Makalah NEC Keperawatan Anak
Makalah NEC Keperawatan Anak
Oleh :
KELOMPOK 4
MUHAMMAD ROZIKHIN
LARAS ANGGRAENY
VALENTINA DWI GITA
SEPTYA REFINDA
TEDDY SETIADI
201233040
201233063
201233051
201233035
201233032
JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya
makalah
yang
berjudul
Asuhan
Keperawatan
Penyakit
Enterokolitins Nekrotikan (NEC) Pada Anak ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Di dalam penyusunan makalah ini, kami merasa bahwa masih banyak
hambatan yang dihadapi, namun berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak, hambatan-hambatan tersebut dapat kami atasi sedikit demi sedikit. Untuk
itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Arief Kusuma, selaku Rektor Universitas Unggul;
2. dr. Idrus Jusat, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan;
3. Mira Asmirajanti, S.Kp., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan;
4. Nurlaila, S.Kp., M.Kep., selaku Pembimbing dan Penguji;
5. Keluarga tercinta dan seluruh civitas akademika Universitas Esa Unggul.
Di samping itu, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Hal ini dapat diibaratkan tidak ada gading yang tidak retak. Oleh
sebab itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di dalam penulisan
makalah ini. Demikian pula halnya kami juga mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif demi penyempurnaan makalah ini untuk selanjutnya dapat
menjadi lebih baik dan mempunyai potensi untuk dikembangkan.
Sebagai akhir kata, dengan selesainya makalah ini, maka seluruh isi
makalah ini sepenuhnya menjadi tangung jawab kami dan seberapapun
sederhananya makalah ini, kami harapkan mempunyai manfaat bagi semua pihak
yang membaca makalah ini.
Jakarta, Desember 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Enterokolitis nekrotikans (EKN) merupakan penyakit saluran cerna pada
bayi baru lahir, ditandai dengan kematian jaringan luas yang terjadi pada dinding
usus. Penyakit ini menjadi salah satu masalah pada bayi dengan berat badan lahir
sangat rendah (BBLSR). Pada umumnya EKN lebih sering ditemukan pada bayi
prematur daripada bayi cukup bulan. Faktor resiko penyebab terjadinya EKN
adalah; kelahiran prematur, pemberian makanan enteral dini, perlukaan mukosa
usus, dan adanya bakteri pada usus.
Angka kejadian EKN mencapai 6% pada bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 1500 gram di seluruh dunia, dan cenderung meningkat pada akhir
dekade ini. Beberapa penulis melaporkan angka kejadian berkisar antara 1,5-7,5%
pada bayi yang dirawat di Unit Perawatan Intensif. Angka kejadian EKN berbeda
dari satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Salah satu faktor yang
menyebabkan perbedaan angka kejadian penyakit ini adalah kemampuan dalam
mendiagnosis dan mengenali gejala dini penyakit ini.
Diagnosis EKN di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta
pada tahun 60-an jarang sekali ditegakkan. Kewaspadaan terhadap penyakit ini
baru meningkat sesudah tahun 1972. Pada penelusuran catatan medik di sub
bagian Perinatologi FKUI/RSCM, sejak tahun 1982-1985 menunjukkan 1 kasus
pada tahun 1980, 2 kasus tahun 1982, 3 kasus pada tahun 1983, 4 kasus pada
tahun 1984 dan 3 kasus pada tahun 1985. Dari gambaran kejadian ini terlihat
bahwa penambahan kejadian justru pada saat digunakan alat canggih dalam
penanganan neonatus.
Angka kematian EKN cukup tinggi. Pada tahun 1980 angka kematian
EKN di Amerika Serikat adalah 29%. Sedangkan di Rumah Sakit Anak & Bunda
Harapan Kita pada tahun 1988-1989, dari 35 penderita EKN dilaporkan kematian
terjadi pada 19 kasus (54,3%).
B. Batasan Masalah
Makalah
ini
membahas
mengenai
patogenesis,
diagnosis
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Enterokolitis nekrotikans adalah kelainan pada saluran pencernaan berupa
bercak atau nekrosis difus pada mukosa atau submukosa kolon yang didapat dan
paling sering terjadi pada bayi prematur dan dengan berat lahir sangat rendah.
B.
Epidemiologi
Angka kejadian EKN sangat bervariasi antar negara bagian di Amerika
Serikat, berkisar antara 328% dengan rata-rata 6 -10% terjadi pada bayi dengan
berat lahir kurang dari 1500 gram. Berbanding terbalik antara usia kehamilan saat
lahir atau berat lahir dengan insiden EKN, artinya semakin cukup usia kehamilan
atau semakin cukup berat lahir, semakin rendah resiko terjadinya EKN.
Enterokolitis Nekrotikans lebih sering terjadi pada bayi lakilaki, dan
beberapa penulis melaporkan angka kejadian lebih banyak pada orang afrika
daripada orang kulit putih ataupun ras hispanik. Walaupun kebanyakan neonatus
yang menderita EKN adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan preterm, namun
5-10% dari kasus yang dilaporkan, juga terjadi pada bayi yang lahir pada usia
kehamilan lebih dari 36 minggu. Dalam tiga dekade terakhir angka mortalitas
yang disebabkan oleh EKN berkisar antara 10-30% dengan tren menurun seiring
dengan semakin berkembangnya advances neonatal car.
C.
sedikit terjadi pada bayi yang mendapat ASI. Bagaimananapun, sekali pemberian
makanan dimulai, hal itu cukup untuk menyebabkan proliferasi bakteri yang dapat
menembus dinding saluran cerna yang rusak dan menghasilkan gas hidrogen. Gas
tersebut bisa berkumpul dalam dinding saluran cerna (pneumotosis intestinalis)
atau memasuki vena portal.
Enterokolitis nekrotikans sering dihubungkan dengan dengan faktor resiko
spesifik, antara lain : pemberian susu formula, asfiksia, Intrauterine Growth
Restriction (IUGR), polisitemia / hiperviskositas, pemasangan kateter umbilikal,
gastroskisis, penyakit jantung bawaan, dan mielomeningokel.
Enterokolitis nekrotikan bisa timbul sebagai kumpulan penyakit atau
penyakit dominan di Unit Rawat Intensif Neonatus. Beberapa kumpulan
tampaknya berhubungan dengan organisme spesifik (misalnya Klebsiella,
Escherichia coli, Staphylococcus koagulase-negatif), tetapi sering kuman patogen
spesifik tidak diketahui.
D.
Patogenesis
Walaupun etiologi EKN masih kontroversi, analisis epidemiologi penyakit
ini telah mengidentifikasi beberapa faktor resiko utama, yaitu prematuritas,
makanan enteral, iskemik ataupun asfiksia intestinal, dan kolonisasi bakteri. Studi
terakhir menunjukkan hubungan faktor resiko ini dengan terjadinya nekrosis
usus. Studi ini menggambarkan bagaimana kerusakan mukosa juga berhubungan
dengan terganggunya sistem imun yang mengakibatkan aktivasi mediator
inflamasi, yang pada akhirnya menimbulkan sindrom respon inflamasi sistemik.
1. Prematuritas
Lebih dari 90 % kasus EKN terjadi pada bayi prematur, berat
badan lahir rendah, dan telah menjadi faktor resiko utama. Walaupun
banyak perbedaan antara bayi prematur dengan bayi cukup bulan,
mekanisme yang bertanggung jawab terhadap predileksi EKN pada
kondisi EKN masih belum dipahami sepenuhnya. Penelitian yang
dilakukan pada manusia dan hewan telah mengidentifikasi perubahan
dalam komponenkomponen sistem pertahanan usus, motilitas, kolonisasi
bakteri, regulasi aliran darah, dan reaksi inflamasi yang berperan dalam
terjadinya kerusakan pada usus.
menyebabkan penurunan
iskemia atau
hipoksia saluran cerna, dimediasi oleh tidak adanya produksi nitrat oksida.
Kebanyakan mediator kimia (nitrat oksida, endotelin, substansi P,
norepinefrin, dan angiotensin) berdampak pada vasomotor, regulasi
abnormal menghasilkan penekanan autoregulasi sirkulasi, mengarah pada
iskemia saluran cerna dan nekrosis jaringan.
Nekrosis dimulai di mukosa dan dapat berkembang mengenai
seluruh lapisan dinding saluran cerna, menyebabkan perforasi yang
berikutnya menyebabkan peritonitis dan udara bebas intra-abdomen.
Perforasi umumnya terjadi di ileum terminal, kolon dan lebih jarang
terjadi di usus kecil bagian proksimal. Sepsis terjadi pada 33% bayi dan
kematian dapat terjadi.
mampu
meningkatkan
dan
menjaga
kesatuan
sebagai
kolonisasi
bakteri,
dimana
terdapat
Diagnosis
Stadium
IA. Tersangka
EKN
Kelainan sistemik
-
IB. Tersangka
EKN
SDA
IIA. EKN
definitif ringan
SDA
Suhu tidak
stabil
Apnu
Bradikardia
Kelainan abdominal
-
Residu lambung
meningkat
Distensi
abdomen ringan
Darah samar di
dalam feses
SDA
Kelainan radiologik
-
Normal
Ileus ringan
SDA
Ileus
Pneumatosis
intestinal
+ Nyeri tekan
IIB. EKN
definitif sedang
SDA
SDA
SDA
+ Asidosis
metabolik ringan
+ Peristaltik (-)
+ Nyeri tekan
Asites
+ Trombositopenia
ringan
+ Selulitis
+ Benjolan kuadran
kanan bawah
SDA
SDA
SDA
+ Hipotensi
+ Bradikardia
+ Asidosis respirasi
+ Peritonitis
generalisata
+ Asites
+ Nyeri tekan
+ Distensi abdomen
+ Asidosis
metabolik
+ DIC
+ Neutropenia
IIIB. EKN lanjut,
sakit berat,
perforasi
SDA
SDA
SDA
+
Pneumoperitoneum
Dikutip dari: Lavene MI, Tudehope DI, Sinha S.Essensial Neonatal Medicine.Ed 4
F.
Intervensi Keperawatan
Prinsip dasar intervensi keperawatan EKN yaitu merencanakan asuhan
keperawatan pada akut abdomen dengan ancaman terjadi peritonitis septik.
Tujuannya adalah untuk mencegah perburukan penyakit, perforasi intestinal, dan
syok. Jika EKN terjadi pada kelompok epidemis, para penderita perlu
dipertimbangkan untuk isolasi.
1. Pengelolaan Dasar
a. Pasien dipuasakan untuk mengistirahatkan saluran cerna selama 714 hari (pada EKN stadium 1 waktunya lebih singkat).
Pemenuhan kebutuhan nutrisi dasar melalui parenteral total.
b. Lakukan dekompresi lambung dengan replogle orogastric tube
atau lakukan suction berkelanjutan.
c. Lakukan monitoring ketat pada vital sign dan kondisi abdomen.
d. Lakukan monitoring perdarahan saluran cerna. Periksa semua
cairan aspirasi lambung dan feses, apakah ada perdarahan.
kondisi
pada
sirkulasi.
keadaan
Penggantian
yang
cairan
mengarah
mungkin
kepada
syok.
untuk
mempertahankan
produksi
urin
1-3
4. Tindakan Pencegahan
Strategi yang berbeda telah disarankan untuk mencegah EKN. Hal ini
termasuk penggunaan antibiotik enteral, penggunaan cairan parenteral secara
bijak,
5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah lengkap dan hitung jenis
Hitung jenis leukosit bisa normal, tetapi biasanya meningkat
dengan shift to the left, atau rendah (leukopenia), trombositopenia
sering terlihat. 50 % kasus terbukti EKN, jumlah platelet < 50.000
uL.
b. Kultur
Specimen darah, urin, feses, dan Cairan serebrospinal sebaiknya
diperiksa untuk kemungkinan adanya virus, bakteri, dan jamur
yang patogen.
c. Elektrolit
Gangguan elektrolit seperti hiponatremia dan hipernatremia serta
hiperkalemia sering terjadi.
d. Analisa gas darah
Asidosis metabolik, ataupun campuran asidosis metabolic dan
respiratorik mungkin terlihat.
e. Sistem koagulasi
Jika dijumpai trombositopenia ataupun perdarahan screening
koagulopati lebih lanjut harus dilakukan. Prothrombin Time
memanjang, Partial Thromboplastin time memanjang, penurunan
fibrinogen dan peningkatan produk pemecah fibrin, merupakan
indikasi terjadinya disseminated intravascular coagulation (DIC).
f. C-Reaktif protein
Mungkin tidak meningkat atau pada kasus EKN yang lanjut karena
bayi tidak bisa menghasilkan respon inflamasi yang efektif.
g. Biomarker
Dilakukan untuk mendiagnosis dan memprediksi penyebab EKN
seperti gas hydrogen, mediator inflamasi didalam darah, urin atau
feses dan genetic marker, tetapi semua kerugian membatasi
kegunaannya. Penelitian lebih lanjut tentang genomic dan
proteomic marker terus diteliti.
G.
H.
I.
Gambar Pneumoperitonium
Prognosis
Manajemen medis gagal pada sekitar 20-40% pasien dengan pneumatosis
intestinal saat didiagnosis, 10-30%nya meninggal dunia. Komplikasi awal post
operatif antara lain infeksi luka, dehiscence dan masalah stoma (prolaps,
nekrosis). Komplikasi lanjut antara lain striktur intestinal yang dapat muncul pada
lokasi lesi yang mengalami nekrosis pada sekitar 10% pasien yang di tatalaksana
secara bedah maupun medis.
Reseksi dari striktur yang mengalami obstruksi merupakan tindakan
kuratif. Setelah reseksi intestinal yang masif, komplikasi EKN post operatif antara
lain short-bowel syndrome (malabsorbsi, gagal tumbuh, malnutrisi), komplikasi
yang berhubungan dengan kateter vena sentral (sepsis, trombosis), dan cholestatic
jaundice. Bayi prematur dengan EKN yang membutuhkan intervensi bedah atau
yang mengalami bakteremia berada dalam resiko yang tinggi dalam pertumbuhan
dan outcome neuro developmental.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Enterokolitis Nekrotikan merupakan penyakit yang memiliki angka
mortalitas dan morbiditas yang tinggi pada bayi baru lahir, resiko meningkat pada
bayi prematur dan bayi berat lahir sangat rendah. Kelainan ini diduga muncul
sebagai akibat dari respon inflamasi dari suatu iskemia intestinal, kolonisasi
bakteri atau dan pemberian makanan enteral. Bayi prematur berbeda dibandingkan
bayi-bayi aterm dan pasien yang lebih besar dalam beberapa hal antara lain
pertahanan tubuh pada sistem pencernaan, motilitas intestinal, pola kolonisasi
bakteri, autoregulasi aliran darah splanknikus, dan regulasi jalur inflamasi.
Bayi prematur menjadi lebih rentan diakibatkan sistem imun yang imatur
yang mana tidak memadai dalam melindungi terhadap organisme patogen.
Mencegah prematuritas, pemberial antibiotik enteral, penggunaan cairan
parenteral secara bijak, pemberian IgG dan IgM enteral, pemberian kortikosteroid
antenatal, penundaan atau melambatkan pemberian makanan pendamping ASI,
pemberian ASI dan penggunaan probiotik dapat menjadi pendekatan yang paling
baik dalam mencegah EKN.
B. Saran
1. Perlu penanganan yang efektif pada bayi yang menderita EKN karena
prognosis berhubungan dengan pengobatan.
2. Perlu penelitian yang lebih lanjut mengenai EKN agar diagnosis dan
penatalaksaan bayi dengan EKN dapat dilakukan dengan tepat dan
cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatam: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC
Kitterman, J. 2006. Enterokolitis Nekrotikan. Dalam: Buku Ajar Pediatri Rudolph
Vol. 1. Ed 20. Jakarta: EGC
Sukadi, A. 2002. Pedoman Terapi Penyakit Pada Bayi Baru Lahir. Bandung:
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS.
Suraatmaja, Sudaryat. 2007. Kapita Selekta Gastroentrologi Anak. Jakarta:
Sagung seto