ENDOKARDITIS
A. Definisi
Endokarditis adalah suatu infeksi pada lapisan endokard jantung( lapisan yang paling
dalam dari otot jantung ) akibat infeksi kuman/ mikroorganisme yang masuk. Biasanya secara
normal selalu ada kuman yang komensal di permukaan luarnya. Pada lapisan ini didapat adanya
lesi spesifik, berupa vegetasi, yang merupakan masa dengan ukuran yang bervariasi, yang
terbentuk platelet, fibrin, mikroba, dan sel- sel inflamasi saling berkaitan satu sama lain.
B. Etiologi
a. Streptokokus viridans yaitu mikroorganisme yang hidup dalam saluran napas bagian atas.
Sebelum ditemukan antibiotik, maka 90 - 95 % endokarditis infeksi disebabkan oleh
streptokokus viridans, tetapi sejak adanya antibiotik streptokokus viridans 50 % penyebab infeksi
endokarditis yang merupakan 1/3 dari sumber infeksi.
c. Penyebab lainnya adalah stertokokus fekalis, stapilokokus, bakteri gram negatif aerob/anaerob,
jamur, virus, ragi, dan candida.
C. Patofisiologi
Pada Endokarditis bisa bersifat endokarditis rematik dan endokarditis infeksi. Pada
Endokarditis rematik di sebabkan langsung oleh demam rematik, suatu penyakit rematik yang di
sebabkan oleh infeksi streptokokus grup A. Demam rematik mempengaruhi semua persendian
sehingga menyebabkan poliartritis. Jantung juga merupakan organ sasaran yang merupakan dan
bagian yang kerusakannya paling serius. Kerusakan jantung dan lesi sendi bukan akibat infeksi,
artinya jantung tersebut tidak mengalami infeksi atau secara langsung di rusak oleh organisme
tersebut, namun hal ini merupakan fenomena sensitifitas atau reaksi yang terjadi sebagai respons
terhadap streptokokus hemolitikus.
Pada klien lain, tepi bilah katub yang meradang menjadi lengket satu sama lain
mengakibatkan stenosis katub, yaitu penyempitan lumen katub. Sebagian kecil klien dengan
demam rematik menjadi sakit berat yang diiringi oleh gagal jantung yang berat, disritmia serius,
dan pneumonia rematik. Klien dengan kondisi seperti ini harus di rawat di ruang perawatn
intensif.
Kebanyakan klien sembah dengan segera dan terlihat normal. Namun, meskipun klien
telah bebas dari gejala, masih ada beberapa efek residual permanen yang tetap tinggal dan sering
menimbulkan deformitas katub progresif. Beratnya kerusakan jantung atau bahkan keberadaan
nya mungkin tidak tampak pada pemeriksaan fisik selama fase akut penyakit ini namun bising
jantung yang khas pada stenosis katup, regurgitasi, atau keduanya dapat terdegar pada
auskultasi.pada beberapa klien, bahkan dapat terdeteksi adanya getaran pada saat palpasi.
Miokardium biasanya dapat mngompesasi defek katup tersebut degan baik sampai beberapa
waktu tertentu. Selama miokardium masih bisa mengompensasi, klien masih dalam keadaan
sehat.
D. Manifestasi klinis
b. Clubbing fingers
c. Ptechiae pada mukosa tenggorokan di retina mata (roths spot) dan kulit dada anemis pucat
f. Oslers nodes (nodul kemerahan, merah muda atau kebiruan) dibagian jalan dalam jari, otot
tenar, dan hipotenar yang terasa nyeri.
E. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Leukosit dengan jenis netrofil, anemia normokrom normositer, LED meningkat, immunoglobulin
serum meningkat, uji fiksasi anti gama globulin positf, total hemolitik komplemen dan
komplemen C3 dalam serum menurun, kadar bilirubin sedikit meningkat.
Pemeriksaan umum urine ditemukan maka proteinuria dan hematuria secara mikroskopik. Yang
penting adalah biakan mikro organisme dari darah . Biakan harus diperhatikan darah diambil tiap
hari berturut-turut dua / lima hari diambil sebanyak 10 ml dibiakkan dalam waktu agak lama (1 -
3 minggu) untuk mencari mikroorganisme yang mungkin berkembang agak lambat. biakkan
bakteri harus
dalam media yang sesuai. NB: darah diambil sebelum diberi antibiotik . Biakan yang positif uji
resistansi terhadap antibiotik.
Echocardiografi
Diperlukan untuk:
- melihat vegetasi pada katub aorta terutama vegetasi yang besar ( > 5 mm)
- mencari penyakit yang menjadi predisposisi endokarditis ( prolap mitral, fibrosis, dan
calcifikasi katub mitral ).
- penutupan katub mitral yang lebih dini menunjukkan adanya destrruktif katub aorta dan
merupakan indikasi untuk melakukan penggantian katub.
F. Penatalaksanaan medis
Pemberian obat yang sesuai dengan uji resistensi dipakai obat yang diperkirakan sensitif
terhadap mikroorganisme yang diduga. Bila penyebabnya streptokokus viridan yang sensitif
terhadpa penicillin G,diberikan dosis 2,4 - 6 juta unit per hari selama 4 minggu, parenteral untuk
dua minggu, kemudian dapat diberikan parenteral / peroral penicillin V karena efek sirnegis
dengan streptomicin, dapat ditambah 0,5 gram tiap 12 jam untuk dua minggu . Kuman
streptokokous fecalis (post operasi obs-gin) relatif resisten terhadap penisilin sering kambuh dan
resiko emboli lebih besar oleh karena itu digunakan penisilin bersama dengan gentamisin yang
merupakan obat pilihan. Dengan dosis penisilin G 12 - 24 juta unit/hari,dan gentamisin 3 - 5
mg/kgBB dibagi dalam 2 - 3 dosis. Ampisilin dapat dipakai untuk pengganti penisilin G dengan
dosis 6 - 12 gr/hari . Lama pengobatan 4 minggu dan dianjurkan sampai 6 minggu. Bila kuman
resisten dapat dipakai sefalotin 1,5 gr tiap jam (IV) atau nafcilin 1,5 gr tiap 4 jam atau oksasilin
12 gr/hari atau vankomisin 0,5 gram/6 jam, eritromisin 0,5 gr/8 jam lama pemberian obat adalah
4 minggu. Untuk kuman gram negatif diberikan obat golongan aminoglikosid : gentamisin 5 - 7
mg/kgBB per hari, gentamisin sering dikombinsaikan dengan sefalotin, sefazolia 2 - 4 gr/hari,
ampisilin dan karbenisilin. Untuk penyebab jamur dipakai amfoterisin B 0,5 - 1,2 mg/kgB per
hari (IV) dan flucitosin 150 mg/Kg BB per hari peroral dapat dipakai sendiri atua kombinasi.
Infeksi yang terjadi katub prostetik tidak dapat diatasi oleh obat biasa, biasanya memerlukan
tindakan bedah. Selain pengobatan dengan antibiotik penting sekali mengobati penyakit lain
yang menyertai seperti : gagal Jantung . Juga keseimbangan elektrolit, dan intake yang cukup .
G. Komplikasi
Komplikasi Endokarditis:
1) penyumbatan dari pembuluh darah oleh emboli yang berasal dari vegetasi endokardial.
2) infeksi meningen, jaringan otak, dinding pembuluh darah karena septik emboli atau
bakterimia.
3) reaksi immunologis
H. Pengobatan
Pemberian obat yang sesuai dengan uji resistensi dipakai obat yang diperkirakan sensitif
terhadap mikroorganisme yang diduga. Bila penyebabnya streptokokus viridan yang sensitif
terhadpa penicillin G , diberikan dosis 2,4 - 6 juta unit per hari selama 4 minggu, parenteral
untuk dua minggu, kemudian dapat diberikan parenteral / peroral penicillin V karena efek
sirnegis dengan streptomicin, dapat ditambah 0,5 gram tiap 12 jam untuk dua minggu . Kuman
streptokokous fecalis (post operasi obs-gin) relatif resisten terhadap penisilin sering kambuh dan
resiko emboli lebih besar oleh karena itu digunakan penisilin bersama dengan gentamisin yang
merupakan obat pilihan. Dengan dosis penisilin G 12 - 24 juta unit/hari,dan gentamisin 3 - 5
mg/kgBB dibagi dalam 2 - 3 dosis. Ampisilin dapat dipakai untuk pengganti penisilin G dengan
dosis 6 - 12 gr/hari . Lama pengobatan 4 minggu dan dianjurkan sampai 6 minggu. Bila kuman
resisten dapat dipakai sefalotin 1,5 gr tiap jam (IV) atau nafcilin 1,5 gr tiap 4 jam atau oksasilin
12 gr/hari atau vankomisin 0,5 gram/6 jam, eritromisin 0,5 gr/8 jam lama pemberian obat adalah
4 minggu. Untuk kuman gram negatif diberikan obat golongan aminoglikosid : gentamisin 5 - 7
mg/kgBB per hari, gentamisin sering dikombinsaikan dengan sefalotin, sefazolia 2 - 4 gr/hari ,
ampisilin dan karbenisilin. Untuk penyebab jamur dipakai amfoterisin B 0,5 - 1,2 mg/kgB per
hari (IV) dan flucitosin 150 mg/Kg BB per hari peroral dapat dipakai sendiri atua kombinasi.
Infeksi yang terjadi katub prostetik tidak dapat diatasi oleh obat biasa, biasanya memerlukan
tindakan bedah. Selain pengobatan dengan antibiotik penting sekali mengobati penyakit lain
yang menyertai seperti : gagal Jantung . Juga keseimbangan elektrolit, dan intake yang cukup .
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian ini terdiri atas anamnesis berupa keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dan
riwayat penyakit terdahulu.
Anamnesis :
a. Keluhan utama
Pada fase awal keluhan utama biasanya terasa sesak nafas dan nyeri tenggorokan. Sesuai
perkembangan penyakit endokarditis yang mengganggu katup jantung, keluhan sesak nafasdan
kelemahan menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan.
intravena.
Pengkajian riwayat dahulu (RPD) yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita infeksi tenggorokan, infeksi sinus
akut, riwayat minum obat, dan adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Juga harus
menanyakan adanya alergi obat dan tanyakan reaksi alergi apa yang timbul. Sering kali klien
tidak dapat membedakan suatu alergi dengan efek samping obat.
d. Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami oleh keluarga, serta bila ada anggota
keluarga yang meninggal, maka penyebab kematiannya juga di tanyakan.
Pemeriksaan fisik :
B1 (Breathing)
Apabila gangguan sudah mengenai katup jantung, biasanya klien terlihat sesak dan frekuensi
nafas melebihi normal.sesak nafas ini terjadi akibat pengerahan tenaga dan kenaikan tekanan
akhir diastolik pada ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi
karena terdapat ke gagalan eningkatan curah darah ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan
fisik. Bila sudah parah, dispnea kardiak dapat timbul pada waktu beristirahat. Klien biasanya di
dapat kan batuk.
B2 (Bleeding)
- Inspeksi
Inspeksi adanya parut. Keluhan lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas perikardium.
Penyebaran dapat meluas di dada, terjadi nyeri, serta ketidakmampuan bahu dan tangan.
- Palpasi
Denyut nadi perifer melemah, panas tinggi (38,9o - 40oC), dan menggigil.
- Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup. Gejala sistemik yang
terjadi sesuai dengan virulensi organisme yang menyerang. Bila di temukan mur-mur pada
seseorang yang menderita infeksi sistemik maka harus di curigai adanya infeksi endokarditis.
Perkembangan murmur yang progresif sesuai perkembangan waktu dapat terjadi dan
menunjukan adanya kerusakan katup akibat vegetasi atau perforasi katup atau chordae tendineae.
Pembesaran jantung atau adanya bukti gagal jantung kongestif juga bisa terjadi.
- Perkusi
Pada batas jantung terjadi pergeseran untuk kasus lanjut pembesaran jantung.
B3 (Brain)
Kesadaran biasanya CM, sakit tenggorokan, dan kemerahan pada tenggorokan di sertai eksudat
(awitannya mendadak) serta nyeri sendi dan punggung. Sinusitis akut dan otitis media akut
terjadi mungkin karena streptokokus. Manifestasi sistem saraf pusat mencakup sakit kepala,
iskemia serebral transien atau sementara, dan stroke yang mungkin di akibatkan oleh emboli
pada arteri serebral.
B4 (Bladder)
penurunan suplai darah ke ginjal yang merupakan manifestasi dari penurunan perfusi perifer.
B5 (Bowel)
Klien biasanya di dapatkan mual dan muntah, tidak nafsu makan dan berat badan turun.
Pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar limfe, nyeri abdomen (lebih sering pada anak).
B6 (Bone)
Aktivitas. Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal
olahraga tidak teratur. Tanda : takikardia, dispnea, pada istirahat / aktivitas. Higiene : kesulitan
melakukan tugas perawatan diri.
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan patofisiologi di atas dan dari data pengkajian, diagnosis keperawatan utama pada
klien tersebut adalah sebagai berikut :
c. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan,
situasi krisis, dan ancaman atau perubahan kesehatan.
d. Kurang pengetahuan (mengenai kondisi dan tindakan) yang berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit, cara pencegahan, dan terjadinya komplikasi.
3. Rencana keperawatan
Tujuan rencana keperawatan adalah membantu klien dalam mengatasi masalah kebutuhan
dasarnya, meningkatkan kesehatan klien secara optimal, dan mengurangi dampak kekambuhan
pada endokarditis rematik. Sehingga komplikasi yang paling parah dari kerusakan katup dapat di
kurangi. Untuk rencana keperawan fase akut yang di lakukan perawat, meliputi :
Diagnosa I :
Aktual/risiko nyeri b/d penurunan suplai ke miokardium sekunder karena penurunan perfusi.
Tujuan :
Kriteria :
DISUSUN OLEH
KELOMPOK VII
M. JAJULI
NUNIK TRI H.
FENI FATMA A.
ASIH SUMARTINI
KHUSNUL KHOTIMAH