Dokumen - Tips - Laporan Kasus Gangguan Penyesuaian
Dokumen - Tips - Laporan Kasus Gangguan Penyesuaian
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Y.T
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Makalehi, 21/08/1991
Status perkawinan : Sudah menikah
Jumlah anak :2
Pendidikan terakhir : SD
Perkerjaan : IRT
Suku/bangsa : Minahasa/Indonesia
Agama : Kristen protestan
Alamat sekarang : Kolongan atas Link.VI Sonder
Tanggal MRS : 24 Juni 2014
Cara MRS : Pasien datang diantar oleh keluarga
Tanggal pemeriksaan : 26 Juni 2014
Tempat pemeriksaan : Ruangan Kelas III Wanita Irina F Neurologi
RSUP Prof.R.D.Kandou Manado
A. Keluhan Utama
Cemas, jantung terasa berdebar-debar, kurang berenergi, dan kram pada
kedua kaki.
1
Pasien mengatakan kadang merasa cemas dan takut sejak 6 bulan
terakhir. Pasien merasa khawatir sejak pertama kali mengalami gejala suka
terjatuh jika berjalan jauh. Pasien merasakan cemas dan takut akan mengalami
kelumpuhan dan tidak bisa berjalan lagi. Pasien juga mengatakan jika cemas maka
jantungnya terasa berdebar-debar seperti ingin pecah dan gemetar pada kedua
tangan.
Hal itu juga memicu pasien menjadi mudah lelah dan kadang sulit
berkonsentrasi yang dialami sejak 6 bulan terakhir. Pasien merasa kurang tenaga
sehingga mudah lelah saat beraktivitas di rumah seperti, memasak, mencuci
piring, dan pekerjaan rumah yang ringan lainnya, tapi pasien masih bisa bekerja
walaupun tidak lama.
Pasien juga mengeluh kram-kram pada kedua kaki yang dirasakan karena
penyakit yang dialami pasien.
Dengan keluhan-keluhan ini pasien sering hanya tinggal di rumah saja dan
kurang beraktivitas di lingkungan sekitar. Pasien mengaku pernah bertanya-tanya
kenapa mendapatkan penyakit seperti ini padahal usia masih muda, tetapi keluarga
pasien menasehati pasien sehingga pasien kembali sadar dan menerima semuanya.
Tidak ada keinginan untuk bunuh diri.
Aloanamnesis
Menurut wawancara dengan ibu pasien ditemukan bahwa pasien
mengalami gejala seperti ini kira-kira sekitar 6 bulan terakhir. Ibu pasien tidak
dapat memperkirakan dengan jelas kapan muncul gejala-gejala tersebut. Ibu
pasien mengatakan bahwa gejala-gejala yang dialami pasien muncul tidak lama
setelah gejala sering terjatuh jika berjalan jauh yang tidak diketahui sebabnya.
Ketika medapatkan gejala seperti itu, ibu pasien mengaki bahwa anaknya
langsung merasa takut dan khawatir dan menjadi kurang bertenaga, serta hanyak
tinggal dirumah saja dan kurang beraktivitas. Ibu pasien mengatakan pasien
pernah menjadi murung namun tetapi pasien masih bisa tertawa ketika mendengar
lelucon dari keluarganya.
2
Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.
2. Riwayat gangguan medis
Riwayat suka terjatuh jika berjalan sejak 6 bulan lalu, tidak ada
riwayat cedera kepala, tidak ada riwayat digigit anjing, tidak ada riwayat
gangguan di organ lain, tidak ada keluhan nyeri yang mengganggu, tidak
ada keluhan yang berhubungan dengan seksual dan gangguan
somatosensorik lainnya.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien hanya mengkonsumsi obat yang diberikan dokter. Pasien
tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol. Pasien juga tidak pernah
merokok.
3
2. Riwayat psikoseksual
Orientasi seksual pasien adalah lawan jenisnya yang sebaya.
3. Riwayat perkawinan
Pasien sudah menikah. Pasien menikah pada usia 16 tahun.
Pernikahan ini merupakan pernikahan pertama pasien. Pasien
memmiliki 1 orang suami dan 2 orang anak perempuan. Hubungan
dengan suami selama perkawinan harmonis. Suami pasien sangat
menyayangi pasien beserta anaknya.
4. Kehidupan beragama
Pasien beragama Kristen protestan dan rajin beribadah. Pasien
beribadah tiap minggu di gereja. Menurut ibu pasien, pasien sangat
aktif dalam kegiatan kerohanian di gereja seperti menghadiri ibadah
kolom di lingkungan sekitar.
5. Riwayat kehidupan sosial
Hubungan pasien dan keluarga serta tentanggnya baik dan tidak
pernah ada masalah.
SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM
4
Keterangan :
: Perempuan
: Pasien
5
B. Mood dan Afek
1. Mood : Hipotimia
2. Afek : Menyempit
C. Pembicaraan
1. Kualitas : volume sedang, suara suara jelas, intonasi
berubah-ubah sesuai jenis pembicaraan, artikulasi baik.
2. Kuantitas : menjawab sesuai pertanyaan.
3. Hendaya berbahasa: tidak ada hendaya bahasa.
D. Gangguan Persepsi
Tidak ditemukan halusinasi
E. Pikiran
1. Arus pikiran : koheren
2. Isi pikiran : waham (-), halusinasi (-).
F. Fungsi Kognitif
1. Orientasi
Orientasi waktu : baik. Pasien tahu waktu saat pemeriksaan dan
dapat membedakan siang dan malam.
Orientasi tempat : baik. Pasien mengetahui dimana dia saat ini.
Orientasi orang : baik. Pasien dapat mengenali keluarganya.
Daya konsentrasi : baik.
2. Perhatian
Ketika wawancara berlangsung pasien dapat memusatkan perhatian.
3. Daya ingat
Jangka panjang : baik.
Jangka pendek : baik.
Segera : cukup.
G. Penilaian Realitas
1. Norma sosial : tidak terganggu, tidak ada keinginan untuk bunuh diri.
2. Uji daya nilai : baik, tidak terganggu.
H. Tilikan
Tilikan 5 (pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan tahu faktor-
faktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan
dalam praktisnya.
6
I. Taraf dapat dipercaya
Penjelasan pasien dapat dipercaya.
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Interna
1. Keadaan umum : sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda vital : T: 110/70mmHg, N: 80x/m, R: 24x/m, SB: 36,0C
4. Kepala : conj.anemis -/-, sklera ikterik -/-
5. Thoraks : C: SI-II regular, bising (-)
P: sp.vesikuler, Rh-/-, Wh -/-
6. Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, H/L ttb
7. Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
B. Status Neurologi
1. GCS : E4M6V5
2. TRM : kaku kuduk (-), Laseque (-), Kernig (-), Brudzinsky I (-)
3. Mata : gerakan normal, searah, pupil bulat, isokor, diameter
3mm/3mm, reflex cahaya (+/+).
4. Pemeriksaan nervus kranialis
a. N. olfaktorius (N.I)
Dilakukan untuk menilai fungsi penciuman pasien. Pasien
diinstruksikan untuk menutup mata dan menyebutkan nama bahan yang
tercium.Hasilnya memberi kesan normal.
b. N. optikus (N.II)
Dilakukan untuk memeriksa ketajaman penglihatan. Kedua mata
pasien diperiksa secara bergantian dan pasien diinstruksikan untuk
menyebutkan nama barang atau tulisan di sekitar ruangan. Hasilnya
visus normal.
c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)
Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memliki gerakan
bola mata yang wajar.
d. N. trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
e. N. facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)
Pasien dapat mendengar dan mengulangi kata-kata dalam jarak
dekat dan jauh. Selama wawancara pasien mampu menjawab
pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran
7
pasien normal. Untuk fungsi keseimbangan pasien, tidak dievaluasi
karena pasien terbaring di tempat tidur.
g. N. glosssopharyngeus (N.IX), n. vagus (N.X)
Artikulasi pasien jelas, kemampuan menelan normal.
h. N. accessories (N.XI)
Kekuatan otot sternocleidomastoideus dan trapezius normal.
Pasien dapat menahan tahanan yang diberikan pemeriksa pada bahu dan
leher pasien.
i. N. hypoglossus (N.XII)
Tidak ada deviasi saat pasien menjulurkan lidah.
8
bertanya-tanya kenapa mendapatkan penyakit seperti ini padahal usia masih muda
dan memikirkan biaya pengobatan yang akan dihadapi. Pasien tidak memiliki
riwayat trauma sebelumnya dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol atau
merokok.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan perempuan sesuai usia,
berpenampilan cukup rapi, mood pasien hipotimik, afek menyempit. Pasien cukup
kooperatif menjawab pertanyaan dengan volume suara yang sedang dan artikulasi
jelas. Pada pasien tidak ditemukan halusinasi dan waham. Penjelasan pasien dapat
dipercaya. Orientasi waktu, tempat dan orang baik, tidak ada gangguan persepsi
dan proses pikir. Tidak ada keinginsn bunuh diri. Daya nilai baik. Tingkat tilikan
5. Pada pemeriksaan status neurologis ditemukan mengalami penurunan fungsi
motorik yaitu penurunan kekuatan otot pada kedua tungkai kaki dan tonus otot
menurun, didiagnosis dengan paraparesis LMN (Lower Motor Neurone).
9
IX. TERAPI
A. Psikofarmako
Fluoxetine 20 mg tab 1x1
Alprazolam 0,5mg 3x1 (k/p)
10
X. PROGNOSIS
A. Ad vitam : dubia ad bonam
B. Ad fungsionam : dubia ad bonam
C. Ad sanationam : dubia ad bonam
XI. ANJURAN
Dianjurkan kepada keluarga agar dapat memberikan dukungan dan
kunjungan berkala selama masa pengobatan. Memberikan konseling yang teratur
kepda pasien untuk bisa memperbaiki pemahamam tentang realitas yang ada,
tingkah laku, serta pola pikir pasien agar menyadarkan pada pasien bahwa pasien
memerlukan pengobatan yang teratur.
XII. DISKUSI
A. Diagnosis
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari anamnesis
ditemukan gejala-gejala yang berkaitan dengan episode depresi berulang yang kini
ringan. Dalam kasus ini ditemukan pasien mengeluh kadang merasa cemas, takut,
jantung terasa berdebar-debar, kurang berenergi sehingga mudah lelah dan sulit
berkonsentrasi sejak kurang lebih 6 bulan terakhir. Keluhan-keluhan tersebut
dirasakan setelah mengalami keluhan suka terjatuh ketika berjalan jauh.
Berdasarkan DSM-V pedoman diagnostik harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
A. Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap antara:
a. Bentuk, isi dan beratnya gejala,
b. Riwayat sebelumnya dan corak kepribadian, dan
c. Kejadian, situasi yang stressful, atau krisis kehidupan.
B. Adanya faktor ketiga diatas harus jelas dan bukti yang kuat bahwa
gangguan tersebut tidak akan terjadi seandainya tidak mengalami hal
tersebut.
C. Manifestasi daari gangguan bervariasi, dan mencakup afek depresif,
anxietas, campuran anxietas-depresif, gangguan tingkah laku, disertai
11
adanya disabilitas dalam kegiatan rutin sehari-hari. Tidak ada satupun dari
gejala tersebut yang spesifik untuk mendukung diagnosis.
D. Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya kejadian yang
stressful dan gejala-gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan.1,2
Pada pasien ini dapat didiagnosa gangguan penyesuaian dengan reaksi
campuran ansietas dan depresi karena memenuhi kriteria gangguan penyesuaian
yaitu munculnya keluhan yang berhubungan dengan situasi stressful yang terjadi
yaitu keluhan suka terjatuh jika berjalan jauh, dan dengan onset yang bertahan
selama 6 bulan. Diagnosis campuran ansietas dan depresi ditegakkan karena
gejala ansietas dan depresi yang cukup sama menonjol. Gejala ansietas pada
pasien didapatkan gejala perasaan takut akan menjadi lumpuh dan terasa jantung
berdebar-debar. Pada pasien ini didapatkan gejala depresi ringan dengan
memenuhi kriteria sekurang-kurangnya 1 atau 2 gejala utama dan 2 gejala lainnya
yaitu berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah, sulit berkosentrasi
dan pandangan masa depan yang suram.1,2,3
Pada pemeriksaan status mental didapatkan mood hipotimia yaitu suasana
perasaan yang secara pervasif diwarnai kesedihan dan kemurungan serta
kehilangan semangat. Secara obyektif tampak dari sikap murung dan perilakunya
yang lamban. Pada afek didapatkan menyempit karena menggambarkan nuansa
ekspresi emosi yang terbatas dengan intensitas dan keluasan dari ekspresi
emosinya berkurang, yang dapat dilihat dari ekspresi wajah yang agak murung.3
B. Diagnosis Banding
Diagnosis banding yang mengarah sesuai dengan anamnesis yang
dilakukan yaitu gangguan depresif berulang. Gejala yang memenuhi kriteria
gangguan ini adalah gejala depresi ringan (berkurangnya energi yang menuju
keadaan mudah lelah, sulit berkosentrasi dan pandangan masa depan yang suram)
dan dialami sekitar 6 bulan. Tetapi pada gangguan ini terdapat pemulihan diantara
episode depresi yang terjadi, sedangkan pada pasien tidak.1,2
C. Ciri Kepribadian
Ciri gangguan kepribadian ada berbagai macam yaitu ciri gangguan
kepribadian khas, skizoid, paranoid, dissosial, emosional tak stabil, histrionik,
12
anankastik, cemas, dependen, dan campuran. Pada pasien ini mengarah ke ciri
gangguan kepribadian cemas (menghindar). Ciri-ciri gangguan kepribadian ini
adalah:
a. Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif,
b. Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain,
c. Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial,
d. Keenganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa akin akan disukai,
e. Pembatasan dalam gaya hidup karena alas an keamanan fisik,
f. Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.
Untuk menegakkan diagnosis gangguan kepribadian cemas dibutuhkan
paling sedikit 3 kriteria diatas. Pada pasien ini didapatkan hanya 1 ciri gangguan
kepribadian cemas yaitu perasaan tegang dan takut, sehingga hanya disebut ciri
gangguan kepribadian cemas (tidak menggunakan kode diagnostik).3
D. Terapi
a. Psikofarmako
Medikasi dengan obat-obatan harus diberikan untuk waktu yang singkat,
tergantung dari tipe gangguan penyesuaian, dapat diberikan pengobatan yang
efektif. Pemberian ansietas berguna untuk pasien dengan kecemasan dengan
pemberian benzodiazepine.3 Pada pasien ini diberikan Alprazolam 0,5mg 3x1.
Alprazolam merupakan golongan benzodiazepine, dengan mekanisme kerja
yaitu dapat bereaksi dengan reseptor (benzodiazepine reseptors) akan meng-
reinforce the inhibitory action of GABA-ergic neuron yang mengendalikan
sistem limbik SSP yang terdiri dari dopaminergic, noradrenergic, dan
serotoninergic neurons, sehingga hiperaktivitas yang terjadi dapat mereda. Efek
samping dari penggunaan obat ansietas adalah sedasi (rasa mengantuk,
kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif
melemah), dan relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll). Untuk mengurangi
resiko ketergantungan obat, maksimum lama pemberian sekitar 3 bulan dalam
rentang dosis terapeutik. Alprazolam diberikan karena efektik untuk ansietas
antisipatorik, onset of action lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti
depresi.4
13
Pada pasien juga diberikan Fluoxetine 20mg 1x1. Obat ini merupakan obat
anti depresi golongan obat SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors).
Mekanisme kerja obat anti depresi yaitu menghambat reuptake aminergic
neurotransmitter (noradrenaline, serotonin, dopamine) dan menghambat
penghancuran oleh enzim Monoamine Oxidase sehingga terjadi peningkatan
jumlah aminergic neurotransmitter pada celah sinaps neuron di SSP yang
dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin. Efek samping dari obat anti
depresi dapat berupa sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun, dll), dan efek
antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus
takikardia, dll). Fluoxetine diberikan karena tolensinya baik dan lebih aman.
b. Psikoterapi
Berdasarkan teori bahwa perilaku manusia diakibatkan oleh cara berpikir
tentang diri dan perannya di dunia, maka perilaku mal adaptif dapat diarahkan
dan dikembangkan kea rah perilaku yang lebih adaptif dan lebih sehat, melalui
CBT (Cognitive Behavioral Therapy).5 Selain itu juga edukasi terhadap pasien
dan keluarga perlu diberikan. Untuk pasien agar memahami gangguannya, cara
pengobatan, efek samping yang dapat muncul, kemudian yang penting juga
ialah meningkatkan kesadaran dalam kepatuhan dan keteraturan minum obat.
Diberikan informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan
penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga
dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum obat dan kontrol
secara teratur. Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran
keluarga pada perjalanan penyakit.
14
XIII. WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan di ruang perawatan Kelas III Wanita Irina F
Neurologi RSUP.Prof.R.D.Kandou Manado pada tanggal 26 Juni 2014 jam 12.00
WITA. Saat wawancara pasien sedang berbaring diatas tempat tidur.
A: Pemeriksa B: Pasien
A : Selamat siang, saya dokter muda Reni, ini dengan ibu syapa?
B : siang dokter. Dengan Y.T.
A : ibu pe umur berapa ?
B : 22 tahun.
A : rumah dimana ibu?
B : di Meras kecamatan Bunaken
A : ibu so menikah?
B : sudah
A : ibu pe anak ada berapa?
B : ada 2 dok
A : ibu bekerja ?
B : nyanda dok, cuman ibu rumah tangga
A : kalau boleh tahu ibu pe pendidikan terakhir apa?
B : cuman sampe SD, tidak kelar SMP
A : kalau bokeh tau ibu masuk rumah sakit karena kiapa kank?
15
B : sering jatuh dok kalau berjalan jauh, konk kaki rupa mengecil
A : dari kapan ibu ada rasa sakit seperti ini?
B : dari setelah melahirkan anak kedua dok, so sekitar 6 bulan.
A : trus dapa rasa bagaimana setelah tau ibu p kaki bagitu?
B : aduh dok, rasa tako tako, cemas bagitu, tu dada rasa berdebar-debar, rupa tu
jantung mo pecah. Kita ta pikir-pikir tu penyakit, kita tako mo jadi lumpuh.
Kita rasa kita kiapa kita dapa penyakit bagini kank padahal kita masih muda.
A : trus sekarang rasa bagaimana dang?
B : yah, cepat lelah dok. So kurang beraktivitas nda ada tenaga, cuman kerja
sedikit-sedikit saja.
A : ada sulit berkonsentrasi, susah tidur dan hilang nafsu makan?
B : cuman tu susah konsentrasi dok, tu laeng biasa.
A : yang jaga syapa ibu?
B : ta p mama.
A : Suami dimana? Hubungan keluarga akbrab?
B : ada pulang rumah. Akrab dok.
A : ibu ada sempat ta pikir rasa mo bunuh diri ato nda?
B : nyanda dok, nda pernah
A : kita saran ibu sudah jo pikir-pikir tu mo jadi beban, pikir jo mo sembuh ne.
B : ia dok.
A : ok dank, makase ne waktunya, istirahat kembali jo.
B : ia dok, makase.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
18