Analisis Retail Lottemart
Analisis Retail Lottemart
Analisis Retail Lottemart
2.1
Definisi Ritel
Pada dasarnya,perdagangan eceran/pengecer (ritel)merupakan suatu bisnis usaha yang
berkecimpung dalam bidang penjualan produk secara eceran. Menurut Christina Whidya Utami
(2010:5), ritel adalah salah satu perangkat dari aktivitas-aktivitas bisnis yang melakukan
penambahan nilai terhadap produk-produk dan layanan penjualan kepada konsumen dalam
penggunaan atau konsumsi perseorangan maupun keluarga.
Menurut Hendri Maruf (2006:7), bisnis ritel adalah kegiatan usaha barang atau jasa
kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga, dan rumah tangga.Sedangkan menurut
Philip Kotler yang dialihbahasakan oleh Benyamin Molan (2003:215) mendefinisikan bahwa
usaha eceran (ritel) adalah semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang atau jasa secara
lansung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi, bukan untuk bisnis.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa usaha eceran (ritel) merupakan
penjualan barang dan jasa yang langsung kepada konsumen akhir dan bukan untuk dijual
kembali.
2.2
Menurut Christina Whidya Utami (2010),terdapat tiga karakteristik dasar ritel, yaitu:
1. Pengelompokan berdasarkan unsur-unsur yang digunakan ritel untuk memuaskan
kebutuhan konsumen
Oleh :2. Pengelompokan berdasarkan sarana atau media yang digunakan
(120310110121)
Kiyanadhira A. A.
(120310110127)
Sedangkan menurut Berman & Evans dalam Asep ST. Sujana (2005:15),terdapat
Yovita
Laurenziabisnis(120310110129)
beberapa
karakteristik
ritel, diantaranya :
Devira Anastasia
(120310110151)
2.3.
2.3.1
1.
2.
3.
4.
Lebih
dari
25
tahun
berikutnya,
supermarket
mulai
berkembang
dengan
jauh.
Hypermarket merupakan supermarket yang memiliki luas antara lebih dari 18.000
meter persegi dengn kombinasi produk makanan 60-70% dan produk-produk umum
30-40%. Hypermarket merupakan salah satu bentuk supermarket yang memiliki
persediaan lebihsedikitdibanding supercenter, yaitu lebih dari 25.000 item yang
meliputi produk makanan, perkakas (hardware), peralatan olahraga, furnitur,
perlengkapan rumah tangga, komputer, alat elektronik, dan sebagainya. Dengan
demikikan,hypermarket adalah toko eceran yang mengombinasikan pasar swalayan
Keterangan
Area
penjualan
Jumlah
Pengecekan
Jumlah
Barang
Penekanan
utama
Margin kotor
Convenience
Store
<350 m2
1-3
3.000-4.000
Kebutuhan
sehari-hari
25-30%
Supermarket
1.5003.000m2
6-10
8.000-12.000
Supercenter
3.000-10.000
>20
12.00020.000
Makanan
One
stop
hanya
5% shopping,
dan
barang barang
dagangan
dagangan 2025%
penjualan
16-22%
15-18%
Warehouse
Store
>13.000m2
Hypermarket
>18.000m2
>20
5.000-8.000
>30
>25.000
Harga
rendah, 60%
nonmakanan
dan 40%
makanan
One
stop
shopping 40%
penjualan dari
item
nonmakanan
10-11%
12-15%
Format Ritel
Non in store
- Katalog
- Penjualan elektronik
- Penjualan melalui surat
- Mesin penjual
- Penjualan langsung
- Penjualan melalui telepon
- Penjualan maya / e-commerce
Store
Ritel barang
dagangan umum:
Ritel berorientasi
makanan:
- Specialty store
- Convenience
store
- Supermarket
- Supercenter
- Grosir
- Hypermarket
- Variety store
- Department
store
- Off price store
- Factory outlet
2.3
2.3.1
Departement store memiliki luas ruang yang bervariasi mulai dari beberapa ratus meter,
hingga 3000 m2.
- Perkulakan atau gudang rabat : Menjual berbagai kebutuhan seharihari,dari yang
bersifat tahan sementara sampai barang tahan lama.
- Superstore : Sama seperti departement store, namun berbeda dalam hal luas ruang, yaitu
mulai 2.300 m2 sampai 4.700 m2.
- Hypermarket : Departement storeyang luasnya diatas 10.000 m2.
- Mall : Pengembangan dari pusat perbelanjaan yang dipadukan dengan sarana hiburan
dan rekreasi dan memuat banyak gerai.
- Trade centre : Mirip mall, namun tidak memiliki ruang publik seluas mall dan biasanya
tidak tersedia departement store dan supermarket.
-Box store : Mempunyai luas sedikit lebih besar daripada minimarket, yaitu mulai 450 m2
sampai 850 m2.
- Discount store : Mempunyai ciriciri menekan biaya serendah mungkin agar dapat
menjual produk dengan harga lebih murah. Pilihan barang terbatas, desain toko dan
pelayanan pada konsumen yang sangat minim.
- Combination store ; Merupakan gabungan dari supermarket dan general merchandise
dengan luas ruang 2800 m2 9300 m2.
- Value riteling : Merupakan toko diskon yang menjual sejumlah besar jenis produk
dengan tingkat harga rendah dan biasanya berlokasi di daerah padat penduduk.
- Category killer atau power retailer: Merupakan specialty store raksasa. Menyediakan
rangkaian produk yang sedikit tetapi mempunyai banyak ukuran atau pilihan, terutama
produk bermerek. Berlokasi di wilayah suburban dan menjual produk produk dengan
harga paling rendah di pasaran.
2.4.1
- Single-store Retailer, merupakan tipe bisnis ritel yang paling banyak jumlahnya dengan
ukuran toko umumnya dibawah 100 m2, mulai dari kios atau toko di pasar tradisional
sampai dengan minimarket modern, dengan kepemilikan secara individual.
- Rantai Toko Ritel, yaitu toko ritel dengan banyak (lebih dari satu) cabang dan biasanya
dimiliki oleh suatu institusi bisnis bukan perorangan, melainkan dalam bentuk perseroan
(company owned retail chain). Bentuknya mulai dari rantai toko minimarket sampai
dengan mega hyperstore. Contoh: Hero Supermarket, Sogo Dept. Store & Supermarket,
Matahari, Ramayana, dan sebagainya.
- Toko Waralaba (Franchise Stores), adalah toko ritel yang dibangun berdasarkan kontrak
kerja waralaba (bagi hasil) antara terwaralaba (franchisee) yakni pengusaha investor
perseorangan (independent bussines person) dengan pewaralaba (franchisor) yang
merupakan pemegang lisensi bendera/nama toko, sponsor, dan pengelola usaha.
Bentuknya sangat beragam, mulai dari fast food restaurant, bengkel, toko optic, sampai
supermarket. Contoh : McDonalds, Indomaret.
2.4.2
- Hyperstore; menjual barang-barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas.
Menjual hampir semua jenis barang pembelian setiap lapisan konsumen, mulai dari
grocery, household,textile, appliance, dan lainnya dengan konsep one-stop-shopping
(everything-in-one-roof), bahkan ganti oli dapat dilayani ditoko ritel sejenis ini. Paling
tidak dibutuhkan 10.000 m2sales area. Toko-toko ritel di Indonesia tampaknya belum ada
yang dapat dikategorikan dalam tipe hyperstore.
2.4.3
2.5
Tipe Bisnis Ritel Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller
Pemasaran Langsung, pemasaran ini dilakukan secara langsung dengan konsumen melalui
berbagai media tanpa perantara tempat atau toko. Mulai dari pengiriman surat langsung dan
katalog, pemasaran melalui televisi respon langsung yang dilakukan oleh Home Shopping,
hingga perbelanjaan melalui internet yang dilakukan oleh Amazon.com.
Mesin otomatis, walaupun tanpa toko tetapi eceran jenis ini dapat melayani pelanggan selama 24
jam. Dengan menggunakan mesin otomatis pelanggan dapat melayani dirinya sendiri dan barang
yang terjaga kesegaran dan kualitasnya. Mesin otomatis sangat mudah dijumpai di negara
Jepang, mulai dari yang menjual minuman ringan, rokok, permen coklat, makanan dan minuman
panas, hingga kosmetik. Coca-Cola memiliki jumlah mesin otomatis paling banyak di Jepang,
yaitu lebih dari satu juta mesin.
2.
Surat Permohonan IUTM tersebut ditandatangani oleh pemilik atau pengelola perusahaan dan
akan diajukan kepada penerbit izin. Selanjutnya apabila dokumen permohonan telah lengkap,
Bupati/Walikota atau Gubernur Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta akan mengeluarkan
IUTM. Kewenangan untuk menerbitkan IUTM tersebut dapat dilimpahkan kepada kepala
Dinas/Unit yang bertanggung jawab di bidang perdagangan atau pejabat yang bertanggung
jawab dalam pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu.
Pembinaan dan Pengawasan terkait pendirian dan pengelolaan toko modern merupakan
kewenangan dari Pemeritah dan Pemerintah Daerah setempat, sehingga untuk implementasi
perizinan toko modern akan mengacu pada peraturan pelaksana yang diterapkan oleh
pemerintah daerah setempat.
3.
PT;
Firma;
Perorangan;
4.
Perusahaan asing dengan status Kantor Pusat, Kantor Tunggal, Kantor Cabang,
Kantor Pembantu, Anak Perusahaan, dan Perwakilan Perusahaan yang berkedudukan dan
menjalankan
usahanya
di
wilayah
Republik
Indonesia.
Sehingga, setiap penyelenggara toko modern, wajib untuk memperoleh TDP.
5.
6.
Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (bila pendirian dilakukan melalui perjanjian waralaba)
Izin Gangguan
Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Permendagri 27/2009, yang dimaksud dengan Izin Gangguan
adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi/badan di lokasi tertentu
yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian, dan gangguan, tidak termasuk tempat/kegiatan
yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
2.
Kegiatan usaha diurus, dijalankan, atau dikelola oleh pemiliknya atau anggota
keluarga terdekat; dan
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,- tidak termasuk tanah
dan bangunan.
Namun, Perusahaan Perdagangan Mikro tetap dapat memperoleh SIUP apabila dikehendaki
oleh
Perusahaan
tersebut.
Permohonan SIUP ini diajukan kepada Pejabat Penerbit SIUP dengan melampirkan surat
permohonan yang ditandatangani oleh Pemilik/Pengurus Perusahaan di atas materai yang
cukup serta dokumen-dokumen yang disyaratkan dalam Lampiran II Permendag 36/2007.
3.
TDP
Apabila bentuk perusahaan yang akan dibentuk adalah perusahaan perorangan, maka
berdasarkan Pasal 6 UU 3/1982 jo Pasal 4 Permendag 36/2007 terdapat pengecualian
kewajiban untuk mendaftarkan daftar perusahaan bagi perusahaan perorangan yang
merupakan perusahaan kecil, namun apabila perusahaan kecil tetap dapat memperoleh TDP
untuk kepentingan tertentu, apabila perusahaan kecil tersebut menghendaki.Lebih lanjut yang
dimaksud dengan perusahanan kecil adalah:
o
Perusahaan yang tidak diwajibkan memiliki izin usaha atau surat keterangan yang
dipersamakan dengan itu yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; atau
4.
5.
6.
Izin Gangguan
Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Permendagri 27/2009, yang dimaksud dengan Izin Gangguan
adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi/badan di lokasi tertentu
yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian, dan gangguan, tidak termasuk tempat/kegiatan
yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
Dasar Hukum :
1.
2.
3.
4.
5.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern (Perpres 112/2007);
6.
7.
8.
Peraturan
Menteri
Perdagangan
Republik
Indonesia
Nomor
46/MDag/Per/9/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia No.
36/M-Dag/Per/9/2007
tentang
Penerbitan
Surat
Izin
Usaha
Perdagangan(Permendag 46/2009); dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penetapan Izin Gangguan Daerah (Permendagri 27/2009).
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Pada tahun 1970-an, perusahaan melakukan langkah besar sebagai bisnis makanan
terbesar, mendirikan Lotte Chilsung Beverage, Lotte Samkang. Lotte Ham & Milk, dan
Lotteria. Selain itu, Lotte memelopori industri ritel dan pariwisata nasional dengan
meluncurkan Lotte Hotel dan Lotte Shopping. Tahun-tahun berikutnya, perusahaan juga
memperkenalkan Lotte Engineering & Construction, Honam Petrokimia, Lotte
Engineering & Machinery, dan Lotte Trading.
- 1973 Lotte Hotel dibuka
- 1973 Lotte Engineering & Machinery dan Lotte Pioneer didirikan.
Pada tahun 1990-an, Lotte siap untuk melompat ke depan sebagai sebuah super grup yang
terbaik dari abad ke-21 berdasarkan kompetensi di inti daerah strategis.Hal ini
mempertahankan posisi Nomor 1 di distribusi, pariwisata, dan sektor makanan dan
membangun landasan bagi korporasi global dengan manajemen dan investasi yang
agresif.
Mata rantai Lotte Hotel dan Lotte Shopping diperluas secara nasional dan bisnis-bisnis
baru diluncurkan. Mereka memperluas pasar ke Jepang, Cina, negara-negara Asia Timur
lain, dan Amerika Serikat, meningkatkan pemasaran global yang efektif untuk makanan
dan minuman, perdagangan, dan bisnis pariwisata. Lotte Data Communication dan
Lotte.Com didirikan untuk menciptakan model bisnis bertekhnologi tinggi. Korea Seven,
Lotte Logistics, dan Lotte Fresh Delica didirikan untuk menciptakan sistem logistik
makanan yang baru dan aman.
Bahkan setelah awal dari krisis keuangan Asia tahun 1997, Lotte tidak berhenti
berkembang didasarkan pada daya saing dalam inti bisnis strategis dan struktur keuangan
yang kokoh. Hal ini dapat dicapai dengan memilih bisnis di mana dapat lebih unggul dan
memusatkan semua upaya kompetitif perusahaan sektor tersebut.
Sewaktu Korea masih dalam masa pemulihan dari Perang Korea, Lotte, pada 1960-an,
mulai membangun dirinya sebagai pelopor bisnis. Sejak tahun-tahun awal tersebut, Lotte
Group telah tumbuh menjadi entitas bisnis kelas satu yang kompetitif, tangguh dalam
sektor makanan, ritel, pariwisata, konstruksi dan kimia berat. Tak satupun yang puas
begitu saja, Lotte telah mulai menerapkan rencana untuk industri tekhnologi tinggi,
berbasis di struktur keuangan yang solid, sistem manajemen yang inovatif, dan investasi
yang kuat. Pada saat yang sama, Lotte juga tumbuh sebagai bisnis kelas dunia dengan
kehadirannya sekarang di Cina dan Rusia. Tetapi pada intinya, Lotte menyadari
pentingnya menempatkan prioritas pada nilai-nilai pemegang saham, dengan berusaha
untuk memaksimalkan laba melalui manajemen yang bertanggung jawab, kegiatan
operasional yang menguntungkan, dan respon kreatif terhadap perubahan dalam
lingkungan bisnis.
B. Profile
Lotte pada saat ini di Indonesia baru memasuki bisnis ritel dengan mengakuisisi Makro
Indonesia. Dalam bentuk bisnisnya Lotte membagi bentuk usahanya menjadi 2, yakni LotteMart
Wholesale and LotteMart.
a. LotteMart Wholesale
Sejarah Lotte Mart Wholesale
Oktober 1991: makro Indonesia didirikan.
26 September 1992: toko pertama di Pasar Rebo, Jakarta Timur dibuka.
29 September 1993: toko kedua di Sidoarjo, Jawa Timur dibuka.
24 November 1993: toko ketiga di Kelapa Gading, Jakarta Utara dibuka.
21 Juni 1995: toko keempat di Meruya, Jakarta Barat dibuka.
17 Januari 1996: toko kelima di Bandung, Jawa Barat dibuka.
19 Februari 1996: toko keenam di Ciputat, Jakarta Selatan dibuka.
9 Oktober 1996: toko ketujuh di Alam Sutera, Tangerang dibuka.
6 Januari 1997: toko kedelapan di Cibitung, Bekasi dibuka.
26 September 1997: toko kesembilan di Denpasar, Bali dibuka.
14 Mei 1998: ada kerusuhan di Jabotabek (Jakarta - Bogor - Tangerang Bekasi), Meruya dan Ciputat toko toko dijarah dan dibakar sehingga
mereka tidak dapat beroperasi lagi.
4 Agustus 1998: toko Meruya kembali dibuka.
8 Juli 2000: toko Ciputat kembali dibuka.
15 Juli 2000: toko kesepuluh di Medan, Sumatera Utara dibuka.
16 Mei 2001: toko kesebelas di Semarang, Jawa Tengah dibuka.
14 Juni 2001: toko keduabelas di Margomulyo, Surabaya dibuka.
7 Mei 2003: toko ketigabelas di Makassar, Sulawesi Selatan dibuka.
27 April 2004: toko keempatbelas di Palembang, Sumatera Selatan dibuka.
28 September 2004: toko kelimabelas di Pekanbaru, Riau dibuka.
2 Juni 2005: toko keenambelas di Sleman, Yogyakarta dibuka.
b. LotteMart
Lotte Mart adalah sebuah hypermarket di Asia yang menjual berbagai bahan
makanan, pakaian, mainan, elektronik, dan barang lainnya. Lotte Mart adalah
sebuah divisi dari Lotte Co, Ltd yang merupakan salah satu makanan yang paling
umum dan layanan belanja di Korea Selatan dan Jepang. Lotte Mart, bagian dari
konglomerat Korea "Lotte", membuka cabang pertama di Guui-dong,
GangByeon, Seoul, Korea Selatan pada tanggal 1 April 1998. Pada tahun 2006,
Lotte Mart membuka cabang pertama di luar negeri. Pada 8 Agustus 2011, Lotte
Mart telah memiliki 199 cabang. (Di Korea 92 cabang, 82 cabang di Cina, Di
Indonesia 23 cabang, 2 cabang Di Vietnam). Lotte menciptakan dan menjual
termasuk Herbon, Wiselect, Withone, Basicicon, Tasse Tasse, dan Gerard Darel.
C. Karakteristik
a. LotteMart Wholesale
< 350 m2
1.5003.000m2
3.00010.000
>13.000m2
>18.000m2
Jumlah
Pengecek
an
1-3
6-10
>20
>20
>30
Jumlah
Barang
3.0004.000
8.00012.000
12.00020.000
5.000-8.000
>25.000
Penekana
n utama
Kebutuha
n seharihari
Makanan
hanya 5%
dan barang
dagangan
One
stop
shopping,
barang
dagangan
20-25%
penjualan
Harga rendah,
60%
nonmakanan
dan
40% makanan
One
stop
shopping
40%
penjualan
dari
item
nonmakanan
Margin
kotor
25-30%
16-22%
15-18%
10-11%
12-15%
Area
penjualan
Apabila dibandingkan dengan ciri-ciri tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa menurut
Levy dan Weitz, dalam buku Ritel Management, 2004 LotteMart WholeSale termasuk
dalam kategori Warehouse Store.
ii. Berdasarkan Sarana / Media yang Digunakan
Apabila dilihat dari sarana media yang digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa
LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori Penjualan melalui toko (in store)
iii.
Pengelompokan Berdasarkan Kepemilikan
Kepemilikan LotteMart Wholesale sendiri dimiliki secara langsung oleh Lotte Group di
Korea. Maka, apabila dilihat dari kepemilikannya, maka dapat disimpulkan bahwa
LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori Jaringan Perusahaan
Menurut Hendri Maruf (2005) pengelompokan ritel antara lain adalah sebagai berikut :
i.
Apabila dilihat dari bentuk fisik yang digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa
LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori Pembelanjaan Modern
Perkulakan atau Gudang Rabat
Menurut Asep ST Sujana (2005:16) pengelompokan ritel antara lain adalah sebagai berikut :
i.
Apabila dilihat dari tipe Bisnis Ritel atas Kepemilikan (Owner) yang digunakan,
maka dapat disimpulkan bahwa LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori
Rantai Roko Ritel.
ii. Tipe Bisnis Ritel berdasarkan Merchandise Category
Apabila dilihat dari tipe Bisnis Ritel atas Kepemilikan (Owner) yang digunakan,
maka dapat disimpulkan bahwa LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori
Grocery Store.
iii.
Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller pengelompokan ritel antara lain adalah sebagai
berikut :
i. Perdagangan Eceran Menurut Tingkat Layanan dalam Toko
Apabila dilihat dari Perdagangan Eceran Menurut Tingkat Layanan dalam Toko
yang digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa LotteMart WholeSale termasuk
dalam kategori Swalayan
ii.
Apabila dilihat dari perdagangan Eceran Korporat yang digunakan, maka dapat
disimpulkan bahwa LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori Konglomerat
pedagang
b. LotteMart ( Hypermarket)
Menurut Christina
berikut :
i.
Convenie
nce
Store
Warehouse
Store
Hypermarket
Supermar
ket
Supercen
ter
< 350 m2
1.5003.000m2
3.00010.000
>13.000m2
>18.000m2
Jumlah
Pengecek
an
1-3
6-10
>20
>20
>30
Jumlah
Barang
3.0004.000
8.00012.000
12.00020.000
5.000-8.000
>25.000
Penekana
n utama
Kebutuha
n seharihari
Makanan
hanya 5%
dan barang
dagangan
One
stop
shopping,
barang
dagangan
20-25%
penjualan
Harga rendah,
60%
nonmakanan
dan
40% makanan
One
stop
shopping
40%
penjualan
dari
item
nonmakanan
Margin
kotor
25-30%
16-22%
15-18%
10-11%
12-15%
Area
penjualan
Apabila dibandingkan dengan ciri-ciri tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa menurut
Levy dan Weitz, dalam buku Ritel Management, 2004 LotteMart WholeSale termasuk
dalam kategori Hypermarket Store. Namun tidak memenuhi dari sisi luas area
penjualannya. Apabila dilihat dari sisi area penjualan, LotteMart lebih pantas disebut
sebagai Supercenter.
ii. Berdasarkan Sarana / Media yang Digunakan
Apabila dilihat dari sarana media yang digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa
LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori Penjualan melalui toko (in store)
iii.
Pengelompokan Berdasarkan Kepemilikan
Kepemilikan LotteMart Wholesale sendiri dimiliki secara langsung oleh Lotte Group di
Korea. Maka, apabila dilihat dari kepemilikannya, maka dapat disimpulkan bahwa
LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori Jaringan Perusahaan
Menurut Hendri Maruf (2005) pengelompokan ritel antara lain adalah sebagai berikut :
i.
Apabila dilihat dari bentuk fisik yang digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa
LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori Pembelanjaan Modern
Hypermarket
Menurut Asep ST Sujana (2005:16) pengelompokan ritel antara lain adalah sebagai berikut :
i.
Apabila dilihat dari tipe Bisnis Ritel atas Kepemilikan (Owner) yang digunakan,
maka dapat disimpulkan bahwa LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori
Rantai Roko Ritel.
ii. Tipe Bisnis Ritel berdasarkan Merchandise Category
Apabila dilihat dari tipe Bisnis Ritel atas Kepemilikan (Owner) yang digunakan,
maka dapat disimpulkan bahwa LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori
Grocery Store
iii.
Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller pengelompokan ritel antara lain adalah sebagai
berikut :
i. Perdagangan Eceran Menurut Tingkat Layanan dalam Toko
Apabila dilihat dari Perdagangan Eceran Menurut Tingkat Layanan dalam Toko
yang digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa LotteMart WholeSale termasuk
dalam kategori Swalayan
ii.
Apabila dilihat dari perdagangan Eceran Korporat yang digunakan, maka dapat
disimpulkan bahwa LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori Konglomerat
pedagang
3.3
3.3.1
Peraturan Daerah No. 2 th. 2009 di Bab III tentang Regulasi Kegiatan
Perdagangan
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, LotteMart merupakan layanan perdagangan mandiri
dengan karakteristik melayani sendiri. Ada dua konsep yang ditawarkan oleh Lotte, yaitu
LotteMart Wholesale dan LotteMart. LotteMart Wholesale hanya melayani pelanggan yang
sudah mendaftar sebagai anggota yang mereka sebut dengan pelanggan professional dan
melayani pembelian grosir. Sedangkan LotteMart melayani konsumen secara umum dengan
menjual produk secara eceran baik itu produk lokal maupun produk impor.
Walaupun Lotte merupakan perusahaan dari Korea yang kemudian mengakuisisi perusahaan
Makro di Indonesia tetapi dalam prakteknya tetap mencantumkan harga dalam bentuk rupiah.
Selain itu, baik itu LotteMart Wholesale maupun LotteMart mencantumkan harga potongan
bersama harga sebelum potongan (jika ada potongan atau promo) sehingga menimbulkan
kepercayaan pelanggan saat berbelanja di sana. Label harga yang terlihat jelas di setiap rak juga
dapat membantu pelanggan mencari dan membandingkan kemudian memilih produk yang ingin
dibeli.
3.3.2
Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2009 di Bab V tentang Klasifikasi dan Kriteria
Perdagangan
Menurut pasal lima belas, klasifikasi Toko Modern didasarkan pada :
1. Luas gerai, sebagai berikut:
a. Mini market kurang dari 400 m2 (empat ratus meter persegi);
b. Supermarket 400 m2 (empat ratus meter persegi) sampai dengan 5.000 m2 (lima ribu
meter persegi);
c. Departement Store, diatas 400 m2 (empat ratus meter persegi);
d. Perkulakan, diatas 5.000 m2 (lima ribu meter persegi).
2. Sistem penjualan dan jenis barang dagangan sebagai berikut :
a. Minimarket, supermarket dan hypermarket menjual secara eceran barang konsumsi
terutama produk makanan dan produk rumah tangga lainnya;
b. Departement Store menjual secara eceran barang konsumsi utamanya produk sandang
dan perlengkapannya dengan penataan barang berdasarkan jenis kelamin dan/atau
tingkat usia konsumen; dan
c. Perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi.
LotteMart Wholesale yang terletak di Jalan Sokarno-Hatta, Bandung merupakan bisnis grosir
menjual barang konsumsi dengan luas kurang lebih 10.000 meter persegi sedangkan LotteMart
merupakan hypermarket yang menjual barang konsumsi produk makanan, minuman, dan produk
rumah tangga lainnya secara eceran dengan lokasi di dalam sebuah mall dengan luas kurang dari
5000 meter persegi.
3.3.3
Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2009 di Bab VI tentang Lokasi dan Jarak Tempat
Usaha Perdagangan
Pasal 19
(1) Perkulakan hanya dapat berlokasi pada sistem jaringan jalan arteri atau kolektor primer
atau arteri sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/492/jbptunikompp-gdl-aghilmargh-24594-11-bab2.pdf.
Diakses
14
November 2013.
Triple A, Andi. 2012. Jenis-jenis Perbelanjaan.http://anditriplea.blogspot.com/2012/05/jenis-jenisperpelanjaan.html. Diakses 14 November 2013.
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.