Anda di halaman 1dari 19

1

LAPORAN KASUS
ASPIRASI PNEUMONIA

Oleh:
Harmas Yulia Fara Hylda
201020401011177

Pembimbing:
dr. Taufiqur Rahman Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
LAMONGAN

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL................................................................................................. 1
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 3
BAB 2 LAPORAN KASUS.................................................................................. 4
BAB 3 PEMBAHASAN....................................................................................... 8
BAB 4 KESIMPULAN......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
pada anak di Negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama moriditas
dan mortalitas anak berusia dibawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir
seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal
setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara.
Menurut Survei kesehatan Nasional (SKN) 200, 27,6% kematian bayi dan 22,8%
kematian balita di Indonesia disebabkan system respiratori, terutama pneumonia.
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebgaian kecil disebabkan oleh
hal lain (aspirasi, radiasi, dll). Pneumonia seringkali dipercaya diawali oleh infeksi
virus yang kemudian mengalami komplikasi infeksi bakteri. Secara klinis pada anak
sulit memedakan pneumonia bacterial dengan pneumonia virus. Demikian pula
pemeriksaan radiologis dan laboratorium tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Namun sebagai pedoman disebutkan bahwa pneumonia bacterial awitannya cepat,
batuk produktif, pasien tampak toksik, leukositosis, dan perubahan nyata pada
pemeriksaan radiologis.
Pneumonia Aspirasi (Aspiration pneumonia) adalah infeksi paru-paru yang
disebabkan oleh terhirupnya bahan-bahan ke dalam saluran pernafasan. Partikel kecil
dari mulut sering masuk ke dalam saluran pernafasan, tetapi biasanya sebelum masuk
ke dalam paru-paru, akan dikeluarkan oleh mekanisme pertahanan normal atau
menyebabkan peradangan maupun infeksi. Jika partikel tersebut tidak dapat
dikeluarkan, bisa menyebabkan pneumonia.
Pada makalah ini akan disajikan salah satu contoh kasus aspirasi pneumonia
pada anak umur 2 bulan
.

BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang anak perempuan berumur 2 bulan 4 hari dengan Berat badan (BB) 4,8
kg pada tanggal 27-07-2011 jam 20.40 dibawa kedua orang tuanya ke RSML dengan
keluhan utama sesak. Sesak dirasakan mendadak sejak jam 16.00, sesak memberat 2
jam yang lalu SMRS, pasien terlihat rewel dan gelisah. Sesak pada pasien dicetuskan
ketika pasien menangis pasien diberikan air susu. Pasien sebelumnya tidak pernah
mengeluh sesak, pasien tidak ada riwayat batuk, pilek maupun panas sebelumnya.
Sebelumnya MRS pasien jam 17.00 dibawa ke mantri dan diberi obat, karena
keadaan pasien belum juga membaik akhirnya dibawa ke RSML.
Sebelumnya pasien belum pernah menderita keluhan seperti ini, pasien juga
tidak mempunyai riwayat sesak dan riwayat batuk sebelumnya. Keluarga pasien tidak
mempunya riwayat atopi sebelumnya. Keluarga menuturkan bahwa keadaan
lingkungan sekitar bersih dan setiap kali akan dipakai dot dicuci dan direbus terlebih
dahulu. Pasien lahir secara normal, ketuban jernih dan cukup bulan, lahir di bidan
dengan BB 2700 gr dan Panjang badan (PB) 48 cm. Pasien saat lahir sampai umur 1
minggu minum ASI setelah itu diganti PASI (SGM) sampai sekarang karena ibu
pasien bekerja di Surabaya. Pasien belum pernah makan apapun kecuali PASI.
Riwayat imunisasi pasien BCG1x, hepatitis B 1x, DPT belum pernah, Polio 1X dan
belum pernah mendapatkan imunisasi campak.
Saat datang ke RSML pasien dalam keadaan somnolen, nadi 180x/menit, nafas
60x/menit, suhu 37C aksila, BB 4800 gram, PB 56 cm, lingkar kepala 38cm. Pada
pemeriksaan kepala didapatkan ubun-ubun besar normal, mata tidak tampak cowong,
tidak tampak anemis, ikterik, pasien tampak sianosis dan sesak,ada napas cuping
hidung mulut dan mukosa bibir normal. Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah
bening (KGB) dan kelenjar tiroid pada pemeriksaan leher. Pada pemeriksaan paru
didapatkan bentuk simetris, tampak adanya retraksi intercostalis, pergerakan dinding
dada sebelah kanan tertinggal, tidak terdapat pembesaran kelenjar aksila, perkusi
sonor, dan terdapat bunyi nafas vesikuler menurun pada sisi yang sakit, tidak

terdengar wheezing tetapi didapatkan ronkhi di kedua lapang paru. Sedangkan pada
pemeriksaan jantung tidak didapatkan voussore cardiaque, iktus cordis tak kuat
angkat, tidak didapatkan thrill atau fremissement, S1 S2 tunggal, tidak terdengar
bunyi murmur maupaun gallop. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan flat, tidak
tampak distensi, turgor kulit normal, tidak didapatkan adanya meteorismus saat
perkusi, bising usus normal, tidak terdengar bruit maupun metalic sound. Pada
ekstremitas didapatkan akral hangat, tidak didapatkan edema, capilary refill 2 detik.
Analisa status gizi
PB

: 56 cm

BB aktual

: 4,8 kg

BB ideal

: 4,9 kg

BB (%)

: 97,9 %

Kesimpulan : status gizi normal


Pemeriksaan Laboratorium
1.Pemeriksaan Darah Lengkap
Diffcount

: 0/0/78/13/9

Hematokrit

: 34,4%

(L 40-54%, P 35-47%)

Hemoglobin

: 11,1 g/dl

(P=12,0-16,0 mg/dl, L=13,0-18,0 mg/dl)

Leukosit

: 24.500

(4000-10.000)

Trombosit

: 851.000

(150.000- 450.000)

LED

: 15/32

(L 0-5/jam, P 0-7/jam)

Biliruin direct : 0,06


Biliruin total : 0,34
2. Pemeriksaan kadar elektrolit
Kalium Serum

: 4,8

(3,6-5,5 mmol/L)

Natrium Serum

: 137

(135-155 mmol/L)

Cl serum

: 109

(70-108 mmol/L)

3. Blood Gas
Kalium 3,93
Natrium 39,2

Beb -4,9
Beecf -5
4. pemeriksaan analisis gas darah
HCO3

: 9,4

(Arteri 22-26 mmol/L Vena 21-28 mmol/L)

O2 saturation

: 99,7% (Arteri 94-98 %, Vena 60-85%)

PCO2

: 36,5 (35-48 mmHg)

pH

: 7,346 (Arteri 7,35-7,45)

PO2

: 328,9 (Arteri 83-108 mmHg)

TCO2

: 20,5 (Arteri 19-24 mmol/L)

5. GDA 119 gr/dl


6. HsCRP 3,73

(normal 0,5-10 mg/dl, infeksi/inflamasi >10-10000, low


risk <1 mg/dl, average risk 1-3 mg/dl, high risk >3
mg/dl)

7. Lemak
Cholesterol

: 160

TG

: 153

8. Foto thoraks

Kata kunci
-

By. Perempuan/2 bulan/4,8kg

Mendadak Sesak

sianosis

Napas cuping hidung

Retraksi dinding dada

Pergerakan dinding dada tertinggal sebelah kanan

Suara napas vesikuer menurun sebelah kanan

Ronchi kedua lapang paru

HR 180x/menit

RR 60x/menit

Leukositosis

Hasil

Daftar masalah
-

Sesak napas

Ronchi (+)

Leukositosis

BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, di dapatkan bayi mendadak sesak setelah diberi minum
sewaktu menangis, sebelumnya pasien ini tidak ditemukan batuk, pilek, maupun
panas. Pada pasien anak umur 2 bulan yang mengeluh sesak bisa disebabkan karena
penyakit gagal jantung, bronchiolitis, asthma, dan pneumonia.
Pada gagal jantung biasanya disebabkan oleh penyakit jantung bawaan yang
diakibatkan oleh beban volume (preload) atau beban tekanan (afterload) yang
berebih, atau penurunan kontraktilitas miokard. Pada anak akan didapatkan sesak atau
biru terutama setelah menangis, sesak napas dapat mengakibatkan kesulitan
makan/minum dalam jangka panjang, gagal tumbuh. Sering berkeringat, ortopneu,
mengi, edema di perifer atau pada bayi biasanya di kelopak mata. Pada pemriksaan
fisik didapatkan Nadi >160/menit pada bayi dan

>100x/menit pada anak.

Kardiomegali pada pemeriksaan fisik/foto toraks, peningkatan tonus simpatis


(berkeringat, gangguan pertumbuhan), irama derap (gallop). Pada pasien ini diagnosis
gagal jantung dapat disingkarkan karena pada pasien ini tidak didapatkan ortopneu,
edema perifer, kardiomegali, atau gallop pada waktu auskultasi.
Sesak pada anak dengan bronchiolitis biasanya dijumpai pada umur kurang
dari 2 tahun, dengan didahului infeksi pernafasan akut bagian atas dengan gejala
batuk, pilek, biasanya tanpa demam atau hanya subfebris. Sesak semakin hebat
dengan napas dangkal dan cepat. Dapat dijumpai demam, dispneu dengan expiratory
effort dan retraksi. Napas cepat dan dangkal dengan disertai napas cuping hidung,
sianosis sekitar hidung dan mulut, gelisah. Terdengar ekspirium memanjang atau
mengi (wheezing). Pada auskultasi paru dapat terdengar ronchi basah halus nyarig
pada akhir atau awal inspirasi. Suara perkusi paru hipersonor. Jika obstruksi hebat
suara napas nyaris tidak terdengar, napas cepat dangkal, wheezing berkurang bahkan
hilang. Pada pasien ini diagnosis bronkhiolitis bisa disingkarkan karena pada pasien

ini tidak didahului infeksi pernafasan akut bagian atas, tidak ditemukan wheezing,
dispneu dengan expiratory effort, maupun perkusi yang hipersonor.
Sesak pada anak dengan asthma karena adanya peningkatan reaktivitas
(hiperreaktivitas) trakhea dan bronchus terhadap berbagai rangsangan. Biasanya
manifestasi kilinik berupa penyempitan saluran napas yang menyeluruh. Pada
anamnesis biasanya ada riwayat penyakit batuk kronik berulang (2 minggu berturutturut/dalam 3 bulan/ada 3episode batuk), mengi, riwayat atopi pasien/keluarga (misal:
rhinitis alergi, dermatitis atopi, urtikaria). Biasanya pada asma juga dicetuskan faktor
yang spesifik berupa ativitas, emosi (misalnya menangis atau tertawa), debu,
makanan, minuman, pajanan terhadap hewan berbulu perubahan suhu lingkungan
aatau cuaca. Pada saat serangan asma, pemeriksaan fisik yang ditemukan antara lain
pada inspeksi bentuk dada emfisematikus (barrel chest) terlihat napas cepat
(takipneu), dangkal, sesak napas (dispneu), napas cuping hidung, sianosis, gerakan
dinding dada berkurang, pada inspirasi terihat retraksi daerah supraklavikuler,
suprasternal, epigastrium dan sela iga. Pada perkusi didapatkan suara hipersonor,
auskultasi didapatan suara vesikuler turun, wheezing, ronchi kasar, halus. Pada pasien
ini diagnosis asthma dapat disingkirkan karena tidak didapatkan riwayat atopi, tidak
wheezing, perkusi tidak hipersonor.
Pneumonia adalah penyakit peradangan parenkim paru disebabkan karena
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur, bahan
kimia/benda asing yang teraspirasi dengan akibat timbulnya tidak keseimbangan
ventilasi dengan perfusi (ventilation perfusion mismatch). Gejala yang timbul
biasanya mendadak tetap dapat didahului dengan infeksi saluran napas akut bagian
atas. Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus menerus, sesak, kebiruan di
mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi) dan nyeri dada. Pada anak biasanya
anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi sering menunjukkan gejala
non spesifik seperti hipotermi, penurunan kesadaran, kejang atau kembung sehingga
suit dibedakan dengan meningitis, sepsis, atau ileus. Pada pemeriksaan fisik tanda
yang mungkin ada adalah suhu > 39C, dispneu: inspiratory effort ditandai dengan

10

takipneu, retraksi (chest indrawing), napas cuping hidung dan sianosis. Gerakan
dinding dada menurun pada daerah yang terkena, perkusi normal atau redup. Suara
napas melemah atau mengeras, suara napas tambahan berupa ronchi basah halus di
lapangan paru yang terkena. Pada pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis
dengan hitung jenis bergeser ke kiri. Pada pemeriksaan BGA kadar PaCO2 dapat
rendah,normal,atau meningkat. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis metabolik,
dan gagal napas. Pada foto dada terlihat infiltrat alveoolar yang dapat ditemukan di
seluruh lapangan paru,
Pada pasien ini mengalami aspirasi pneumonia sesuai dengan pengertiannya
adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh terhirupnya bahan-bahan ke dalam
saluran pernafasan, biasanya partikel kecil dari mulut sering masuk ke dalam saluran
pernafasan, tetapi biasanya sebelum masuk ke dalam paru-paru, akan dikeluarkan
oleh mekanisme pertahanan normal atau menyebabkan peradangan maupun infeksi.
Jika partikel tersebut tidak dapat dikeluarkan, bisa menyebabkan pneumonia.
Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.yang
disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang berasal dalam tubuh maupun di luar
tubuh penderita. Terdapat 3 macam penyebab sindroma pneumonia aspirasi, yaitu
aspirasi asam lambung yang menyebabkan pneumonia kimiawi, aspirasi bakteri dari
oral dan oropharingeal menyebabkan pneumonia bakterial, Aspirasi minyak, seperti
mineral oil atau vegetable oil dapat menyebabkan exogenous lipoid pneumonia.
Aspirasi benda asing merupakan kegawatdaruratan paru dan pada beberapa kasus
merupakan faktor predisposisi pneumonia bakterial. Dalam keadaan sehat tidak
terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru, keadaan ini disebabkan mekanisme
pertahanan paru. Terdapatnya mikroorganisme (bakteri) didalam paru merupakan
akibat ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan,
sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit.

11

Pada

aspirasi

pneumonia

menunjukkan

gejala

meliputi

demam,

menggigil,batuk, sakit kepala, anoreksia dan kadang-kadang keluhan gastrointestinal


seperti muntah dan diare. Secara klinis ditemukan gejala respiratory seperti takipneu,
retraksi subcosta (chest indrawing), napas cuping hidung, ronchi, dan sianosis.
Penyakit ini pada anak yang lebih besar lebih suka berbaring pada sisi yang sakit
dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Ronchi ditemukan bila hanya ada infiltrat
alveolar. Retraksi dan takipneu merupakan tanda klinis pneumonia yang bermakna.
Bila terjadi efusi pleura atau empiema, gerak ekskrusi dada tertinggal di daerah efusi.
Gerakan dada juga akan terganggu bila terdapat nyeri dada akibat iritasi pleura. Bila
efusi pleura bertambah, sesak napas akan semakin bertambah, tetapi nyeri pleura
semakin bekurang dan berubah menjadi nyeri tumpul.
Pada pemeriksaan fisik pasien pasien dalam keadaan somnolen, nadi
180x/menit, nafas 60x/menit, suhu 37C aksila,. Pada pemeriksaan kepala didapatkan
pasien tampak sianosis tampak dispneu,ada napas cuping hidung.Pada pemeriksaan
paru didapatkan bentuk simetris, tampak adanya retraksi intercostalis, pergerakan
dinding dada tertinggal sebelah kanan, perkusi sonor, dan terdapat bunyi nafas
vesikuler menurun, tidak terdengar wheezing tetapi didapatkan ronkhi di kedua
lapang paru. pemeriksaan Darah lengkap ditemukan leukositosis. Pada pasien juga
ada riwayat sesak mendadak setelah pasien diberi minum susu saat menangis.
Pemeriksaan foto thoraks didapatkan hasil aspirasi pneumonia. Pada foto thoraks
terlihat gambaran infiltrat di daerah parenkim paru dextra lobus superior, dikarenakan
pada paru sebelah kanan percabangan bronchus lebih landai, dan apabila anak
teraspirasi susu/benda asing lainnya cenderung akan masuk ke paru sebelah kanan.
Pada pasien ini di diagnosis dengan aspirasi pneumonia karena sesuai dengan gejala,
pemeriksaan fisik, laboratorium dan radiologi pada aspirasi pneumonia.

12

Kriteria takipneu menurut WHO :

Pemeriksaan penunjang yang diusulkan pada pasien ini adalah foto thorax,
pemeriksaan mikrobiologis, CRP, DL .
Terapi yang dilakukan dalam kasus ini adalah

Suction + fisioterapi napas

IVFD D10 0,18 NS (160-180 cc/kg/hari)

O2 NRM 3 lpm

Nebulisasi (PZ 2cc+bisolvon 2 tetes)

Taxegram 3x100 mg

ASI/PASI dilanjutkan semau bayi


Terapi aspirasi pneumonia adalah sebagai berikut:

Indikasi MRS
o Ada kesukaran napas
o Sianosis
o Umur kurang dari 6 bulan
o Ada penyulit misalnya : muntah, dehidrasi, empiema
o Diduga infeksi oleh staphylococcus
o Imunokompremis
o Perawatan di rumah kurang baik
o Tidak respon dengan pemberian antibiotic oral

13

Pemberian oksigenasi : dapat diberikan oksigen nasal atau masker, monitor


dengan pulse oxymetri. Bila ada tanda gagal napasdiberikan ventilasi mekanik

Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila cairan parenteral). Jumlah
cairan sesuai berat badan, peningkatan suhu dan dehidrasi

Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai melalui enteral bertahap melalui
selang nasogatric

Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal

Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi

Pemilihan antibiotic berdasarkan umur, keadaan umum penderita dan dugaan


penyebabnya. Evaluasi pengobatan dilakukan 48-72 jam. Bila tidak ada
perbaikan klinis dilakukan penggantian antibiotika sampai anak dinyatakan
sembuh. Lama pemberian antibiotic tergantung: kemajuan klinis penderita,
hasil laboaratorium, foto thoraks dan jenis kuman penyebabnya. Biasanya
antibiotic yang diberikan yaitu antibiotic beta-laktam, ampisilin, atau
amoksisilin, dikombinasikan kloramfenikol atau diberikan sefalosporin
generasi ketiga. Biasanya pemberian antibiotic lebih baik diberikan secara
intravena.

Beberapa hal yang perlu dimonitoring dalam kasus ini adalah sebagai berikut:
-

Keadaan umum pasien

Tanda-tanda vital pasien meliputi (nadi, pernafasan, suhu)

sesak,pernapasan cuping hidung, retraksi intercostalis

DL (leukosit, LED, CRP)

Blood Gas Analisis


Edukasi yang dapat kita sampaikan pada pasien ini adalah KIE kepada

pasien dan keluarga tentang diagnosis, prognosis, dan terapi dan teruskan pemberian
ASI/PASI.
Pada hari ke-2 (28 Juli 2011) pasien masih sesak tapi sudah berkurang, tidak
ada batuk, pilek maupun panas. Keadaan umum pasien lemah. Pada pemeriksaan

14

tanda-tanda vital didapatkan nadi 140 x/menit, laju pernafasan 35x/menit, dan suhu
36,8. Pada pemeriksaan kepala didapatkan mata tidak cowong, ubun-ubun besar
normal, tidak didapatkan anemis, ikterik, sianosis tetapi masih tampak dispneu. Pada
pemeriksaan paru didapatkan bentuk simetris, tampak retraksi intercostalis tapi sudah
menurun, masih ada suara ronchi dan tidak ada wheezing. Pada pemeriksaan jantung
didapatkan bunyi S1 S2 tunggal, tidak terdengar bunyi murmur maupun gallop. Pada
pemeriksaan abdomen turgor kulit normal, tidak didapatkan meteorismus, bising usus
normal. Sedangkan pada pemeriksaan ekstremitas tidak didapatkan edema, capillary
refill time 2 detik.
Keadaan bayi saat hari ke-2perawatan di ICU

Pemeriksaan laboratorium pada hari ke-2


Blood Gas
Kalium 3,32
Natrium 35,3
Beb -4,4
Beecf -4,5
Pemeriksaan analisis gas darah

15

HCO3

: 21,7 (Arteri 22-26 mmol/L Vena 21-28 mmol/L)

O2 saturation

: 99,5% (Arteri 94-98 %, Vena 60-85%)

PCO2

: 42,11 (35-48 mmHg)

pH

: 7,322 (Arteri 7,35-7,45)

PO2

: 238,4 (Arteri 83-108 mmHg)

TCO2

: 23,0 (Arteri 19-24 mmol/L)

Hasil foto thoraks ke-2

Pada hari ke-3 (29 Juli 2011) pasien masih sesak tapi sudah berkurang, tidak
ada batuk, pilek maupun panas. Keadaan umum pasien lemah. Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan nadi 140 x/menit, laju pernafasan 30x/menit, dan suhu
36,0. Pada pemeriksaan kepala didapatkan mata tidak cowong, ubun-ubun besar
normal, tidak didapatkan anemis, ikterik, sianosis,dispneu. Pada pemeriksaan paru
didapatkan bentuk simetris, tidak tampak retraksi intercostalis, tidak ada suara ronchi
dan tidak ada wheezing. Pada pemeriksaan jantung didapatkan bunyi S1 S2 tunggal,
tidak terdengar bunyi murmur maupun gallop. Pada pemeriksaan abdomen turgor
kulit normal, tidak didapatkan meteorismus, bising usus normal. Sedangkan pada
pemeriksaan ekstremitas tidak didapatkan edema, capillary refill time 2 detik.
Pada hari ke-4 (30 Juli 2011) pasien sudah tidak sesak, tidak ada batuk,
pilek maupun panas. Keadaan umum pasien baik. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan nadi 130x/menit, laju pernafasan 30x/menit, dan suhu 36,5. Pada
pemeriksaan kepala didapatkan mata tidak cowong, ubun-ubun besar normal, tidak

16

didapatkan anemis, ikterik, sianosis, dispneu. Pada pemeriksaan paru didapatkan


bentuk simetris, tidak tampak retraksi intercostalis, tidak ada suara ronchi dan tidak
ada wheezing. Pada pemeriksaan jantung didapatkan bunyi S1 S2 tunggal, tidak
terdengar bunyi murmur maupun gallop. Pada pemeriksaan abdomen turgor kulit
normal, tidak didapatkan meteorismus, bising usus normal. Sedangkan pada
pemeriksaan ekstremitas tidak didapatkan edema, capillary refill time 2 detik.
Pada hari ke-5 pasien sudah tidak didapatkan keluhan. Keadaan umum baik.
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan nadi 120x/menit, RR 26x/menit, suhu
36,0 C aksila. Pada pemeriksaan kepala didapatkan mata tidak cowong, ubun-ubun
besar normal, tidak didapatkan anemis, ikterik, sianosis, dispneu. Pada pemeriksaan
paru didapatkan bentuk simetris, tidak tampak retraksi intercostalis, tidak ada suara
ronchi dan tidak ada wheezing. Pada pemeriksaan jantung didapatkan bunyi S1 S2
tunggal, tidak terdengar bunyi murmur maupun gallop. Pada pemeriksaan abdomen
turgor kulit normal, tidak didapatkan meteorismus, bising usus normal. Sedangkan
pada pemeriksaan ekstremitas tidak didapatkan edema, capillary refill time < 2 detik.
Karena pasien sudah tidak didapatkan keluhan dan pemeriksaan fisik dalam batas
normal maka pasien sudah diperbolehkan pulang.
Kondisi Anak sewaktu KRS

Kondisi anak kontrol (08.Agst.2011)

17

KESIMPULAN
.
Telah

kami

sajikan

sebuah

kasus

aspirasi

pneumonia

dengan

menitikberatkan kepada cara menegakkan diagnosis, penentuan etiologi dan


penatalaksanaan aspirasi pneumonia dengan mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat.

18

19

DAFTAR PUSTAKA
Rahajoe, Nastiti N. Supriyanto Bambang, Styanto Darmawan Budi.
Pneumonia dalam: Respirologi anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Ed
Pertama Jakarta Juni 2008: Badan penerbit IDAI hal : 350-365
Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Edisi III.2008.
Rumah Sakit dokter Soetomo. Pneumonia. Hal :51-57
Staf pengajat Ilmu Penyakit Anak. 2005.Aspirasi Pneumonia dalam ilmu
penyakit anak diagnosa dan penatalaksanaan ,Ed Hassan, Rusepno.
Alatas, husein: edisi ke 3 jakarta 2005 : InfoMedika hal 1088
Pudjiadi, Antonius H. Pneumonia dalam Pedoman Pelayanan Medis IDAI.
Jilid 1 jakarta 2010: Pengurus Ikatan Dokter Anak Indonesia hal: 250255.

Anda mungkin juga menyukai