ii
iv
Bab I
Pendahuluan
A. Latar 8elakang .......... ... ... .. ...... .. ..... .. .... ... .. .... .
Bab II
Bab III
BablV
8. Tujuan .... .. .... ....... .......... .... .. .... ...... ....... ... .. .. .
10
10
12
17
Manajemen Perubahan
21
24
26
28
Kementerian l\eSenalral
BabV
BabVI
33
39
44
47
: Penutup
Kementerian Kesehalan
BABI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
RPJMN
2010-2014 ,
yang
diarahkan
untuk
meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi
melaksanakan
serta
mendukung sepenuhnya
agenda
Jangka
Panjang
2014-2025,
dinyatakan
bahwa;
perubaha/pembaruan
ini
dilakukan
secara
bertahap
dan
Kemenlerian Kesehalan
maka
Kementerian
Kesehatan
telah
yang
pada- akhirnya
akan
mengarah
kepada
pembelajaran
secara teknis
telah
tertuang
dalam agenda
kerja
delapan
area
Kementerian Kesehatan
B. TUJUAN
1) Membantu manajemen peru bah an dalam memahami dan melaksanakan
perubahan di lingkungan Kementerian Kesehatan
2) Membantu manajemen perubahan dalam merubah secara sistematis dan
konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan
budaya kerja individu atau unit kerja yang ada didalamnya menjadi lebih
baik
3) Membantu menajemen perubahan dalam menentukan arah dan besaran
perubahan sistem dan mekanisme kerja di Kementerian Kesehatan
4) Membentu menejemen perubahan dalam menentukan dan memastikan
hasil perubahan sesuai yang diharapkan.
c.
Penilaian
Usulan
dan
Roadnap
Reformasi
Birokrasi
Kementerian/Lembaga
5) Peraturan Menteri Negara PAN dan RB Nomor 10 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Manajemen Perubahan
6) Surat
Menteri
Kesehatan
Nomor
HKlmenkes/2559/XII/2011
tentang
Kemenlerian Kesehalan
D. PENGERTIAN
1) Manajemen perubahan adalah suatu proses yang sistematis dengan
menerapkan pengetahuan , saran a dan sumber daya yang diperlukan
organisasi untuk bergeser dari kondisi sekarang menuju kondisi yang
diinginkan, yaitu menuju ke arah kinerja yang lebih baik dan untuk
mengelola individu yang akan terkena dampak dari proses perubahan
tersebut
2) Tim adhoc manajemen perubahan adalah individu/kelompok yang
terlibat dalam merencanakan perubahan dan mengimplementasikannya ,
yang berperan sebagai role model.
3) Pemangku kepentingan adalah kelompok atau individu yang memiliki
kepentingan serta dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu
pencapaian tujuan tertentu
4) Agen perubahan atau agent of change adalah individu/kelompok yang
terlibat dalam merencanakan perubahan dan mengimplementasikannya
Kementerian Kesehatan
BABII
A. DEFINISI
Michael Hammer dan James Champy menuliskan bahwa ekonomi global
berdampak terhadap 3 C, yaitu customer, competition, dan change. Pelanggan
menjadi penentu, pesaing makin banyak, dan perubahan menjadi konstan. Tidak
banyak orang yang suka akan perubahan , namun walau begitu perubahan tidak
bisa dihindarkan. Harus dihadapi. Karena hakikatnya memang seperti itu maka
diperlukan satu manajemen peru bah an agar proses dan dampak dari perubahan
tersebut mengarah pada titik posit if.
Perubahan tidak dapat dielakkan dalam kehidupan man usia. Perubahan
mulai disadari menjadi bag ian yang penting dari suatu organisasi diawali sekitar
40 tahun yang lalu. Dimulai oleh dunia usaha yang lebih dulu menyadari
pentingnya peru bah an bagi peningkatan kualitas produksi yang dihasilkan.
Berbagai upaya dan pendekatan telah dilakukan untuk memecahkan
masalah yang timbul akibat adanya perubahan. Tidak banyak individu atau
organisasi menyukai adanya perubahan, namun perubahan tak bisa dihindari,
harus dihadapi. Maka diperlukan satu penge/o/aan perubahan agar proses &
dampak dari perubahan tersebut dapat di arahkan pada titik perubahan yang
positif.
Manajemen Perubahan adalah upaya yang dilakukan untuk mengelola
akibat-akibat yang ditimbulkan karena terjadinya perubahan dalam organisasi.
Perubahan dapat terjadi karena sebab-sebab yang berasal dari dalam maupun
dari luar organisasi tersebut
Kementerian Kesehatan
negatif karena justru karena adanya penolakan tersebut maka perubahan tidak
bisa dilakukan secara sembarangan .
Penolakan atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam
bentuk yang standar. Penolakan bisa jelas kelihatan (eksplisit) dan segera,
misalnya mengajukan protes , mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya ;
atau bisa juga tersirat (implisit), dan lambat laun , misalnya loyalitas pada
organisasi berkurang, motivasi kerja menu run, kesalahan kerja meningkat,
tingkat absensi meningkat, dan lain sebagainya .
merupakan
pola tingkah
laku
yang
kita
tampilkan
secara
berulangulang sepanjang hidup kita. Kita lakukan itu , karena kita merasa
nyaman, menyenangkan . Bangun pukul 5 pagi, ke kantor pukul 7, bekerja,
dan pulang pukul 4 sore . Istirahat, nonton tv , dan tidur pukul 10 malam .
Begitu terus kita lakukan sehingga terbentuk satu pola kehidupan sehari-hari .
Jika perubahan be rpengaruh besar terhadap pola kehidupan tadi maka
muncul mekanisme diri, yaitu penolakan .
b. Rasa Aman
Jika kondisi sekarang sudah memberikan rasa aman , dan kita memiliki
kebutuhan akan rasa aman relatif tinggi , maka potensi menolak perubahan
pun besar. Mengubah cara kerja padat karya ke padat modal memunculkan
rasa tidak aman bagi para pegawai.
c. Faktor Ekonomi
Faktor lain
sebagai
sumber penolakan
atas
perubahan
adalah
soal
Kementen'an Kesehatan
aturan
main,
uraian
tugas,
disiplin,
dan
lain
sebagainya
pun
terpengaruh
olehnya.
Jika
manajemen
Kemenlerian Kesehalan
C. STRATEGIMEMBUATPERUBAHAN
Pendekatan klasik yang dikemukaan oleh Kurt Lewin mencakup tiga
langkah, yaitu :
Kementerian Kesehatan
baru,
sistem
kompensasi
baru,
dan
cara
pengelolaan
organisasi yang baru lainnya. Jika berhasil maka jumlah penentang akan
sangat berkurang, sedangkan jumlah pendudung makin bertambah .
Coch dan French Jr. mengusulkan ada enam taktik yang bisa dipakai
untuk mengatasi resistensi perubahan:
1. Pendidikan dan Komunikasi. Berikan penjelasan secara tuntas tentang ,
tujuan,
akibat,
dari
diadakannya
perubahan
kepada
semua
pihak.
dan
Kooptasi.
Manipulasi
adalah
menutupi
kondisi
yang
Kementerian Kesehatan
O. TIPE PERUBAHAN
Perubahan
terdiri
dari
3 tipe
yang
berbeda,
dimana
setiap
tipe
Tidak
ada
satupun
pendekatan
yang
sesuai
untuk
Manajemen
Rakyat.
Dalam
penyelenggaraan
pembangunan
kesehatan,
Kemenlerian Kesehalan
organisasi
masyarakat
pengusaha.
masyarakat
madani
dan
pembangunan
kesehatan
harus
bebas
dari
Kementedan Kesehatan
BAB III
10ENTIFIKASI AWAL, SITUASI SAAT INI DAN PERUBAHAN YANG
OIlNGINKAN 01 KEMENTERIAN KESEHATAN
Reformasi
Kementerian
Kesehatan
Nilai-nilai yang diterapkan di Kementerian Kesehatan antaralain ; 1) Pro
Rakyat, 2) Inklusif, 3) Responsif, 4) Efektif, dan 5) Bersih.
Sikap pemangku kepentingan yang setuju dengan pelaksanaan 5 (lima)
nilai-nilai Kementerian Kesehatan sudah bagus yaitu berkisar dari 90 .1
94 .7%. Artinya bahwa kemungkinan adanya resistensi yang timbulkan
akibat penerapan kelima nilai-nilai di Kementerian Kesehatan cukup
rendah. Kondisi ini diharapkan akan mempermudah dan mendorong
terjadinya perubahan birokrasi dengan cepat. Walaupun demikian tetap
perlu diantisipasi adanya resi stensi, karena diperkirakan 6-10% pemangku
kepentingan memiliki sikap yang kurang setuju terhadap penerapan
kelima nilai tersebut.
3. Persepsi
dan
Perilaku
Pemangku
Kepentingan
Terhadap
Pelaksanaan Nilai-nilai
Persepsi pemangku kepentingan tentang pelaksanaan ke-5 nilai-nilai
Kementrian Kesehatan di unit kerja, ordinat pemangku kepentingan, unit
lain di luar ordinat dan kementrian Kesehatan menunjukkan pelaksanaan
5 nilai Kemenkes masih sangat rendah .
Semakin tahu tentang definisi 5 nilai, semakin baik sikap diri pemangku
kepentingan terhadap nilai tersebut. Namun semakin baik sikapnya, tidak
didukung dengan perilaku dalam menerapkan ke-5 nilai tersebut.
Oi tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, penerapan nilai-nilai Kemenkes
dinilai masih sangat kurang , bahkan ada yang tidak memahami terhadap
nilai-nilai yang ditetapkan.
Kementerian
K".,,,h;,';m
Dengan
menghindari
miskomunikasi.
konflik.
dan
permasalahan
Yang
pad a
menjadi
a) Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu proses dimana individu mempengaruhi
kelompok untuk mencapai tujuan umum atau juga dapat diartikan
bahwa kepemimpinan itu adalah kemampuan untuk menanamkan
keyakinan dan memperoleh dukungan dari anggota organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi.
Dari hasil assesment para pemangku kepentingan menunjukkan
bahwa sekitar 87.3% pimpinannya mendorong untuk melaksanakan
pekerjaannya sesuai prosedur dan diselesaikan tepat waktu. Namun
hanya 79% bawahan melaksanakan tugas sesuai petunjuk dan arahan
pimpinannya . padahal 70% dari pimpinannya memiliki kualitas untuk
mendorong bawahan dalam meningkatkan kemampuan. mengubah
sikap
dan
perilaku
serta
dedikasi
bawahannya.
Hanya
67.9%
yang
telah
diarahkan oleh
pimpinan
maka
nilai yang
Budaya diciptakan
ini
bisa
oleh
dikatakan
Pemimpinnya
mirip
dengan
(Schein.
fase
1991).
pertumbuhan
14 Pedoman
Kemenlerian Kesehalan
bahwa,
sekitar 72-81 %
luar Kementerian
Kesehatan) dan
internal (para
pemangku
mengacu
hasil
diatas
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
artinya terjadi komunikasi dua arah, karena dalam komunikasi ini telah
terjadi feedback atau umpan balik. Hal ini tergambar dengan tingginya
media
rapat
dalam
penyampaian
informasi
dan
arahan.
Perlu
Kemenlerian Kesehalan
c) Komitmen
Komitmen
sang at diperlukan
dalam
sebuah
organisasi,
karena
di
ditunjukkan
bahwa
terhadap
bahwa
Kementerian
sumpah
berkisar
jabatan,
komitmen
Kesehatan
antara
pemangku
85-94%
mendukung
para
memiliki
kebijakan
hal
komitmen
Kementerian
putusan
yang
menjadi
kebijakan
Kementerian
LlNGKUNGAN kerja
. Kemenlerian Kesehalan
Kondisi Sa at Ini
kepada
kesehatan
Pelayanan
masyarakat , melalui Puskesmas dan
Rumah Sakit yang dikelola oleh, Pemda
maupun yang di kekola oleh kementrian
Kesehatan, belum maksimal.
belum
pelayanan
masih
Kualitas
memenuhi harapan masyarakat.
te~adinya
stakeholders.
kesetaraan
perlakuan
pelayanan kesehatan kesehatan
bagi pengguna jamkesmas
2) Tatalaksana
Kementerian Keserlat<1n
3) Peraturan Peundang-undangan
Kondisi Saat Ini
Penyusunan
peraturan
perundang
peraturan
perundang
bidang kesehatan belum
Proses
penyusunan
dan
manajemen
peraturan dan perundang - undangan belum
di dukung oleh ICT
4) Pengawasan
f-:-.,---,-.,...,.,,..,---:K.:..-o_n~isiJi~.!,.::,;,i
I n~_ _ _ _-::-+:-;-_:-':-K::oncl l,!iL'(~n9.llJin inka'7nc..-c-_-;
Akuntabilitas pengelolaan keuangan masih Kepatuhan
terhadap
mekanisme
I perlu
pembenahan
termasuk
dalam pengolahan keuangan dari seluruh
penyajian laporan keuangan yang sesuai jajaran Kementrian Kesehatan sehingga
dengan Stan dar Akuntansi Pemerintah dapat diperoleh opini BPK menjadi
(SAP), Opini Badan Pemeriksa Keuangan WTP
(BPK) atas laporan keuangan Kementrian
Kesehatan adalah Disclaimer
SPIP
yang
konprehensif
Peranan
(keuangan ,
kinerja,
tatalaksana ,
pengendalian risiko) dengan penigkatan
efektifitas
SPIP
meialul
penyelenggaraan pengawasan intern
yang optimal.
""P'8r"ii;;"AP"'1p::-m- as-Ci7'h- "t"e-r""ba- t"a"-s- se- b""a- g-a""'i- w-a7tc""'h-t-'"::po-e-n""ig-:k"'a'-::t-a-n'-'p'-e-r-a-n""'A""P"'ICp::"-se- :b-a-g- a-Ci- O:::-u-a7'lIt"'"y-l
dog dengan temuan - temuan yang belum Assrance
dan
Consulting
dengan
dapat memberikan nilai tam bah ( addad mendukung
organisasi
mencapai
value) bagi organisasi dalam mencapai tujuannya melalui pendekata yang
tujuannya,
sistematis
untuk
menilai
dan
meningkatkan efektifitas manajemen
risiko, pengendalian, dan tatakelola
pemerintah yang baik,
Sistem pengendalian internal di Kementrian
Kesehatan belum sepenuhnya berjalan,
Kementerian Kesehatan
5) Organisasi
Kondisi Yang Diinglnkan
Organisasi kementriankesehatan
dibangun berdasarkan proses bisnis
agar
di
Tesedianya sumber daya manusia yang
tepat jumlah dan kompeten
6) SDM Aparatur
Kondisi Saat Ini
Sistem Pengelolaan SDM aparatur belum
berdasarkan kompetensi.
Sistem
remunerasi dan
kesejahteraan
pegawai belum sesuai dengan bobot,
kompleksitas dan kondisi pekerjaan.
Kementerian Ke.serlaCim
7) Akuntabilitas
Kondisi Saat Ini
Kemenlerian Kesehalan
BABIV
A. SASARANPERUBAHAN
Dalam dokumen Reformasi Birokrasi (RB) Nasional dan roadmap RB
Kementerian Kesehatan disebutkan bahwa reformasi birokrasi memiliki
Indikator Kinerja Utama sebagai sasaran perubahan yang hendak dicapai .
Sasaran perubahan harus terjadi disemua pilar dalam reformasi birokrasi
meliputi
3 aspek
area
yaitu ; Organisasi,
Sumberdaya
Manusia,
dan
evaluasi
terhadap
fungsi-fungsi
organisasi
melalui
fungsi
untuk
lebih
mempertegas
wewenang
dan
tanggung jawab
2) Perubahan pada sumberdaya manusia
Pada area perubahan Sumberdaya Manusia (SDM) sasaran yang ingin
dicapai adalah adanya sumber daya yang berintegritas, kompeten,
profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera maka hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam mereformasi bidang SDM di lingkup Kementerian
Kesehatan diantaranya adalah:
Kementerian Kesehatan
a) Kompetensi Jabatan;
~
III
~
b) Assement;
Penempatan SDM sesuai kompetensi pad a suatu bidang sangat
berpengaruh
terhadap
peningkatan
produktivitas
organisasi .
c) Evaluasi Jabatan;
dengan
aktivitas
Perancangan
dengan
menggunakan
Kementerian Kesehatan
prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur dan sesuai dengan
prinsip-prinsip good governance.
Di
Kementerian
dilaksanakan,
Kesehatan
walaupun
proses
hasilnya
penataan
belum
tatalaksana
maksimal.
Meski
telah
proses
disusun
tatalaksana.
telah
Masih
memenuhi
perlu
prinsip-prinsip
dilakukan
evaluasi
dan
dan
manfaat
suatu
penyempurnaan
Elektronisasi dokumen/kearsipan
model
penataan
tatalaksana
dengan
dukungan
Kesehatan
adalah
merencanakan,
melaksanakan
dan
Kemenlerian Kesehalan
Sasaran Perubahan
--....
Manajemen
Perubahan
Organisasi _Reslruktunsasl
".~
It/
KOOlpetsnSl
"
EvauaSl Jabalan
"
Refo!1l1lSi BiroklilSl
Waktu
manajemen
melaksanakan
perubahan
dan
menjamin
merupakan
kelompok
terlaksananya
upaya
yang
menyusun ,
perubahan
dalam
Manajemen Perubahan
area
perubahan
(delapan
area
perubahan).
Secara
teknis,
Kemenlerian Kesehalan
sejak
desain
perubahan
disusun
dan
untuk
Sebagai tindaklanjut,
mengidentifikasi
TIM RB KEMENKES
TIMQA
MP KEMENKES
TIMQA
MPKEMENKES
nM RB KEMENKES
8 AREA PERUBAHAN
TIM MP Kemenkes
(sub Pokja II)
TIM MP Kemenkes
TIMQA
MP KEMENKES
TIM RB KEMENKES
Kemenlerian
K"""h"',,n
C. PELAKUPERUBAHAN
C.1 Menentukan Pemimpin Yang Kuat
Pelaksanaan
Perubahan.
Melaksanakan
RB
berarti
melakukan
konsistensi
pelaksanaan/pengelolaan
perubahan
agar
komitmennya
terhadap
program
transformasi
RB,
yakni
C .2 Pelaksana Perubahan
Pelaksanaan perubahan dalam Reformasi Birokrasi menuntut adanya
konsistensi , oleh karena itu perlu dikelola dan dikawal dengan baik,
terutama dari gangguan pekerjaan rutin. Tingginya kompleksitas dalam
program reformasi birokrasi yang dilakukan secara transformasional,
Kementerian Kesehalan
maka perlu disiapkan tim kerja yang kuat untuk mengawal kegiatan
perubahan dan fokus pad a aspek tertentu agar dapat diperoleh anal isis
yang mendalam dan tepa!. Untuk memudahkan pelaksanaan perubahan
di Kementerian Kesehatan, perlu disusun tim adhoc yang terdiri dari
perwakilan semua unit utama di lingkuangan Kementerian Kesehatan
khusus untuk melaksanakan dan mengawal perubahan . Tim adhoc ini
diambil dari semua unsur dan elemen unit utama di Kementerian
Kesehatan. Melalui pokja manajemen perubahan, tim ini akan bertindak
sebagai
transformasi
perubahan
organisasi
untuk
semua
area
Transformasi Perubahan
Kementerian Kesehatan
setiap
Kelompok
Kerja
(POKJA)
dengan
bertumpu
pada
untuk
mengubah
(Leadership),
Komunikasi
kepentingan
atau
secara
keselLlruhan:
dan' Komitmen
stakeholder
dari
(Communication
Kepemimpinan
para
&
pemangku
Stakeholder
28
Kementerian Kesehatan
perubahan, namun harus didasari pola yang jelas kearah mana perubahan itu
akan dibawa , dan terutama komitmen pimpinan untuk berubah.
Secara terperinci, strategi manajemen perubahan dalam Reformasi Birokrasi
di Kementerian Kesehatan dapat diaktualisasikan dalam tabel berikut
penjelasannya .
Tabel
Stakeholder Analysis ;
Determine Strategy
Raise Aweamess;
Needs Analysis &
Analisa Kebuluhan
pelatihan-pelatihan RB
(training)
Kebuluhan-kebuluhan
Pendidikan dan Pelalihan
alau sosialisasi.
Rencana Aksi
Pimpinan
Workshop
Pengembangan
Kepemimpinan
Ceklist Respon dan
Stakeholder
Determine
Satisfaction
Develop Plans;
Execute Plans
Penilaian dan audit
komunikasi &
komitmen dan
stakeholder atau
kine~a organisasi .
Produk-produk
Komunikasi &
Komitmen (Sistem)
Develop Training
Plan & Materials;
Execute Plan
Slrategi sosialisasi
Reformasi Birokrasi
laporan pemenuhan
pelatihan-pelalihan
Penilaian akhir
pelallhan-pelalihan
Kemen/erian
KeseJ~atan
4. JaJaran
Organlsasi
(Enterprise
Organizational
Alignment)
Pembentukan gugus
kebutuhannya
Design Change
Activities;
Mobilize Change
Tingkal Kekuatan
Transisi (Site
Level Workforce
Transition)
Team
Pe nilaian Kesiapan
Renc ana Aksl Tim RB
Alai ukur lingkal
transisi
0.1 Kepemimpinan
Mobilisasi pemimpin sangat penting bagi keberhasilan upaya perubahan.
Pemimpin
memainkan
mengambil
suatu
peranan
kebijakan;
penting
dalam
proses
mempromosikan,
birokrasi
untuk
mendukung,
dan
dituntut
untuk
mampu
mengidentifikasi,
menyiapkan,
dan
reformasi
birokrasi
dengan
mengembangkan
rencana
aksi
Kementerian Kesehatan
menganalisis
dampak
dari
upaya
perubahan
pada
setiap
kelompok
memastikan
bahwa mereka
organisasi
akan
menentukan
bagaimana
seluruh
pihak
yang
Kemenlerian Ke5;eh1,lan
0 .5 Kekuatan Transisi
Tiap perubahan memiliki keunikan tersendiri . Dalam pelaksanaan Reformasi
Birokrasi, akan terjadi masa transisi untuk menentukan perubahan seperti
apakah yang dirasa tepat untuk diterapkan di Kementerian Kesehatan.
Usaha jajaran organisasi akan menentukan bagaimana upaya kelompok
pemangku
kepentingan/stakeholder
akan
berdampak
secara
khusus .
Beberapa aturan dapat berubah, sementara aturan baru dapat dibuat untuk
pegawai saat ini .
Kementen'an Kesehatan
BABV
TIM MANAIEMEN
PERUBAHAN
SubPoItjo IMP
'~in
Perubahanl
Kementerian
Ke'>ehl~tar
1. AssementJpemetaan
Kementerian Kesehatan merupakan salah satu Kementerian Lembaga
yang memiliki banyak pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan
memiliki kekuatan , posisi penting dan memiliki pengaruh terhadap isu
yang berkaitan dengan perubahan. Oleh karena itu bila proses perubahan
diharapkan
dapat
berjalan
dengan
baik,
perubahan
harus
segera
melakukan
maka
pemetaan
pokja
manajemen
terhadap
situasi
pengambilan
keputusannya,
besaran
pengaruh
yang
2. Analisis
Sebagai upaya lanjutan setelah dilakukan assesmen terhadap pemangku
kepentingan adalah anal isis terhadap situasi dan kondisi yang ada.
Analisis ini dilakukan agar diperoleh keputusan tentang apa yang harus
dirubah, mulai dari mana, melibatkan siapa saja, berapa besar perubahan
yang diharapkan, bagaimana mengelola bila timbul penolakan, dan
sebagainya.
Kesehatan.
dengan
Manajemen
pokja-pokja
perubahan
(8 area
agar
perubahan)
selalu
agar dapat
Peran
masing-masing
pokja
(8
area
perubahan-)
di
Kementerian Kesehatan
berpengaruh
pada
manajemen
dan
budaya
organisasi,
Reeducalive :
memperlakukan
obyek
metode
sebagai
ini
baik
makluk
diterapkan
sosial
dan
dengan
berbudaya,
Kementerian Kesehatan
Tetapi bila tidak memiliki tenaga ahli, maka metode power coercive
biasanya manjdi pilihan utama untuk diterapkan .
7. Mengembangkan Komunikasi
Komunikasi penting dilakukan dalam pengelolaan manajemen perubahan,
agar berhasil melakukan perubahan . Mengembangkan dan menentukan
komunikasi juga dilakukan berdasarkan hasil assesmen/mengidentifikasi
dan anal isis pada pemangku kepentingan.
Dalam
pengembangan
komunikasi,
langkah-Iangkah
yang
harus
program
komunikasi
terkait
tanggungjawab , b)
pahami
yang
harus
menjadi
pertimbangan
dalam
pengembangan
komunikasi, yaitu:
1) kegiatan apa yang akan dikomunikasikan,
3) berapa lama kegiatan ini akan dilaksanakan, 4) pesan kunci apa yang
akan disampaikan,
nanti
yang
didasarkan
pada
besarnya
perubahan
yang
Kementerian Kesehatan
CONTOHFORMULIR
IDENTIFIKASI PEMANGKU KEPENTINGAN
NO
PEMANGKU
KEPENTINGAN
Kaitan Kepentingan
dengan
Memiliki Kewenangan
Kebijakan/Program/Pro~ek
Langsung
Tidak
Langsung
Resmi
TIdak Resmi
Kemenlerian Kesehalan
CONTOH FORMLlLlR
Resistensi
Berdasarkan
Sifatnya
Aktif
Pasif
PEMANGKU
NO
KEPENTINGAN
Resistensi Berdasarkan
Pelakunya
Kolektif
Individu
I
PERU BAHAN
B. PELAKSANAAN
Dalam
dokumen
reformasi
pelaksanaan/penegelolaan
penerapan
perubahan,
birokrasi
perubahan
yang
lebih
Nasional
merupakan
fokus
pada
disebutkan
tahap
kedua
implementasi
bahwa
dalam
rencana
Kementerian Kesehatan
Dalam mengimplementasikan manajemen perubahan, hal yang mendasar
yang dilakukan Manajemen Perubahan (sub Pokja II) adalah menyusun
rencana,
membangun
komitmen,
dan
memobilisasi
sumberdaya.
yaitu
membentuk
tim
adhoc
manajemen
perubahan,
Kementerian Kesenaitat
Kesehatan .
Langkah-Iangkah
dalam
memobilisasi
pelaksanaan perubahan:
a) Melakukan rapat koordinasi dan komunikasi dengan semua anggota
tim manajemen perubahan dan perwakilan 8 area perubahan.
b) Menyusun
rencana
kerja
dan
pembagian
tugas
pelaksanaan
perubahan
c) Menyusun rencana pengelolaan resistensi/penolakan.
d) Menetapkan koordinator pelaksanaan di masing-masing unit terkecil.
e) Melaksanakan komunikasi perubahan
f)
g) Melaksanakan perubahan
h) Mengawasi dan menyesuaikan strategi perubahan untuk merespon
persoalan yang timbul
2. Menentukan pemimpin perubahan (harus ada pada semua level)
kewenangan
mendukung,
dan
mengambil suatu
mempengaruhi
inisiatif;
kebijakan;
mempromosikan,
membuat
keputusan
dan
40 Pedoman
Kementerian Kesehatan
dan
mengusahakan
tersedianya
sumberdaya
bagi
program RB
d. Kreatif dan jeli mencari solusi bila terjadi kesulitan, hambatan maupun
tantangan yang menghadang program RB
e. Mau terlibat dalam menyusun rencana aksi tindak lanjut secara rinci
dan detil serta berkesinambungan.
3. Merubah unit-unit kecil dalam organisasi Kementerian Kesehatan
Pada dasarnya organisasi itu merupakan sebuah sistem yang terdiri dari
elemen/unit-unit terkecil. Oleh karenanya perubahan di Kementerian
Kesehatan dapat dimulai dari elemen/unit-unit terkecil secara berjenjang
yaitu pad a tingkat eselon IV, III dan II. Pelaksanaaan perubahan akan
melibatkan setiap pimpinan pada unit-unit tersebut. Untuk melakukan
perubahan disemua unit diperlukan strategi komunikasi yang matang,
agar secara sistematis dapat berjalan dengan optimal.
komunikasi
secara terus
menerus dan
Melakukan
berkesinambungan
dengan
III,
adalah
akumulasi
dari
perubahan
Kemenlerian Kesehalan
4. Menyusun
peraturan
formal,
sistem,
maupun
struktur
untuk
mengukuhkan perubahan
Perubahan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan hendaknya
memiliki dasar hukum dan pol a yang jelas. Bahan dan sUbstansi untuk
mengukuhkan perubahan diperoleh dari dokumen-dokumen yang disusun
oleh 8 pokja area perubahan. Namun secara khusus tim manajemen
perubahan
harus
menyusun
aturan
main
dalam
melaksanakan
pelaksanaan
perubahan,
dan
penjaminan
kualitas
pelaksanaan perubahan.
5. Pengelolaan perubahan
Pengelolaan perubahan dilakukan dalam dua bagian kegiatan pokok
yaitu:
a) Mengintegrasikan
roadmap
reformasi
birokrasi
Kementerian
Resistensi/Penolakan
yang
timbul
akibat pelaksanaan
perubahan.
Oampak
yang
timbul
akibat
dari
adanya
perubahan
adalah
42
Kementerian Kesehatan
1)
mengkomunikasikan
alasan-alasan
rasional
atas
keputusan
3)
Menfasilitasi
pengambilan keputusan
dan
memberi
dukungan
melalui
assestensi ,
memusatkan
perhatian
terhadap
ini
bisa
jalannya
dilakukan;
akan
dengan
mendorong
keberhasilan perubahan .
3) berlakulah normasl ketika resistensi dan penolakan terjadi Uangan
panik); sikap ini sang at penting untuk membantu mecegah orang
agar tidak patah semangat dan kehilangan kepercayaan terhadap
perubahan.
4) fokus apa yang sudah dicapai saat ini; agar orang menyadari
bahwa banyak hal telah berjalan dengan baik, sehingga mencegah
untuk mencari keyakinan baru dan tetap optimis dan fokus .
5) lakukan terus apa yang berjalan dengan baik; selalui memikirkan
kemungkinan tindakan yang telah berhasil dilakukan, sehingga .
ketika kesulitan datang maka situasinya dapat cepat diatasi.
penjaminan
kualitas
perubahan
dilaksanakan
terhadap
keseluruhan area perubahan (8 area) yang telah disusun sesuai road map
Reformasi
Birokrasi
Kementerian
Kesehatan.
Prioritas
penilaian
subtansi
perubahan
dari
masing-masing
area
perubahan.
2. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan penjaminan kualitas perubahan mengikuti proses
manajemen perubahan itu dimulai yaitu sejak perencanaan sampai
laporan hasil pelaksanaan perubahan. Pada dasarnya kegiatan penjamina
kualitas perubahan selalu berdampingan dengan manajemen perubahan
secara keseluruhan.
Pokja
Manajemen
Perubahan
(Rencana
Manajemen
Perubahan),
Kementerian Kesehatan
Sub
Pokja
II
pelaksanaan
(Rencana
pelaksanaan
perubahan,
penyebaran,
Perubahan,
observasi
wawancara,
laporan
selanjutnya
akan
dll)
Adanya respon perubahan pad a obyek yang ditetapkan
Data-data lain yang diperlukan
digunakan
sebagai
manajemen perubahan.
tolak
ukur
terlaksananya
kegiatan
kemudian
Kementerian Kesehatan
dilakukan
analisis
lebih
rinci
terkait
dengan
kagagalan
dan
pelaksanaan
manaJemen
perubahan .
Teridentifikasinya
bahan
pengambilan
kesimpulan
dan
keputusan
terkait
pelaksanaan,
dan
pelaporan.
Tahap
perencanaan
Tahap
pelaksanaan
adalah
melaksanakan
penjaminan
46 Pedoman
Kementen'an Kesehatan
Manajemen Perubahan
TIM MANAJEMEN
PERUBAHAN
Sub PokJa I MP
(Desain Perubahan)
(Quality Assurance)
Sub Pokja II MP
(Pelaksana Perubahan)
terlibat
dalam
merencanakan
perubahan
dan
Kementerian Kesehatan
adalah
peran
unluk
meyakinkan
pegawai
yang
ada
di
sumber
Oaya
adalah
peran
untuk
menghubungkan
Ada 3 (tiga) hal yang perlu dilakukan oleh Agen Perubahan, yaitu:
Mendorong keinginan untuk berubah. Ada banyak hal yang bisa
dilakukan
untuk
menciplakan
keinginan
berubah ,
antara
lain :
bukan
48
Kementetian Kesehatan
pikir yang
lama.
Kesehatan
perlu terus
masing-masing
Kementerian
Kesehatan
secara
berkala
dan
berkelanjutan .
mekanisme
kerja
manajemen
perubahan
dalam
perubahan
nantinya
akan
selalu
bekerjasama
dengan
Pokja
Kemenlerian Ke,;eh,alar
BABVI
PENUTUP
Ditetapkan di
Jakarta
Pada tanggal
MENTERIKESEHATAN,
Kementerian Kesehatan