Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN

ENDOKARDITIS

A. Definisi

Endokarditis merupakan peradangan pada katub dan permukaan endotel jantung.


Endokarditis bisa bersifat endokarditis rematik dan endokarditis infeksi. Terjadinya endokarditis
rematik karena di sebabkan langsung oleh demam rematik yang merupakan penyakit sistemik
karena infeksi streptokokus. Endokarditis infeksi (endokarditis bakterial) adalah infeksi yang di
sebabkan oleh invasi langsung bakteri atau organisme lain, sehingga menyebabkan deformitas
bilah katub. (arif muttaqin2009).

Endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada


endokard atau katub jantung. Infeksi endokarditid biasanya terjadi pada jantung yang telah
mengalami kerusakan. Penyakit ini didahului dengan endokarditis, biasanya berupa penyakit
jantung bawaan, maupun penyakit jantung yang didapat. Dahulu Infeksi pada endokard banyak
disebabkan oleh bakteri sehingga disebut endokariditis bakterial. Sekarang infeksi bukan
disebabkan oleh bakteri saja, tetapi bisa disebabkan oleh mikroorganisme lain, seperti jamur,
virus, dan lain-lain. (wajan juni udjianti 2010).

Endokarditis adalah suatu infeksi pada lapisan endokard jantung( lapisan yang paling
dalam dari otot jantung ) akibat infeksi kuman/ mikroorganisme yang masuk. Biasanya secara
normal selalu ada kuman yang komensal di permukaan luarnya. Pada lapisan ini didapat adanya
lesi spesifik, berupa vegetasi, yang merupakan masa dengan ukuran yang bervariasi, yang
terbentuk platelet, fibrin, mikroba, dan sel- sel inflamasi saling berkaitan satu sama lain.

B. Etiologi

a. Streptokokus viridans yaitu mikroorganisme yang hidup dalam saluran napas bagian atas.
Sebelum ditemukan antibiotik, maka 90 - 95 % endokarditis infeksi disebabkan oleh
streptokokus viridans, tetapi sejak adanya antibiotik streptokokus viridans 50 % penyebab infeksi
endokarditis yang merupakan 1/3 dari sumber infeksi.

b. Stapilokokus aureus yang menyebabkan infeksi endokarditis subakut.

c. Penyebab lainnya adalah stertokokus fekalis, stapilokokus, bakteri gram negatif aerob/anaerob,
jamur, virus, ragi, dan candida.
C. Patofisiologi

Pada Endokarditis bisa bersifat endokarditis rematik dan endokarditis infeksi. Pada
Endokarditis rematik di sebabkan langsung oleh demam rematik, suatu penyakit rematik yang di
sebabkan oleh infeksi streptokokus grup A. Demam rematik mempengaruhi semua persendian
sehingga menyebabkan poliartritis. Jantung juga merupakan organ sasaran yang merupakan dan
bagian yang kerusakannya paling serius. Kerusakan jantung dan lesi sendi bukan akibat infeksi,
artinya jantung tersebut tidak mengalami infeksi atau secara langsung di rusak oleh organisme
tersebut, namun hal ini merupakan fenomena sensitifitas atau reaksi yang terjadi sebagai respons
terhadap streptokokus hemolitikus.

Endokarditis rematik secara anatomis di manisfestasikan dengan adanya tumbuhan kecil


yang transparan, yang menyerupai manik dengan ukuran sebesar jarum pentul. Manik-manik
kecil tadi tidak berbahaya dan dapat menghilang tanpa merusak bilah katub, namun yang lebih
sering mereka menimbulkan efek serius. Mereka menjadi awal terjadinya suatu proses yang
secar bertahap menebalkan bilah-bilah katub, menyebabkan menjadi memendek dan menebal di
dinding dengan bilah katub yang normal, sehingga tidak dapat menutup dengan sempurna.
Sebagai akibatnya terjadilah kebocoran.

Pada klien lain, tepi bilah katub yang meradang menjadi lengket satu sama lain
mengakibatkan stenosis katub, yaitu penyempitan lumen katub. Sebagian kecil klien dengan
demam rematik menjadi sakit berat yang diiringi oleh gagal jantung yang berat, disritmia serius,
dan pneumonia rematik. Klien dengan kondisi seperti ini harus di rawat di ruang perawatn
intensif.

Kebanyakan klien sembah dengan segera dan terlihat normal. Namun, meskipun klien
telah bebas dari gejala, masih ada beberapa efek residual permanen yang tetap tinggal dan sering
menimbulkan deformitas katub progresif. Beratnya kerusakan jantung atau bahkan keberadaan
nya mungkin tidak tampak pada pemeriksaan fisik selama fase akut penyakit ini namun bising
jantung yang khas pada stenosis katup, regurgitasi, atau keduanya dapat terdegar pada
auskultasi.pada beberapa klien, bahkan dapat terdeteksi adanya getaran pada saat palpasi.
Miokardium biasanya dapat mngompesasi defek katup tersebut degan baik sampai beberapa
waktu tertentu. Selama miokardium masih bisa mengompensasi, klien masih dalam keadaan
sehat.

D. Manifestasi klinis

a. Hiperpireksia dan menggigil

b. Clubbing fingers

c. Ptechiae pada mukosa tenggorokan di retina mata (roths spot) dan kulit dada anemis pucat

d. Splinter hemorrhagic (emboli di bawah kuku dengan bentuk linier).


e. Murmur / bising jantung (karena kerusakan katup jantung).

f. Oslers nodes (nodul kemerahan, merah muda atau kebiruan) dibagian jalan dalam jari, otot
tenar, dan hipotenar yang terasa nyeri.

E. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Leukosit dengan jenis netrofil, anemia normokrom normositer, LED meningkat, immunoglobulin
serum meningkat, uji fiksasi anti gama globulin positf, total hemolitik komplemen dan
komplemen C3 dalam serum menurun, kadar bilirubin sedikit meningkat.

Pemeriksaan umum urine ditemukan maka proteinuria dan hematuria secara mikroskopik. Yang
penting adalah biakan mikro organisme dari darah . Biakan harus diperhatikan darah diambil tiap
hari berturut-turut dua / lima hari diambil sebanyak 10 ml dibiakkan dalam waktu agak lama (1 -
3 minggu) untuk mencari mikroorganisme yang mungkin berkembang agak lambat. biakkan
bakteri harus

dalam media yang sesuai. NB: darah diambil sebelum diberi antibiotik . Biakan yang positif uji
resistansi terhadap antibiotik.

Echocardiografi

Diperlukan untuk:

- melihat vegetasi pada katub aorta terutama vegetasi yang besar ( > 5 mm)

- melihat dilatasi atau hipertrofi atrium atau ventrikel yang progresif.

- mencari penyakit yang menjadi predisposisi endokarditis ( prolap mitral, fibrosis, dan
calcifikasi katub mitral ).

- penutupan katub mitral yang lebih dini menunjukkan adanya destrruktif katub aorta dan
merupakan indikasi untuk melakukan penggantian katub.

F. Penatalaksanaan medis

Pemberian obat yang sesuai dengan uji resistensi dipakai obat yang diperkirakan sensitif
terhadap mikroorganisme yang diduga. Bila penyebabnya streptokokus viridan yang sensitif
terhadpa penicillin G,diberikan dosis 2,4 - 6 juta unit per hari selama 4 minggu, parenteral untuk
dua minggu, kemudian dapat diberikan parenteral / peroral penicillin V karena efek sirnegis
dengan streptomicin, dapat ditambah 0,5 gram tiap 12 jam untuk dua minggu . Kuman
streptokokous fecalis (post operasi obs-gin) relatif resisten terhadap penisilin sering kambuh dan
resiko emboli lebih besar oleh karena itu digunakan penisilin bersama dengan gentamisin yang
merupakan obat pilihan. Dengan dosis penisilin G 12 - 24 juta unit/hari,dan gentamisin 3 - 5
mg/kgBB dibagi dalam 2 - 3 dosis. Ampisilin dapat dipakai untuk pengganti penisilin G dengan
dosis 6 - 12 gr/hari . Lama pengobatan 4 minggu dan dianjurkan sampai 6 minggu. Bila kuman
resisten dapat dipakai sefalotin 1,5 gr tiap jam (IV) atau nafcilin 1,5 gr tiap 4 jam atau oksasilin
12 gr/hari atau vankomisin 0,5 gram/6 jam, eritromisin 0,5 gr/8 jam lama pemberian obat adalah
4 minggu. Untuk kuman gram negatif diberikan obat golongan aminoglikosid : gentamisin 5 - 7
mg/kgBB per hari, gentamisin sering dikombinsaikan dengan sefalotin, sefazolia 2 - 4 gr/hari,
ampisilin dan karbenisilin. Untuk penyebab jamur dipakai amfoterisin B 0,5 - 1,2 mg/kgB per
hari (IV) dan flucitosin 150 mg/Kg BB per hari peroral dapat dipakai sendiri atua kombinasi.
Infeksi yang terjadi katub prostetik tidak dapat diatasi oleh obat biasa, biasanya memerlukan
tindakan bedah. Selain pengobatan dengan antibiotik penting sekali mengobati penyakit lain
yang menyertai seperti : gagal Jantung . Juga keseimbangan elektrolit, dan intake yang cukup .

G. Komplikasi

Komplikasi Endokarditis:

Diantara berbagai manifestasi klinik dari endokarditis komplikasi neurologi merupakan


hal yang penting karena sering terjadi, merupakan komplikasi neurologik. Dapat melalui 3 cara:

1) penyumbatan dari pembuluh darah oleh emboli yang berasal dari vegetasi endokardial.

2) infeksi meningen, jaringan otak, dinding pembuluh darah karena septik emboli atau
bakterimia.

3) reaksi immunologis

H. Pengobatan

Pemberian obat yang sesuai dengan uji resistensi dipakai obat yang diperkirakan sensitif
terhadap mikroorganisme yang diduga. Bila penyebabnya streptokokus viridan yang sensitif
terhadpa penicillin G , diberikan dosis 2,4 - 6 juta unit per hari selama 4 minggu, parenteral
untuk dua minggu, kemudian dapat diberikan parenteral / peroral penicillin V karena efek
sirnegis dengan streptomicin, dapat ditambah 0,5 gram tiap 12 jam untuk dua minggu . Kuman
streptokokous fecalis (post operasi obs-gin) relatif resisten terhadap penisilin sering kambuh dan
resiko emboli lebih besar oleh karena itu digunakan penisilin bersama dengan gentamisin yang
merupakan obat pilihan. Dengan dosis penisilin G 12 - 24 juta unit/hari,dan gentamisin 3 - 5
mg/kgBB dibagi dalam 2 - 3 dosis. Ampisilin dapat dipakai untuk pengganti penisilin G dengan
dosis 6 - 12 gr/hari . Lama pengobatan 4 minggu dan dianjurkan sampai 6 minggu. Bila kuman
resisten dapat dipakai sefalotin 1,5 gr tiap jam (IV) atau nafcilin 1,5 gr tiap 4 jam atau oksasilin
12 gr/hari atau vankomisin 0,5 gram/6 jam, eritromisin 0,5 gr/8 jam lama pemberian obat adalah
4 minggu. Untuk kuman gram negatif diberikan obat golongan aminoglikosid : gentamisin 5 - 7
mg/kgBB per hari, gentamisin sering dikombinsaikan dengan sefalotin, sefazolia 2 - 4 gr/hari ,
ampisilin dan karbenisilin. Untuk penyebab jamur dipakai amfoterisin B 0,5 - 1,2 mg/kgB per
hari (IV) dan flucitosin 150 mg/Kg BB per hari peroral dapat dipakai sendiri atua kombinasi.
Infeksi yang terjadi katub prostetik tidak dapat diatasi oleh obat biasa, biasanya memerlukan
tindakan bedah. Selain pengobatan dengan antibiotik penting sekali mengobati penyakit lain
yang menyertai seperti : gagal Jantung . Juga keseimbangan elektrolit, dan intake yang cukup .

B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian ini terdiri atas anamnesis berupa keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dan
riwayat penyakit terdahulu.

Anamnesis :

a. Keluhan utama

Pada fase awal keluhan utama biasanya terasa sesak nafas dan nyeri tenggorokan. Sesuai
perkembangan penyakit endokarditis yang mengganggu katup jantung, keluhan sesak nafasdan
kelemahan menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan.

b. Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian riwayat kesehatan sekarang, meliputi :

- Apakah terdapat adanya penurunan respons imunologis terhadap infeksi

seperti pada klien HIV atau AIDS.

- Apakah klin mengalami perubahan metabolisme akibat penuaan.

- Apakah klien pernah mendapat prosedur diagnostik invasif secara

intravena.

- Apakah klien mendapat pengobatan antibiotik jangka panjang.

c. Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian riwayat dahulu (RPD) yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita infeksi tenggorokan, infeksi sinus

akut, riwayat minum obat, dan adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Juga harus
menanyakan adanya alergi obat dan tanyakan reaksi alergi apa yang timbul. Sering kali klien
tidak dapat membedakan suatu alergi dengan efek samping obat.

d. Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami oleh keluarga, serta bila ada anggota
keluarga yang meninggal, maka penyebab kematiannya juga di tanyakan.

Pemeriksaan fisik :

Pemeriksaan fisik yang dilakukan terdiri atas pengkajian B1-B6.

B1 (Breathing)

Apabila gangguan sudah mengenai katup jantung, biasanya klien terlihat sesak dan frekuensi
nafas melebihi normal.sesak nafas ini terjadi akibat pengerahan tenaga dan kenaikan tekanan
akhir diastolik pada ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi
karena terdapat ke gagalan eningkatan curah darah ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan
fisik. Bila sudah parah, dispnea kardiak dapat timbul pada waktu beristirahat. Klien biasanya di
dapat kan batuk.

B2 (Bleeding)

- Inspeksi

Inspeksi adanya parut. Keluhan lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas perikardium.
Penyebaran dapat meluas di dada, terjadi nyeri, serta ketidakmampuan bahu dan tangan.

- Palpasi

Denyut nadi perifer melemah, panas tinggi (38,9o - 40oC), dan menggigil.

- Auskultasi

Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup. Gejala sistemik yang
terjadi sesuai dengan virulensi organisme yang menyerang. Bila di temukan mur-mur pada
seseorang yang menderita infeksi sistemik maka harus di curigai adanya infeksi endokarditis.
Perkembangan murmur yang progresif sesuai perkembangan waktu dapat terjadi dan
menunjukan adanya kerusakan katup akibat vegetasi atau perforasi katup atau chordae tendineae.
Pembesaran jantung atau adanya bukti gagal jantung kongestif juga bisa terjadi.

- Perkusi

Pada batas jantung terjadi pergeseran untuk kasus lanjut pembesaran jantung.

B3 (Brain)

Kesadaran biasanya CM, sakit tenggorokan, dan kemerahan pada tenggorokan di sertai eksudat
(awitannya mendadak) serta nyeri sendi dan punggung. Sinusitis akut dan otitis media akut
terjadi mungkin karena streptokokus. Manifestasi sistem saraf pusat mencakup sakit kepala,
iskemia serebral transien atau sementara, dan stroke yang mungkin di akibatkan oleh emboli
pada arteri serebral.

B4 (Bladder)

Pengukuran volume keluaran urine yang berhubungan dengan adanya

penurunan suplai darah ke ginjal yang merupakan manifestasi dari penurunan perfusi perifer.

B5 (Bowel)

Klien biasanya di dapatkan mual dan muntah, tidak nafsu makan dan berat badan turun.
Pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar limfe, nyeri abdomen (lebih sering pada anak).

B6 (Bone)

Aktivitas. Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal
olahraga tidak teratur. Tanda : takikardia, dispnea, pada istirahat / aktivitas. Higiene : kesulitan
melakukan tugas perawatan diri.

2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan patofisiologi di atas dan dari data pengkajian, diagnosis keperawatan utama pada
klien tersebut adalah sebagai berikut :

a. Aktual/risiko nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai ke miokardium sekunder


karena penurunan perfusi.

b. Aktual/risiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan.

c. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan,
situasi krisis, dan ancaman atau perubahan kesehatan.

d. Kurang pengetahuan (mengenai kondisi dan tindakan) yang berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit, cara pencegahan, dan terjadinya komplikasi.

3. Rencana keperawatan

Tujuan rencana keperawatan adalah membantu klien dalam mengatasi masalah kebutuhan
dasarnya, meningkatkan kesehatan klien secara optimal, dan mengurangi dampak kekambuhan
pada endokarditis rematik. Sehingga komplikasi yang paling parah dari kerusakan katup dapat di
kurangi. Untuk rencana keperawan fase akut yang di lakukan perawat, meliputi :

Diagnosa I :
Aktual/risiko nyeri b/d penurunan suplai ke miokardium sekunder karena penurunan perfusi.

Tujuan :

Dalam waktu dalam 3 x 24 jam terdapat pnurunan nyeri dada.

Kriteria :

Secara subjektif klien menyatakan Rasional


penurunan rasa nyeri dada, secara
objektif di dapat kan TTV dalam
batas normal, wajah rileks, tidak
terjadi penurunan perfusi perifer,
urine output > 600ml/hari. Intervensi
Variasi penampilan dan perilaku klien
karena nyeri terjadi sebagai temuan
Catat karakteristik nyeri, lokasi, pengkajian.
intensitas, lama dan penyebarannya.

Menejemen lingkungan : Lingkungan tenang akan menurunkan


lingkungan tenang dan batasi stimulus nyeri eksternal dan
pengunjung. pembatasan pengunjung akan
membantu meningkatkan kondisi O2
yang akan berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada di ruangan.
Ajarkan tehnik relaksasi Meningkatkan asupan O2 sehingga
pernafasan dalam akan menurunkan nyeri sekunder dari
iskemia jaringan otak
Ajarkan teknik distraksi pada saat Distraksi (pengalihan perhatian)
nyeri dapat menurunkan stimulus internal
dengan mekanisme peningkatan
produksi endorfin dan enkefalin yang
dapat mem Blok reseptor nyeri untuk
tidak di kirimkan ke korteks serebri,
sehingga menurunkan persepsi nyeri.
Lakukan menejemen sentuhan Menejemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan dukungan psikologis
dapat membantu menurunkan nyeri.
Mesase ringan dapat meningkatkan
aliran darah sehingga secara otomatis
membantu suplai darah dan oksigen
ke area nyeri serta menurunkan
sensasi nyeri.
Kolaborasi : Obat-obat anti nyeri akan memblok
stimulus nyeri supaya tidak di
pemberian terapi farmakologis persepsikan oleh korteks serebri.
antiangina
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ENDOKARDITIS

DISUSUN OLEH

KELOMPOK VII

M. JAJULI

NUNIK TRI H.

FENI FATMA A.

ASIH SUMARTINI

KHUSNUL KHOTIMAH

KELAS A NON REG SI KEPERAWATAN STIKES YATSI


TANGERANG TA 2016 / 2017

Anda mungkin juga menyukai