Anda di halaman 1dari 3

Eklampsia

1. Definisi
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti "halilintar". Kata tersebut
dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului
oleh tanda-tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada
wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda-tanda pre-eklampsia. Pada wanita yang
menderita eklampsia timbul serangan kejang yang diikuti oleh koma. Eklampsia lebih sering
pada primigravida daripada multipara. Tergantung dari saat timbulnya eklampsia dibedakan
eklampsia gravidarum (eklampsia antepartum), eklampsia parturientum (eklampsia
intrapartum), dan eklampsia puerperale (eklampsia postpartum). Kebanyakan terjadi
antepartum. Perlu dikemukakan bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali persalinan
mulai tidak lama kemudian.1
2. Epidemiologi
Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu negara dan yang lain. Frekuensi rendah
pada umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal yang baik,
penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup dan penanganan pre-eklampsia yang
sempurna.2 Di negara-negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3%
- 0,7%. Frekuensi eklampsia pada negara maju lebih kecil. Angka kejadian di Amerika
Serikat diperkirakan pada 1 berbanding 3250 kehamilan. Di Inggris lebih rendah lagi yaitu
pada 1 berbanding 2000 kehamilan.1,2

3. Gejala Klinis
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya pre-eklampsia dan terjadinya
gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di
epigastrium, dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera diobati, akan
timbul kejangan; terutama pada persalinan bahaya ini besar. Konvulsi eklampsia dibagi dalam
4 tingkat, yaitu :2
1. Tingkat awal atau aura (Tingkat Invasi). Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik.
Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya,
dan kepala diputar ke kanan atau ke kiri.2
2. Kemudian timbul tingkat kejangan tonik (Tingkat Kontraksi) yang berlangsung kurang
lebih 30 detik. Dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku,
tangan menggenggam, dan kaki membengkok ke dalam. Pernapasan berhenti, muka
mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.2
3. Stadium ini kemudian disusul oleh tingkat kejangan klonik (Tingkat Konvulsi) yang
berlangsung antara 1 2 menit. Spasmus tonik menghilang. Semua otot berkontraksi dan
berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat
tergigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut ke luar ludah yang berbusa, muka
menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar. Kejang klonik ini dapat
demikian hebatnya, sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya,
kejangan terhenti dan penderita menarik napas secara mendengkur.2
4. Sekarang ia memasuki tingkat koma. Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama secara
perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, Kalau pasien sadar kembali maka ia tidak
ingat sama sekali apa yang telah terjadi, lamanya coma dari beberapa menit sampai
berjam-jam, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan
yang berulang, sehingga ia tetap dalam koma.2
Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu meningkat sampai 40
derajat Celcius. Sebagai akibat serangan dapat terjadi komplikasi-komplikasi seperti (1) lidah
tergigit; perlukaan dan fraktura; (2) gangguan pernapasan; (3) solusio plasenta; dan (4)
perdarahan otak.2
Setelah persalinan keadaan pasien berangsur baik, kira-kira dalam 12-24 jam. Juga
kalau anak mati di dalam kandungan sering kita lihat bahwa beratnya penyakit akan
berkurang. Proteinuri hilang dalam 4-5 hari sedangkan tensi normal kembali kira-kira 2
minggu.1,2
4. Diagnosis
Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran. Dengan adanya tanda dan
gejala pre-eklampsia yang disusul oleh serangan kejangan seperti telah diuraikan, maka
diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan. Walaupun demikian, eklampsia harus dibedakan
dari (1) epilepsi; dalam anamnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil-
muda dan tanda pre-eklampsia tidak ada; (2) kejang karena obat anestesia; apabila obat
anestesia lokal tersuntikkan ke dalam vena, dapat timbul kejang; (3) koma karena sebab lain,
seperti diabetes, perdarahan otak, meningitis, ensefalitis, uremia, keracunan.2
5. Manajemen Eklampsia
Ibu hamil dengan eklampsia harus segera diterminasi. Persalinan harus dilakukan
dalam 12 jam sejak terjadinya kejang. Algoritma dalam penanganan ibu dengan kehamilan
eklampsia sebagai berikut. Penggunaan Magnesium Sulfat dilakukan sebagai anti kejang
pada pasien eklampsia. Algoritma dalam penanganan ibu dengan kehamilan eklampsia
sebagai berikut.3
6. Komplikasi dan Prognosis
Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta
korban besar dari ibu dan bayi. Dari berbagai pengumuman, diketahui kematian ibu berkisar
antara 9,8% - 25,5% sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yakni 42,2% - 48,9%.
Sebaliknya, kematian ibu dan bayi di negara maju lebih kecil. Tingginya kematian ibu dan
anak di negara-negara yang kurang maju disebabkan oleh kurang sempurnanya pengawasan
antenatal. Pasien eklampsia sering terlambat mendapat pengobatan yang tepat. Kematian ibu
biasanya disebabkan oleh perdarahan otak, dekompensasio kordis dengan edema paru-paru,
payah-ginjal, dan masuknya isi lambung ke dalam jalan pernapasan waktu kejangan.2

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, et al. Antepartum haemorrhage.
Williams Obstetrics. 23nd edition. McGraw Hill. 2010, hal. 708-9
2. Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Ed.3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2006, Hal 281 300
3. Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Kemenkes RI. 2013, hal 114-6

Anda mungkin juga menyukai