Anda di halaman 1dari 6

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 130

Artikel Penelitian

Hubungan Anxietas dengan Kejadian Amenore Sekunder pada


Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

1 2 3
Flora Oktavia , Desmiwarti , Yaslinda Yaunin

Abstrak
Amenore sekunder merupakan salah satu gangguan siklus menstruasi yang berkaitan dengan penurunan
fertilitas dan gangguan kesehatan organ reproduksi. Anxietas merupakan faktor yang dapat menyebabkan amenore
sekunder. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan anxietas dengan kejadian amenore sekunder
pada mahasiswi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas angkatan 2009 dan 2010 yang dipilih
sebagai subjek. Penelitian ini menggunakan cross sectional study dengan jumlah subjek 193 orang. Pengumpulan
data dari responden dilakukan dengan wawancara terpimpin (pengisian kuesioner). Analisis statistik yang digunakan
adalah uji chi square. Hasil penelitian menemukan bahwa kejadian amenore sekunder lebih banyak terjadi pada
responden yang mengalami anxietas (36,3%), jika dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami anxietas
(2,1%). Uji statistik chi square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara anxietas dengan kejadian amenore
sekunder (p<0,05) dan ada hubungan yang bermakna antara tingkat anxietas dengan kejadian amenore sekunder
berdasarkan uji statistik chi square (p<0,05).
Kata kunci: anxietas, amenore sekunder, mahasiswi

Abstract
Secondary amenorrhea is one a menstrual cycle disturbances have been associated with decreased fertility
and various health disorderson reproductive systems. Anxiety have been found at risk of disturbances of the
secondary amenorrhea.The objective of this study was to determine the association of anxiety with secondary
amenorrhea in female medical faculty of Andalas University.This study used cross sectional study design with 193
samples. Data was collected by guided interview. Statistic analysis used chi square test. Result of this study found that
incidence of secondary amenorrhea is more common in women who experience anxiety (36,3%), when compared with
who did not has anxiety (2,1%). Chi square test statistic showthere was significant relationship between anxiety and
secondary amenorrhea (p<0,05) and also there is significant relationship between anxiety levels and secondary
amenorrhea base on statistic square test (p<0,05).
Keywords:anxiety,secondary amenorrhea,female medical faculty

Affiliasi penulis : 1. Pendidikan Dokter FK UNAND (Fakultas Batasan usia remaja menurut WHO adalah usia 12
Kedokteran Universitas Andalas Padang, 2. Bagian Kebidanan FK 1
24 tahun dan belum menikah. Menurut Departemen
UNAND/RSUP Dr. M. Djamil Padang, 3. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
FK UNAND/RSUP Dr. M. Djamil Padang, Pendidikan dan Kebudayaan dikatakan remaja apabila
Korespondensi :Flora Oktavia, E-mail: Loraapris_91@yahoo.com individu telah berusia 18 tahun yang sesuai dengan
Telp: 082383617475
saat lulus dari sekolah menengah. Pada masa remaja
terjadi peningkatan ketegangan emosi akibat
PENDAHULUAN perubahan fisik dan kelenjar yang menyebabkan
Masa remaja merupakan masa transisi 2
remaja sangat sensitif dan rentan terhadap anxietas.
kehidupan yang menghubungkan masa anak ke masa Anxietas adalah suatu respon fisiologis dan
dewasa yang ditandai dengan percepatan psikologis manusia yang mencoba untuk
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. mengadaptasi dan mengatur tuntutan beban yang

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 131

berlebihan terhadapnya baik internal maupun Beberapa hasil study menunjukan bahwa
eksternal. Jika individu tersebut dapat mengatasi anxietas dapat mengaktivasi HPA aksis (Hipotalamus-
beban tersebut dengan baik artinya yang Pituitary-Adrenal) bersama-sama dengan sistem saraf
bersangkutan lah dikatakan tidak mengalami anxietas autonom yang menyebabkan beberapa perubahan
3
dimana fungsi organ tubuhnya juga tidak terganggu. diantaranya pada sistem reproduksi yakni siklus
8
Mahasiswa Kedokteran dalam kegiatannya juga tidak menstruasi yang abnormal.
terlepas dari anxietas. Peningkatan aktivitas HPA aksis sewaktu
Di negara Thailand, ditemukan sebanyak anxietas ditandai dengan hipersekresi Corticotropin
61,4% mahasiswi fakultas kedokteran mengalami Releasing Hormon (CRH) dari hipotalamus, akibatnya
distres dan di Malaysia, prevalensi anxietas mahasiswi terjadi peningkatan rangsangan pada hipofisis anterior
fakultas kedokteran adalah 41,9%. Pada mahasiswi untuk melepaskan Adrenocorticotropin Hormone
kedokteran penyebab anxietas dapat berasal dari (ACTH) yang berlebihan pula dikorteks adrenal. ACTH
dalam diri individu sendiri atau dari luar, misalnya berperan merangsang korteks adrenal untuk
anxietas akibat tuntutan orang tua akan prestasi mensintesis dan melepaskan hormon glukokortikoid
akademik, maupun dari lingkungan sekitar, misalnya yakni kortisol. Kadar ACTH yang tinggi dapat
suasana perkuliahan yang tidak nyaman atau adanya menimbulkan hiperaktivitas kelenjar adrenal, yang
4
ketidakharmonisan antar teman sekampus. menyebabkan peningkatan kadar kortisol dalam
Salah satu ciri khas dari kedewasaan darah. Kadar CRH yang tinggi juga dapat merangsang
perempuan adalah menstruasi. Menstruasi merupakan peningkatan pelepasan endorphin yang merupakan
hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis dan penghambat sekresi Gonadotropin Releasing Hormon
ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan (GnRH). Peningkatan kadar endorphins dan kortisol
sasaran pada saluran reproduksi. Namun demikian menyebabkan sekresi GnRH terhambat, sehingga
terdapat banyak variasi gangguan menstruasi baik sekresi Luteneizing Hormone (LH) yang di kontrol oleh
berupa gangguan organik ataupun fungsional. GnRH juga ikut terhambat sehingga menyebabkan
Dikatakan gangguan organik, bila pola dasar tidak terjadinya pematangan folikel dan ovulasi, dan
perdarahan normal atau tidak terganggu namun kegagalan korpus luteum dalam memproduksi
terdapat episode spotting atau perdarahan yang progesterone. Hal tersebut menyebabkan
menyertainya, maka penyebabnya sangat mungkin endometrium berlanjut pada fase proliferasi yang
suatu lesi organik lokal ataupun gangguan memanjang dan kadar estrogen turun sehingga
perdarahan. Sebaliknya, dikatakan gangguan menyebabkan terjadinya oligomenorrhea dan
9
fungsional, jika pola dasar perdarahannya berubah amenore.
yang sering disebabkan oleh tidak adanya ovulasi Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan
5
ataupun gangguan pola sekresi hormon. penelitian terhadap remaja putri yang mempunyai
Banyak faktor yang mempengaruhi siklus amenore sekunder pada Mahasiswi Pendidikan
menstruasi, baik faktor internal maupun faktor Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
eksternal. Beberapa studi menunjukan bahwa angkatan 2009 dan 2010 dengan dalih kepraktisan
prevalensi pada populasi wanita usia 18 50 tahun dan kedua angkatan tersebut memiliki tingkat anxietas
mengalami gangguan pada siklus menstruasinya. lebih tinggi akibat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang
Menurut hasil penelitian, pelajar lebih sering relatif rendah sehingga terancam drop out dan juga
mengalami gangguan siklus menstruasi.Siklus adanya tuntutan penulisan skripsi sebagai salah satu
menstruasi yang abnormal dipengaruhi oleh anxietas syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran.
6
psikologis. Dari beberapa hasil penelitian menunjukan Dalam hal ini peneliti hanya memfokuskan kepada
bahwa pelajar perawat di Kyushu mengalami remaja putri yang mengalami anxietas saja.
menstruasi yang tidak teratur akibat anxietas, Di
Jepang terdapat 63% mahasiswi yang mengalami
7
gangguan menstruasi.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 132

METODE Analisis Univariat


Jenis penelitian yang akan dilakukan pada Analisis univariat dilakukan terhadap tiap
penelitian tentang hubungan anxietas dengan kejadian variabel dari hasil penelitian. Tujuan dari analisis ini
amenore sekunder pada mahasiswi pendidikan dokter untuk menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap
angkatan 2009-2010 Fakultas Kedokteran Universitas variabel
Andalas, merupakan jenis survey dengan
menggunakan studi analitik observasional dengan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Anxietas pada
rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini Mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Universitas Andalas
Padang yang dilakukan pada bulan Maret 2013- Anxietas Frekuensi %

Januari 2014. Tidak 47 24,4


Populasi aktual pada penelitian ini adalah Ya 146 75,6

segenap mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Total 193 100.0

Andalas Padang. Sedangkan populasi target pada


penelitian ini adalah Mahasiswi pendidikan dokter Tabel 1 menunjukkan bahwa 75,6%
Fakultas Universitas Andalas Padang angkatan 2009- mahasiswi pendidikan dokter angkatan 2009 dan 2010
2010. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas mengalami
Pada penelitian ini subjek penelitian yang anxietas, sedangkan 24,4% tidak mengalami anxietas.
diambil adalah semua populasi yang hadir saat
penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Anxietas pada
memenuhi kriteria ekslusi. Kriteria inklusi pada Mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
penelitian adalah mahasiswi yang sudah mengalami Universitas Andalas
haid, haid teratur 3 bulan sebelum kuliah di FK, Anxietas Frekuensi %
mempunyai BMI (Body Mass Index) normal, tidak ada Ringan 39 26,7
riwayat penyakit sistemik, tidak merokok dan bersedia Sedang 58 39,7
menjadi responden dalam penelitian Berat 49 33,6
Pengambilan dan pengumpulan data Total 146 100.0
penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuisioner
yang lansung diisi oleh responden. Kemudian Tabel 2 menunjukkan bahwa anxietas yang
kuisioner langsung dikumpulkan pada hari yang sama paling banyak dialami mahasiswi pendidikan dokter
oleh peneliti. Pengolahan data penelitian dilakukan angkatan 2009 dan 2010 Fakultas Kedokteran
dengan cara editing,coding,entry, dan cleaning dan Universitas Andalas adalah anxietas sedang yaitu
dianalisis melalui analisis univariat dan bivariat untuk sebanyak 58 responden (39,7%), kemudian sebanyak
menarik kesimpulan. 49 responden (33,6%) mengalami anxietas berat, dan
39 responden (26,7%) mengalami anxietas ringan.
HASIL
Telah dilakukan penelitian pada bulan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Amenore Sekunder pada
November 2013 terhadap mahasiswi pendidikan Mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
dokter Angkatan 2009 dan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Universitas Andalas dengan cara menyebarkan
Amenore Sekunder Frekuensi %
kuisioner secara langsung dan mengumpulkannya
pada hari itu juga. Dari 242 mahasiswi pendidikan Tidak 139 72.0

dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas telah Ya 54 28.0

disebarkan 230 kuisioner dan berhasil dikumpulkan Total 193 100.0

sebanyak 218 kuesioner. Namun yang masuk kriteria


inklusi hanya 193 orang.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 133

Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa 38.0% Tabel 5. Hubungan Tingkat Anxietas dengan Kejadian
mahasiswi pendidikan dokter angkatan 2009 dan 2010 Amenore Sekunder pada Mahasiswi Pendidikan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas mengalami Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
amenore sekunder, sedangkan 72.0% tidak Diagnosa Amenore Sekunder
mengalami anxietas. Tidak Amenore
Tingkat Amenore Total
Sekunder
Anxietas Sekunder
Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui F % F % F %
hubungan antara variabel dependen dan variabel Tidak
1 2,1 46 97.9 47 100
independen. Anxietas
Ringan 2 5,1 37 94.9 39 100

Tabel 4. Hubungan Anxietas dengan Kejadian Sedang 3 5,2 55 94.8 58 100


Amenore Sekunder pada Mahasiswi Pendidikan Berat 48 98.0 1 2.0 49 100
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Total 54 28.0 139 72.0 193 100
Diagnosa Amenore Keterangan :
Sekunder F =Frekuensi
Tidak Total
Anxietas Amenore
Amenore
Sekunder PEMBAHASAN
Sekunder
Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan
F % F % F %
kuisioner kepada 230 responden. Dari 230 kuisioner
Ya 53 36,3 93 63,7 146 100
yang tersebar berhasil dikumpulkan sebanyak 218
Tidak 1 2,1 46 97,9 47 100
kuisioner, namun yang memenuhi kriteria inklusi dan
Total 54 28.0 139 72.0 193 100
dapat dijadikan sampel penelitian hanya 193
Keterangan :
F =Frekuensi responden.Penelitian yang dilakukan adalah
mengukur hubungan antara anxietas dengan amenore
Tabel 4 menunjukkan bahwa kejadian sekunder pada mahasiswi pendidikan dokter Fakultas

amenore sekunder lebih banyak terjadi pada Kedokteran Universitas Andalas.


responden yang mengalami anxietas (36,3%), jika
dibandingkan dengan responden yang tidak Hubungan anxietas dengan kejadian amenore
mengalami anxietas (2,1%). Berdasarkan uji statistik sekunder

yang diperoleh nilai p=0,00 (p< 0,05). Dapat Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil

disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna penelitian terhadap mahasiswi pendidikan dokter
antara anxietas dengan kejadian amenore sekunder Fakultas Kedokteran Universitas Andalas didapatkan
pada mahasiswi pendidikan dokter Fakultas bahwa yang mengalami anxietas pada tabel 1.adalah

Kedokteran Universitas Andalas. 75,6% dan yang tidak mengalami anxietas adalah
Tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang 24.4%. Sedangkan menurut tabel 3 mengenai
mengalami amenore sekunder paling banyak dialami diagnosa amenore sekunder terhadap mahasiswi

oleh responden yang mengalami anxietas berat angkatan 2009 dan 2010 sebanyak 72.0% tidak
(98,0%), jika dibandingkan dengan responden yang mengalami amenore sekunder dan 28.0% mengalami
tidak mengalami anxietas (2,1%), anxietas ringan amenore sekunder. Kemudian menurut tabel 4 tentang
(5,1%) dan anxietas sedang (5,2%). Berdasarkan uji hubungan antara anxietas dengan kejadian amenore
statistik yang diperoleh nilai p value = 0,00 (p< 0,05). sekunder didapatkan bahwa keadaan anxietas yang

Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan terjadi pada mahasiswi yang mengalami amenore
bermakna antara tingkat anxietas dengan kejadian sekunder adalah 36,3%. Sedangkan jumlah mahasiswi
amenore sekunder pada mahasiswi pendidikan dokter yang tidak anxietas pada mahasiswi yang mengalami

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. amenore sekunder adalah 2,1%.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 134

Korelasi antara anxietas dengan kejadian Hasil ini sesuai dengan penelitian Enggarsari
amenore sekunder dalam penelitian ini korelasinya pada tahun 2008 bahwa perbedaan tingkat anxietas
12
kuat hal ini sejalan dengan hasil penelitian Weishmerr berpengaruh terhadap pola menstruasi. Hal ini juga
et al pada tahun 2009, dimana ditemukan adanya diperkuat oleh penelitian Coppen Alec dkk pada tahun
keterlibatan sistem neuroendokrinologi terutama 2004 bahwa terbukti secara signifikan wanita yang
melalui aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Keadaan memiliki tingkat anxietas yang tinggi memiliki risiko
13
anxietas pada akhirnya akan menyebabkan gangguan pola menstruasi yang lebih besar.
penurunan kadar GnRH dalam darah. Melalui jalan Pada wanita dengan gejala amenore
inilah terjadi gangguan pada pola menstruasi. sekunder menunjukkan keadaan hiperkortisolisme
Gangguan yang termasuk sering ditemukan yang bisa menyebabkan siklus menstruasi yang
diantaranya adalah amenore sekunder, dimana sebelumnya normal menjadi amenore sekunder
ditemukan peningkatan kortisol dalam darah pada ataupun polimenore. Gejala-gejala klinis yang timbul
10
wanita dengan amenore sekunder. ini tergantung pada derajat penekanan GnRH. Gejala-
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan gejala ini umumnya bersifat sementara dan biasanya
penelitian Rakhmawati pada tahun 2012 bahwa risiko kembali normal apabila keadaan anxietas yang dialami
1
gangguan siklus menstruasi seperti polimenore dan bisa diatasi.
amenore 2 kali lebih besar terjadi pada responden Cowen dkk pada tahun 2005, dalam
yang mengalami tingkat anxietas berat dibandingkan penelitiannya menemukan adanya peningkatan kadar
yang mengalami tingkat anxietas ringan. Dimana kortisol pada penderita tingkat anxietas berat. Selain
keadaan anxietas menyebabkan peningkatan CRH itu penekananan sekresi GnRH pada anxietas berat
dan glukokortikoid sehingga menghambat sekresi menghambat pelepasan FSH dan LH sehingga tidak
GnRH oleh hipotalamus yang menyebabkan fluktuasi terjadi pematangan folikel dan ovulasi, tidak
kadar FSH dan LH dan lama proses pada masa terbentuknya estrogen dan tidak terjadinya proliferasi
14
proliferasi dan sekresi mengalami pemendekan sehingga terjadi oligomenore dan amenore.
11
ataupun pemanjangan. Berdasarkan uji chi square didapatkan
Hasil uji statistik chi square menunjukan ada hubungan yang bermakna antara tingkat anxietas
hubungan yang bermakna antara anxietas dengan dengan kejadian amenore sekunder yang dialami oleh
kejadian amenore sekunder (p value <0,05). Hal ini mahasiswi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran
membuktikan bahwa anxietas meningkatkan kejadian Universitas Andalas dengan nilai p=0,00.
amenore sekunder.
KESIMPULAN
Hubungan tingkat anxietas dengan kejadian Ada hubungan yang bermakna antara
amenores sekunder anxietas dengan kejadian amenore sekunder. Ada
Dari hasil penelitian didapatkan responden hubungan yang bermakna antara tingkat anxietas
yang mengalami amenore sekunder paling banyak dengan kejadian amenore sekunder.
dialami oleh responden yang mengalami tingkat
anxietas berat (98%). Sedangkan kejadian amenore UCAPAN TERIMA KASIH
sekunder paling sedikit dialami oleh responden yang Ucapan terimakasih kepada Dr. Desmiwarti,
mengalami tingkat anxietas ringan (5,1%). Sehingga, Sp.OG(K) dan Dr.Yaslinda Yaunin, Sp.KJ(K)., yang
berdasarkan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan telah banyak memberikan bimbingan, bantuan dan
bahwa dengan adanya peningkatan tingkat anxietas motivasi dalam penelitian ini. Terimakasih kepada
dapat meningkatkan risiko kejadian amenore teman-teman pendidikan dokter Fakultas Kedokteran
sekunder. Universitas Andalas angkatan 2009 2010 atas
bantuan teknis dalam pelaksanaan penelitian.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 135

DAFTAR PUSTAKA Dr. Rusdi Medan. Medan: Fakultas Keperawatan


1. Isnaeni, Desty N. Hubungan antara stres dengan Universitas Sumatera Utara; 2011.
pola menstruasi D IV Kebidanan jalur reguler 9. Sperroff L, Marca AF. Clinical endocrinology
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta: and infertility. Edisi ke-7. USA: Lippincott
Jurusan Kebidanan Fakultas Kedokteran Williams & Wilkins. Baltimore; 2005.
Universitas Sebelas Maret; 2010. 10. Weishmerr, et al. Research: stress and female
2. Pardede N. Dalam: Buku Ajar I Tumbuh reproductive function. a study of daily variations
Kembang Anak dan Remaja. Jilid I. Edisi ke-1 in cortisol , gonadotropins in a rural mayan
IDAI : Moersintowati, et al (editor).. Jakarta: PT. population. 2009.
Sagung Seto; 2002. hlm. 138 9. 11. Rakhmawati A. Hubungan obesitas dengan
3. Pinel JPJ. Biopsikologi. Edisi ke-7. Yogyakarta: kejadian gangguan siklus menstruasi pada
PT. Pustaka Pelajar; 2009. wanita dewasa muda. Semarang: Fakultas
4. Carolin. Gambaran tingkat stres pada mahasiswa Kedokteran Diponegoro; 2012.
pendidikan sarjana kedokteran Universitas 12. Enggarsari A. Perbedaan tingkat stres antara
Sumatera Utara. Medan: Universitas Sumatera mahasiswa berkepribadian etrovert dan introvert
Utara; 2010. dalam mengerjakan (skripsi). Fakultas Psikologi
5. Marshall AG, Scott E. endocrinology adult and Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim;
pediatric. Edisi ke-6. Philadelphia: Saunders 2008.
Elsevier; 2010. hlm: 1256 9. 13. Coppen A, et al Research: interactions of
6. Nepomnaschy PA, Sheiner E, Mastorakos G, corticotropin-releasing factor of stress-induced
Arck PC. Research: stress, immune function, and amenorrhea. Oregon, USA; 2009.
womens reproduction. 2007. 14. Cowen, et al. Strategies and methods for
7. Onimura K, Yamaguchi K. The menstrual research on sex differences in brain and
disturbance and stres in nursing students. 1996. behavior. Dalam: Becker JB, Arnold AP, Berkley
8. Zuiatna, Dian. perubahan pola haid saat ujian KJ, editor (penyunting). Endocrinolog; Baltimore,
pada mahasiswi tingkat III Akademi Kebidanan USA; 2005;146(4):1650-72.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1)

Anda mungkin juga menyukai