Case Ardisa Meilita Resmi
Case Ardisa Meilita Resmi
Disusun Oleh :
Ardisa Meilita
406151028
Pembimbing :
IDENTITAS PASIEN
1. Nama : An. CS
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
2. Usia : 5 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Gondosari 03/04, Gebag, Kudus
5. Suku : Jawa
6. Agama : Islam
7. Pekerjaan : Siswa SD
8. Masuk RS : 18 Maret 2016
9. Dirawat ruang : Bougenvile 2; Kelas 3
10. Keluar tanggal : 20 Maret 2016
11. No. RM : 725860
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RSUD Kudus dengan keluhan demam hari ke 5 SMRS, demam
mendadak tinggi dan terus menerus. Orang tua ps juga mengatakan sejak demam nafsu
makannya menurun, badan terasa lemas, kepalanya terasa pusing dan batuk. Minum masih
baik.Keluhan pilek, mual, muntah, nyeri perut, mimisan, gusi berdarah, keluhan kuning,
BAK merah, dan BAB hitam di sangkal. Terdapat bintik-bintik merah yang tidak hilang
dengan penekanan di kedua tangan dan kaki pasien. Pasien sebelumnya sudah berobat ke
puskesmas dan dirujuk ke Rumah Sakit. Orang tua ps mengatakan demam turun apabila
meminum obat penurun panas yang diberikan oleh dokter di puskesmas, namun kemudian
panas naik lagi setelahnya.
Riwayat BAB : BAB lancar, warna cokelat kekuningan, 1x sehari, darah (-), lendir (-)
Riwayat BAK : BAK lancar, warna kurning jernih, nyeri (-), darah (-)
Riwayat Pengobatan
Sekitar 3 hari SMRS, pasien berobat ke Puskesmas, dan diberikan obat penurun
panas. Setelah meminum obat penurun panas, panas turun, namun kemudian naik lagi. Lalu
2
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
beberapa jam SMRS pasien datang lagi ke Puskesmas kemudian pasien dirujuk ke RSUD
Kudus.
Riwayat orang di lingkungan sekitar pasien (rumah, sekolah) yang sakit DBD
disangkal.
Riwayat Prenatal
Riwayat Kelahiran
o Panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada saat lahir ibu pasien tidak ingat.
3
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
Pemeriksaan postnatal dilakukan di bidan dan tidak ditemukan kelainan pada anak.
Riwayat Imunisasi
o Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sudah dilakukan imunisasi lengkap.
1 Hepatitis B , BCG
9 Campak
4
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
Perkembangan
Psikomotor
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan anak dalam batas normal sesuai usia
5
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
6
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
Interpretasi:
PEMERIKSAAN FISIK
Nadi : 87 x/menit
Suhu : 38,0 C
Pernafasan : 21 x/menit
Antopometri
Berat Badan : 19 kg
7
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
Inspeksi : Bentuk dada normal, Simetris pada posisi statis dan dinamis, Retraksi
interkostal (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), stem fremitus normal, sama kuat dengan kiri
Abdomen
Palpasi: Supel, tidak teraba massa, nyeri tekan (+) epigastrium, hepar teraba 2 jari di
bawah arcus costae, lien tidak teraba, ginjal tak teraba
Perkusi: Timpani pada seluruh regio abdomen, pekak alih (-), perkusi lien timpani
Ekstremitas atas: akral hangat, sianosis -/-, CRT< 2 detik, petechie +/+.
Ekstremitas bawah: akral hangat, edema -/-, sianosis -/-, CRT< 2 detik, petechie +/+.
FOLLOW UP
8
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
9
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Hemoglobin 15,5 14,2 13,7 12 - 15 g/Dl
Hematokrit 42,6 39,2 37,3 35- 45 %
Eritrosit 5,02 5,02 5,09 4,0 - 5,1 jt/Ul
4,5 4,5 14,5
Lekosit 6,5 6,
10^3/Ul
78 150 - 400
Trombosit 48 107
10^3/ul
Diagnosa Kerja
Diagnosis Banding
Demam Chikungunya
Demam Tifoid
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
o Paracetamol 3x1cth
o Ceftriaxone 3x250mg
10
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
Non farmakologi
o Mengubur kontainer bekas seperti kaleng bekas, gelas plastik, barang bekas
lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga menjadi sarang nyamuk
PROGNOSIS
ad Vitam : bonam
ad Fungtionam : bonam
ad Sanationam : bonam
11
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
Tinjauan Pustaka
I. Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit infeksi pada anak dan dewasa
yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, Genus Flavivirus, dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leucopenia, ruam,
trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang
ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.
II. Epidemiologi
DBD pertama kali ditemukan di Filipina tahun 1953. Kemudianmenyebar ke seluruh
negara tropis dan subtropis. Kini sekitar 2,5 milyar(2/5 penduduk dunia) punya risiko
terserang virus dengue. Lebih dari 100negara tropis dan subtropis pernah mengalami
letusan wabah demam dengue dan DBD. Setiap tahun diperkirakan terdapat 20 juta kasus
infeksi dengue. Di Indonesia Kasus DBD pertama kali ditemukan di Surabaya pada
tahun 1968.Kasusnya makin lama makin meningkat dan menyebar ke seluruh pelosok
Tanah Air. Studi epidemiologi di daerah tropis dan subtropik menemukan bahwa :
- Epidemi sering terjadi tiap 2-5 tahun. Sebelum tahun 1997 kebanyakan menyerang
usia < 15 tahun kini baik dewasa maupun anak kasusnya seimbang.
- Meningkat pada musim hujan. Suhu dan turunnya hujan dapat mempengaruhi daya
tahan hidup, laju penularan, pola reproduksi nyamuk.
III. Etiologi
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue yang merupakan virus RNA
untai tunggal, ukuran 40 nmmerupakan Famili Flaviviridae, Genus Flavivirus. Virus
12
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
denguetermasuk kelompok Arthropod Borne virus (Arbo viruses). Virus dengue Terdiri
.
dari 4 serotipe yaitu Den 1, Den 2, Den 3, Den 4 Infeksi salah satu serotipe
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan dan kurang terhadap serotipe
yanglainnya. Semua serotipe tersebar di berbagai daerah Indonesia. Serotipe Den 3
paling dominan dan diasumsikan menimbulkan manifestasi klinik yang berat.
Vektor utama adalah nyamuk Aedes aegypti, sedangkan vektor sekunder yang kurang
efisien adalah nyamuk Ae. Albopictus. Vektor sekunder kurang efisien karena hidup dan
berkembang biak di kebun atau semak-semak sehingga relatif jauh kontak dengan
manusia.Aedes Aegyptihidup optimal pada iklim tropis dan subtropis, berkembang biak
di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, tempayan, drum, dan
barang-barang yang menampung air seperti kaleng, pot tanaman, tempat minum burung,
dan lain lain. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah dan bersifat
multiple biters (mengigit beberapa orang karena sebelum nyamuk tersebut kenyang
sudah berpindah tempat). Kemampuan jarak terbang 40-100 m dari tempat berkembang
biaknya. Dari telur hingga dewasa perlu waktu 10-12.
Cara Penularan
Virus Dengue masuk ke tubuh nyamuk Ae. aegypti pada saat menghisap darah
manusia yang sedang terinfeksi virus dengue dalam keadaan viremia (2 hari sebelum
panas sampai dengan 5 hari setelah demam). Bila terinfeksi, nyamuk tetap akan
terinfeksisepanjang hidupnya dan siap menularkan virus ke manusia yang rentan. Dalam
8-10 hari virus dengue berlipat ganda dalam epitel usus tengah nyamuk lalu migrasi ke
kelenjar ludah nyamuk (probosis) (extrinsic incubation period) siap ditularkan ke
manusia bila nyamuk betina tersebut menggigit. Dalam tubuh manusia, waktu yang
diperlukan virus 4-6 hari sebelum menimbulkan penyakit. (Intrinsic Incubation
Period).
IV. Patogenesis
Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue sampai saat ini masih diperdebatkan.
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis
berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue. Virus
dengue (Aedes aegypti), setelah memasuki tubuh akan melekat pada monosit dan masuk
ke dalam monosit. Kemudian terbentuk mekanisme aferen (penempelan beberapa
13
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
segmen dari sehingga terbentuk reseptor Fc). Monosit yang mengandung virus menyebar
ke hati, limpa, usus, sumsum tulang, dan terjadi viremia (mekanisme eferen). Pada saat
yang bersamaan sel monosit yang telah terinfeksi akan mengadakan interaksi dengan
berbagai system humoral, seperti system komplemen, yang akan mengeluarkan substansi
inflamasi, pengeluaran sitokin, dan tromboplastin yang mempengaruhi permeabilitas
kapiler dan mengaktifasi faktor koagulasi. Mekanisme ini disebut mekanisme efektor.
Selain itu masuknya virus dengue akan membangkitakn respons imun melalui system
pertahanan alamiah (innate immune system), pada system ini komplemen memegang
peran utama. Aktifitas komplemen tersebut dapat memalui monnosa-binding protein,
maupun melaui antibody. Komponen berperan sebagai opsonin yang meningkatkan
fagositosis, dekstruksi dan lisis virus dengue.
Untuk menghambat laju intervensi virus dengue, interferon dan interferon
berusaha mencegah replikasi virus dengue di intraselular. Pada sisi lain limfosit B, sel
plasma akan merespons melalui pembentukan antibodi. Limfosit T mengalami ekpresi
oleh indikator berbagai molekul yang berperan sebagai regulator dan efektor.
Limfosit T yang teraktivasi mengakibatkan ekspresi protein permukaan yang disebut
ligan CD40, yang kemudian mengikat CD40 pada limfosit B, makrofag, sel dendritik, sel
endotel serta mengaktivasi berbagai tersebut. CD40L merupakan mediator penting
terhadap berbagai fungsi efektor sel T helper, termasuk menstimulasi sel B memproduksi
antibodi dan aktivasi makrofag untuk menghancurkan virus dengue.
Infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis kompleks
virus-antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi
makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T helper dan T sitotoksik sehingga
diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akn mengaktivasi monosit
sehingga disekresi berbagai mediator radang seperti TNF-, IL-1, PAF (platelet
activating factor), IL-6 dan histamin yang menyebabkan terjadinya disfungsi endotel dan
terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi kompleks
virus-antibodi yang dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma.
14
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
15
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
V. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis virus dengue sangat bervariasi tergantung daya tahan tubuh dan
virulensi virus itu sendiri.Mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam ringan tidak
spesifik(Undifferentiated Fever), Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue dan
Sindrom syok Dengue (SSD).
1. Demam Dengue
- Demam tinggi tiba-tiba (>39oC), menetap 2-7 hari, kadang bersifat Bifasik
- Muka kemerahan (Flushing Face)
- Nyeri seluruh tubuh ; nyeri kepala, nyeri belakang mata terutama bila digerakkan,
nyeri otot, nyeri tulang, nyeri sendi dan nyeri perut
- Mual, muntah-muntah, tidak nafsu makan
- Timbul ruam merah halus sampai petekie
- Laboratorium terdapat leukopeni hingga trombositopenia
Namun demam dengue yang disertai perdarahan harus dibedakan dengan DBD. Pada
penderita demam dengue tidak ada tanda-tanda kebocoran plasma dan sebaliknya.
Perbedaan DD dengan DBD terletak pada patofisiologi penyakit tersebut, di mana pada
DBD terdapat kelainan homeostasis dan perembesan plasma yang dibuktikan dengan
adanya trombositopenia dan peningkatan hematokrit.
a) Klinis
- Demam tinggi tiba-tiba selama 2-7 hari, tanpa sebab yang jelas
- Terdapat menifestasi perdarahan berupa ; uji turniket +, petekie, ekimosis,
purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan
atau melena
- Pembesaran hati (hepatomegali)
b) Laboratorium
16
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
Derajat II: Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lain.
Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat,
tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis
di sekitar mulut, kulit dingin dan lembap dan anak tampak gelisah.
Derajat IV: Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan
tekanan darah tidak terukur.
Biasanya terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun biasanya antara hari ke 3
sampai ke 7).Gejala yang timbul sesuai dengan keadaan syok :Pasien tampak gelisah,
Akral dingin dan pucat, kulit lembab,Hipotensi, penurunan tekanan nadi (<20
mmHg), Nadi cepat dan lemah, Turgor kulit menurun, Mata cekung,dan Pada bayi
ubun-ubun dapat terlihat cekung.
17
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
18
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
B. Radiologi
Pada foto dada didpatkan efusi pleura, terutama pada hematoraks kanan tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai kedua
hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral
dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi
pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
VII. Diagnosis
Kriteria DBD menurut World Health Organization (WHO) adalah demam (2-7 hari
terus-menerus atau bifasik), manifestasi pendarahan mayor ataupun minor,
trombositopenia (100,000/L), dan bukti objektif dari peningkatan permeabilitas
kapiler (peningkatan hematokrit 20%), efusi pleura atau asites (dari hasil radiografi
torak, atau ultrasonografi), atau hipoalbuminemia. Kriteria shock dengue termasuk
kriteria DBD seperti hipotensi, takikardia, dan tekanan nadi yang rendah (20 mm Hg),
dan gejala perfusi yang rendah (ekstremitas yang dingin).Tahun 2009, WHO membuat
pedoman untuk mendiagnosis dengue yang probable dan dengue dengan peringatan, dan
dengue berat.
Diagnosis virologis ditegakkan melalui tes serologis, melalui deteksi protein virus
atau protein RNA atau melalui isolasi virus dari leukosit darah atau serum fase
akut.Diikuti dengan infeksi dengue primer atau sekunder, terdapat immunoglobulin anti
dengue (IgM) yang hilang setelah 6-12 minggu, yang menjadi penanda untuk
memperkirakan lamanya infeksi dengue.Pada infeksi sekunder, antibody yang dominan
merupakan IgG yang berpasangan dengan inhibisi hemaglutinin, fiksasi komplemen,
pemeriksaan enzyme.Saat ini pemeriksaan IgM dan IgG digunakan secara luas untuk
19
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
identifikasi antibody fase akut dari pasien dengan infeksi primer ataupun sekunder dari
contoh serum tunggal.Virus RNA dapat terdeteksi dalam darah dengan polymerase chain
reaction (PCR) atau by real-time polymerase chain reaction.Protein nonstructural virus
(NS1) dilepaskan oleh sel yang terinfeksi ke dalam sirkulasi dan dapat terdeteksi saat
pengambilan darah fase akut dengan menggunakan antibodi monoclonal ataupun
poliklonal.Deteksi NS1 dapat menunjukkan diagnosis fase akut dengue.
VIII. Tatalaksana
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dansebagaiakibat perdarahan.
Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa.
Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif.
Penatalaksanaan dari demam dengue tanpa komplikasi berupa suportif. Tirah baring
dianjurkan selama periode demam.Antipiretik diberikan untuk menjaga suhu tubuh
<40C.Analgesic dan sedasi ringan dapat diberikan untuk mengurangi nyeri.Aspirin
dikontraindikasikan karena dapat menyebabkan pendarahan.Mengganti cairan dan
elektrolit diperlukan untuk kekurangan yang disebabkan keringat, puasa, haus, muntah,
dan diare.
Tatalaksana DBD dan DSS termasuk evaluasi segera tanda-tanda vital dan derajat
hemokonsentrasi, dehidrasi, dan gangguan elektrolit. Monitor ketat dilakukan selama 48
jam sebab shock dapat terjadi saat awal penyakit. Pasien yang sianosis atau nafas yang
tidak teratur harus diberikan oksigen.Pemberian cairan secara intravena seperti Normal
saline lebih efektif untuk menangani shock. Transfusi darah maupun platelet diperlukan
untuk mengontrol pendarahan, diberikan selama hemokonsentrasi tetapi setelah
hemoglobin dan hematocrit dinilai.Diagnosis dini danmemberikan nasehat untuk segera
dirawat bila terdapat tanda syok, merupakan hal yang penting untuk mengurangi angka
kematian. Kunci keberhasilan tatalaksana DBD/SSD terletak pada ketrampilan para
dokter untuk dapat mengatasi masa peralihan dari fase demam ke fase penurunan suhu
(fase kritis, fase syok) dengan baik.
a. Demam Dengue
Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase demam pasien
20
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
Dianjurkan :
21
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
Fase kritis pada umumnya mulai terjadi pada hari ketiga sakit.Penurunan jumlah
trombosit sampai <100.000/pl atau kurang dari 1-2 trombosit/ Ipb (rata-rata dihitung
pada 10 Ipb) terjadi sebelum peningkatan hematokrit dan sebelum terjadi penurunan
suhu. Peningkatan hematokrit 20% atau lebih mencermikan perembesan plasma dan
merupakan indikasi untuk pemberian caiaran. Larutan garam isotonik atau ringer
laktat sebagai cairanawal pengganti volume plasma dapat diberikan sesuai dengan
berat ringan penyakit.
Tatalaksana DBD fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana DD, bersifat
simtomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.
Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau
nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena rumatan perlu diberikan.
Antipiretik kadang-kadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik
tidak dapat mengurangi lama ~demam pada DBD. Jenis minuman yang dianjurkan
adalah jus buah, air teh manis, sirup, susu, serta larutan oralit.
22
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
23
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
c. SSD
Syok merupakan Keadaan kegawatan. Cairan pengganti adalah pengobatan yang
utama yang berguna untuk memperbaiki kekurangan volume plasma. Pasien anak
akan cepat mengalami syok dan sembuh kembali bila diobati segera dalam 48 jam.
Pada penderita SSD dengan tensi tak terukur dan tekanan nadi <20 mmHg segera
berikan cairan kristaloid sebanyak 20 ml/kg BB/jam seiama 30 menit, bila syok
teratasi turunkan menjadi 10 ml/kg BB.
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
24
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4
jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada
pemberian yang terlalu sedikit.
25
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
26
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
IX. Komplikasi
Pada umumnya infeksi primer dapat sembuh sendiri dan tidak berbahaya. Komplikasi
pada bayi dan anak usia muda biasanya berupa kehilangan cairan dan elektrolit,
hiperpireksia, dan kejang demam. Pada usia 1 4 tahun wajib diwaspadai ensefalopati
dengue karena merupakan golongan usia tersering terjadinya kejang demam. Kegagalan
dalam melakukan tatalaksana komplikasi ini, dapat memberikan jalan menuju DSS
(Dengue Shock Syndome) dengan tanda kegagalan sirkulasi, hipotensi dan syok
X. Prognosis
Prognosis DBD tergantug oleh lamanya diagnosis dan pengobatan.Dengan adanya
perawatan intensif kematian dapat dihindari. Mortalitas cukup tinggi pada SSD.
XI. Pencegahan
1. Pemberantasan secara kimiawi
- Pengasapan (Fogging)
- Bubuk Abate
2. Pemberantasan secara hayati dengan menggunakan agen hayati : ikan cupang, larva
ikan nila
3. Pemberantasan dengan Gerakan 3M :
-Menguras tempat-tempat penampungan air minimal seminggu sekali, dan
menaburkan bubuk Abate ke dalamnya
27
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kudus
Ardisa meilita(406151028) FK UNTAR
Daftar Pustaka
Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Infeksi Virus Dengue. Dalam : Buku ajar
infeksi & pediatrik tropis. Edisi ke-2. Jakarta: IDAI; 2008. h.155 181
World Health Organization. Infeksi Virus Dengue, Dalam : Buku saku pelayanan kesehatan
anak di rumah sakit:2009 h 162 - 167
World Health Organization: Strengthening implementation of the global strategy for dengue
fever/dengue haemorrhagic fever prevention and control. Report of the Informal
Consultation, World Health Organization, October 1820, 1999, Geneva, 2000.
World Health Organization: Dengue Hemorrhagic Fever: Diagnosis, Treatment and Control,
2nd ed. Geneva, World Health Organization, 1997.
Gubler DJ: Dengue and dengue hemorrhagic fever. Clin Microbiol Rev 11:480, 1998.
Guzman MG, Kouri G: Dengue diagnosis, advances and challenges. Int J Infect Dis 8:69,
2004.
28