Analisis Retail Lottemart

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 33

KAJIAN TEORITIS

2.1

Definisi Ritel
Pada dasarnya,perdagangan eceran/pengecer (ritel)merupakan suatu bisnis usaha yang

berkecimpung dalam bidang penjualan produk secara eceran. Menurut Christina Whidya Utami
(2010:5), ritel adalah salah satu perangkat dari aktivitas-aktivitas bisnis yang melakukan
penambahan nilai terhadap produk-produk dan layanan penjualan kepada konsumen dalam
penggunaan atau konsumsi perseorangan maupun keluarga.
Menurut Hendri Maruf (2006:7), bisnis ritel adalah kegiatan usaha barang atau jasa
kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga, dan rumah tangga.Sedangkan menurut
Philip Kotler yang dialihbahasakan oleh Benyamin Molan (2003:215) mendefinisikan bahwa
usaha eceran (ritel) adalah semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang atau jasa secara
lansung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi, bukan untuk bisnis.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa usaha eceran (ritel) merupakan
penjualan barang dan jasa yang langsung kepada konsumen akhir dan bukan untuk dijual
kembali.

2.2

Karakteristik Dasar Ritel


Karakteristik dasar ritel dapat dipergunakan sebagai dasar mengelompokkan jenis ritel.

Menurut Christina Whidya Utami (2010),terdapat tiga karakteristik dasar ritel, yaitu:
1. Pengelompokan berdasarkan unsur-unsur yang digunakan ritel untuk memuaskan
kebutuhan konsumen
Oleh :2. Pengelompokan berdasarkan sarana atau media yang digunakan

3. Pengelompokan berdasarkan kepemilikan


Kirana Dita Putri

(120310110121)

Kiyanadhira A. A.

(120310110127)

Sedangkan menurut Berman & Evans dalam Asep ST. Sujana (2005:15),terdapat

Yovita
Laurenziabisnis(120310110129)
beberapa
karakteristik
ritel, diantaranya :

Devira Anastasia

(120310110151)

1. Penjualan barang/jasa dalam jumlah kecil/secukupnya untuk dikonsumsi sendiri dalam


periode waktu tertentu. Meskipun riteler mendapatkan barang dari supplier dalam bentuk
kartonan (cases), namun riteler menjualnya dalam bentuk pecahan per unit (piece/s)
2. Impulse buying, yaitu kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan
jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyaknya pilihan dalam proses belanja
konsumen. Seringkali keputusan yang diambil konsumen untuk membeli suatu barang adalah
yang sebelumnya tidak tercantum dalam belanja barang (out of purchase list) karena terstimulasi
oleh variasi bauran produk (assortment) dan tingkat harga barang yang ditawarkan.
3. Store condition (kondisi lingkungan dan interior dalam toko) dipengaruhi oleh lokasi
toko, efektivitas penanganan barang, open hour (jam buka toko), dan tingkat harga yang
bersaing.

2.3.

Pengelompokan Ritel menurut Christina Whidya Utami (2010)

2.3.1

Berdasarkan Unsur-unsur yang Digunakan Ritel untuk Memuaskan Kebutuhan


Konsumen

1.
2.
3.
4.

Jenis barang yang dijual


Perbedaan dan keanekaragaman barang yang dijual
Tingkat layanan konsumen
Harga barang

Berdasarkan unsur-unsur diatas, ritel dapat dikelompokkan sebagai berikut:


a. Supermarket tradisional
Supermarket tradisional melayani penjualanmakanan serta melakukan pembatasan
penjualan terhadap produk nonmakanan, seperti produk kesehatan, kecantikan, dan
produk umum lainnya. Sementara itu, supermarket konvensional yang lebih luas dan
menyediakan layanan antar, menjual roti dan kue-kue (bakery), bahan makanan mentah,
serta produk nonmakanan disebut sebagai superstore.
b. Big-box retailer

Lebih

dari

25

tahun

berikutnya,

supermarket

mulai

berkembang

dengan

semakinmemperluas ukurandan mulai menjualberbagaiproduk luar negeri yang


bervariasi. Pada format big-box retailer, terdapat beberapa jenis supermarket, yaitu
supercenter, hypermarket, dan warehouseclub.
- Supercenter adalah supermarket yang mempunyai luas lantai 3.000 sampai 10.000
meter persegi dengan variasi produk yang dijual, untuk makanan sebanyak 30-40%
dan produk-produk nonmakanan sebanyak 60-70%. Supermarket jenis ini termasuk
supermarket yang tumbuh dengan cepat. Persediaan yang dimiliki berkisar antara
12.000-20.000 item. Supermarket jenis ini memiliki kelebihan sebagai tempat belanja
dalam satuatap (one stop shopping) sehingga banyak pengunjungnya yang datang dari
-

jauh.
Hypermarket merupakan supermarket yang memiliki luas antara lebih dari 18.000
meter persegi dengn kombinasi produk makanan 60-70% dan produk-produk umum
30-40%. Hypermarket merupakan salah satu bentuk supermarket yang memiliki
persediaan lebihsedikitdibanding supercenter, yaitu lebih dari 25.000 item yang
meliputi produk makanan, perkakas (hardware), peralatan olahraga, furnitur,
perlengkapan rumah tangga, komputer, alat elektronik, dan sebagainya. Dengan
demikikan,hypermarket adalah toko eceran yang mengombinasikan pasar swalayan

dan pemberi diskon lini penuh.


Warehouse merupakan ritel yang menjual produk makanan yang jenisnya terbatas dan
produk-produk umum dengan layanan minim pada tingkat harga yang rendah
terhadap konsumen akhir dan bisnis kecil. Ukurannya antara lebihdari 13.000 meter
persegi dan biasanya berlokasi di luar kota. Pada jenis ritel ini, interior yang
digunakan lebih sederhana. Produk yang dijual meliputimakanan dan produk umum
lainnya.

Karakteristik Ritel berorientasi Makanan

Keterangan
Area
penjualan
Jumlah
Pengecekan
Jumlah
Barang
Penekanan
utama

Margin kotor

Convenience
Store
<350 m2

1-3
3.000-4.000
Kebutuhan
sehari-hari

25-30%

Supermarket
1.5003.000m2
6-10
8.000-12.000

Supercenter
3.000-10.000

>20
12.00020.000
Makanan
One
stop
hanya
5% shopping,
dan
barang barang
dagangan
dagangan 2025%
penjualan
16-22%
15-18%

Warehouse
Store
>13.000m2

Hypermarket
>18.000m2

>20
5.000-8.000

>30
>25.000

Harga
rendah, 60%
nonmakanan
dan 40%
makanan

One
stop
shopping 40%
penjualan dari
item
nonmakanan

10-11%

12-15%

Sumber: Levy dan Weitz, Ritel Management, 2004


c. Convenience store
Convenience store memiliki variasi dan jenis produk yang terbatas. Luas lantai ritel jenis ini
berukuran kurang dari 350 meter persegi dan bisanya didefinisikan sebagai pasar swalayan mini
yang menjual hanya lini terbatas dari berbagai produk kebutuhan sehari-hari yang perputarannya
relatif tinggi. Convenience store ditujukan kepada konsumen yang membutuhkanpembelian
dengan cepat tanpa harus mengeluarkanupaya yang besar dalam mencariproduk-produk yang
diinginkannya. Produk-produk yang dijual biasanya dijual dengan harga yang lebih tinggi
daripada di supermarket.
d. General Merchandise Ritel
- Toko diskon
- Toko khusus
- Toko kategori
- Department store
- Off-price retailing
- Value retailing
2.3.2 Pengelompokan Berdasarkan Sarana / Media yang Digunakan
a. Penjualan melalui toko (in store)
b.Penjualan tidak melalui toko (non in store)
- Ritel elektronik
- Katalog dan pemasaran surat langsung
- Penjualan langsung
- Television homeshopping

- Vending machine retailing


2.3.3

Pengelompokan Berdasarkan Kepemilikan


a. Pendirian toko tunggal atau mandiri
b. Jaringan perusahaan
c. Waralaba(franchise)

Format Ritel

Non in store
- Katalog
- Penjualan elektronik
- Penjualan melalui surat
- Mesin penjual
- Penjualan langsung
- Penjualan melalui telepon
- Penjualan maya / e-commerce

Store
Ritel barang
dagangan umum:

Ritel berorientasi
makanan:

- Specialty store

- Convenience
store
- Supermarket
- Supercenter
- Grosir
- Hypermarket

- Variety store
- Department
store
- Off price store
- Factory outlet

2.3

Pengelompokan Ritel menurut Hendri Maruf (2005)

2.3.1

Berdasarkan bentuk fisik


1. Perbelanjaan tradisional
- Warung : berupa bangunan sederhana yang permanen atau semi permanen yang
menjual barang kebutuhan seharihari.
- Toko : bentuk dan penataan interiornya lebih baik daripada warung yang menjual
produkproduk, baik kebutuhan seharihari maupun produkproduk tahan lama.
- Pasar : terdiri atas kioskios di bagian dalamnya dan tokotoko dibagian luarnya yang
menghadap jalan. Menjual berbagai macam produk yang diperlukan masyarakat, dari
barang kebutuhan sehari hari sampai produk tahan lama.
- Pertokoan sepanjang jalan : Pertokoan yang terletak di sepanjang kiri dan kanan jalan,
mempunyai gudang dan servis di bagian belakang. Kegiatan lalu lintas pengunjung dan
barang di muka pertokoan menjadi satu dengan lalu lintas umum.
2. Perbelanjaan modern
- Minimarket : Merupakan toko yang menyediakan berbagai macam kebutuhan
masyarakat mulai dari yang bersifat sementara sampai yang tahan lama. Luas ruang mini
market antara 50 m2sampai 200 m2.
- Specialty store : Menjual hanya untuk barang barang khusus. Luas bangunan sekitar
8000 m2.
- Factory outlet : Mirip toko,namun lebih banyak menjual kebutuhan fashion. Luas ruang
bervariasi.
- Distribution Outlet (Distro) : Mirip factory outlet, namun hanya menjual produk fashion
yang lebih kasual.
- Supermarket : Menjual berbagai kebutuhan seharihari (bersifat kering, basah, dalam
bentuk kemasan), dan barang kebutuhan berkala. Harga telah ditetapkan sehingga tidak
terjadi tawarmenawar. Supermarket kecil mempunyai luas 300m 2 sampai 1.100 m2 dan
supermarketbesar dengan luas ruang antara 1.100 m2 sampai 2.300 m2.
- Warehouse : menjual produk makanan yang jenisnya terbatas dan produkproduk umum
dengan layanan minim dan harga rendah. Luasnya sekitar 13.000 m2 dan biasanya
berlokasi diluar kota.
- Off-price retailing : Menyediakan berbagai jenis produk dengan merk bergantiganti
dan lebih berorientasi fashion dengan tingkat harga produk yang murah.
- Departement store atau toko serba ada (toserba) : Barang yang diperdagangkan tidak
membawa perusahaan secara individu, tetapi membawa nama perusahaan niaga.

Departement store memiliki luas ruang yang bervariasi mulai dari beberapa ratus meter,
hingga 3000 m2.
- Perkulakan atau gudang rabat : Menjual berbagai kebutuhan seharihari,dari yang
bersifat tahan sementara sampai barang tahan lama.
- Superstore : Sama seperti departement store, namun berbeda dalam hal luas ruang, yaitu
mulai 2.300 m2 sampai 4.700 m2.
- Hypermarket : Departement storeyang luasnya diatas 10.000 m2.
- Mall : Pengembangan dari pusat perbelanjaan yang dipadukan dengan sarana hiburan
dan rekreasi dan memuat banyak gerai.
- Trade centre : Mirip mall, namun tidak memiliki ruang publik seluas mall dan biasanya
tidak tersedia departement store dan supermarket.
-Box store : Mempunyai luas sedikit lebih besar daripada minimarket, yaitu mulai 450 m2
sampai 850 m2.
- Discount store : Mempunyai ciriciri menekan biaya serendah mungkin agar dapat
menjual produk dengan harga lebih murah. Pilihan barang terbatas, desain toko dan
pelayanan pada konsumen yang sangat minim.
- Combination store ; Merupakan gabungan dari supermarket dan general merchandise
dengan luas ruang 2800 m2 9300 m2.
- Value riteling : Merupakan toko diskon yang menjual sejumlah besar jenis produk
dengan tingkat harga rendah dan biasanya berlokasi di daerah padat penduduk.
- Category killer atau power retailer: Merupakan specialty store raksasa. Menyediakan
rangkaian produk yang sedikit tetapi mempunyai banyak ukuran atau pilihan, terutama
produk bermerek. Berlokasi di wilayah suburban dan menjual produk produk dengan
harga paling rendah di pasaran.

2.4 Pengelompokan Ritel menurut Asep ST Sujana (2005:16)


Tipe bisnis ritel diklasifikasikan berdasarkan:
a. Ownership (kepemilikan bisnis)
b. Merchandise category (kategori barang dagangan)
c. Luasan sales area (area penjualan).

2.4.1

Tipe Bisnis Ritel atas Kepemilikan (Owner)

- Single-store Retailer, merupakan tipe bisnis ritel yang paling banyak jumlahnya dengan
ukuran toko umumnya dibawah 100 m2, mulai dari kios atau toko di pasar tradisional
sampai dengan minimarket modern, dengan kepemilikan secara individual.
- Rantai Toko Ritel, yaitu toko ritel dengan banyak (lebih dari satu) cabang dan biasanya
dimiliki oleh suatu institusi bisnis bukan perorangan, melainkan dalam bentuk perseroan
(company owned retail chain). Bentuknya mulai dari rantai toko minimarket sampai
dengan mega hyperstore. Contoh: Hero Supermarket, Sogo Dept. Store & Supermarket,
Matahari, Ramayana, dan sebagainya.
- Toko Waralaba (Franchise Stores), adalah toko ritel yang dibangun berdasarkan kontrak
kerja waralaba (bagi hasil) antara terwaralaba (franchisee) yakni pengusaha investor
perseorangan (independent bussines person) dengan pewaralaba (franchisor) yang
merupakan pemegang lisensi bendera/nama toko, sponsor, dan pengelola usaha.
Bentuknya sangat beragam, mulai dari fast food restaurant, bengkel, toko optic, sampai
supermarket. Contoh : McDonalds, Indomaret.

2.4.2

Tipe Bisnis Ritel berdasarkan Merchandise Category


- Speciality Store (toko khas); merupakan toko retail yang menjual satu jenis kategori
barang atau suatu rentang kategori barang (merchandise category) yang relatif
sempit/sedikit. Contoh :apotik, optic store, gallery/art shop (pasar seni), jewelry store
(toko perhiasaan), toko buku.
- Grocery Store (Toko Serba Ada, Toserba); merupakan toko ritel yang menjual sebagian
besar kategori barangnya adalah barang groceries(kebutuhan sehari-hari; fresh-food,
perishable, dry-food, beverages, cleanings, cosmetics, serta household items). Contohnya
: Carrefour, Makro, Hero, Lion Superindo.
- Department Store; sebagian besar yang dijual adalah non-basic items (bukan kebutuhan
pokok), fashionables, dan branded items (bermerek). Item-item grocery kalaupun dijual,
hanya sebagai pelengkap. Contoh : Ramayana, Borobudur, Sogo Department Store,
Matahari, Galeria, dan Pasaraya.

- Hyperstore; menjual barang-barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas.
Menjual hampir semua jenis barang pembelian setiap lapisan konsumen, mulai dari
grocery, household,textile, appliance, dan lainnya dengan konsep one-stop-shopping
(everything-in-one-roof), bahkan ganti oli dapat dilayani ditoko ritel sejenis ini. Paling
tidak dibutuhkan 10.000 m2sales area. Toko-toko ritel di Indonesia tampaknya belum ada
yang dapat dikategorikan dalam tipe hyperstore.

2.4.3

Tipe Bisnis Ritel berdasarkan Luas Sales Area


- Small Store / Kiosk; sebuah toko kecil atau kios yang umumnya merupakan toko ritel
tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil dengan sales areakurang dari 100 m2.
- Minimarket; dioperasikan dengan luasan sales area antara 100 sampai dengan 1000 m2.
- Supermarket; dioperasikan dengan luasan sales area antara 1000 sampai dengan 5000 m2.
- Hypermarket; dioperasikan dengan luasan sales area lebih dari 5000 m2.

2.5

Tipe Bisnis Ritel Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller

2.5.1 Perdagangan Eceran (Ritel)


Saat ini konsumen dapat berbelanja barang dan jasa pada toko pengecer, pengecer nontoko,
atau bahkan organisasi eceran. Dalam bisnis ini, cara atau tempat menjual barang atau jasa tidak
dipermasalahkan. Eceran atau ritel bisa dilakukan perseorangan melalui telepon, surat, bahkan
melalui internet atau bisa juga dilakukan di dalam toko, di pinggir jalan, bahkan mendatangi
langsung tempat konsumen berada.
2.5.2 Perdagangann Eceran Menurut Tingkat Layanan dalam Toko
Swalayan, merupakan bentuk dasar dari semua operasi diskon. Konsumen dapat mencarimembandingkan- kemudian memilih produk yang sesuai dengan keinginannya sendiri untuk
dapat menghemat uang.
Memilih sendiri, pada dasarnya konsumen dapat meminta bantuan tetapi mereka pun bisa
mencari produk yang mereka inginkan sendiri.
Layanan terbatas, pengecer memiliki lebih banyak produk yang dijual dan diikuti oleh jasa
tambahan kredit dan pengembalian produk yang tidak sesuai.
Layanan penuh, wiraniaga siap membantu dalam setiap proses mencari-membandingkanmemilih produk yang dilakukan pelanggan. Biasanya bisnis eceran tipe ini disertai proposi
barang khusus yang tinggi dengan pergerakan yang lebih lambat tetapi pelayanan yang banyak
sehingga termasuk bisnis eceran yang berbiaya tinggi.
2.5.3 Perdagangan Eceran Menurut Non-instore
Penjualan langsung, penjualan ini dapat juga disebut penjualan multilevel atau pemasaran
jaringan. Perusahaan menjual dari pintu ke pintu atau menjual produk dari satu orang ke banyak
orang. Misal dilakukan seorang tuan rumah (yang berlaku sebagai wiraniaga) yang mengundang
teman-temannya untuk kemudian dia demonstrasikan tentang produk yang dijualnya. Sistem ini
dilakukan oleh berbagai macam perusahaan, contohnya: Tupperware, Mary Kay Cosmetics.

Pemasaran Langsung, pemasaran ini dilakukan secara langsung dengan konsumen melalui
berbagai media tanpa perantara tempat atau toko. Mulai dari pengiriman surat langsung dan
katalog, pemasaran melalui televisi respon langsung yang dilakukan oleh Home Shopping,
hingga perbelanjaan melalui internet yang dilakukan oleh Amazon.com.
Mesin otomatis, walaupun tanpa toko tetapi eceran jenis ini dapat melayani pelanggan selama 24
jam. Dengan menggunakan mesin otomatis pelanggan dapat melayani dirinya sendiri dan barang
yang terjaga kesegaran dan kualitasnya. Mesin otomatis sangat mudah dijumpai di negara
Jepang, mulai dari yang menjual minuman ringan, rokok, permen coklat, makanan dan minuman
panas, hingga kosmetik. Coca-Cola memiliki jumlah mesin otomatis paling banyak di Jepang,
yaitu lebih dari satu juta mesin.

2.5.4 Perdagangan Eceran Korporat


Toko rantai korporat, memiliki dua atau lebih gerai yang dikendalikan dan menerapkan sistem
pembelian dan pengadaan terpusat serta lini barang yang sama. Contoh: GAP, Pottery Barn, Hold
Everything.
Rantai sukarela, kelompok pengecer independen yang disponsori oleh pedagang grosir yang
terlibat dalam pembelian jumlah besar dan barang umum. Contoh: Independent Grocers Alliance
Koperasi pengecer, pengecer independen menggunakan organisasi pembelian pusat dan usaha
promosi gabungan. Contoh: ACE Hardware.
Koperasi konsumen, perusahaan eceran yang dimiliki pelanggannya. Anggota menyumbangkan
uang untuk membuka toko mereka sendiri, memberikan suara untuk kebijakannya, memilih
kelompok untuk mengelolanya, dan mendapatkan dividen.
Organisasi waralaba, asosiasi kontraktual antara pewaralaba dan terwaralaba. Contoh:
McDonalds, 7-Eleven, Pizza Hut.
Konglomerat pedagang, korporasi yang menggabungkan beberapa lini dan bentuk eceran
berbeda di bawah kepemilikan terpusat dengan beberapa integrasi distribusi dan manajemen.

2.6 IZIN MENDIRIKAN RITEL


Berdasarkan Pasal 1 butir 5 Perpres 112/2007 jo Pasal 1 butir 5 Permendag 53/2008 yang
dimaksud dengan ritel modern atau toko modern yaitu toko dengan sistem pelayanan mandiri,
menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket,
Department Store, Hypermarket, ataupun grosir berbentuk Perkulakan.
Izin yang diperlukan untuk mendirikan ritel modern/ toko modern atau ritel tradisional adalah
sebagai berikut:
A. RITEL MODERN/ TOKO MODERN
1.

Mendirikan badan hukum untuk yang akan menjalankan toko modern


Setiap toko modern dapat berbentuk suatu badan usaha badan hukum atau badan usaha bukan
badan hukum.Adapun, karakteristik badan usaha berbadan hukum atau badan usaha tidak
berbadan hukum dapat anda lihat pada jawaban kami sebelumnya yaitu:
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4f51947253585/jenis-jenis-badan-usaha-dankarakteristiknya

2.

Izin Usaha Toko Modern (IUTM)


Persyaratan IUTM berdasarkan Pasal 12 dan 13 Perpres 112/2007 jo Pasal 12 Permendag
53/2011, yaitu :

Copy Surat Izin Prinsip dari Bupati/Walikota atau Gubernur Pemerintah


Provinsi DKI Jakarta;

Hasil Analisa Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat serta rekomendasi dari


instansi yang berwenang;

Copy Surat Izin Lokasi dari Badan Pertanahan Nasional;

Copy Surat Izin Undang-Undang Gangguan (HO);

Copy Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

Copy Akta pendirian perusahaan dan pengesahannya;

Rencana Kemitraan dengan Usaha Mikro dan Usaha kecil;

Surat Pernyataan kesanggupan melaksanakan dan mematuhi ketentuan


yang berlaku; dan

Studi Kelayakan termasuk analisis mengenai dampak lingkungan,


terutama sosial budaya dan dampaknya bagi pelaku perdagangan eceran
setempat.

Surat Permohonan IUTM tersebut ditandatangani oleh pemilik atau pengelola perusahaan dan
akan diajukan kepada penerbit izin. Selanjutnya apabila dokumen permohonan telah lengkap,
Bupati/Walikota atau Gubernur Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta akan mengeluarkan
IUTM. Kewenangan untuk menerbitkan IUTM tersebut dapat dilimpahkan kepada kepala
Dinas/Unit yang bertanggung jawab di bidang perdagangan atau pejabat yang bertanggung
jawab dalam pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu.
Pembinaan dan Pengawasan terkait pendirian dan pengelolaan toko modern merupakan
kewenangan dari Pemeritah dan Pemerintah Daerah setempat, sehingga untuk implementasi
perizinan toko modern akan mengacu pada peraturan pelaksana yang diterapkan oleh
pemerintah daerah setempat.
3.

Tanda Daftar Perusahaan (TDP)


Berdasarkan Pasal 2 (1) Permendag 36/07, setiap perusahaan wajib untuk mendaftarkan
daftar perusahaannya yang disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor pendaftaran
perusahaan. Perusahaan dapat berbentuk, antara lain :
o

PT;

Persekutuan Komanditer (CV);

Firma;

Perorangan;

Bentuk lainnya; dan

4.

Perusahaan asing dengan status Kantor Pusat, Kantor Tunggal, Kantor Cabang,
Kantor Pembantu, Anak Perusahaan, dan Perwakilan Perusahaan yang berkedudukan dan
menjalankan
usahanya
di
wilayah
Republik
Indonesia.
Sehingga, setiap penyelenggara toko modern, wajib untuk memperoleh TDP.

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atas toko Modern


Setiap orang yang akan mendirikan bangunan wajib mengikuti persyaratan administratif yaitu
salah satunya memiliki Izin Mendirikan Bangunan gedung sebagaimana dimaksud Pasal 7
UU 28/2002 dan peraturan pelaksanaannya pada Pasal 14 PP 36/2005. Izin Mendirikan
Bangunan gedung diberikan oleh pemerintah daerah. Setiap daerah memiliki peraturannya
masing-masing. Sebagai contoh untuk provinsi Jakarta diatur oleh Peraturan Daerah Provinsi
Khusus Ibukota Jakarta no. 7 tahun 2010.

5.

Surat Keterangan Domisili Perusahaan


Diajukan permohonan Surat Keterangan Domisili Perusahaan kepada kelurahan setempat
lokasi toko modern.

6.

Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (bila pendirian dilakukan melalui perjanjian waralaba)

Ilustrasi Usaha Retail


Apabila dalam membangun ritel modern/toko modern yang merupakan hasil dari perjanjian
waralaba maka berdasarkan PP 42/2007 harus memiliki Surat Tanda Pendaftaran Waralaba.
7.

Izin Gangguan
Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Permendagri 27/2009, yang dimaksud dengan Izin Gangguan
adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi/badan di lokasi tertentu
yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian, dan gangguan, tidak termasuk tempat/kegiatan
yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

B. TOKO RITEL TRADISIONAL


1.

Mendirikan badan usaha yang akan menjalankan toko retail tradisional


Pada dasarnya tidak ada kewajiban bentuk badan usaha untuk menjalani toko retail
tradisional. Bentuk badan usaha yang akan didirikan yaitu sesuai dengan visi misi toko retail
yang akan didirikan, bahkan perusahaan perorangan pun dapat melakukan usaha retail
tradisional.

2.

Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)


Setiap Perusahaan yang melakukan usaha perdangangan wajib untuk memilki SIUP.
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) huruf c Permendag 46/2009, terdapat pengecualian kewajiban
memiliki SIUP terhadap Perusahaan Perdagangan Mikro dengan kriteria:
o

Usaha Perseorangan atau persekutuan;

Kegiatan usaha diurus, dijalankan, atau dikelola oleh pemiliknya atau anggota
keluarga terdekat; dan

Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,- tidak termasuk tanah
dan bangunan.

Namun, Perusahaan Perdagangan Mikro tetap dapat memperoleh SIUP apabila dikehendaki
oleh
Perusahaan
tersebut.
Permohonan SIUP ini diajukan kepada Pejabat Penerbit SIUP dengan melampirkan surat
permohonan yang ditandatangani oleh Pemilik/Pengurus Perusahaan di atas materai yang
cukup serta dokumen-dokumen yang disyaratkan dalam Lampiran II Permendag 36/2007.
3.

TDP
Apabila bentuk perusahaan yang akan dibentuk adalah perusahaan perorangan, maka
berdasarkan Pasal 6 UU 3/1982 jo Pasal 4 Permendag 36/2007 terdapat pengecualian
kewajiban untuk mendaftarkan daftar perusahaan bagi perusahaan perorangan yang
merupakan perusahaan kecil, namun apabila perusahaan kecil tetap dapat memperoleh TDP
untuk kepentingan tertentu, apabila perusahaan kecil tersebut menghendaki.Lebih lanjut yang
dimaksud dengan perusahanan kecil adalah:
o

Perusahaan yang dijalankan perusahaan yang diurus, dijalankan, atau dikelola


oleh pribadi, pemiliknya sendiri, atau yang mempekerjakan hanya anggota
keluarganya sendiri;

Perusahaan yang tidak diwajibkan memiliki izin usaha atau surat keterangan yang
dipersamakan dengan itu yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; atau

Perusahaan yang benar-benar hanya sekedar untuk memenuhi keperluan nafkah


sehari-hari pemiliknya.

4.

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atas toko retail tradisional


Setiap orang yang akan mendirikan bangunan wajib mengikuti persyaratan administratif yaitu
salah satunya memiliki Izin Mendirikan Bangunan gedung sebagaimana dimaksud Pasal 7
UU 28/2002 dan peraturan pelaksanaannya pada Pasal 14 PP 36/2005. Izin Mendirikan
Bangunan gedung diberikan oleh pemerintah daerah. Setiap daerah memiliki peraturannya
masing-masing. Sebagai contoh untuk provinsi Jakarta diatur oleh Peraturan Daerah Provinsi
Khusus Ibukota Jakarta no. 7 tahun 2010.

5.

Surat Keterangan Domisili Perusahaan


Diajukan permohonan Surat Keterangan Domisili Perusahaan kepada kelurahan setempat
lokasi toko retail tradisional.

6.

Izin Gangguan
Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Permendagri 27/2009, yang dimaksud dengan Izin Gangguan
adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi/badan di lokasi tertentu

yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian, dan gangguan, tidak termasuk tempat/kegiatan
yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
Dasar Hukum :
1.

Undang-Undang Gangguan (Hinderordonnantie) S. 1926-226;

2.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UU 28/2002);

3.
4.

Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang


No. 28 Tahun 2002 Tentang Waralaba (UU 28/2002);
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba (PP 42/2007);

5.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern (Perpres 112/2007);

6.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008


tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko
Modern (Permendag 53/2008);

7.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/M-Dag/Per/9/2007


tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (Permendag 36/2007);

8.

Peraturan
Menteri
Perdagangan
Republik
Indonesia
Nomor
46/MDag/Per/9/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia No.
36/M-Dag/Per/9/2007
tentang
Penerbitan
Surat
Izin
Usaha
Perdagangan(Permendag 46/2009); dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penetapan Izin Gangguan Daerah (Permendagri 27/2009).

PEMBAHASAN

A. Sejarah

Lotte tumbuh menjadi perusahaan yang


mewakili Korea di berbagai bidang seperti
distribusi makanan dan rekreasi. Saat ini,
perusahaan ini sedang berkembang menjadi
perusahaan global yang memperkaya
kehidupan orang-orang di seluruh dunia.
Didorong oleh normalisasi hubungan
diplomatik antara Korea dan Jepang
pada tahun 1965, Pemilik Lotte, Shin
Kyuk-ho, seorang pengusaha Korea,
yang unit usahanya kebanyakan beroperasi di Jepang, membuat investasi berani dengan
mendirikan Grup afiliasi bisnis pertama, Lotte Confectionery di Korea. Pada saat itu,
Korea adalah negara yang sedang berkembang karena sisa-sisa Perang Korea. Investasi
Mr. Shin adalah sebuah langkah pertama menuju modernisasi besar-besaran industri
makanan.
- 1967 Lotte Confectionery diperkenalkan
- 1968 Lotte Aluminium dimulai

Pada tahun 1970-an, perusahaan melakukan langkah besar sebagai bisnis makanan
terbesar, mendirikan Lotte Chilsung Beverage, Lotte Samkang. Lotte Ham & Milk, dan
Lotteria. Selain itu, Lotte memelopori industri ritel dan pariwisata nasional dengan
meluncurkan Lotte Hotel dan Lotte Shopping. Tahun-tahun berikutnya, perusahaan juga
memperkenalkan Lotte Engineering & Construction, Honam Petrokimia, Lotte
Engineering & Machinery, dan Lotte Trading.
- 1973 Lotte Hotel dibuka
- 1973 Lotte Engineering & Machinery dan Lotte Pioneer didirikan.

- 1974 Lotte Trading didirikan


- 1974 Mengakuisisi Chilsung Han-mi Beverage dan mengubah namanya menjadi
Chilsung Lotte Beverage
- 1976 Mengakuisisi Honam Petrokimia
- 1978 Mengambil alih Samkang dan mengubah nama menjadi Lotte Samkang
- 1978 Lotte Ham & Milk Diluncurkan.
- 1978 Mengambil alih Pyunghwa Construction dan mengubah namanya menjadi
Lotte Engineering & Construction
- 1979 Lotteria didirikan.
- 1979 Lotte Shopping dimulai

Pada tahun 1980s, Lotte mencapai


titik kompetitif dalam distribusi,
pariwisata, dan industri makanan,
dengan
berhasil
mendapatkan
peringkat dalam
sepuluh-besar
kelompok bisnis Korea. Hal ini juga
meletakkan dasar untuk mendorong
dirinya ke pasar global dengan
melakukan
diversifikasi
sektor
usaha. Pada periode ini, Lotte
menyelesaikan pembangunan Lotte
World, mendirikan Lotte Hotel di Busan dan Lotte Moolsan, dan menuangkan energi
maksimum untuk memperkuat daya saing dalam industri pariwisata. Didirikannya Lotte
Canon dan Korea Fujifilm mempercepat peluncuran bisnis tekhnologi tinggi. Lotte
Giants dan Daehong Communications didirikan untuk memperbaharui seluruh
infrastruktur budaya perusahaan. Lotte R & D Center dan Lotte Merchandising Service
Center didirikan untuk menambah intensitas penelitian dan pengembangan untuk produkproduk baru serta keterampilan dalam bisnis.
- 1980 Didirikannya Lotte Freezing, mengakuisisi Korea Fujifilm
- 1982 Didirikannya Daehong Communications

- 1982 Didirikannya Lotte Giants


- 1982 Didirikannya Lotte Moolson1983
- 1983 Didirikannya Lotte R & D Center
- 1983 Didirikannya Merchandising Lotte Service Center
- 1984 Didirikannya Lotte Hotel di Busan
- 1985 Didirikannya Lotte Canon
- 1988 Mengakuisisi Korea Seven
- 1989 Didirikannya Lotte World Promotion Department

Pada tahun 1990-an, Lotte siap untuk melompat ke depan sebagai sebuah super grup yang
terbaik dari abad ke-21 berdasarkan kompetensi di inti daerah strategis.Hal ini
mempertahankan posisi Nomor 1 di distribusi, pariwisata, dan sektor makanan dan
membangun landasan bagi korporasi global dengan manajemen dan investasi yang
agresif.

Mata rantai Lotte Hotel dan Lotte Shopping diperluas secara nasional dan bisnis-bisnis
baru diluncurkan. Mereka memperluas pasar ke Jepang, Cina, negara-negara Asia Timur
lain, dan Amerika Serikat, meningkatkan pemasaran global yang efektif untuk makanan
dan minuman, perdagangan, dan bisnis pariwisata. Lotte Data Communication dan
Lotte.Com didirikan untuk menciptakan model bisnis bertekhnologi tinggi. Korea Seven,
Lotte Logistics, dan Lotte Fresh Delica didirikan untuk menciptakan sistem logistik
makanan yang baru dan aman.

Bahkan setelah awal dari krisis keuangan Asia tahun 1997, Lotte tidak berhenti
berkembang didasarkan pada daya saing dalam inti bisnis strategis dan struktur keuangan
yang kokoh. Hal ini dapat dicapai dengan memilih bisnis di mana dapat lebih unggul dan
memusatkan semua upaya kompetitif perusahaan sektor tersebut.

- 1991 Didirikannya Lotte Station Building

- 1995 Lotte Capital mulai beroperasi


- 1996 Lotte Logistics dibentuk
- 1996 Lotte Data Communication Company didirikan
- 1999 Lotte Fresh Delica dimulai

Sewaktu Korea masih dalam masa pemulihan dari Perang Korea, Lotte, pada 1960-an,
mulai membangun dirinya sebagai pelopor bisnis. Sejak tahun-tahun awal tersebut, Lotte
Group telah tumbuh menjadi entitas bisnis kelas satu yang kompetitif, tangguh dalam
sektor makanan, ritel, pariwisata, konstruksi dan kimia berat. Tak satupun yang puas
begitu saja, Lotte telah mulai menerapkan rencana untuk industri tekhnologi tinggi,
berbasis di struktur keuangan yang solid, sistem manajemen yang inovatif, dan investasi
yang kuat. Pada saat yang sama, Lotte juga tumbuh sebagai bisnis kelas dunia dengan
kehadirannya sekarang di Cina dan Rusia. Tetapi pada intinya, Lotte menyadari
pentingnya menempatkan prioritas pada nilai-nilai pemegang saham, dengan berusaha
untuk memaksimalkan laba melalui manajemen yang bertanggung jawab, kegiatan
operasional yang menguntungkan, dan respon kreatif terhadap perubahan dalam
lingkungan bisnis.

- 2000 Lotte.com dimulai


- 2000 Lotte Boulangerie didirikan
- 2001 Mengakuisisi IY & F dan mengubah nama menjadi Lotte Pharmaceutical
- 2002 Mengakuisisi Star Food
- 2002 Mengakuisisi Dongyang Card dan mengubah nama menjadi Lotte Card
- 2004 Pendirian Lotte Shopping KKD Head Quarter
- 2004 Mengakuisisi KP Chemical
- 2005 Pendirian Daesan Lotte Petrochemical Corp
(Akuisisi dari 2nd Complex Hyundai Petrochemical Co)
- 2005 Mengakuisisi Wellga

- 2006 Mengakuisisi Woori Homeshopping


- 2008 Mengakuisisi Makro Indonesia
Lottemart, pada Oktober 2008, telah mengakuisisi 100% saham dari perusahaan Belanda Indonesia yang bernama PT Makro Indonesia, yang mengoperasikan 19 toko. Hal tersebut adalah
tonggak awal Lotte dalam memasuki pasar Indonesia.

B. Profile
Lotte pada saat ini di Indonesia baru memasuki bisnis ritel dengan mengakuisisi Makro
Indonesia. Dalam bentuk bisnisnya Lotte membagi bentuk usahanya menjadi 2, yakni LotteMart
Wholesale and LotteMart.

a. LotteMart Wholesale
Sejarah Lotte Mart Wholesale
Oktober 1991: makro Indonesia didirikan.
26 September 1992: toko pertama di Pasar Rebo, Jakarta Timur dibuka.
29 September 1993: toko kedua di Sidoarjo, Jawa Timur dibuka.
24 November 1993: toko ketiga di Kelapa Gading, Jakarta Utara dibuka.
21 Juni 1995: toko keempat di Meruya, Jakarta Barat dibuka.
17 Januari 1996: toko kelima di Bandung, Jawa Barat dibuka.
19 Februari 1996: toko keenam di Ciputat, Jakarta Selatan dibuka.
9 Oktober 1996: toko ketujuh di Alam Sutera, Tangerang dibuka.
6 Januari 1997: toko kedelapan di Cibitung, Bekasi dibuka.
26 September 1997: toko kesembilan di Denpasar, Bali dibuka.
14 Mei 1998: ada kerusuhan di Jabotabek (Jakarta - Bogor - Tangerang Bekasi), Meruya dan Ciputat toko toko dijarah dan dibakar sehingga
mereka tidak dapat beroperasi lagi.
4 Agustus 1998: toko Meruya kembali dibuka.
8 Juli 2000: toko Ciputat kembali dibuka.
15 Juli 2000: toko kesepuluh di Medan, Sumatera Utara dibuka.
16 Mei 2001: toko kesebelas di Semarang, Jawa Tengah dibuka.
14 Juni 2001: toko keduabelas di Margomulyo, Surabaya dibuka.
7 Mei 2003: toko ketigabelas di Makassar, Sulawesi Selatan dibuka.
27 April 2004: toko keempatbelas di Palembang, Sumatera Selatan dibuka.
28 September 2004: toko kelimabelas di Pekanbaru, Riau dibuka.
2 Juni 2005: toko keenambelas di Sleman, Yogyakarta dibuka.

15 September 2005: toko ketujuhbelas di Banjarmasin, Kalimantan


Selatan dibuka.
15 Desember 2005: toko kedelapan belas di Bekasi 2, Bekasi dibuka.
23 Februari 2006: toko kesembilanbelas di Solo, Jawa Tengah dibuka.
8 Desember 2006: toko keduapuluh di Balikpapan, Kalimantan Timur
dibuka.
Oktober, 2008: Menjual 100% saham kepada LotteMart
Tanggal 24 April 2010 : Makro berubah nama menjadi LotteMart
Wholesale

LotteMart Wholesale dahulu bernama Makro adalah sebuah layanan perdagangan


mandiri dengan perkiraan 40,000-50,000 anggota potensial di setiap toko.
Berbelanja di LotteMart Wholesale adalah kombinasi dari harga rendah setiap
hari, ragam variasi produk Makanan dan Non Makanan, dan fokus yang jelas
pada belanja Anda; LotteMart Wholesale adalah MITRA BELANJA ANDA.
Visi LotteMart Wholesale
Komitmen terbaik untuk melayani pelanggan
Misi LotteMart Wholesale
Distribusi produk dengan harga istimewa, kualitas dan varietas untuk pelanggan
profesional, menawarkan keuntungan dan kesempatan untuk berkembang.
Ini berarti kami berusaha untuk menjadi:
Bagi pelanggan kami - sumber suplai yang paling dapat diandalkan yang memberi
mereka kesempatan untuk bersaing di pasar mereka masing-masing.
Untuk para pemasok kami - distributor dari produk mereka dengan biaya terendah
untuk jumlah nilai jual maksimum.
Keanggotaan LotteMart Wholesale
LotteMart Wholesale dibuka hanya untuk member. Untuk berbelanja di LotteMart
Wholesale, pelanggan harus terdaftar sebagai anggota. Untuk mendaftar sebagai
anggota LotteMart Wholesale, silakan kunjungi toko LotteMart Wholesale
terdekat dan menghubungi Customer Information Service, gratis.
Sembari menunggu pemrosesan kartu, anda dapat langsung melakukan belanja
pertama kalinya.
Anda dapat meminta kartu keanggotaan Anda kepada Information Customer
Service setelah Anda melakukan pembelanjaan pertama Anda.
Sebagai anggota LotteMart Wholesale, Anda berhak untuk menerima LotteMart
Wholesale mail. Untuk kenyamanan Anda, silakan ikuti peraturan berbelanja di
LotteMart Wholesale.

b. LotteMart
Lotte Mart adalah sebuah hypermarket di Asia yang menjual berbagai bahan
makanan, pakaian, mainan, elektronik, dan barang lainnya. Lotte Mart adalah
sebuah divisi dari Lotte Co, Ltd yang merupakan salah satu makanan yang paling
umum dan layanan belanja di Korea Selatan dan Jepang. Lotte Mart, bagian dari
konglomerat Korea "Lotte", membuka cabang pertama di Guui-dong,
GangByeon, Seoul, Korea Selatan pada tanggal 1 April 1998. Pada tahun 2006,
Lotte Mart membuka cabang pertama di luar negeri. Pada 8 Agustus 2011, Lotte
Mart telah memiliki 199 cabang. (Di Korea 92 cabang, 82 cabang di Cina, Di
Indonesia 23 cabang, 2 cabang Di Vietnam). Lotte menciptakan dan menjual
termasuk Herbon, Wiselect, Withone, Basicicon, Tasse Tasse, dan Gerard Darel.

Lokasi Lotte Mart Hypermarket

Lotte Mart Hypermarket Ratu Plaza

Lotte Mart Hypermarket Gandaria City

Lotte Mart Hypermarket Festival City Link Bandung

Lotte Mart Hypermarket Mal Panakukkang Makassar

Lotte Mart Hypermarket Bintaro

Lotte Mart Hypermarket Kelapa Gading

Lotte Mart Hypermarket Kuningan City

Lotte Mart Hypermarket Fatmawati

Lotte Mart Hypermarket Bekasi Junction

Lotte Mart Hypermarket Taman Surya

Lotte Mart Hypermarket Medan Center Point

Lotte Mart Hypermarket The Park Mall Solo

Lotte Mart Hypermarket Riau Grand City Pekanbaru (segera dibuka)

C. Karakteristik
a. LotteMart Wholesale

Konsep yang ditawarkan oleh LotteMart WholeSale sebetulnya banyak


mengadopsi konsep dari Makro yang sebelumnya ada, beberapa poin yang dapat
kami sampaikan adalah :

Harga rendah, biaya rendah.


Punya gedung sendiri
Melayani diri sendiri, belanja secara tunai.
Menjual berbagai macam variasi produk makanan dan non makanan.
Terbuka untuk konsumen dan institusi yang telah terdaftar.
Lapangan parkir yang luas (sampai dengan 1000 mobil).
LotteMart Wholesale Mail sebagai media komunikasi antara LotteMart
Wholesale dan anggotanya.
Fokus pada pelanggan korporasi atau horeca (hotel, restoran, catering),
UKM, penyedia jasa dan lain namun tetap melayani pelanggan individual
di masing-masing gerai.
Memiliki 11 ribu produk. Saat ini telah mencapai 16 ribu produk.
Ada banyak teori dari berbagai ahli yang menyatakan masing masing pendapatnya mengenai
kriteria dari pengelompokan ritel. Dari konsep tersebut menurut teori- teori yang ada
penggolongan ritel, ada beberapa unsur yang diperhatikan dalam pengelompokan suatu ritel,
Menurut Christina Whidya Utami (2010) pengelompokan ritel antara lain adalah sebagai
berikut :
i.

Berdasarkan Unsur-unsur yang Digunakan Ritel untuk


Memuaskan Kebutuhan Konsumen
Menurut teori ini, jenis jenis ritel dibagi menjadi sebagai berikut dengan ciri ciri yang harus
dipenuhi :
Convenie
Warehouse
Keteranga
Supermar Supercen
Store
Hypermarket
nce
n
Store
ket
ter

< 350 m2

1.5003.000m2

3.00010.000

>13.000m2

>18.000m2

Jumlah
Pengecek
an

1-3

6-10

>20

>20

>30

Jumlah
Barang

3.0004.000

8.00012.000

12.00020.000

5.000-8.000

>25.000

Penekana
n utama

Kebutuha
n seharihari

Makanan
hanya 5%
dan barang
dagangan

One
stop
shopping,
barang
dagangan
20-25%
penjualan

Harga rendah,
60%
nonmakanan
dan
40% makanan

One
stop
shopping
40%
penjualan
dari
item
nonmakanan

Margin
kotor

25-30%

16-22%

15-18%

10-11%

12-15%

Area
penjualan

Apabila dibandingkan dengan ciri-ciri tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa menurut
Levy dan Weitz, dalam buku Ritel Management, 2004 LotteMart WholeSale termasuk
dalam kategori Warehouse Store.
ii. Berdasarkan Sarana / Media yang Digunakan
Apabila dilihat dari sarana media yang digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa
LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori Penjualan melalui toko (in store)
iii.
Pengelompokan Berdasarkan Kepemilikan
Kepemilikan LotteMart Wholesale sendiri dimiliki secara langsung oleh Lotte Group di
Korea. Maka, apabila dilihat dari kepemilikannya, maka dapat disimpulkan bahwa
LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori Jaringan Perusahaan
Menurut Hendri Maruf (2005) pengelompokan ritel antara lain adalah sebagai berikut :
i.

Berdasarkan bentuk fisik

Apabila dilihat dari bentuk fisik yang digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa
LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori Pembelanjaan Modern
Perkulakan atau Gudang Rabat
Menurut Asep ST Sujana (2005:16) pengelompokan ritel antara lain adalah sebagai berikut :
i.

Tipe Bisnis Ritel atas Kepemilikan (Owner)

Apabila dilihat dari tipe Bisnis Ritel atas Kepemilikan (Owner) yang digunakan,
maka dapat disimpulkan bahwa LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori
Rantai Roko Ritel.
ii. Tipe Bisnis Ritel berdasarkan Merchandise Category

Apabila dilihat dari tipe Bisnis Ritel atas Kepemilikan (Owner) yang digunakan,
maka dapat disimpulkan bahwa LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori
Grocery Store.
iii.

Tipe Bisnis Ritel berdasarkan Luas Sales Area


Apabila dilihat dari tipe Bisnis Ritel berdasarkan Luas Sales Area yang
digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa LotteMart WholeSale termasuk dalam
kategori Hypermarket

Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller pengelompokan ritel antara lain adalah sebagai
berikut :
i. Perdagangan Eceran Menurut Tingkat Layanan dalam Toko
Apabila dilihat dari Perdagangan Eceran Menurut Tingkat Layanan dalam Toko
yang digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa LotteMart WholeSale termasuk
dalam kategori Swalayan

ii.

Perdagangan Eceran Korporat

Apabila dilihat dari perdagangan Eceran Korporat yang digunakan, maka dapat
disimpulkan bahwa LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori Konglomerat
pedagang

b. LotteMart ( Hypermarket)

Melayani diri sendiri, belanja secara tunai dan kredit.

Menurut Christina

Menjual berbagai macam variasi produk makanan dan non makanan.


Terbuka untuk konsumen siapa saja.
Menyatu dengan mall. (in-mall)
Luas 5000-7000 m2
Katalog produk dan promosi yang di update setiap 2 minggu
Whidya Utami (2010) pengelompokan ritel antara lain adalah sebagai

berikut :
i.

Berdasarkan Unsur-unsur yang Digunakan Ritel untuk Memuaskan


Kebutuhan Konsumen
Menurut teori ini, jenis jenis ritel dibagi menjadi sebagai berikut dengan ciri ciri yang
harus dipenuhi :
Keteranga
n

Convenie
nce
Store

Warehouse
Store

Hypermarket

Supermar
ket

Supercen
ter

< 350 m2

1.5003.000m2

3.00010.000

>13.000m2

>18.000m2

Jumlah
Pengecek
an

1-3

6-10

>20

>20

>30

Jumlah
Barang

3.0004.000

8.00012.000

12.00020.000

5.000-8.000

>25.000

Penekana
n utama

Kebutuha
n seharihari

Makanan
hanya 5%
dan barang
dagangan

One
stop
shopping,
barang
dagangan
20-25%
penjualan

Harga rendah,
60%
nonmakanan
dan
40% makanan

One
stop
shopping
40%
penjualan
dari
item
nonmakanan

Margin
kotor

25-30%

16-22%

15-18%

10-11%

12-15%

Area
penjualan

Apabila dibandingkan dengan ciri-ciri tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa menurut
Levy dan Weitz, dalam buku Ritel Management, 2004 LotteMart WholeSale termasuk
dalam kategori Hypermarket Store. Namun tidak memenuhi dari sisi luas area
penjualannya. Apabila dilihat dari sisi area penjualan, LotteMart lebih pantas disebut
sebagai Supercenter.
ii. Berdasarkan Sarana / Media yang Digunakan
Apabila dilihat dari sarana media yang digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa
LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori Penjualan melalui toko (in store)
iii.
Pengelompokan Berdasarkan Kepemilikan

Kepemilikan LotteMart Wholesale sendiri dimiliki secara langsung oleh Lotte Group di
Korea. Maka, apabila dilihat dari kepemilikannya, maka dapat disimpulkan bahwa
LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori Jaringan Perusahaan
Menurut Hendri Maruf (2005) pengelompokan ritel antara lain adalah sebagai berikut :
i.

Berdasarkan bentuk fisik

Apabila dilihat dari bentuk fisik yang digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa
LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori Pembelanjaan Modern
Hypermarket
Menurut Asep ST Sujana (2005:16) pengelompokan ritel antara lain adalah sebagai berikut :
i.

Tipe Bisnis Ritel atas Kepemilikan (Owner)

Apabila dilihat dari tipe Bisnis Ritel atas Kepemilikan (Owner) yang digunakan,
maka dapat disimpulkan bahwa LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori
Rantai Roko Ritel.
ii. Tipe Bisnis Ritel berdasarkan Merchandise Category
Apabila dilihat dari tipe Bisnis Ritel atas Kepemilikan (Owner) yang digunakan,
maka dapat disimpulkan bahwa LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori
Grocery Store
iii.

Tipe Bisnis Ritel berdasarkan Luas Sales Area


Apabila dilihat dari tipe Bisnis Ritel berdasarkan Luas Sales Area yang
digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa LotteMart WholeSale termasuk dalam
kategori Hypermarket

Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller pengelompokan ritel antara lain adalah sebagai
berikut :
i. Perdagangan Eceran Menurut Tingkat Layanan dalam Toko
Apabila dilihat dari Perdagangan Eceran Menurut Tingkat Layanan dalam Toko
yang digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa LotteMart WholeSale termasuk
dalam kategori Swalayan

ii.

Perdagangan Eceran Korporat

Apabila dilihat dari perdagangan Eceran Korporat yang digunakan, maka dapat
disimpulkan bahwa LotteMart WholeSale termasuk dalam kategori Konglomerat
pedagang
3.3

LOTTE Mart dan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2009 (Bandung)

3.3.1

Peraturan Daerah No. 2 th. 2009 di Bab III tentang Regulasi Kegiatan

Perdagangan
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, LotteMart merupakan layanan perdagangan mandiri
dengan karakteristik melayani sendiri. Ada dua konsep yang ditawarkan oleh Lotte, yaitu
LotteMart Wholesale dan LotteMart. LotteMart Wholesale hanya melayani pelanggan yang
sudah mendaftar sebagai anggota yang mereka sebut dengan pelanggan professional dan
melayani pembelian grosir. Sedangkan LotteMart melayani konsumen secara umum dengan
menjual produk secara eceran baik itu produk lokal maupun produk impor.

Pada pasal 8 disebutkan bahwa,


(1) Pedagang grosir dilarang menjual barang dagangannya secara eceran kepada konsumen.
(2) Pedagang eceran dilarang menjual barang dagangannya secara grosiran kepada konsumen.
(3) Pedagang grosir dan eceran wajib memasang papan nama tentang kegiatan usaha
dagangannya.
sehingga kedua konsep LotteMart ini dapat dikatakan memenuhi Perda no. 2 th. 2009 pasal
delapan.
Sedangkan dalam pasal Sembilan di bab ini berisi tentang ketentuan-ketentuan yang wajib
dipenuhi oleh pelaku usaha ritel:
a. label harga dapat diobservasikan oleh pembeli;
b. harga yang dicantumkan dalam bentuk rupiah;
c. harga potongan dicantumkan bersama harga sebelum potongan untuk barang tersebut;
d. memenuhi ketentuan registrasi sesuai peraturan perundang-undangan yang beraku;
e. memenuhi persyaratan kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
f. memberikan kebebasan kepada pembeli untuk memeriksa jumlah, kualitas dan nilai
pembelian produk yang di beli.

Walaupun Lotte merupakan perusahaan dari Korea yang kemudian mengakuisisi perusahaan
Makro di Indonesia tetapi dalam prakteknya tetap mencantumkan harga dalam bentuk rupiah.
Selain itu, baik itu LotteMart Wholesale maupun LotteMart mencantumkan harga potongan
bersama harga sebelum potongan (jika ada potongan atau promo) sehingga menimbulkan
kepercayaan pelanggan saat berbelanja di sana. Label harga yang terlihat jelas di setiap rak juga
dapat membantu pelanggan mencari dan membandingkan kemudian memilih produk yang ingin
dibeli.
3.3.2

Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2009 di Bab V tentang Klasifikasi dan Kriteria

Perdagangan
Menurut pasal lima belas, klasifikasi Toko Modern didasarkan pada :
1. Luas gerai, sebagai berikut:
a. Mini market kurang dari 400 m2 (empat ratus meter persegi);
b. Supermarket 400 m2 (empat ratus meter persegi) sampai dengan 5.000 m2 (lima ribu
meter persegi);
c. Departement Store, diatas 400 m2 (empat ratus meter persegi);
d. Perkulakan, diatas 5.000 m2 (lima ribu meter persegi).
2. Sistem penjualan dan jenis barang dagangan sebagai berikut :
a. Minimarket, supermarket dan hypermarket menjual secara eceran barang konsumsi
terutama produk makanan dan produk rumah tangga lainnya;
b. Departement Store menjual secara eceran barang konsumsi utamanya produk sandang
dan perlengkapannya dengan penataan barang berdasarkan jenis kelamin dan/atau
tingkat usia konsumen; dan
c. Perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi.
LotteMart Wholesale yang terletak di Jalan Sokarno-Hatta, Bandung merupakan bisnis grosir
menjual barang konsumsi dengan luas kurang lebih 10.000 meter persegi sedangkan LotteMart
merupakan hypermarket yang menjual barang konsumsi produk makanan, minuman, dan produk
rumah tangga lainnya secara eceran dengan lokasi di dalam sebuah mall dengan luas kurang dari
5000 meter persegi.
3.3.3

Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2009 di Bab VI tentang Lokasi dan Jarak Tempat

Usaha Perdagangan
Pasal 19
(1) Perkulakan hanya dapat berlokasi pada sistem jaringan jalan arteri atau kolektor primer
atau arteri sekunder.

(2) Hypermarket dan Pusat Perbelanjaan :


a. hanya dapat berlokasi pada sistem jaringan jalan arteri atau kolektor; dan
b. dilarang berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan di dalam
kota/perkotaan.
(3) Supermarket dan Departement Store :
a. dilarang berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan; dan
b. dilarang berada pada kawasan pelayanan lingkungan di daerah.
(4) Minimarket dapat berlokasi pada sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan
lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di daerah.
(5) Luas gerai minimarket pada sistem jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan
lingkungan (perumahan) maksimal 200 m2 (dua ratus meter persegi); dan
(6) Pasar Tradisional dapat berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan.
Pasal 20
Dalam penyelenggaraan pusat perbelanjaan dan toko modern harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. minimarket berjarak minimal 0,5 Km dari pasar tradisional dan 0,5 Km dari usaha
kecil sejenis yang terletak di pinggir kolektor/arteri;
b. supermarket dan departement store berjarak minimal 1,5 Km dari pasar tradisional
yang terletak di pinggir kolektor/arteri;
c. hypermarket dan perkulakan berjarak minimal 2,5 Km dari pasar tradisional yang
terletak di pinggir kolektor/arteri;
d. minimarket yang terletak di pinggir jalan lingkungan dengan luas gerai s/d 200 m2,
berjarak minimal 0,5 Km dari pasar tradisional dan Usaha Kecil Sejenis;
e. penempatan pedagang tradisional berjarak dalam rangka kemitraan dilarang
menggunakan ruang milik jalan; dan
f. pengaturan jarak sebagaimana ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4 tidak berlaku untuk
kawasan pusat primer;
Lokasi LotteMart Wholesale berada di jaringan jalan arteri tepatnya di Jalan Soekarno-Hatta
sedangkan LotteMart berada di dalam lingkungan Festival Citilink yang dalam pengamatan kami
tidak berdekatan dengan pasar tradisional.

DAFTAR PUSTAKA
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/492/jbptunikompp-gdl-aghilmargh-24594-11-bab2.pdf.

Diakses

14

November 2013.
Triple A, Andi. 2012. Jenis-jenis Perbelanjaan.http://anditriplea.blogspot.com/2012/05/jenis-jenisperpelanjaan.html. Diakses 14 November 2013.
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai