Buku Gas Metana Batubara - 2 PDF
Buku Gas Metana Batubara - 2 PDF
2012
Gambar Sampul
Pilot Project Sumur GMB Lapangan Rambutan, Sumatera Selatan
ISBN : 978-979-8218-26-2
PENGANTAR
CBM (Coal Bed Methane) atau Gas Metana Batubara merupakan famili
gas alam dengan dominasi gas metana yang dihasilkan selama proses
pembatubaraan dan juga terperangkap dalam batubara. Gas metana
memiliki kadar kalori yang paling rendah dibandingkan gas alam lainnya
dan karena memiliki rantai atom tunggal sehingga menghasilkan gas
buang atau asap yang lebih sedikit. Dengan demikian lebih ramah
lingkungan dibandingkan gas lainnya.
Penelitian potensi GMB di Indonesia diawali dari studi kelayakan
dan potensi di cekungan Sumatera Selatan yang kemudian menjadi
proyek percontohan GMB di Lapangan Rambutan, Kabupaten Muara
Enim, Sumatera Selatan. Dengan jumlah cadangan sebesar 183 Tcf di
Cekungan Sumatera Selatan maka layak untuk dikaji sebagai proyek
percontohan dan unggulan serta diharapkan dapat menjadi inisiator
bisnis pengusahaan GMB di Indonesia. Penelitian kemudian difokuskan
pada penyelesaian sumur dan pelaksanaan dewatering. Kegiatan ini
merupakan pionir pengusahaan pengembangan GMB di Indonesia.
Proyek tersebut terus dilanjutkan dengan melakukan pemboran 5 sumur
uji CBM.
Dengan potensi GMB yang ada, maka produksi GMB dapat dimanfaatkan
menjadi energi listrik. Pada tahun 2010, Pemerintah mengeluarkan satu
kebijakan yang kemudian direspon oleh Dirjen Migas dengan GMB to
Power. Kebijakan ini sejalan dengan tujuan awal, yaitu pengembangan
GMB di Indonesia untuk meningkatkan rasio elektrifikasi nasional.
Pada tahun 2011, Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS telah
menguji pemanfaatan gas untuk pembangkit listrik di sumur GMB 3 dan
4 dengan memasang generator berkapasitas 12 KVA dan listrik yang
dihasilkan sementara ini dipergunakan untuk penerangan lokasi. Hal ini
membuktikan juga bahwa GMB sudah siap untuk dimanfaatkan menjadi
energi listrik. Keberhasilan pembuktian gas dari proyek percontohan
GMB telah mendorong bergeraknya industri untuk mengembangkan
sumber daya GMB.
1. Metana batu bara II. Judul. II. Destri Wahyu Dati III. Daru
Siswanto
665.772
Penyunting
Penulis
Narasumber
Gambar 2.1
Tahapan Proses Pembentukan Batu bara
Gambar 2.2
Reservoir Gas Metana Batu bara
Gambar 2.3
Batuan reservoir
Gambar 2.8
Volume Gas pada Batu bara sebagai fungsi dari Rank Batu bara
Gambar 3.2
Bagan Pengukuran Kandungan Gas Metana
Permeability-pore prossure
Permeability test dapat dilakukan di lapangan ataupun di
laboratorium. Pengujian lapangan menggunakan packer test (IFO
Test) yang dilakukan dengan menginjeksikan air pada lapisan batu
bara dalam lubang bor untuk mengetahui sifat kelulusan fluida pada
lapisan batu bara. Permeability itu memegang peran penting dalam
produksi GMB karena akan menentukan kemampuan kandungan
gas yang dapat dikeluarkan dari lapisan batu bara.
Analisis desorbtion-isotherm
Fast desorpt dilakukan dengan cara menghancurkan contoh batu
bara di dalam canister (crushing) dan mengukur kandungan gas
yang dipaksakan terlepas dari batu bara. Pengukuran ini dilakukan
dengan asumsi bahwa gas dalam batu bara bersifat sangat reaktif
sehingga perlu dilakukan pengukuran secara cepat. Metode ini
biasa diterapkan untuk kepentingan bisnis yang memerlukan hasil
yang cepat.
Pengukuran tidak langsung dilakukan sebagai upaya mengukur
kandungan gas batu bara dengan cara simulasi laboratorium.
Pengukuran ini disebut juga Isotherm Analysis. Simulasi
laboratorium ini dilakukan untuk mengetahui kapasitas serapan gas
metana pada batu bara dengan cara menginjeksikan gas metana
pada kondisi tekanan tertentu serta temperatur yang dikondisikan
sama dengan temperatur air formasi.
Permeability test dapat dilakukan di lapangan ataupun di
laboratorium. Pengujian lapangan menggunakan packer test yang
dilakukan dengan menginjeksikan air pada lapisan batu bara
dalam lubang bor untuk mengetahui sifat kelulusan fluida pada
lapisan batu bara. Permeability itu memegang peran penting dalam
produksi GMB karena akan menentukan kemampuan kandungan
gas yang dapat dikeluarkan dari lapisan batu bara.
4.1. Kanada
Kemunculan GMB di Kanada baru dimulai setelah 20 tahun masa
eksplorasi, testing, dan trial production. Menurut Canadian Society
of Unconventional Gas (CSUG), lebih dari 3.000 sumur GMB telah
dibor sepanjang tahun 2005 dan 3.500 sumur lainnya dibor pada
2006 dengan produksi diperkirakan mencapai 700 mmcfd pada
tahun 2007. EIA baru-baru ini mengutip bahwa produksi GMB
Kanada rata-rata diperkirakan mencapai lebih dari 1.400 mmcfd
pada tahun 2010.
Potensi dan aktivitas GMB Kanada saat ini paling banyak berada di
negara bagian Alberta, yang diperkirakan cadangannya mencapai
700 tcf (put in-place). Adanya tambahan 90 tcf diharapkan berada
di negara bagian British Columbia; dan recovery atas cadangan
tersebut paling banyak terdapat di negara bagian Alberta, yaitu
75 tcf.
Produksi GMB non komersial telah dilakukan di negara bagian
British Columbia yang mulai produksi komersial pada tahun
2002 dan telah mempunyai satu proyek GMB. British Columbia
mempunyai cadangan GMB (Projected In Place) terbesar kedua
di Kanada yang diperkirakan mencapai 90 tcf. Melonjaknya harga
minyak membuat pemerintah Kanada lebih fokus pada usaha
pencarian sumber GMB yang baru dan pengembangannya.
Dukungan pemerintah Kanada dalam pengembangan GMB terlihat
dengan diambilnya langkah-langkah untuk mendorong proses
eksplorasi (testing), di antaranya melalui:
1. Tingkat royalti/regime tax credit yang atraktif pada permohonan
konsesi untuk sumur-sumur GMB;
2. Revisi Undang-undang mengenai sumur uji yang memungkinkan
pengujian GMB lebih fleksibel;
4.3. Cina
Sebagai produsen batu bara terbesar di dunia, Cina mempunyai
cadangan GMB yang diperkirakan mencapai 1.000 tcf. Pemerintah
Cina telah menetapkan target optimistik untuk meningkatkan
produksi GMB dari 1 miliar meters (bcm) - 10 bcm pada tahun
2015. Cina mempunyai beberapa proyek GMB yang sudah dalam
tahap produksi (dengan lebih dari 2.000 sumur) dan berencana
untuk membangun dua pipa dengan panjang hampir mencapai
1.400 km untuk mengangkut GMB ke pasar di bagian timur negara
Cina. Cina United Coalbed Methane Corporation (CUCBM) telah
bekerja sama (joint venture) dengan perusahaan asing di 27 blok
GMB, sehingga diharapkan keterlibatan pihak asing pada sektor
GMB di negara Cina akan meningkat.
Pemerintah Cina menyusun peraturan GMB sejak akhir tahun 1990-
an dengan tujuan mendorong pengembangan sumber daya GMB
Cina. CUCBM didirikan pada tahun 1996 dan awalnya memiliki hak
monopoli untuk melakukan semua proyek GMB yang melibatkan
kolaborasi pihak asing. Monopoli ini berakhir pada tahun 2007.
Saat ini belum ada perusahaan Cina lainnya yang telah mengambil
hak untuk menjadi perusahaan yang ditunjuk dengan hak yang
sama seperti CUCBM, meskipun PetroChina diharapkan untuk
melakukannya tahun ini.
4.4. India
India memiliki cadangan batu bara yang besar dan diperkirakan
memiliki cadangan GMB sebesar 300 tcf. Saat ini terdapat 1 proyek
GMB yang sudah beroperasi di India, yaitu di wilayah Bengal Barat.
Di antara tahun 2001 dan 2006, pemerintah India menawarkan
26 blok GMB yang prospektif untuk dieksplorasi, yang kemudian
diberikan kepada Reliance Industries, Essar Oil dan ONGC. Luas
blok tersebut mencapai 14.000 km2 dan diperkirakan mengandung
50 tcf GMB. Puncak produksi blok ini diperkirakan mencapai 1.400
mmcfd; sehingga menarik minat sejumlah perusahaan asing untuk
sektor GMB di India.
Otoritas regulasi pemerintah untuk GMB di India adalah Ministry
of Petroleum and Natural Gas dan The Directorate General of
Indonesia memiliki potensi Gas Metana Batu bara (GMB) yang signifikan
dengan perkiraan cadangan mencapai 450 tcf (Gambar 5.1). Potensi
tersebut terutama tersebar di daerah Sumatera dan Kalimantan.
Besarnya perkiraan cadangan GMB di Indonesia telah mendorong
beberapa pihak terkait untuk melakukan kegiatan pengembangan
sebagai bahan bakar alternatif. Terkait hal tersebut pemerintah
telah mendorong pelaksanaan pilot project GMB di Indonesia. Pilot
Project GMB di Lapangan Rambutan, Pendopo, Sumatera Selatan
merupakan kerja sama antara Badan Litbang ESDM yang diwakili
oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknolgi Minyak dan Gas
Bumi LEMIGAS dengan Medco Eksplorasi dan Produksi Indonesia
(MEPI).
Gambar 5.1
Potensi Cadangan GMB di Indonesia
Gambar 5.3
Peta Fisiografi Cekungan Sumatera Selatan
Gambar 5.4
Peta Struktur Regional Sumatera Selatan
(Hutchinson, 1996; Williams and others, 1995;
Moulds, 1989; an Bemmelen, 1949)
Gambar 5.7
Model Multy Layer Seam Sumur GMB
CBM1 CBM3,4,5
2004 2006
CBM2
CBM 2
2005
Gambar 5.9
Pemboran Sumur GMB Lapangan Rambutan
1. Sumur CBM-1
Sumur CBM-1 selesai dibor pada tanggal 2 Desember 2004 sampai
kedalaman 2.015 ft. Terletak di lokasi yang sama dan berjarak 10
meter dari sumur RBT#13. Berdasarkan data laporan pemboran
terdapat beberapa lapisan batu bara pada sumur tersebut mulai
dari kedalaman 1.570 - 2.003 ft. Jenis penyelesaian sumur yang
sudah dikerjakan yaitu dengan pemasangan liner screen 4-1/2 dari
kedalaman puncak liner di 1.543 ft sampai dasar lubang di 2.008 ft.
Screen liner dipasang tanpa disemen sehingga sepanjang selang
kedalaman 1.543 - 2008 ft merupakan lubang terbuka.
Gambar 5.11
Fasilitas Produksi Sumur CBM-1
Gambar 5.12
Fasilitas Sumur CBM-2
4. Sumur CBM-4
Sumur CBM-4 selesai dibor pada tanggal 12 Desember 2006 sampai
kedalaman 3.072 ft. Terletak di lokasi yang sama dan berjarak 15
meter dari sumur RBT#9. Berdasarkan data laporan pemboran,
sampai kedalaman 3.072 ft terdapat tiga lapisan batu bara yang
berpotensi menghasilkan gas metana yang cukup besar, yaitu seam
2 pada selang kedalaman 1.742 1.770 ft, seam 3 pada selang
kedalaman 1.804 1.834 ft dan seam P pada 3.038 3.072 ft.
Seam P merupakan lubang terbuka sedangkan seam 2 dan 3 sudah
diperforasi setelah pemboran sumur selesai dikerjakan. Sumur
CBM-4 ini telah terpasang 1 unit pompa PCP dan fasilitas produksi
lainnya yaitu Vassel dan tanki timbun untuk menampung air dari
kegiatan proses dewatering dengan kapasitas 300 bbl.
Gambar 5.14
Fasilitas Sumur CBM-4
Gambar 5.15
Fasilitas Sumur CBM-5
Tabel 5.1
Komposisi Gas dari Seam 2
Component Mol Percent GPM
Tabel 5.3
Komposisi Gas dari Seam 5
Gambar 5.17
Separator Sederhana di Sumur GMB
-
Ca
++ HCO3
++ =
Mg SO4
++ =
Fe CO3
1000 100 10 1 0.1 1 10 100 1000
DISSOLVED SOLIDS
OTHER PROPERTIES
o
Specific Gravity, 60/60 F = 1.000
o
pH @ 77 F = 7.74
Salinity = 0.93
Conductivity = 2.19 mS/cm
TDS (Total Dissolved Solids) = 1,109.00 mg/l
TSS (Total Suspended Solid) = 0.49 mg/l
Turbidity = 8.9 FTU
O
Resistivity (ohm-mater) = 2.69 :meter @ 76.0 F
DO = 22.20 mg/l
CO2 = 0.00 mg/l
Oil Content = 0.00 mg/l
Tabel 5.5
Monitoring Produksi Sumur CBM-3
RPM Sonolog
Produksi Air Gas/Liquid
No. Tanggal Pukul Pompa (fluid level)
-
Ca
++ HCO3
++ =
Mg SO4
++ =
Fe CO3
1000 100 10 1 0.1 1 10 100 1000
DISSOLVED SOLIDS
OTHER PROPERTIES
o
Specific Gravity, 60/60 F = 1.000
o
pH @ 77 F = 7.75
Salinity = 0.75
Conductivity = 2.02 mS/cm
TDS (Total Dissolved Solids) = 1,159.00 mg/l
TSS (Total Suspended Solid) = 5.52 mg/l
Turbidity = 15.9 FTU
O
Resistivity (ohm-mater) = 2.42 :meter @ 76.2 F
DO = 2.90 mg/l
CO2 = 0.00 mg/l
Oil Content = 0.00 mg/l
4. Sumur CBM-4
Pada tahap awal dimulainya dewatering yang dilakukan di sumur
CBM-4, produksi airnya sekitar 9,11 bbl/hari. Sedangkan produksi
gasnya baru mencapai sekitar 5,5 m3/hari (0,194 mscf/hari) setelah
10 hari dewatering.
Pengamatan terhadap komposisi kimia dari air yang diproduksikan
mempelihatkan bahwa kandungan logam berat yang terkandung
di dalam air produksi sumur GMB 4 (As, Ba, Cd, Cr, Cu, Pb, Hg,
Se, Ag dan Zn) menunjukkan masih di bawah ambang batas yang
dipersyaratkan dalam Permen Lingkungan Hidup No. 85 th 1999.
Sedangkan salinitas dari air yang diproduksikan masih tergolong
dalam kondisi di bawah payau.
Tabel 5.8
Analisis Kimia Air Sumur CBM-4
WATER PATTERNS - me/l
-
Na
+ Cl
-
Ca
++ HCO3
++ =
Mg SO4
++ =
Fe CO3
1000 100 10 1 0.1 1 10 100 1000
DISSOLVED SOLIDS
OTHER PROPERTIES
o
Specific Gravity, 60/60 F = 1.000
o
pH @ 77 F = 7.70
Salinity = 0.81
Conductivity = 1.95 mS/cm
TDS (Total Dissolved Solids) = 1,219.00 mg/l
TSS (Total Suspended Solid) = 8.52 mg/l
Turbidity = 25.9 FTU
O
Resistivity (ohm-mater) = 2.32 :meter @ 76.0 F
DO = 5.90 mg/l
CO2 = 0.00 mg/l
Oil Content = 0.00 mg/l
Tabel 5.10
Analisis Kimia Air Sumur CBM-5
WATER PATTERNS - me/l
-
Na
+ Cl
Ca
++ HCO3
++ =
Mg SO4
++ =
Fe CO3
1000 100 10 1 0.1 1 10 100 1000
DISSOLVED SOLIDS
OTHER PROPERTIES
o
Specific Gravity, 60/60 F = 1.000
o
pH @ 77 F = 7.65
Salinity = 0.80
Conductivity = 1.94 mS/cm
TDS (Total Dissolved Solids) = 1,215.00 mg/l
TSS (Total Suspended Solid) = 7.52 mg/l
Turbidity = 25.9 FTU
O
Resistivity (ohm-mater) = 2.12 :meter @ 76.0 F
DO = 4.90 mg/l
CO2 = 0.00 mg/l
Oil Content = 0.00 mg/l
Tabel 5.11
Hasil Pengujian Logam Berat Sumur GMB Lapangan Rambutan
40 40,000
35 35,000
30 30,000
FacilityCost(MUS$)
25 25,000
DrillingCost(MUS$)
WellNumber
CAPEX(MUS$)
WellNumber
20 20,000
15 15,000
10 10,000
5 5,000
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Years
Gambar 6.1
Profil Biaya Investasi
450,000
25,000
400,000
AnnualOPEX(MUS$)
Cumm.OPEX(MUS$)
350,000
20,000
AnnualOperatingExpenditure
300,000
Cumm.OPEX(MUS$)
15,000 250,000
200,000
10,000
150,000
100,000
5,000
50,000
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Years
Gambar 6.2
Profil Biaya O&M
35,000 700,000
30,000 600,000
25,000 500,000
Prod.Cummulative(MMSCF)
AnnualProd.(MMSCF)
20,000 400,000
15,000 300,000
10,000 200,000
5,000 100,000
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Years
Production,MMSCF Prod.Cummulative,MMSCF
Gambar 6.3
Profil Produksi GMB
Gambar 6.5
Sensitivitas IRR
Gambar 6.6
Sensitivitas NPV
Tabel 6.2
Indikator Keekonomian Proses dan Transportasi LNG
Gas Sold Prices (LNG) 11.57 $/mmbtu Gas Sold Prices 12.07 US$/mmbtu
Dari tabel di atas diketahui dengan harga hulu awal sebesar 3,89
US$/mmbtu (dan mengalami eskalasi 3% per tahun) diperoleh
harga LNG sampai ke konsumen sebesar 12,07 US$/mmbtu,
dengan proyeksi cash flow terlihat pada Tabel 6.2 dan Tabel 6.3
2. CNG Plant
Opsi kedua dari pemanfaatan GMB yang berlokasi di lapangan
Rambutan, Palembang, Sumatera Selatan adalah dengan
ASSUMPTION
Equity 30%
Tax 30%
Proses
Nilai Capex atau biaya investasi pembangunan proses CNG Plant
adalah sebesar 8,10 MMUS$. Biaya Capex CNG untuk proses
tersebut meliputi investasi komponen total, metering, tanah
dan biaya contingency (biaya tak terduga) sebesar 5%. Biaya
operasionalnya (Opex) adalah sebesar 1,47 MMUS$, mencakup
biaya operasional, pekerja dan perawatan (O&M).
Simulasi model keekonomian bagian proses CNG menghasilkan
processing fee sebesar 1,81 US$/mmbtu, dengan demikian harga
jual gas CNG (keluar dari proses) adalah sebesar 5,70 US$/mmbtu.
Berikut disajikan besaran indikator keekonomian dan harga CNG
saat keluar dari proses (Tabel 6.4).
Transportasi
Nilai Capex atau biaya investasi transportasi CNG melalui jalur darat
(trailer) adalah sebesar 10,20 MMUS$. Biaya investasi transportasi
ini merupakan biaya pembelian trailer-trailer CNG dengan kapasi-
tas 18 mmscfd sehingga besarnya sangat dipengaruhi oleh harga
beli trailer tersebut. Trailer yang digunakan berkapasitas 133 mscf,
sehingga diperlukan kurang lebih 68 trailer dengan asumsi RTD
yang digunakan adalah 12 jam. Biaya operasional (Opex) dari trans-
portasi CNG menggunakan trailer adalah sebesar 0,51 MMUS$,
meliputi biaya operasional dan perawatan (O&M) trailer.
ECONOMIC INDICATORS
IRR 20.02%
PI (BCR) 1.64
Tabel 6.5
Indikator Keekonomian Transportasi CNG
ECONOMIC INDICATORS
IRR 20.02 %
PI (BCR) 2.09
3. Jaringan Perpipaan
Transportasi gas bumi dengan menggunakan pipa adalah opsi ketiga
yang paling umum dan paling banyak digunakan. Hal ini dikarenakan
fleksibilitas yang tinggi dari segi kapasitas dan jarak dan juga biaya
investasinya. Biaya pembangunan pipa untuk daerah offshore lebih
mahal dibandingkan dengan biaya pembangunan pipa untuk daerah
onshore, sehingga untuk daerah onshore dengan jarak yang cukup
jauh, moda transportasi dengan menggunakan LNG lebih cenderung
dipilih. Gambar 6.7 berikut memperlihatkan biaya transportasi gas
bumi dengan menggunakan pipa dan tanker LNG.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa biaya transportasi gas bumi
dengan pipa onshore akan lebih murah dibandingkan dengan tanker
LNG jika jarak dari sumber gas ke konsumen kurang dari 2.200 km,
Gambar 6.7
Biaya Transportasi Gas Bumi dengan Menggunakan
Pipa dan Tanker LNG
Tabel 6.6
Asumsi Perhitunganguntuk Jaringan Perpipaan
g
ASSUMPTION
Equity 30%
Tax 30%
Setelah harga gas hulu dari GMB diketahui, maka akan dihitung nilai
akhir harga jual gas pipa hingga industri terdekat. Khusus untuk moda
transportasi ini hanya akan digunakan 1 jenis aliran kas saja, yaitu
untuk menghitung processing fee. Sedangkan untuk perhitungan
transport fee akan ditentukan langsung berdasarkan tarif (toll fee).
Proses
Nilai Capex atau biaya investasi untuk gas pipa (pipeline) adalah
sebesar 6,32 MMUS$. Biaya operasionalnya (Opex) adalah sebesar
0,15 MMUS$, mencakup biaya operasional pekerja dan perawatan
(O&M).
Tabel 6.7
Indikator Keekonomian Proses Gas Pipa
ECONOMIC INDICATORS
IRR 20.01%
PI (BCR) 1.20
Transportasi
Khusus untuk gas pipa, karena telah adanya ruas jaringan transmisi
gas milik PT. Pertagas, maka biaya transportasi pipa dihitung
berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas
Bumi Nomor: 167/Tarif/BPH Migas/Kom/II/2009 tentang Penetapan
Tarif Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa Pada 32 (Tiga Puluh Dua)
Ruas Transmisi Kepada PT. Pertagas. Asumsi yang digunakan adalah
gas pipa ini akan langsung dialirkan ke PT. Pusri Palembang, sehingga
biaya toll fee dari lapangan Rambutan hingga PT. Pusri adalah sebesar
0,72 US$/mmbtu untuk pipa transmisi total sepanjang 159,11 km.
Dengan demikian harga jual gas pipa hingga ke PT. Pusri adalah
sebesar (5.24 + 0.72) US$/mmbtu = 5.96 US$/mmbtu.
6.3. Perbandingan Harga GMB
Dari hasil perhitungan keekonomian ketiga opsi moda transportasi
pemanfaatan GMB, dapat dilihat pada Tabel 6.8 yang berisikan
biaya Capex, Opex serta harga akhir jual gas.
Opex(US$/year) 30,936,162
288,470 1,467,946 510,000 158,070 *)
(total)
Fee(US$/mmbtu) 0.72(sepanjang
7.68 0.50 1.81 0.75 1.35
159.11km)
HargaJualGasEnd
11.57 12.07 5.70 6.45 5.24 5.96
User(US$/mmbtu)
Keterangan: *) Toll Fee untuk Pipeline dihitung dari biaya tiein ke jaringan transmisi PT Pertamina Gas sesuai
keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor: 167/Tarif/BPH
Migas/Kom/II/2009
Dari Tabel tersebut terlihat jelas bahwa harga gas keluaran dari pipa
memiliki tingkat harga yang paling rendah dibandingkan dengan
LNG dan CNG. Hal ini disebabkan bahwa untuk transportasi gas
keluaran pipa dihubungkan ke dalam jaringan pipa transmisi gas
milik PT. Pertagas yang sudah ada, sehingga tidak diperlukan
investasi pembangunan pipa yang baru. Dari ketiga opsi moda
transportasi di atas, biaya proses LNG merupakan biaya yang paling
mahal dibandingkan dengan biaya-biaya lainnya karena mengingat
peralatan-peralatan utama dalam proses LNG lebih kompleks
dibandingkan dengan proses pada CNG maupun pipa.
Analisis Sensitivitas
Analisis Sensitivitas digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh perubahan parameter ekonomi yang telah ditentukan
terhadap nilai salah satu indikator ekonomi (misalnya nilai IRR
atau NPV). Biasanya parameter ekonomi yang ingin diketahui
kesensitivannya adalah biaya investasi (Capex), operasional
(Opex), dan volume produksi. Di bawah ini akan disajikan grafik
sensitivitas dari ketiga parameter ekonomi tersebut untuk masing-
masing opsi moda transportasi (hilir GMB).
LNGPROCESSSENSITIVITYDIAGRAM
28.00%
26.00%
24.00%
22.00%
I 20.00%
R 18.00%
R 16.00%
14.00%
12.00%
10.00%
8.00%
80 85 90 95 100 105 110 115 120
PercentCase
CAPEX OPEX VOLUME
Gambar 6.8
Diargram Sensitivitas untuk Proses LNG
LNGTRANSPORTSENSITIVITYDIAGRAM
26.00%
24.00%
22.00%
I
R 20.00%
R 18.00%
16.00%
14.00%
80 85 90 95 100 105 110 115 120
PercentCase
CAPEX OPEX VOLUME
Gambar 6.9
Diagram Sensitivitas untuk Transportasi LNG
26.00%
I 23.00%
R
20.00%
R
17.00%
14.00%
11.00%
8.00%
80 85 90 95 100 105 110 115 120
PercentCase
Gambar 6.10
Diargram Sensitivitas untuk Proses CNG
CNGTransportSensitivityDiagram
25.00%
23.00%
I 21.00%
R
R 19.00%
17.00%
15.00%
80 85 90 95 100 105 110 115 120
PercentCase
Gambar 6.11
Diagram Sensitivitas untuk Transportasi CNG
PipelineProcessSensitivityDiagram
30.00%
26.00%
I
22.00%
R
R
18.00%
14.00%
10.00%
85 90 95 100 105 110 115 120
PercentCase
Gambar 6.12
Diagram Sensitivitas untuk Proses Gas Pipa
PERKEMBANGANKONSUMSILISTRIKSUMATERASELATAN
1000
900
800
700
600
RumahTangga
GWH
500 Industri
Bisnis
400
Sosial
Lainnya
300
200
100
0
2003 2004 2005 2006
Tahun
Gambar 8.1
Perkembangan Konsumsi Listrik Sumatera Selatan
Tabel 8.1
Estimasi Biaya ISBL untuk Pembangkit Microturbine
USD Rp.
1 Engineering Design and Know-How 55,556 500,000,000
2 Main process
Separator Unit 47,848 430,632,000
Scrubber Unit 74,400 669,600,000
Cooler Unit 62,698 564,282,000
Compressor Unit (1000 - 1500 $/HP; 1250 $/HP) 312,500 2,812,500,000
Dehydration Plant Unit 1,100,000 9,900,000,000
Microturbine Unit (900 - 1000 $/kW; 925 $/kW) 2,217,600 19,958,400,000
3 Transmission (transmisi di atas permukaan Rp. 296.000.000,-/km) 526,222 4,736,000,000
TOTAL 4,396,824 39,571,414,000
C600 600kW Power Package High-pressure Natural Gas
1%
12%
EngineeringDesignandKnowHow
PretreatmentUnit 36%
MicroturbineUnit
Transmission
51%
Gambar 8.3
Persentase Biaya ISBL
Tabel 8.2
Estimasi Biaya OSBL untuk Pembangkit Microturbine
Price
Price Estimation
Description Outside Battery Limit Estimation
(Rp.)
(USD)
Utilities
Total 52,762 474,856,968
Waste Water Treatment Unit 35,175 316,571,312
Electrical, Instrument Control & Piping
Total 131,905 1,187,142,420
Civil, Stucture & Contruction
Plant & Building
Office, Laboratory and Operating Room
Total 65,952 593,571,210
Engineering Design 16,862 151,756,373
Project Management (2.5%) 13,432 120,890,670
Contingency 2.5% 7,145 64,303,548
TOTAL OBL Cost 323,233 2,909,092,500
RESULT :
IRR 15.00%
NPV 2,657,925,657 Rupiah
POT 6.15 YEAR
PI 1.06
30%
25%
20%
IRR
15%
10%
5%
0%
30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%
Sensitivitas
Gambar 8.4
Analisis Sensitivitas terhadap Nilai IRR
Pada kondisi base case dengan harga jual listrik Rp. 1.539 per kWh
memberikan nilai NPV sebesar Rp. 2,63 milyar. Harga jual listrik
juga merupakan parameter yang paling signifikan mempengaruhi
NPV. Setiap perubahan 5% harga listrik mempengaruhi nilai NPV
yang bergeser sebesar Rp. 5,8 milyar. Sebagai contoh pada saat
harga jual listrik Rp. 1.462 per kWh, NPV yang dihasilkan hanya
Rp. 3,19 milyar sudah memberikan nilai (-) NPV, artinya pada harga
jual tersebut keekonomian proyek sudah tidak berjalan. Sedangkan
50,000
40,000
30,000
20,000
NPV(Juta,Rp)
10,000
0
30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%
10,000
Sensitivitas
20,000
30,000
40,000
Gambar 8.5
Analisis Sensitivitas terhadap Nilai NPV
1600
CeilingPrice
1400
1200
1000
Rp/kWh
FloorPrice
800
600
400
200
BaseonRegion BaseonTechnology
Gambar 8.6
Perbandingan Harga Jual Listrik GMB dengan Pasar dan Teknologi Lainnya
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGl DAN SUMBER DAYA
MINERAL TENTANG PENGUSAHAAN GAS METANA
BATU BARA.
BAB l
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Gas Metana Batu bara (Coalbed Methane) yang
selanjutnya disebut Gas Metana Batu bara adalah gas
bumi (hidrokarbon) dimana gas metana merupakan
komponen utamanya yang terjadi secara alamiah
dalam proses pembentukan Batu bara (coalification)
dalam kondisi terperangkap dan terserap (terabsorbsi)
di dalam batu bara dan/atau lapisan batu bara.
2. Wilayah Kerja Gas Metarla Batu bara dalah daerah
tertentu di dalam Wilayah Hukum Pertambangan
lndonesia untuk melaksanakan eksplorasi dan
eksploitasi Gas Metana Batu bara.
3. Wilayah Hukum pertambangan lndonesia adalah
seluruh wilayah daratan, perairan, dan landas kontinen
Indonesia.
4. Eksplorasi Gas Metana Batu bara adalah keglatan yang
bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi
geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan
cadangan Gas Metana Batu bara di Wilayah Kerja Gas
Metana Batu bara.
BAB ll
PENGUASAAN DAN PENGUSAHAAN
GAS METANA BATUBAKA
Pasal 2
(I) Gas Metana Batu bara sebagai sumber daya alam strategis tak
terbarukan yang terkandung di dalam Wilayah Hukum Pertambangan
Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh
negara.
(2) Penguasaan Gas Metana Batu bara oleh negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah sebagai
Pemegang Kuasa Pertambangan.
Pasal 3
(1) Pengusahaan Gas Metana Batu bara tunduk dan berlaku ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang Kegiatan Usaha Minyak
dan Gas Bumi.
(2) Pembinaan dan pengawasan serta penatausahaan pengusahaan
Gas Metana Batu bara dipusatkan pada Direktorat Jenderal.
Pasal 4
(1) Menteri menetapkan kebijakan penyiapan, penetapan dan
penawaran Wilayah Kerja Gas Metana Batu bara berdasarkan
pertimbangan teknis, ekonomi, tingkat risiko, efisiensi, dan
berasaskan keterbukaan, keadilan, akuntabilitas, dan persaingan
usaha yang wajar.
Pasal 5
(1) Pengusahaan Gas Metana Batu bara meliputi kegiatan Eksplorasi
Gas Metana Batu bara dan kegiatan Eksploitasi Gas Metana Batu
bara.
(2) Pengusahaan Gas Metana Batu bara dilaksanakan oleh Badan
Usaha atau Bentuk IJsaha Tetap berdasarkan Kontrak Kerja Sama
dengan Badan Pelaksaria.
(3) Pengawasan atas pelaksanaan Kontrak Kerja Sama pengusahaan
Gas Metana Batu bara dilakukan oleh Badan Pelaksana.
Pasal 6
(1) Menteri menetapkan bentuk dan ketentuan-ketentuan pokok (terms
and conditions) Kontrak Kerja Sama berdasarkan pertimbangan
teknis dan keekonomian Wilayah Kerja Gas Metana Batu bara yang
bersangkutan.
Pasal 7
Pengusahaan Gas Metana Batu bara dapat dilakukan di Wilayah Terbuka
Gas Metana Batu bara, Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi, Wilayah
PKP2B, dan/atau di Wilayah KP Batu bara dengan luas maksimal 3.000
km2 (tiga ribu kilometer persegi).
Pasal 8
Tata cara penyiapan, penetapan dan penawaran Wilayah Kerja
Gas Metana Batu bara di Wilayah Terbuka Gas Metana Batu bara,
Wilayah
Kerja Minyak dan Gas Bumi, Wilayah PKP2B, dan/atau di Wilayah KP
Batu bara berlaku ketentuan Peraturan Perundang-undangan mengenai
Tata Cara Penetapan dan Penawarari Wilayah Kerja Minyak dan Gas
Bumi, kecuali ditetapkan lain dalam Peraturan Menteri ini.
Pasal 9
(1) Untuk penawaran Wilayah Kerja Gas Metana Batu bara dari Wilayah
Terbuka Gas Metana Batu bara, Wilayah Kerja Minyak dan Gas
Bumi, Wilayah PKP2B dan/atau Wilayah KP Batu bara, Menteri
terlebih dahulu menetapkan Wilayah Kerja Gas Metana Batu
bara.
(2) Dalam menetapkan Wilayah Kerja Gas Metana Batu bara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri terlebih dahulu
melakukan konsultasi dengan Gubernur yang wilayah administrasinya
meliput~ Wilayah Kerja Gas Metana Batu bara yang akan
ditetapkan.
(3) Terhadap Wilayah Kerja Gas Metana Batu bara yang telah
ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (I), Direktorat Jenderal
melaksanakan penawaran Wi!ayah Kerja melalui Lelang Wilayah
Kerja atau lelang Penawaran Langsung Wilayah Kerja sesuai
dengan Tata Cara Penetapan dan Penawaran Wilayah Kerja
Minyak dan Gas Bumi.
Pasal 11
(1) Gas Metana Batu bara yang terdapat di dalam Wilayah Kerja Minyak
dan Gas Bc~mi dapat diusahakan oleh Kontraktor Minyak dan Gas
Bumi yang telah merrlenuhi komitmen pasti 3 (tiga) tahun pertama
masa Eksplorasi di Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi tersebut.
(2) Korrtraktor Minyak dan Gas Bumi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan kesempatan pertama untuk mengajukan usulan
Penawaran Langsung melalui Evaluasi Bersama kepada Direktur
Jenderal.
Pasal 12
(1) Terhadap Kontraktor Minyak dan Gas Bumi, Kontraktor PKP26,
atau Pemegang KP Batu bara yang kontraknya ditandatangani
atau ijinnya dikeluarkan setelah adanya usulan Studi Bersama
yang akanditindaklanjuti dengan pengusahaan Gas Metana Batu
bara, Kontraktor Minyak dan Gas Bumi, Kontraktor PKP2B, atau
Pemegang KP Batu bara tidak mendapatkan hak kesempatan
pertama untuk mengajukan usulan Penawaran Langsung atas
pengusahaan Gas Metana Batu bara pada wilayah tersebut.
(2) Dalam ha1 di wilayah PKP2B atau wilayah KP Batu bara telah
diajukan untuk dilakukan Evaluasi Bersama dan kemudian wilayah
tersebut ditetapkan sebagai Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi,
Kontraktor Minyak dan Gas Bumi pada Wilayah Kerja tersebut tidak
mendapatkan hak atas kesempatan pertama untuk mengajukan
usulan Penawaran Langsung atas pengusahaan Gas Metana Batu
bara pada wilayah tersebut.
Pasal 16
Direktur Jenderal memberikan persetujuan Studi Bersama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 atau Evaluasi Bersama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 13, dan Pasal 14, setelah melakukan
klarifikasi kepada Pemerintah Daerah danlatau unit terkait untuk
rnenginventarisasi titik-titik koordiriat batas Wilayah Kerja Minyak dan
Gas Bumi, Wilayah PKP2B danlatau Wilayah KP Batu bara serta status
pengusahaannya yang berada dalam wilayah usula Studi Bersama atau
Evaluasi Bersama.
Pasal 17
Kontraktor Minyak dan Gas Bumi danlatau Kontraktor PKP2B atau
Pemegang KP Batu bara yang melakukan pengusahaan Gas Metana
Batu bara wajib mendirikan Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap
tersendiri.
Pasal 18
(1) Dalam hal Pemerintah akan mengembangkan pengusahaan
Gas Metana Batu bara di Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi,
Wilayah PKP2B atau Wilayah KP Batu bara, Direktur Jenderal
memberitahukan rencana pengembangan pengusahaan Gas
Metana Batu bara kepada Kontraktor Minyak dan Gas Bumi,
Kontraktor PKP2B atau Pemegang KP Batu bara di wilayah yang
bersangkutan.
(2) Kontraktor Minyak dan Gas Bumi, Kontraktor PKP2B atau Peme-
gang KP Batu bara yang berminat mengusahakan Gas Metana Batu
bara di wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib men-
gajukan usulan Penawaran Langsung melalui Evaluasi Bersama
paling lama 60 (enam puiuh) hari kalender terhitung sejak tanggal
diterimanya surat pemberitahuan dari Direktur Jenderal.
Pasal 19
(1) Dalam hal Pemerintah akan mengembangkan pengusahaan Gas
Metana Batu bara di Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi dan
Wilayah PKP2B, atau Wilayah KP Batu bara, Direktur Jenderal
memberitahukan rencana pengembangan pengusahaan Gas
Metana Batu bara kepada Kontraktor Minyak dan Gas Bumi sebagai
pihak yany diberikan kesempatan pertama untuk mengajukan usulan
Penawaran Langsung melalui Evaluasi Bersama, dengan tembusan
kepada Kontraktor PKP2B atau Pemegang KP Batu bara di wilayah
yang bersangkutan.
(2) Dalam hal Kontrahtor Minyak dan Gas Bumi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berminat mengusahakan Gas Metana Batu bara
wajib mengajukan usulan Penawaran Langsung melalui Evaluasi
Bersama paling lama 60 (enam puluh) hari kalender terhitung sejak
tanggal diterimanya surat pemberitahuan dari Direktur Jenderal.
(3) Kontraktor Minyak dan Gas Bumi yang tidak mengajukan usulan
Penawaran Langsung melalui Evaluasi Bersama dalam jangka
waktu; paling lama 60 (enam puluh) hari kalender sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dianggap tidak berminat dan kesempatan
pertama dinyatakan tidak berlaku, selanjutnya Direktur Jenderal
memberitahukan Kontraktor PKP2B atau Pemegang KP Batu
bara.
(4) Dalam hal Kontraktor PKP2B atau Pemegang KP Batu bara tidak
mengajukan usulan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari
kalender terhitung sejak tanggal pemberitahuan, Kontraktor PKP2B
atau Pemegang KP dianggap tidak berminat atas Wilayah Kerja
tersebut dan selanjutnya Direktur Jenderal menetapkan kebijakan
pengusahaannya melalui Lelang.
Pasal 21
Ketentuan mengenai Studi Bersama berlaku ketentuan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri mengenai Tata Cara Penetapan dan
Penawaran Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi.
Pasal 22
Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap dalam jangka waktu paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal persetujuan
Penawaran Langsung Wilayah Kerja diterbitkan wajib menyerahkan
jaminan pelaksanaan Evaluasi Bersama dari bank utama (Prime Bank)
yang berkedudukan di Jakarta, sebesar US$ 1.000.000 (satu juta Dollar
Amerika Serikat).
Pasal 23
(1) Dalam rangka memperoleh hasil Evaluasi Bersama yang optimal
yang didasarkan atas kaidah keteknikan yang baik dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, Direktorat Jenderal dapat
menyertakan unit di lingkungan Departemen dan pihak lain yang
memiliki kemampuan dan keahlian danlatau Data.
(2) Seluruh biaya dan risiko yang diperlukan dalam pelaksanaan
Evaluasi Bersama menjadi beban dan tanggung jawab Badan Usaha
atau Bentuk Usaha Tetap pelaksana Evaluasi Bersama dan tidak
dapat dibebankan sebagai biaya operasi Kontrak Kerja Sama.
Pasal 24
(1) Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap pelaksana Evaluasi
Bersama yang tidak dapat menyelesaikan Evaluasi Bersama karena
mengundurkan diri atau tidak dapat memenuhi ketentuan yang
tercantum dalam surat persetujuan Penawaran Langsung Wilayah
Kerja, maka surat persetujuan Penawaran Langsung Wilayah
Kerja yang telah diterbitkan tersebut diriyatakan tidak berlaku
dan Direktorat Jenderal berhak mencairkan jaminan pelaksanaan
Evaluasi Bersama dan wajib disetor ke Kas Negara sebagai
Penerimaan Negara Bukan Pajak.
(2) Dalam pelaksanaan Evaluasi Bersama, Badan Usaha atau Bentuk
Usaha Tetap wajib menyampaikan iaporan secara berkala dan
laporan akhir kepada Direktur Jenderal.
BAB IV
PEMANFAATAN DATA DAN INFORMASI
SERTA PENGGUNAAN SARAWA DAN FASlLlTAS
Pasal 25
Kontraktor yang melakukan pengusahaan Gas Metana Batu bara dalam
melakukan kegiatannya dapat memanfaatkan data dan informasi yang
dikuasai oleh Kontraktor Minyak dan Gas Bumi, Kontraktor PKP2B, dan
Pemegang KP Batu bara sesuai dengan ketentuan Peraturan Perun-
dangundangan.
Pasal 26
(1) Kontraktor yang melakukan pengusahaan Gas Metana Batu bara
dapat menggunakan sarana dan fasilitas untuk kegiatan operasional
yang dimiliki oleh Kontraktor Minyak dan Gas Bumi, dengan
tetap mempertimbangkan efisiensi, keselamatan, dan kelancaran
pelaksanaan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi.
Pasal 27
(1) Kontraktor yang melakukan pengusahaan Gas Metana Batu bara
dapat menggunakan sarana untuk kegiatan operasional yang dimiliki
Kontraktor PKP2B dan/atau Pemegang KP Batu bara dengan
tetap mempertimbangkan efisiensi, keselamatan, dan kelancaran
pelaksanaan kegiatan Kontraktor PKP2B dan Pemegang KP Batu
bara.
(2) Penggunaan sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilakukan untuk kegiatan yang terkait langsung dengan pengusahaan
Gas Metana Batu bara berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
dan tetap menjadi tanggung jawab sepenuhnya Kontraktor PKP25
atau Pemegang KP Batu bara.
BAB V
PENELITIAN, PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN
GAS METANA BATU BARA
Pasal 28
(1) Lembaga Penelitian atau lnstitusi Tertentu yang terkait dapat melaku-
kan penelitian, pengkajian dan pengembangan Gas Metana Batu
bara pada Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia.
(2) Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan pengembangan yang
dilakukan oleh lnstitusi Tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib terlebih dahulu mendapatkan izin Direktur Jenderal.
(3) Terhadap penelitian, pengkajian dan pengembangan yang dilakukan
oleh Lembaga Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal setelah mendapat
pertimbangan dari Lembaga Penelitian.
BAB VI
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 29
(1) Dalam hal terjadi perselisihan antara Kontraktor Gas Metana Batu
bara dengan Kontraktor Minyak dan Gas Bumi atau Kontraktor
PKP2B atau Pemegang KP Batu bara, perselisihan diselesaikan
dengan musyawarah untuk mufakat.
(2) Dalam hal musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, Menteri dapat
memfasilitasi penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(3) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) tidak tercapai, penyelesaian perselisihan
diselesaikan melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia.
BAB VII
KETENTUAN GASMETANABATU BARA
SEBAGAI SUMBER DAYA IKUTAN
Pasal 30
(1) Dalam ha1 Perusahaan atau Perseorangan yang melakukan pen-
gusahaan Batu bara di Wilayah PKP2B atau Wilayah KP Batu bara
terdapat Gas Metana Batu bara sebagai sumber daya ikutan (Gas
Metana Batu bara yang berasal dari pertambangan bawah tanah)
dan akan diusahakan secara komersial, tunduk pada Peraturan
Menteri ini.
Pasal 31
Gas Metana Batu bara yang merupakan hasil dari kegiatan pengusahaan
Gas Metana Batu bara, pemanfaatannya diprioritaskan untuk memenuhi
kebutuhan energi dalam negeri.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 32
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku :
a. terhadap permohonan Evaluasi Bersama atau Studi Bersama yang
telah diajukan oleh Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap dan telah
memenuhi persyaratan, diproses sesuai dengan ketentuan Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 033 Tahun 2006
tentang Pengusahaan Gas Metana Batu bara;
Pasal 33
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku terhadap permohonan atau
pelaksanaan Evaluasi Bersama pada Wilayah Kerja Minyak dan Gas
Bumi dan Wilayah PKP2B atau Wilayah KP Batu bara yang belum
dicapai kesepakatan pengulsahaannya antara Kontraktor Minyak
dan Gas Bumi dan Kontraktor PKP2B atau Pemegang KP Batu bara,
kepemilikan interest (hak dan kewajiban) bagi Kontraktor Minyak
dan Gas Bumi dan Kontraktor PKP2B atau Pemegang KP Batu bara
pada Wilayah Kerja tersebut ditetapkan masing-masing sebesar
50% (lima puluh persen) sesuai kelaziman bisnis (business to
business), dan diproses sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 033 Tahun 2006
tentang Pengusahaari Gas Metana Batu bara.
(2) Apabila dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung
sejak tanggal berlakunya Peraturan Menteri ini, kesepakatan
pengusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
tercapai, maka Menteri meminta Kontraktor Minyak dan Gas
Bumi, dan Kontraktor PKP2B, atau Pemegang KP Batu bara untuk
menyampaikan jaminan kesungguhan masing-masing sebesar US$
1.000.000 (satu juta dollar Amerika Serikat).
(3) Apabila setelah jangka waktu 1 (satu) bulan sejak Menteri meminta
jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), hanya
salah satu dari Kontraktor Minyak dan Gas Bumi dan Kontraktor
PKP2B atau Pemegang, KP Batu bara yang menyampaikan
jaminan kesungguhan, maka Kontraktor Minyak dan Gas Bumi dan
Kontraktor PKP2B atau Pemegang KP Batu bara yang menyerahkan
jaminan kesungguhan mendapatkan hak untuk mengajukan usulan
pengusahaannya.