Anda di halaman 1dari 1

Tradisi barzanji pada masyarakat Bali

Buku ini hasil riset Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali. Tradisi barzanji pada
masyarakat Bali, tepatnya pada masyarakat Loloan, Kabupaten Jembrana,
berawal dari kedatangan orang-orang Bugis-Makasar dari Suku Wajo pada
tahun 1653. Mereka diterima dengan baik oleh Raja Jembrana.Mereka
membawa serta tradisi budayanya: tradisi barzanji.
Dalam sejarah umat Islam sendiri, tradisi barzanji bermula dari Sultan
Salahuddin Al-Ayyubi pada 1099. Ketika kali pertama memperingati
Maulid Nabi SAW, ia membuat sayembara penulisan riwayat Nabi SAW.
Dan pemenangnya adalah Syaikh As-Sayid Jafar Al-Barzanji dengan
karyanya Iqdul Jawahir (Kalung Mutiara). Ia seorang ulama yang
menguasai berbagai cabang ilmu dan pengajar di masjid Nabawi. Tradisi
barzanji berasal dari nama pengarangnya tersebut (al-Barzanji, sebuah
nama tempat di Kurdistan, Barzinj). Karya ini terbagi dua: natsar (prosa)
dan nadzom (puisi).
Tradisi barzanji pada masyarakat Loloan dilaksanakan pada upacara siklus
hidup dan perayaan Maulid Nabi. Tradisi Barzanji menjadi menjadi arena
intergasi sosial. Pada masyarakat Loloan, tradisi Barzanji disertai dengan
antaran makanan yang disebut ngejot, tidak saja antarumat Islam,
tetapi juga umat Islam dengan umat Hindu Bali (h.115). Tradisi barzanji
mengandung nilai-nilai religiusitas, kemanusiaan, kerukunan, syukur,
perjuangan, dan cinta. Gus Mus (2012) mengistilahkan al-Barzanji dengan
Penaklukan perang dengan cinta.
Ya Nabi salamalaika ya Rasul salam alaika
Ya Habib salam alaika shalawatullah alaika
Asyrakal Badrualaina fakhtafat minhul buduru
Mitsla husnika ma ra-aina qattu ya wajhas sururi...

Anda mungkin juga menyukai