1. BAB. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. Gizi merupakan salah satu fokus pembangunan kesehatan di Sustainable
Development Goals (SDG's) Tahun 2016-2030 dan menjadi faktor kunci dalam
status gizi dimulai pada asupan di 1.000 hari pertama kelahiran.Kecukupan gizi
untuk janin selama 9 bulan dalam kandungan memungkinkan anak lahir dalam
gizi dan bisa memberikan daya imunitas secara alami. Untuk memproduksi ASI
dibutuhkankalori sebesar 600 kal/hari. Karena itu, ibu yang sedangmenyusui harus
makanlebih banyak dari biasanya dan lebih bergizi,kalorisebesar 550 kal/hari dan
protein 17 gramper hari dengan jumlah Vit A,thiamin, dan ribloflavin cukup tinggi,
untuk itu perlu makanan seimbang dengan prinsip yang sama dengan makanan ibu
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Air susu ibu (ASI) memang telah
1
E. Dalam Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012,
bayi itu sendiri atau bagi ibu menyusui. Pada ASI mengandung antibodi
dalam jumlah besar yang berasal dari tubuh seorang ibu. Antibodi
tersebut membantu bayi menjadi tahan terhadap penyakit, selain itu juga
yang diberi ASI lebih kuat dan terhindar dari beragam penyakit seperti
kantuk dan rasa nyaman. Hal ini dapat membantu menenangkan kolik
atau bayi yang sedang tumbuh gigi dan membantu membuat bayi
tertidur setelah makan, dan masih banyak lagi manfaat yang lainnya.
Disamping itu pemberian ASI oleh ibu menyusui merupakan cara paling
49
sedikit terkena osteoporosis dan beberapa tipe kanker termasuk
dengan pemberian ASI baik dari ibu atau bayi. Pada ibu menyusui,
berkhasiat obat.
I. Di Indonesia terdapat 7.000 jenis tanaman berkhasiat obat, tetapi yang
kurang dari 300 jenis. Sebagian besar tanaman tersebut diambil langsung
merupakan salah satu negara yang kaya akan berbagai jenis tanaman
adas manis, bayam duri, bidara upas, blustru, dadap ayam, jinten hitam
(Etlingera elatior).
J. Kecombrang (Etlingera elatior)/Honjesebagai salah satu jenis tanaman
50
dan memperlancar produksi ASI. Reflek prolaktin secara hormonal untuk
2015).
K. Di Banjarnegara tanamankecombrang ini banyak dan hampir disetiap
kebun ada. Masyarakatbiasanya mengkonsumsi untuk campuran pecel
dan urapan, tetapi tidak semua orang mau menkomsumsinya karena
baunya agak harum,maka dengan melihat fenomena itu penulis
menyajikan kecombrang dengan bentuk mie, alasannya karena mie lebih
praktis dan menarik. Dari data diatas penulis ingin meneliti adakah
pengaruhkonsumsi Mie kecombrang terhadap peningkatan produksi ASI
TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan produksi ASI pada ibu yang mengkonsumsi mie
kecombrang.
b. Mendiskripsikan produksi ASI pada ibu yangtidak mengkonsumsi
mie kecombrang.
c. Menganalisa pengaruh mie kecombrang terhadap peningkatan
produksi ASI
a. MANFAAT PENELITIAN Bagi peneliti
b. Bagi Masyarakat
51
Memberikan masukan atau konsumsi informasi kepada masyarakat
Memberikan informasi ilmiah dan dapat menjadi acuan penelitian serta dapat
52
Kerangka Teori
Sayuran
Bagi ibu :
1.Polifenol 1. aspek
mempengaruhi ASI
2.Quarseti kontrasepsi
Faktor faktor
yang 1.katu n 2. aspek
mempengaruhi 3.Antosiani kesehatan
produksi AS 2. kelor n 3.aspek
1 Makanan penurunan
2. ketenangan 3. nangka 4.Asam berat badan
Kloroginat
jiwa 4. aspek
3. penggunaan 4. temulawak 5.Asam psikologi
kontrasepsi Kafeat
4. perawatan 5. kecombrang Bagi bayi :
6.Asam
payudara 1.kenaikan
Farulat
5. anatomi berat badan
payudara 2. bayi jarang
6. pola istirahat sakit
7. hisapan bayi 3.zat gizi
dan frekuensi terpenuhi
8. berat lahir bayi 4. gigi tidak
9. umur kehamila mengalami
PRODUKSI ASI
saat melahirkan karatien
10. konsumsi 5. terhindar
dari alergi
6. kecerdasan
Pengukuran bayi meningkat
Meningkat :bila ada 7. memberikan
peningkatan BB bayi rasa aman dan
Tidak meningkat ; BB turun nyaman bayi
10% BBL/tetap
Bagi
Negara:.1.men
urunkan angka
kesakitan dan
kematian bayi
2.. menghemat
devisa Negara
3. mengurangi
subsidi rumah
Diteliti = sakit.
4.Penjngkatan
kwalitas
Tidak diteliti = generasi
53
Sumber: Coad 2007, Hamzah 2014, Vivian 2011, Yuktiana 2011, Lia saputri 2016, Astuti
2015
design ).
C. VARIABEL PENELITIAN;
D. Variabel bebas/ independen
Variabel independen pada penelitian ini adalah konsumsimie
kecombrang.
E. Variabel terikat/ dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peningkatan produksi ASI.
a. Data primer
54
primer untuk mengukur pada penelitian ini dengan
1) Tahap Persiapan
Setelah penyusunan proposal disetujui oleh kedua pembimbing dan
55
menjadi sampel penelitian kemudian menandatangani surat
observasi.
a) Ibu nifas diberi mie kecombrang 7 bungkus selama 7 hari
b) Proses penyajian mie dilakukan oleh enumerator yaitu ibu nifas
out.
3) Tahap Akhir
Pada hari ke 7, peneliti mengumpulkan semua responden,
56
Gambaran Produksi ASI pada ibu yang Mengkonsumsi Mie
Kecombrang
Meningkat 7 41.2
TidakMening 10 58.8
kat
Jumlah 17 100
57
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Produksi ASI pada Ibu yang tidak
Mengkonsumsi Mie Kecombrang.
Meningkat 2 11.8
TidakMening 15 88.2
kat
Jumlah 17 100
Tabel 4.2 menunjukkan bahwadari 17 responden terdapat 15 ibu nifas (88,2%) tidak
mengalami peningkatan produksi ASI dan hanya 2 ibu nifas (11.8%) yang produksi
value : 0.057 atau p > 0.005 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ASI.
HASIL
TIDAK
MENINGKAT MENINGKAT
KONTROL Count 15 2
TREATMEN
% within HASIL 62.5% 22.2%
MIE Count 9 7
58
Total Count 24 9
% within
100.0% 100.0%
HASIL
B. Pembahasan
1. Produksi ASI pada ibu yang mengkonsumsi mie kecombrang
peningkatan produksi ASI rata-rata sebanyak 291ml, hal ini dapat dilihat
300 gram. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
produksi ASI antara lain, sayur katu, kelor, temulawak, nangka dan
59
terhadap produksi ASI.Bahan makanan yang dapat meningkatkan
produksi ASI antara lain, sayur katu, kelor, temulawak, nangka dan
kecombrang.
Berdasarkan data yang diadaptasi dari Persagi (2009) dalam tiap 100 gram bunga
karbohidrat 67 gram, kalsium 60 mg, fosfor 16 mg, besi 1 mg, Vitamin A 73 g, dan
air 90 gram. Bunga kecombrang memiliki kandungan zat non gizi diantaranya
Quersiti,Antosianin danAsamklorogenat .
Menurut Murtiana (2011) Sudah sejak lama kecombrang dikenal dan dimanfaatkan
sebagai obat obatan ,yaitu sebagai penghilang bau badan dan bau mulut,
bunga kecombrang segar sebanyak 100 gram, kemudian dicuci dan dikukus sampai
matang, lalu dimakan sebagai sayuran. Dalam 100 gram Bunga Kecombrang tersebut
payudara ibu, terjadi rangsangan neurohormonal pada putting susu dan areola ibu.
darah dan sampai pada kelenjar kelenjar pembuat ASI.Kelenjar ini akan terangsang
hanya terjadi pada 2 ibu nifas (11,8%) dan 15 ibu nifas (88,2%) tidak mengalami
peningkatan produksi ASI. Hasil penelitian ini dapat dilihat dari peningkatan volume
ASI hanya sebanyak 242,7 ml. Kenaikan berat badan rata-rata bayi pada ibu nifas
60
yang tidak mengkonsumsi mie kecombrang adalah 250 gram. Menurut Siregar
Perubahan social budaya : Ibu-ibu bekerja atau kesibukan social lainnya. Faktor
psikologis misalnya ibu takut kehilangan daya tariknya setelah menyusui bayinya
dan akan merusak penampilannya, adanya tekanan batin sehingga dapat mendesak
ASI serta alasan lain seperti sakit juga dapat mempengaruhi produksi ASI.
Menurut Carolus (2013) Terjadinya penurunan berat badan bayi dikarenakan pada
bayi berat badan normal, minggu pertama setelah lahir berat bayi akan turun,
kemudian akan naik sesuai dengan pertumbuhan bayi cukup banyak mengandung air
sebagai "oleh-oleh" yang dia bawa dari dalam rahim. Dalam rentang waktu 1-2
minggu tersebut, cairan itu sedikit demi sedikit keluar melalui urin dengan demikian
bobot bayi jadi turun. Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh
terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang dimakan mengandung cukup gizi dan
pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan sangat lancar. Memilih
dan mengonsumsi makanan yang bernutrisi tinggi menjadi kewajiban ibu menyusui
agar kondisi ASI menjadi baik dan sehat untuk buah hati.Pada masa menyusui, ibu
dapat dilihat dari hasil perbandingan pada volume ASI dalam 24 jam antara dua
kelompok terdapat perbedaan, dimana jumlah rata-rata volume ASI pada kelompok
ASI dalam 24 jam pada 17 ibu nifas yang mengkonsumsi mie kecombrang ada 7
61
(41%) ibu yang mengalami peningkatan produksi ASI rata-rata sebanyak 291ml, hal
ini dapat dilihat dengan adanya kenaikan rata-rata berat badan bayi responden
hanya terjadi pada 2 ibu nifas (11,8%) dan 15 ibu nifas (88,2%) tidak mengalami
peningkatan produksi ASI. Hasil penelitian ini dapat dilihat dari peningkatan volume
ASI hanya sebanyak 242,7 ml. Kenaikan berat badan rata-rata bayi pada ibu nifas
yang tidak mengkonsumsi mie kecombrang adalah 250 gram. Peningkatan produksi
ASI dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor psikis, nutrisi dan
kemampuan menghisap dari bayinya. Mie kecombrang sebagai salah satu nutrisi
yang bisa mempengaruhi ASI bukan merupakan satu-satunya faktor nutrisi yang
mengandung cukup gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan
berjalan sangat lancar. Suplemen protein pada makanan ibu lebih cenderung
makanan yang bernutrisi tinggi menjadi kewajiban ibu menyusui agar kondisi ASI
menjadi baik dan sehat untuk buah hati. Pada masa menyusui, ibu menyusui
banyak energi untuk menyusui bayi (Hani, 2016, h; 26). Menurut penelitian Mindo
paritas, pengetahuan dan pendidikan ibu. Hasil penelitian diketahui bahwa selisih
62
responden cukup dan kurang sangat kecil yaitu hanya ( atau 3,34% ). Dalam arti
bahwa perbedaan pengetahuan cukup dan kurang tidak memiliki rentang yang besar.
Hal ini dimungkinkan karena responden dalam penelian adalah ibu primi gravid yang
bahwa ibu primigravida adalah ibu yang pertama kali hamil sehingga belum
hal yang terkait dengan ASI. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Yuliani (2007 )
yang berjudul Pengaruh pengetahuan ibu tentang ASI dan kondisi bayi baru lahir
berpengaruh pada pengetahuan ibu karena praktek ibu menyusui sangat berhubungan
dengan praktek proses belajar dari praktek ibu menyusui pada anak sebelumnya
mengatasi laktasi
3. Pengaruh mie kecombrang terhadap peningkatan produksi ASI
Berdasarkan hasil uji fishers Exact Test diperoleh nilai p =< 0,057 sehingga
Hipotesis alternatif (Ha) ditolak, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
antara konsumsi mie kecombrang dengan peningkatan produksi ASI. Hasil analisa
responden (41,2%) produksi ASI meningkat dan responden pada kelompok kontrol
yang meningkat produksi ASI ada 2 (11 %). Pada penelitian ini ada kecenderungan
meninkgkat produksi ASI pada kelompok intervensi namun dari hasil uji statistik
peningkatan produksi ASI. Beberapa hal yang mempengaruhi produksi ASI menurut
63
(Dewi, 2011, h; 22-24 ), yaitu makanan, ketenangan jiwa dan pikiran, penggunaan
alat kontrasepsi, perwatan payudara, anatomi payudara, pola istirahat, faktor isapan
dan frekuensi menyusu, berat lahir bayi, umur kehamilan saat melahirkan, konsumsi
rokok dan alkohol. Berdasarkan penelitian Siti Mukodim F dkk (2012) ini untuk
mengukur peningkatan produksi ASI dapat dilakukan dengan melihat urin bayi baru
lahir. Produksi urin bayi baru lahir dihitung selama 24 jam setelah ibu mendapatkan
perlakuan pijat oksitosin. Hasil perhitungan didapatkan rata-rata produksi urin bayi
baru lahir antara ibu yang mendapat perlakuan pijat oksitosin dan tidak medapatkan
pijat oksitosin bebeda secara signifikan. Penelitian lain (Ratna Ayu Nindyaningrum,
2014) mendapatkan hasil bahwa menunjukkan ada pengaruh yang signifikan pada
pemberian ekstrak daun katuk terhadap produksi ASI. Terlihat dari hasil
hasil nilai p = 0.00 (<0.05). Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
dengan adanya pemberian mie kecombrang tidak berpengaruh pada produksi ASI.
64