Kasus Aspirasi Pneumonia Fix
Kasus Aspirasi Pneumonia Fix
LAPORAN KASUS
ASPIRASI PNEUMONIA
Oleh:
Harmas Yulia Fara Hylda
201020401011177
Pembimbing:
dr. Taufiqur Rahman Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL................................................................................................. 1
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 3
BAB 2 LAPORAN KASUS.................................................................................. 4
BAB 3 PEMBAHASAN....................................................................................... 8
BAB 4 KESIMPULAN......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
pada anak di Negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama moriditas
dan mortalitas anak berusia dibawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir
seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal
setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara.
Menurut Survei kesehatan Nasional (SKN) 200, 27,6% kematian bayi dan 22,8%
kematian balita di Indonesia disebabkan system respiratori, terutama pneumonia.
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebgaian kecil disebabkan oleh
hal lain (aspirasi, radiasi, dll). Pneumonia seringkali dipercaya diawali oleh infeksi
virus yang kemudian mengalami komplikasi infeksi bakteri. Secara klinis pada anak
sulit memedakan pneumonia bacterial dengan pneumonia virus. Demikian pula
pemeriksaan radiologis dan laboratorium tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Namun sebagai pedoman disebutkan bahwa pneumonia bacterial awitannya cepat,
batuk produktif, pasien tampak toksik, leukositosis, dan perubahan nyata pada
pemeriksaan radiologis.
Pneumonia Aspirasi (Aspiration pneumonia) adalah infeksi paru-paru yang
disebabkan oleh terhirupnya bahan-bahan ke dalam saluran pernafasan. Partikel kecil
dari mulut sering masuk ke dalam saluran pernafasan, tetapi biasanya sebelum masuk
ke dalam paru-paru, akan dikeluarkan oleh mekanisme pertahanan normal atau
menyebabkan peradangan maupun infeksi. Jika partikel tersebut tidak dapat
dikeluarkan, bisa menyebabkan pneumonia.
Pada makalah ini akan disajikan salah satu contoh kasus aspirasi pneumonia
pada anak umur 2 bulan
.
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang anak perempuan berumur 2 bulan 4 hari dengan Berat badan (BB) 4,8
kg pada tanggal 27-07-2011 jam 20.40 dibawa kedua orang tuanya ke RSML dengan
keluhan utama sesak. Sesak dirasakan mendadak sejak jam 16.00, sesak memberat 2
jam yang lalu SMRS, pasien terlihat rewel dan gelisah. Sesak pada pasien dicetuskan
ketika pasien menangis pasien diberikan air susu. Pasien sebelumnya tidak pernah
mengeluh sesak, pasien tidak ada riwayat batuk, pilek maupun panas sebelumnya.
Sebelumnya MRS pasien jam 17.00 dibawa ke mantri dan diberi obat, karena
keadaan pasien belum juga membaik akhirnya dibawa ke RSML.
Sebelumnya pasien belum pernah menderita keluhan seperti ini, pasien juga
tidak mempunyai riwayat sesak dan riwayat batuk sebelumnya. Keluarga pasien tidak
mempunya riwayat atopi sebelumnya. Keluarga menuturkan bahwa keadaan
lingkungan sekitar bersih dan setiap kali akan dipakai dot dicuci dan direbus terlebih
dahulu. Pasien lahir secara normal, ketuban jernih dan cukup bulan, lahir di bidan
dengan BB 2700 gr dan Panjang badan (PB) 48 cm. Pasien saat lahir sampai umur 1
minggu minum ASI setelah itu diganti PASI (SGM) sampai sekarang karena ibu
pasien bekerja di Surabaya. Pasien belum pernah makan apapun kecuali PASI.
Riwayat imunisasi pasien BCG1x, hepatitis B 1x, DPT belum pernah, Polio 1X dan
belum pernah mendapatkan imunisasi campak.
Saat datang ke RSML pasien dalam keadaan somnolen, nadi 180x/menit, nafas
60x/menit, suhu 37C aksila, BB 4800 gram, PB 56 cm, lingkar kepala 38cm. Pada
pemeriksaan kepala didapatkan ubun-ubun besar normal, mata tidak tampak cowong,
tidak tampak anemis, ikterik, pasien tampak sianosis dan sesak,ada napas cuping
hidung mulut dan mukosa bibir normal. Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah
bening (KGB) dan kelenjar tiroid pada pemeriksaan leher. Pada pemeriksaan paru
didapatkan bentuk simetris, tampak adanya retraksi intercostalis, pergerakan dinding
dada sebelah kanan tertinggal, tidak terdapat pembesaran kelenjar aksila, perkusi
sonor, dan terdapat bunyi nafas vesikuler menurun pada sisi yang sakit, tidak
terdengar wheezing tetapi didapatkan ronkhi di kedua lapang paru. Sedangkan pada
pemeriksaan jantung tidak didapatkan voussore cardiaque, iktus cordis tak kuat
angkat, tidak didapatkan thrill atau fremissement, S1 S2 tunggal, tidak terdengar
bunyi murmur maupaun gallop. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan flat, tidak
tampak distensi, turgor kulit normal, tidak didapatkan adanya meteorismus saat
perkusi, bising usus normal, tidak terdengar bruit maupun metalic sound. Pada
ekstremitas didapatkan akral hangat, tidak didapatkan edema, capilary refill 2 detik.
Analisa status gizi
PB
: 56 cm
BB aktual
: 4,8 kg
BB ideal
: 4,9 kg
BB (%)
: 97,9 %
: 0/0/78/13/9
Hematokrit
: 34,4%
(L 40-54%, P 35-47%)
Hemoglobin
: 11,1 g/dl
Leukosit
: 24.500
(4000-10.000)
Trombosit
: 851.000
(150.000- 450.000)
LED
: 15/32
(L 0-5/jam, P 0-7/jam)
: 4,8
(3,6-5,5 mmol/L)
Natrium Serum
: 137
(135-155 mmol/L)
Cl serum
: 109
(70-108 mmol/L)
3. Blood Gas
Kalium 3,93
Natrium 39,2
Beb -4,9
Beecf -5
4. pemeriksaan analisis gas darah
HCO3
: 9,4
O2 saturation
PCO2
pH
PO2
TCO2
7. Lemak
Cholesterol
: 160
TG
: 153
8. Foto thoraks
Kata kunci
-
Mendadak Sesak
sianosis
HR 180x/menit
RR 60x/menit
Leukositosis
Hasil
Daftar masalah
-
Sesak napas
Ronchi (+)
Leukositosis
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, di dapatkan bayi mendadak sesak setelah diberi minum
sewaktu menangis, sebelumnya pasien ini tidak ditemukan batuk, pilek, maupun
panas. Pada pasien anak umur 2 bulan yang mengeluh sesak bisa disebabkan karena
penyakit gagal jantung, bronchiolitis, asthma, dan pneumonia.
Pada gagal jantung biasanya disebabkan oleh penyakit jantung bawaan yang
diakibatkan oleh beban volume (preload) atau beban tekanan (afterload) yang
berebih, atau penurunan kontraktilitas miokard. Pada anak akan didapatkan sesak atau
biru terutama setelah menangis, sesak napas dapat mengakibatkan kesulitan
makan/minum dalam jangka panjang, gagal tumbuh. Sering berkeringat, ortopneu,
mengi, edema di perifer atau pada bayi biasanya di kelopak mata. Pada pemriksaan
fisik didapatkan Nadi >160/menit pada bayi dan
ini tidak didahului infeksi pernafasan akut bagian atas, tidak ditemukan wheezing,
dispneu dengan expiratory effort, maupun perkusi yang hipersonor.
Sesak pada anak dengan asthma karena adanya peningkatan reaktivitas
(hiperreaktivitas) trakhea dan bronchus terhadap berbagai rangsangan. Biasanya
manifestasi kilinik berupa penyempitan saluran napas yang menyeluruh. Pada
anamnesis biasanya ada riwayat penyakit batuk kronik berulang (2 minggu berturutturut/dalam 3 bulan/ada 3episode batuk), mengi, riwayat atopi pasien/keluarga (misal:
rhinitis alergi, dermatitis atopi, urtikaria). Biasanya pada asma juga dicetuskan faktor
yang spesifik berupa ativitas, emosi (misalnya menangis atau tertawa), debu,
makanan, minuman, pajanan terhadap hewan berbulu perubahan suhu lingkungan
aatau cuaca. Pada saat serangan asma, pemeriksaan fisik yang ditemukan antara lain
pada inspeksi bentuk dada emfisematikus (barrel chest) terlihat napas cepat
(takipneu), dangkal, sesak napas (dispneu), napas cuping hidung, sianosis, gerakan
dinding dada berkurang, pada inspirasi terihat retraksi daerah supraklavikuler,
suprasternal, epigastrium dan sela iga. Pada perkusi didapatkan suara hipersonor,
auskultasi didapatan suara vesikuler turun, wheezing, ronchi kasar, halus. Pada pasien
ini diagnosis asthma dapat disingkirkan karena tidak didapatkan riwayat atopi, tidak
wheezing, perkusi tidak hipersonor.
Pneumonia adalah penyakit peradangan parenkim paru disebabkan karena
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur, bahan
kimia/benda asing yang teraspirasi dengan akibat timbulnya tidak keseimbangan
ventilasi dengan perfusi (ventilation perfusion mismatch). Gejala yang timbul
biasanya mendadak tetap dapat didahului dengan infeksi saluran napas akut bagian
atas. Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus menerus, sesak, kebiruan di
mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi) dan nyeri dada. Pada anak biasanya
anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi sering menunjukkan gejala
non spesifik seperti hipotermi, penurunan kesadaran, kejang atau kembung sehingga
suit dibedakan dengan meningitis, sepsis, atau ileus. Pada pemeriksaan fisik tanda
yang mungkin ada adalah suhu > 39C, dispneu: inspiratory effort ditandai dengan
10
takipneu, retraksi (chest indrawing), napas cuping hidung dan sianosis. Gerakan
dinding dada menurun pada daerah yang terkena, perkusi normal atau redup. Suara
napas melemah atau mengeras, suara napas tambahan berupa ronchi basah halus di
lapangan paru yang terkena. Pada pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis
dengan hitung jenis bergeser ke kiri. Pada pemeriksaan BGA kadar PaCO2 dapat
rendah,normal,atau meningkat. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis metabolik,
dan gagal napas. Pada foto dada terlihat infiltrat alveoolar yang dapat ditemukan di
seluruh lapangan paru,
Pada pasien ini mengalami aspirasi pneumonia sesuai dengan pengertiannya
adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh terhirupnya bahan-bahan ke dalam
saluran pernafasan, biasanya partikel kecil dari mulut sering masuk ke dalam saluran
pernafasan, tetapi biasanya sebelum masuk ke dalam paru-paru, akan dikeluarkan
oleh mekanisme pertahanan normal atau menyebabkan peradangan maupun infeksi.
Jika partikel tersebut tidak dapat dikeluarkan, bisa menyebabkan pneumonia.
Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.yang
disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang berasal dalam tubuh maupun di luar
tubuh penderita. Terdapat 3 macam penyebab sindroma pneumonia aspirasi, yaitu
aspirasi asam lambung yang menyebabkan pneumonia kimiawi, aspirasi bakteri dari
oral dan oropharingeal menyebabkan pneumonia bakterial, Aspirasi minyak, seperti
mineral oil atau vegetable oil dapat menyebabkan exogenous lipoid pneumonia.
Aspirasi benda asing merupakan kegawatdaruratan paru dan pada beberapa kasus
merupakan faktor predisposisi pneumonia bakterial. Dalam keadaan sehat tidak
terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru, keadaan ini disebabkan mekanisme
pertahanan paru. Terdapatnya mikroorganisme (bakteri) didalam paru merupakan
akibat ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan,
sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit.
11
Pada
aspirasi
pneumonia
menunjukkan
gejala
meliputi
demam,
12
Pemeriksaan penunjang yang diusulkan pada pasien ini adalah foto thorax,
pemeriksaan mikrobiologis, CRP, DL .
Terapi yang dilakukan dalam kasus ini adalah
O2 NRM 3 lpm
Taxegram 3x100 mg
Indikasi MRS
o Ada kesukaran napas
o Sianosis
o Umur kurang dari 6 bulan
o Ada penyulit misalnya : muntah, dehidrasi, empiema
o Diduga infeksi oleh staphylococcus
o Imunokompremis
o Perawatan di rumah kurang baik
o Tidak respon dengan pemberian antibiotic oral
13
Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila cairan parenteral). Jumlah
cairan sesuai berat badan, peningkatan suhu dan dehidrasi
Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai melalui enteral bertahap melalui
selang nasogatric
Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
Beberapa hal yang perlu dimonitoring dalam kasus ini adalah sebagai berikut:
-
pasien dan keluarga tentang diagnosis, prognosis, dan terapi dan teruskan pemberian
ASI/PASI.
Pada hari ke-2 (28 Juli 2011) pasien masih sesak tapi sudah berkurang, tidak
ada batuk, pilek maupun panas. Keadaan umum pasien lemah. Pada pemeriksaan
14
tanda-tanda vital didapatkan nadi 140 x/menit, laju pernafasan 35x/menit, dan suhu
36,8. Pada pemeriksaan kepala didapatkan mata tidak cowong, ubun-ubun besar
normal, tidak didapatkan anemis, ikterik, sianosis tetapi masih tampak dispneu. Pada
pemeriksaan paru didapatkan bentuk simetris, tampak retraksi intercostalis tapi sudah
menurun, masih ada suara ronchi dan tidak ada wheezing. Pada pemeriksaan jantung
didapatkan bunyi S1 S2 tunggal, tidak terdengar bunyi murmur maupun gallop. Pada
pemeriksaan abdomen turgor kulit normal, tidak didapatkan meteorismus, bising usus
normal. Sedangkan pada pemeriksaan ekstremitas tidak didapatkan edema, capillary
refill time 2 detik.
Keadaan bayi saat hari ke-2perawatan di ICU
15
HCO3
O2 saturation
PCO2
pH
PO2
TCO2
Pada hari ke-3 (29 Juli 2011) pasien masih sesak tapi sudah berkurang, tidak
ada batuk, pilek maupun panas. Keadaan umum pasien lemah. Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan nadi 140 x/menit, laju pernafasan 30x/menit, dan suhu
36,0. Pada pemeriksaan kepala didapatkan mata tidak cowong, ubun-ubun besar
normal, tidak didapatkan anemis, ikterik, sianosis,dispneu. Pada pemeriksaan paru
didapatkan bentuk simetris, tidak tampak retraksi intercostalis, tidak ada suara ronchi
dan tidak ada wheezing. Pada pemeriksaan jantung didapatkan bunyi S1 S2 tunggal,
tidak terdengar bunyi murmur maupun gallop. Pada pemeriksaan abdomen turgor
kulit normal, tidak didapatkan meteorismus, bising usus normal. Sedangkan pada
pemeriksaan ekstremitas tidak didapatkan edema, capillary refill time 2 detik.
Pada hari ke-4 (30 Juli 2011) pasien sudah tidak sesak, tidak ada batuk,
pilek maupun panas. Keadaan umum pasien baik. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan nadi 130x/menit, laju pernafasan 30x/menit, dan suhu 36,5. Pada
pemeriksaan kepala didapatkan mata tidak cowong, ubun-ubun besar normal, tidak
16
17
KESIMPULAN
.
Telah
kami
sajikan
sebuah
kasus
aspirasi
pneumonia
dengan
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Rahajoe, Nastiti N. Supriyanto Bambang, Styanto Darmawan Budi.
Pneumonia dalam: Respirologi anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Ed
Pertama Jakarta Juni 2008: Badan penerbit IDAI hal : 350-365
Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Edisi III.2008.
Rumah Sakit dokter Soetomo. Pneumonia. Hal :51-57
Staf pengajat Ilmu Penyakit Anak. 2005.Aspirasi Pneumonia dalam ilmu
penyakit anak diagnosa dan penatalaksanaan ,Ed Hassan, Rusepno.
Alatas, husein: edisi ke 3 jakarta 2005 : InfoMedika hal 1088
Pudjiadi, Antonius H. Pneumonia dalam Pedoman Pelayanan Medis IDAI.
Jilid 1 jakarta 2010: Pengurus Ikatan Dokter Anak Indonesia hal: 250255.