Anda di halaman 1dari 4

HASIL PRAKTIKUM

LAPORAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Praktikum Fisiologi Hewan

Dosen Mata Kuliah: Iwan Ridwan Yusup, M.Pd

Disusun oleh:

FINNA OKTAVIA SUSANTI


1122060031

TARBIYAH DAN KEGURUAN PROGRAM PENDIDIKAN BIOLOGI


UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
Jl. A.H. Nasution No. 105 Cibiru Bandung 40614
2014
Praktikum 4

Judul Praktikum : TERMOREGULASI

Tujuan Praktikum :

Mempelajari perubahan aktivitas jantung Daphnia sp. Dalam berbagai temperatur


lingkungan
Menentukan koefisien aktivitas (Q10)
Analisis
Dari praktikum mengenai termoregulasi yaitu pada hewan Dapnhia sp terhadap
beberapa suhunyang berbeda. Adalah sebagai berikut:
Pada suhu 150C memiliki Q10 =1.2, suhu 250C memiliki Q10 =0.92, suhu 350C
memiliki Q10 =1.08, suhu 450C memiliki Q10 = 0 karena Daphnia nya mati, kemudian
untuk suhu terakhir yaitu itu suhu 550C Q10 nya 0 karena Daphnia nya mati.
Secara teori, termorelugasi merupakan salah satu bentuk respon fisiologis
(penyesuaian dir) yang dilakukan oleh hewan terhadap perubahan temperatur
lingkungannya. (Team pengajar,2014). Berdasarkan pengaruh suhu lingkungan terhadap
suhu hewan, maka hewan dibagimenjadi dua golongan, yaitu poikioterm dan homoiterm.
Suhu tubuh hewan poikioterm dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian
dalam lebih tinggi dibandingkan dengansuhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut
hewan berdarah dingin. Di lain pihak hewanhomoiterm disebut hewan berdarah panas.
Suhu tubuh hewan homoiterm lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam
otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Endotermik biasanya mempertahankan suhu
tubuh mereka di sekitar 35 40C (Duke, 1985).
Pada hewan poikiloterm yang hidup di air seperti Daphnia sp, suhu tubuhnya sangat ditentukan
oleh keseimbangan konduksi dan kenveksi dengan kondisi air sekelilingnya. Kenaikan suhu akan
mempengaruhi laju metabolisme dan meningkatkan laju respirasi. Daphnia merupakan hewan akuatik
yang sangat sensitive terhadap perubahan lingkungan.
Pada praktikum ini, kami mengambil suhu yang 550 C, dan untuk Daphnia nya mati ketika di
simpan pada suhu 550 C, sehingga tidak memiliki Q10, hal ini terjadi dan sesuai secara teori, karena secara
teori peningkatan suhu lingkungan akan meningkatkan aktivitas hewan sampai batas kisaran toleransi
hewan yaitu pada suhu < 550C, sehingga pantas saja jika pada suhu 550C, Daphnia nya mati karena
suhunya sudah lebih dari batas kisaran toleransi hewan,
Kemudian untuk hasil pengamatan yang kedua yaitu mengenai perubahan aktivitas jantung
Daphnia pada beberapa suhu. Secara teori diharapkan untuk hasil pengamatan akan sesuai dengan hukum
Vant Hoff yaitu bahwa setiap peningkatan suhu sebesar 10 0C akan meningkatkan laju konsumsi oksigen
atau dalam hal ini adalah denyut jantung sebesar 2 sampai 3 kali kenaikan. (Team pengajar,2014)
Untuk suhu yang 15 0C menghasilka Q10 = 1,2 kemudian suhu dinaikan sebesar 100 yaitu
suhunya menjadi 250C yang menghasilkan Q10 = 0,92 terlihat untuk laju konsumsi O 2 dari
suhu yang 15 0 C ke suhu yang 250 C mengalami penurunan, sedangkan secara teori harusnya
jika suhu dinaikan sebanyak 10 0 C, maka untuk laju konsumsi O2 akan mengalami kenaika
sebesar 2 sampai 3 kali, hal ini dikarenakan Daphnia merupakan hewan yang sangat
sensitif terhadap suhu lingkungan ketika kita menempatkan Daphnia pada suhu lingkungan
0
25 kemudian memindahkan Daphnia itu ke mikroskop untuk diamati berapa laju konsumsi O2 nya
suhu lingkungan menjadi berubah sehingga seharusnya laju konsumsi itu naik malah
menurun, kemudian untuk perubahan dari suhu 25 0C yang mengasilkan Q10 =0,92 ke suhu
yang 350 C yang menghasilkan Q10 = 1,08 mengalami peningkatan meskipun tidak 2
sampai 3 kali kenaikan dari Q10 pada suhu yang sebelumnya, hal ini sama seperti kasus
sebelumnya yang suhu lingkungan pada Daphnia berbeda-beda atau bisa dikatakan tidak
konstan. Kemudian untuk selanjutnya yaitu suhu 450C yang menghasilkan nilai Q10 = 0, hal
ini dikarenakan R2 dalam penghitungannya memiliki nilai 0, sehingga meskipun pada suhu
ini Daphnia memiliki denyut jantung tapi nilai Q10 nya 0, hal ini tidak sesuai dengan teori
kalau Daphnia akan meningkatkan aktivitas sampai batas kisaran toleransi <55 0C, tapi
pada praktikum ini meskipun pada suhu yang <55 0C Daphnia sudah tidak memiliki
peningkatan aktivitas lagi.
Hal yang mempengaruhi hasil pengamatan pada praktikum ini dengan hasil teori
selain suhun ketika memindahkan Daphnia dari gelas kimia yag di set suhunya ke
mikroskop terjadi perubahan sehingga hasilnya pun tidak maksimal, ada juga faktor yang
menyebabka hasil pengamatan praktikum yang kami lakukan tidak sesuai dengan teori hal
ini dikarenakan salah menghitung denyut jantung pada Daphnia, karena ekor pada
Daphnia sangat aktif bergerak-gerak sehingga kita yang mengamati dibawah mikroskop
ertukar untuk menghitung denyut jantung, bisa saja kita bukan menghitung denyut jantung
melainkan jumlah gerakan ekornya, sehingga hasil perhitunganpun kurang maksimal.

Daftar Pustaka

Campbell,dkk. 2005. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga


Goenarso, Darmadi. 2005. Fisiologi Hewan. Jakarta: Universitas Terbuka
Pengajar, team. 2014. Modul Praktikum Fisiologi Hewan. Bandung: Prodi Pendidikan

Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati

Anda mungkin juga menyukai