Oleh :
Kelompok 19
Asisten Praktikum :
Sri Wiji Utami I14160011
Dela Ayu W I14160013
Erika Siahaan I14160069
Latar Belakang
Roti merupakan produk yang terbuat dari tepung terigu yang difermentasi
ragi roti (Saccharomyces cereviseae), garam, air, dan dengan atau bahan
tambahan seperti susu, pengemulsi, gula, dan lemak. Roti dimasak dengan cara
dipanggan atau dioven. Roti dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan
formulasinya, yaitu roti manis, roti tawar, dan adonan soft rolls. Adonan roti
manis dibuat dengan penggunaan gula lebih banyak, lemak, dan telur. Adonan roti
tawar dibuat dengan menggunakan sedikit gula, susu, dan tanpa lemak. Adonan
soft rolls dibuat dengan formula gula dan lemak relatif lebih banyak dari adonan
roti tawar (Suryatna 2015).
Roti merupakan makanan berbasis tepung-tepungan yang biasa dimakan
sebagai makanan selingan. Tepung yang digunakan utamanya adalah tepung
terigu yang memiliki kandungan protein tidak larut disebut gluten. Sifat gluten
membuat adonan tepung menjadi elastis seperti karet, memanjang, dan mampu
menahan gas CO2 hasil fermentasi ragi. Kemampuan menahan gas tersebut yang
menyebabkan roti lebih mengembang (Kartiwan et al. 2015). Tepung terigu yang
digunakan dibedakan jenisnya berdasarkan kandungan proteinnya. Cake, cookies,
dan kue dapat menggunakan tepung terigu protein rendah, sedangkan mie dan
roti menggunakan tepung terigu protein tinggi (Suryatna 2015).
Roti yang memiliki kualitas baik ditandai dengan penyebaran pori-pori roti
yang merata. Proses fermentasi dan pembakaran dapat membentuk lubang atau sel
udara pada roti. Jumlah dan ukuran pori-pori berkaitan dengan tingkat
pengembangan dan keempukan roti. Jenis tepung yang digunakan memiliki
pengaruh yang cukup terhadap pembentukan pori-pori pada roti. Kualitas baik
dari roti dapat diketahui dari tekstur roti yang empuk, lentur, dan daya tolak
terhadap tekanan atau gigitan relatif rendah (Kartiwan et al. 2015).
Pengolahan bahan pangan merupakan pengubahan bentuk asli kedalam
bentuk yang mendekati bentuk untuk dapat segera dimakan. Semua cara masak
atau pengolahan makanan juga dapat mengurangi kandungan gizi makanan, tetapi
dapat memberikan dampak menguntungkan terhadap beberapa komponen zat gizi
bahan pangan seperti menghilangkan mikroorganisme, meningkatkan daya cerna,
dan menurunkan senyawa antinutrisi (Sundari et al. 2015). Peran seorang ahli gizi
adalah dapat mengolah bahan pangan menjadi olahan pangan dengan
mempertahankan kandungan gizi sehingga dapat meningkatkan status gizi
seseorang. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa gizi untuk memiliki
kemampuan mengolah bahan pangan, khususnya roti dan pastry.
Tujuan
Bakpao
Teknik Pengolahan
Uji Organoleptik
METODE
Praktikum Kulinari dan Gizi dilaksanakan pada hari Jumat, 8 Mei 2020
pukul 13.00 - 16.00 WIB. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Dietetik dan
Kulinari Lantai 1, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Prosedur Kerja
Tepung terigu protein rendah, tepung maizena, garam, gula pasir, ragi instan, dan
baking powder dicampur dan diaduk rata
↓
Air dituangkan ke dalam adonan
↓
Adonan dicampur hingga rata
↓
Margarin ditambahkan
↓
Adonan kemudian diuleni hingga kalis atau tidak lengket di tangan
↓
x
x
↓
Adonan dibagi menjadi masing-masing memiliki berat 50 gram
↓
Adonan bakpao diisi dengan coklat, dibentuk bulat, dialasi dengan daun pisang
↓
Adonan didiamkan selama 10 menit
↓
Steamer dipanaskan, bakpao dikukus selama 10 menit hingga matang
Gambar 1 Prosedur membuat bakpao
Resep
Bahan dasar yag digunakan dalam pembuatan bakpao, antara lain tepung
terigu, tepung maizena, garam, gula, air, isian coklat, ragi instan dan baking
powder. Masing-masing bahan perlu diperhatikan kualitasnya untuk menghasilkan
bakpao yang memiliki rasa yang baik dan terjamin keamanan pangannya. Tepung
terigu dibedakan berdasarkan kandungan proteinnya, yaitu tepung terigu protein
tinggi (12 - 14% protein), tepung terigu protein sedang (9-11,5% protein), dan
tepung terigu protein rendah (7 – 11% protein). Pembuatan bakpao menggunakan
tepung terigu berprotein rendah (Forsalina et al. 2016).
Standar mutu yang ditetapkan SNI 01-3751-2006 untuk tepung terigu,
yaitu memiliki kadar air ≤ 14.5%, kadar abu ≤ 0.6%, kadar protein ≥ 7% (BSN
2006). Tepung maizena digunakan untuk memperhalus tekstur (Nimpuno 2015).
Garam yang digunakan juga memiliki beberapa syarat mutu dalam SNI
3556:2010, yaitu memiliki kadar air maksimal 7%, kadar natrium dihitung dari
jumlah klorida (Cl-) (b/b) minimal 94%, kandungan yodium dihitung sebagai
kalium iodat minimal 30mg/kg (BSN 2010). Syarat mutu ragi menurut SNI 01-
2982-2992, yaitu memiliki warna putih kekuning-kuningan sampai putih
kecoklat-coklatan, memiliki bau yang normal, berbentuk serbuk atau butiran,
mengandung kadar air maksimal 8.0% (b/b), kondisi bersih tidak ada benda asing
seperti pasir atau kerikil (BSN 1992).
Teknik Pengolahan
Kandungan Gizi
Porsi
Uji Organoleptik
80% 75%
60%
40%
25%
20%
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
0%
Warna Aroma Rasa Tekstur Penampilan Keseluruhan
Simpulan
Bakpao merupakan olahan roti yang tersusun atas tepung terigu protein
rendah, tepung maizena, gula pasir, ragi, baking powder, margarin, dan isian
coklat. Teknik pengolahan yang digunakan adalah steaming. Satu porsi bakpao
yang disajikan seberat 50 g dengan kandungan energi sebesar 189 g, protein 4.0 g,
lemak 3.5 g, karbohidrat 35.6 g, dan fosfor 90.23 mg. Satu porsi bakpao dapat
memenuhi kebutuhan energi sebesar 9% per orang dalam sehari. Hasil uji
organoleptik menunjukan secara keseluruhan panelis menyukai menu bakpao.
Saran
Bakpao memilki waran yang seharusnya putih bersih. Warna putih dapat
diperoleh dari penggunaan mentega putih dan susu yang pada praktikum kali ini
tidak digunakan. Rasa bakpao yang kurang manis sebaiknya disiasati dengan
penambahan gula pasir dan isian coklat lebih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ananto DS. 2012. Pastry dan Bakery : Bakpao. Jakarta (ID) : Demedia.
Atmoko TPH, Krestanto H. 2017. Profesionalisme chef dalam pengolahan dan
meningkatkan kualitas makanan di Cavinton Hotel Yogyakarta. Jurnal
Khasanah Ilmu. 8(2) : 60 – 69.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. Petunjuk pengujian organoleptic dan
atau sensori. Jakarta : Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992. Ragi Roti Kering SNI 01-2982-1992.
Jakarta (ID) : Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2010. Garam Konsumsi Beryodium SNI
3556:2010. Jakarta (ID) : Badan Standardisasi Nasional.
[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Daftar Komposisi
Bahan Makanan. Jakarta (ID) : Departemen Kesehatan.
Forsalina F, Nocianitri KA, Pratiwi IDPK. Pengaruh substitusi terigu dengan
tepung beras merah (Oryza nivara) terhadap karakteristik bakpao. Jurnal
Ilmu dna Teknologi Pangan. 5(2) : 1 – 10.
Kartiwan, Hidayah Z, Badewi B. 2015. Metoda pembuatan adonan untuk
meningkatkan mutu rotimanis berbasis tepung komposit yang difortifikasi
rumput laut. Jurnal Partner. 1(1) : 39 – 47.
[Kemenkes] Kementeran Kesehatan. 2019. Peraturan Menteri Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
Uuntuk Masyarakat Indonesia. Jakarta (ID) : Kementerian Kesehatan.
Nimpuno D. 2015. Aneka Cake. Jakarta (ID) : Gramedia Pustaka Utama.
[PERSAGI] Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2018. Stop Stunting dengan
Konsuling Gizi. Jakarta (ID) : Penebar Plus+.
Sari DK, Marliyati SA, Kustiyah L, Khomsan A, Gantohe TM. 2014. Uji
organoleptik formulasi biscuit fungsional berbasis tepung ikan gabus
(Ophiocephalus striatus). Jurnal Agritech. 34(2) : 120 – 125.
Sundari D, Almasyhuri, Lamid A. 2015. Pengaruh proses pemasakan terhadap
komposisi zat gizi bahan pangan sumber protein. Jurnal Media Litbangkes.
25(4) : 235 – 242.
Suryatna BS. 2015. Peningkatan kelembutan tekstur roti melalui fortifikasi
rumput laut Euchema cottoni. Jurnal Teknobuga. 2(2) : 18 – 25.
Tarwendah IP. 2017. Jurnal review : studi komparasi atribut sensoris dan
kesadaran merek produk pangan. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 5(2): 66
– 73.
LAMPIRAN
Contoh Perhitungan
34 g 100
= x x 364 kkal
100 g 100
= 124 kkal