Anda di halaman 1dari 17

PROTOKOL PENGAJUAN ETHICAL CLEARANCE

KE KEPK POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Atas nama :Sriningsih

Judul :Pengaruh Mie Kecombrang terhadap Peningkatan Produksi ASI

1. BAB. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. Gizi merupakan salah satu fokus pembangunan kesehatan di Sustainable

Development Goals (SDG's) Tahun 2016-2030 dan menjadi faktor kunci dalam

keberhasilan perbaikan status kesehatan masyarakat Indonesia dan dunia,karena

kecukupan gizi yang baik meningkatkan standar kesehatan masyarakat.Perbaikan

status gizi dimulai pada asupan di 1.000 hari pertama kelahiran.Kecukupan gizi

untuk janin selama 9 bulan dalam kandungan memungkinkan anak lahir dalam

kondsi sehat (Pratami, 2016).


C. ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena banyak mengandung zat

gizi dan bisa memberikan daya imunitas secara alami. Untuk memproduksi ASI

dibutuhkankalori sebesar 600 kal/hari. Karena itu, ibu yang sedangmenyusui harus

makanlebih banyak dari biasanya dan lebih bergizi,kalorisebesar 550 kal/hari dan

protein 17 gramper hari dengan jumlah Vit A,thiamin, dan ribloflavin cukup tinggi,

untuk itu perlu makanan seimbang dengan prinsip yang sama dengan makanan ibu

hamiltetapi jumlahnya lebih banyak dan gizi lebih baik.(Lestari, 2015)


D. Pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sudah dibuktikan secara ilmiah

dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Air susu ibu (ASI) memang telah

disiapkan untukpertumbuhan dan perkembangan bayi manusia (h.2, Roesli.2008).

1
E. Dalam Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012,

cakupan ASI eksklusif di Indonesia mencapai 42 persen.Dengan

keberhasilan, Indonesia mampu memenuhi target 2025 yang

mengharuskan cakupan ASI ekslusif mencapai 80 persen. Di Kabupaten

Banjarnegara cakupanASI eksklusif tahun 2015 mencapai 65,15, Sedang

di wilayah kerja Puskesmas Banjarmangu 2 pencapaian 69,5 %,namun

angka ini masih dibawah target nasional yaitu 80%.


F. Banyak manfaat yang didapat dari pemberian ASI pada bayi, baik bagi

bayi itu sendiri atau bagi ibu menyusui. Pada ASI mengandung antibodi

dalam jumlah besar yang berasal dari tubuh seorang ibu. Antibodi

tersebut membantu bayi menjadi tahan terhadap penyakit, selain itu juga

meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi. Telah terbukti bahwa bayi

yang diberi ASI lebih kuat dan terhindar dari beragam penyakit seperti

asma, pneumonia, diare, infeksi telinga, alergi, SIDs, kanker anak,

multiple scleroses, penyakit Crohn, diabetes, radang usus buntu, dan

obesitas (Fiqh, 2011).


G. Disamping itu, hormon yang terdapat di dalam ASI menciptakan rasa

kantuk dan rasa nyaman. Hal ini dapat membantu menenangkan kolik

atau bayi yang sedang tumbuh gigi dan membantu membuat bayi

tertidur setelah makan, dan masih banyak lagi manfaat yang lainnya.

Disamping itu pemberian ASI oleh ibu menyusui merupakan cara paling

mudah untukmenurunkan berat badan sang ibu. Dengan menyusui dapat

membakar ekstra kalori sebanyak 200-250 per hari. Menyusui juga

dapat membantu uterus kembali ke ukuran normal lebih cepat dan

mencegah perdarahan. Wanita yang menyusui memiliki insiden lebih

49
sedikit terkena osteoporosis dan beberapa tipe kanker termasuk

kanker payudara dan kanker ovarium.


H. Terkait pemahaman pentingnya ASI bagi bayi dan ibu menyusui,

ternyata terdapat kendala-kendala yang sering dihadapi kaitannya

dengan pemberian ASI baik dari ibu atau bayi. Pada ibu menyusui,

sering terjadi kendala seperti produksi ASI kurang, ibu kurang

memahami tata laksana laktasi yang benar. Upaya dalam peningkatan

produksi ASI bisa dilakukan dengan cara melakukan perawatan payudara

sejak dini dan rutin, memperbaiki teknik menyusui, atau dengan

mengkonsumsi makanan yang dapat mempengaruhi produksi ASI.

Masyarakat Indonesia memiliki tradisi atau kebiasaan memanfaatkan

potensi alam, baik tumbuh tumbuhan maupun hewan sebagai bahan

berkhasiat obat.
I. Di Indonesia terdapat 7.000 jenis tanaman berkhasiat obat, tetapi yang

telah dimanfaatkan secara rutin dalam industri obat tradisional (OT)

kurang dari 300 jenis. Sebagian besar tanaman tersebut diambil langsung

dari alam dan hanya sedikit yang telah dibudidayakan.Indonesia

merupakan salah satu negara yang kaya akan berbagai jenis tanaman

yang berkhasiat sebagai tanaman obat. Beberapa diantaranya berkhasiat

sebagailaktagogum (pelancar air susu) seperti tanaman katuk, lampes,

adas manis, bayam duri, bidara upas, blustru, dadap ayam, jinten hitam

pahit, kelor, nangka, patikan kebo, pulai, temulawak, turi, kecombrang

(Etlingera elatior).
J. Kecombrang (Etlingera elatior)/Honjesebagai salah satu jenis tanaman

rempah yang mengandung minyak astirin saponin,flavonoid dan

polifenol (Lestari, 2015). Polifenol memiliki potensi dalam menstimulasi

hormon oksitosin dan prolaktin dan paling efektif dalam meningkatkan

50
dan memperlancar produksi ASI. Reflek prolaktin secara hormonal untuk

memproduksi ASI,waktu bayi menghisap putting payudara ibu, terjadi

rangsangan neorohormonal pada putting susu dan areola ibu (Istiqomah,

2015).
K. Di Banjarnegara tanamankecombrang ini banyak dan hampir disetiap
kebun ada. Masyarakatbiasanya mengkonsumsi untuk campuran pecel
dan urapan, tetapi tidak semua orang mau menkomsumsinya karena
baunya agak harum,maka dengan melihat fenomena itu penulis
menyajikan kecombrang dengan bentuk mie, alasannya karena mie lebih
praktis dan menarik. Dari data diatas penulis ingin meneliti adakah
pengaruhkonsumsi Mie kecombrang terhadap peningkatan produksi ASI

TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui adakah pengaruh konsumsi mie kecombrang terhadap

peningkatan produksi ASI pada ibu nifas.

2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan produksi ASI pada ibu yang mengkonsumsi mie

kecombrang.
b. Mendiskripsikan produksi ASI pada ibu yangtidak mengkonsumsi

mie kecombrang.
c. Menganalisa pengaruh mie kecombrang terhadap peningkatan

produksi ASI
a. MANFAAT PENELITIAN Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian

sehingga dapat dilakukan upaya menghasilkan cara baru dalam

menanganipermasalahan meningkatnya produksi ASI.

b. Bagi Masyarakat

51
Memberikan masukan atau konsumsi informasi kepada masyarakat

mengenai pengaruh mie kecombrang dalam meningkatkan produksi ASI.

c. Bagi penentu kebijakan

Memberikan informasi ilmiah dan dapat menjadi acuan penelitian serta dapat

dijadikan sebagai bahan perencanaan untuk menentukan strategi dalam

meningkatkan produksi ASI pada ibu Nifas.

52
Kerangka Teori
Sayuran
Bagi ibu :
1.Polifenol 1. aspek
mempengaruhi ASI
2.Quarseti kontrasepsi
Faktor faktor
yang 1.katu n 2. aspek
mempengaruhi 3.Antosiani kesehatan
produksi AS 2. kelor n 3.aspek
1 Makanan penurunan
2. ketenangan 3. nangka 4.Asam berat badan
Kloroginat
jiwa 4. aspek
3. penggunaan 4. temulawak 5.Asam psikologi
kontrasepsi Kafeat
4. perawatan 5. kecombrang Bagi bayi :
6.Asam
payudara 1.kenaikan
Farulat
5. anatomi berat badan
payudara 2. bayi jarang
6. pola istirahat sakit
7. hisapan bayi 3.zat gizi
dan frekuensi terpenuhi
8. berat lahir bayi 4. gigi tidak
9. umur kehamila mengalami
PRODUKSI ASI
saat melahirkan karatien
10. konsumsi 5. terhindar
dari alergi
6. kecerdasan
Pengukuran bayi meningkat
Meningkat :bila ada 7. memberikan
peningkatan BB bayi rasa aman dan
Tidak meningkat ; BB turun nyaman bayi
10% BBL/tetap
Bagi
Negara:.1.men
urunkan angka
kesakitan dan
kematian bayi
2.. menghemat
devisa Negara
3. mengurangi
subsidi rumah
Diteliti = sakit.
4.Penjngkatan
kwalitas
Tidak diteliti = generasi

53
Sumber: Coad 2007, Hamzah 2014, Vivian 2011, Yuktiana 2011, Lia saputri 2016, Astuti

2015

2. BAB. METODE PENELITIAN


A. DESAIN PENELITIAN ;
B. Quasi Esperiment Design).Rancangan penelitian yang digunakan

posttest dengan kelompok kontrol (Posttes only with control group

design ).
C. VARIABEL PENELITIAN;
D. Variabel bebas/ independen
Variabel independen pada penelitian ini adalah konsumsimie

kecombrang.
E. Variabel terikat/ dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peningkatan produksi ASI.

F.POPULASI DAN SAMPEL


Pop ulasisemua ibunifasdi wilayahkerja Puskesmas Banjarmangu 2
dan 1, adapun ibu nifas diwilayah Puskesmas Banjarmangu 2
sebagai kelompok intervensi dan ibu nifas diwilayah
Banjarmangu 1 sebagai kelompok kontrol.
Sampel Total sampling semua ibu hamil yang bersalin di
Puskesmas banjarmangu pada bulan Desember- januari 2016-2017
yang memenuhi criteria inklusif
G. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN
Lembar observasi
Alat pengukuran berat badan.

H. CARA PENGAMBILAN DATA


1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data pada penelitian kuantiatif didapatkan secara

primer dan sekunder ( Buchari, 2012).

a. Data primer

Data primer diperoleh langsung dari subyek peneliti dengan

menggunakan alat pengukur atu alat pengambil data langsung pada

subyek sebagai sumber inforfmasi yang dicari (Saryono,2009). Data

54
primer untuk mengukur pada penelitian ini dengan

menggunakanlembar berisi berat badan bayi.

b. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan cara atau metode yang

digunakan untuk mengumpulkan data, sedangkan instrumen

pengumpulan data berkaitan dengan alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari

mana data dapat diperoleh.Dalam penelitian ini menggunakan lembar

observasi. (Suyanto dkk, 2015).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

1) Tahap Persiapan
Setelah penyusunan proposal disetujui oleh kedua pembimbing dan

telah diujikan, Ketua Program Studi Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Semarang membuat surat permohonan kepada kepala

Puskesmas Banjarmangu 2 yang selanjutnya mengeluarkan ijin

untuk dapat melanjutkan penelitian.Setelah mendapatkan ijin dari

Kepala Puskesmas Banjarmangu 2 kemudian peneliti

mempersiapkan alat dan bahan penelitian dan menentukan

responden yang akan dijadikan sebagai sampel. Penentuan

responden dilakukan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan

kriteria inklusi yang sudah ditentukan.Setelah mendapatkan

responden, kemudian peneliti memberikan penjelasan tentang

maksud dan tujuan dari penelitian.Responden yang bersedia

55
menjadi sampel penelitian kemudian menandatangani surat

pernyataan bersedia menjadi responden.


2) Tahap Pelaksanaan
Ibu bersalin yang bersedia menjadi responden kemudian di ukur

dahulu berat badan bayinya dan mencatat hasilnya di lembar

observasi.
a) Ibu nifas diberi mie kecombrang 7 bungkus selama 7 hari
b) Proses penyajian mie dilakukan oleh enumerator yaitu ibu nifas

yang sudah diajari cara menyajikan mie kecombrang disajikan

dalam bentuk mie goreng.


c) Ibu nifas diminta untuk makan mie kecombrang rutin setiap

pagi hari selama 7 hari berturut turut.


d) Peneliti memantau pola konsumsi mie dengan caracrossceck

dengan ibu nifas apakah ibu telah mengkonsumsi mie tersebut.


e) Dari 17 sampelada 1 orang yang drop out yaitu tidak

mengkonsumsi mie kecombrang dalam satu hari. Meskipun

selanjutnya mengkonsumsi kembali namun tetap dianggap drop

out.
3) Tahap Akhir
Pada hari ke 7, peneliti mengumpulkan semua responden,

kemudian mengukur berat badan bayi kembali, mencatat pada

lembar observasi.Setelah semua data yang diperoleh kemudian

peneliti melakukan tabulasi data.


I. TEMPAT DAN WAKTU PENGAMBILAN DATA
Puskesmas Banjarmangu
Waktu bulan Desember 2016-Januari 2017
J. ANALISA DATA
A. Hasil Penelitian
1. Produksi ASI pada ibu yang mengkonsumsi mie kecombrang

Pemberian mie kecombrang dilakukan selama 7 hari pada

ibu nifas hari 1 sampai dengan hari 7.

56
Gambaran Produksi ASI pada ibu yang Mengkonsumsi Mie

Kecombrang

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Peningkatan Produksi ASI pada Ibu


yang Mengkonsumsi Mie Kecombrang.

Produksi ASI Frekuensi %

Meningkat 7 41.2

TidakMening 10 58.8
kat

Jumlah 17 100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 17 responden terdapat 7

ibu nifas (41.2 %) mengalami peningkatan produksi ASI

setelah mengkonsumsi mie kecombrang dan sebanyak 9 ibu

nifas (58,8%) tidak mengalami peningkatan produksi ASI.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden pada

kelompok intervensi yang produksi ASI nya meningkat lebih

sedikit dibandingkan yang tidak meningkat.

2. Produksi ASI pada ibu yang tidak mengkonsumsi mie kecombrang

Responden dilakukan pengamatan produksi ASI selama 7

hari pada masa nifas hari 1 sampai dengan hari 7 tanpa

ada intervensi diperoleh hasil produksi ASI pada ibu yang

tidak Mengkonsumsi Mie Kecombrang sebagai berikut :

57
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Produksi ASI pada Ibu yang tidak
Mengkonsumsi Mie Kecombrang.

Produksi ASI Frekuensi %

Meningkat 2 11.8

TidakMening 15 88.2
kat

Jumlah 17 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwadari 17 responden terdapat 15 ibu nifas (88,2%) tidak

mengalami peningkatan produksi ASI dan hanya 2 ibu nifas (11.8%) yang produksi

ASI nya mengalami peningkatan tanpa mengkonsumsi mie kecombrang.


3. Pengaruh konsumsi mie kecombrang terhadap peningkatan produksi ASI

Hasil analisa statistic menunjukkan terdapat expected count lebih dari

20% sehingga analisa menggunakan fishers Exact Test dengan hasil p

value : 0.057 atau p > 0.005 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

ada pengaruh konsumsi mie kecombrang terhadap peningkatan produksi

ASI.

Analisa deskriptif menunjukkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.3.Crosstab Pengaruh Mie Kecombrang terhadap Peningkatan Produksi


ASI.

HASIL

TIDAK
MENINGKAT MENINGKAT

KONTROL Count 15 2
TREATMEN
% within HASIL 62.5% 22.2%

MIE Count 9 7

% within HASIL 37.5% 77.8%

58
Total Count 24 9

% within
100.0% 100.0%
HASIL

% of Total 72.7% 27.3%

Tabel 4.3 menunjukkan responden pada yang mendapatkan konsumsi mie

kecombrang produksi ASI yang meningkat lebih banyak dibanding yang

tidak meningkat yaitu 77,8% berbanding 37,5% pada yang tidak

mendapatkan mie kecombrang. Kelompok yang tidak mendapatkan mie

kecombrang yang tidak meningkat lebih banyak dari pada yang

meningkat yaitu 62,5% berbanding 22,5% pada yang mengkonsumsi mie

kecombrang. Analisa deskriptif ada kecenderungan peningkatan produksi

ASI pada yang mendapatkan mie kecombrang.

B. Pembahasan
1. Produksi ASI pada ibu yang mengkonsumsi mie kecombrang

Peningkatan produksi ASI dalam24 jam pada 17 ibu nifas yang

mengkonsumsi mie kecombrang ada 7 (41%) ibu yang mengalami

peningkatan produksi ASI rata-rata sebanyak 291ml, hal ini dapat dilihat

dengan adanya kenaikan rata-rata berat badan bayi responden sebanyak

300 gram. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

DwiPutri R dan Sri Nalesti (2011) dihasilkan bahwa makanan berpengaruh

terhadap produksi ASI. Bahan makanan yang dapat meningkatkan

produksi ASI antara lain, sayur katu, kelor, temulawak, nangka dan

kecombrang, hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Dwi Putri R dan Sri Nalesti dihasilkan bahwa makanan berpengaruh

59
terhadap produksi ASI.Bahan makanan yang dapat meningkatkan

produksi ASI antara lain, sayur katu, kelor, temulawak, nangka dan

kecombrang.

Berdasarkan data yang diadaptasi dari Persagi (2009) dalam tiap 100 gram bunga

kecombrang mengandung energy 34 kkal,protein 0,9 gram,lemak 1 gram,

karbohidrat 67 gram, kalsium 60 mg, fosfor 16 mg, besi 1 mg, Vitamin A 73 g, dan

air 90 gram. Bunga kecombrang memiliki kandungan zat non gizi diantaranya

Quersiti,Antosianin danAsamklorogenat .
Menurut Murtiana (2011) Sudah sejak lama kecombrang dikenal dan dimanfaatkan

sebagai obat obatan ,yaitu sebagai penghilang bau badan dan bau mulut,

memperbanyak air susuibu (ASI), dan sebagai pembersih darah.Caranya siapkan

bunga kecombrang segar sebanyak 100 gram, kemudian dicuci dan dikukus sampai

matang, lalu dimakan sebagai sayuran. Dalam 100 gram Bunga Kecombrang tersebut

mengandung polifenol yang dapat meningkatkan dan memperlancar ASi.Reflek

prolaktin secara hormonal untuk memproduksi ASI,waktu bayi menghisap putting

payudara ibu, terjadi rangsangan neurohormonal pada putting susu dan areola ibu.

Rangsangan diteruskan kehipofise melalui nervosvagus,kemudian ke lobus

anterior,dari lobus ini akan mengeluarkan hormone prolaktin, masuk keperedaran

darah dan sampai pada kelenjar kelenjar pembuat ASI.Kelenjar ini akan terangsang

untuk menghasilkan ASI.


Peningkatan produksi ASI pada ibu nifas yang tidak mengkonsumsi mie kecombrang

hanya terjadi pada 2 ibu nifas (11,8%) dan 15 ibu nifas (88,2%) tidak mengalami

peningkatan produksi ASI. Hasil penelitian ini dapat dilihat dari peningkatan volume

ASI hanya sebanyak 242,7 ml. Kenaikan berat badan rata-rata bayi pada ibu nifas

60
yang tidak mengkonsumsi mie kecombrang adalah 250 gram. Menurut Siregar

(2004) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi I produksi ASI antara lain:

Perubahan social budaya : Ibu-ibu bekerja atau kesibukan social lainnya. Faktor

psikologis misalnya ibu takut kehilangan daya tariknya setelah menyusui bayinya

dan akan merusak penampilannya, adanya tekanan batin sehingga dapat mendesak

ibu untuk mengurangi frekwensi menyusui sehingga akan mempengarui produksi

ASI serta alasan lain seperti sakit juga dapat mempengaruhi produksi ASI.
Menurut Carolus (2013) Terjadinya penurunan berat badan bayi dikarenakan pada

bayi berat badan normal, minggu pertama setelah lahir berat bayi akan turun,

kemudian akan naik sesuai dengan pertumbuhan bayi cukup banyak mengandung air

sebagai "oleh-oleh" yang dia bawa dari dalam rahim. Dalam rentang waktu 1-2

minggu tersebut, cairan itu sedikit demi sedikit keluar melalui urin dengan demikian

bobot bayi jadi turun. Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh

terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang dimakan mengandung cukup gizi dan

pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan sangat lancar. Memilih

dan mengonsumsi makanan yang bernutrisi tinggi menjadi kewajiban ibu menyusui

agar kondisi ASI menjadi baik dan sehat untuk buah hati.Pada masa menyusui, ibu

menyusui disarankan menambahkan sekitar 400-500 kalori perharinya karena

membutuhkan banyak energy untuk menyusui bayi (Hani, 2016).


Pengaruh konsumsi mie kecombrang terhadap peningkatan produksi pada ibu nifas

dapat dilihat dari hasil perbandingan pada volume ASI dalam 24 jam antara dua

kelompok terdapat perbedaan, dimana jumlah rata-rata volume ASI pada kelompok

intervensi lebih banyak dibandingkan pada kelompok kontrol. Peningkatan produksi

ASI dalam 24 jam pada 17 ibu nifas yang mengkonsumsi mie kecombrang ada 7

61
(41%) ibu yang mengalami peningkatan produksi ASI rata-rata sebanyak 291ml, hal

ini dapat dilihat dengan adanya kenaikan rata-rata berat badan bayi responden

sebanyak 300 gram.


2. Peningkatan produksi ASI pada ibu yang tidak mengkonsumsi mie kecombrang
Peningkatan produksi ASI pada ibu nifas yang tidak mengkonsumsi mie kecombrang

hanya terjadi pada 2 ibu nifas (11,8%) dan 15 ibu nifas (88,2%) tidak mengalami

peningkatan produksi ASI. Hasil penelitian ini dapat dilihat dari peningkatan volume

ASI hanya sebanyak 242,7 ml. Kenaikan berat badan rata-rata bayi pada ibu nifas

yang tidak mengkonsumsi mie kecombrang adalah 250 gram. Peningkatan produksi

ASI dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor psikis, nutrisi dan

kemampuan menghisap dari bayinya. Mie kecombrang sebagai salah satu nutrisi

yang bisa mempengaruhi ASI bukan merupakan satu-satunya faktor nutrisi yang

mempengaruhi peningkatan produksi ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui

sangat berpengaruh terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang dimakan

mengandung cukup gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan

berjalan sangat lancar. Suplemen protein pada makanan ibu lebih cenderung

meningkatkan volume ASI dari pada mempengaruhi konsentrasi protein, tetapi

berperan penting untuk menunjang kesehatan ibu. Memilih dan mengkonsumsi

makanan yang bernutrisi tinggi menjadi kewajiban ibu menyusui agar kondisi ASI

menjadi baik dan sehat untuk buah hati. Pada masa menyusui, ibu menyusui

disarankan menambahkan sekitar 400-500 kalori perharinya karena membutuhkan

banyak energi untuk menyusui bayi (Hani, 2016, h; 26). Menurut penelitian Mindo

Ninggolan (2009) faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi ASI adalah

paritas, pengetahuan dan pendidikan ibu. Hasil penelitian diketahui bahwa selisih

62
responden cukup dan kurang sangat kecil yaitu hanya ( atau 3,34% ). Dalam arti

bahwa perbedaan pengetahuan cukup dan kurang tidak memiliki rentang yang besar.

Hal ini dimungkinkan karena responden dalam penelian adalah ibu primi gravid yang

jika dikaitkan faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pengalaman

bahwa ibu primigravida adalah ibu yang pertama kali hamil sehingga belum

berpengalaman dalam pemberian ASI dan memungkinkan ibu tidakmengetahui hal

hal yang terkait dengan ASI. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Yuliani (2007 )

yang berjudul Pengaruh pengetahuan ibu tentang ASI dan kondisi bayi baru lahir

terhadap keputusan pemberian ASI yang mengatakan bahwa jumlah anak

berpengaruh pada pengetahuan ibu karena praktek ibu menyusui sangat berhubungan

dengan praktek proses belajar dari praktek ibu menyusui pada anak sebelumnya

sehingga ibu yang pernah menyusui mempunyai pengalaman tersendiri dalam

mengatasi laktasi
3. Pengaruh mie kecombrang terhadap peningkatan produksi ASI
Berdasarkan hasil uji fishers Exact Test diperoleh nilai p =< 0,057 sehingga

Hipotesis alternatif (Ha) ditolak, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh

antara konsumsi mie kecombrang dengan peningkatan produksi ASI. Hasil analisa

deskriptif menunujukkan 17 responden yang diteliti pada kelompok intervensi atau

kelompok yang mengkonsumsi mie kecombrang dihasilkan bahwa terdapat 7

responden (41,2%) produksi ASI meningkat dan responden pada kelompok kontrol

yang meningkat produksi ASI ada 2 (11 %). Pada penelitian ini ada kecenderungan

meninkgkat produksi ASI pada kelompok intervensi namun dari hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak pengaruh konsumsi mie kecombrang terhadap

peningkatan produksi ASI. Beberapa hal yang mempengaruhi produksi ASI menurut

63
(Dewi, 2011, h; 22-24 ), yaitu makanan, ketenangan jiwa dan pikiran, penggunaan

alat kontrasepsi, perwatan payudara, anatomi payudara, pola istirahat, faktor isapan

dan frekuensi menyusu, berat lahir bayi, umur kehamilan saat melahirkan, konsumsi

rokok dan alkohol. Berdasarkan penelitian Siti Mukodim F dkk (2012) ini untuk

mengukur peningkatan produksi ASI dapat dilakukan dengan melihat urin bayi baru

lahir. Produksi urin bayi baru lahir dihitung selama 24 jam setelah ibu mendapatkan

perlakuan pijat oksitosin. Hasil perhitungan didapatkan rata-rata produksi urin bayi

baru lahir antara ibu yang mendapat perlakuan pijat oksitosin dan tidak medapatkan

pijat oksitosin bebeda secara signifikan. Penelitian lain (Ratna Ayu Nindyaningrum,

2014) mendapatkan hasil bahwa menunjukkan ada pengaruh yang signifikan pada

pemberian ekstrak daun katuk terhadap produksi ASI. Terlihat dari hasil

pengaruh pemberian ekstrak daun katuk terhadap produksi ASI menunjukkan

hasil nilai p = 0.00 (<0.05). Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

dengan adanya pemberian mie kecombrang tidak berpengaruh pada produksi ASI.

64

Anda mungkin juga menyukai