini menyagkut nilai dasar yang menjadi fondasi teori, motif dan tujuan
10
konsumsi, hingga teknik pilihan dan alokasi anggaran untuk berkonsumsi. Ada
tiga nilai dasar yang menjadi fondasi bagi perilaku konsumsi masyarakat muslim :
1. Keyakinan akan adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat, prinsip ini
mengarahkan seorang konsumen untuk mengutamakan konsumsi untuk akhirat
daripada dunia. Mengutamakan konsumsi untuk ibadah daripada konsumsi
duniawi. Konsumsi untuk ibadah merupakan future consumption (karena terdapat
balasan surga di akherat), sedangkan konsumsi duniawi adalah present
consumption.
2. Konsep sukses dalam kehidupan seorang muslim diukur dengan moral
agama Islam, dan bukan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi
moralitas semakin tinggi pula kesuksesan yang dicapai. Kebajikan, kebenaran dan
ketaqwaan kepada Allah merupakan kunci moralitas Islam. Kebajikan dan
kebenaran dapat dicapai dengan prilaku yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan
dan menjauhkan diri dari kejahatan.
3. Kedudukan harta merupakan anugrah Allah dan bukan sesuatu yang
dengan sendirinya bersifat buruk (sehingga harus dijauhi secara berlebihan). Harta
merupakan alat untuk mencapai tujuan hidup, jika diusahakan dan dimanfaatkan
dengan benar
2.3 Prinsip Konsumsi dan Perilaku Konsumen dalam Islam
Menurut P3EI(2013, konsumen cenderung untuk memilih barang dan jasa
untuk memberikan mashlahah maksimum. Hal ini sesuai dengan rsionalitas islami
bahwa setiap pelaku ekonomi selalu ingin meningkatkan mashlahah yang
diperolehnya. Keyakinan bahwa ada kehidupan dan pembalasan yang adil di
akhirat serta informasi yang berasal dari Allah adalah sempurna akan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kegiatan konsumsi.
Mengkonsumsi yang halal saja merupakan kepatuhan kepada Allah,
kerenanya memperoleh pahala. Pahala inilah yang kemudian dirasakan sebagai
berkah dari barang/jasa yang telah di konsumsi. Sebaliknya, konsumen tidak akan
mengkonsumsi barang- barang/jasa yang haram karena tidak mendatangkan
berkah. Mengkonsumsi yang haram akan menimbulakan dosa pada akhirnya akan
berujung pada siksa Allah. Jadi mengkonsumsi yang haram justru memberikan
berkah negative.
Misalnya, ketika seorang menonton televise di pagi hari, maka ia bisa
memilih channel mengenai berita politik dan hokum. Berita kriminal, silm cartun,
hiburan music atau siaran lainnya. Setiap jenis siaran tersebut dirancang untuk
mampu memberikan manfaat bagi penontonya, baik berupa layanan informasi
maupun kepuasan psikis.
11
Keinginan
Hasrat (nafsu) manusia
Kepuasan
Preferensi atau selera
Subjektif
Dibatasi/dikendalikan
Kebutuhan
Fitrah manusia
Manfaat & berkah
Fungsi
Objektif
Dipenuhi
12
Mashlahah = berkah
(1x2)
700
1.400
2.100
2.800
3.500
4.200
4.900
5.600
Manfaat
F
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
10
18
24
28
30
32
32
30
Pahala per
unit
(p)
(3)
27
27
27
27
27
27
27
27
Total
pahala (P)
(4)=(1)x(3
)
27
54
81
108
135
162
189
216
Berkah
(5)=(2)x(4
)
270
972
1944
3024
4050
5216
6080
6480
Mashlahah
M=F+B
(6)=(2)+(5
)
280
990
1968
3052
4080
5216
6080
6510
Sebagai misal , ketika Zaid membeli sebuah surat kabar , maka ia akan
mendapatkan manfaat berupa sejumlah informasi yang berguna, misalnya senilai
10. Ketika ia membeli dua surat kabar, maka ia akan mendapatkan tambahan
manfaat senilai 8 . Semakin banyak surat kabar yang Zaid beli maka tambahan
manfaatnya, (misalnya informasi) akan semakin berkurang.
Kebutuh
an
Kebutuh
an sosial
Kebutuh
an Fisik-
Kebutuh
an
Kebutuhan generasi
yang akan datang
Kehalala
n produk
Niat
ibadah/kebai
kan
14
Pemenuhan
Manfaat (duniawi)
Berkah
Mashlahah
Mudharat
Pemenuhan
keinginan
Hal yang
sia-sia
Hal yang
merugikan
15
2) Manfaat fisik dan psikis, yaitu berupa terpenuhinya kebutuhan fisik atau psikis
manusia, seperti rasa lapar, haus, kedinginan, kesehatan, keamanan, kenyamanan
dan sebagainya
3) Manfaat intelektual, yaitu berupa terpenuhinya kebutuhn akal manusia ketika ia
membeli suatu barang/jasa, seperti kebutuhan tentang informasi, pengetahuan,
ketrampilan dan semacamnya.
4) Manfaat terhadap lingkungan, yaitu berupa adanya eksternalitas positif dari
pembelian suatu barang/jasa atau manfaat yang bisa dirasakan oleh selain pembeli
pada generasi yang sama.
5) Manfaat jangka panjang, yaitu terpenuhinya kebutuhan duniawi janga panjang
atau terjaganya generasi masa mendatang terhadap kerugian akibat dari tidak
membeli barang/jasa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perekonomian Islam akan terwujud jika prinsip dan nilai-nilai Islam
diterapkan secara bersama-sama dan melahirkan manfaat dan berkah atau
16
3.2 Saran
Penerapan ekonomi dengan menerapkan prinsip islam di dalamnya
sehingga mengetahui kegiatan ekonomi berupa konsumsi tidak hanya sebatas
membuat senang dan puas tetapi juga ada keberkahan di dalamnya bila diniatkan
dengan ibadah dan juga pahala yang setimpal dengan niat yang dikerjakan di
dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI).2013.
Ekonomi
Islam.Penerbit:PT RajaGrafindo Persad,Jakarta
Al-Ghazali,Imam.2007.Rahasia Halal Haram: Hakikat Batin
Perintah dan
Larangan Allah.Penerbit:Mizania,Bandung.
17
and
and
18