2017
LAPORAN PRAKTIKUM
Kelompok 1B:
2017
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui karakteristik tepung legum.
2. Mengetahui pengaruh persentase komposit tepung legum dalam hasil
pengolahan.
3. Mengetahui mutu hasil pengolahan tepung legum.
II. METODE
2.1 Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Kamis/02 Maret 2017
Pukul : 07.00-18.00
Tempat : Laboratorium TPHP
Alat Bahan
1. Baskom 1. Tepung kacang kedelai
2. Neraca 2. Tepung kacang hijau
Bahan-Bahan
3. Mangkok
4. Beaker glass
5. Sentrifuse
6. Buret
Persiapan
Pembuatan Roti, Mie, Brownies dan Cookies
Pembuatan Adonan
Pembentukan
Pendiaman Pendiaman Pemaanggangan
Giling tipis, diamkan
Pencetakkan
Pengamatan
Pemisahan supernatan
Pemisahan supernatan
Pengukuran Brownies
Pemanggangan
Mie Basah
Penimbangan Penimbangan
Penggamatan cookies
Hasil Hasil
Roti
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
1501277
1. Densitas kamba
Densitas kamba dapat diartikan sebagai sifat fisik bijian untuk
merencanakan gedung, volume alat pengolahan dan alat transportasi.
Densitas kamba diukur sebagai jumlah massa bahan per volume yang
ditempatinya termasuk ruang kosong diantara bahan (Nurhidajah, dkk,
2010). Dalam praktikum menggunakan gelas ukur 50 ml, dari keenam
kelompok densitas kamba dari kacang kedelai setelah dirata-ratakan yaitu
0,4673 g/ml. Sedangkan densitas kamba dari kacang hijau setelah dirata-
ratakan yaitu 0, 7738 g/ml.
Menurut Nurhidajah, dkk (2010) yang melakukan penelitian pada tepung
kacang hijau bahwa terdapat pengaruh dari perendaman dan pengupasan
bagi nilai densitas kamba. Tepung kacang hijau yang menerima perlakuan
pengupasan akan cendrung mengalami penurunan nilai densitas kamba.
Sedangkan tepung kacang hijau yang sebelumnya tidak menerima perlakuan
pengupasan akan menghasilkan densitas kamba yang besar.
Menurut Prabowo (dalam Sihotang, 2015), bahwa densitas kamba
dipengaruhi oleh kadar air yang terkandung, bahan yang memiliki kadar air
yang tinggi menyebabkan berat dari bahan yang diukur lebih besar dalam
volume wadah yang sama. Semakin tinggi kadar air partikel tepung
menjadi lebih berat dan volume rongga partikel menjadi lebih kecil karena
partikel yang terbentuk semakin besar dan menyebabkan nilai densitas
kamba meningkat.
2. Daya serap air
Menurut Makmoer (dalam Astawan, dkk, 2006) bahwa daya serap air
tergantung dari mutu protein dan jumlah asam aminio polar dalam tepung.
Daya serap air tepung kedelai yang tinggi karena mengandung asam amino
amionik lebih banyak seperti asam glutamat, asam aspartan dan lisin, oleh
karena itu dapat meningkatkan kemampuan daya serap air (Kinsela, dalam
Astawan, dkk,2006). Dari hasil pengamatan bahwa antara kacang hijau dan
kacang kedelai yang memiliki daya serap air paling tinggi yaitu kacang
hijau. Sedangkan kandungan protein kacang kedelai lebih tinggi
dibandingkan dengan kacang hijau. Menurut Astawan (2008) bahwa kacang
kedelai memiliki kandungan protein yang tinggi sekitar 35% bahkan dalam
varietas unggul mencapai 40-44%, dan menurut Zaidah (2009) kandungan
protein kacang kedelai hanya 22, 9%. Hal itu menunjukkan ketidaksesuain
hasil praktikum dengan teori yang ada.
3. Daya serap minyak
Menurut Sihotang (2015), daya serap minyak berkaitan dengan daya serap
air dan struktur protein. Daya serap minyak ini sangat penting untuk
diketahui, agar kita bisa mengetahui jenis tepung mana yang mampu
menyerap minyak dan baik digunakan untuk membuat produk. Dari hasil
pengamatan, daya serap minyak yang paling tinggi yaitu tepung kacang
hijau.
Dalam praktikum kali ini tepung legum yaitu terdiri dari tepung kacang
kedelai dan kacang hijau dimanfaatkan untuk membuat roti, mie, brownis dan
cookies. Dalam pembuatan keempat produk tersebut, tepung legum dicampurkan
dengan tepung terigu. Persentase tepung kacang kedelai dan kacang hijau yang
digunakan yaitu 10% dan 20%. Penambahan 10% atau 20% tepung legum pada
pembuatan produk tersebut sangat mempengaruhi sifat fisik produk.
A. Roti
Hal yang paling utama dalam pembuatan roti yaitu tingkat
pengembangan roti. Menurut Koswara (2009), adanya gluten pada tepung
terigu dapat memungkinkan adonan menahan gas pengembang. Sehingga
menyebabkan produk roti dapat mempunyai struktur yang berongga halus dan
seragam serta tekstur yang lembut dan elastis. Digunakannya tepung terigu
dalam pembuatan roti yaitu dapat menyerap air dalam jumlah yang banyak
untuk mencapai konsistensi adonan, elastisitas yang baik sehingga
menghasilkann roti dengan remah halus, tekstur lembut dan volume besar.
Sehingga tepung terigu yang digunakan yaitu jenis hard flour yang
mempunyai protein yang tinggi.
Tingkat pengembangan adonan tentu berhubungan pula dengan adanya
ragi roti yang berasal dari sel khamir Saccharomyces cereviceae. Adanya ragi
berfungsi sebagai pengembang adonan dengan memproduksi gas CO2,
memperlunak gluten dengan asam yang dihasilkan serta memberi aroma roti.
Dalam praktikum kali ini, pembuatan roti menggunakan tepung
komposit yang terdiri dari tepung terigu dan tepung kacang kedelai atau
tepung kacang hijau dengan persentase 10% dan 20%. Dari hasil pengamatan,
perbedaan yang mencolok dari roti yang ditambahkan kacang hijau 10% dan
20% yaitu pada warna bagian dalam roti, tekstur dan tingkat pengembangan.
Pada roti yang ditambahkan tepung kacang hijau 10%, bagian dalam
roti berwarna kuning kusam, seperti roti pada umumnya karena hanya sedikit
yang ditambahkan. Berbeda dengan roti dengan penambahan tepung kacang
hijau 20% , bagian dalam roti berwarna hijau pucat karena penambahan
tepung kacang hijau yang cukup banyak. Timbulnya warna hijau itu karena
kacang hijau yang diolah menjadi tepung tidak dikupas terlebih dahulu
kulitnya. Sedangkan pada roti dengan tepung kacang kedelai 10% dan 20%
menghasilkan warna yang sama pada bagian dalam roti yaitu berwarna
kuning pucat.
Pada tingkat pengembangan, roti dengan tepung kacang hijau dan
tepung kacang kedelai 20% lebih memiliki tingkat pengembangan yang lebih
tinggi. Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian Kartiawan dkk (dalam
Kartiwan, dkk, 2007) bahwa penambahan tepung komposit berpengaruh
negatif pada tingkat pengembahan dan kemekaran adonan roti. Semakin
banyak tepung komposit yang ditambahkan, maka semakin rendah tingkat
kemekaran adonan roti. Penelitian yang dilakukan Kartiwan, dkk (2007),
tingkat kemekaran roti yang optimal dapat dipertahankan dengan
penambahan tepung komposit 10%, setelah melebihi 10% maka tingkat
kemekaran rotinya secara bertahap berkurang.
Sedangkan berdasarkan perbedaan terkstur, roti dengan tepung kacang
hijau 10% lebih lembut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kartiwan,dkk
(2007) bahwa semakin tinggi tepung maka tingkat keempukan menurun.
Pemberian tepung komposit sampai 10% menghasilkan roti yang empuk.
Tingkat keempukan yang semakin menurun pada penambahan tepung
komposit yang banyak disebabkan karena ukuran pori yang kecil, struktur roti
yang mampat dan elastisitas berkurang. Sedangkan pada roti dengan tepung
kacang kedelai 10% dan 20%, tekstur yang dihasilkan yaitu keras.
B. Mie
Sama halnya dengan roti, dalam pembuatan mie dibutuhkan tepung
terigu. Kandungan gluten pada mie akan menciptakan mie yang elastis dan
tahan terhadap penarikan sewaktu proses produksi (Koswara,2009).
Perbedaan yang mencolok antara mie dengan tepung kacang hijau
10% dan 20% yaitu pada warna. Pada penambahan tepung kacang kedelai
10%, mie yang dihasilkan berwarna kuning kecoklatan. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian yang dilakuan oleh Diniyati (2012) bahwa penambahan
tepung kacang hijau 10% akan menunjukkan warna oranye pada seluruh
bagian mie. Sedangkan pada penambahan tepung kacang kedelai 20%, mie
yang dihasilkan berwarna hijau kecoklatan, karena cukup banyak tepung
kacang hijau yang ditambahkan. Warna hijau tersebut berasal dari kulit
kacang hijau yang tidak dikupas sebelum diolah menjadi tepung.
Pada mie dengan penambahan tepung kacang kedelai menunjukkan
warna kuning pada penambahan 10% sedangkan pada penambahan 20%
menunjukkan warna kuning. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Diniyati
(2012) bahwa penelitian yang dilakukan Martina menunjukkan bahwa
penambahan tepung kedelai berpengaruh sangat nyata terhadap mie yang
dihasilkan. Semakin banyak tepung kedelai yang ditambahkan, maka semakin
gelap warna mie yang dihasilkan.
Pada aroma, rasa dan penampakan, mie dengan penambahan tepung
kacang hijau 10% dan 20% menunjukkan hal yang sama, begitu pula dengan
mie penambahan kacang kedelai 10% dan 20%.
C. Brownies
Menurut Sulistiyo (dalamVania, 2010), bahan penyusun utama
pembuatan brownies antara lain telur, lemak, gula dan terigu. Adapun
ditambahkan emulsifier dan bahan pengembang.
Tepung terigu yang digunakan dalam brownies adalah tepung terigu
lunak (Subarna, dalam Vania, 2010). Alasan menggunakna tepung terigu
lunak menurut Matz (dalam Vania, 2010) yaitu dapat membentuk adonan
yang lebih lembut dan lengket.
Dalam praktikum kali ini, tidak hanya tepung terigu yang digunakan
tetapi terdapat penambahan tepung kacang kedelai dan kacang hijau. Dari
hasil pengamatan didapatkan bahwa rasa dari masing-masing brownies
berasal dari rasa kacang hijau dan kacang kedelai.
Terdapat perbedaan dalam penampakan yaitu brownies dengan
penambahan tepung kacang hijau terdapat bintik-bintik hijau di bagian
bawahnya. Hal tersebut berasal dari warna kulit kacang hijau yang tidak
dikupas sebelum diolah menjadi tepung.Selain itu pada warna brownies
berubah menjadi coklat setelah dipanggang, disebabkan karenaadanya reaksi
mailard.
D. Cookies
Cookies termasuk jenis biskuit yang memiliki kadar lemak tinggi,
renyah dan bila dipatahkan penampang potongnya bertekstur kurang padat.
Menurut Surani (dalam Zaidah, 2009) olahan cookies tidak memerlukan
bahan yang dapat mengembang artinya memiliki kandungan gluten yang
tinggi. Cookies harus renyah, tidak cepat menyerap air dan tidak mudah
hancur.
Menurut Zaidah (2009), bahwa dalam pembuatan cookies dapat
memanfaatkan tepung terigu yang berkadar gluten rendah karena tidak
membutuhkan pengembangan volume. Sehingga penambahan tepung kacang
hijau dan kacang kedelai sangat cocok dalam pembuatan cookies.
Pada cookies penambahan kacang hijau, warna yang dihasilka yaitu
warna krem kehijauan sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakuan oleh
Zaidah dkk (2009) penambahan tepung kacang hijau 10% menghasilkan
warna krem. Perbedaan tersebut terdapat pada pengolahan tepung kacang
hijaunya.
Pada praktikum digunakan tepung kacang hijau yang tidak
mengalami pengupasan kulit sebelum diolah menjadi tepung. Pada cookies
penambahan kacang kedelai, warna yang dihasilkan yaitu krem sesuai dengan
warna tepung kacang kedelai.
Aroma yang dihasilkan berdasarkan aroma dari tepung kacang hijau
dan tepung kacang kedelai. Faktor yang mempengarruhi aroma cookies yaitu
pemanggangan, yang bertujuan untuk mendapatka cita rasa menarik dan
aroma khas (Habsari, dalam Sidabutar, 2013). Berdasarkan tekstur, cookies
dengan penambaha kacang hijau lebih renyah dibandingkan dengan cookies
tepung kacang kedelai.Kerenyahan dipengaruhi oleh adanya penambahan
margarin untuk memperbesar volume, sebagai stabilitas cookies,
memperbaiki tekstur dan penampakan, pembentuk warna, aroma, serta
meningkatkan nilai gizi (Apriyanto, dalam Sidabutar, 2013).
Semakin tinggi substitusi tepung komposit organik menyebabkan
penurunan pada tingkat kelembutan, kesukaan terhadap aroma, rasa,
penerimaan secara keseluruhan; dan peningkatan pada intensitas warna
(Astuti, dkk, 2010)
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan karakteristiknya densitas kamba terbesar, daya serap air dan
daya serap minya terbesar yaitu tepung kacang hijau.
2. Persentase 10% dan 20% setiap tepung komposit sangat mempengaruhi
hasil dari produk olahan tersebut
3. Warna, rasa dan aroma dapat terpengaruh dari jenis tepung yang digunakan
dan persentasenya.
4.2 Saran
Lebih tertib saat menyiapkan alat dan bahan sehingga kerja yang dilakukan
dapat lebih teratur serta penyampaian (penulisan di papan tulis) hasil
pengamatan dari masing-masing kelompok harus jelas.
DAFTAR PUSTAKA
3.2 Pembahasan
Kedelai mengandung protein, zat besi, kalsium, vitamin A, B, B1 , B2,
yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis kacang lainnya. Biji kedelai terdiri
dari 7,3 persen kulit, 90,3 persen kotiledon (isi ataudagingkedelai) dan 2,4
persen hipokotil. Kedelai mengandung protein rata-rata 35 persen, bahkan dalam
varietas unggul kandungan proteinnya dapat mencapai 40-44%. Kacang hijau
lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lain. Biji kacang hijau terdiri atas tiga
bagian utama, yaitu kulit biji (10%), kotiledon (88%) dan lembaga (2%). Pada
bagian kulit biji kacang hijau mengandung mineral antara lain fosfor (P), kalsium
(Ca), dan besi (Fe) (Muchtadi,2010).
Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau sangat
halus tergantung proses penggilingannya. Biasanya digunakan untuk keperluan
penelitian, rumah tangga, dan bahan baku. Berasal dari bahan nabati misalnya
tepung terigu dari gandum, maizena dari jagung, tepung kedelai dan tepung
kacang hijau. Rata-rata tepung mempunyai sifat gluten, dimana yang dimaksud
dengan gluten yaitu suatu senyawa protein yang terdapat pada tepung terigu yang
bersifat kenyal dan elastis (Soerjandoko,2010).
Tepung terigu merupakan bahan dasar dalam pembuatan roti dan mie.
Keistimewaan terigu diantara serealia lain adalah adanya gluten yang merupakan
protein yg menggumpal, elastis serta mengembang bila dicampur dengan air.
Gluten digunakan sebagai bahan tambahan untuk mempertinggi kandungan
protein dalam roti. Biasanya mutu terigu yang dikehendaki adalah terigu yang
memiliki kadar air 14%, kadar protein 8 - 12%, kadar abu 0,25 0,60% dan
gluten basah 24 36%. Dalam proses pembuatan roti dan mie, bahan-bahan yang
digunakan harus berkualitas, baik agar dihasilkan produk roti dengan kualitas
yang baik sehingga perlu dilaksanakan seleksi bahan. Setelah didapat bahan
dengan kualitas yang baik kemudian dilakkukan penimbangan. (Astawan, 2002).
Roti merupakan produk sumber karbohidrat dan memiliki sifat fisik dan
tekstural yang mempengaruhi mutu adalah struktur roti termasuk di dalamnya
adalah ukuran, bentuk dan distribusi pori-pori, serta ketebalan dinding pori. Selain
itu, penting pula karakteristik kulit roti, yang meliputi antara lain warna dan
kekerasan.
Mie basah merupakan jenis mie yang mengalami proses perebusan setelah
tahap pemotongan dan sebelum dipasarkan. Biasanya mie basah dipasarkan dalam
keadaan segar. Mie basah di Indonesia dikenal sebagai mie kuning atau mie
bakso. Mie basah memiliki cita rasa yang khas dan penyajiannya dapat
dicampurkan dengan makanan lain sehingga mie basah banyak disukai orang.
komposisi gizi mie basah per 100 gram bahan yaitu energi 86 kal, air 80 g,
karbohidrat 14 g, lemak 3,3 g dan protein 0,6 g. Selain kelebihan yang ada pada
mie basah, juga terdapat kekurangan yakni daya simpannya relatif singkat yaitu
40 jam pada suhu kamar karena kadar air mie basah dapat mencapai 52%.
Penyimpanan mie basah pada suhu kamar selama 40 jam menyebabkan
tumbuhnya kapang dan bakteri (Setyajaya dan Nawansih, 2008).
Mie basah memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan sebagai suatu
usaha, baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar. Hal ini karena mie basah
merupakan makanan yang sudah dikenal oleh masyarakat dan dapat dibuat
menjadi bermacam jenis olahan makanan. Bahan baku utama dalam pembuatan
mie adalah tepung terigu yang diformulasikan dengan bahan lain. Formulasi
utama adalah tepung terigu, air dan garam. Ketiga komponen utama tersebut akan
menentukan warna, penampakan dan mouth feel (cita rasa dimulut). Tepung yang
digunakan harus bisa menghasilkan mie yang warnanya bersih dan terang, terasa
lunak dan elastis di mulut (Saragih dkk, 2007).
Pada praktikum kali ini, kami membuat roti dan mie basah control yang
menggunakan substitusi tepung kacang kedelai 10% dan 20% serta roti dan mie
basah dengan menggunakan subtitusi kacang hijau 10% dan 20%. Beberapa
karakteristik sensori yang diamati dari roti yaitu warna permukaan, warna bagian
dalam, pori-pori, rongga, aroma, rasa, tingkat pegembangan, tekstur, kenampakan
roti, perubahan tinggi adonan roti sebelum dan setelah dipanggang. Sedangkan
pada mie basah dilakukan pengamatan karakteristik sensori pada warna, aroma,
rasa, kemudahan pembentukan, tekstur dan kenampakan.
1. Roti
Densitas
Warna
Warna permukaan roti dengan tepung komposit kacang hijau 10% dan 20
% yaitu berwarna coklat, sama seperti roti dengan tepung komposit kedelai 10%
dan 20%. Berdasarkan hasil pengamatan dari kedua jenis tepung komposit yang
digunakkan dalam pembuatan roti, tidak terlihat perbedaan warna pada masing-
masing roti.
Untuk warna bagian dalam pada roti tepung komposit kacang hijau 10%
dan 20% yaitu berwarna kuning kusam dan hijau pucat. Sedangkan warna bagian
dalam pada tepung komposit kedelai 10% dan 20% yaitu berwarna kuning
berongga. Berdasarkan hasil pengamatan dapat kita lihat bahwa tepung komposit
dengan persentase 20% menghasilkan warna asli dari tepungnya masing-masing
baik warna hijau untuk tepung kacang hijau dan warna kekuningan untuk tepung
kacang kedelai, hal ini berarti pigmen dari kacang-kacangan yang sangat kuat
sehingga mempengaruhi warna produk yang di hasilkan.
Aroma
Aroma pada roti tepung komposit kacang hijau 10% memiliki aroma
terigu dengan aroma kacang hijau, tepung komposit kacang hijau 20% memiliki
aroma khas kacang hijau, tepung komposit kacang kedelai 10% dan tepung
komposit kacang kedelai 20% memiliki aroma khas roti pada umumnya. Tepung
komposit 20% lebih mengeluarkan aroma legum karena formulasi legumnya yang
lebih banyak di bandingkan dengan tepung komposit yang hanya 10%.
Rasa
Rasa pada roti dengan kedua jenis tepung yang berbeda hampir sama
semuanya yaitu hambar dan tawar. Hal tersebut terjadi karena perbandingan
dalam penambahan garam dan bahan lain tidak sesuai sehingga tidak terasa asin
pada roti.
Tingkat Pengembangan
Untuk roti pada kedua jenis tepung yang berbeda, tingkat pengembangan
yang paling tinggi dihasilkan oleh roti dengan jenis tepung kacang hijau 20%%
sebesar 36% cm dan tepung kedelai 10% yaitu 18,75%. Hal ini di karenakan
tepung terigu yang menjadi tepung komposit mengandung banyak gluten dimana
fungsi gluten itu sendiri berperan mengontrol kepadatan adonan, melarutkan
garam, menaham dan menyebarkan bahan-bahan bukan tepung secara seragam,
membasahi dan mengembangkan pati serta menjadikannya dapat dicerna.
Sehingga membuat roti mengembang. Faktor lainnya yaitu dari cara pembuatan
apabila sesuai perlakuan maka akan membuat tingkat pengembangan lebih besar.
Tekstur
Tekstur dari setiap roti baik roti dengan tepung komposit kacang hijau atau
kacang kedelai sama yaitu hampir sama. Untuk tekstur dari tepung komposit
kacang hijau 10% dan 20% bagian luarnya bertekstur kering atau keras, dan
bagian dalamnya lembut. sedangkan untuk tekstur dari tepung komposit kacang
kedelai 10% dan 20% bagian luarnya keras dan bagian dalamnya empuk. Tekstur
yang halus di sebabkan karena adanya penambahan kuning telur dan margarin.
Fungsi dari telur itu sendiri yaitu untuk memperlemas jaringan zat gluten karena
adanya lesitin dalam telur yang mengakibatkan roti menjadi lebih empuk dan
lemas. sedangkan untuk tekstur yang keras itu diakibatkan karena roti yang tidak
mengembang atau masih dalam keadaan sedikit belum matang.
Kenampakan
Kenampakan roti pada semua sampel hampir sama memiliki rongga, hal
tersebut terjadi karena adanya proses fermentasi yang mengakibatakan CO2 yang
di hasilkan terperangkap dalam adonan sehingga adonan berongga. Selain itu juga
faktor yang mengakibatkan kenampakan roti berongga yaitu karena proses
pemanggangan.
Dari hasil pengamatan dan hasil penghitungan, adonan roti yang lebih
mengembang di hasilkan oleh adonan kacang hijau 20% dengan tinggi
sebelumnya adalah 2,5 cm dan sesudahnya adalah 3,4 cm. Lalu untuk kacang
kedelai 10% yaitu 3,2 cm dan sesudahnya adalah 3,8 cm. hal tersebut terjadi di
karenakan lebih banyaknya kandungan gluten dari tepung kontrol di bandingkan
dengan tepung komposit.
2. Mie Basah
Warna
Aroma
Rasa
Mie dengan jenis tepung komposit yang berbeda-beda memiliki rasa yang
sama yaitu kurang hambar tidak adanya penambahan penyedap rasa dan
komposisi garamnya pun cenderung sangat sedikit yaitu dari 100 gram sampel
hanya di tambahkan 2,6 gram itu artinya hanya 1,3%
Kemudahan pembentukan adonan
Mie dari tepung komposit kacang kedelai ataupun komposit kacang hijau
relatif mudah dibentuk karena terdapat banyak kandungan gluten yang
mengakibatkan adonan mudah dibentuk.
Tekstur
Mie yang terbuat dari tepung komposit, memiliki tekstur yang kenyal. Hal
tersebut terjadi karena terdapat kandungan gluten meskipun tidak sebanyak pada
tepung terigu murni. Namun hal tersebut mempermudah pembentukan dan
membuat teksturnya lebih kenyal.
3. Brownies
Warna
Aroma
Untuk aroma, brownies kacang hijau dan kacang kedelai sendiri memiliki
aroma khas brownies pada umumnya. karena bahan pembuatannya pun sama
seperti bahan pembuatan brownies pada umumnya.
Rasa
Rasa yang dihasilkan dari kedua brownie tersebut adalah rasa khas dari
masing masing tepung yang di gunakkan. Yaitu rasa manis+ kacang hijau dan
manis+ kedelai, hal tersebut terjadi karena rasa dan aroma khas legum itu
memang sangat kuat.
Tingkat Pengembangan
Tekstur
Kenampakan
4. Cookies
Warna
Warna permukaan yang dihasilkan pada cookies kacang hijau yaitu coklat
kehijauan sedangkan pada cookies kacang kedelai berwarna cokelat. Untuk warna
bagian dalam pun tidak jauh berbeda, cookies coklat memiliki warna krem
kehijauan dan cookies kedelai berwarna cokelat. Hal tersebut terjadi karena
kacang hijau memberikan warna alami sehingga untuk cookies kacang hijau
warna yang dihasilkan tidak jauh dari warna hiau itu sendiri.
Aroma
Aroma yang dihasilkan yaitu khas, tidak jauh berbeda dengan pembuatan
brownies atau roti sebelumya. aroma untuk cookies kacang hijau beraromakan
khas cookies kacang hijau begoti pula denan cookies kacang kedelai. Lalu rasa
yang dihasilkan cookies kacang hijau adalah manis+ kacang hijau sedangkan pada
cookies kacang kedelai adalah tidak terlalu manis.
Tekstur
Tekstur dari kedua cookies sedikit berbeda, yakni renyah kering dan
renyah keras. Renyah kering dihasilkan pada cookies kacang hijau sedangkan
renyah keras dihasilkan pada cookies kacang kedelai. Hal tersebut bisa saja terjadi
karena faktor suhu, atau faktor tidak mengembangnya adonan. Untuk kenampakan
dari cookies kacang hijau adalah browning sama seperti cookies biasanya, namun
pada cookies kedelai bagian atasnya pecah.
VI.PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1) Pada saat pembuatan roti terjadi proses fermentasi dari adanya
penambahan ragi dan gluten yang terkadung dalam tepung. Gluten
tersebut merangkap gas CO2 yang dihasilkan pada saat proses
fermentasi
2) Tepung kacang kedelai dan kacang hijau dapat di gunakkan dalam
pembuatan mie roti brownies dan cookies.
3) Pada pembuatan mie tekstur kenyal dan tidak mudah putus mie
disebabkan oleh penambahan CMC/agar
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
3.2 Pembahasan
Pada pembahasan ini merupakan pembahasan dari praktikum
Pembuatan tepung Legume, dan sekaligus pengaplikasiannya, tepung
merupakan bahan turunan yang bahan baku pembuatan bahan makanaan yang
berbentuk padatan halus dan lembut dengan ukkuran yag sangat kecil,
menurut djoni wibowo (2012) tepung merupakan padatan partikel partikel
kecil yang yang berbentuk butiran butiran halus bahkan sangat halus
tergantung pada pemakaian nya, tepung biasa digunakan pada penelitian
maupun dalam kebutuhan rumah tangga, missal pada pembuatan kue, roti dan
sebagainya seperti apa yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu
pengembangan produk dari tepung legume untuk menjadi suatu produk
makanan yang dapat dinikmati konsumen, atau dapat dikatakan juga sudh
menjadi produk jadi pembuatan produk jadi ini dapat menjadi parameter
penelitian pembuatan produk turunan dari tepung dan penelitian karakteristik
tepung,
Selain singkong dan jagung gluten juga terdapa pada tepung kedelai
dimana menurut penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, maka dari itu
tepung legume juga mempunyai karakteristik dapat menjadi pengembang
dalam pembuatan produk roti, maka dalam penelitiann tentang produk
turunan dari tepung legume ini menyatakan tentang karakteristik tepung
legume yang sama sama dilakukan pengujian,
Pembuatan produk turunan tepung legume pada penelitian kali ini ialah
pembuatan roti,kukis,mie,dan kukis, dengan berbahan dasar tepung, yang
dimana tepung kacang hijau dan kacang kedelai ini dikombinasikan dengan
tepung terigu, dengan konsentrasi sebanyak 20% untuk memudahkan pada
saat penelitian, untuk mengetahui perubahan karakteristik dari sebelum dan
sesudah dilakukann perlakuan pada bahan tepung tersebut,
Coockies
Roti
Pada roti substitusi kacang kedelai 10% warna yang dihasilkan adalah
kuning muda hal yang sama juga terjadi pada roti substitusi kacang kedelai
20%. Aroma yang dihasilkan adalah bau khas kacang kedelai yang lebih kuat,
hal ini dikarenakan senyawa volatil yang terkandung dalam kacang kedelai.
Tingkat perkembangan pada roti substitusi kacang kedelai 10% lebih rendah
jika dibandingkan dengan roti substitusi kacang kedelai 20%, hal ini
dikarenakan kandungan glukosa lebih tinggi pada roti substitusi kacang
kedelai 20% sehingga menyebabkan proses pemecahan glukosa lebih baik
sehingga menghasilkan rasa yang lebih manis dan juga melepaskan gas
karbon dioksida yang mengakibatkan roti mengembang lebih baik. Tekstur
yang dihasilkan juga kenyal dan kasar di permukaan hal ini dikarenakan
kandungan protein yang tinggi pada kacang kedelai. Ada perubahan yang
terjadi pada pembuatan roti ketika sudah matang diantaranya perubahan
karakteristik dari roti, terjadi pencoklatan pada bagian luar roti hal ini
diakibatkan karena bagian luar mengalami kontak secara langsung dengan
suhu oven dan Loyang yang digunakan untuk mematangkangkan roti,
kemudian terjadi perubahan pada aroma dimana aroma roti menjadi lebih
kuat, teksturnya menjadi keras dan bagian dalamnya menjadi llunak sehingga
dapat disobek untuk kenampakan nya mengembang, permukaannya aga keras
disbanding bagian dalam, dan berongga rongga ini diakibatkan oleh gas yang
terdapat pada bahan sehingga roti dapat mengembang akibat terjadinya reaksi
dari gas tersebut.
Brownies
Brownies merupakan makanan yang memiliki rasa manis yang khas,
brownies biasa disajikan di acara pernikahan hajatan dan sebagainya
brownies memiliki beberapa kesamaan dengan bolu, dimana proses
pematangan nya yang hamper sama dan juga memiliki teksutr yang sama,
perbedaan lain nya yaitu brownies tidak mengalami pengembangan yang
begitu besar pada adonan dan produknya. Pada penelitian membuat brownies
dengan mengsubtitusikan bahan dimana bahan tersebut adalah sample tepung
legume yaitu tepung kedelai dan juga tepung kacang hijau.
Hal ini memiliki beberapa perbedaan dari segi karakteristik kedua
sample ini, diantaranya memiiki perbedaan aroma warna dan kenampakanya,
pada sample kacang hijau memiliki warna coklat pudar, dan bagian dalam nya
berwarna coklat tua, rasanya manis dan rasa khas kacang hijau, terjadi
pengembangan sebesar 60%, memiliki tekstur yang embut dan dan berongga
ini terjadi karena adanya gas yang terperangkap di dalam sehingga
membentuk rongga dan bagian lainnya mengembang, bagian bawahnya kasar
ini dikarenakan brownies mengalami kontak langsung dengan Loyang.
Perubahan tingggi dari yang sebelumnya yaitu setinggi 2,5 cm.
Dan karakteristik pada sampel yang menggunakan subtitusi kacang
kedelai mengalami perubahan warna bagian luar menjadi coklat tua dan
bagian dalamnya erwarna coklat, beraroma khas brownies diperkirakan
karena konsentrasi keelai yang hanya 20% ini menjadinkan aroma kedelai
tidak begitu tercium dala sample ini, memeiliki rasa manis khas brownies dan
berpad dengan rasa khas kedelai, mengembang sebesar 30%, hal ini karena
kanaungan yang terkadung dala bahan sample kacang kedelai memiliki
sedikit gas yang bereaksi sehingga gas yag bertugas untuk mengembbang kan
produk juga sedikit, juga teksturnya ini sedikit kasar karena tidak
mengembang atau mengembangnya tidak lebih dari 50% karena ini juga
dapat menjadi faktor yang membuat brownies ini kasar, yang diakibatkan
oleh kontak langsung antara adonan dan Loyang.
VI.PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penelelitian karakteristik tepung legume dan prosesnya memeiliki
rangkaian tahapan yang cukup panjang karena harus ada seperti
perendaman yang tidak bisa dipercepat, Pembuatan tepung dengan
menggunakan bahan dasar kacang kedelai dan kacang hijau dapat
dilakukan dengan berbagai tahapan prosedur, mulai dari penimbangan,
perendaman, perebusnperhitungan randemen densitas kamba,
penggrinderan dan pengayakan dan pengemasan tepung.
Daya serap air pada tepung dapat dijadikan parameter
pencampuran antara tepung dan air untuk membuat sebuah produk, ini
juga menunjukan kapasitas daya serap air pada produk tepung, Daya serap
minyak pada tepung menunjukan kapasitas tepung dalam menyerap
minyak. Gluten menunjukan kadar protein yang terkandung dalam tepung
dan sebagainya. Karakteristik tepung dapat dijadikann parameter dalam
usaha produksi mulai dari penggudangan tepung dan pembuatan produk
turunan tepung.
Terjadi beberapa perubahan ketika pembuatan produk turunan
dari tepung yang bersubtitusi tepung legume. Adanya perbedaan
pengembangan pada pembuatan produk brownies antara yang
menggunakan subtitusi kedelai dan kacang hijau.
4.2 Saran
Penambahan waktu dan alat praktikum agar praktikum dapat
dilaksanakan dengan optimal dan stabil oleh stiap kelompoknya.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2013. Pedoman Teknis Pengelolaan
Kedelai.Jakarta hlm 50.
Djoni wibowo 2012. . Keragaman Mutu Pati Beberapa Varietas Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Serealia : Sulawesi Selatan
liyana 2003:2. Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk Pangan. Trubus
Agrisarana : Surabaya
J.Dostalova, P. K. 2009. The Changes of - Galaktosidase during Germination and
High Pressure Treament of Legume Seeds. Czech J. Food Sience , S76
Koswara S.. 2013. Modul: Teknologi Pengolahan Umbi-Umbian Bagian 2:
Pengolahan Umbi Porang. Southeast Asian Food And Agricultural Science
and Technology (SEAFAST) Center. Bogor Agricultural University.
Muchtadi, dkk. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bandung : Alfabetha.
Sunaryo, E. 1985. Pengolahan Produk Serealia dan Biji-bijian. Fateta IPB :
Bogor
Muljohardjo, 1987. Teknologi Pengolahan Pati. PAU Pangan dan Gizi UGM :
Yogyakarta.
Yuliyanti. 2012. Studi Persiapan Tepung Sorgum (Sorgum bicolor L. Moench) dan
Aplikasinya pada pembuatan Beras Analog. Jurnal Teknologi Pertanian
Vol. 12 No. 3 (Desember 2012): 177-186. Diakses tanggal 3 maret 2017.
Gilang Azi Pratama
1501132
3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini adalah pemanfaatan tepung kacang kedelai dan kacang
hijau dalam pembuatan roti dan mie dengan memerhatikan pengaruh gluten pada
roti dan karakteristik roti dan mie. Roti merupakan salah satu makanan pokok
yang banyak dikonsumsi oleh masyrakat indonesia dan setiap tahunya meningkat.
Pada umumnya roti terbauat dari tepung terigu yang berasal dari gandum, namun
kali ini roti yang dibua menggunakan bahan baku dari kacang kedelai dan kacang
hijau. Pada kacang hijau terdapat karbohidrat sebesar 62,5% sehingga dapat
digunakan sebagai sumber energi. Karbohidrat tersusun atau pati, gula dan serat
kasar (Rahayu, 1993). Berdasarkan hasil pengamatan dalam pembuatan roti
dengan penambahan substrat kacang hijau sebesar 20% dengan 10% lebih
mengembang pada roti dengan penambahan substrat 10% hal ini karena kacang
hijau terdiri dari banyak karbohidrat dan tidak memiliki gluten sehingga pada roti
yang ditambahkan substrat sebanyak 20% lebih bantet daripada roti dengan
penambahan substrat 10%. Menurut (Arlene, Witono, & Fransisca, 2009) roti
tawar pada umumnya dapat mengembang akibat aktivitas ragi Saccharomyces
cerevisiae yang membebaskan CO2 selama proses fermentasi. Gas CO2 dapat
tertahan dalam adonan jika tepung mengandung gluten. Tepung kedelai sering
dikenal sebagai soyflour dan grit. Bahan tersebut biasanya mengandung 40-50%
protein (Gozalli, 2015). Pengembangan roti pada tepung kedelai lebih
mengembang karena banyak terkandung protein yang membentu memperangkap
CO2 dan membuatnya lebih mengembang.
Menurut (Belitz & Grosch, 1999) tepung kedelai organik memiliki kapasitas
penyerapan air dan kapasitas penyerapan minyak yang lebih tinggi pada suhu
rungan. Tepung komposit organik memiliki kapasitas penyerapan air yang lebih
tinggi dibanding terigu sedangkan densitas kamba dan kapasitas penyerapan
minyak hanya sedikit lebih tinggi. Hasil pengematan densitas kamba menunjukan
kacang kedelai lebih rendah dibanding kacang hijau karena pada kacang kedelai
terdapat banyak protein yang sifatnya non polar yang tidak mungkin menyatu
dengan air yang bersifat polar. Daya serap minyak pada terigu kedelai lebih
rendah daripada tepung terigu kacang hijau yang seharusnya menurut (Belitz &
Grosch, 1999) daya serap minyak pada tepung terigu kacang kedelai lebih tinggi
karena banyak mengandung protein dan lemak didalamnya. Salah satu faktor yang
menyebabkan daya serap minyak pada tepung kacang hijau tinggi karena kulit
kacang hijau yang tidak dikupas sehingga banyak substan yang bersifat non polar
teserap oleh tepung kacang hijau.
Salah satu produk populer yang cukup populer dan disenangi oleh berbagai
kalangan masyarakat adalah brownies. Menurut (Suprapti, 2003) tepung kacang
kedelai berpotensi mengganti tepung terigu karena selain kadar pati yang tinggi
34,9% dan terdapat pengaruh protein pada kacang kedelai pada kekerasan
brownies. Berdasarkan hasil pengamatan tingkat kekerasan lebih tinggi dari
kacang hijau, hal di jelaskan pada peryataan (Suprapti, 2003). Cookies merupakan
salah satu jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi,
relatif renyah bila dipatahkan dan penampang potonganya tertekstur padat
(Yulianti, 2015). Hasil pengamatan cookies dengan tepung kedelai mengalami
pecah pada bagian permukaan cookies. Secara umum pengertian mie adalah bahan
pangan bentuk pipih dengan diameter 0,07-0,125 inchi, dibuat dari tepung terigu
dengan penambahan air, telur dan air abu melalui ekstusi basah. Menurut
(Yustiareni, 2000) mie basah adalah produk makanan yang terbuat dar terigu baik
dengan atau tanpa penambahan bahan baku lain, dan bahan tambahan makanan
yang diizinkan, berberntuk mier yang tidak kering, serta mempunyai kadar air
maksimal 65%. Hasil pengamatan tekstur mie yang terbuat dari tepung kedelai
adalah lebih susah untuk dibentuk dibanding tepung kacang hijau karena kacang
kedelai memiliki banyak protein dan lemak sehingga air tidak bisa bersatu yang
menyebabkan keelastisan mie berkurang hal ini selaras dengan pernyataan
(Widaningrum, Widowati, & Soekarto, 2005) penambahan tepung kedelai
menyebabkan tekstur mie semakin kurang elastis serta agak kasar sehingga
porositas mie semakin rendah yang menyebabkan air yang diserap oleh mie
semakin sedikit sehingga padatan yang keluar semakin sedikit pula. Hasil
pengamatan penambahan kacang kedelai dengan tingkat 20% menunjukan beda
nyata dengan penambahan tepung kacang hijau.
IV.PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arlene, A., Witono, J. R., & Fransisca, M. (2009). Pembuatan Roti Tawar dari
Tepung Singkong dan Tepung Kedelai. Teknologi Pangan, 80-84.
Belitz, H., & Grosch, W. (1999). Food Chemistry. Germany: Springer.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2013. Pedoman Teknis Pengelolaan Kedelai.Jakarta
hlm 50.
Gozalli, M. (2015). Karakteristik Tepung Kedelai dari Jenis Impor dan Lokal
(Varietas Anjasmoro dan Baluran) dengan Perlakuan Perebusan dan
Tanpa Perebusan (Skripsi). Jember: Universitas Jember.
Koswara S.. 2013. Modul: Teknologi Pengolahan Umbi-Umbian Bagian 2:
Pengolahan Umbi Porang. Southeast Asian Food And Agricultural Science
and Technology (SEAFAST) Center. Bogor Agricultural University.
Hasil rata-rata pada densitas kamba kacang hijau adalah 0.7738 g/ml. Dan
pada kacang kedelai adalah 0.4673 g/ml. Terlihat dari data tersebut bahwa kacang
hijau lebih besar densitasnya dibandingkan kacang kedelai karena semakin besar
massa kacang-kacangan tersebut maka densitas kamba yang didapat semakin
kecil, hal ini disebakan karena terdapat banyak ruang kosong didalam bahan saat
diukur, dan semakin kecil massa kacang-kacangan maka densitas kamba semakin
besar karena terdapat sedikit ruang kosong dalam bahan saat pengukuran.
Menurut Anita, (2009), densitas kamba menunjukkan keringkasan suatu bahan
dalam menempati volume. Semakin tinggi densitas kamba menunjukkan bahwa
produk semakin padat.
Selanjutnya adalah uji daya serap air. Daya serap air merupakan parameter
yang menunjukkan besarnya kemampuan bahan menarik atau mengikat air
disekelilingnya untuk berikatan dengan partikel bahan atau bertahan pada antara
partikel bahan. Menurut Elliason (2004) daya serap air berkaitan dengan
komposisi granula dan sifat fisik pati setelah ditambahkan dengan air, sehingga
daya serap air juga menentukan jumlah air yang dibutuhkan untuk proses
gelatinisasi pati selama pemasakan. Daya serap air dipengaruhi oleh kadar air
bahan serta rasio amilosa-amilopektin (Wirakartakusumah dan Febriyanti, 1994).
Pada pengolahan produk, daya serap air menunjukkan jumlah air yang
dapat diserap oleh bahan yang mencerminkan tingkat kelunakan bahan. Parameter
keberhasilan daya serap air juga dapat digunakan untuk menentukan jumlah air
yang perlu ditambahkan pada saat pengolahan untuk mendapatkan mutu produk
yang optimal.
Pengujian karakteristik yang terakhir adalah daya serap minyak. Daya
serap minyak merupakan sebuah paramater yang menunjukan besarnya
kemampuan untuk mengikat minyak. Bahan yang mempunyai daya serap minyak
cocok untuk diolah dengan cara digoreng.
Hasil pengujian daya serap minyak dari kacang kedelai adalah 13.32 %
dan pada kacang hijau didapat 14,70 %. Kacang kedelai mempunyai kadar lemak
dan protein yang besar. Tetapi, faktor pada saat pengolahan, kulit dari kacang
kedelai dipisah sehingga komponen proteinnya akan berkurang. Sedangkan pada
kacang hijau, kulit dari kacang hijau tidak dikupas sehingga protein yang
terkandung lebih besar daripada kacang kedelai. Protein yang berada didalam
kacang kedelai dan kacang hijau akan berikatan dengan lipid. Sehingga ikatan
protein dan lipid akan membentuk minyak.
1. Mie
Aroma yang tercium dari hasi pembuatan mie juga berbeda, ada yang tidak
berbau dan sebagian dominan aroma amis dari penambahan telur. Faktor yang
bisa membedakan aroma mie tentu dari komposisi tepung komposit yang berbeda-
beda, serta keadaan telur yang tidak sama.
Rasa yang diciptakan oleh mie dominan hambar, karena pada saat
pengolahan, hanya garam yang ditambahkan kedalam adonan dan tidak ada
penambahan rasa lainnya. Garam berfungsi memberikan rasa, memperkuat
tekstur, dan mengikat air (Astawan, 1999)
Hampir semua mie yang dihasilkan mudah dibentuk, ini karena semua
bahan telah terikat satu sama lain serta sifat adonan yang lemabab dan tidak keras.
Hal ini yang membuat mie mudah dibentuk.
Semua tekstur pada mie adalah kenyal, kenyal diakibatkan adanya tepung
terigu sebagai bahan pembentuk struktur, sumber karbohidrat, sumber protein, dan
pembentuk sifat kenyal gluten. itu lah yang menyebabkan tekstur mie menjadi kenyal.
2. Roti
1. Warna
Hasil dari seluruh pembuatan roti mendapatkan warna yang coklat, karena
warna coklat yang didapat berasal dari proses pemanggangan sehingga
warnanya menjadi coklat.
2. Warna bagian dalam
Warna yang terdapat dibagian dalam roti bervariatif, terdapat kuning kusam,
hijau pucat, dan kuning. Hal yang mempengaruhi perbedaan warna bagian
dalam yaitu karena konsentrasi tepung subtitusi yang berbeda.
3. Aroma
Aroma yang terdapat pada roti menunjukan hasil yang berbeda-beda. Aroma
dalam roti berbeda tergantung bahan baku tepung yang digunakan. Dan juga
penambahan tepung komposit yang menyebabkan aroma menjadi bervariatif.
4. Rasa
Rasa terhadap roti didapatkan dominan hambar, karena dari awalnya kita
membuat roti tawar, garam hanya ditambahkan sedikit saja. Bisa saja pada
pembuatan roti ditambahkan gula supaya terdapat rasa manis dan menambah
citarasa.
5. Tingkat pengembangan
Faktor pengembangan roti terjadi karena adanya penambahan ragi. Ragi
membentuk volume fermentasi berlangsung, selain keadaan suhu, pembuatan roti
sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara. Semakin panas suhu ruangan, semakin
cepat proses fermentasi dalam adonan roti. Sebaliknya, semakin dingin suhu
ruangan semakin lama proses fermentasinya (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
Proses dimana adonan diistirahatkan juga bertujuan agar roti mengembang. hasil
pengamatan menunjukkan bahwa pada semua roti mengalami proses
pengembangan. Faktor yang menyebabkan roti itu bisa mengambang bisa terjadi
karena pengadukan, pengulenan, dan terdapat ragi didalam roti tersebut.
6. Tekstur
Tekstur pada roti dipengaruhi oleh bahan bahan yang digunakan pada
proses pembuatan roti, adanya gluten yang bereaksi dengan air dapat membentuk
massa yang elastis dan dapat mengembangkan. Roti yang bagus memiliki tingkat
kekenyalan yang cukup, tidak terlalu keras dan tidak terlaku lembek. Jika ditekan,
roti akan kembali kepada bentuk asal. Liang pori yang tidak terlalu besar. Roti
yang berkualiti tidak memiliki rongga yang terlalu besar, kerana semakin kecil
rongganya maka roti tersebut makin banyak menyimpan kelembaban sehingga
menghasilkan rasa yang lembut (siti nurhidayah, 2009).
7. Kenampakan
Kenampakan yang terjadi pada roti mendapatkan hasil yang berongga.
Maupun kacang hijau dan kacang kedelai. Kenampakan roti dipengaruhi oleh
penyimpanan, selama penyimpanan, akan mengalami perubahan seperti terjadinya
remah. Terbentuknya remah dipengaruhi oleh retogradasi molekul pasti.
Retrogradasi pati adalah kristalisasi dan dehidrasi pati.
8. Perubahan tinggi adonan
Semuanya mengalami perubahan kenaikan tinggi, Perubahan tinggi
adonan roti terjadi karena adanya penggunaan ragi. Dimana oksigen yang masuk
ke dalam adonan pada saat pencampuran digunakan untuk tumbuh oleh khamir,
akibatnya akan terjadi kondisi anaerob dan proses fermentasi.
3. Brownies
Secara umum, brownies adalah salah satu jenis roti namun memiliki
bentuk yang case hardening atau bantet dan terbuat dari coklat sehingga
dinamakan brownish (kecoklatan) atau biasa disebut brownies.
1. Warna
Warna brownies pada kacang hijau adalah coklat pudar, sedangkan pada
kacang kedelai berwarna coklat tua. Hal tersebut dikarenakan penambahan
tepung komposit yang menyebabkan warna brownies menjadi variatif.
2. Warna bagia dalam
Karna bagian dalam pada brownies kacang hijau berwarna coklat tua,
sedangkan kacang kedelai berwarna coklat. Hal ini bisa terjadi karena
faktor ketidakmeratanya pengocokan adonan.
3. Aroma yang didapat pada kacang hijau dan kacang kedelai adalah khas
roti
4. Rasa
Rasa yang didalam mempunyai rasa manis seperti halnya brownies dan
juga terdapat sedikit rasa dari tepung kompositnya yaitu kacang hijau dan
kacang kedelai.
5. Tingkat pengembangan
Brownies subtitusi tepung kacang hijau maupun kacang kedelai tidak
terlalu jauh berbeda kira kira pengembangan tingginya sebesar 0,1 cm dan
1,5 cm.
6. Tekstur
Tekstur dari brownies adalah berongga dan lembut.
7. Kenampakan
Bagian bawah yang berwarna hijau pada tepung kompoit kacang hijau
mungkin sebagian kacang hijau terdai peluhuran.
4. Cookies
1. Warna
Warna pada tepung komposit kacang hijau menunjukan coklat
kehijauan, sedangkan kacang kedelai adalah coklat. warna hijau dihasilkan
dari pigmen kacang hijau dan menjadi hijau kecoklatan karena adanya
kandungan klorofil sehingga warna cookies lebih gelap serta adanya
kandungan protein dalam kacang hijau yang berpengaruh terhadap
terjadinya reaksi maillard yang menghasilkan senyawa berwarna coklat
yang disebut melanoidin [Nurbaya, dkk. 2013. Dalam : Jurnal Pangan dan
Agroindustri Vol. 1. Pemanfaatan Talas Berdaging Umbi Kuning
(Colocasia esculenta (L.) Schott) dalam Pembuatan Cookies].
2. Aroma
Aromanya adalah khas cookies kacang hijau ada juga yang khas
cookies. Aroma cookies berasal dari senyawa volatil yang ada dalam
bahan baku (kacang kedelai dan kacang hijau).
3. Rasa
Hasilnya adalah ada yang manis dan ada kurang manis. Tergantung
menambahkan gula pada adonan, rasa juga berasal dari bahan baku yang
ditambahkan, selain itu gula dan margarin juga dapat mempengaruhhi
aroma dan rasa pada cookies.
IV.PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Untuk mengetahui karakteristik dari tepung legum yaitu kacang
hijau dan kacang kedelai dilakukan pengujian. Pengujian densitas,
pengujian daya serap air, dan pengujian daya serap minyak.
2. Penambahan tepung komposit bisa dilakukan untuk menambah
nutrisi serta meambah inovasi produksi olahan pangan.
3. Mutu hasil produk pangan bisa dilakukan pengamatan warna,
tekstur, aroma, kenampakan, tingkat pengembangan, dan rasa.
4.2 Saran
Praktikum minggu lalu sudah baik, tetapi masih ada sedikit kekarangan
yaitu timbangan yang masih harus mengantri menyebabkan waktu
cepat habis.
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Sri. 2009. Studi Sifat Fisiko-Kimia, Sifat Fungsional Karbohidrat, dan
Aktivitas Antioksidan Tepung Kecambah Kacang Komak (Lablab
purpureus (L.) sweet). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Astawan Made, 1999. Membuat mie dan Bihun. Penebar Swadaya. Jakarta
Astawan, M. (2002). Cegah Hipertensi dengan Pola Hidup Sehat. Diakses dari
(http://www. Depkes.go.id).
Badrudin, C. 1994. Modifikasi Tepung Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz)
sebagai bahan pembuatan mie kering. Skripsi. Fakultas Tehnologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2013. Pedoman Teknis Pengelolaan
Kedelai.Jakarta hlm 50.
Elliason, 2004. Starch in Food, Structure, Function, and Application. CRC-Press,
Washington.
J.Dostalova, P. K. 2009. The Changes of - Galaktosidase during Germination and
High Pressure Treament of Legume Seeds. Czech J. Food Sience , S76.
Koswara S.. 2013. Modul: Teknologi Pengolahan Umbi-Umbian Bagian 2:
Pengolahan Umbi Porang. Southeast Asian Food And Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center. Bogor Agricultural
University.
Mudjajanto, Eddy Setyo dan Lilik Noor Yulianti. 2004. Membuat Aneka Roti.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Nurhidayah, Siti. (2009). Perbandingan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Pisang Raja
(Musa AAB 'Pisang Raja') dengan Vitamin A, Vitamin C dan Katekin
melalui Perhitungan Bilangan Peroksida. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Nurbaya, S. R. 2013. Pemanfaatan talas berdaging umbi kuning (Colocasia
Esculenta (L) Schoott) dalam pembuatan Cookies. Jurnal Pangan dan
Agroindustri Vol. No 1 p: 46-55.
Retno et al. 2005. Pembuatan Keju Dari Susu Kacang Hijau Dengan Bakteri
Lactobacillus Bulgaricus. E k u i l i b r i u m. Vol. 4 (2) :58 63
Syarief, R dan A. Irawati, 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian.
Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta
Wirakartakusumah, M.A. & Febriyanti, T. 1994. Studi Karakteristik Fisiko Kimia
dan Fungsional Tepung Ubi Kayu. Seri Penelitian Pangan Lanjut. 1: 95-
110. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Instutut Pertanian
Bogor
Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
LEMBAR KONTRIBUSI